Uploaded by Decky Hutasuhut

EFRAIM

advertisement
1
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.)
GESIT JANTAN DAN SULTANA BETINA SECARA ALAMI
DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
SUKABUMI JAWA BARAT
TUGAS AKHIR
EFRAIM
1322010093
JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
PANGKEP
2016
1
ii
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.)
GESIT JANTAN DAN SULTANA BETINA SECARA ALAMI
DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR
TAWARSUKABUMI JAWA BARAT
TUGAS AKHIR
EFRAIM
1322010093
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing
Dr. Andriani, S.Pi., M.Si.
Ketua
Nur Rahmawaty Arma, Ph.D.
Anggota
Diketahui oleh:
Dr. Ir. Darmawan, M.P.
Direktur
Ir. RimalHamal, M.P.
KetuaJurusan
Tanggal Lulus: 19 Agustus 2016
ii
iii
RINGKASAN
EFRAIM, 1322010093. Teknik pemijahan ikan nila (Oreochromis niloticus L.)
GESIT jantan dan SULTANA betina secara alami di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa Barat, dibimbing oleh Andriani dan Nur
Rahmawaty Arma
Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi telah mengembangkan ikan nila
GESIT (Genetically Supermale Indonesia Tilapia), sedangkan Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar Sukabumi telah mengembangkan ikan nila SULTANA (Seleksi
Unggul Selabintana). Jika ikan nila GESIT dikawinkan dengan ikan nila
SULTANA, akan menghasilkan keturunan yang 99% adalah jantan yang disebut ikan
nila GMT (Genetically Male Tilapia). Ikan nila GMT ini dapat tumbuh lebih cepat
sebesar 150% dibanding ikan nila betina, ukurannya lebih seragam dan aman
dikonsumsi.
Tugas Akhir bertujuan untuk memperkuat teknik pemijahan ikan nila GESIT
jantan dan SULTANA betina secara alami untuk menghasilkan benih dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai serta berkelanjutan.
Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan,
kompetensi mahasiswa dalam berkarya di masyarakat khususnya mengenai teknik
pemijahan ikan nila jantan GESIT dan nila betina SULTANA secara alami di
BBPBAT Sukabumi Jawa Barat.
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik
Mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari sampai 09 Mei 2016di Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu pengumpulan data berupa data primer dan
data sekunder.
Hasil yang diperoleh adalah teknik pemijahan alami ikan nila GESIT jantan
dan betina SULTANA yang dilakukan secara massal dengan rasio pemijahan adalah
1 : 6 tergolong berhasil, dengan fekunditas rata-rata 2296 butir, FR 93% dan HR
84,6%. Ukuran panjang induk jantan 37-40 cm dan beratnya 940-1100 gr, sedangkan
induk betina panjang 32-36 cm dan beratnya berkisar 700-900 g merupakan nilai
yang lebih tinggi dari persyaratan SNI 01-6138-1999. Jenis pakan untuk pematangan
gonad induk adalah pellet terapung dengan kandungan protein 31 − 33%, dosis
pemberian 3% dari berat biomassa, dan mulai minggu ke-2 diturunkan menjadi 2 %
dengan frekuensi 2 kali sehari.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir dengan judul
Teknik
pemijahan ikan
nila
(Oreochromis niloticus L.) GESIT jantan dan
SULTANA betina secara alami yang dilaksanakan pada bulan 09 Februari – 09 Mei
2016 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa
Barat. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
pada Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene
Kepulauan.
Penulis menghanturkan doa, rasa hormat, serta terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Andriani S.Pi.,M.Si, selaku pembimbing pertama
dan Ibu Nur
Rahmawaty Arma, Ph.D selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
motivasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir .
2. Bapak Rusli,S.Pi., M.Si. selaku Penasehat Akademik
3. Ketua Jurusan Budidaya Perikanan Bapak Ir. Rimal Hamal,M.P. dan seluruh
staf Jurusan Budidaya Perikanan.
4. Bapak Dr. Ir. Darmawan,M.P. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
5. Kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan
motivasi dan dukungan baik secara spiritual maupun secara material serta
beliau senantiasa mengiring doa hingga penyelesaian studi ini.
6. Kepada rekan – rekan seangkatan di Jurusan Budidaya Perikanan dan semua
saudaraku,karena keberadaanmu, pengorbanan,keiklasan dan doamu menjadi
motivasi
bagi saya dalam
menyelesaikan studi dikampus Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
iv
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesmpurnaan. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan
akhirnya penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini mendapat respon positif
dari berbagai pihak.
Pangkep, 19 Agustus 2016
Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................
v
DATAR TABEL ..............................................................................................
viii
DATAR GAMBAR ..........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Tujuan dan Manfaat...........................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Nila...............................................
2.2 Ikan Nila GESIT .............................................................................
2.3 Ikan Nila SULTANA ......................................................................
2.4 Ikan Nila GMT ................................................................................
2.5 Habitat Ikan nila ..............................................................................
2.6 Makanan dan Kebiasaan Makan ....................................................
2.7 Reproduksi dan Tingka laku Pemijahan ........................................
2.8 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva ......................................
2.9 Parameter kualitas air ......................................................................
3
5
6
6
7
8
8
11
11
III METODE
3.1 Waktu danTempat..............................................................................
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................
3.3 Metode Pengumpulan Data ...............................................................
3.4 Metode Pelaksanan ...........................................................................
3.4.1 Persiapan Kolam Pemijahan. .................................................
3.4.2 Prosedur Pemijahan Alami ....................................................
3.4.3 Pengelolaan Pakan Induk .......................................................
3.4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit..........................................
