Uploaded by Sadam Husin

MAKALAH BROBLEMATIKA TIM 1

advertisement
KONSEP, PRINSIP, DAN PILAR PENDIDIKAN UNIVERSAL
Disusun oleh
Kelompok 1
Sadam Husin
(2023106211003)
Natalia Paulina Temi
(202310620211017)
Nur Khoirotin
(2023106202110112)
Rido Illah
(202310620211006)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan keberkahan
yang diberikan, sehingga tulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Harapan penulis, semoga tulisan makalah ini dapat diterima dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari ketidak
sempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaanya dan kebaikan kedepannya.
September, 2023
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
A. konsep dan prinsip pendidikan universal .................................................. 5
B. Pilar pendidikan universa ........................................................................ 10
C. Pandangan pokok pendidikan dunia terkait pendidikan universal .......... 13
D. Islamic value dalam pendidikan universal .............................................. 18
E. Pendidikan Universal dalam sudut pandangan Biologi/Pendidikan
Biologi ...................................................................................................... 20
BAB III .................................................................................................................. 22
PENUTUP ............................................................................................................. 22
E. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting
dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia
dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia. Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan
adalah proses atau perbuatan mendidik. Pendapat lain mengatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan
tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri
tidak dengan bantuan orang lain. Jadi karena manusia diciptakan oleh Tuhan
dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan
untuk
mengembangkan
kehidupannya
demi
memuaskan
rasa
keingintahuannya (Ulum, 2020).
Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan
masyarakat, pendidikan ini menjadi sebuah proses yang dilalui setiap individu
menuju ke arah yang lebih baik dalam melangsungkan kehidupannya, karena
pendidikan adalah salah satu jalan seseorang mendapatkan pengetahuan untuk
dijadikan sebagai modal dan acuan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti pendidikan universal
adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak
untuk memperoleh pendidikan tanpa menghiraukan suku, jenis kelamin,
kepercayaan, dan kemampuan. Pendidikan Universal merupakan proyek
pendidikan yang berkomitmen untuk pendidikan yang mempromosikan
1
kualitas dan nilai-nilai seperti etika, kebijaksanaan, tanggung jawab atau
altruisme, yang bersifat universal, dapat dimiliki oleh semua orang tanpa
memandang usia, budaya, ras atau agama. Pendidikan universal (universal
education) berarti tersedianya sarana yang dapat menampung Pendidikan
untuk semua (Neolaka, 2017).
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang mendasar bagi semua
manusia. Pendidikan sangatlah penting karena dapat mengubah kehidupan
seseorang. pendidikan merupak hak asasi yang benar-benar penting dan wajib
di dapatkan semua manusia. Menurut UNESCO, yang dimaksud hak atas
pendidikan adalah:
1.
Pendidikan dasar yang gratis, wajib, dan bersifat universal
2.
Pendidikan menengah, termasuk teknik dan kejuruan yang tersedia
secara umum, dapat diakses oleh semua atas dasar kapasitas individu yang
progresif gratis
3.
Pendidikan tinggi yang dapat diakses oleh semua orang atas dasar
kapasitas individu namun progresif gratis
4.
Pendidikan dasar bagi individu yang belum menyelesaikan
pendidikan
5.
Kesempatan pelatihan profesional
6.
Pemerataan mutu pendidikan melalui standar minimal
7.
Pengajaran dan perlengkapan berkualitas untuk guru Sistem
fellowship yang memadai dan kondisi materi untuk staf pengajar Kebebasan
memilih
Pendidikan universal merupakan hak asasi manusia setiap warga negara
yang dijamin dengan UUD 1945. Pasal 28C Ayat 1 berbunyi, “Setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.” Sebagai mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu
pendidikan sudah selayaknya kita mengetahui tentang pendidikan itu sendiri
2
khususnya konsep, prinsip, dan pilar pendidikan universal agar senantiasa
para penikmat pendidikan bisa berorientasi pada produk dan hasil belajar.
kemudian agar kita sebagai mahasiswa yang sedang belajar untuk dapat
menguatkan sistem pendidikan khususnya pendidikan di Indonesia.
Salah satu masalah dalam pendidikan adalah bagaimana mengembangkan
semua kemampuan dasar yang dimiliki manusia sejak lahir itu akan dapat
berkembang, sehingga manusia dapat berperan baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial dengan tetap berada di dalam lingkup hakikat
kemanusiannya. Dalam Tugas Mata Kuliah Pengembagan Problematika
Pendidikan Biologi, penyusun akan memaparkan “Konsep, prinsip, dan pilar
pendidikan universal”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
pada makalah ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep dan prinsip pendidikan universal?
2.
Apa saja pilar pendidikan universal?
3.
Bagaimana pandangan tokoh pendidikan dunia terkait pendidikan
universal?
4.
Bagaimana islamic value dalam pendidikan universal?
5.
Bagaimana
pendidikan
universal
dalam
sudut
pandang
biologi/pendidikan biologi?
C. Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan
untuk menjelaskan tentang :
1. Konsep dan prinsip pendidikan universal
2. Pilar pendidikan universal
3. Pandangan tokoh pendidikan dunia terkait pendidikan universal
3
4. Islamic value dalam pendidikan universal
5. Pendidikan universal dalam sudut pandang biologi/pendidikan biologi
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dan Prinsip Pendidikan Universal
Pendidikan
kesempatan
universal
kepada
adalah
semua
anak
Sistem
pendidikan
untuk
memperoleh
yang
memberikan
pendidikan
tanpa
menghiraukan suku, jenis kelamin, kepercayaan, dan kemampuan. Setiap manusia
merupakan individu-individu yang unik dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Keunikan karakteristik tersebut ada yang Nampak dengan jelas seperti
karakteristik fisik seseorang, namun ada yang tidak Nampak seperti kemampuan
seseorang dalam bermain music. Bagi sebagian anak-anak, keunikan yang mereka
miliki justru menjadikan mereka kurang muncul karena adanya kelainan perilaku,
perbedaan bahasa dan budaya, kemampuan intelektual, gangguan sensorik serta
disabilitas.
Dahulu di Indonesia anak-anak dengan beberapa perbedaan karakteristik
seperti kelainan intelektual, disabilitas, gangguan sensorik, hanya dapat
bersekolah secara terpisah, yaitu di Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun demikian,
mereka kini telah mendapat akses yang lebih luas terhadap pendidikan dengan
banyak didirikannya sekolah-sekolah inklusi yang memberi kesempatan kepada
mereka untuk mendapat pendidikan yang setara bersama anak-anak seusia mereka
tanpa harus ada pemisahan. Tujuan dari pendidikan inklusif sendri yaitu
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk
memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan kondisi anak.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan keberagaman karakteristik
peserta didik dalam kelas yang inklusif adalah dengan menerapkan prinsip
Universal Design for Learning atau yang biasa disingkat dengan UDL.
Pendekatan UDL ini memberi keleluasaan kepada guru untuk menyesuaikan
kurikulum, menyesuaikan cara penyampaian pembelajaran, dan menilai siswa
5
dengan carra yang memungkinkan. Berikut penjelas tentang tentang Konsep
pendidikan (UDL) :
1. Pengertian Konsep Universal Design for Learning (UDL)
Pada dasarnya, UDL adalah sebuah konsep pendidikan atau pendekatan untuk
merancang metode pembelajaran, bahan ajar, kegiatan pembelajaran, dan prosedur
evaluasi dalam upaya untuk membantu individu dengan "perbedaan besar dalam
kemampuan mereka untuk melihat, mendengar, berbicara, bergerak, membaca,
menulis, memahami bahasa, hadir, mengatur, terlibat dan mengingat” (Orkwis
2003)
Dalam pendekatan Universal Design for Learning materi pembelajaran yang
mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik dikembangkan sejak awal. UDL
mencakup konsep dasar dari "desain universal" yang dijelaskan di atas dan
menetapkan tiga prinsip fleksibilitas berikut untuk pengembangan kurikulum
(SETDA Policy Brief, 2014) :
a. Multiple Means of Engagement
Menyediakan berbagai cara keterlibatan untuk mendukung pembelajaran
yang efektif dengan cara :
1)
Menstimulasi minat peserta didik
Guru mendorong semangat peserta didik untuk melakukan sesuatu dengan
meningkatkan pengalaman belajar yang dapat melibatkan seluruh siswa di
kegiatan pembelajaran
2)
Meningkatkan ketekunan belajar
Ketekunan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh sesorang secara terusmenerus, terarah dan terjadwal dalam mengolah bahan mata pelajaran untuk
memperoleh pengetahua, pemahaman dan keterampilan
3)
Menjelaskan regulasi diri
Regulasi diri adalah pengendalian pikiran, perasaan dan prilaku yang
direncanakan dan disesuaikan untuk mewujudkan tujuan pribadi
6
b. Multiple means of actions and ekspresion
Menyediakan berbagai cara yaitu tindakan dan ekspresi sebagai upayah
mendukungcara belajar yang strategis dengan cara :
1) Menyediakan pilihan untuk aktifitas fisik
Menyediakan berbagai cara berupa tidakan dengan ekspresi sebagai upayah dalam
mendukung cara belajar yang strategis ( yaitu bagaimna kita belajar)
2) Menyediakan pilihan berekspresi dan komunikasi
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan pemahaman
mereka
3) Menyediakan pilihan untuk berpikir Eksekutif
Pemahaman tersebut dalam berbagai cara seperti melalui tesatau makalah, melalui
seni, presentasi multimedia, dan rekaman digital.
c. Multiple Means of representations
1)
Pilihan untuk presepsi
Menyediakan berbagai sarana yang representatif untuk mendukung cara
memberikan makna pelajaran seperti menyajikan kontendalam berbagai cara
(video, teks, grafik,dll)
2)
Pilihan untuk bahas, simbol,angka
Strategis intruksional yang penting untuk memastikan bahwa presentasi
alternatif disediakan tidak hanya untuk sebagian tapi uantuk semua siswa
3)
Pilihan untuk pemahaman tujuan
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk membuat informasi, namun dapat
diakses oleh siswa dan siswa dapat memperoses informasi menjadi pengetahuan
yang dimiliki. .
