Uploaded by mirza ananta

ArtikelSedmentologidanStratigrafi

advertisement
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/337740312
'PRINSIP SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI (Principle of environmental
interpretation and clasification, continental enivironments)"
Article · December 2019
CITATIONS
READS
0
12,669
1 author:
Muh Farhan
Universitas Hasanuddin
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muh Farhan on 04 December 2019.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
‘PRINSIP SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI (Principle of
environmental interpretation and clasification, continental enivironments)”
DISUSUN OLEH ;
MUH FARHAN
L111 16 002
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kami
kesempatan untuk menyelesaikan artikel sedimentologi. Artikel sedimentologi ini
secara garis besar membahasan mengenai “Prinsip sedimentologi dan stratigrafi”
sebagai materi fundamental sedimentologi. Pinsip sedimentologi dan stratigrafi
merupakan awalan materi sedimentologi dan sebagian besar merupakan cabang
ilmu dari geologi. Artikel ini jauh dari kata sempurna maka dari itu saran dan
masukn dari pembaca sangat kami butuhkan untuk menambah serta merivisi jika
dalam artikel terdapat kesalahan atau kekeliruan di dalamnya. Semoga isi dari
makalah ini bisa menjawab subtansi materi prinsip sedimentologi dan stratigrafi.
Hormat Kami,
PENDAHULUAN
A. Sedimentologi
Sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan,
transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di
dalam lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen (Nichols
G, 1994). Konsep interpretasi batuan dalam proses modern menjadikan
sedimentologi adalah cabang yang berbeda dalam ilmu geologi. Material sedimen
secara alami sangat bervariasi dari asal usul, ukuran, bentuk dan komposisi.
Partikel seperti gravel dan kerikil bisa terbawa dari erosi batuan yang lebih tua
atau secara langsung keluar dari gunung api. Organisme adalah sumber material
sangat penting dari ukuran filamen yang terselubung kalsium karbonat hingga
pecahan cangkang, terumbu karang, dan serbuk tanaman. Presipitasi langsung dari
larutan air juga berkontribusi dalam sedimen pada beberapa situasi.
Pembentukan tubuh sedimen termasuk transportasi partikel ke tempat
pengendapan baik oleh gravitasi, air, udara, es, aliran masa atau kimia atau proses
tumbuh material biologi pada tempat tersebut. Proses transportasi dan
pengendapan dapat ditentukan dengan melihat masing– masing lapisan sedimen.
Ukuran, bentuk, dan distribusi partikel memberikan petunjuk bagaimana material
tertransport dan terendapkan. Maka dengan mempelajari hal tersebut dapat
memberikan informasi lebih luas mengenai sedeimentologi.
Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan
fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa dan
penggunaan katadoluminisen dan mikroskop electron memungkinkan para ahli
sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan yang pesat
ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori dan
pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batupasir dan
batugamping.Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan
mirosedimentologi. Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke
struktur sedimen. Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan
sedimen di bawah mikroskop ataulebih dikenal dengan petrografi.
B. Stratigrafi
Stratigrafi merupakan cabang Geologi yang membahas tentan pemerian,
pengurutan, pengelompokan, dan klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu
terhadap lainnya. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda
dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi),
kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya
(kronostratigrafi). stratigrafi :
Strata = Perlapisan, sedimen
Grafi = Pemerin / Uraian
Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian /
pemerian perlapisan batuan. Sedangkan arti luasnya adalah aturan, hubungan dan
kejadian macam-macam batuan dialam, dalam dimensi ruang dan waktu geologi
C. Konsep Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen
beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972) Dari studi lingkungan pengendapan dapat
digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan
biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi.
Dari penjelasan tiga bagian mengenai sedimentologi dan stratigrafi
ditemukan bahwa ada proses yang terjadi dalam pembentukan suatu lahan dan
sistem. Dengan demikian penjelasan kami akan mengarah kepada bentuk
lingkungan benua mulai dari bagaiamana proses terjadinya yang mencakup
deposisi,transportasi dan sedimentasi. Aspek stratigrafinya juga kami bahas yakni
perlapisan batuan yang terjadi pada proses saat itu.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan didefinisikan sebagai suatu kondisi dengan
parameter fisik, kimia dan biologi tertentu yang berhubungan dengan suatu unit
geomorfik yang memiliki geometri dan ukuran tertentu dimana sedimen dapat
diendapkan (Boggs, 2006). Untuk penentuan lingkungan pengendapan, studi
litofasies merupakan salah satu cara yang selama ini banyak diterapkan oleh para
peneliti, baik menggunakan data permukaan maupun data bawah permukaan.
