URGENSI AQIDAH DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DIAJUKAN KEPADA: Ust. DR. Makhful, M.Ag. NAMA MAHASISWA: YASIR ABDUL RAHMAN NO. MAHASISWA: 2220601030 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO 2023 1. PENDAHULUAN Salah satu ciri khas dari Agama Islam ialah peletakan aspek Aqidah dalam bagian pertama dan menentukan dalam keislaman seseorang. Aqidah dijadikan Allah SWT sebagai pengikat bagi setiap orang yang menyatakan dirinya muslim agar konsekuen dan konsisten dengan ikrar syahadat yang diucapkannya berkalikali dalam sehari untuk cinta, tunduk, patuh, setia dan rela dikuasai sepenuhnya oleh satu Tuhan yang benar yaitu Allah SWT, dan menolak semua bentuk penuhanan kepada selain Allah SWT. Ketundukan yang murni (Ikhlas) akan diberi balasan berupa surga di akhirat, dan kemerdekaan serta kebebasan hakiki di dunia karena tidak berada dalam kungkungan tuhan-tuhan kecil dalam segala macam wujudnya yang memberi kesempitan hidup. Ketundukan seseorang akan dibuktikan dan diimplementasikan dengan cara menjalani syariat (seperangkat aturan Ilahiyyah dalam ibadah dan mu’amalah), yang merupakan jalan tunggal menuju kembali ke rumah orang tua seluruh ummat manusia Adam yaitu Surga. Namun Syariat juga merupakan jalan indah yang menyebabkan manusia mendapatkan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan dunia, karena syariat dibuat oleh Allah yang memiliki segala kemuliaan dan kasih sayang kepada makhluk-Nya. Dengan landasan syariat tersebut manusia akan mencapai tujuan akhir kehidupan berupa akhlaqul karimah, sebagai puncak penghambaan diri. Sebagai titik tolak dari berIslam, maka akidah menentukan keIslaman seseorang dengan segala amaliyahnya bisa diterima atau tidak. Karena melaksakan syariat tanpa dilandasi dengan dalil Qur’ani dan Hadits, terkategori sebagai pelanggaran akidah. Apalagi bila seorang Muslim kemudian melakukan kesyirikan besar, maka semua ibadahnya akan tertolak. Sementara seseorang yang tidak terkontaminasi akidahnya dengan kesyirikan, akan tetap mendapatkan bagian dari surga, meski dengan memperhitungkan dosa-dosa selain syirik yang dilakukan, sehingga ada kalanya harus disiksa terlebih dahulu karena dosadosanya tersebut. Berpijak dari argumentasi diatas maka memahami akidah yang benar secara lengkap dalam berIslam memiliki urgensi yang sangat besar, karena akidah berkenaan dengan komitmen ketundukan seorang muslim untuk mengikuti agama Allah SWT secara murni. Ketundukan itu merupakan kesepakatannya dengan Allah SWT yang perlu pembuktian dengan mengamalkan syariat-Nya. Sementara itu fakta empiris menunjukkan bahwa akidah merupakan bagian dari ajaran Islam yang banyak tidak diketahui dengan baik oleh kaum muslimin saat ini, kecuali pada aspek formalnya saja. Malahan tidak sedikit yang hanya tahu akidah melalui pewarisan informasi secara turun menurun yang kadang menyimpang jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Padahal akidah pada akhirnya merupakan pertaruhan nasib seorang Muslim kelak di akhirat. Artikel ini akan membahas urgensi akidah bagi seorang Muslim, sehingga harus diilmui dengan baik agar bisa selamat di dunia dan akhirat. 2. DEFINISI AKIDAH Akidah berasal dari Bahasa Arab al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat. Prof. Hasbi Ash-shiddieqy mengemukakan bahwa Aqidah menurut bahasa ialah: “Sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat didalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih daripadanya”. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy akidah adalah “sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah”. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati dan diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Dengan demikian melalui keyakinannya seseorang yang berakidah akan mengurbankan segala yang dimilikinya untuk sesuatu yang diyakininya sebagai suatu kebenaran. Dalam agama Islam seseorang dianggap telah berakidah saat seorang muslim mengikatkan dirinya dengan Islam melalui ucapan dua kalimah syahadat dan mengamalkan segala konsekuensi dari berakidah tersebut seperti mengerjakan syariat Islam dengan penuh kesadaran secara konsisten. Perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam dakwah Islamiyyah di era Makkah membuktikan akan makna akidah di atas. Sahabat Yasir dan Istrinya harus mati disiksa dalam mempertahankan akidahnya. Juga Bilal bin Rabah yang disiksa hingga nyaris tewas oleh Tuannya sendiri karena tidak henti mengucapkan kalimat “ahad”. Demikian pula tekanan demi tekanan yang sangat kejam di era Makkah terus berlanjut dengan pertempuran demi pertempuran di era Madinah antara kaum muslimin dengan tradisionalis Quraisy tidak lain adalah dalam rangka membela akidah yang sangat kuat yang dishare bersama oleh Rasulullah SAW beserta kaum muslimin. Bahkan dakwah akidah terus berlanjut di penghujung era Rasulullah SAW hingga para khulafaur Rasyidin, tabi’in dan tabit tabi’in hingga ke negeri-negeri Eropa, Afrika dan Asia. 3. URGENSI BERAKIDAH BAGI SEORANG MUSLIM Urgensi berakidah bisa dijelaskan oleh sumber akidah yang utama yakni Al-Quran dan Hadits. Allah SWT berfirman: وما خلقت الجن واالنس اال ليعبدون Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada ku (QS. 51 Adz-Dzariyat 56) Dari dalil tersebut didapat informasi bahwa kepasrahan diri kepada Allah SWT dengan menghambakan diri bersifat mutlak untuk bisa mendapatkan jaminan keselamatan abadi dari pemilik dunia dan akhirat. Hal itu tersirat dari tujuan penciptaan manusia yang dijelaskan oleh Allah SWT. Dalam surat al-A’raf 172 Allah SWT bahkan mengingatkan manusia akan janji mereka saat mereka masih berada di alam arwah bahwa mereka mengakui akan ketuhanan Allah SWT, sebagai pengingat, agar manusia yang kafir kelak tidak membela diri dengan mengatakan tidak mengetahui hal tersebut. Sebaliknya, kesyirikan adalah hal yang paling dibencinya, karena kesyirikan akan membelokkan manusia dari jalan yang benar menuju Allah SWT. Oleh sebab itu Allah SWT dan Rasulnya berbicara banyak tentang kesyirikan, dan berlepas dirinya Allah SWT dari segala bentuk kesyirikan. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman: ُّ ار َك َوتَعَالَى أَنَا أ َ ْغنَى ال قَا َل ه ع َمالً أ َ ْش َر َك فِي ِه َم ِعى ِ ش َر َك َ ع ِم َل َ ع ِن الش ِْر ِك َم ْن َ اء َ ََّللاُ تَب ُغي ِْرى ت ََر ْكتُهُ َو ِش ْر َكه َ “Allah Tabaraka wa SWT berfirman: “Aku tidaklah butuh adanya tandingantandingan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dalam keadaan menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dia dan perbuatan syiriknya itu.’” (HR. Muslim) Kesyirikan menyebabkan manusia tertipu dan tunduk kepada thaghut (yang dituhankan selain Allah SWT) yang akan merendahkan martabatnya di dunia dan mengantarkannya kepada kebinasaan. Kesyirikan bahkan mengantarkan manusia kepada kegelapan dan kebodohan, setelah mereka mendapatkan ilmu dan kebebasan dari Allah SWT yang sangat mengasihinya melalui para utusan. 