3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data ........................................
3.5.1 Parameter yang Diamati.........................................................
3.5.2 Analisa Data ...........................................................................
14
14
16
16
16
17
19
21
21
21
22
II
vi
vii
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kualitas Induk yang Dipijahkan .........................................................
4.1 Strategi dan Tingka laku Pemijahan.....................................................
4.2 Jumlah dan Tingkat Penetasan Telur....................................................
4.3 Pengelolaan Pakan Induk ....................................................................
4.4 Parameter Kualitas Air pada Kolam Pemijahan ...................................
23
25
27
28
29
V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................
31
31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Alat yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila ............................
14
2 Ukuran kolam pemijahan ............................................................................
15
3 Bahan yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila.........................
15
4 Ukuran kolam pemijahan ............................................................................
17
5 Komposisi pakan induk ...............................................................................
20
6 Panjang dan bobot induk ikan nila yang dipijahkan ...................................
23
7 Karasteristik induk matang gonad, rasio pemijahan dan jumlah
induk yang dipijahkan ................................................................................
24
8 Parameter induk betina SULTANA yang dipilih sebagai sampel ..............
25
9 Manajemen pakan induk ............................................................................
29
10 Parameter kualitas air pada kolam pemijahan .............................................
29
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Morfologi ikan nila Oreochromis niloticus L. ...........................................
5
2 Perbedaan organ kelamin induk jantan dan induk betina ............................
17
3 Telur dikeluarkan dari dalam mulut induk betina .......................................
19
4 Pemasangan saringan pada pintu pemasukan ............................................
21
5 Jumlah total telur jumlah telur yang terbuahi dan tingkat penetasan
telur .............................................................................................................
28
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kegiatan mulai dari persiapan sampai panen benih. ..................................
34
x
1
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) banyak disukai orang karena rasa
dagingnya yang gurih dan kandungan proteinnya yang tinggi.
Salah satu
pengembangan pangan yang dilakukan Badan Pengkajian dan Pengkajian
Teknologi (BBPT) difokuskan pada ikan nila sebagai salah satu komuditi penting
dan layak dikembangkan untuk pemenuhan kecukupan pangan protein.
Ikan nila mudah berkembang biak dan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan sehingga ikan nila menjadi komoditi perioritas untuk pengembangan
usaha dan industri perikanan yang dikenal dengan julukan aquatic chicken atau
ikan yang dikembangkan seperti industri peternakan ayam. Akan tetapi selama ini
penanganan budidaya ikan nila di masyarakat belum optimal karena pengelolaan
pengembangbiakan yang tidak terkontrol akibat adanya perkawinan liar dan
penurunan kualitas lingkungan perairan.
Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi telah mengembangkan ikan
nila GESIT (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) yang merupakan jenis
unggulan super jantan, sedangkan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
Sukabumi telah mengembangkan ikan nila SULTANA (Seleksi Unggul
Selabintana) memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap penyakit, pertumbuhan
lebih cepat dan produksi telur lebih bayak. Jika ikan nila GESIT dikawinkan
dengan ikan nila Sultana, akan menghasilkan keturunan yang 99% adalah jantan
yang disebut ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia). Ikan nila GMT ini bisa
1
2
tumbuh lebih cepat sebesar 150% dibanding ikan nila betina, ukurannya lebih
seragam dan aman dikonsumsi.
Usaha budidaya ikan nila membutuhkan kepastian tentang ketersediaan
benih. Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan pemijahan yang terkontrol. Oleh
karena itu pengetahuan tentang teknik pemijahan ikan nila sangat diperlukan
dalam rangka menjamin ketersediaan benih secara berkelanjutan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Laporan Tugas Akhir dibuat dengan tujuan untuk memperkuat teknik
pemijahan ikan nila secara alami untuk menghasilkan benih dengan kuantitas dan
kualitas yang memadai serta berkelanjutan.
Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan,
kompetensi mahasiswa dalam berkarya di masyarakat khususnya mengenai teknik
pemijahan ikan nila di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat.
2
3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Nila
Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukan ikan asli perairan
Indonesia melainkan ikan introduksi. Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia
secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari
Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
di sebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Sesuai dengan nama latinnya
O. niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami
hulu sungai Nil di Uganda.
Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin
berkembang dan berimigrasi ke arah selatan (kehilir) sungai melewati danau Raft
dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang
sudah tersebar sampai kelima benua meskipun habitat yang disukainya adalah
daerah tropis dan sub tropis, sedangkan di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak
dapat hidup baik. Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica.
Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu sekitar tahun 300 tahun SM
(Suyanto 2009).
Ikan nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah
Indonesia melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972.
Menurut
klasifikasi yang terbaru sejak tahun 1982, nama ilmiah ikan nila adalah
Oreochromis niloticus.
Perubahan
nama
tersebut
telah
disepakati
dan
dipergunakan oleh para ilmuwan meskipun dikalangan awam tetap disebut Tilapia
nilotica.
3
4
Klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984) dalam Setiawan (2012) adalah
sebagai berikut:
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtyes
Subkelas
: Acanthopterygii
Ordo
: Percomorphi
Subordo
: Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus L.
