1 TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.) GESIT JANTAN DAN SULTANA BETINA SECARA ALAMI DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI JAWA BARAT TUGAS AKHIR EFRAIM 1322010093 JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PANGKEP 2016 1 ii TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.) GESIT JANTAN DAN SULTANA BETINA SECARA ALAMI DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWARSUKABUMI JAWA BARAT TUGAS AKHIR EFRAIM 1322010093 Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing Dr. Andriani, S.Pi., M.Si. Ketua Nur Rahmawaty Arma, Ph.D. Anggota Diketahui oleh: Dr. Ir. Darmawan, M.P. Direktur Ir. RimalHamal, M.P. KetuaJurusan Tanggal Lulus: 19 Agustus 2016 ii iii RINGKASAN EFRAIM, 1322010093. Teknik pemijahan ikan nila (Oreochromis niloticus L.) GESIT jantan dan SULTANA betina secara alami di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa Barat, dibimbing oleh Andriani dan Nur Rahmawaty Arma Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi telah mengembangkan ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesia Tilapia), sedangkan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi telah mengembangkan ikan nila SULTANA (Seleksi Unggul Selabintana). Jika ikan nila GESIT dikawinkan dengan ikan nila SULTANA, akan menghasilkan keturunan yang 99% adalah jantan yang disebut ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia). Ikan nila GMT ini dapat tumbuh lebih cepat sebesar 150% dibanding ikan nila betina, ukurannya lebih seragam dan aman dikonsumsi. Tugas Akhir bertujuan untuk memperkuat teknik pemijahan ikan nila GESIT jantan dan SULTANA betina secara alami untuk menghasilkan benih dengan kuantitas dan kualitas yang memadai serta berkelanjutan. Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi mahasiswa dalam berkarya di masyarakat khususnya mengenai teknik pemijahan ikan nila jantan GESIT dan nila betina SULTANA secara alami di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari sampai 09 Mei 2016di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Hasil yang diperoleh adalah teknik pemijahan alami ikan nila GESIT jantan dan betina SULTANA yang dilakukan secara massal dengan rasio pemijahan adalah 1 : 6 tergolong berhasil, dengan fekunditas rata-rata 2296 butir, FR 93% dan HR 84,6%. Ukuran panjang induk jantan 37-40 cm dan beratnya 940-1100 gr, sedangkan induk betina panjang 32-36 cm dan beratnya berkisar 700-900 g merupakan nilai yang lebih tinggi dari persyaratan SNI 01-6138-1999. Jenis pakan untuk pematangan gonad induk adalah pellet terapung dengan kandungan protein 31 − 33%, dosis pemberian 3% dari berat biomassa, dan mulai minggu ke-2 diturunkan menjadi 2 % dengan frekuensi 2 kali sehari. iii iv KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir dengan judul Teknik pemijahan ikan nila (Oreochromis niloticus L.) GESIT jantan dan SULTANA betina secara alami yang dilaksanakan pada bulan 09 Februari – 09 Mei 2016 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Penulis menghanturkan doa, rasa hormat, serta terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Ibu Dr. Andriani S.Pi.,M.Si, selaku pembimbing pertama dan Ibu Nur Rahmawaty Arma, Ph.D selaku pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir . 2. Bapak Rusli,S.Pi., M.Si. selaku Penasehat Akademik 3. Ketua Jurusan Budidaya Perikanan Bapak Ir. Rimal Hamal,M.P. dan seluruh staf Jurusan Budidaya Perikanan. 4. Bapak Dr. Ir. Darmawan,M.P. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep 5. Kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara spiritual maupun secara material serta beliau senantiasa mengiring doa hingga penyelesaian studi ini. 6. Kepada rekan – rekan seangkatan di Jurusan Budidaya Perikanan dan semua saudaraku,karena keberadaanmu, pengorbanan,keiklasan dan doamu menjadi motivasi bagi saya dalam menyelesaikan studi dikampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. iv v Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesmpurnaan. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan akhirnya penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini mendapat respon positif dari berbagai pihak. Pangkep, 19 Agustus 2016 Penulis v vi DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... v DATAR TABEL .............................................................................................. viii DATAR GAMBAR .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Tujuan dan Manfaat........................................................................... 1 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Nila............................................... 2.2 Ikan Nila GESIT ............................................................................. 2.3 Ikan Nila SULTANA ...................................................................... 2.4 Ikan Nila GMT ................................................................................ 2.5 Habitat Ikan nila .............................................................................. 2.6 Makanan dan Kebiasaan Makan .................................................... 2.7 Reproduksi dan Tingka laku Pemijahan ........................................ 2.8 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva ...................................... 2.9 Parameter kualitas air ...................................................................... 3 5 6 6 7 8 8 11 11 III METODE 3.1 Waktu danTempat.............................................................................. 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 3.4 Metode Pelaksanan ........................................................................... 3.4.1 Persiapan Kolam Pemijahan. ................................................. 3.4.2 Prosedur Pemijahan Alami .................................................... 3.4.3 Pengelolaan Pakan Induk ....................................................... 3.4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit.......................................... 3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data ........................................ 3.5.1 Parameter yang Diamati......................................................... 3.5.2 Analisa Data ........................................................................... 14 14 16 16 16 17 19 21 21 21 22 II vi vii IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Induk yang Dipijahkan ......................................................... 