Nilai : Penilai : LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN SEMESTER GANJIL 2023-2024 ACARA KE 3 PENGARUH PEMANASAN TERHADAP AKTIVITAS MIKROORGANISME Nama Lengkap : Deva Dhaharoe Dwi Kharisma NIM Kelas THP : 221710101096 :C PS. TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER SEPTEMBER 2023 PENDAHULUAN Mikroorganisme, memiliki peran penting dalam dunia makanan dan lingkungan kita. Mereka datang dalam berbagai bentuk dan mampu berkembang biak dengan cepat, menggunakan nutrisi dalam makanan dengan efisien, serta memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam beragam kondisi lingkungan. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua bakteri berdampak buruk bagi manusia; ada yang bermanfaat dan ada yang berpotensi membahayakan. Pentingnya penanganan dan pengolahan bahan makanan yang tepat tidak dapat diabaikan, karena kesalahan dalam proses ini dapat mengakibatkan kerusakan atau kontaminasi mikroorganisme pada makanan. Kontaminasi ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan konsumen. Salah satu cara efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada bahan makanan adalah dengan menggunakan proses pemanasan (Sopandi, 2014). Suhu memiliki pengaruh besar terhadap aktivitas dan pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan suhu yang dibutuhkan, mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama, yaitu psikrofil (tumbuh pada suhu rendah), mesofil (tumbuh pada suhu sedang), dan termofil (tumbuh pada suhu tinggi). Bakteri termofilik, sebagai contohnya, mampu tumbuh pada suhu yang tinggi dan memiliki mekanisme khusus untuk bertahan dari suhu tinggi. Sebaliknya, bakteri mesofilik tumbuh pada suhu yang lebih moderat dan sering digunakan dalam produksi makanan seperti keju, yoghurt, bir, dan anggur. Pemanfaatan mikroba dalam lingkungan juga memiliki potensi besar dalam mengatasi masalah pencemaran. Mikroorganisme ini memiliki sifat kecil, cepat berkembang biak, dan bisa hidup di lingkungan yang berbeda dari inangnya. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi dekomposer yang efisien dalam siklus makanan dan membantu mengelola lingkungan dengan baik (Pelang, 2017). Selain itu, proses pemanasan dapat digunakan sebagai metode pengendalian populasi mikroorganisme. Mikroorganisme memiliki suhu optimum yang berbeda-beda, dan suhu di atas atau di bawah batasan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mereka. Suhu yang melebihi batas maksimum pertumbuhan mikroba akan menyebabkan kematian mereka karena kerusakan pada membran sel dan DNA. Proses kematian ini terjadi secara logaritmik, di mana semakin tinggi suhu, semakin besar pula kematian mikroba. Dengan memahami pengaruh suhu pada mikroorganisme dan pentingnya penanganan bahan makanan yang tepat, kita dapat menjaga keamanan makanan dan lingkungan yang sehat. Selain itu, pemanfaatan mikroorganisme dalam pengelolaan lingkungan juga merupakan langkah yang berpotensi memberikan manfaat besar dalam mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena itu, penelitian dan pemahaman lebih lanjut tentang interaksi mikroorganisme dengan suhu dan lingkungan sangat penting (Pelang, 2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemanasan terhadap ketahanan sel. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara mengukur laju kematian sel akibat pemanasan pada suhu dan waktu yang berbeda. Selain itu, penelitian ini juga akan mengkaji pengaruh suhu preinkubasi dan medium pemanas terhadap ketahanan panas sel. ALAT BAHAN Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Tabung reaksi 1. Nutrient Broth (NB) 2. Cawan Petri 2. Nutrient Agar (NA) 3. Erlenmeyer 3. Larutan Fisiologis 4. Inkubator 4. Biakan E.Coli dan B.Subtilis 5. Rak tabung reaksi 6. Colony counter 7. Autoklaf 8. Bunsen 9. Pi-pump 10. Pipet ukur 11. Tisu PROSEDUR PRAKTIKUM 1. Mengukur Laju Kematian Sel Karena Pemanasan E. Coli dalam media NB Pengambilan suspensi 5 ml ke tabung reaksi kosong Pemanasan 60°C Pemanasan 60°C Pemanasan 60°C Pemanasan 60°C t : 0 menit t : 5 menit t : 10 menit t : 20 menit Pengambilan suspensi 5 ml -1 Pengenceran 10 (larfis 45 ml) -2 -5 Pengenceran 10 hingga 10 (larfis 9 ml) Media NA -3 Platting 10 -10 -5 Inkubasi (T : 30°C, t : 24 jam) Pengamatan Gambar 1. Skema Kerja Pengukuran Laju Kematian Sel Karena Pemanasan Fungsi Perlakuan: Dalam praktikum ini, sampel yang digunakan adalah suspensi E.Coli yang ditempatkan dalam media NB. Alasan penggunaan E.Coli dalam media NB adalah untuk memungkinkan bakteri tumbuh dengan cepat dan bertahan hidup. Pada awal eksperimen, kita mengambil 5 ml suspensi E.Coli dan memindahkannya ke dalam 4 tabung reaksi yang kosong untuk membuat 4 kelompok perlakuan yang berbeda. Selanjutnya, dilakukan pemanasan suspensi ini pada suhu 60°C, dengan interval waktu yang berbeda-beda, yaitu 0 menit, 5 menit, 10 menit, dan 20 menit. Tujuan dari penggunaan waktu yang berbeda selama pemanasan adalah untuk memahami bagaimana laju kematian sel E.Coli berkembang seiring berjalannya waktu pada suhu tinggi. Setelah proses pemanasan, dilanjut dengan mengambil 5 ml suspensi dari masing-masing perlakuan untuk melakukan pengenceran. Dilakukan pengenceran awal sebesar 101 dengan menggunakan larutan fisio sebanyak 45 ml untuk mengurangi konsentrasi mikroba. Kemudian, dilakukan pengenceran 102 hingga 107, menggunakan larutan fisio sebanyak 9 ml. Langkah terakhir adalah melakukan plating dengan tujuan untuk menumbuhkan mikroba pada media agar dapat diamati lebih lanjut. Proses ini juga melibatkan pengenceran hingga 108 hingga 1010. Setelah plating, kita menginkubasi media pada suhu 30°C selama 24 jam untuk memberi waktu mikroba untuk tumbuh. Selanjutnya, kita akan melakukan observasi terhadap hasil praktikum ini untuk mendapatkan data yang diperlukan. Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk memahami pengaruh suhu dan waktu pemanasan terhadap populasi mikroba dalam suspensi E.Coli. 2. Pengaruh Suhu Pre-Inkubasi Terhadap Ketahanan Sel Pada Pemanasan E. Coli dalam media NB Pengambilan suspensi 5 ml ke tabung reaksi kosong Pre-inkubasii Pengambilan suspensi 5 mL Pengenceran 10 (larfis 45 mL) Pengambilan suspensi 5 mL Pengenceran 10 (larfis 45 mL) Pemanasan 60°C, t = 15 menit -2 -3 Pengambilan suspensi 5 mL -1 -5 Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Platting 10 -10 Pre-inkubasii -1 Pemanasan 60°C, t = 15 menit -2 Pendinginan suhu kamar -5 -3 Pengenceran 10 (larfis 45 mL) Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) -2 -5 Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Platting 10 -10 -1 Pengambilan suspensi 5 mL Pendinginan suhu kamar -5 Pengenceran 10 (larfis 45 mL) -5 Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Pengamatan -1 -2 -5 Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Pengamatan -3 Platting 10 -10 -5 -3 Platting 10 -10 -5 Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) Pengamatan Pengamatan Gambar 2. Skema Kerja Pengaruh Suhu Pre-Inkubasi Terhadap Ketahanan Sel Pada Pemansan Fungsi Perlakuan: Langkah pertama dalam praktikum ini adalah menyiapkan sampel E.Coli yang telah