Morfologi ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih, bersisik besar dan kasar,
kepala relatif kecil, warna hitam keabu-abuan dengan bagian perut berwarna putih
sampai ungu dan terdapat garis vertikal pada tubuh, sirip punggung dan ekor
berjumlah delapan buah juga terdapat gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian
tengah kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis
yang memanjang diatas sirip dada jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis)
28−35 buah. Ikan nila juga memiliki 5 buah sirip dengan adalah sirip punggung
(dorsal fin) yang memiliki 17 buah jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lunak;
P.11−15 adalah sirip dada (pectoral fin) yang memiliki 11−15 jari-jari sirip lunak;
V.I.5 adalah sirip perut (ventral fin) yang memiliki satu buah jari-jari sirip keras
dan lima jari-jari sirip lunak; 10−11 adalah sirip dubur (anal fin) yang memiliki
tiga buah jari-jari sirip keras dan 10−11 jari-jari sirip lunak; dan.18 adalah sirip
4
5
ekor (caudal fin) yang memiliki dua jari-jari sirip keras dan 18 jari-jari sirip lunak
(Anonim 2009).
Panjang total
Sirip punggung
Tinggi
badan
Sirip ekor
Panjang standar
Sirip dada
Sirip perut
Sirip dubur
Gambar 1. Marfologi ikan nila oreochromis niloticus L
2.2 Ikan Nila GESIT
Ikan nila GESIT hasil rekayasa kromasom secara normal ikan nila betina
memiliki kromosom XX, sedangkan ikan nila jantan kromasom XY. Melalui
rakayasa set kromasom, ikan jantan diubah menjadi berkromasom jantan YY
(Nila GESIT).
Melalui teknologi produksi ikan nila jantan super YY (supermale) yang
dilakukan Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi sejak 2002 lalu, sudah
didapatkan indukan ikan nila jantan super yang diberi nama ikan nila GESIT
(Genetically Supermale Indonesia Tilapia) yang merupakan jenis unggulan super
jantan, karena 98–100% telur yang dihasilkan dari perkawinan induk dengan ikan
nila GESIT ini berjenis kelamin jantan.
5
6
2.3 Ikan Nila SULTANA
Nila SULTANA (Seleksi Unggul Selabintana) merupakan jenis ikan nila
hasil seleksi famili yang dilakukan oleh balai Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Tawar (BBPBAT) di Selabintana, Sukabumi. Setelah dilakukan seleksi famili
sejak tahun 2005-2010, pada tahun 2011 ahirnya ikan SULTANA dinyatakan
telah lulus uji. Nila SULTANA memeliki karakter produksi diameter telur 2,84
mm, rasio bobot gonad dibanding bobot tubuh sekitar 2,38% dan produksi larva
sekitar 3.000 ekor/kg bobot induk (Arie,2013)
Keunggulan nila Sultana adalah tahan terhadap penyakit lebih tinggi baik,
pertumbuhan lebih cepat dan produksi telur lebih banyak. Ikan Nila Sultana dapat
bertahan dalam kondisi ektrim, lebih baik dibandingkan dengan perairan lainya.
Ikan nila Sultana mampu berkembang dan tumbuh pada tingkat salinitas air yang
tinggi (sampai 5 ppt) sehingga cocok dibudidayakan di daerah pesisir yang berair
payau. Ikan nila Sultana juga lebih tahan terhadap tingkat keasaman yang lebih
tinggi (sampai tingkat pH kurang dari 6), sehingga cocok untuk dibudidayakan di
lahan gambut seperti di seluruh kalimantan, Ibdragiri hulu dan Indragiri hilir
diprovensi Riau dan sebagian di Sulawesi.
Air payau bergambut memiliki
kelebihan lain dibandingkan lahan air tawar yang memiliki bayak pakan alami
yang tersedia dan minim parasit dan bakteri.
2.4 Ikan Nila GMT
Ikan nila GMT berasl dari jantan nila gesit dan betina nila sultana nila
gesit mewariskan prentase jantan diatas 90% semantara nila sultana menitiskan
tubuh bongsor. Jadi nila GMT yang tetap menyandang nama sultana dipasar
mayoritas jantan dan tubuh besar selain itu cepat tumbuh kemampuan reproduksi
6
7
sultana tergolong tinggi. Perkawinan dari 100 jantan gesit dan 300 betina sultana
bisa menghasilkan 10-12 liter larfa dan setiap liter terdiri atas 20.000 larva. Jenis
lain hanya 8-9 liter larva.
2.5 Habitat Ikan Nila
Habitat adalah lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau
hewan hidup dan berkembangbiak.
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi
terhadap lingkungan hidupnya sehingga dapat hidup di perairan tawar maupun
payau. Habitat hidup ikan nila cukup beragam sehingga dapat hidup di perairan
yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Dapat hidup di
sungai yang tidak terlalu deras, danau, waduk, rawa, sawah, hingga tambak.
Suyanto (1994), menyatakan ikan nila yang kecil lebih tahan terhadap perubahan
lingkungan dibanding ikan yang sudah besar dan nilai pH air tempat hidup ikan
nila berkisar antara 6-8,5, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7−8.
Khairuman dan Amri (2002) menyatakan ikan nila dapat tumbuh secara normal
pada kisaran suhu 14−38ºC. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah
25−30ºC dan akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14ºC atau
pada suhu 38ºC bahkan pada suhu 6ºC atau 42ºC akan mengalami kematian.
Toleransi terhadap kadar garam antara jenis kelamin dan ukuran berbedabeda dimana ikan jantan dan ukuran kecil lebih toleran dari betina dan ikan besar.
Salinitas yang dapat ditolerir berkisar antara 0−29 ppt dan pada salinitas 29−35
ppt ikan nila masih dapat hidup tapi tidak dapat berkembangbiak (Arie 2003).
