LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA III : HORMON PERTUMBUHAN (tanaman herbaceous) Nama : Haqan Ridhaeva NIM : 21106040042 Kelompok :4 Tanggal Praktikum : 05 Desember 2022 Tanggal Pengumpulan : 12 Desember 2022 Asisten : Nina Octaviana LABORATORIUM BIOLOGI PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2022 I. JUDUL HORMON PERTUMBUHAN (tanaman herbaceous) II. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hormon tumbuhan atau pernah dikenal juga dengan fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungi hormon pada hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh (Salisbury, 1995). Hormone pertumbuhan terbentuk melalui rangsangan signal berupa aktivitas senyawa-senyawa respetor akibat pengaruh perubahan lingkungan di luar sel. Rangsangan yang diterima oleh respetor akan mendorong terentuknya hormone-hormon tetentu. Menurut segi ilmu evolusi, hormone tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi yang dilakukan tumbuhan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya (Setiawan. et all, 2015). Perlakuan jenis hormon khususnya Super-GA cenderung memberikan efek yang lebih baik terhadap pemanjangan akar stek. Hormon IBA yang diberikan pada stek jabon khususnya untuk jenis Super-GA mampu merangsang pemanjangan akar stek dengan sangat baik apabila dibandingkan dengan jenis Root-Up cair, dan kontrol. Pertumbuhan jumlah dan panjang akar stek yang dirangsang dengan menggunakan jenis Root-Up cair tidak memberikan hasil yang signifikan. Kemungkinan penyebabnya adalah karena komposisi yang terkandung dalam hormon jenis Root-Up cair tersebut. Fungisida (Thiram) adalah komposisi terbesar yang dimiliki oleh jenis hormon Root-Up cair. Peran fungisida sendiri adalah untuk __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 2 mencegah infeksi jamur, cendawan dan bakteri lainnya pada bagian tanaman yang terluka akibat terkena sayatan ataupun potongan. Besarnya komposisi fungisida yang terkandung dalam hormon Root-Up cair menyebabkan akar stek tanaman sirih tidak berkembang peat. Berbeda dengan hormon jenis Super-GA yang mempunyai komposisi antara lain 9% vitamin B1, dan 48% 1-Naphthyl Acetic Acid (NAA) (Astuti, 2000). Praktikum kali ini mengenai “Hormon Tumbuh” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian hormon IAA dan Root-Up berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan kangkung/sirih. Dalam praktikum ini praktikan dituntut untuk mengamati pengaruh hormone auksinterhadap tanaman Lidah Mertua dengan nama latin Sansevieria trifasciata. Prinsip dasar pada praktikum ini yaitu akar sebagai organ penting bagi tumbuhan juga mengalami pertumbuhan. Walaupun tidak memiliki tunas aksiler, akar dapatmenghasilkan percabangan atau akar-akar sekunder. Akar tumbuh tidak sajamemanjang oleh aktivitas meristem pucuk akar, tetapi juga membesar olehaktivitas jaringan cambium. Seperti halnya organ yang lain, pertumbuhan akardikontrol oleh IAA, walaupun dalam dosis yang lebih rendah. Pada dunia pertanian telah banyak diaplikasikan hormone-hormon tumbuh golongan IBA untuk merangsang perakaran. Bagaimana respon pertumbuhan akar terhadapaplikasi hormone auksin, akan tergantung dari sifat endogenos tumbuhannya sertakeadaan lingkungan eksternalnya (Asra et al. 2020). 2. Tujuan Praktikum Tujuan diadakannya praktikum respirasi tumbuhan adalah mengetahui pengaruh perlakuan pemberian hormon IAA dan Root-Up berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan kangkung/sirih. III. DASAR TEORI Hormon tumbuhan atau pernah dikenal juga dengan fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan manusia, dalam jumlah yang sangat kecil (kurang dari 1 milimol per liter, (di urutan 1 mikromol) liter) mendorong, menghambat, atau mengubah __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 3 pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungi hormon pada hewan. Namun, tidak seperti hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen, diproduksi oleh individu yang terkena dampaknya sendiri, atau eksogen, yang diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen juga bisa non-alami (sintetis, bukan terbuat dari ekstrak tumbuhan). Istilah zat pengatur tumbuh juga digunakan untuk membenarkan perbedaan ini (Salisbury, 1995). Hormon mempengaruhi dan mengatur