4.1 Strategi dan Tingka laku Pemijahan..................................................... 4.2 Jumlah dan Tingkat Penetasan Telur.................................................... 4.3 Pengelolaan Pakan Induk .................................................................... 4.4 Parameter Kualitas Air pada Kolam Pemijahan ................................... 23 25 27 28 29 V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 5.2 Saran .................................................................................................... 31 31 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP vii viii DAFTAR TABEL Halaman 1 Alat yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila ............................ 14 2 Ukuran kolam pemijahan ............................................................................ 15 3 Bahan yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila......................... 15 4 Ukuran kolam pemijahan ............................................................................ 17 5 Komposisi pakan induk ............................................................................... 20 6 Panjang dan bobot induk ikan nila yang dipijahkan ................................... 23 7 Karasteristik induk matang gonad, rasio pemijahan dan jumlah induk yang dipijahkan ................................................................................ 24 8 Parameter induk betina SULTANA yang dipilih sebagai sampel .............. 25 9 Manajemen pakan induk ............................................................................ 29 10 Parameter kualitas air pada kolam pemijahan ............................................. 29 viii ix DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Morfologi ikan nila Oreochromis niloticus L. ........................................... 5 2 Perbedaan organ kelamin induk jantan dan induk betina ............................ 17 3 Telur dikeluarkan dari dalam mulut induk betina ....................................... 19 4 Pemasangan saringan pada pintu pemasukan ............................................ 21 5 Jumlah total telur jumlah telur yang terbuahi dan tingkat penetasan telur ............................................................................................................. 28 ix x DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kegiatan mulai dari persiapan sampai panen benih. .................................. 34 x 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) banyak disukai orang karena rasa dagingnya yang gurih dan kandungan proteinnya yang tinggi. Salah satu pengembangan pangan yang dilakukan Badan Pengkajian dan Pengkajian Teknologi (BBPT) difokuskan pada ikan nila sebagai salah satu komuditi penting dan layak dikembangkan untuk pemenuhan kecukupan pangan protein. Ikan nila mudah berkembang biak dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sehingga ikan nila menjadi komoditi perioritas untuk pengembangan usaha dan industri perikanan yang dikenal dengan julukan aquatic chicken atau ikan yang dikembangkan seperti industri peternakan ayam. Akan tetapi selama ini penanganan budidaya ikan nila di masyarakat belum optimal karena pengelolaan pengembangbiakan yang tidak terkontrol akibat adanya perkawinan liar dan penurunan kualitas lingkungan perairan. Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi telah mengembangkan ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) yang merupakan jenis unggulan super jantan, sedangkan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi telah mengembangkan ikan nila SULTANA (Seleksi Unggul Selabintana) memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap penyakit, pertumbuhan lebih cepat dan produksi telur lebih bayak. Jika ikan nila GESIT dikawinkan dengan ikan nila Sultana, akan menghasilkan keturunan yang 99% adalah jantan yang disebut ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia). Ikan nila GMT ini bisa 1 2 tumbuh lebih cepat sebesar 150% dibanding ikan nila betina, ukurannya lebih seragam dan aman dikonsumsi. Usaha budidaya ikan nila membutuhkan kepastian tentang ketersediaan benih. Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan pemijahan yang terkontrol. Oleh karena itu pengetahuan tentang teknik pemijahan ikan nila sangat diperlukan dalam rangka menjamin ketersediaan benih secara berkelanjutan. 1.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Tugas Akhir dibuat dengan tujuan untuk memperkuat teknik pemijahan ikan nila secara alami untuk menghasilkan benih dengan kuantitas dan kualitas yang memadai serta berkelanjutan. Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi mahasiswa dalam berkarya di masyarakat khususnya mengenai teknik pemijahan ikan nila di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat. 2 3 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Nila Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukan ikan asli perairan Indonesia melainkan ikan introduksi. Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini di sebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Sesuai dengan nama latinnya O. niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan berimigrasi ke arah selatan (kehilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai kelima benua meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis, sedangkan di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica. Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu sekitar tahun 300 tahun SM (Suyanto 2009). Ikan nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah Indonesia melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972. Menurut klasifikasi yang terbaru sejak tahun 1982, nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan dipergunakan oleh para ilmuwan meskipun dikalangan awam tetap disebut Tilapia nilotica. 