7
8
2.6 Makanan dan Kebiasaan Makan
Tipe makan ikan nila termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Jenis
makanan pada stadia larva terdiri dari crustacea kecil dan benthos, setelah
mencapai benih lebih menyukai zooplankton seperti Rotifera sp, Moina sp dan
Daphnia sp. Bila dipelihara secara intensif dapat diberi pakan buatan (pellet)
dengan kadar protrein minimal 25% (Arie,2003). Menurut Kordi (1997), ikan nila
dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan di perairan dengan
bantuan lendir (mucus) dalam mulut, makanan tersebut membentuk gumpalan
partikel sehingga tidak mudah keluar.
Selain itu ikan nila memakan jenis
makanan tambahan seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan
sebagainya, ikan nila tumbuh cepat hanya dengan pakan yang mengandung
protein 20−25%. Kandungan protein pakan pelet sebesar 20−25% dan lemak
6−8%.
Pemberian pakan tambahan pada pemeliharaan induk tetap diperlukan,
meskipun kolam telah dipupuk dan pakan alamitumbuh subur. Pemberian pakan
tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena
selama masa inkubasi telur 3−4 hari induk berpuasa sehingga pada proses
pemijahan harus cukup cadangan energi dari pakan yang dimakan.
2.7 Reproduksi dan Tingkah Laku Pemijahan
Ikan nila melakukan kegiatan reproduksi secara alami sepanjang tahun di
daerah tropis. Frekuensi pemijahan terbanyak terjadi pada musim hujan dan dapat
memijah 6−8 kali dalam setahun. Kordi (2000) mengatakan bahwa bila induk
dipelihara dengan baik dan diberi pakan yang berkualitas maka ikan nila dapat
memijah 1,5 bulan sekali atau 6−8 kali setahun. Suyanto (1994) mengatakan
8
9
bahwa pada musim hujan pemijahan dapat terjadi selang waktu 6−8 minggu
bahkan dapat lebih singkat yaitu 4 minggu jika diberi pakan yang cukup. Masa
pemijahan produktif ikan nila adalah ketika induk berumur 1,5–2 tahun dengan
bobot diatas 500 g/ekor. Induk betina dengan berat 800 g dapat menghasilkan
larva sebanyak 1200–1500 ekor setiap pemijahan. Proses pemijahan berlangsung
cepat dalam waktu 50–60 detik mampu menghasilkan 20–40 butir telur yang
terbuahi dan terjadi beberapa kali (Khairuman dan Amri 2005).
Frekuensi pemijahan lebih banyak terjadi pada musim hujan dengan selang
waktu antara 6–8 minggu. Pada umumnya ikan nila memiliki sifat khas dalam
menjaga keturunanya yaitu mouth breeder dimana induk betina mengerami telur
dan melindungi larva di dalam rongga mulut selama 6–8 hari (Arie 2003).
Nila dapat dipijahkan setelah mencapai bobot 100 g/ekor. Secara alami nila
memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga
diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Sebelum dipijahkan induk jantan dan
betina dipelihara secara terpisah, dengan tujuannya untuk mendapatkan telur
berkualitas baik. Kondisi lingkungan harus baik dan makanan harus cukup agar
induk dapat hidup dan berkembang dengan baik (Effendi 1979).
Menurut Cahyono (2000), ciri-ciri induk jantan dan induk betina yang telah
matang gonad adalah sebagai berikut:
a.
Induk jantan yakni, alat kelamin meruncing, apabila diurut mengeluarkan
sperma berwarna putih.
b.
Induk betina yaitu, genital pavila betina yang matang gonad berbentuk bulat
dan berwarna merah, posisinya tegak terhadap bagian ventral, bila diurut
9
10
mengeluarkan telur berwarna kuning tua, perut membuncit atau agak
melebar.
Pemijahan ikan nila secara alami dapat dilakukan di kolam pemijahan.
Perbandingan jantan dan betina adalah 1:5, ukuran induk 250−500 g/ekor, dengan
padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat
sarang berbentuk kubangan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm. Ikan
nila jantan yang telah membuat kubangan, akan mempertahankan kubangan
tersebut dari ikan jantan lainnya. Kubangan tersebut akan digunakan ikan jantan
untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Sarang berfungsi sebagai tempat
bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak
boleh diganggu oleh pasangan lain. Induk betina akan bertelur di dalam sarang.
Ketika telur induk betina sudah keluar, secara bersamaan induk jantan segera
membuahi dengan cara menyemprotkan cairan spermanya ketelur-telur tersebut.
Setelah telur-telur dibuahi maka betina kembali mengumpulkan telur kedalam
mulutnya.
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20–30oC. Ikan
nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih
empat hari dan mengasuh larvanya ±14 hari sampai larva dapat berenang bebas
diperairan. Pengeraman telur dan pengasuhan larva dilakukan oleh induk betina.
Induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah sebelum dipijahkan,
dengan tujuan untuk mendapatkan telur berkualitas baik. Kondisi lingkungan
harus baik dan makanan harus cukup agar induk dapat hidup dan berkembang
dengan baik (Effendi 1979).
10
11
Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, yakni induk
betina mengumpulkan telur-telur yang telah dibuahi ke dalam rongga mulutnya.
Perilaku ini disebut mouth breeder atau pengeraman telur dalam mulut. Telur
tersebut dierami sampai menetas menjadi larva (Khairuman dan Amri 2003).
2.8
Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Telur-telur nila menetas menjadi anak-anak ikan yang disebut larva. Larva
ikan nila yang berumur 1−5 hari masih dipelihara oleh induknya. Induk betina
menjaga anak-anak ikan ini dengan menyimpan dan mengamankan dalam
mulutnya.