Menurut Selley (2000), ada lima parameter pada stusi litofasies yang dapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014 641
digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan, yaitu geometri, litologi,
struktur sedimen, pola arus purba, dan fosil.
Walker (1984) mempelajari hubungan penting diantara fasies dan
lingkungan pengendapan yang dikenal sebagai Hukum Walther. Konsep ini
dikembangkan oleh Busch (1971) yang mendefinisikan genetic increment dan
genetic sequence. Genetic increment adalah masa batuan sedimen dengan fasies
atau sub-fasies yang secara genetik berhubungan satu dengan yang lain.
B. Bentuk-bentuk lahan pengendapan
a. Bentuk lahan pengendapan asal Fluvial
Proses fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun
kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang
disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir
secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet water).
Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat
tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat
terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh
air permukaan.
Tiga aktivitas utama penyebab terjadinya bentuk lahan pengendapan asal fluvial ;
a) Erosi
Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai. Erosi yang
dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu Quarrying,
yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
 Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
 Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan
sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
 Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
 Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada
daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman
lembah sungai.
 Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi
pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
 Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas
dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan
sudah mencapai erosion base level.
 Erosion base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang
base levelnya berupa permukaan air laut dan temporary base level
yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan
sejenisnya. Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus
dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila
media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material.
Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate
base level.
b) Transportasi
Transportasi adalah terangkutnya material hasil erosi, dengan cara terbawa
dalam larutan, melompat, menggelinding. Transportasi mengangkut material
oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang
ada
pada
sungai
sebagai
efek
dari
gaya
gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
 stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat
oleh aliran sungai
 stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu
diangkut oleh aliran sungai.Sungai mengangkut material hasil
erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed
load dan suspended load .







Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut
terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara,
antara lain :
Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar
sungai.
Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada
dasar sungai.
Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan
cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur
dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan
kimia.
c) Deposisi
Proses sedimentasi yang terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut
material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka
material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang
diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga
semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus
Bentukan bentuk lahan asal pengendapan fluvial ;
1. Dataran aluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses
geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah
hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat
proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih
rendah atau mengikuti aliran sungai.
Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan
dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari
daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya.
Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.
2. Dataran banjir
Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan
sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut.
Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.
3. Tanggul alam sungai (natural levee)
Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah
yang berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan
yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung
kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya
membentuk tanggul alam.
4. Rawa belakang (backswamps)
Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir dimana
simpanan tanah liat menetap setelah banjir. Backswamps biasanya terletak di
belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian kembali rawa-rawa yang
terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah
ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik
dilakukan jarak yang lebih besar
5. Kipas alluvial
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit
atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan
gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat,
yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas,
berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu
gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal
ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung
sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.
6. Teras sungai
Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahuiproses-proses yang
telah terjadi di masa lalu. teras sungaimerupakan satu morfologi yang sering
dijumpai pada sungai. Proses deposisi,proses migrasi saluran, proses erosi sungai
meander dan aliran overbank sangat berperan dalam pembentukan dan
perkembangan dataran banjir. Faktor yangmempengaruhi proses pembentukan
dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan
perubahan iklim
7. Gosong sungai (point bar)
Relief : Datar – berombak
Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak
Proses :Sedimentasi
Karakteristik : Terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong
tumpul dan bagian hilir menyudut.
8. Sungai teranyam (braided stream)
Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar –
datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan
pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan
membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang
banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga
anastomosis.
9. Sungai meander dan enteranched meander
Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena
pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt.
Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua
mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan
tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada
batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan
penggerusan ke batuan yang lebih lemah
b. Bentuk lahan pengendapan asal eolin
Lahan eolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses
angin dan gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana
dalam proses terjadinya melalui pengikisan, pengangkutan, dan juga
pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti halnya air yang mengalir, adapun
sebagai kekuatan untuk mengikis adalah pasir yang halus. Istilah aeolian berasal
dari nama dewa Yunani, Æolus, penjaga angin . Aeolian (atau Eolian atau
Aeolian) berkaitan dengan proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi, kepada
angin kemampuan untuk membentuk permukaan bumi dan planet-planet. Angin
dapat mengikis, mengangkut, dan mengendapkan, bahan-bahan material di daerah
yang jarang terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas. Meskipun air jauh
lebih kuat daripada angin, proses aeolian merupakan proses yang penting pada
daerah kering seperti gurun. (Wikipedia).Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa bentuk lahan aeolian adalah bentuk lahan yang terbentuknya
akibat proses angin. Yang mana memiliki kemampuan untuk mengikis,
mengangkut, dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu.
Proses Terbentuknya Lahan Aeolian ;
1) Pengikisan oleh Angin
Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi, dan abrasi.
Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi
batuan, baik berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses
ini sering terjadi di daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya
di basin kecil atau pada bukit pasir. Deflasi cenderung menyebabkan
terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi. Dibandingkan dengan erosi
air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang berelief tinggi
sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat kuat.
Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian
dan kemudian dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan
tersebut pada umumnya berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.
Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat
luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena
angin tidak dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi.
Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan :
a. Polishing dan pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan
angin yang membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan,
kemampuan untuk melubangi batuan ini disebut dengan pitting.
b. Grooving dan shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus
mengalami proses pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan
dalam. Proses melubangi secara terus-menerus sehingga menjadi lubang yang
besar dan dalam disebut dengan grooving. Batuan yang berlubang-lubang besar
tersebut kemudian berubah menjadi pecah-pecah dan berkeping-keping. Proses
terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping.
c. Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses
perubahan batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting. Kecepatan
korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat
kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri.
2) Pengangkutan oleh Angin
Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi halus,
misalnya debu. Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke tempat
yang cukup jauh. Adapun jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin
adalah:
Suspensi (suspension)
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut
materi-materi halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya
dalam mengangkut pasir karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan
turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi
periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya tekanan angin. Tekanan
angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran udara ke segala
arah inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi.
Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan
pantulan angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan
tekanan angin terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya
mempunyai gerakan saltasi.
Rayapan permukaan (surface crep)
Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi
butiran oleh gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur,
tetapi kadang-kadang juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat
jatuhnya pasir. Oleh karena benturan ini gerakan materi butiran menjadi lambat
yang selanjutnya menjadi rayapan permukaan.Kadang-kadang angin yang
mengangkut debu atau pasir bergerak berputar seperti spiral, gerakan seperti ini
disebut dengan badai debu.
3) Pengendapan oleh Angin
Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin
tadi jatuh setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi
lambat, pengendapan juga dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh angin
mengalami benturan terhadap permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses
saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran tersebut tidak membentur permukaan
dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan mengalami gerakan
sepanjang permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada umumnya
tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan. Bentuk endapan dari proses ini
tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah mengendap butiran-butirabn
tersebut mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.
Bentukan bentuk lahan asal angin ;
1. Desert pavement
Permukaan yg terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di daerah gurun, akibat
bahan-bahan halus mengalami deflasi.
2.Blow out
Cekungan di daerah gurun akibat deflasi pada material halus hasil pelapukan di
permukaan yg berukuran halus.
c. Bentuk lahan pengendapan asal lacustrine
Lingkungan pengendapan Lakustrin adalah lingkungan tempat
berkumpulnya air yang tidak berhubungan dengan laut. Lingkungan ini bervariasi
dalam kedalaman, lebar dan salinitas yang berkisar dari air tawar hingga
hipersaline. Pada lingkungan ini juga dijumpai adanya delta, barried island hingga
kipas bawah air yang diendapkan dengan arus turbidit. Danau juga mengendapkan
klastika dan endapan karbonat termasuk oolit dan terumbu dari alga .(Lakustrin
itu ibaratnya berupa danau tempat berkumpulnya sedimen yang nantinya berubah
menjadi reservoar hidrokarbon) Lingkungan ini terbentuk dari proses tektonik,
gerakan tanah, volkanik, deflasi (deflasi artinya perubahan akibat pengikisan
permukaan tanah) oleh wind scour (erosi oleh angin biasa terjadi dipesisir
pantai/di darat) dan fluvial (fluvial artinya proses sedimentasi material asal
daratan kelaut), tetapi proses utama terjadi karena proses rifting.(rifting artinya
peretakan/bukaan akibat extension/tarikan oleh gaya tektonik).