3 4 Klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984) dalam Setiawan (2012) adalah sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Subkelas : Acanthopterygii Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus L. Morfologi ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih, bersisik besar dan kasar, kepala relatif kecil, warna hitam keabu-abuan dengan bagian perut berwarna putih sampai ungu dan terdapat garis vertikal pada tubuh, sirip punggung dan ekor berjumlah delapan buah juga terdapat gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang diatas sirip dada jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis) 28−35 buah. Ikan nila juga memiliki 5 buah sirip dengan adalah sirip punggung (dorsal fin) yang memiliki 17 buah jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lunak; P.11−15 adalah sirip dada (pectoral fin) yang memiliki 11−15 jari-jari sirip lunak; V.I.5 adalah sirip perut (ventral fin) yang memiliki satu buah jari-jari sirip keras dan lima jari-jari sirip lunak; 10−11 adalah sirip dubur (anal fin) yang memiliki tiga buah jari-jari sirip keras dan 10−11 jari-jari sirip lunak; dan.18 adalah sirip 4 5 ekor (caudal fin) yang memiliki dua jari-jari sirip keras dan 18 jari-jari sirip lunak (Anonim 2009). Panjang total Sirip punggung Tinggi badan Sirip ekor Panjang standar Sirip dada Sirip perut Sirip dubur Gambar 1. Marfologi ikan nila oreochromis niloticus L 2.2 Ikan Nila GESIT Ikan nila GESIT hasil rekayasa kromasom secara normal ikan nila betina memiliki kromosom XX, sedangkan ikan nila jantan kromasom XY. Melalui rakayasa set kromasom, ikan jantan diubah menjadi berkromasom jantan YY (Nila GESIT). Melalui teknologi produksi ikan nila jantan super YY (supermale) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi sejak 2002 lalu, sudah didapatkan indukan ikan nila jantan super yang diberi nama ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) yang merupakan jenis unggulan super jantan, karena 98–100% telur yang dihasilkan dari perkawinan induk dengan ikan nila GESIT ini berjenis kelamin jantan. 5 6 2.3 Ikan Nila SULTANA Nila SULTANA (Seleksi Unggul Selabintana) merupakan jenis ikan nila hasil seleksi famili yang dilakukan oleh balai Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) di Selabintana, Sukabumi. Setelah dilakukan seleksi famili sejak tahun 2005-2010, pada tahun 2011 ahirnya ikan SULTANA dinyatakan telah lulus uji. Nila SULTANA memeliki karakter produksi diameter telur 2,84 mm, rasio bobot gonad dibanding bobot tubuh sekitar 2,38% dan produksi larva sekitar 3.000 ekor/kg bobot induk (Arie,2013) Keunggulan nila Sultana adalah tahan terhadap penyakit lebih tinggi baik, pertumbuhan lebih cepat dan produksi telur lebih banyak. Ikan Nila Sultana dapat bertahan dalam kondisi ektrim, lebih baik dibandingkan dengan perairan lainya. Ikan nila Sultana mampu berkembang dan tumbuh pada tingkat salinitas air yang tinggi (sampai 5 ppt) sehingga cocok dibudidayakan di daerah pesisir yang berair payau. Ikan nila Sultana juga lebih tahan terhadap tingkat keasaman yang lebih tinggi (sampai tingkat pH kurang dari 6), sehingga cocok untuk dibudidayakan di lahan gambut seperti di seluruh kalimantan, Ibdragiri hulu dan Indragiri hilir diprovensi Riau dan sebagian di Sulawesi. Air payau bergambut memiliki kelebihan lain dibandingkan lahan air tawar yang memiliki bayak pakan alami yang tersedia dan minim parasit dan bakteri. 2.4 Ikan Nila GMT Ikan nila GMT berasl dari jantan nila gesit dan betina nila sultana nila gesit mewariskan prentase jantan diatas 90% semantara nila sultana menitiskan tubuh bongsor. Jadi nila GMT yang tetap menyandang nama sultana dipasar mayoritas jantan dan tubuh besar selain itu cepat tumbuh kemampuan reproduksi 6 7 sultana tergolong tinggi. Perkawinan dari 100 jantan gesit dan 300 betina sultana bisa menghasilkan 10-12 liter larfa dan setiap liter terdiri atas 20.000 larva. Jenis lain hanya 8-9 liter larva. 2.5 Habitat Ikan Nila Habitat adalah lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembangbiak. Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya sehingga dapat hidup di perairan tawar maupun payau. Habitat hidup ikan nila cukup beragam sehingga dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras, danau, waduk, rawa, sawah, hingga tambak. Suyanto (1994), menyatakan ikan nila yang kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding ikan yang sudah besar dan nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7−8. Khairuman dan Amri (2002) menyatakan ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14−38ºC. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25−30ºC dan akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14ºC atau pada suhu 38ºC bahkan pada suhu 6ºC atau 42ºC akan mengalami kematian. Toleransi terhadap kadar garam antara jenis kelamin dan ukuran berbedabeda dimana ikan jantan dan ukuran kecil lebih toleran dari betina dan ikan besar. Salinitas yang dapat ditolerir berkisar antara 0−29 ppt dan pada salinitas 29−35 ppt ikan nila masih dapat hidup tapi tidak dapat berkembangbiak (Arie 2003). 7 8 2.6 Makanan dan Kebiasaan Makan Tipe makan ikan nila termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Jenis makanan pada stadia larva terdiri dari crustacea kecil dan benthos, setelah mencapai benih lebih menyukai zooplankton seperti Rotifera sp, Moina sp dan Daphnia sp. Bila dipelihara secara intensif dapat diberi pakan buatan (pellet) dengan kadar protrein minimal 25% (Arie,2003). Menurut Kordi (1997), ikan nila dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan di perairan dengan bantuan lendir (mucus) dalam mulut, makanan tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Selain itu ikan nila memakan jenis makanan tambahan seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan sebagainya, ikan nila tumbuh cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein 20−25%. Kandungan protein pakan pelet sebesar 20−25% dan lemak 6−8%. Pemberian pakan tambahan pada pemeliharaan induk tetap diperlukan, meskipun kolam telah dipupuk dan pakan alamitumbuh subur. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3−4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi dari pakan yang dimakan. 