Biasanya induk nila akan memasukkan telur dalam mulutnya jika
dalam keadaan tidak aman, dan memuntahkan kembali jika di sekitarnya dalam
keadaan aman (Khairuman dan Amri 2003).
Selama beberapa hari induk nila akan terus menjaga anaknya dengan
memasukkan dan mengeluarkan dari dalam mulutnya. Pada usia 4−5 hari induk
akan mulai membiarkan anak-anaknya untuk mencari makan sendiri.
2.9
Parameter Kualitas Air
Kualitas air dipengaruhi oleh berbagai bahan kimia yang terlarut dalam air,
seperti oksigen terlarut, pH, alkalinitas, kesadahan, dan bahan-bahan fisika
lainnya. Bila perubahan kualitas air menurunkan produksi maka dikatakan terjadi
penurunan kualitas air (Sucipto dan Amri 2005).
Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena
mempengaruhi derajat metabolisme dalam tubuh ikan. Nila merupakan jenis ikan
yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang dapat di
tolelir berada pada kisaran 14−38ºC. Secara alami nila dapat memijah pada
11
12
22−37ºC. Namun, suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
berada pada kisaran 25−30ºC. Sementara suhu mematikan di bawah 6ºC atau
diatas 42ºC (Arie 2003).
Derajat keasaman atau sering dilambangkan dengan pH (Puissance
Negatif de H), merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan
suasana asam suatu perairan. Ukuran nilai pH adalah 1−14 dengan angka 7
merupakan pH normal.
Secara alamia, pH diperairan dipengaruhi oleh
konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH yang baik
untuk budidaya ikan pada siang hari berkisar antara 6,9−9. Pada pH 11, ikan
dapat mati, tetapi terkadang kondisi ini masih dapat ditolelir oleh nila. Sementara
pH ideal untuk budidaya ikan berada pada kisaran 7−8 (Arie 2003).
Menurut Arie (2003) ikan memerlukan oksigen (O2) untuk bernafas.
Sumber oksigen dalam air berasal dari proses fotosintesis dan difusi udara. Pada
suatu sistem pemeliharaan ikan, oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis
harus lebih banyak dari pada oksigen yang digunakan. Kandungan oksigen yang
baik untuk budidaya ikan minimal 4 mg/l air. Semakin sedikit oksigen terlarut di
dalam air, maka kebutuhan makan biota didalam air pun menjadi berkurang,
bahkan beberapa jenis biota mengalami stress dan mati. Penurunan oksigen di
dalam air di daerah tropis di sebabkan oleh peningkatan suhu air. Semakin tinggi
suhu di suatu perairan, semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Oksigen
di dalam air juga dapat berkurang karena respirasi dan reaksi kimia (oksidasi dan
reduksi), serta difusi dan pergantian air.
Kandungan amonia diperairan terbentuk oleh hasil metabolisme ikan
melalui ginjal dan saringan insang. Selain itu, amoniak dapat terbentuk dari hasil
12
13
proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati.
Konsentrasi amoniak dibawah 0,02 ppm cukup aman bagi sebagian besar ikan,
sedangkan diatas angka tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada
ikan. Keadaan konsentrasi amoniak yang masih dapat ditoleril oleh ikan nila
adalah tidak lebih dari 0,3 ppm (Djarijah 2002).
13
14
III METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik
Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari sampai 09 Mei
2016 yang bertempat di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi, Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Berdasarkan informasi awal yang diketahui tentang BBPBAT Sukabumi
Jawa Barat dapat diketahui berbagai jenis alat dan bahan yang digunakan dalam
kegiatan pemijahan induk sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Alat yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila
No
Alat
Jumlah
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Kolam/waring
pemeliharaan
induk
3 unit
Ukuran 4x6x1,5
m
Untuk menampung
induk
2.
Kolam
pemijahan
2 unit
Luas 430m2
Untuk memijahkan
induk
3.
Timbangan
1buah
Merk Ohaus
Kapasitas 3 kg
Untuk menimbang
benih, induk, dan
pakan.
4.
Ember
4 buah
Bahan plastik
Volume 10 liter
Untuk menampung
larVa saat panen
5.
Penggaris
1 buah
Ketelitian 0,1
mm
Pengukuran induk
dan larva
6.
Seser
2 buah
Mesh size 5 cm
Untuk menangkap
induk
14
15
No
Alat
Jumlah
Spesifikasi
Kegunaan
7.
Saringan
1 buah
Bahan Stainles
Diameter 1 mm
Untuk membuang air
kolam larva dan benih
8.
Cangkul
3 buah
Tidak ada
Memperbaiki
pematang dan kemalir
9.
Sorongan
3 buah
Tidak ada
Untuk meperbaiki
kemalir dan kobakan
Adapun jenis kolam yang digunakan untuk pemijahan adalah kolam dasar
tanah dengan luas kolam yaitu 408 m2 dapat kita lihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Ukuran kolam pemijahan
No
1
2
3
4
5
6
Parameter
Jenis Kolam
Luas Kolam
Tinggi Kolam
Tinggi Air
Aerasi
Air
Keterangan
Beton dasar tanah
408m
1,7m
75cm
Tidak ada
Tidak ada
Sedangkan bahan yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila
dapat kita lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Bahan yang Digunakan pada Kegiatan Pemijahan Ikan Nila
No
1.
