PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Modul 3 Skill 1. PEMASANGAN AKDR Latar Belakang Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan terkait dengan pemberian obat, pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dan tindakan-tindakan lain dalam upaya mencegah kehamilan. Definisi kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen. Pelayanan Kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan. Pelayanan Kontrasepsi meliputi: a. Kegiatan prapelayanan kontrasepsi; b. Tindakan pemberian Pelayanan Kontrasepsi; dan c. Kegiatan pascapelayanan kontrasepsi. Kegiatan prapelayanan kontrasepsi dilakukan untuk menyiapkan klien dalam memilih metode kontrasepsi secara memadai sampai klien dapat memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi yang akan digunakan, meliputi: a. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi Petugas kesehatan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang perencanaan keluarga. b. Pelayanan konseling Petugas kesehatan memberikan pemahaman kepada klien mengenai pilihan kontrasepsi berdasarkan tujuan reproduksinya. c. Penapisan kelayakan medis Upaya untuk melakukan kajian tentang kondisi kesehatan klien yang akan disesuaikan dengan pilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan. d. Permintaan persetujuan tindakan tenaga kesehatan Persetujuan tindakan diminta oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan. Persetujuan klien diberikan secara tertulis atau lisan. Persetujuan secara tertulis meliputi: - Tindakan tubektomi atau vasektomi diperlukan dari pasangan suami istri; dan - Suntik, pemasangan, atau pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim dan implan diperlukan dari pihak yang akan menerima tindakan. Persetujuan secara lisan dilakukan oleh pihak yang akan menerima tindakan pada pemberian pil atau kondom. Tindakan pemberian pelayanan kontrasepsi diberikan sesuai dengan metode kontrasepsi yang diputuskan dan disetujui oleh klien tanpa paksaan, pada: 2 a. b. c. d. Masa interval; Pasca persalinan; Pasca keguguran; atau Pelayanan kontrasepsi darurat Pemilihan metode kontrasepsi dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Usia, paritas, jumlah anak, dan kondisi kesehatan klien; dan b. Sesuai dengan tujuan reproduksi klien: - Menunda kehamilan pada pasangan muda, ibu yang belum berusia 20 (dua puluh) tahun, atau klien yang memiliki masalah kesehatan; - Mengatur jarak kehamilan pada klien yang berusia antara 20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun; atau - Tidak menginginkan kehamilan pada klien yang berusia lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun. Metode kontrasepsi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual: a. Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) 1) AKDR / IUD (Intra Uterine Devices) Kontrasepsi alat kecil yang fleksibel yang dimasukkan kedalam rongga uterus (rahim). AKDR terdapat dua jenis yaitu yang mengandung Copper T (Copper T380A, Nova T) dan yang mengandung progestin yaitu Levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNG-IUS) 2) Implan Kontrasepsi dengan menggunakan batang seperti silastik yang berisi hormon progestin dan diinsersikan dibawah kulit dengan bantuan trokar. 3) Vasektomi Kontrasepsi dengan cara membuntu saluran epididimis pria. 4) Tubektomi Suatu kontrasepsi dengan cara membuntu saluran tuba kanan dan kiri wanita. Metode kontrasepsi jangka panjang harus dilakukan di Fasilitas 3 Pelayanan Kesehatan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi dan kewenangan. b. Non-metode kontrasepsi jangka Panjang (non-MKJP) 1) Pil Kontrasepsi yang di minum, ada 2 macam: mengandung 1 macam hormon yaitu progesterone (andalan laktasi, minipil, exluton) dan 2 macam hormon yaitu progesteron dan estrogen (pil KB kombinasi BKKBN, Microgynon, Yaz). 2) Injeksi Kontrasepsi yang di injeksikan / disuntikkan kedalam otot, ada 2 macam: mengandung 1 macam hormon yaitu progesteron (depo progestin, deponeo, depogeston) dan 2 macam hormon = yaitu progesteron dan estrogen (cyclofem). 3) Kondom. Kondom Pria: Kontrosepsi yang berupa sarung dari karet tipis elastis yang di gunakan di penis waktu penis ereksi. Kondom wanita: Kontrasepsi yang berupa sarung tipis elastis terbuat dari karet yang di pakaikan di rongga vagina atau di sarungkan di cervix (pintu Rahim) 4) Metode amenorea laktasi (MAL) Non-metode kontrasepsi jangka panjang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Mekanisme AKDR untuk mencegah kehamilan adalah AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi telur dalam uterus. Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12 tahun. Keuntungan khusus bagi kesehatan adalah AKDR dapat mengurangi risiko kanker endometrium. AKDR memiliki beberapa risiko bagi kesehatan, yaitu dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu redah sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan haid yag lebih banyak. Selain itu, AKDR dapat menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu sudah 4 Tujuan Pembelajaran Anamnesis dan Konseling, Informasi, Edukasi terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum pemasangan. Efek samping dari AKDR antara lain adanya perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid). AKDR sangat efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan, tidak mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah persalinan atau keguguran, namun perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh peserta ketika memasang AKDR Copper T 380A dan memasang serta mencabut Implant. Digunakan terutama selama praktek dengan menggunakn model anatomik Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk: 1. Membantu peserta dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan 2. Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai peserta memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan (skill competency). 