ditanam pada media NB (Nutrient Broth). Setelah itu, ambil 5 mL suspensi E.Coli dari media NB dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi kosong. Selanjutnya, lakukan dua perlakuan berbeda. Perlakuan pertama disebut pre-inkubasi, sementara perlakuan kedua adalah inkubasi pada suhu 30°C selama 15 menit. Kedua perlakuan ini dilakukan baik dengan pemanasan dan tanpa pemanasan. Pada perlakuan tanpa pemanasan, setelah mengambil 5 mL suspensi E.Coli, langsung meneruskan dengan pengenceran 10-1 ke dalam larutan fisiologis sebanyak 45 mL. Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk membuat pengenceran bertingkat. Sementara pada perlakuan pemanasan, setelah mengambil 5 mL suspensi E.Coli, dilakukan pemanasan selama 15 menit pada suhu 60°C untuk tujuan sterilisasi. Setelah itu, suspensi didiamkan hingga mencapai suhu kamar agar kondisi suhu menjadi normal. Kedua perlakuan kemudian dilanjutkan dengan pengenceran dari 10-2 hingga 10-5 ke dalam larutan fisiologis dengan volume 9 mL. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Selanjutnya, lakukan platting pada pengenceran 10-3 hingga 10-5 pada media NA (Nutrient Agar) untuk mengisolasi bakteri. Platting ini akan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 30°C agar bakteri dapat berkembang dan membentuk koloni. Pengamatan dilakukan selama 24 jam untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh menggunakan alat penghitung koloni. Langkah-langkah ini penting dalam penelitian kami untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan bakteri E.Coli dalam berbagai kondisi perlakuan. 3. Pengaruh Medium Pemanas Terhadap Ketahanan Panas Sel E. Coli dalam media NB Pengambilan suspensi 5 ml ke tabung reaksi kosong -1 -1 -1 -1 Pengenceran 10 (aquades steril 45 mL) Pengenceran 10 (aquades steril 45 mL) Pengenceran 10 (larutan garam 2% 45 mL) Pengambilan suspensi 1 mL Pemanasan 60°C, t = 15 menit Pengambilan suspensi 1 mL -2 -3 Platting 10 -10 -2 -5 Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Pendinginan suhu kamar -2 -5 Platting 10 -10 Pemanasan 60°C, t = 15 menit -5 Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) -3 -5 Pengenceran 10 (larutan garam 2% 45 mL) Pendinginan suhu kamar -5 -2 -5 Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Pengenceran 10 -10 (larfis 9 mL) Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) -3 Platting 10 -10 -3 -5 Platting 10 -10 -5 Pengamatan Pengamatan Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) Inkubasi (T: 30°C, t: 24 jam) Pengamatan Pengamatan Gambar 3. Skema Kerja Pengaruh Medium Pemanas Terhadap Ketahanan Panas Sel Fungsi Perlakuan: langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan biakan murni. Hal ini dilakukan dengan mengambil 5 ml bakteri Escherichia coli (E.Coli) yang ada dalam media (NB). Kemudian, 5 ml tersebut ditransfer ke dalam dua erlenmeyer berisi 45 ml aquades steril dengan menggunakan pipet, yang dikenal sebagai pengenceran 10-1. Pengenceran ini harus dilakukan di dekat bunsen untuk menjaga sterilisasi dan mencegah kontaminasi. Pada erlenmeyer kedua, dilakukan pemanasan pada suhu 30°C selama 15 menit. Hal ini dilakukan sebagai perlakuan berbeda untuk melihat perbedaan jumlah mikroba yang tumbuh pada setiap perlakuan. Pemanasan bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba yang tumbuh. Selanjutnya, ambil 1 ml dari faktor pengenceran 10-1 dan transfer ke faktor pengenceran 10-2 menggunakan pipet yang berbeda. Kemudian, dilakukan homogenisasi menggunakan alat vortex agar mikroba dapat tercampur merata