4. URGENSI AKIDAH: AJARAN POKOK PARA NABI Akidah yang dimanifestasikan dalam Tauhid merupakan ajaran pertama dan utama yang menjadi standar pokok dakwah semua Rasul. Ajaran ini selalu berbicara tentang keesaan Allah SWT, dalam uluhiyyah, rububiyyah dan namanama serta sifatnya. Tidak ada Rasul yang diutus kecuali mendakwahkan Tauhid, sebagaimana firman Allah SWT: َّللا َواجْ تَنِبُوا ه ً س ُ الطا وت فَ ِم ْن ُه ْم َم ْن َهدَى ه َ غ َُّللا ُ َو َلقَ ْد َب َعثْنَا فِي ُك ِل أ ُ هم ٍة َر َ وال أ َ ِن ا ُ ْعبُدُوا ه ُ ض فَا ْن ْ َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َحقه َعاقِبَةُ ْال ُم َك ِذبِين ِ ِيروا فِي ْاْل َ ْر ُ علَ ْي ِه الض َهاللَةُ فَس َ َْف َكان َ ت َ ظ ُروا َكي Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl (16) : 36) Konsekuensi dari siapa saja yang menerima dakwah Tauhid maka harus menyambutnya. Siapa yang menolak atau menerima tidak sepenuh hati akan menanggung akibatnya kelak di hari akhir, karena para Rasul berdakwah atas mandat dari Allah SWT. Mereka berdakwah tidak memungut imbalan dari ummatnya. Sebaliknya mereka mengurbankan segala demi tegaknya agama Allah SWT di muka bumi. Namun tugas para Rasul hanyalah menyampaikan, Adapun hidayah adalah milik Allah SWT dan para Rasul tidak bertanggung jawab atas penolakan ummatnya. Rasul tidak jarang kehilangan keluarganya yang tidak mendapatkan hidayah Allah SWT, sebagaimana Nuh AS yang kehilangan anak dan istrinya, serta Rasulullah SAW yang kehilang Pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya. 5. URGENSI AKIDAH: PONDASI KEISLAMAN SESEORANG Jika Islam dengan seluruh aspek dan bagian ajarannya secara lengkap diibaratkan sebagai sebuah gedung, maka akidah menempati kedudukan yang paling penting, yakni sebagai pondasinya. Rasulullah SAW telah mengisyaratkan perumpamaan Islam sebagai gedung dengan sabdanya: ،ِصالَة َ :علَى خ َْم ٍس ُ ش َهادَةِ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِاله هللاُ َوأ َ هن ُم َح همدًا َر َوإِقَ ِام ال ه،ِس ْو ُل هللا َ اإل ْسالَ ُم ِ ي َ ِبُن ْ َو ِإ ْيت َِاء ه ي َو ُم ْس ِلم َ ص ْو ِم َر َم َ َو،ِ َو َحجِ البَ ْيت،ِالز َكاة ُّ َار ِ ضانَ ) َر َواهُ البُخ Dari Abdullah bin Umar ra dia berkata: ”Rasulullah SAW bersabda: ”Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Oleh sebab itu akidah memiliki peran yang sangat menentukan, sebagaimana gedung megah yang berlantai banyak, yang memerlukan pondasi sangat kuat untuk bisa terus tegak berdiri. Juga ibarat pohon yang besar dan tinggi yang akan sangat bergantung kepada kokohnya akar yang menopangnya. Segala amal ibadah yang dilakukan tanpa didahului dengan ikrar dua kalimat syahadat atau berlandaskan akidah yang salah atau telah dibatalkan sendiri oleh seorang muslim akan terhapus secara otomatis. Oleh sebab itu bila seseorang berharap menjadi muslim yang baik maka mustahil bisa terwujud kalau hanya berbekal pemahaman dan internalisasi akidah yang ala kadarnya. Dakwah Nabi di Makkah selama lebih dari separuh masa kenabian, hampir semuanya berisi ajaran penanaman akidah, yang menyiratkan betapa totalitas dalam berakidah sangat penting bagi penanaman syariat dan akhlak Islam. Ketidaksiapan sasaran dakwah dalam urusan akidah biasanya akan menjadi penghambat utama mereka dalam menerima ajaran Islam karena berarti komitmen belum terbangun. Tidak jarang didapati seseorang masuk Islam karena hendaka menikahi seorang wanita muslimah, maka setelah pernikahan terjadi yang bersangkutan kembali ke agama asalnya atau tetap dalam Islam tetapi tanpa ada kesadaran