1. Konseling metode kontrasepsi dan hal-hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan. Tindakan konseling ini disebut sebagai informed choice. Petugas kesehatan wajib menghormati keputusan yang diambil oleh klien. Dalam memberikan konseling, khususnya bagi klien yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU, yaitu: a. SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan tujuan dan manfaat dari pelayanan yang akan diperolehnya. b. T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya. c. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIVAIDS dan pilihan metode ganda. d. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah 5 pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinlah bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan apakah Anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan? e. J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaiamana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar. f. U: Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah. 2. Tanyakan tujuan reproduksi klien yang diinginkan: menunda kelahiran anak pertama (postponing), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (fecundity) 3. Melakukan penapisan klien untuk melakukan kajian tentang kondisi kesehatan klien. Penapisan dapat dilakukan menggunakan alat bantu berupa diagram lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Kontrasepsi (KLOP). Untuk penapisan klien, tenaga kesehatan dapat melakukan anamnesis dilanjutjan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang bertujuan untuk: a. Memastikan ada atau tidak adanya kehamilan; b. Menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus misalnya menyusui atau tidak menyusui pada penggunaan KB pasca persalinan; c. Menentukan masalah kesehatan yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut misalnya klien dengan HIV dan IMS 4. Persetujuan tindakan tenaga kesehatan Persetujuan tindakan tenaga kesehatan merupakan persetujuan tindakan yang menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk berKB. Persetujuan tindakan medis secara tertulis diberikan untuk pelayanan kontrasepsi seperti suntik KB, AKDR, implan, tubektomi dan vasektomi, sedangkan untuk metode kontrasepsi pil dan kondom dapat diberikan persetujuan tindakan medis secara lisan. Setiap pelayanan kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap, jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh klien tersebut. Penjelasan persetujuan tindakan tenaga kesehatan sekurangkurangnya mencakup beberapa hal berikut: a. Tata cara tindakan pelayanan; 6 b. Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan; c. Alternatif tindakan lain; d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Pemeriksaan Fisik Peralatan 1. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia dengan menggunkan sabun dan air. 2. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih 3. Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan 4. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di daerah supra pubik 5. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul 6. Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks 7. Pakai sarung tangan DTT 8. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam wadah steril atau DTT 9. Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna 10. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini amati adanya nyeri atau duh (discharge) vagina 11. Lakukan pemeriksaan bimanual: ‒ Pastikan gerakan serviks bebas ‒ Tentukan besar dan posisi uterus ‒ Pastikan tidak ada kehamilan ‒ Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa 12. Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi): ‒ Kesulitan menentukan besar uterus retroversi ‒ Adanya tumor pada Kavum Douglasi Meja peralatan non steril: 1. Apron 2. Masker bedah 3. Headcap 4. Apron Meja peralatan steril: 1. Inspekulo 2. Kapas dan normal saline steril 3. Tenakulum 4. Sonde 5. AKDR 6. Handschoen steril 7. Klem / ring klem 8. Kassa steri Bed pemeriksaan: 1. Manekin uterus untuk pemasangan AKDR Peralatan lain: 1. Sepatu Boot 2. Baskom isi klorin 3. Baskom isi cairan DTT 4. Wastafel + handuk 5. Tempat sampah medis dan non medis 7 Setting Ruangan Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual 2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Jakarta 3. Abdul Bari Saifudin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka Sawrono Prawirohardjo. Jakarta 4. Abdul Bari Saifudin. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bina Pustaka Sawrono Prawirohardjo. Jakarta 5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency). Jakarta Tutor dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG, Subsp. Obginsos (K) Dr. dr. Arsana Wiyasa, SpOG, Subsp. FER (K) Dr. dr. Edy Mustofa, SpOG, Subsp. Obginsos (K), FISQua dr. Pande Made Dwijayasa, SpOG, Subsp. FER (K) Dr. dr. Nugrahanti Prasetyorini, SpOG, Subsp. KFM (K) Dr. dr. Tatit Nurseta, SpOG, Subsp. Onk (K) Dr. dr. Sutrisno, SpOG, Subsp. FER (K) Dr. dr. Rahajeng, SpOG, Subsp. Urogin (K) dr. Yahya Irwanto, SpOG, Subsp. Onk (K) Dr. dr. Bambang Rahardjo, SpOG, Subsp. KFM (K) Dr. dr. I Wayan Agung Indrawan, SpOG, Subsp. Obginsos (K), FISQua dr. M. Nooryanto, SpOG, Subsp. KFM (K) dr. Suheni Ninik Hariyati, SpOG, Subsp. KFM (K) dr. Hermawan Wibisono, SpOG, Subsp. FER (K), PhD dr. Mulyo Hadi Wibowo, SpOG dr. Anggia Prameswari Wardhana, SpOG dr. Rudi Priyo Utomo, SpOG 8 CHECK LIST MKK REPRODUKSI Skill Pemsangan AKDR Nama NIM Kelompok Tanggal No SKILL 3 : : : : Jenis Kegiatan KONSELING AWAL DAN ANAMNESIS DENGAN PRINSIP SATU TUJU 1 Sapa dan Salam serta memperkenalkan diri dengan sopan 2 Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya mengenai a. Data-data pribadi klien (nama, agama/kepercayaan, alamat, riwayat persalinan, riwayat infeksi organ ginekologi, HPHT) b. Riwayat KB dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta Riwayat penyakit keluarga (DM, Hipertensi, Autoimun) c. Tujuan kontrasepsi d. Metode kontrasepsi yang diinginkan oleh klien 3 Uraikan kepada klien mengenai Cu T 380 A dan beritahu pilihan alternatif kontrasepsi yang mungkin Penjelasan dapat meliputi: a. Jenis: AKDR copper T (CuT-380A) adalah suatu rangka dari plastik yang lentur dan berukuran kecil, berbentuk huruf T yang diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu) yang dipasang didalam rahim. b. Efektivitas: Alat ini dapat efektif segera setelah pemasangan. Memiliki efektivitas tinggi berkisar 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). Metode jangka panjang hingga 10 tahun sehingga tidak perlu mengingat-ingat setiap hari seperti pada metode pil. c. Cara kerja 1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. 