Bahan
Induk nila
Jumlah
350 ekor yaitu
Jantan 50
ekor, Betina
300 ekor
Spesifikasi
Induk jantan 1000 g
dan betina 700 g
Kegunaan
Untuk
menghasilkan benih
nila yang
berkualitas
2.
Pakan induk
3% dari berat
biomassa
3.
Pupuk
200.000 kg
Pelet tenggelam
dengan diameter 5
mm
Kotoran Puyuh
dengan dosis 500
g/m2
Untuk
mempercepat
kematangan gonad
Untuk
menumbuhkan
pakan alami
15
16
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini
yaitu pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer
dapat diperoleh dengan cara berperan langsung dalam mengikuti kegiatan
mengenai teknik pemijahan ikan nila di lokasi praktik. Data sekunder dapat
diperoleh melalui wawancara langsung dengan pembimbing atau teknisi lapangan,
serta studi pustaka yang relevan dengan kegiatan praktik lapangan khususnya
teknik pemijahan ikan nila.
3.4 Metode Pelaksanaan
3.4.1
Persiapan Kolam Pemijahan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap persiapan kolam pemijahan induk
adalah dengan mengikuti prosedur dan kebiasaan yang berlangsung di BBPBAT
Sukabumi Jawa Barat. Secara umum, persiapan yang dilakukan biasanya terdiri
atas pengeringan, pembersihan kolam, pembalikan tanah, pengeringan kolam, 1-2
hari perbaikan kolam untuk bagian-bagian yang memerlukan perbaikan atau
peyempurnaan, seperti pemeriksaan pinggir kolam untuk mendeteksi kebocoran,
pemeriksaan saluran pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran (outlet).
Pemasangan pintu pemasukan, pemasangan karena untuk mengatur volume air,
dan pemasangan saringan hapa. Pengisisan air, dan ukuran kolam pemijahan yang
digunakan disajikan pada Tabel 4.
16
17
Tabel 4. Ukuran kolam pemijahan
No
1
Parameter
Jenis Kolam
Keterangan
Beton dasar tanah
2
3
4
5
6
Luas Kolam
Tinggi Kolam
Tinggi Air
Aerasi
Air
408m
1,7m
75cm
Tidak ada
Tidak ada
3.4.2
ProsedurPemijahan Alami
Seleksi dan Penebaran Induk
Pada kegiatan seleksi, dilakukan dengan pengenalan terhadap jenis
kelamin antara induk jantan dan betina memperhatikan urogenitalnya (Gambar 2).
Gambar 2. Perbedaan organ kelamin induk jantan (A) dan induk betina (B)
Teknik Pemijahan Alami
Teknik pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan alami secara massal.
Sebanyak 50 ekor induk jantan GESIT dan 300 ekor induk betina SULTANA
ditebar ke dalam kolam pemijahan pada pagi hari (pukul 08.00). Setelah itu,
saluran inlet dan outlet diperiksa untuk memastikan bahwa saluran tidak
tersumbat dan saringannya tidak bocor.
17
18
Induk diberi pakan pada sore hari pukul 15.30. Setelah itu mulai keesokan
harinya, induk diberi pakan dua kali sehari pada pagi pukul 08.00 dan sore pukul
15.30. Setiap hari dilakukan pengamatan secara visual terhadap kondisi ikan dan
air. Ketinggian air dipertahankan setinggi 1 m. Warna air terlihat berwarna hijau.
Pada hari ke-6 setelah penebaran induk, sudah mulai terlihat ada beberapa
ekor larva di permukaan air kolam dan di pinggir kolam.
Larva tersebut
bergerombol. Larva dibiarkan tetap berada pada kolam pemijahan.
Pada hari ke-19, larva dipanen dengan cara mengeringkan air kolam sampai
hanya tersisa air di dalam kobakan. Kemudian larva yang ada di dalam kobakan
diambil dengan menggunakan seser lalu dimasukkan ke dalam baskom, kemudian
dipindahkan ke hapa penampungan. Jumlah larva dihitung dengan menggunakan
metode volumetrik. Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan gelas ukur
200 mL, lalu diisi air sampai mencapai 190 mL, lalu diisi larva sampai volume air
naik mencapai 200 mL. Larva yang diisikan ke dalam gelas ukur dikeluarkan lalu
jumlahnya dihitung. Jumlah larva yang terhitung dibagi dengan 10 mL (200 mL –
190 mL) lalu dikalikan dengan volume total gelas ukur (200 mL). Hasilnya
adalah jumlah larva dalam 200 mL gelas ukur. Gelas ukur tersebut kemudian
dijadikan standar untuk menghitung keseluruhan jumlah larva yang dipanen.
Setiap 1 gelas ukur diisi penuh dengan larva. Jumlah total larva yang dipanen
adalah sejumlah berapa kali gelas ukur tersebut diisi penuh dengan larva dikalikan
dengan standar jumlah larva dalam satu gelas ukur.
18
19
Penanganan Telur Hasil Pemijahan
Pada saat panen total, seekor induk betina ditangkap dan telur yang
dierami di dalam mulutnya dikeluarkan (Gambar 3) lalu ditetaskan di dalam
akuarium. Akuarium penetasan diberi aerasi dan heater untuk mempertahankan
suhu pada kisaran 25–26oC. Jumlah total telur yang dihitung, demikian pula
jumlah telur yang terbuahi dan telur tidak terbuahi dihitung. Telur yang terbuahi
berwarna kuning sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih keruh.