untuk melaksakan syariat Islam dalam kesehariannya. Diantara sebab pelanggaran akidah yang intensif dilakukan oleh seorang Muslim yang rajin beribadah adalah disebabkan oleh rendahnya pemahaman tentang akidah, khususnya pada bagian yang berkaitan dengan pembatal syahadat. Contoh yang populer di masyarakat ialah saat akan membagi waris, ada kecenderungan wanita yang lemah dalam akidah akan meminta agar dalam pembagian mendasarkan kepada hukum nasional atau adat karena lebih menguntungkan bagi mereka. Kalau digunakan hukum Islam maka anak perempuan hanya mendapatkan separuh dari hak laki-laki. Contoh lainnya ialah mudahnya kaum muslimin dalam mengizinkan kawin campur anak-anak mereka, dan mereka hadir di tempat ibadah orang kafir. 6. URGENSI AKIDAH: SYARAT DITERIMANYA AMAL IBADAH Allah SWT berfirman dalam surat al-Mulk ayat 2: ُ ع َم ًال ۚ َو ُه َو ْٱل َع ِز ور َ ٱلهذِى َخلَقَ ْٱل َم ْو ُ ُيز ْٱلغَف َ س ُن َ ْت َو ْٱل َحيَ ٰوة َ ِليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَح Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Imam Al-Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah menafsirkan firman Allah "ayyukum ahsanu ‘amalaa" di dalam ayat di atas sebagai berikut: 'Ahsanul amal (amal yang terbaik) adalah yang paling ikhlas dalam melakukannya (diniatkan hanya untuk Allah SWT)) dan yang paling benar (sesuai tuntunan sunnah). Karena suatu amal tidak akan diterima sebagai amal shalih di sisi Allah jika hanya bermodalkan ikhlas saja tapi tidak benar, atau hanya benar saja tapi tidak ikhlas. Jadi harus terpenuhi kedua syarat sekaligus'. Allah SWT berfirman: ت ِمن ذَ َك ٍر أ َ ْو أُنث َ ٰى َو ُه َو ُمؤْ ِمن فَأُو ٰلَئِ َك يَ ْد ُخلُونَ ٱ ْل َجنهةَ َو َال ِ ص ِل ٰ َح َو َمن يَ ْع َم ْل ِمنَ ٱل ٰ ه ْ ي يرا ً ُظلَ ُمونَ نَ ِق Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. Dalam ilmu akidah, keikhlasan berati aqidah yang lurus, iman yang tulus dan tauhid yang murni, sehingga tanpa iman dan tauhid tidak ada keikhlasan. Dengan demikian bisa dimengerti mengapa surat ke-112 dalam al-Quran disebut dengan surat al-ikhlash karena di dalamnya terkandung asas-asas aqidah (tauhid) yang berarti hanya mengesakan Allah semata (memurnikan tauhid) dalam tujuan ibadah. 7. URGENSI AKIDAH: AKIDAH ADALAH MOTIVATOR DAN SEBAB BERIBADAH Prinsip dasar dalam tauhid ialah bahwa Allah satu-satunya dzat yang berhak atas kecintaan, ketaatan, dan ketundukan hamba, sehingga semua kecintaan dan ketundukan kepada makhluk hanya bernilai ibadah dan dianggap benar bila dalam rangka mempersembahkannya untuk Allah. Inilah mengapa kecintaan kepada orangtua, misalnya, diwajibkan Allah SWT kepada manusia sehingga bila melakukannya karena Allah maka berpahala. Jadi kecintaan kepada makhluk bersyarat. Bila kedua orangtua mengajak untuk mendurhakai Allah maka wajib ditolak, karena tujuan cinta dan tunduk yang sebenarnya ialah Allah SWT, sehingga kemaksiyatan kepada Allah wajib ditolak. Aqidah merupakan ruh dan sumber motivasi dan inspirasi dalam beramal, beribadah, dan bahkan kehidupan. Dengan menjadikan Allah sebagai inspirator maka setiap muslim mestinya menjadi orang yang paling bersemangat dalam berkarya, beramal, beribadah dan berjuang. Sebaliknya, siapa yang mudah menyerah dan berputus asa dalam menghadapi kehidupan, pastilah muslim yang lemah imannya. Seorang mukmin sejati akan memahami bahwa bertawakkal kepada Allah harus diawali dengan usaha yang keras. Usaha yang keras merupakan kewajiban sedang keberhasilan adalah hak Allah yang menentukan. 