dalam larutan. Langkah berikutnya adalah mengulangi proses pengenceran hingga mencapai faktor pengenceran 10-5, dengan masing-masing faktor pengenceran berisi 9 ml larutan. Selanjutnya, ambil 1 ml dari tiga faktor pengenceran terakhir (10-3, 10-4, dan 10-5) menggunakan pipet yang berbeda dan masukkan ke dalam tiga cawan petri yang berbeda pula. Tambahkan media Nutrient Agar (NA) ke keenam cawan petri yang telah berisi suspensi mikroba hingga menutupi seluruh permukaan dasar cawan petri. Media NA ini digunakan sebagai media agar pertumbuhan mikroba dapat terlihat dengan jelas. Goyangkan cawan petri dengan pola atas bawah, kanan kiri, dan memutar agar mikroba tercampur merata dengan media. Pastikan penggoyangan dilakukan dengan cepat sebelum media membeku. Letakkan cawan petri yang telah berisi mikroba dan media tersebut ke dalam inkubator dengan suhu 30°C selama 24 jam. Proses inkubasi ini bertujuan agar bakteri dapat tumbuh dengan baik. Setelah 24 jam inkubasi, lakukan pengamatan menggunakan alat penghitung koloni (colony counter) untuk memudahkan perhitungan jumlah bakteri yang tumbuh. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Pengamatan Tabel 1. Data pengamatan laju kematian sel karena pemanasan Perlakuan Pemanasan 60 OC, t= 0 menit Pemanasan 60 OC, t= 5 menit Pemanasan 60 OC, t= 10 menit Pemanasan 60 OC, t= 20 menit Pengenceran 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 Total E. coli 940 181 20 133 14 3 284 46 4 152 22 2 Tabel 2. Data pengamatan pengaruh suhu pre-inkubasi terhadap katahanan sel pada pemanasan Perlakuan Pre-Inkubasi non pemanasan Pre-Inkubasi pemanasan Inkubasi non pemanasan Inkubasi pemanasan Pengenceran 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 Total E. coli 832 484 496 319 13 7 345 36 1 840 190 157 Tabel 3. Data pengamatan pengaruh medium pemanas terhadap ketahanan panas sel Perlakuan Aq. Steril non pemanasan Aq. Steril pemanasan Larutan garam 2% non pemanasan Larutan garam 2% pemanasan Pengenceran 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 10-3 10-4 10-5 Total E. coli 348 204 156 280 56 4 1036 568 58 428 72 10 Data Hasil Perhitungan Sampel Jumlah Koloni Pemanasan 60°C, t= 0 menit 1,8 x 106 Pemanasan 60°C, t= 5 menit 1,3 x 105 Pemanasan 60°C, t= 10 menit 4,6 x 105 Pemanasan 60°C, t= 20 menit 1,5 x 105 Pre-inkubasi non pemanasan 4,8 x 106 Pre-inkubasi pemanasan 3,2 x 105 Inkubasi non pemanasan 3,6 x 105 inkubasi pemanasan 8,8 x 106 Aq. Steril non pemanasan 8,8 x 106 Aq. Steril pemanasan 5,6 x 105 Larutan garam 2% non pemanasan 5,8 x 106 Larutan garam 2% pemanasan 7,2 x 105 Pembahasan Escherichia coli, yang sering disebut E. coli, merupakan sejenis bakteri enterik gram negatif yang secara umum dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Bakteri ini menjadi patogen ketika berada di luar lingkungan normalnya, yang seharusnya terdapat di dalam usus. Bakteri E. coli sangat rentan terhadap suhu tinggi. Pada suhu antara 40-45°C, pertumbuhan bakteri terhambat dan bahkan bisa mengalami inaktivasi. Dari tabel 1, dapat disimpulkan bahwa pemanasan di atas suhu normal dapat memengaruhi pertumbuhan bakteri dan dapat merusak sel, mengakibatkan kematian bakteri. Semakin lama proses pemanasan berlangsung, jumlah bakteri cenderung semakin berkurang, menunjukkan efektivitas inaktivasi sel yang semakin tinggi. Kenaikan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan pada struktur protein enzim dalam bakteri, yang pada akhirnya mengakibatkan kematian sel bakteri (Kurniati, 2020). Dalam konteks perlakuan menggunakan inkubasi, terdapat perbedaan dalam pertumbuhan sel bakteri. Berdasarkan tabel 2, perlakuan pre-inkubasi menghasilkan penurunan jumlah bakteri E. coli setelah pemanasan. Di sisi lain, pada perlakuan inkubasi, jumlah bakteri menunjukkan hasil yang berlawanan. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang optimal bagi bakteri selama proses inkubasi. Sehingga setelah melalui proses pemanasan, sisa bakteri yang masih bertahan mampu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan bakteri rata-rata meningkat dan mencapai puncak pada jam ke-48 setelah penurunan (Septiani dkk., 2017). Pada perlakuan yang menggunakan media aqua steril dan larutan garam, terdapat perbedaan hasil. Penurunan jumlah bakteri E. coli secara persentase lebih tinggi terjadi pada media yang mengandung larutan garam (2%) dibandingkan dengan media aqua steril. Hal ini disebabkan oleh tingkat pH yang lebih rendah pada larutan garam, yang mengakibatkan inaktivasi bakteri berjalan lebih efisien. Menurut penelitian oleh Kurniati dkk. (2020), larutan dengan pH rendah memiliki kelarutan CO2 yang tinggi dalam air, sehingga efek mikrobisidalnya lebih kuat. Tingkat pH yang rendah juga membuat sel E. coli menjadi lebih permeabel, memudahkan CO2 untuk masuk ke dalam sel bakteri, dan dengan cepat mengakibatkan inaktivasi atau kematian bakteri. Dengan demikian, penelitian ini mengindikasikan bahwa suhu tinggi, kondisi inkubasi, dan media dengan pH rendah dapat memengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri E. coli dalam konteks tertentu. KESIMPULAN Dalam praktikum ini, evaluasi pertumbuhan mikroba, seperti E.Coli, dilakukan dengan memanfaatkan suhu sebagai faktor utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pertumbuhan mikroba memiliki peran penting dalam mengontrol pertumbuhan mereka. Setiap jenis mikroba memiliki suhu optimal, maksimal, dan minimal yang memengaruhi kecepatan pertumbuhannya. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meningkatkan suhu di atas tingkat optimal dapat menghambat pertumbuhan mikroba, dan ada suatu titik di mana peningkatan suhu tidak lagi berdampak positif pada pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, pemahaman tentang karakteristik suhu pada mikroba menjadi kunci dalam mengendalikan dan memanfaatkan mikroba dalam berbagai konteks, termasuk dalam penelitian ini. Hasil praktikum menunjukkan bahwa suhu dan lama waktu pemanasan memiliki dampak pada pertumbuhan E.Coli, dan pengetahuan ini memiliki implikasi yang signifikan dalam penelitian mikrobiologi selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Sopandi, T., Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan Teori dan Praktik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta Pelang, S. L. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLIPADA MAKANAN PECEL DI PEDAGANG KAKI LIMA (StudiObservasional di KelurahanKedungmundu, Tembalang, Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang). Kurniati, E., Anugroho, F., & Sulianto, A. A. (2020). Analisis pengaruh pH dan suhu pada desinfeksi air menggunakan microbubbble dan karbondioksida bertekanan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 10(2), 247-256. Septiani, S., Dewi, E. N., & Wijayanti, I. (2017). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lamun (Cymodocea rotundata) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Antibacterial Activities of Seagrass Extracts (Cymodocea rotundata) Against Staphylococcus aureus and Escherichia coli). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 13(1), 1-6.