2.7 Reproduksi dan Tingkah Laku Pemijahan Ikan nila melakukan kegiatan reproduksi secara alami sepanjang tahun di daerah tropis. Frekuensi pemijahan terbanyak terjadi pada musim hujan dan dapat memijah 6−8 kali dalam setahun. Kordi (2000) mengatakan bahwa bila induk dipelihara dengan baik dan diberi pakan yang berkualitas maka ikan nila dapat memijah 1,5 bulan sekali atau 6−8 kali setahun. Suyanto (1994) mengatakan 8 9 bahwa pada musim hujan pemijahan dapat terjadi selang waktu 6−8 minggu bahkan dapat lebih singkat yaitu 4 minggu jika diberi pakan yang cukup. Masa pemijahan produktif ikan nila adalah ketika induk berumur 1,5–2 tahun dengan bobot diatas 500 g/ekor. Induk betina dengan berat 800 g dapat menghasilkan larva sebanyak 1200–1500 ekor setiap pemijahan. Proses pemijahan berlangsung cepat dalam waktu 50–60 detik mampu menghasilkan 20–40 butir telur yang terbuahi dan terjadi beberapa kali (Khairuman dan Amri 2005). Frekuensi pemijahan lebih banyak terjadi pada musim hujan dengan selang waktu antara 6–8 minggu. Pada umumnya ikan nila memiliki sifat khas dalam menjaga keturunanya yaitu mouth breeder dimana induk betina mengerami telur dan melindungi larva di dalam rongga mulut selama 6–8 hari (Arie 2003). Nila dapat dipijahkan setelah mencapai bobot 100 g/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Sebelum dipijahkan induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah, dengan tujuannya untuk mendapatkan telur berkualitas baik. Kondisi lingkungan harus baik dan makanan harus cukup agar induk dapat hidup dan berkembang dengan baik (Effendi 1979). Menurut Cahyono (2000), ciri-ciri induk jantan dan induk betina yang telah matang gonad adalah sebagai berikut: a. Induk jantan yakni, alat kelamin meruncing, apabila diurut mengeluarkan sperma berwarna putih. b. Induk betina yaitu, genital pavila betina yang matang gonad berbentuk bulat dan berwarna merah, posisinya tegak terhadap bagian ventral, bila diurut 9 10 mengeluarkan telur berwarna kuning tua, perut membuncit atau agak melebar. Pemijahan ikan nila secara alami dapat dilakukan di kolam pemijahan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1:5, ukuran induk 250−500 g/ekor, dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kubangan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm. Ikan nila jantan yang telah membuat kubangan, akan mempertahankan kubangan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kubangan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Sarang berfungsi sebagai tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Induk betina akan bertelur di dalam sarang. Ketika telur induk betina sudah keluar, secara bersamaan induk jantan segera membuahi dengan cara menyemprotkan cairan spermanya ketelur-telur tersebut. Setelah telur-telur dibuahi maka betina kembali mengumpulkan telur kedalam mulutnya. Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20–30oC. Ikan nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih empat hari dan mengasuh larvanya ±14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan. Pengeraman telur dan pengasuhan larva dilakukan oleh induk betina. Induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah sebelum dipijahkan, dengan tujuan untuk mendapatkan telur berkualitas baik. Kondisi lingkungan harus baik dan makanan harus cukup agar induk dapat hidup dan berkembang dengan baik (Effendi 1979). 10 11 Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, yakni induk betina mengumpulkan telur-telur yang telah dibuahi ke dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder atau pengeraman telur dalam mulut. Telur tersebut dierami sampai menetas menjadi larva (Khairuman dan Amri 2003). 2.8 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Telur-telur nila menetas menjadi anak-anak ikan yang disebut larva. Larva ikan nila yang berumur 1−5 hari masih dipelihara oleh induknya. Induk betina menjaga anak-anak ikan ini dengan menyimpan dan mengamankan dalam mulutnya. Biasanya induk nila akan memasukkan telur dalam mulutnya jika dalam keadaan tidak aman, dan memuntahkan kembali jika di sekitarnya dalam keadaan aman (Khairuman dan Amri 2003). Selama beberapa hari induk nila akan terus menjaga anaknya dengan memasukkan dan mengeluarkan dari dalam mulutnya. Pada usia 4−5 hari induk akan mulai membiarkan anak-anaknya untuk mencari makan sendiri. 2.9 Parameter Kualitas Air Kualitas air dipengaruhi oleh berbagai bahan kimia yang terlarut dalam air, seperti oksigen terlarut, pH, alkalinitas, kesadahan, dan bahan-bahan fisika lainnya. Bila perubahan kualitas air menurunkan produksi maka dikatakan terjadi penurunan kualitas air (Sucipto dan Amri 2005). Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena mempengaruhi derajat metabolisme dalam tubuh ikan. Nila merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang dapat di tolelir berada pada kisaran 14−38ºC. Secara alami nila dapat memijah pada 11 12 22−37ºC. Namun, suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran 25−30ºC. Sementara suhu mematikan di bawah 6ºC atau diatas 42ºC (Arie 2003). Derajat keasaman atau sering dilambangkan dengan pH (Puissance Negatif de H), merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam suatu perairan. Ukuran nilai pH adalah 1−14 dengan angka 7 merupakan pH normal. Secara alamia, pH diperairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan pada siang hari berkisar antara 6,9−9. Pada pH 11, ikan dapat mati, tetapi terkadang kondisi ini masih dapat ditolelir oleh nila. Sementara pH ideal untuk budidaya ikan berada pada kisaran 7−8 (Arie 2003). Menurut Arie (2003) ikan memerlukan oksigen (O2) untuk bernafas. Sumber oksigen dalam air berasal dari proses fotosintesis dan difusi udara. Pada suatu sistem pemeliharaan ikan, oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis harus lebih banyak dari pada oksigen yang digunakan. Kandungan oksigen yang baik untuk budidaya ikan minimal 4 mg/l air. Semakin sedikit oksigen terlarut di dalam air, maka kebutuhan makan biota didalam air pun menjadi berkurang, bahkan beberapa jenis biota mengalami stress dan mati. Penurunan oksigen di dalam air di daerah tropis di sebabkan oleh peningkatan suhu air. Semakin tinggi suhu di suatu perairan, semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Oksigen di dalam air juga dapat berkurang karena respirasi dan reaksi kimia (oksidasi dan reduksi), serta difusi dan pergantian air. Kandungan amonia diperairan terbentuk oleh hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan saringan insang. Selain itu, amoniak dapat terbentuk dari hasil 12 13 proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati. Konsentrasi amoniak dibawah 0,02 ppm cukup aman bagi sebagian besar ikan, sedangkan diatas angka tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan. Keadaan konsentrasi amoniak yang masih dapat ditoleril oleh ikan nila adalah tidak lebih dari 0,3 ppm (Djarijah 2002). 