Lingkungan Lakustrin terbentuk pada fase synrift (synrift artinya proses
pengendapan sedimen berlangsung sebelum terbentuk cekungan (basin) atau
sedimentasi bersamaan dengan aktifitas pembentukan basin atau sedimentasi pada
basin yg belum stabil sampai dengan subsiden regional postrift (regional postrift
adalah proses pengendapan sedimen berlangsung setelah terbentuk
cekungan/basin atau sedimentasi pada basin yg sudah stabil), sebelum
lingkungannya berubah menjadi delta atau marin”.Pada daerah beriklim kering
dapat terbentuk endapan evaporit. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut
dari kandungan fosil dan aspek geokimianya.
Danau dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa
pergerakan tektonik sebagai pensesaran dan pemekaran; proses glasiasi seperti ice
scouring, ice damming dan moraine damming (penyumbatan oleh batu);
pergerakan tanah atau hasil dari aktifitas volkanik sebagai penyumbatan lava atau
danau kawah hasil peledakan.
d. Bentuk lahan pengendapan asal glasial
Bentang alam glasial adalah bentang alam yang berhubungan dengan
proses glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah
Gletser.
.
Menurut flint (1957) gletser adalah massa es dan tubuh es yang terbentuk
karena rekristalisasi dari salju dan lelehan air yang secara keseluruhan atau
sebagian teletak dalam suatu lahan dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu
suatu bentukan gerakan. Beberapa hal yang penting dalam gletser diantaranya
adalah:
 Keadaan daerah
 Proses
 Dan endapan yang terbentuk di tepi perbatasan gletser (moraine)
Ada dua tipe bentang alam glasial, diantaranya yaitu:
a. Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.
b. Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Tipe- tipe gletser diantaranya:
1. Valley Glasier
Merupakan gletser pada suatu lembah dan dapat mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Pada valley glacier juga terdapat ankak-anak
sungai. Valley Glacier terdapat pada alpine glaciation.
2. Ice Sheet
Merupakan massa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi menutup
dataran yang luas biasanya > 50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat pada
continental glaciation yaitu pada Greenland dan Antartika
3. Ice cap
Merupakan ice sheet yang lebih kecil, terdapat pada daerah pegunungan seperti
valley glacier contohnya di Laut Arktik, Canada, Rusia dan Siberia. Ice sheet dan
ice cap mengalir ke bawah dan keluar dari pusat
(titik tertinggi)
4. Ice berg
Ice shet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya hilang
/ terbuang dalam jumlah besar, bila mengenai tubuh air maka balok-balok es
tersebut akan pecah dan mengapung bebas di permukaan air, hal ini disebut ice
berg.
Proses Pembentukan Gletser
Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan udara yang
terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan mengendap pada
suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat jenisnya dan udara keluar.
Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan hancur dan berkonsolidasi
menjadi salju yang berbentuk granular (granular snow) lalu mengalami sementasi
membentuk es geltser (glacier ice). Transisi dari bentuk salju menjadi gletser
dinamakn firn.
Siklus terbentuknya gletser
Bentukan bentuk lahan asal gletser ;
Cirque
Merupakan bentukan destruksional berupa ledok berundak umumnya terletak
pada bagian atas lembah yang dalam. Cirque dicirikan oleh sedikitnya massa es
yang terdapat pada cekungan. Adapun bentuk cekungan tersebut sangat
dipengaruhi oleh batuan dasarnya.