perkembangan tanaman. Hormon mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tanaman (fitohormon) dapat mempengaruhi laju pertumbuhan pada bagian tanaman tertentu. Hormon tanaman dapat menghasilkan efek fisiologis dalam konsentrasi rendah. Efek fisiologis ini disebabkan oleh proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tumbuhan disebabkan oleh rangkaian proses yang terjadi didalam sel, misalnya pembelaham, diferensiasi atau pemanjangan. Ketiga proses tersebut biasanya dipicu oleh faktor internal dari suatu tumbuhan yang berupa senyawa biokimia, seperti hormon dan enzim. Keberadaan tumbuhan di dalam tumbuhan tidak lepas dari aktivitas pertumbuhan bagian tumbuhan yang lain. Hal ini disebabkan adanya senyawa kimia yang diangkut (disirkulasikan) dari satu bagian tanaman ke bagian lainnya. Contoh senyawa tersebut adalah hormon (Asra et al. 2020). Ahli botani telah menemukan 5 jenis hormon pada tumbuhan yaitu hormon auksin, hormon sitokinin, hormon giberelin, asam absisat dan hormon etilen. Menurut Kukerja et al. (2004), auksin, sitokinin, giberelin dan etilen merupakan aktivator pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan asam absisat merupakan penghambat pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan pengaruhnya, hormon tumbuhan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Hormon yang berperan dalam pemicu pertumbuhan (misalnya: auksin, sitokinin, giberelin dan etilen). b. Hormon yang berperan dalam menghambat pertumbuhan (misalnya : asam abisasat). Selain itu terdapat pula hormon yang berperan dalam komunikasi pada tumbuhan (misalnya: asam jasmonat). Penelitian terbaru berhasil menemukan molekul __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 4 aktif yang dapat digolongkan kedalam zat pengatur tumbuh yakni golong penghambat pertumbuhan dan plyamin seperti spermidine dan putrescine (Wiraatmajaya, 2017). Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin,giberelin,sitokinin, etilen, asam traumalin, asam absisat, kalin. 1. Auksin Aukin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol,contohnya pada tanaman bawang merah (Allium cepa). Konsentrasi auksinlebih banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman(batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan yang lebihcepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristemtunas apical, dan daun-daun muda.Selain berpengaruh meningkatkan laju pemanjangan sel pada pertumbuhanseperti di uraikan di atas, auksin juga merupakan hormon pengatur fisiologiyang dapat digunakan untuk memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan(disebut partenokarpi) (Heddy, 2000). 2. Giberelin Giberelin merupakan hormone yang mirip dengan auksin. Hormone ini ditemukan Oleh P. kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamurGiberellafujikuroi. Giberelin di produksi oleh tumbuhan di meristem tunas apical, akar,daun muda, dan embrio.Fungsi giberelin : a. Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi) b. Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa c. Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak padamusimnya) d. Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotile. e. Mematahkan dormansi buah dan biji (Heddy, 2000). 3. Sitokinin Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller. Struktur kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan ATP). Selain dapat ditemukan di batang, sitokinin juga dapatdi hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke organ yang lain.Fungsi Sitokinin, antara lain : __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 5 a. Memacau pembelahan sel b. Mempercepat pelebaran daun. c. Mempercepat tumbuhnya akar d. Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang. e. Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah (Heddy, 2000). 4. Etilen Etilen merupakan satu-satunya hormon tumbuhan yang berbentuk gas. Gasetilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang,apel, dan jeruk. Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan berwarna hijau. Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buahsehingga buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak. Selain itu, gasetilen juga menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan. Olehkarena itu etilen dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga yang menua(Heddy, 2000). 