13 14 III METODE 3.1 Waktu dan Tempat Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari sampai 09 Mei 2016 yang bertempat di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Berdasarkan informasi awal yang diketahui tentang BBPBAT Sukabumi Jawa Barat dapat diketahui berbagai jenis alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan induk sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Alat yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila No Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan 1. Kolam/waring pemeliharaan induk 3 unit Ukuran 4x6x1,5 m Untuk menampung induk 2. Kolam pemijahan 2 unit Luas 430m2 Untuk memijahkan induk 3. Timbangan 1buah Merk Ohaus Kapasitas 3 kg Untuk menimbang benih, induk, dan pakan. 4. Ember 4 buah Bahan plastik Volume 10 liter Untuk menampung larVa saat panen 5. Penggaris 1 buah Ketelitian 0,1 mm Pengukuran induk dan larva 6. Seser 2 buah Mesh size 5 cm Untuk menangkap induk 14 15 No Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan 7. Saringan 1 buah Bahan Stainles Diameter 1 mm Untuk membuang air kolam larva dan benih 8. Cangkul 3 buah Tidak ada Memperbaiki pematang dan kemalir 9. Sorongan 3 buah Tidak ada Untuk meperbaiki kemalir dan kobakan Adapun jenis kolam yang digunakan untuk pemijahan adalah kolam dasar tanah dengan luas kolam yaitu 408 m2 dapat kita lihat pada Tabel 2. Tabel 2 Ukuran kolam pemijahan No 1 2 3 4 5 6 Parameter Jenis Kolam Luas Kolam Tinggi Kolam Tinggi Air Aerasi Air Keterangan Beton dasar tanah 408m 1,7m 75cm Tidak ada Tidak ada Sedangkan bahan yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila dapat kita lihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bahan yang Digunakan pada Kegiatan Pemijahan Ikan Nila No 1. Bahan Induk nila Jumlah 350 ekor yaitu Jantan 50 ekor, Betina 300 ekor Spesifikasi Induk jantan 1000 g dan betina 700 g Kegunaan Untuk menghasilkan benih nila yang berkualitas 2. Pakan induk 3% dari berat biomassa 3. Pupuk 200.000 kg Pelet tenggelam dengan diameter 5 mm Kotoran Puyuh dengan dosis 500 g/m2 Untuk mempercepat kematangan gonad Untuk menumbuhkan pakan alami 15 16 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini yaitu pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dengan cara berperan langsung dalam mengikuti kegiatan mengenai teknik pemijahan ikan nila di lokasi praktik. Data sekunder dapat diperoleh melalui wawancara langsung dengan pembimbing atau teknisi lapangan, serta studi pustaka yang relevan dengan kegiatan praktik lapangan khususnya teknik pemijahan ikan nila. 3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap persiapan kolam pemijahan induk adalah dengan mengikuti prosedur dan kebiasaan yang berlangsung di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat. Secara umum, persiapan yang dilakukan biasanya terdiri atas pengeringan, pembersihan kolam, pembalikan tanah, pengeringan kolam, 1-2 hari perbaikan kolam untuk bagian-bagian yang memerlukan perbaikan atau peyempurnaan, seperti pemeriksaan pinggir kolam untuk mendeteksi kebocoran, pemeriksaan saluran pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran (outlet). Pemasangan pintu pemasukan, pemasangan karena untuk mengatur volume air, dan pemasangan saringan hapa. Pengisisan air, dan ukuran kolam pemijahan yang digunakan disajikan pada Tabel 4. 16 17 Tabel 4. Ukuran kolam pemijahan No 1 Parameter Jenis Kolam Keterangan Beton dasar tanah 2 3 4 5 6 Luas Kolam Tinggi Kolam Tinggi Air Aerasi Air 408m 1,7m 75cm Tidak ada Tidak ada 3.4.2 ProsedurPemijahan Alami Seleksi dan Penebaran Induk Pada kegiatan seleksi, dilakukan dengan pengenalan terhadap jenis kelamin antara induk jantan dan betina memperhatikan urogenitalnya (Gambar 2). Gambar 2. Perbedaan organ kelamin induk jantan (A) dan induk betina (B) Teknik Pemijahan Alami Teknik pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan alami secara massal. Sebanyak 50 ekor induk jantan GESIT dan 300 ekor induk betina SULTANA ditebar ke dalam kolam pemijahan pada pagi hari (pukul 08.00). Setelah itu, saluran inlet dan outlet diperiksa untuk memastikan bahwa saluran tidak tersumbat dan saringannya tidak bocor. 17 18 Induk diberi pakan pada sore hari pukul 15.30. Setelah itu mulai keesokan harinya, induk diberi pakan dua kali sehari pada pagi pukul 08.00 dan sore pukul 15.30. Setiap hari dilakukan pengamatan secara visual terhadap kondisi ikan dan air. Ketinggian air dipertahankan setinggi 1 m. Warna air terlihat berwarna hijau. Pada hari ke-6 setelah penebaran induk, sudah mulai terlihat ada beberapa ekor larva di permukaan air kolam dan di pinggir kolam. Larva tersebut bergerombol. Larva dibiarkan tetap berada pada kolam pemijahan. Pada hari ke-19, larva dipanen dengan cara mengeringkan air kolam sampai hanya tersisa air di dalam kobakan. Kemudian larva yang ada di dalam kobakan diambil dengan menggunakan seser lalu dimasukkan ke dalam baskom, kemudian dipindahkan ke hapa penampungan. Jumlah larva dihitung dengan menggunakan metode volumetrik. Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan gelas ukur 200 mL, lalu diisi air sampai mencapai 190 mL, lalu diisi larva sampai volume air naik mencapai 200 mL. Larva yang diisikan ke dalam gelas ukur dikeluarkan lalu jumlahnya dihitung. Jumlah larva yang terhitung dibagi dengan 10 mL (200 mL – 190 mL) lalu dikalikan dengan volume total gelas ukur (200 mL). Hasilnya adalah jumlah larva dalam 200 mL gelas ukur. Gelas ukur tersebut kemudian dijadikan standar untuk menghitung keseluruhan jumlah larva yang dipanen. Setiap 1 gelas ukur diisi penuh dengan larva. Jumlah total larva yang dipanen adalah sejumlah berapa kali gelas ukur tersebut diisi penuh dengan larva dikalikan dengan standar jumlah larva dalam satu gelas ukur. 18 19 Penanganan Telur Hasil Pemijahan Pada saat panen total, seekor induk betina ditangkap dan telur yang dierami di dalam mulutnya dikeluarkan (Gambar 3) lalu ditetaskan di dalam akuarium. Akuarium penetasan diberi aerasi dan heater untuk mempertahankan suhu pada kisaran 25–26oC. Jumlah total telur yang dihitung, demikian pula jumlah telur yang terbuahi dan telur tidak terbuahi dihitung. Telur yang terbuahi berwarna kuning sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih keruh. Gambar 3. Telur dikeluarkan dari dalam mulut induk betina 3.4.3 Pengelolaan Pakan Induk Pakan yang digunakan untuk pematangan gonad induk berupa pakan pellet komersial dan diberikan dengan dosis 3% bobot biomassa. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Jika induk telah memijah maka pemberian pakan tetap dilakukan tetapi dengan jumlah dosis yang dikurangi yaitu hanya 2% bobot biomassa. Pakan yang digunakan untuk induk ikan nila yaitu pellet ikan dengan sifat terapung. Dosis pakan yang digunakan pada saat pemeliharaan induk adalah 3% dari berat biomassa, sedangkan pada saat proses pemijahan digunakan 2% dari 19 20 berat biomassa, dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan 15.30. Pemeliharan induk dilakukan selama 1−2 minggu. Selama dalam pemeliharaan induk, hal yang paling diperhatikan adalah kontrol pakan, karena tujuan dari pemeliharaan induk sebelum dipijahkan adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonad dan memiliki fekunditas telur yang tinggi. Dosis pakan yang diberikan pada induk yang ada di dalam kolam pemijahan adalah lebih rendah (hanya 2% dari berat biomassa) dari dosis pakan yang diberikan pada saat pemeliharaan untuk pematangan gonad induk (3% dari berat biomassa). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada ikan nila, kolam pemijahan sekaligus berfungsi sebagai kolam pengeraman telur, sehingga dalam kolam pemijahan terdapat induk yang akan memijah dan sudah memijah. Ikan yang sudah memijah akan mengerami telurnya di dalam mulut sehingga ikan tersebut memiliki nafsu makan yang rendah atau menurun atau menunda untuk melakukan kegiatan makan. Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan bukan 3% dari bobot biomassa tetapi diturunkan menjadi 2% dari bobot biomassa. Komposisi nutrisi pada pakan pelet yang digunakan disajikan pada Tabel 5. Pakan yang digunakan adalah pelet komersil HIPROVITE. Tabel 5. Komposisi Nutrisi Pakan Induk No 1 2 3 4 5 Komposisi Protein Lemak Serat kasar Kadar Abu Kadar Air Jumlah (%) 31-33 3-5 4-6 10-13 11-13 20 21 3.4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit Pencegahan penyakit pada proses pemijahan dilakukan dengan tindakan mekanis, yakni mengambil keong mas yang menempel pada dinding kolam pada saat kegiatan persiapan wadah dan memasang saringan hapa pada pintu pemasukan dengan mesh size 0,4 mm. Pencegahan penyakit pada proses pemijahan biasanya dilakukan dengan cara pengeringan dan pengapuran dasar kolam selama 2−3 hari. Gamabar 4. Pemasangan saringan pada pintu pemasukan air 3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data 3.5.1 Parameter yang Diamati Parameter yang diamati selama kegiatan meliputi parameter induk dan telur. Parameter induk meliputi pengamatan terhadap ukuran panjang dan bobot induk, umur induk, strain induk, ciri-ciri kematangan gonad induk, rasio pemijahan induk, dan jumlah telur yang dikandung oleh induk (fekunditas). Parameter telur yang diamati jumlah total telur, jumlah telur yang terbuahi, jumlah telur yang tidak terbuahi, persentase tingkat pembuahan (fertilization rate, FR), dan persentase telur yang menetas menjadi larva (hatching rate, HR). 21 22 Parameter kualitas air seperti parameter suhu, pH, oksigen terlarut juga alkalinitas, CO2, amoniak, dan nitrit. Parameter pakan juga diamati yang meliputi jenis pakan buatan, jumlah pakan yang diberikan (dosis pakan) dan frekuensi pemberian pakan. 3.5.2 Analisa Data Fekunditas Telurikan nila yang bersifat mouth breeder disebut brooding fecundity adalah jumlah telur yang sedang dierami dalam mulutnya (Yudasmara 2014). Tingkat pembuahan pembuahan atau fertilization rate (FR) adalah presentase jumlah telur yang diovulasikan (Effendi 1997), pembuahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah telur yang terbuahi FR = X 100% Jumlah total telur Tingkat penetasan telur atau hatching rate (HR) adalah daya tetas telur atau presentasi telur yang menetas setelah terbuahi berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemijahan. Menurut Murtidjo (2001), tingkat penetasan telurdapat dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah telur yang menetas HR (%) = X 100 % Jumlah telur yang terbuahi Dosis pakan induk adalah jumlah pakan yang diberikan setiap hari yang dihitung berdasarkan persentase biomassa. Dosis pakan induk dihitung dengan rumus: Jumlah pakan induk = Berat biomassa (kg) 22 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Induk yang Dipijahkan Kualitas induk ikan nila yang siap dipijahkan dapat dilihat berdasarkan kriteria ukuran panjang total tubuh dan bobot induk. Pada kegiatan pemijahan ini, induk ikan nila yang digunakan memiliki ukuran panjang dan bobot sebagaimana tercantum pada Tabel 6. Tabel 6 Panjang dan bobot induk ikan nila yang dipijahkan Jantan Panjang Berat (cm) (gr) 40 1.100 No Umur (tahun) 1 1,5 2 1,5 36 3 1,5 4 1,5 5 Rerata 1,5 1,5 Betina Panjang (cm) 40 Berat (gr) 1.270 940 36 900 38 1.600 32 710 36 1.090 35 950 37 1.160 32 540 37,4 1.178 35 874 Kualitas induk merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Panjang rata-rata dan bobot rata-rata induk yang digunakan dalam kegiatan ini berukuran lebih besar dari pada yang disyaratkan oleh SNI 01-6138-1999. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan menurut SNI01-6138-1999 yaitu induk jantan panjang total 16–25 cm/ekor, bobot 400−600 g/ekor, sedangkan induk betina panjang 14–20 cm/ekor dan bobot 300– 450 g/ekor. Ukuran panjang rata-rata dan bobot rata-rata induk yang dipijahkan menunjukkan bahwa kualitas induk telah memenuhi syarat untuk dipijahkan. 23 24 Induk yang siap dipijahkan adalah induk yang telah matang gonad. Karakteristik induk matang gonad dapat diamati secara morfologi dengan melihat warna dan bentuk kelamin induk (Tabel 7). Tabel 7 Karasteristik induk matang gonad, rasio pemijahan dan jumlah induk yang dipijahkan No Induk jantan (GESIT) Warna badan hitam atau merah tua Alat kelamin runcing, berwarnaputih bersih 1 Warna 2 Bentuk kelamin 3 Rasio pemijahan 1 4 Jumlah Induk 50 Induk betina SNI:01(SULTANA) 6138-1999 Warna badan hitam atau merah tua Alat kelamin membulat dan berwarna kemerahan 6 1:3 300 Perbandingan antara induk jantan dan betina yang digunakan pada kegiatan pemijahan adalah 1: 6 dengan kepadatan 1 ekor/m2. Oleh karena luas kolam pemijahan yang digunakan di BBPBAT Sukabumi adalah 300 m2 maka induk yang ditebarkan sebanyak 50 ekor jantan dan 300 ekor betina (Tabel 6). Rasio pemijahan yang digunakan dalam kegiatan ini (rasio 1:6) lebih tinggi dibandingkan dengan rasio pemijahan yang disyaratkan dalam SNI01-6138-1999 (rasio 1 : 3 ). Meskipun rasionya lebih tinggi, tetapi masih memperlihatkan persentase tingkat pembuahan (FR) yang sangat baik yaitu lebih dari 93% (Gambar 4), yang berarti bahwa jumlah sperma yang dihasilkan oleh seekor induk jantan dapat membuahi telur-telur yang dilepaskan oleh 6 ekor induk betina. Proses pemijahan berpengaruh terhadap efesiensi sel sperma untuk membuahi sel telur, dalam hal ini jumlah sperma yang dikandung seekor jantan dapat membuahi sejumlah telur yang dilepaskan oleh beberapa ekor induk betina (konsultasi pribadi). 