2) Mencegah sperma dan ovum bertemu, AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk melakukan fertilisasi. d. Kembalinya kesuburan: Kembalinya kesuburan tinggi setelah AKDR copper T dilepas. e. Efek samping 1) Menstruasi irregular/tidak teratur 2) Menstruasi yang banyak dan lama 3) Kram dan nyeri perut 4) Anemia 5) Pasangan dapat merasakan benang AKDR copper T saat senggama 6) Nyeri hebat di perut bawah (curiga penyakit radang panggul) 4 BanTU klien menentukan pilihannya. Berikan waktu untuk klien berfikir dan mengajukan pertanyaan dan diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang simpatik. 5 Jelaskan secara singkat cara pemasangan kontrasepsi pilihannya 9 0 Skor 1 2 (AKDR copper T) Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah. 7 Melakukan penapisan klien untuk melakukan kajian tentang kondisi kesehatan klien. a. Menanyakan apakah pasien paska persalinan dan sedang menyusui b. Menjelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan dalam terutama untuk memastikan ada atau tidaknya kehamilan dan tanda serta gejala terkait HIV dan IMS 8 Meminta persetujuan tindakan tenaga kesehatan atau informed consent PEMERIKSAAN FISIK 9 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia dengan menggunkan sabun dan air. 10 Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih 11 Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan 12 Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di daerah supra pubik 13 Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul 14 Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks 15 Pakai sarung tangan DTT 16 Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam wadah steril atau DTT 17 Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna 18 Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini amati adanya nyeri atau duh (discharge) vagina 19 Masukkan spekulum vagina 20 Lakukan pemeriksaan inspekulo: ‒ Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina ‒ Inspeksi serviks 21 Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan 22 Lakukan pemeriksaan bimanual: ‒ Pastikan gerakan serviks bebas ‒ Tentukan besar dan posisi uterus ‒ Pastikan tidak ada kehamilan ‒ Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa 23 Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi): ‒ Kesulitan menentukan besar uterus retroversi ‒ Adanya tumor pada Kavum Douglasi 24 Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 1,5% kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam klorin TINDAKAN PRA PEMASANGAN 25 Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan 26 Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan sterilnya: 27 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang 28 Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril 6 10 29 30 31 Letakkan kemasan pada tempat yang datar Selipkan kerton pengukur di bawah lengan AKDR Pegang kedua ujung lengan AKDR daan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat 32 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan lengan 33 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter PROSEDUR PEMASANGAN AKDR 34 Pakai sarung tangan DTT yang baru 35 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks 36 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali 37 Jepit serviks denmgan tentakulum secara hati-hati (takik pertama) 38 Masukkan sonde uterus dengan teknik ”tidak menyentuh : (no touch technique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum 39 Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde 40 Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan 41 Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendiorongnya terdorong. 42 Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan 43 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan 44 Lepasakan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengantetap menahan pendorong 45 Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan 46 Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4 cm 47 Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi 48 Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5 % 49 Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-6- detik 50 Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larurtan klorin 0,5 % TINDAKAN PASCA PEMASANGAN 51 Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi 52 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan 53 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan, kedalam larutan klorin 0,5 %, bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam dalam klorin 0,5 % 54 Cuci tangan dengan air dan sabun 11 55 Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang KONSELING PASCA PEMASANGAN 56 Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan 57 58 59 60 61 62 kapan harus dilakukan Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien TOTAL Keterangan: 0 = tidak dikerjakan, 1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar, 2 = dikerjakan dengan benar Nilai Total Mahasiswa Nilai akhir= ------------------------------------ x 100 = Nilai Total Checklist 12