5. Asam Traumalin Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetikyaitu merupakan gabungan beberapa aktivitas hormon yang ada (auksin,giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalamiluka atau perlukaan karena gangguan fisik maka akan segera terbentukcambium gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormone luka (asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa inimerupakan hasil kerja sama antar hormon pada tumbuhan yang di sebutrestitusi (regenerasi). Awalnya luka pada tumbuhan akan memacu pengeluaran hormon luka yang kemudian merangsang pembentukan cambiumgabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh hormone giberelin,selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah sel-sel baruyang akan membentuk jaringan penutup luka yang disebut kalus. Asamtraumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel tumbuhan (Heddy, 2000). 6. Asam absisat Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhantumbuhan. Pada musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 6 itumerupakan adaptasi pertumbuhan terhadap perubahan linkungan yang tidakmemungkinkan bagi tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar , dan buah biji (Heddy, 2000).Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masadormansi). Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapisetelah kondisi lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musimkemarau (Heddy, 2000). Auksin merupakan senyawa asetat (golongan indol) yang terdapat pada indol, misalnya pada bawang merah (Allium cepa). Konsentrasi auksin lebih tinggi pada daerah yang tidak terkena cahaya. Tumbuhan (batang) yang tidak terkena cahaya tumbuh lebih cepat dibandingkan bagian lain yang terkena sinar matahari karena adanya auksin ini. Pada tumbuhan, auksin terdapat pada embrio biji, meristem apikal pucuk dan daun muda. Selain meningkatkan laju pemanjangan sel yang telah dijelaskan di atas, auksin juga merupakan hormon pengatur fisiologi yang dapat digunakan untuk memacu pembentukan buah tapa penyerbukan (disebut partenokarpi) (Heddy, 2000). Salah satu jenis hormon auksin yang berbeda terdiri dari asam 4-kloroindoasetat (4-kloro-IAA), yang biasanya terdapat pada biji leguminosa muda. IAA adalah auksin utama pada tumbuhan. IAA merupakan senyawa yang terbentuk selama biosintesis asam amino triptofan dengan bantuan enzim IAA oksidase, yang berperan sebagai pengatur dalam berbagai proses fisiologis tanaman. Proses fisiologis ini meliputi ekspansi dan pembelahan sel, diferensiasi sel dan jaringan, serta respons terhadap cahaya dan gravitasi. IAA dapat diisolasi tidak hanya dari tumbuhan tetapi juga dari bakteri. Isolat bakteri dapat menghasilkan kadar IAA yang lebih tinggi ketika prekursor L-triptofan ditambahkan dan melalui jalur Trp. Pada umumnya bakteri penghasil IAA memanfaatkan akar tanaman yang mengeluarkan bahan organik berupa L-triptofan yang dapat digunakan dalam proses biosintesis IAA (Tahta dan Enny, 2015). Biosintesis IAA juga dapat menghasilkan intermediet yang analog dengan auksin, tetapi dengan aktivitas yang lebih rendah daripada IAA. Perantara ini termasuk indoleacetonitrile (IAN), asam indolepyruvic (Tipe A), dan indoleacetonitrile (IAAId) (Asra, et al. 2020). __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 7 Hormon yang digunakan adalah hormon IAA dan hormon NAA, hormon. Menurut Salisbury (1995), hormon tumbuhan atau hormon tumbuhan adalah sekelompok senyawa anorganik (nutrisi), baik yang terjadi secara alami maupun buatan manusia, yang dalam jumlah kecil (kurang dari milimol per liter, bahkan mikromol per liter), sangat penting. untuk pertumbuhan tanaman, - untuk mempromosikan, mencegah atau mengubah perkembangan dan pergerakan (pajak). Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi kerja hormon pada hewan. Tidak seperti hewan, bagaimanapun, hormon tanaman dapat bersifat endogen, diproduksi oleh individu yang terkena, atau eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen juga bisa tidak alami (sintetis, bukan terbuat dari ekstrak tumbuhan). Untuk memperhitungkan perbedaan ini, istilah zat pengatur tumbuh juga digunakan. Root-Up merupakan hormone perangsang akar pada perbanyakan vegetative. Rooy-up mengandung fungisida untuk mencegah jamur, infeksi dan berbagai penyakit dibagian yang terluka atau terkena sayatan. Root-Up mengandung auksin yang merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Kandungan dalam Root-Up adalah: NAD 0,067%, m-NAD 0,031%, MNAA 0,003%, IBA 0,057% dan thyram 4% (Sentra Tani, 2019). Tanaman sirih merupakan tanaman yang perdu, merambat, batang berkayu, berbuku buku dan bersalur, sebagian beras masyarakat indonesia tau tanaman sirih, karena sirih sering ditanam dan dimanfaaatkan di berbagai daerah. Dalam bahasa latin (ilmiah) sirih dikenal dengan sebutan Piper betle, sejak jaman dulu sirih sudah banyak ditanam dan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama dengan mengunyah daun ataupun buahnya bersama gambir, pinang , dan gambir. Namun kebiasaan mengunyah daun sirih sekarang sudah mulai langka. Di berbagai daerah sirih memiliki nama sebutan yang berbeda, misalkan di Jawa sirih biasa disebut juga sebagai suruh atau Sedah sedangkan di Sunda kerap dinamai seureuh. Sirih termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman sirih (Piper betle) panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daun sirih pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau agak kecoklatan dengan permukaan kulitnya yang kasar dan berkerutkerut. Buah sirih (Piper betle) merupakan buah yang berbentuk bulat berwarna hijau __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 8 keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan (Anonim. 2010). IV. METODE PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan Pada praktikum respirasi tumbuhan tentunya kita memerlukan alat dan bahan yang akan digunakan ketika praktikum. Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain tanaman 3 tanaman Vigna sinensis, larutan NAA dan IAA (10, 1, 0,1, 0,01 ppm), dan BAP. 2. Cara Kerja Pada praktikum respirasi tumbuhan tahap awal yang dilakukan oleh praktikan adalah mula-mula tanaman Vigna sinensis disiapkan dan dipiilih 3 tanaman yang homogeny. Kemudian dibuat perlakuan pada masing-masing 3 tanaman yang homogeny tersebut, yakni dengan perlakuan: masing-masing tanaman direndam pada larutan NAA, BAP dan kombinasi NAA dan BAP. Setelah dua minggu semua tanaman tersebut diamati pertumbuhannya dan ditabulasikan data yang telah peroleh. V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Larutan yang digunakan dalam praktikum Hormon Pertumbuhan ini diantaranya, yaitu aguades, dimana aquades adalah air hasil destilasi atau penyulingan yang sama dengan air murni atau H2O, karena H2O hampir tidak mengandung mineral (Bernad, 2019). Aquades yaitu air yang dihasilkan dari satu kali proses destilasi atau penyulingan yang sering disebut dengan air murni namun tetap mengandung mineralmineral tertentu (Bernad, 2019) dimana pada praktikum ini aquades berfungsi untuk pelarut larutan NAA dan sebagai larutan kontrol. Selanjutnya, larutan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu larutan NAA dimana larutan NAA merupakan zat pengatur tumbuh golongan auksin yang sering dipakai dan bersifat lebih stabil daripada IAA karena tidak mudah terurai oleh enzim yang dikeluarkan sel atau tidak mudah rusak akibat pemanasan pada proses sterilisasi (Kurnianti, 2012), yang mana pada praktikum ini larutan Naphthaleneacetic Acid (NAA) merupakan golongan auksin yang berfungsi dalam menginduksi pembentangan sel dan inisiasi pengakaran.. Serta larutan BAP yang __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 9 merupakan salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya rangsangannya lebih lama karen atidak mudah dirombak oleh enzim dalam tanaman (Kurnianti, 2012). Sementara itu, 6- Benzylamino Purin (BAP) berfungsi merangsang pembelahan sel dalam jaringan eksplan dan merangsang pertumbuhan tunas (Wattimena et al., 1992). Praktikum kali ini mengenai “Hormon Tumbuh” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian hormon IAA dan Root-Up berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan kangkung/sirih. Dalam praktikum ini praktikan dituntut untuk mengamati pengaruh hormone auksinterhadap tanaman Lidah Mertua dengan nama latin Sansevieria trifasciata. Prinsip dasar pada praktikum ini yaitu akar sebagai organ penting bagi tumbuhan jugamengalami pertumbuhan. Walaupun tidak memiliki tunas aksiler, akar dapatmenghasilkan