See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/337740312 'PRINSIP SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI (Principle of environmental interpretation and clasification, continental enivironments)" Article · December 2019 CITATIONS READS 0 12,669 1 author: Muh Farhan Universitas Hasanuddin 2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Muh Farhan on 04 December 2019. The user has requested enhancement of the downloaded file. ‘PRINSIP SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI (Principle of environmental interpretation and clasification, continental enivironments)” DISUSUN OLEH ; MUH FARHAN L111 16 002 DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan artikel sedimentologi. Artikel sedimentologi ini secara garis besar membahasan mengenai “Prinsip sedimentologi dan stratigrafi” sebagai materi fundamental sedimentologi. Pinsip sedimentologi dan stratigrafi merupakan awalan materi sedimentologi dan sebagian besar merupakan cabang ilmu dari geologi. Artikel ini jauh dari kata sempurna maka dari itu saran dan masukn dari pembaca sangat kami butuhkan untuk menambah serta merivisi jika dalam artikel terdapat kesalahan atau kekeliruan di dalamnya. Semoga isi dari makalah ini bisa menjawab subtansi materi prinsip sedimentologi dan stratigrafi. Hormat Kami, PENDAHULUAN A. Sedimentologi Sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan, transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen (Nichols G, 1994). Konsep interpretasi batuan dalam proses modern menjadikan sedimentologi adalah cabang yang berbeda dalam ilmu geologi. Material sedimen secara alami sangat bervariasi dari asal usul, ukuran, bentuk dan komposisi. Partikel seperti gravel dan kerikil bisa terbawa dari erosi batuan yang lebih tua atau secara langsung keluar dari gunung api. Organisme adalah sumber material sangat penting dari ukuran filamen yang terselubung kalsium karbonat hingga pecahan cangkang, terumbu karang, dan serbuk tanaman. Presipitasi langsung dari larutan air juga berkontribusi dalam sedimen pada beberapa situasi. Pembentukan tubuh sedimen termasuk transportasi partikel ke tempat pengendapan baik oleh gravitasi, air, udara, es, aliran masa atau kimia atau proses tumbuh material biologi pada tempat tersebut. Proses transportasi dan pengendapan dapat ditentukan dengan melihat masing– masing lapisan sedimen. Ukuran, bentuk, dan distribusi partikel memberikan petunjuk bagaimana material tertransport dan terendapkan. Maka dengan mempelajari hal tersebut dapat memberikan informasi lebih luas mengenai sedeimentologi. Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa dan penggunaan katadoluminisen dan mikroskop electron memungkinkan para ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan yang pesat ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori dan pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batupasir dan batugamping.Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan mirosedimentologi. Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke struktur sedimen. Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan sedimen di bawah mikroskop ataulebih dikenal dengan petrografi. B. Stratigrafi Stratigrafi merupakan cabang Geologi yang membahas tentan pemerian, pengurutan, pengelompokan, dan klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap lainnya. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi : Strata = Perlapisan, sedimen Grafi = Pemerin / Uraian Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian / pemerian perlapisan batuan. Sedangkan arti luasnya adalah aturan, hubungan dan kejadian macam-macam batuan dialam, dalam dimensi ruang dan waktu geologi C. Konsep Lingkungan Pengendapan Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972) Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi. Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. Dari penjelasan tiga bagian mengenai sedimentologi dan stratigrafi ditemukan bahwa ada proses yang terjadi dalam pembentukan suatu lahan dan sistem. Dengan demikian penjelasan kami akan mengarah kepada bentuk lingkungan benua mulai dari bagaiamana proses terjadinya yang mencakup deposisi,transportasi dan sedimentasi. Aspek stratigrafinya juga kami bahas yakni perlapisan batuan yang terjadi pada proses saat itu. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Pengendapan Lingkungan pengendapan didefinisikan sebagai suatu kondisi dengan parameter fisik, kimia dan biologi tertentu yang berhubungan dengan suatu unit geomorfik yang memiliki geometri dan ukuran tertentu dimana sedimen dapat diendapkan (Boggs, 2006). Untuk penentuan lingkungan pengendapan, studi litofasies merupakan salah satu cara yang selama ini banyak diterapkan oleh para peneliti, baik menggunakan data permukaan maupun data bawah permukaan. Menurut Selley (2000), ada lima parameter pada stusi litofasies yang dapat PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014 641 digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan, yaitu geometri, litologi, struktur sedimen, pola arus purba, dan fosil. Walker (1984) mempelajari hubungan penting diantara fasies dan lingkungan pengendapan yang dikenal sebagai Hukum Walther. Konsep ini dikembangkan oleh Busch (1971) yang mendefinisikan genetic increment dan genetic sequence. Genetic increment adalah masa batuan sedimen dengan fasies atau sub-fasies yang secara genetik berhubungan satu dengan yang lain. B. Bentuk-bentuk lahan pengendapan a. Bentuk lahan pengendapan asal Fluvial Proses fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Tiga aktivitas utama penyebab terjadinya bentuk lahan pengendapan asal fluvial ; a) Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai. Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya. Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander. Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya. Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi : Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai. Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar . Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level. Erosion base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut dan temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya. Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level. b) Transportasi Transportasi adalah terangkutnya material hasil erosi, dengan cara terbawa dalam larutan, melompat, menggelinding. Transportasi mengangkut material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah : stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load . Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain : Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai. Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai. Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai. Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi : Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh. Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia. c) Deposisi Proses sedimentasi yang terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus Bentukan bentuk lahan asal pengendapan fluvial ; 1. Dataran aluvial Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan. 2. Dataran banjir Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. 3. Tanggul alam sungai (natural levee) Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam. 4. Rawa belakang (backswamps) Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir dimana simpanan tanah liat menetap setelah banjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang lebih besar 5. Kipas alluvial Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik. 6. Teras sungai Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahuiproses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras sungaimerupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses deposisi,proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yangmempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan perubahan iklim 7. Gosong sungai (point bar) Relief : Datar – berombak Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak Proses :Sedimentasi Karakteristik : Terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong tumpul dan bagian hilir menyudut. 8. Sungai teranyam (braided stream) Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis. 9. Sungai meander dan enteranched meander Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah b. Bentuk lahan pengendapan asal eolin Lahan eolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana dalam proses terjadinya melalui pengikisan, pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah pasir yang halus. Istilah aeolian berasal dari nama dewa Yunani, Æolus, penjaga angin . Aeolian (atau Eolian atau Aeolian) berkaitan dengan proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi, kepada angin kemampuan untuk membentuk permukaan bumi dan planet-planet. Angin dapat mengikis, mengangkut, dan mengendapkan, bahan-bahan material di daerah yang jarang terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas. Meskipun air jauh lebih kuat daripada angin, proses aeolian merupakan proses yang penting pada daerah kering seperti gurun. (Wikipedia).Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk lahan aeolian adalah bentuk lahan yang terbentuknya akibat proses angin. Yang mana memiliki kemampuan untuk mengikis, mengangkut, dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu. Proses Terbentuknya Lahan Aeolian ; 1) Pengikisan oleh Angin Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi, dan abrasi. Deflasi (deflation) Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, baik berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit pasir. Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi. Dibandingkan dengan erosi air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat kuat. Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan kemudian dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umumnya berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi. Korasi (corrasion) Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi. Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan : a. Polishing dan pitting Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan angin yang membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan, kemampuan untuk melubangi batuan ini disebut dengan pitting. b. Grooving dan shaping Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus mengalami proses pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam. Proses melubangi secara terus-menerus sehingga menjadi lubang yang besar dan dalam disebut dengan grooving. Batuan yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah menjadi pecah-pecah dan berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping. c. Faceting Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses perubahan batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting. Kecepatan korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri. 2) Pengangkutan oleh Angin Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi halus, misalnya debu. Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke tempat yang cukup jauh. Adapun jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin adalah: Suspensi (suspension) Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut pasir karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas. Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya tekanan angin. Tekanan angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran udara ke segala arah inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi. Saltasi (saltation) Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan saltasi. Rayapan permukaan (surface crep) Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadang-kadang juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir. Oleh karena benturan ini gerakan materi butiran menjadi lambat yang selanjutnya menjadi rayapan permukaan.Kadang-kadang angin yang mengangkut debu atau pasir bergerak berputar seperti spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai debu. 3) Pengendapan oleh Angin Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin tadi jatuh setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi lambat, pengendapan juga dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran tersebut tidak membentur permukaan dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan mengalami gerakan sepanjang permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada umumnya tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan. Bentuk endapan dari proses ini tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah mengendap butiran-butirabn tersebut mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru. Bentukan bentuk lahan asal angin ; 1. Desert pavement Permukaan yg terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di daerah gurun, akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi. 2.Blow out Cekungan di daerah gurun akibat deflasi pada material halus hasil pelapukan di permukaan yg berukuran halus. c. Bentuk lahan pengendapan asal lacustrine Lingkungan pengendapan Lakustrin adalah lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak berhubungan dengan laut. Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman, lebar dan salinitas yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline. Pada lingkungan ini juga dijumpai adanya delta, barried island hingga kipas bawah air yang diendapkan dengan arus turbidit. Danau juga mengendapkan klastika dan endapan karbonat termasuk oolit dan terumbu dari alga .(Lakustrin itu ibaratnya berupa danau tempat berkumpulnya sedimen yang nantinya berubah menjadi reservoar hidrokarbon) Lingkungan ini terbentuk dari proses tektonik, gerakan tanah, volkanik, deflasi (deflasi artinya perubahan akibat pengikisan permukaan tanah) oleh wind scour (erosi oleh angin biasa terjadi dipesisir pantai/di darat) dan fluvial (fluvial artinya proses sedimentasi material asal daratan kelaut), tetapi proses utama terjadi karena proses rifting.(rifting artinya peretakan/bukaan akibat extension/tarikan oleh gaya tektonik). Lingkungan Lakustrin terbentuk pada fase synrift (synrift artinya proses pengendapan sedimen berlangsung sebelum terbentuk cekungan (basin) atau sedimentasi bersamaan dengan aktifitas pembentukan basin atau sedimentasi pada basin yg belum stabil sampai dengan subsiden regional postrift (regional postrift adalah proses pengendapan sedimen berlangsung setelah terbentuk cekungan/basin atau sedimentasi pada basin yg sudah stabil), sebelum lingkungannya berubah menjadi delta atau marin”.Pada daerah beriklim kering dapat terbentuk endapan evaporit. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari kandungan fosil dan aspek geokimianya. Danau dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa pergerakan tektonik sebagai pensesaran dan pemekaran; proses glasiasi seperti ice scouring, ice damming dan moraine damming (penyumbatan oleh batu); pergerakan tanah atau hasil dari aktifitas volkanik sebagai penyumbatan lava atau danau kawah hasil peledakan. d. Bentuk lahan pengendapan asal glasial Bentang alam glasial adalah bentang alam yang berhubungan dengan proses glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah Gletser. . Menurut flint (1957) gletser adalah massa es dan tubuh es yang terbentuk karena rekristalisasi dari salju dan lelehan air yang secara keseluruhan atau sebagian teletak dalam suatu lahan dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu suatu bentukan gerakan. Beberapa hal yang penting dalam gletser diantaranya adalah: Keadaan daerah Proses Dan endapan yang terbentuk di tepi perbatasan gletser (moraine) Ada dua tipe bentang alam glasial, diantaranya yaitu: a. Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan. b. Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser. Tipe- tipe gletser diantaranya: 1. Valley Glasier Merupakan gletser pada suatu lembah dan dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada valley glacier juga terdapat ankak-anak sungai. Valley Glacier terdapat pada alpine glaciation. 