7
2. Penerapan “ Universal Design Learning” Dalam Pembelajaran
Pada bagian ini, akan disajikan beberapa contoh bahan ajar yang
menerapkan prinsip-prinsip Universal Desain Learning bahwa penerapan
Universal Design for Learning pada bahan ajar mencakup beberapa hal: 1)
aksesibilitas bahan cetak, 2) aksesibilitas konten digital, 3) aksesibilitas bahan ajar
visual, dan 4) aksesibilitas bahan ajar audio. Untuk mewujudkan suatu bahan ajar
yang aksesibel maka bahan ajar yang digunakan haruslah dalam bentuk digital.
Hal itu dikarenakan bahan ajar digital sangatlah fleksibel sehingga dapat dengan
mudah dimanipulasi, dimodifikasi, dan dikombinasikan dengan asistif teknologi.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan Universal Design for Learning pada
bahan ajar yang dikombinasikan dengan asistif teknologi:
a. Penggunaan bahan ajar digital
Seperti dijelaskan di atas, bahwa accessibilitas bahan ajar salah satunya
dapat dicapai dengan cara menggunakan bahan ajar dalam bentuk digital karena
hal itu sangat mendukung adanya fleksibilitas. Fleksibilitas tersebut misalnya
adalah ukuran, jenis, dan warna font yang bisa disesuaikan, warna dan kecerahan
background teks yang bisa diatur, dan kompatibilitas untuk bisa dikombinasikan
dengan aplikasi-aplikasi asistif teknologi seperti screen reader, dll.
b. Pembelajaran menggunakan “ Blacboard Collaborate”
Salah satu tantangan terbesar dalam kelas inklusi adalah keberagaman
karakteristik peserta didik sehingga membutuhkan bermacam-macam teknologi
bantu. Salah satu aplikasi yang memenuhi prinsip UDL yang dapat digunakan
dalam pembelajaran baik secara online maupun offline adalah “ Blackboard
Collaborate” ini adalah sebuah aplikasi yang mana fitur-fiturnya telah didesain
sedemikian rupa untuk menghilangkan hambatan belajar
8
bagi penyandang disabilitas. Fitur aksesibilitas pada “ Blackboard
Coborate” memungkinkan penyadang disabilitas untuk sepenuhnya terlibat dan
berpartisipasi dalam pengalaman belajar mengajar. Berikut adalah ringkasan
tentang bagaimana “ Blackboard Collaborate” menghilangkan hambatan untuk
akses universal.
1. Untuk mereka dengan hambatan penglihatan (Totally Blind dan Low Vision)
•
Inherited user, skema kontras Warna sistem operasi yang bisa ditetapkan
pengguna
•
User interface yang dapat disesuaikan dengan pengaturan personal
•
Skala tampilan Konten Whiteboard yang bisa diatur oleh moderator dan
peserta
•
Pemberitahuan yang dilengkapi dengan audio seperti adanya peristiwa
penting dalam sesi (mengangkat tangan, peserta bergabung /meninggalkan
kelas, pesan chat masuk, dll)
•
Mendukung penggunaan pembaca layar di seluruh antarmuka utama
2. Untuk mereka dengan hambatan pendengaran
•
Keterangan berbentuk teks pada setiap jendela kegiatan dari semua sesi
•
Adanya fitur pesan teks
•
Subtitle/closed caption yang terintegrasi sehingga dapat menterjemahkan
penjelasan verbal ke dalam bentuk teks secara langsung
•
Multi- streaming
•
Kemampuan untuk menyimpan aktifitas semua peserta Secara langsung
dan arsip
3. Untuk mereka yang memiliki hambatan belajar
•
Adanya sesi “Activity Window” yang
mengkonsolidasikan apa yang
terjadi di sesi untuk membantu siswa agar tetap fokus
9
•
Kemampuan untuk memberikan waktu tambahan untuk membaca slide
presentasi
•
Kemampuan untuk menjelaskan konten visual menggunakan VOIP atau
telepon kepada siswa yang mengalami kesulitan membaca
•
Memungkinkan adanya break out untuk dukungan personal (one by one),
latihan tambahan, les
•
Kemampuan untuk merespon secara verbal dengan mikrofon / teleponn
atau dengan mengetikkan pesan pada jendela obrolan Adanya Rekaman
yang sepenuhnya interaktif untuk mengulangi kelas /konten sesering yang
diperlukan
•
Kemampuan dalam menyiapkan bahan ajar pada “White Board” untuk
dipelajari lebih lajut diluar kelas
•
Adanya fitur yang mendukung instruktur dalam mentransfer file catatan
untuk membantu siswa dalam belajar.