Morena
Merupakan bentuklahan hasil proses deposisi glasial yang tersusun oleh till,
lapisan sedimen, atau bed core. Seringkali termodifikasi oleh melt water. Morena
dapat diklasifikasikan berdasar arah aliran glasial yaitu:
•
morena yang paralel terhadap arah aliran es, dapat terletak pada bagian tepi
atau disebut morena lateral atau pada bagian tengah disebut morena medial
•
morena yang melintang terhadap arah aliran es, misalnya end moraines dan
push moraines,
•
morena dengan arah tidak teratur
Dead ice
Merupakan bentuklahan glasial hasil proses ablasi yang meninggalkan kumpulan
debris dengan susunan tak teratur
Drumlin
Drumlin terbentuk oleh deposisi glasial, bentukan ini sering disebut juga sebagai
morena subglasial karena material yang terdeposisi terangkut melalui dasar
glacier. Sumbu memanjang menunjukkan arah pergerakan glasial. Drumlin
dibatasi oleh melt water
Meltwater
Meltwater adalah air dari pencairan gletsyer dapat mengalir pada permukaan
glasial, subglasial atau englasial. Kedalamannya berfluktuasi tergantung pada
kondisi iklim. Melt water mengakibatkan terjadinya proses basal sliding, erosi dan
deposisi. Sedimen dalam aliran melt water bersifat mengerosi (bank
erosion) sehingga saluran meltwater (meltwater channel) semakin lebar dan
dalam. Sedimen yang tertransport meltwater dapat mengalami deposisi.
Mekanisme pengendapannya sama dengan pengendapan pada aliran sungai
Esker
Esker adalah bentuklahan dengan morfologi berbukit yang memanjang berkelok,
kadang terputus. Tinggi berkisar 200 m, lebar 3 km, panjang 100 km.
Kame
Bentuklahan dengan morfologi berbukit dengan material hasil pengendapan pada
lokasi tertentu, misal didalam atau di sepanjang glasial
Kettle lakes
Kettle lakes adalah melt water yang menempati cekungan diantara kame,
sehingga bentuknya menyerupai danau
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permukaan bumi itu tidak tetap atau dapat dikatan dinamis, dimana selalu
mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu, dimana perubahan tersebut
merupakan akibat dari suatu proses yang dinamakan proses geomorfologi. Dari
proses tersebut berbagai bentukan lahan pengendapan terjadi mulai dari fluvial
yang disebabkan adanya aliran sungai, eolin yang disebabkan oleh faktor
utamanya pergerakan massa udara yakni angin da, glasial terjadi akibat adanya
tekanan pencairan gletser.
Fenomen-fenomena dapat terklasifikasikan secara tersendiri yang
disebabkan oleh faktor terjadinya sehingga bentukan lahan dapat terjadi. Konsep
dan klasifikasi lingkungan pengendapan sebenanrnya masih banyak terdapat di
berbagai lingkungan tergantungr faktor yang menyebabkan bentukan lahan
tersebut dapat terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Flint, J. J., and C. C. Swisher, III, 1957, Genozoic South American land mammal
ages: Correlation to global geochronologies, in Berggren, W.A., D.V. Kent, M-P.
Gould, S. J., and N. Eldredge, 1993, Punctuated equilibriumcomes of age: Nature,
v. 366, p. 223-227.
Herlambang, Sudarno.
Negeri Malang.
1991. Proses
Herlambang, Sudarno.2009. Dasar-Dasar
Negeri Malang.
Geomorfologi.
Geomorfologi.
Malang:
Universitas
Malang: Universitas
Jenkyns, H. C., 1986, Pelagic environments, in Reading, H. G. (ed.), Sedimentary
environments and facies, 2nd ed.: Blackwell, Oxford, p. 343-397.
Nichols, M. N., and J. D. Boon, 1994, Sediment transport processes in coastal
lagoons, in Kjerfve, B. (ed.), 1994, Coastal lagoon processes: Elsevier,
Amsterdam, p. 157-219.
Staff asisten Geomorfologi dan Geologi foto.2009. buku panduan praktikum
Geomorfologi dan Geologi foto. UNDIP. Semarang.
Soeroto, R, Bambang, dkk. 1994. Diktat Kuliah Geomorfologi. UPN
“VETERAN”. Yogyakarta.
http://sim.nilim.go.jp/ge/SEMI2/Presentation/1Sampurno/Seminar.doc
www.uwsp.edu/geo/.../alluvial_landforms_page_1.html
View publication stats
Download