7. URGENSI AQIDAH: AQIDAH YANG BENAR MERUPAKAN SHIBGHAH (CELUPAN) Setiap muslim diwajibkan mengambil celupan Allah SWT dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga setiap muslim akan bisa menampakkan identitas dirinya yang sangat berbeda dengan orang kafir. Muslim sangat berbeda dalam memilih makanan dan minuman, pakaian, gaya hidup, bermu’amalah, berpolitik, berhukum, dan semua aspek kehidupan Islami lainnya yang merupakan ciri khas model manusia bermutu dalam Islam. Oleh sebab seorang muslim telah berikrar untuk hanya menuhankan Allah SWT, wajib baginya menerima celupan Allah agar mudah bagi dirinya untuk berpola hidup yang indah sebagaimana model kehidupan Rasulullah SAW. س ُن ِمنَ ه ص ْبغَةَ ه َعا ِبدُون َ ُص ْبغَةً ۚ َونَحْ ُن لَه ِ َِّللا ِ َ َّْللاِ ۚ َو َم ْن أَح “Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah (QS Al-Baqarah: 138) Aqidah Laa ilaaha illallah hakikatnya merupakan revolusi dalam diri dan kehidupan. Sehingga dengan ikrar dua kalimah syahadah, semestinya seluruh aspek kepribadian dan kehidupan seseorang berubah total sesuai tuntutan dan konsekuensi ikrar syahadat tauhid tersebut. Umar bin Khattab RA berubah sama sekali cara hidup dan cara pandang terhadap kehidupan setelah mengikrarkan kalimat syahadat, dari status sebagai musuh Allah SWT dengan kepribadian bengis dan terbiasa dalam kemaksiatan, menjadi pribadi yang sangat takut kepada Allah SWT dan menjadi pembela agama-Nya yang terdepan. Saat menjadi khalifah bahkan Umar setiap malam menghabiskan waktunya dengan meronda untuk mengetahui keadaan Masyarakat, sehingga didapati beberapa kejadian luar biasa yang tertulis dalam Sejarah. 8. URGENSI AQIDAH: AKIDAH MERUPAKAN PERISAI TERBAIK AKidah Islam yang benar dan kokoh merupakan perisai terbaik yang melindungi seorang muslim atas tiga hal, yakni: a. Banyak beredarnya syubhat (pemikiran-pemikiran menyimpang) seputar akidah. Hal ini akan terus terjadi sepanjang masa, sebagai bagian dari ujian. Ummat-ummat terdahulu juga selalu terfitnah dengan syubhat yang sangat merusak akidah ummat, khususnya yang terkait dengan syirik dan bid’ah. Bahkan masalah ini selalu menjadi perseteruan antar kelompok maupun dalam satu kelompok hingga di era modern ini. Kelompok penyebar syubhat selalu mendapatkan “kemudahan” untuk mendapatkan pengikut, sebagai ujian bagi yang beriman. b. Dahsyat dan beragamnya pengaruh syahwat (godaan hawa nafsu) dalam kehidupan jahiliyah kuno dan modern. Syubhat dan syahwat selalu menjadi dua senjata andalan utama setan dalam permusuhan besarnya menghadapi hamba-hamba Allah yang beriman. Dua hal tersebut selalu menarik perhatian banyak orang, terlebih masalah syahwat. Kehidupan bebas tanpa kendali selalu menarik perhatian banyak Masyarakat. c. Berragam ujian dan cobaan yang dijanjikan oleh Allah SWT sehingga telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sesuai sunnatullah. Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 155: َوبَش ِِر ت َ َِولَنَ ْبلُ َونه ُكم ب ِ ص ِمنَ ْٱْل َ ْم ٰ َو ِل َو ْٱْلَنفُ ِس َوٱلث ه َم ٰ َر ِ ش ْىءٍ ِمنَ ْٱلخ َْو ٍ ف َو ْٱل ُجوعِ َونَ ْق َص ِب ِرين ٱل ٰ ه Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Dengan akidah yang kokoh seorang muslim akan sanggup menjaga dirinya dengan melakukan tazkiyatun nufus (pensucian jiwa) dengan berbagai ibadah, amal shaleh (sedekah dan wakaf), hidup berjamaah dan selalu berusaha berada di lingkungan yang baik. 9. URGENSI AKIDAH: AKIDAH MENJADI BENTENG DALAM