Gambar 3. Telur dikeluarkan dari dalam mulut induk betina
3.4.3
Pengelolaan Pakan Induk
Pakan yang digunakan untuk pematangan gonad induk berupa pakan pellet
komersial dan diberikan dengan dosis 3% bobot biomassa. Frekuensi pemberian
pakan dilakukan 2 kali sehari. Jika induk telah memijah maka pemberian pakan
tetap dilakukan tetapi dengan jumlah dosis yang dikurangi yaitu hanya 2% bobot
biomassa.
Pakan yang digunakan untuk induk ikan nila yaitu pellet ikan dengan sifat
terapung. Dosis pakan yang digunakan pada saat pemeliharaan induk adalah 3%
dari berat biomassa, sedangkan pada saat proses pemijahan digunakan 2% dari
19
20
berat biomassa, dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan
15.30.
Pemeliharan induk dilakukan selama 1−2 minggu. Selama dalam
pemeliharaan induk, hal yang paling diperhatikan adalah kontrol pakan, karena
tujuan dari pemeliharaan induk sebelum dipijahkan adalah untuk mendapatkan
induk yang matang gonad dan memiliki fekunditas telur yang tinggi.
Dosis pakan yang diberikan pada induk yang ada di dalam kolam
pemijahan adalah lebih rendah (hanya 2% dari berat biomassa) dari dosis pakan
yang diberikan pada saat pemeliharaan untuk pematangan gonad induk (3% dari
berat biomassa). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada ikan nila,
kolam pemijahan sekaligus berfungsi sebagai kolam pengeraman telur, sehingga
dalam kolam pemijahan terdapat induk yang akan memijah dan sudah memijah.
Ikan yang sudah memijah akan mengerami telurnya di dalam mulut sehingga ikan
tersebut memiliki nafsu makan yang rendah atau menurun atau menunda untuk
melakukan kegiatan makan.
Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan
bukan 3% dari bobot biomassa tetapi diturunkan menjadi 2% dari bobot biomassa.
Komposisi nutrisi pada pakan pelet yang digunakan disajikan pada
Tabel
5. Pakan yang digunakan adalah pelet komersil HIPROVITE.
Tabel 5. Komposisi Nutrisi Pakan Induk
No
1
2
3
4
5
Komposisi
Protein
Lemak
Serat kasar
Kadar Abu
Kadar Air
Jumlah (%)
31-33
3-5
4-6
10-13
11-13
20
21
3.4.4
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pencegahan penyakit pada proses pemijahan dilakukan dengan tindakan
mekanis, yakni mengambil keong mas yang menempel pada dinding kolam pada
saat kegiatan persiapan wadah dan memasang saringan hapa pada pintu
pemasukan dengan mesh size 0,4 mm.
Pencegahan penyakit pada proses
pemijahan biasanya dilakukan dengan cara pengeringan dan pengapuran dasar
kolam selama 2−3 hari.
Gamabar 4. Pemasangan saringan pada pintu pemasukan air
3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data
3.5.1
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati selama kegiatan meliputi parameter induk dan
telur. Parameter induk meliputi pengamatan terhadap ukuran panjang dan bobot
induk, umur induk, strain induk, ciri-ciri kematangan gonad induk, rasio
pemijahan induk, dan jumlah telur yang dikandung oleh induk (fekunditas).
Parameter telur yang diamati jumlah total telur, jumlah telur yang terbuahi, jumlah
telur yang tidak terbuahi, persentase tingkat pembuahan (fertilization rate, FR),
dan persentase telur yang menetas menjadi larva (hatching rate, HR).
21
22
Parameter kualitas air seperti parameter suhu, pH, oksigen terlarut juga
alkalinitas, CO2, amoniak, dan nitrit. Parameter pakan juga diamati yang meliputi
jenis pakan buatan, jumlah pakan yang diberikan (dosis pakan) dan frekuensi
pemberian pakan.
3.5.2 Analisa Data
Fekunditas Telurikan nila yang bersifat mouth breeder disebut brooding
fecundity adalah jumlah telur yang sedang dierami dalam mulutnya (Yudasmara
2014).
Tingkat pembuahan pembuahan atau fertilization rate (FR) adalah
presentase jumlah telur yang diovulasikan (Effendi 1997), pembuahan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah telur yang terbuahi
FR =
X 100%
Jumlah total telur
Tingkat penetasan telur atau hatching rate (HR) adalah daya tetas telur atau
presentasi telur yang menetas setelah terbuahi berguna untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pemijahan. Menurut Murtidjo (2001), tingkat penetasan telurdapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah telur yang menetas
HR (%) =
X 100 %
Jumlah telur yang terbuahi
Dosis pakan induk adalah jumlah pakan yang diberikan setiap hari yang
dihitung berdasarkan persentase biomassa. Dosis pakan induk dihitung dengan
rumus:
Jumlah pakan induk = Berat biomassa (kg)
22
23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kualitas Induk yang Dipijahkan
Kualitas induk ikan nila yang siap dipijahkan dapat dilihat berdasarkan
kriteria ukuran panjang total tubuh dan bobot induk. Pada kegiatan pemijahan ini,
induk ikan nila yang digunakan memiliki ukuran panjang dan bobot sebagaimana
tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6 Panjang dan bobot induk ikan nila yang dipijahkan
Jantan
Panjang
Berat
(cm)
(gr)
40
1.100
No
Umur
(tahun)
1
1,5
2
1,5
36
3
1,5
4
1,5
5
Rerata
1,5
1,5
Betina
Panjang
(cm)
40
Berat
(gr)
1.270
940
36
900
38
1.600
32
710
36
1.090
35
950
37
1.160
32
540
37,4
1.178
35
874
Kualitas induk merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Panjang rata-rata dan bobot rata-rata
induk yang digunakan dalam kegiatan ini berukuran lebih besar dari pada yang
disyaratkan oleh SNI 01-6138-1999. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan
menurut SNI01-6138-1999 yaitu induk jantan panjang total 16–25 cm/ekor, bobot
400−600 g/ekor, sedangkan induk betina panjang 14–20 cm/ekor dan bobot 300–
450 g/ekor. Ukuran panjang rata-rata dan bobot rata-rata induk yang dipijahkan
menunjukkan bahwa kualitas induk telah memenuhi syarat untuk dipijahkan.