B. Pilar Pendidikan Universal
Peningkatan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat
di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, seperti guru, kurikulum, sarana
prasarana dan lingkungan. Perlu adanya usaha dengan membuat sebuah pondasi
yang kuat agar kualitas pendidikan ini dapat tercapai. Masalah yang muncul dan
sering kita dengar dari berbagai media menandakan bahwa pondasi dari
pendidikan mulai terabaikan (Laksana, 2016). Dalam upaya meningkatkan
kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO (United Nations,
Educational, Scientific and Cultural Organization) yang bergerak dibidang
pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan
yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning
to live together. Keempat pilar tersebut secara sinergi membentuk dan
membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Diharapkan dengan adanya
pondasi dari empat pilar ini maka menjadi jawaban dari permasalahan yang
muncul mengenai pendidikan dan melahirkan siswa yang mampu berkarya dan
dapat menjalankan perannya di lingkungan masing-masing.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menyebabkan perubahan prinsip belajar manusia. Adanya perkembangan itulah
10
yang membuat UNESCO membuat 4 pilar pendidikan sebagai upaya
mempersiapkan pembelajaran di era abad 21 (Tilaar, 1998). Adapun empat pilar
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Learning To Know (Belajar Untuk Mengetahui)
Learning to know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk
mengetahui atau memahami. Prinsip pembelajaran ini harus dikondisikan
agar siswa aktif dan menciptakan suasana untuk selalu ingin mengetahui dan
memahami sesuatu yang baru. Dengan demikian pembelajaran hendaknya
menciptakan sikap ‘penasaran’ pada murid, sehingga murid selalu ingin
belajar lebih jauh (Sukiyasa, 2013). Pilar pertama ini memeliki arti bahwa
para peserta didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan
sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat
memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik
meningkat. karena didalam learning to know terdapat learning how to
learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di
sekitarnya, karena itu adalah proses belajar.
Pilar pertama ini merupakan pintu gerbang pertama masuknya ilmu
pengetahuan, maka keaktifan siswa sangatlah penting. Hal ini juga
merupakan suatu hal mendasar dalam keberhasilan proses pembelajaran.
Metode yang menarik dan inovatif dapat digunakan oleh pendidik untuk
memberikan stimulus agar siswa aktif untuk mencari informasi-informasi
baru. Keaktifan tersebut dapat berupa fisik dan keaktifan psikis (Nugroho,
2016). Learning to know adalah bagian dari proses pembelajaran yang
memungkinkan pelajar/mahasiswa- nya untuk tidak sekedar memperoleh
pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut.
Pilar ini berpotensi besaruntuk mencetak generasi muda yang memiliki
kemampuan intelektual danakademik yang tinggi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk
membangkitkan keaktifan siswa menurut Moh. Uzer Usman (1993)
diantaranya adalah:
1. Memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai
2. Menjelaskan tujuan instruksional
3. Mengingatkan kompetensi belajar
4. Memberikan stimulus berupa masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari
5. Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran
6. Memberikan umpan balik (feedback);
11
7. Melakukan tagihan-tagihan
kepada peserta didik berupa tes
sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur;
8. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
10. Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa
pada saat belajar
2. Learning To Do (Belajar Untuk Melakukan)
Pilar yang kedua adalah learning to do yang menekankan pentingnya
berinteraksi dengan lingkungan dan memecahkan masalah yang muncul.
Kemampuan soft skill dan hard skill sangat dibutuhkan dalam penguatan
pilar ini. Karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian penting
dalam penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, dan
cakap dalam menghadapi perkembangan jaman dengan cara
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (Laksana, 2016). Hard
skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemampuan
teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya (Safrudin, 2018),
sedangkan soft skill merupakan keterampilan di luar.Dua kemampuan yang
dimiliki oleh setiap individu, jika dikembangkan secara seimbang maka
akan menumbuhkan jiwa atau pribadi yang berkualitas.
Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft
skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam
dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian
terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan
zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus
dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.
3. Learning To Be (Belajar Menjadi Diri Sendiri)
Pilar ketiga ini adalah usaha yang dilakukan pendidik agar siswa dapat
mencari jati dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik itu hard
skill maupun soft skill. Terkait proses pencarian jati diri, terdapat beberapa
sumber yang mempengaruhi pembentukan identitas diri pada remaja yaitu
:
1. Lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti
keluarga, tetangga dan kelompok teman sebaya.
2. Kelompok acuan (reference group), yaitu kelompok yang terbentuk pada
remaja misalnya kelompok agama atau kelompok yang memiliki minat
yang sama dimana melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh
nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.
12
3. Tokoh idola, yaitu seseorang yang sangat berarti seperti sahabat, guru,
kakak, atau orang yang mereka kagumi.
Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,
perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal :
bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang
pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah
sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan
untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan
maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana
peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi
kemanusiaan. (ejournal.radenintan.ac.id.diakses
tanggal 02 Oktober
2023).
4. Learning To Live Together (Belajar Bersama Dengan Orang Lain)
Pilar yang terakhir inilah yang akan mengantarkan siswa untuk memahami
dan manyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungannya.
Ketika siswa telah menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari
masyarakat maka akan menumbuhkan rasa toleransi dan tanggung jawab
dalam menjalankan perannya.
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai,
terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Dengan
kemampuan yang dimiliki oleh 4 menempatkan diri sesuai dengan
perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok
belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to
live together). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non
formal harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan
intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah kemampuan
hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia
yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat
Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
(ejournal.radenintan.ac.id.diakses tanggal 02 Oktober 2023).
C. pandangan tokoh pendidikan dunia terkait pendidikan universal
Dunia pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa.
Banyak negara di dunia yang memiliki sistem pendidikan yang baik sehingga
negara tersebut cepat maju. Berkembangnya dunia pendidikan tidak terlepas dari
peran
tokoh-tokoh
penting
yang
memiliki
peranan.
Bahkan,
ide
dan gagasan para tokoh pendidikan dunia ini telah menyumbangkan kebaikan
13
pada perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut beberapa tokoh yang berperan
penting dalam pendidikan dunia, yaitu:
1. Aristoteles
Aristoteles merupakan salah satu
tokoh
pendidikan
dunia
yang
terkenal sepanjang sejarah yang lahir
pada tahun 384 SM. Beliau lahir dari
seorang
ahli
pengobatan
semenjak
usia
17
bergelut
dengan
tahun
dan
sudah
pemikiran
dan
pengetahuan. Beliau belajar dengan
Plato
yang
kemudian
menjadi
pengajar di akademi Plato selama 20
tahun, setelah itu beliau kembali ke
Yunani dan mendirikan akademi yang bernama Lyceum. Peran beliau dalam
pendidikan dunia, ketika beberapa tulisannya menjadi dasar bagi pengembangan
beberapa ilmu. Pengembangan ilmu tersebut meliputi ilmu filsafat, fisika, politik,
pemerintah, metafisika dan ilmu pengetahuan alam, salah satunya menjadi orang
pertama yang mengklasifikasian spesies biologi secara sistematis.
Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan
pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi
bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal, guna mengatur
nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan
perasaan
yang
lebih
tinggi
agar
di
arahkan
secara
benar.Aristoteles
mengemukakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan
untuk kebahagiaan (Yusuf, 2023).
14
2. Al Ghazali
Al Ghazali merupakan tokoh
pendidikan dunia yang paling
berpengaruh yang terkenal karena
menyukai
dan
gigih
dalam
mencari ilmu baru terutama ilmu
sains. Dalam pendidikan, beliau
mengatakan
bahwa
konsep
pendidikan yang benar dengan
mengajar secara menyeluruh dengan meliputi tujuan pendidikan, etika guru,
metode, kurikulum dan
siswa.
Menurut
beliau,
pendidikan
yaitu
proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadian sampai akhir hayatnya melalui
berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara
berrtahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan
Masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia yang
sempurna (Bisri, 2021).
3. John Locke
John locke merupakan salah satu tokoh
pendidikan dunia yang dapat memperoleh
gelar sarjana muda pada tahun 1655 dan
sarjana penuh pada tahun 1658 di Universitas
Oxford.
Dalam
pendidikan,
beliau
menegaskan kurikulum harus diarahkan untuk
kecerdasan individual, serta kemampuan dan
keistimewaan
pengetahuan
15
anak
namun
dalam
bukan
menguasai
pengetahuan
dengan hukuman sewenang-wenang yang diajarkan. Salah satu pemikiran beliau
yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah filsafat yaitu mengenai proses
manusia mendapatkan pengetahuan. Menurut beliau seluruh pengetahuan
bersumber dari pengalaman manusia namun beberapa kaum rasionalis
mengatakan pengetahuan berasal dari rasio atau pikiran manusia. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan
lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman-pengalaman. Teori tabularasa artinya meja berlapis lilin yang belum
ada tulisan di atasnya. Dengan kata lain, seseorang dilahirkan seperti kertas
kosong yag belum ditulisi di atsnya, maka pendidikanlah yang akan menulisnya.
Perkembangan seseorang tergantung seratus persen pada pengaruh lingkungan
atau pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam hidupnya (Syafril,
2023).
Menurut John Locke, (dalam Blishen, 1970), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam Pendidikan yaitu:
a. Pendidikan harus diberikan sejak awal mungkin
b. Pembiasaan dan Latihan penting daripada peraturan, perintah atau nasihat.
c. Anak didik harus diamati dari dekat untuk melhat :
1) Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat
perkembagan).
2) Hasrat-hasratnya yang sangat kuat.
3) Kecenderungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak
tersebut.
4) Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini kepada anak
harus diberikan alasan tentang hal yang dituntut darinya,
5) Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak tersebut,
namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang
terbuka seluas mungkin bagi sianak tersebut berbagai kemungkinan yang
dapat timbul.
16
4. John Dewey
John Dewey merupakan tokoh pendidikan
dunia yang berasal dari Amerika Serikat,
dimana
setelah
menyelesaikan
pendidikannya, beliau menjadi guru besar
dalam bidang filsafat. Sebagai seorang
filsuf
beliau
beberapa penelitian
pernah
melakukan
sosial mengenai
pendidikan di sekolah dan menerapkannya
kedalam teori pendidikan. sJohn Dewey
dalam bukunya Democracy and Education
(1950: 89 90, dalam Dwi Siswoyo dkk,
2011), pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang
menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk
mengarahkan pengalaman selanjutnya. Pendidikan sebagai sebagai suatu proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
kearah alam dan sesama manusia. ohn Dewey memperkenalkan konsep
pendidikannya melalui Experiential Learning, dimana pendidikan dapat di peroleh
melalui pengalaman. Karena bagi John Dewey pendidikan itu berarti sebagai
bentuk kehidupan. Dewey menjelaskan bahwa pendidikan berarti perkembangan
yang sudah tumbuh sejak lahir hingga menjelang kematian. Ada beberapa prinsip
mendasar yang ditawarkan oleh John Dewey yaitu prinsip kebebasan yang
diarahkan kepada peserta didik dalam melakukan eksperimen dan menentukan
kebenaran. Pendidikan melalui pengalaman (Experience) merupakan nilai yang
sangat penting karena belajar melalui "pengalaman" adalah "sarana dan tujuan
pendidikan" (John Dewey, 2004) . Hal itu merupakan suatu proses penggalian dan
pengolahan usaha untuk terus-menerus menyusun kembali (reconstruction) dan
menata ulang (reorganization) pengalaman hidup, sehingga peserta didik terus
tumbuh dan diperkaya oleh pengalaman-pengalaman yang di dapat dalam
17
hidupnya. Teori John Dewey tentang Experiential Learning mempunyai banyak
kelebihan, yaitu belajar yang langsung berpusat pada pemikirannya, yang dimana
peserta didik dapat melakukan kegiatan menurut minatnya. Selain itu, melalui
teori ini, peserta didik dapat belajar bersama, mengajarkan peserta didik pada
tingkat yang lebih personal untuk mendapatkan keterampilan baru, sikap baru
serta cara berpikir yang baru. John Dewey juga memberikan keyakinan, bahwa
dalam belajar melalui pengalaman; peserta didik harus berproses aktif sehingga
dapat terlibat langsung dalam mengerjakan tugas serta dalam menjalani tantangan
kehidupan yang nyata. Karena pendidikan yang baik harus memiliki tujuan untuk
dapat bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga dapat terefleksikan prinsipprinsip dan gagasan yang memotivasi masyarakan dalam memperoleh
pengetahuan.
D. islamic value dalam pendidikan universal
Menurut Burbecher, nilai dibedakan dalam dua bagian yaitu nilai instrinsik
yang di anggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dirinya
sendiri) dan nilai instrumental (nilai yang di anggap baik karena bernilai untuk
yang lain. Adapun pengertian pendidikan Islam sebagaimana yang telah dijelaskan
yaitu sebuah proses yang dilakukan unuk menciptakan manusia-manusia
seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan
eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan pada ajaran
Al-Quran dan Sunnah. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas mengenai nilainilai pendidikan Islam, maka sesungguhnya Al-Quran pun memuat nilai-nilai
yang menjadi acuan dalam pendidikan Islam. Nilai Islam memiliki seperangkat
nilai-nilai yang mendasar yang membentuk dasar untuk sistem pendidikan Islam.
Nilai-nilai ini memberikan pedoman untuk pengajaran, pembelajaran, dan
perilaku dalam masyarakat Muslim. Beberapa nilai-nilai pendidikan Islam yang
penting meliputi:
1. Nilai utama dalam Islam adalah keyakinan kepada Allah yang Esa.
Pendidikan Islam mengajarkan bahwa pengetahuan dan kebijaksanaan
berasal dari Allah, dan ini menginspirasi ketundukan dan penghormatan
kepada-Nya dalam semua aspek kehidupan.
2. Pendidikan Islam menghargai pengetahuan dan ilmu pengetahuan sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Islam mengajarkan agar
18
3.
4.
5.
6.
7.
8.
individu selalu mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, dan
mempromosikan penelitian dan pembelajaran sepanjang hidup.
Pendidikan Islam menekankan pentingnya moralitas dan etika yang baik
dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Siswa diajarkan untuk menjadi
individu yang jujur, adil, dan bermoral, serta memiliki nilai-nilai seperti
kasih sayang, kejujuran, dan kerendahan hati.
Islam mendorong prinsip keadilan sosial. Siswa diajarkan untuk peduli
terhadap yang kurang beruntung dan untuk berpartisipasi dalam berbagai
bentuk amal dan kegiatan sosial yang menguntungkan masyarakat.