GHAZWUL FIKRI Hanya akidah yang kokoh yang sanggup menghadapi serangan pemikiran yang giat dilancarkan musuh, khususnya dari kalangan Yahudi dan Barat. Namun akidah yang dimaksud bukan hanya dari seorang muslim saja, melainkan dari sekelompok muslim yang dengan ilmunya giat melakukan dakwah ke dalam, dan counter secara intensif kepada lawan dengan ilmu yang memadai. Hal ini disebabkan ghazwul fikri dilakukan oleh semua musuh Islam dari semua penjuru, baik pemikiran (sekularisme, hedonisme, sinkritisme, pluralisme, feminisme dan sebagainya) tontonan yang merusak akhlak, makanan, budaya, games, gadget dan masih banyak ragam serangan yang melenakan (liberalisasi pola hidup). Jadi serangan yang akan merusak sibghah Allah terjadi besar-besaran dan di banyak sektor dan sangat rapi, terrencana, halus, bertahap serta para pelaku mendapatkan stimulan yang sangat menarik dari Yayasan-yayasan Yahudi dan Barat dengan dana yang “tak terbatas”. Oleh sebab itu gangguan ini sangat efektif. Apalagi masih sangat banyak masyarakat yang belum terpapar dengan akidah lurus, sehingga banyak sekali kemaksiyatan yang kemudian berganti judul menjadi toleransi, kebhinekaan dan kesetaraan. Padahal tiga kata tersebut secara hakikat dan realitas hanya ada dalam Islam. 10. URGENSI AKIDAH: PENGUATAN AKIDAH YANG LURUS Upaya pembekalan dan penguatan akidah ini bagi setiap muslim dan muslimah, jadi semakin urgen jika mengingat, memperhatikan dan mencermati betapa bahaya dan maraknya fenomena penyimpangan aqidah di tengah masyarakat saat ini. Kesyirikan seperti perdukunan, peramalan, sihir dan bahkan pengobatan dalam berbagai bentuknya masih digemari masyarakat dan banyak dicontohkan oleh para pejabat, tokoh masyarakat, dan public figuresi dan menjadi salah satu lahan dan komoditi bisnis terlaris. Sebagian besar penyedia jasa dan konsumen justru dari kalangan muslim sendiri yang lemah iman dan telah tercemar dengan filsafat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Para pelaku bisnis ini Sebagian besar berkedok agama, yakni dengan menggunakan doa-doa dan amalan-amalan yang biasa dilakukan oleh seorang muslim, dan melabeli dirinya dengan ustadz, kyai, ajengan, orang pinter dan sebagainya yang sangat menyesatkan. Syubhat semacam ini menjadi pembenar bagi muslim lemah untuk berkunjung dan meminta sesuatu kepada bangsa jin melalui perantara para dukun 11. SIMPULAN Akidah merupakan prinsip dasar yang pertama dan utama dalam Islam. Tidak mungkin seseorang masuk Islam tanpa mengucapkan ikrar keterikatan dua kalimat syahadat. Dua kalimat inilah yang menjadi prasyarat ketundukannya dalam melaksanakan seluruh ajaran Islam, dengan suka rela dan penuh kecintaan kepada Allah SWT. Siapa pun yang telah berakidah Islam, maka ketundukannya hanya diberikan kepada Allah. Ketundukan kepada makhluk hanya dilakukan dalam rangka mentaati Allah SWT. Ketundukan yang sekilas mengungkung namun hakikatnya menjadi kalimat pembebas manusia dari penjajahan makhluk dan dirinya sendiri untuk melakukan segala perkara yang akan merusak hidupnya di dunia dan menyengsarakan masa depannya di akhirat. Dengan berakidah, seorang muslim akan bisa membentengi dirinya dari segala macam fitnah makhluk di dunia ini dan menjadikannya kuat dan kokoh dalam komitmen sucinya dengan sang Pemberi hidup dan pemilik negeri akhirat. Akidah juga membuat kehidupan seseorang menjadi indah, penuh kasih sayang dan damai terhadap siapa pun kecuali yang mengganggunya dalam rangka mentaati Allah SWT.