2. Ice Sheet Merupakan massa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi menutup dataran yang luas biasanya > 50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat pada continental glaciation yaitu pada Greenland dan Antartika 3. Ice cap Merupakan ice sheet yang lebih kecil, terdapat pada daerah pegunungan seperti valley glacier contohnya di Laut Arktik, Canada, Rusia dan Siberia. Ice sheet dan ice cap mengalir ke bawah dan keluar dari pusat (titik tertinggi) 4. Ice berg Ice shet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya hilang / terbuang dalam jumlah besar, bila mengenai tubuh air maka balok-balok es tersebut akan pecah dan mengapung bebas di permukaan air, hal ini disebut ice berg. Proses Pembentukan Gletser Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan udara yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan mengendap pada suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat jenisnya dan udara keluar. Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan hancur dan berkonsolidasi menjadi salju yang berbentuk granular (granular snow) lalu mengalami sementasi membentuk es geltser (glacier ice). Transisi dari bentuk salju menjadi gletser dinamakn firn. Siklus terbentuknya gletser Bentukan bentuk lahan asal gletser ; Cirque Merupakan bentukan destruksional berupa ledok berundak umumnya terletak pada bagian atas lembah yang dalam. Cirque dicirikan oleh sedikitnya massa es yang terdapat pada cekungan. Adapun bentuk cekungan tersebut sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya. Morena Merupakan bentuklahan hasil proses deposisi glasial yang tersusun oleh till, lapisan sedimen, atau bed core. Seringkali termodifikasi oleh melt water. Morena dapat diklasifikasikan berdasar arah aliran glasial yaitu: • morena yang paralel terhadap arah aliran es, dapat terletak pada bagian tepi atau disebut morena lateral atau pada bagian tengah disebut morena medial • morena yang melintang terhadap arah aliran es, misalnya end moraines dan push moraines, • morena dengan arah tidak teratur Dead ice Merupakan bentuklahan glasial hasil proses ablasi yang meninggalkan kumpulan debris dengan susunan tak teratur Drumlin Drumlin terbentuk oleh deposisi glasial, bentukan ini sering disebut juga sebagai morena subglasial karena material yang terdeposisi terangkut melalui dasar glacier. Sumbu memanjang menunjukkan arah pergerakan glasial. Drumlin dibatasi oleh melt water Meltwater Meltwater adalah air dari pencairan gletsyer dapat mengalir pada permukaan glasial, subglasial atau englasial. Kedalamannya berfluktuasi tergantung pada kondisi iklim. Melt water mengakibatkan terjadinya proses basal sliding, erosi dan deposisi. Sedimen dalam aliran melt water bersifat mengerosi (bank erosion) sehingga saluran meltwater (meltwater channel) semakin lebar dan dalam. Sedimen yang tertransport meltwater dapat mengalami deposisi. Mekanisme pengendapannya sama dengan pengendapan pada aliran sungai Esker Esker adalah bentuklahan dengan morfologi berbukit yang memanjang berkelok, kadang terputus. Tinggi berkisar 200 m, lebar 3 km, panjang 100 km. Kame Bentuklahan dengan morfologi berbukit dengan material hasil pengendapan pada lokasi tertentu, misal didalam atau di sepanjang glasial Kettle lakes Kettle lakes adalah melt water yang menempati cekungan diantara kame, sehingga bentuknya menyerupai danau PENUTUP A. Kesimpulan Permukaan bumi itu tidak tetap atau dapat dikatan dinamis, dimana selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu, dimana perubahan tersebut merupakan akibat dari suatu proses yang dinamakan proses geomorfologi. Dari proses tersebut berbagai bentukan lahan pengendapan terjadi mulai dari fluvial yang disebabkan adanya aliran sungai, eolin yang disebabkan oleh faktor utamanya pergerakan massa udara yakni angin da, glasial terjadi akibat adanya tekanan pencairan gletser. Fenomen-fenomena dapat terklasifikasikan secara tersendiri yang disebabkan oleh faktor terjadinya sehingga bentukan lahan dapat terjadi. Konsep dan klasifikasi lingkungan pengendapan sebenanrnya masih banyak terdapat di berbagai lingkungan tergantungr faktor yang menyebabkan bentukan lahan tersebut dapat terbentuk. DAFTAR PUSTAKA Flint, J. J., and C. C. Swisher, III, 1957, Genozoic South American land mammal ages: Correlation to global geochronologies, in Berggren, W.A., D.V. Kent, M-P. Gould, S. J., and N. Eldredge, 1993, Punctuated equilibriumcomes of age: Nature, v. 366, p. 223-227. Herlambang, Sudarno. Negeri Malang. 1991. Proses Herlambang, Sudarno.2009. Dasar-Dasar Negeri Malang. Geomorfologi. Geomorfologi. Malang: Universitas Malang: Universitas Jenkyns, H. C., 1986, Pelagic environments, in Reading, H. G. (ed.), Sedimentary environments and facies, 2nd ed.: Blackwell, Oxford, p. 343-397. Nichols, M. N., and J. D. Boon, 1994, Sediment transport processes in coastal lagoons, in Kjerfve, B. (ed.), 1994, Coastal lagoon processes: Elsevier, Amsterdam, p. 157-219. Staff asisten Geomorfologi dan Geologi foto.2009. buku panduan praktikum Geomorfologi dan Geologi foto. UNDIP. Semarang. Soeroto, R, Bambang, dkk. 1994. Diktat Kuliah Geomorfologi. UPN “VETERAN”. Yogyakarta. http://sim.nilim.go.jp/ge/SEMI2/Presentation/1Sampurno/Seminar.doc www.uwsp.edu/geo/.../alluvial_landforms_page_1.html View publication stats