Pendidikan Islam mendorong toleransi terhadap perbedaan budaya, agama,
dan pemikiran. Siswa diajarkan untuk menghormati keberagaman dan
mempromosikan dialog antarbudaya.
Pendidikan Islam mempromosikan pembentukan individu yang mandiri
dan bertanggung jawab. Siswa diajarkan untuk mengambil inisiatif dalam
pembelajaran dan dalam memenuhi kewajiban sosial mereka.
Islam mengajarkan pentingnya mencapai keseimbangan dalam semua
aspek kehidupan, termasuk agama dan dunia. Pendidikan Islam
mendorong siswa untuk menjaga keseimbangan antara ibadah, belajar,
pekerjaan, dan kehidupan pribadi.
Islam mengajarkan bahwa pria dan wanita memiliki hak yang sama dalam
pendidikan dan kehidupan sosial. Pendidikan Islam harus memastikan
kesetaraan gender dalam akses dan peluang pendidikan.
Nilai-nilai Islam memiliki relevansi dalam konteks pendidikan universal
karena mereka mengandung prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam
berbagai budaya dan sistem pendidikan. Beberapa nilai Islam yang dapat
diintegrasikan ke dalam pendidikan universal termasuk:
1. Penekanan pada Ilmu: Islam mendorong pencarian ilmu dan pengetahuan
sebagai tugas yang mulia. Pendidikan dalam Islam dilihat sebagai salah
satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ini dapat merangsang
minat dalam pendidikan dan penelitian di seluruh dunia.
2. Keadilan Sosial: Prinsip-prinsip keadilan sosial dalam Islam, seperti zakat
(sedekah) dan keadilan dalam hukum, dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengajarkan keadilan, kesetaraan, dan perdamaian kepada siswa. Ini
mempromosikan nilai-nilai yang universal dalam masyarakat.
3. Akhlak dan Etika: Islam menekankan pentingnya akhlak dan etika yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan universal dapat
mengintegrasikan nilai-nilai etika ini untuk mempromosikan perilaku yang
baik dan moralitas yang universal.
19
4. Toleransi dan Keanekaragaman: Islam mendorong toleransi terhadap
keberagaman budaya, agama, dan pemikiran. Ini dapat menjadi dasar bagi
pendidikan universal yang menghargai dan merayakan perbedaan antara
individu dan kelompok.
5. Tanggung Jawab Sosial: Konsep tanggung jawab sosial dalam Islam,
seperti menjaga lingkungan dan membantu yang kurang beruntung, dapat
menjadi bagian dari pendidikan universal yang mengajarkan siswa untuk
peduli terhadap dunia dan sesama manusia.
6. Penekanan pada Kemajuan Ilmiah dan Teknologi: Islam mendorong
kemajuan ilmiah dan teknologi dengan pemikiran yang terbuka dan kritis.
Ini dapat menjadi bagian dari pendidikan universal yang mempromosikan
inovasi dan penelitian.
7. Pendidikan Gender: Islam memandang pendidikan sebagai hak untuk
semua individu, termasuk perempuan. Oleh karena itu, pendidikan
universal harus mencakup kesetaraan gender dalam akses dan peluang
pendidikan.
Penting untuk diingat bahwa pendidikan universal harus menghormati nilainilai dan budaya lokal sambil menciptakan ruang untuk nilai-nilai universal
yang dapat diterapkan di seluruh dunia. Ini akan memungkinkan
pembentukan masyarakat yang lebih inklusif dan adil, yang mencerminkan
prinsip-prinsip universal seperti hak asasi manusia, kesetaraan, dan keadilan.
E. Pendidikan universal dalam sudut pandang biologi/pendidikan biologi
Biologi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Seperti
yang telah diketahui, biologi merupakan ilmu tentang keadaan dan sifat
makhluk hidup, baik manusia, binatang, serta tumbuh-tumbuhan.
Manfaat Biologi membantu manusia memahami tubuhnya sendiri
dan lingkungannya. Biologi merupakan ilmu yang membahas pengetahuan
yang sangat luas, serta terdiri dari berbagai macam cabang dan sub
disiplin. Secara umum, seluruh cabang keilmuan biologi disatukan oleh
konsep dasar yang mengatur semua penelitian biologi, yaitu konsep
tentang sel, gen, dan evolusi. Biologo sebagai ilmu pengetahuan harus
bersifat objektif dan universal makasunya adalah :
a. Bersifat Objektif
20
Objektif artinya pengetahuan itu sesuai dengan objek aslinya,
sesuaian itu dapat dibuktikan dengan pancaindra dasar empiris(
pengalaman) contohnya untuk mengetahui identitas sesotang
yang tubuhnya telah hancur dapat dilakukan dengan cara
menggunakan tes DNA yang berasal dari serpihan tubuh
sesorang tersebut yang kemudian dicocokan dengan DNA
orangtuanya
b. Bersifat Universal
Bersifat universal atau berlaku untuk umum artinya pengetahuan
ilmiah itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh sesorang
atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara
eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama
atau konsisten. Contohnya dalam biologi pada reproduksi seksual
selalu dimulai dengan adanya pertemuan antara seperma dan sel
telur, hal ini berlaku untuk semua jenis makhluk hidup. Jadi,
kebenaran yang disampaikan oleh ilmu harus berlaku secara
umum
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
1)
Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar istilah empat pilar
pendidikan yang di gagas oleh UNESCO yaitu learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Empat pilar pendidikan ini
merupakan sebuah pondasi untuk belajar dari berbagai segala aspek.