24 25 Induk betina Sultana yang dijadikan sampel (bobot 710 g) (Tabel 6) memiliki bobot dua kali lebih berat daripada persyaratan induk ikan nila yang tercantum dalam SNI 01-6138-1999 (bobot 300–450 g/ekor). Fekunditas telurnya juga lebih banyak dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Arie (2000) bahwa sekali bertelur induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 500–3000 butir tergantung berat dan umur induk betina. Tabel 8 Parameter induk betina SULTANA yang dipilih sebagai sampel No Parameter Induk Betina 1 Strain Induk SULTANA 2 Bobot Induk (g) 710 3 Panjang (cm) 32 4 Fekunditas (butir) 3500 5 Umur (tahun) 1,5 Keberhasilan usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas induk. Secara umum ciri-ciri induk yang baik menurut (Khairuman dan Khairul 2003) adalah mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi; pertumbuhannya sangat cepat; sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan; resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit; dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk. 4.2 Strategi danTingkah Laku Pemijahan Pemijahan merupakan proses terjadinya perkawinan antara induk jantan dan betina sehingga masing-masing induk melepaskan sel sperma atau sel telur dan terjadi pembuahan. Proses perkawinan dan pembuahan telur dapat berjalan 25 26 dengan baik apabila kondisi lingkungan mendukung seperti kualitas air yang bagus dan terhindar dari serangan hama dan penyakit (Khaeruman dan Amri 2005). Strategi pemijahan yang dilakukan di BBPBAT Sukabumi adalah pemijahan alami secara massal. Hal ini bertujuan untuk efisiensi pemanfaatan induk dan kolam. Strategi pemijahan ini tetap memberi peluang bagi berlangsungnya proses pemijahan ikan nila yang bersifat parental care atau memberi perlindungan kepada telur maupun larvanya, melalui tingkah laku dalam fase-fase pemijahan. Proses pemijahan ikan nila berlangsung dalam tiga fase, yaitu fase pra pemijahan (pra spawning), fase pemijahan (spawning) dan fase pasca pemijahan (pasca spawning). Fase pra pemijahan ditandai dengan induk jantan membuat sarang berupa cekungan atau kubangan berbentuk bulat di dasar kolam. Untuk terjadinya tingkah laku pemijahan ini maka konstruksi kolam di BBPBAT Sukabumi dibuat dengan dasar tanah meskipun dindingnya terbuat dari beton. Setelah induk jantan selesai membuat cekungan, maka induk jantan akan menggiring betina yang juga sudah siap untuk memijah menuju sarang tersebut. Induk bercumbu di dasar sarang yang telah dibuatnya. Fase pemijahan ditandai dengan induk betina melepaskan butiran telur ke dalam sarang dan bersamaan itu juga induk jantan pun segera melakukan proses pembuahan dengan menyemprotkan spermanya terhadap telur. Pelepasan telur terjadi beberapa kali dalam jarak waktu beberapa menit. Waktu yang diperlukan untuk pemijahan tidak lebih dari 10−15 menit. Dengan demikian, pembuahan 26 27 (fertilisasi) telur terjadi di dalam air, tepatnya di dalam cekungan sarang (Arie 2000). Fase pasca pemijahan ditandai dengan induk nila betina memasukkan telur yang telah dibuahi ke dalam mulutnya dan dierami sampai telur tersebut menetas menjadi larva. Larva dipelihara selama tiga hari di dalam mulut. Selama induk betina memelihara telur dan larva di dalam mulut maka induk tidak makan. Berdasarakan data yang diperoleh di lapangan, bahwa pada saat proses pengeraman berlangsung, induk betina kurang aktif bergerak atau berdiam diri di dasar kolam untuk menjaga terjadinya gangguan dari ikan yang lain terhadap telur dan anaknya. Kemudian pada saat itu juga, induk betina tidak melakukan kegiatan makan karena adanya telur di dalam mulut yang menghalangi makanan masuk ke rongga mulut. Gerakan pernapasan induk ikan berupa gerakan membuka dan menutup mulut secara terus menerus, memungkinkan telur-telur yang berdesakan di dalamnya memperoleh aliran air dan oksigen yang cukup. 4.3 Jumlah dan Tingkat Penetasan Telur Jumlah rata-rata telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dan tingkat penetasan telur (persentase HR) yang diperoleh memperlihatkan nilai rata-rata 84,6% (Gambar 3). Nilai ini tergolong cukup baik. Berdasarkan data produksi telur induk betina menunjukkan bahwa tingkat produksi telur paling tinggi adalah pada induk yang mempunyai berat 750 dengan telur yang dihasilkan sebanyak 2350 butir telur, sedangkan tingkat terendah adalah pada induk yang mempunyai berat rata-rata 600 dengan telur yang dihasilkan sebanyak 1810 butir telur (Rukman 2004). 27 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 97.00 96.50 96.00 95.50 95.00 HR (%) Jumlah Telur (Butir) 28 94.50 94.00 93.50 0 1 2 3 4 5 6 Induk Betina Total telur (fekunditas) Telur terbuahi Telur tidak terbuahi HR (%) Gambar 5. Jumlah total telur, jumlah telur terbuahi dan tingkat penetasan telur Menurut Suyanto (2009), ukuran induk 200–250 gram menghasilkan telur sebanyak 500–1000 butir telur. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina bervariasi, ini kemugkinan dapat dipengaruhi oleh respon pakan yang diberikan saat pematangan gonad. 4.4 Pengelolaan Pakan Induk Pakan yang diberikan pada induk yang sedang dipijahkan adalah sebanyak 2% dari biomassa dengan kandungan protein 31–33% (Tabel 5). Menurut BSN (2009) pada pemijahan induk ikan nila diberi pakan sebanyak 3-5% dari bobot biomassa/hari dengan kandungan protein 30-35%. 28 29 Tabel 9 Manajemen pakan induk No Jenis Pakan Kolam pemijahan 1 2 3 4 Dosis (% biomassa) Frekuensi (kali/hari) Waktu pemberian Cara pemberian 5 6 7 Lama pemeliharaan (hari) Jenis pakan Kandungan protein (%) 2 2 pagi (08.00); sore(15.30) ditebar secara merata di permukaan air 19 terapung 31–33 4.5 Parameter Kualitas Air pada Kolam Pemijahan Hasil pengukuran kualitas air pada kolam pemijahan induk (Tabel 8) memperhatikan kisaran nilai parameter kualitas air yang berada pada kisaran yang layak untuk pemijahan ikan nila. Menurut Sucipto danAmri (2005) bahwa parameter kualitas air yang baik untuk pemijahan ikan nila adalah 25–28oC. Tabel 10 Parameter kualitas air pada kolam pemijahan No 1 2 3 4 5 6 Parameter Suhu (oC) Alkalinitas (mg/L) Oksigen terlarut(mg/L) pH Karbondioksida (mg/L) Amoniak (mg/L) Waktu 8:00 pagi Hasil Menurut SNI No. 22 1999 25.7 73.66 5.25 7.58 23.22 0.01 25–32 >3 6,5–8,5 0,01 Sumber: Laboratorium Kualitas Air BBPBAT Sukabumi Jawa Barat Parameter kualitas air yang yang diukur selama melaksanakan kegiatan dilapangan adalah pH rata-rata 6,99–7,5, suhu 26–28oC, dan DO 4,5–5,25 mg/l. Ketiga parameter kualitas air tersebut menunjukkan kisaran yang layak untuk pembenihan ikan nila pada umumnya, maupun pemijahan pada khususnya (SNI : 01-6138-1999). 