percabangan atau akar-akar sekunder. Akar tumbuh tidak sajamemanjang oleh aktivitas meristem pucuk akar, tetapi juga membesar olehaktivitas jaringan cambium. Seperti halnya organ yang lain, pertumbuhan akardikontrol oleh IAA, walaupun dalam dosis yang lebih rendah. Pada dunia pertanian telah banyak diaplikasikan hormone-hormon tumbuh golongan IBA untuk merangsang perakaran. Bagaimana respon pertumbuhan akar terhadapaplikasi hormone auksin, akan tergantung dari sifat endogenos tumbuhannya sertakeadaan lingkungan eksternalnya (Asra et al. 2020). Tabel 1. Deskripsi kondisi tanaman sirih pada berbagai perlakuan setelah 14 hari. Tumbuhan Kelompok bagian Kontrol (aq) Larutan Larutan Larutan NAA 0,01 NAA 0,1 NAA 10 ppm ppm ppm Akar akar Akat tidak tumbuh ada kecil 0.1cm Root -up Akar tumbuh Akar ada 2 tidak panjang tumbuh Akar tidak tumbuh 0.1cm __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 10 daun sirih daun SIRIH daun sirih segar segar tetapi berwarna kering di hijau bagian 4 pinggir batang batang batang hijau hijau muda muda kecoklatan kecoklatan tunas tunas baru tunas baru baru tidak ada tidak ada daun daun sirih sirih segar segar berwarna berwarna daun sirih segar berwarna hijau pucat hijau hijau batang batang batang hijau hijau hijau pucat pucat pucat kekuningan tunas tunas baru baru tidak ada tidak ada tunas baru tidak ada Berdasarkan hasil peneletian yang telah dilakukan pada tanaman sirih yang diberikan perlakuan selama 14 hari dengan perlakuan yang berbeda-beda, menunjukkan hasil, pada perlakuan aquades, tanaman sirih (Piper betle L.) akar banyak dan berwarna agak putih kehijauan. Memiliki daun yang besar, segar dan berwarna hijau cerah dan bertekstur kaku. Memiliki batang yang segar, tegak dan berwarna hijau cerah serta bertekstur kaku dan muncul tunasnya. Pada perlakuan larutan NAA 0,01 ppm, tanaman sirih (Piper betle L.) akarnya tumbuh kecil sekitar 0,1cm, pada daunnya sirih tersebut masih segar tetapi kering dibagian pinggirnya, batangnya tegak berwarna hijau muda kecoklatan dan keras, dan tidak ada tanda-tanda munculnya tunas. Pada perlakuan NAA 0,1 ppm tanaman sirih (Piper betle L.) ada 2 akar yang tumbuh dengan panjang sekitar 0,1 cm, dengan warna daun sirih yang masih segar berwarna hijau, batang sirih berwarna hijau pucat keras, dan batangnya tegak, serta tidak terdapat tanda-tanda munculnya tunasnya. Pada perlakuan larutan NAA 10 ppm, tanaman sirih (Piper betle L.) akarnya masih tidak tumbuh, daunnya masih segar berwarna hijau, batangnya berwarna hijau pucat kecoklatan serta tidak terdapat tanda-tanda munculnya tunas. Pada perlakuan Root-Up tanaman sirih (Piper betle L.) akarnya tidak tumbuh, daunnya segar berwarna __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 11 hijau pucat, batangnya hijau pucat kekuningan, serta tidak terdapat tadna-tanda munculnya tunas. Hal ini juga membuktikan bahwa hormon dibutuhkan oleh tanaman dalam konsentrasi tertentu sesuai dengan species tanaman tersebut. Dan konsentrasi yang berlebih justru akan menjadi toksin dalam tubuh tanaman. Sitokinin dapat menghambat penuaan beberapa organ tumbuhan, kemungkinan dengan menghambat perombakan protein dan dengan merangsang sintesis RNA dan protein dan dengan memobilisasi zat - zat makanan dari jaringan disekitarnya. Jika dan dipotong dari suatu larutan dan direndam dalam larutan sitokinin, daun tersebut akan tetap hijau lebih lama dibandingkan yang tidak direndam. Kemungkinan sitokinin juga memperlambat penuaan kondisi dan pada tumbuhan utuh yang masih hidup (Campbell, 2002). Benih yang direndam dengan IAA mampu berkecambah. IAA disintesika dari triptofann diprimordia daun, daun muda dan biji yang sedang berkembang (Wattimena, et al, 1992). Perendaman benih pada IAA mampu meningkatkan kecepatan benih berkecambah, persentase benih berkecambah, tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, berat segar bibit, dan berat kering bibit (Rahayu dan Alfatoni, 2010). Berdasarkan hasil praktikum benih ada juga yang mengalami pembusukan dengan ditandai adanya jamur dan tidak berkecambahnya benih. Hal tersebut berkecambahnya benih dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan ekstemal. Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar (eksternal) meliputi air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium (Putra, 2015). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan dalam perbesaran sel, menginisasi pembentukan akan adventif, dan juga berperan dalam pembelahan sel pada cambium. Pada konsentrasi tertentu, auksin dapat mendorong perkembangan tetapi menghambatnya saat konsentrasi meningkat, dan konsentrasi yang mendorong pembesaran sel pada pucuk dapat menghambat perbesaran sel pada akar dari tumbuhan yang sama. Sifat aksi auksin "ganda" ini bergantung pada sensitivitas jaringan, konsentrasi auksin endogen dalam jaringan, atau kondisi fisiologis jaringan lainnya. Auksin merangsang protein tertentu pada membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 12 Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu, menyebabkannya memutuskan beberapa ikatan hidrogen dalam rantai molekul selulosa yang membentuk dinding sel. Sel-sel tumbuhan kemudian mengembang karena air masuk melalui osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis ulang bahan dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil di ujung pucuk. Pengaruh lain auksin adalah dominansi apikal, yaitu pertumbuhan ujung apikal dan penghambatan pertumbuhan tunas lateral. Aktivitas NAA bersama dengan auksin alami (endogen) yang ada pada tanaman menyebabkan pemanjangan akar yang cepat (Campbell, 2002). Auksin merupakan hormon yang pertama kali ditemukan pada tumbuhandan merupakan salah satu dari agen pemberian isyarat kimia yang mengatur perkembangan tumbuhan. Umumnya auksin terdapat dalam bentuk asam indole-3-acetic (IAA). Salah satu peran dari IAA pada tanaman adalah sebagai hormone kunci dari berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Danapriatna, 2014). Napthalen Acetic Acid (NAA) sebagai salah satu jenis dari hormon auksin sintesis. Auksin dapat mempengaruhi pembentukan besarnya akar stek tergantung konsentrasi yang diberikan (Kumar, 2011). Auksin dapat bertindak sebagai reseptor untuk perakaran sirih (Piper betle L.). Jenis Naphthalene Acetic Acid (NAA) dengan konsentrasi 0,1 ppm, sangat cocok untuk merangsang pertumbuhan akar sesuai dari data yang didapat. Namun, ketika konsentrasinya lebih tinggi, ia menjadi penghambat pertumbuhan akar karena ada batas konsentrasi auksin untuk memutuskan ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa di dinding sel tanaman. Padahal, NAA bisa menjadi racun jika konsentrasinya tidak tepat. Juga telah dipelajari di masa lalu bahwa semakin tinggi konsentrasi NAA yang diberikan, semakin lambat proses pemanjangan akar. Hal ini disebabkan kelebihan auksin yang dapat menghambat pemanjangan akar yang ditandai dengan meningkatnya etilen pada ujung akar (Putra & Shofi, 2015). Pada perlakuan Root-Up ini memberikan hasil dan membuat tanaman sirih tersebut mengering dan layu, kemungkinan besar penyebabnya adalah karena komposisi yang terkandung dalam hormone jenis Root-Up cair tersebut. Fungisida (Thiram) adalah komposisi terbesar yang dimiliki oleh jenis hormon Root-Up cair. Peran fungisida sendiri adalah untuk mencegah infeksi jamur, cendawan dan bakteri lainnya pada bagian tanaman yang terluka akibat terkena sayatan ataupun potongan. __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 13 Besarnya komposisi fungisida yang terkandung dalam hormon Root-Up cair menyebabkan akar stek tanaman sirih tidak berkembang pesat (Astuti, 2000). Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan (menurut batasan diatas, yaitu pertumbuhan ukuran) mudah dirancukan dengan pembelahan sel di meristem. Pembelahan itu sendiri tidak menyebabkan pertumbuhan. Ujung akar dan ujung tajuk (apeks) mempunyai meristem. Terjadinya pertambahan panjang pada batang karena selain pada akar daerah meristematik lainnya terdapat di kambium pembuluh dan tepat diatas nodus tumbuhan monokotil, atau di dasar daun rumputan. Meristem apikal tajuk dan meristem akar terbentuk selama proses perkembangan embrio saat pembentukan biji, dan disebut meristem primer. Kambium pembuluh dan daerah meristematik pada nodus monokotil; dan daun rumputan tidak mudah dikenali, kecuali setelah perkecambahan terjadi; itu dinamakan meristem sekunder (Wibowo, 2012). VI. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa hasil dan pembahasan yang telah diperoleh dengan metode studi literatur terhadap publikasi atau penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa hormon auksin sebagai zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berbagai macam tanaman monocotyledoneae dan dicotyledoneae. Auksin yang diberikan dapat berasal dari jenis alami (yang dihasilkan sendiri oleh tumbuhan) ataupun bersifat sintetik, seperti Asam Indol-3-asetat (IAA), Indole Butiric Acid (IBA), atau Naphtalen Acetic Acid (NAA). Masing-masing memberikan pengaruh yang beragam terhadap bagian tumbuhan setiap spesies. Pada praktikum pertumbuhan ini perendaman tanaman sirih dilakukan selama 14 hari. Sehingga didapatkan hasil pada perlakuan kontrol pertumbuhan sirih dapat tumbuh dengan baik, begitu pula dengan perlakuan menggunakan NAA konsentrasi 0,1 ppm dapat tumbuh dengan baik akar, batang dan daunnya. Namun, pada perlakuan menggunakan NAA konsentrasi 0,01 ppm tidak terlalu tumbuh dengan baik dibandingkan dengan NAA konsentrasi 0,1 ppm yang tumbuh dengan baik. Begitu pula pada perlakuan menggunakan Root-Up tidak dapat tumbuh dengan baik. __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 14 VII. DAFTAR PUSTAKA Asra, R., Samarlina, R. A., dan Silalahi, M. (2020).Hormon Tumbuhan. Cetakan I Jakarta: UKI Press. Astuti, P. (2000). Pengaruh Lama Pengeratan Bahan Stek dan Konsentrasi Rotone F terhadap Pertumbuhan Stek Kopi Robusta (Coffe canephora). www.unmul.ac.id/dat/pub/frontir/puji.pdf.browsing 19 Mei 2012. Bernad, Laurensius F. (2019). Analisis Mesin Penghasil Aquades Menggunakan Mesin Siklus Kompresi Uap Dengan Pengaruh Putaran Kipas Sebelum Evaporator. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Campbell, Neil A., Jane, B. Raece and Lawrence, G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 Edisi Ke Delapan. Jakarta: Erlangga. Danapriatna, Nana. (2014). Faktor Yang Mempengaruhi Biosintesis Iaa Oleh Azospirillum. Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan jilid III. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 343 hal. Heddy. (2000). Hormon tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kukreja, K., Suneja, S., Goyal, S. and Narula, N. (2004). Phytohormone production by azotobacter- a review. Agric. Rev., 25 (1) : 70 – 75. Kurnianti, Liza febby. (2012). Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh NAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Biji Dendrobium capra J.J Smith Secara In Vitro. Tugas Akhir. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Institute Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Putra, R. R., & Shofi, M. (2015). Pengaruh Hormon Napthalen Acetic Acid terhadap Inisiasi Akar Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forssk.). Jurnal Wiyata, 2 (2): 108113. Rahayu, T dan Alfatoni. (2010). Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Jati (Tectona grandis L., F.) Dalam Perendaman IAA Dengan Beberapa Tingkat Konsentrasi dan Lama Perendaman. Staf Pengajar Fakultas Pertanian UNIBA. Jurnal. Surakarta. __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 15 Sari, Heti S., Murni Dwiati, Iman Budissantosa. (2015). Efek NAA dan BAP Terhadap Pembentukkan Tunas, Daun, dan Tinggi Tunas Stek Mikro Nepenthes ampullaria Jack. Biosfera. 32 (3): 195-20. Sentra Tani. (2019). Hormon Perangsang Akar Root-Up. Setiawan, W. (2015). Pengaruh Dosis Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). [Skripsi]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 49 Hal. Setiawan, Agus Budi.,et all. (2015). Pengaruh giberelin terhadap Karakter Morfologi dan Hasil Buah partenokarpi pada Tujuh Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.). Ilmu Pertanian, 18(2): 69-76. Tahta, K. Dan Enny, Z. (2015). Potensi Azetobacter sebagai Penghasil Hormon IAA (Indole3-acetic-acid). Artikel. Malang: Universitas Brawijaya. Wibowo. (2012). Manajemen Kinerja (Edisi Ke 3). Jakarta: Rajawali Press. Wiraatmaja, I. (2017). Zat Pengatur Tumbuh Auksin dan Cara Penggunaannya dalam Bidang Pertanian. Bahan Ajar. Bali : Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Wattimena & Gunawan, L. W., (1992). Perbanyakan Tanaman, Bioteknologi Tanaman. 1 ed. Bogor: PAU IPB. LAMPIRAN NAA 10 PPM Aquades __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 16 Ruthup NAA 0,01 PPM NAA 0,1 PPM __________________________________________________________________________________ HORMON PERTUMBUHAN 17