2)
Learning to know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk
mengetahui atau memahami. Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta
didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyakbanyaknya, melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan.
3)
Soft
Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill.
skill
dan
hard
skill
sangat
penting
dan dibutuhkan dalam dunia
pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari
proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh,
dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman
4)
Pilar ketiga ini adalah usaha yang dilakukan pendidik agar siswa dapat
mencari jati dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik itu hard skill
maupun soft skill
5)
learning
to
live
together ialah kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah.
Dengan kemampuan yang dimiliki oleh 4 menempatkan diri sesuai dengan
perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar
merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.
22
DAFTAR PUSTAKA
128–39. https://doi.org/10.21831/elinvo.v1i2.10621.
128–39. https://doi.org/10.21831/elinvo.v1i2.10621.
4 Tokoh Pendidikan Dunia dan Biografinya - HaloEdukasi.com - Search
(bing.com)
5 Tokoh Pendidikan Dunia yang Populer dan Menginspirasi - Tugujatim.id Search (bing.com)
All Children. http://journal.naeyc.org/btj/200609/ConnPowersBTJ.pdf (Diakses
pada 25
All Children. http://journal.naeyc.org/btj/200609/ConnPowersBTJ.pdf (Diakses
pada 25
Bisri, Khasan. 2021. Ilmu dan Pendidikan dalam Pandangan Al-Ghazali.
Bandung:
Diri Sendiri menuju Perubahan Hidup. Depok: Kencana.
ejournal.radenintan.ac.id.diakses tanggal 02 Oktober 2023
ejournal.radenintan.ac.id.diakses tanggal 02 Oktober 2023
Konsultan.
Laksana, Sigit Dwi. “Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) Dan Tiga Pilar
Pendidikan Islam.” Al-Idarah 6, no. 1 (2016): 43–61.
Laksana, Sigit Dwi. “Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) Dan
Tiga PilarPendidikan Islam.” Al-Idarah 6, no. 1 (2016): 43–61.
MKDK400102-M1.pdf (ut.ac.id)
Neolaka, Amos dan Neolaka, Grace Amialia A. 2017. Landasan Pendidikan Dasar
Pengenalan
23
Nugroho, Wibowo. “Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran
Berdasarkan Gaya Belajar Di Smk Negeri 1 Saptosari.” ELINVO 1, no. 2 (2016):
Nugroho,
Wibowo.
“Upaya
Peningkatan
Keaktifan
Siswa
Melalui
Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar Di Smk Negeri 1 Saptosari.”
ELINVO 1, no. 2 (2016):
Nusamedia.
onn-Powers, Michael, dkk. 2006. The Universal Design of Early Education
Moving Forward for
onn-Powers, Michael, dkk. 2006. The Universal Design of Early Education
Moving Forward for
Pemikiran
Aristoteles
Tentang
Pendidikan
dan
Penelitian
Tentangnya
(wislah.com) - Search (bing.com)
Safrudin, Sri Mulyati, Rosni
Lubis.
Pengembangan Kepribadian Dan
Keprofesionalan Bidan. Malang: Wineka Media, 2018.
Safrudin, Sri Mulyati, Rosni Lubis. Pengembangan Kepribadian Dan
Keprofesionalan Bidan. Malang: Wineka Media, 2018.
September 2014)
September 2014)
Sukiyasa, Kadek. “Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi
Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif.” Jurnal Pendidikan Vokasi
Jurnal 3, no. 1 (2013): 129.
Sukiyasa, Kadek. “Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Dan
Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif.” Jurnal
Pendidikan Vokasi Jurnal 3, no. 1 (2013): 129.
Syafril dan Zen, Zelhendri. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok:
Kencana.
24
Teori Pendidikan Melalui Pengalaman Menurut John Dewey - Kompasiana.com Search (bing.com)
Tilaar H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. Magelang: Tera
Indonesia, 1998.
Tilaar H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. Magelang:
Tera Indonesia, 1998.
Ulum, Miftahul dkk. Eksistensi Manusia Perspektif Pendidikan. Tasikmalaya: Edu
Publisher
Usman, Uzer. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1993.
Usman, Uzer. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1993.
Yusuf, Anwar. 2023. Filsafat Pendidikan Kontemporer. Banten: PT. Runzune
Sapta
25
Download