29 30 Secara alami nila dapat memijah pada suhu 22–37oC. Namun, suhu optimal pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran 25–30oC, sementara suhu yang dapat mematikan dibawah 6oC atau diatas 42oC (Arie 2000). Ikan memerlukan oksigen untuk melakukan proses pernafasan. Sumber oksigen dalam air yaitu berasal dari proses fotosintesis dan proses difusi udara. Pada suatu sistem pemeliharaan ikan, oksigen yang dihasilakan dari proses fotosintesis harus lebih banyak daripada oksigen yang digunakan. Kandungan oksigen yang baik untuk budidaya ikan nila minimal 4 mg/L air (Arie 2000). Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan nila berkisar antara 6,9–9. Pada pH 11 atau lebih dapat menyebabkan kematian, tetapi terkadang kondisi ini masih dapat ditolelir oleh ikan nila. Nilai pH yang ideal untuk budidaya ikan berada pada kisaran 7–8 (Arie 2003). 30 31 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Teknik pemijahan alami ikan nila GESIT jantan dan betina SULTANA yang dilakukan secara massal dengan rasio pemijahan adalah 1 : 6 tergolong berhasil, dengan fekunditas rata-rata 2296 butir, FR 93% dan HR 84,6%. Ukuran panjang induk jantan 37–40 cm dan beratnya 940–1100 g, sedangkan induk betina panjang 32–36 cm dan beratnya berkisar 700–900 g merupakan nilai yang lebih tinggi dari persyaratan SNI 01-6138-1999. Jenis pakan untuk pematangan gonad induk adalah pellet terapung dengan kandungan protein 31−33%, dosis pemberian 3% dari berat biomassa,dan mulai minggu ke-2 diturunkan menjadi 2% dengan frekuensi 2 kali sehari. 5.2 Saran Pada proses pemijahan secara massal, sebaiknya dilakukan secara baik dan benar, baik melalui persiapan wadah pemijahan, maupun pada proses pengadaan dan pengelolaan induk sampai matang gonad, dengan sex ratio 1:5 sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Untuk meningkatkan hasil budidaya petani khususnya komoditi nila disarankan menggunakan benih karena ikan nila memiliki keunggulan dibandingkan komoditi perikanan lain yaitu ikan nila toleran terhadap lingkungan, kelangsungan hidupnya baik, dan pertumbuhannya cepat. 31 32 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Morfologi.Ikan Nila. Badan Standarisasi Nasional. SNI: 6140.Jakarta. Arie, 2000. Teknik Pembenihan Ikan Nila. Penebaran Swadaya. Jakarta. Arie, 2003. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila. Penebar Swadaya.Jakarta. Arie, 2003. Nila Gift Toleransi terhadap Kadar Garam 0 – 35 permil. Penebaran Swadaya. Jakarta. Badan Standar Nasional, 2009. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila. Cahyono, 2000. Cirri-ciri Induk Jantan dan Betina yang Matang Gonad. Penebar Swadaya Jakarta. Djarijah, A. S., 2002. Budidaya Nila Gift Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta. Effendi, 1979. Teknik Pemeliharaan Induk Ikan Nila. Kanisius. Yokyakarta. Khairuman dan Amri, 2002. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila. Agromedia Pustaka. Jakarta. Khairuman dan Amri 2003. Proses Pemjahan Ikan Nila. Agromedia Pustaka Jakarta. Khairuman dan Amri, 2003. Budidaya Ikan di Sawah. Agro Media Pustaka. Khairuman dan Amri, 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta. Khairuman dan Khairul, 2003. Keberhasilan pemijahan ikan nila. Swadaya Bandung. Kordi, 2000. Budidaya Ikan Nila (Pengembangbiakan Ikan Nila). Dahara Prize. Jakarta. Murtidjo, 2001, Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar, Kanisius. Yogyakarta. Rukman, 2004. Proses Perkawinan Ikan Nila. Kanisius Yokyakarta. Standar Nasional Indonesia 01-6140-1999. 2005. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Direktorat Perbenihan, 32 33 Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sucipto dan Amri, 2005. Parameter Kualitas Air. Penebaar Swadaya. Jakarta. Suyanto, 1994. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar Swadaya. Jakarta Suyanto, 2009. Penyebaran Spesies Ikan Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. Trewavas, 1980. Perubahan Klasifikasi tersebut SNI. Perikanan Jakarta. Direktur Jenderal Wahyu, 2010. Klasifikasi Ikan Nila (0reochromis niloticus). Agromedia Pustaka Jakarta. Yudasmara, G.A. 2014. Biologi Perikanan. Plantaxia. Yogyakarta. 33 34 LAMPIRAN Pengelolahan dasar kolam Inlet yang Dipasang Saringan Panen Larva Pengisian Air Penebaran Induk Grading 34 35 Penebaran Larva Persiapan Pemberian Pakan Penyururtan Air untuk panen benih Penimbangan Pakan Pembersihan Pematang Benih berkumpul dikobakan 35 36 Proses grading Penjemuran Peralatan Panen Perhitungan Benih Bak Penampungan Bak Tandon 36 37 RIWAYAT HIDUP EFRAIM, adalah anak ke tujuh dari dua belas bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Tandi Minanga dan ibu Almarhumah Levina. Lahir pada tanggal 30 November 1992 di Pebarungan Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Penulis menempuh pendidikan di SDN 014 Satanetean pada tahun 2001 sampai tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan pada SLTP Negeri 2 Mamasa tahun 2006–2009. Pada tahun yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sesenapadang dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2013 penulis memasuki Program Diploma III di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan mengambil Bidang Keahlian Program Studi Budidaya Perikanan. Selama masa kuliah penulis perna aktif di lembaga kemahasiswaan yaitu (HIMADIKA-PPNP) anggota persekutuan mahasiswa kristen politeknik pertanian negeri pangkep (PERMAKRISTANI-NP) dan aktif menjadi anggota Kerukunan Keluarga Besar Sulawesi Barat (KKBM). Pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 penulis melaksanakan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul Teknik Pemijahan Ikan Nila GESIT jantan dan SULTANA betina secara Alami (Oreochromis niloticusL.) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat. Pada yang sama penulis menamatkan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan memperoleh gelar Ahli Madya Perikanan ( A.Md.Pi). 37