23
24
Induk yang siap dipijahkan adalah induk yang telah matang gonad.
Karakteristik induk matang gonad dapat diamati secara morfologi dengan melihat
warna dan bentuk kelamin induk (Tabel 7).
Tabel 7 Karasteristik induk matang gonad, rasio pemijahan dan jumlah induk
yang dipijahkan
No
Induk jantan
(GESIT)
Warna badan hitam
atau merah tua
Alat kelamin runcing,
berwarnaputih bersih
1
Warna
2
Bentuk kelamin
3
Rasio pemijahan
1
4
Jumlah Induk
50
Induk betina
SNI:01(SULTANA)
6138-1999
Warna badan hitam
atau merah tua
Alat kelamin
membulat dan
berwarna
kemerahan
6
1:3
300
Perbandingan antara induk jantan dan betina yang digunakan pada kegiatan
pemijahan adalah 1: 6 dengan kepadatan 1 ekor/m2. Oleh karena luas kolam
pemijahan yang digunakan di BBPBAT Sukabumi adalah 300 m2 maka induk
yang ditebarkan sebanyak 50 ekor jantan dan 300 ekor betina (Tabel 6). Rasio
pemijahan yang digunakan dalam kegiatan ini (rasio 1:6) lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio pemijahan yang disyaratkan dalam SNI01-6138-1999
(rasio 1 : 3 ).
Meskipun rasionya lebih tinggi, tetapi masih memperlihatkan
persentase tingkat pembuahan (FR) yang sangat baik yaitu lebih dari 93%
(Gambar 4), yang berarti bahwa jumlah sperma yang dihasilkan oleh seekor induk
jantan dapat membuahi telur-telur yang dilepaskan oleh 6 ekor induk betina.
Proses pemijahan berpengaruh terhadap efesiensi sel sperma untuk membuahi sel
telur, dalam hal ini jumlah sperma yang dikandung seekor jantan dapat membuahi
sejumlah telur yang dilepaskan oleh beberapa ekor induk betina (konsultasi
pribadi).
24
25
Induk betina Sultana yang dijadikan sampel (bobot 710 g) (Tabel 6)
memiliki bobot dua kali lebih berat daripada persyaratan induk ikan nila yang
tercantum dalam SNI 01-6138-1999 (bobot 300–450 g/ekor). Fekunditas telurnya
juga lebih banyak dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Arie (2000) bahwa
sekali bertelur induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 500–3000 butir
tergantung berat dan umur induk betina.
Tabel 8 Parameter induk betina SULTANA yang dipilih sebagai sampel
No
Parameter
Induk Betina
1
Strain Induk
SULTANA
2
Bobot Induk (g)
710
3
Panjang (cm)
32
4
Fekunditas (butir)
3500
5
Umur (tahun)
1,5
Keberhasilan usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas
induk. Secara umum ciri-ciri induk yang baik menurut (Khairuman dan Khairul
2003) adalah mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan
kualitas yang tinggi; pertumbuhannya sangat cepat; sangat responsif terhadap
makanan buatan yang diberikan; resisten terhadap serangan hama, parasit dan
penyakit; dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif
buruk.
4.2 Strategi danTingkah Laku Pemijahan
Pemijahan merupakan proses terjadinya perkawinan antara induk jantan dan
betina sehingga masing-masing induk melepaskan sel sperma atau sel telur dan
terjadi pembuahan.
Proses perkawinan dan pembuahan telur dapat berjalan
25
26
dengan baik apabila kondisi lingkungan mendukung seperti kualitas air yang
bagus dan terhindar dari serangan hama dan penyakit (Khaeruman dan Amri
2005).
Strategi pemijahan yang dilakukan di BBPBAT Sukabumi adalah pemijahan
alami secara massal. Hal ini bertujuan untuk efisiensi pemanfaatan induk dan
kolam. Strategi pemijahan ini tetap memberi peluang bagi berlangsungnya proses
pemijahan ikan nila yang bersifat parental care atau memberi perlindungan
kepada telur maupun larvanya, melalui tingkah laku dalam fase-fase pemijahan.
Proses pemijahan ikan nila berlangsung dalam tiga fase, yaitu fase pra
pemijahan (pra spawning), fase pemijahan (spawning) dan fase pasca pemijahan
(pasca spawning).
Fase pra pemijahan ditandai dengan induk jantan membuat sarang berupa
cekungan atau kubangan berbentuk bulat di dasar kolam.
Untuk terjadinya
tingkah laku pemijahan ini maka konstruksi kolam di BBPBAT Sukabumi dibuat
dengan dasar tanah meskipun dindingnya terbuat dari beton. Setelah induk jantan
selesai membuat cekungan, maka induk jantan akan menggiring betina yang juga
sudah siap untuk memijah menuju sarang tersebut. Induk bercumbu di dasar
sarang yang telah dibuatnya.
Fase pemijahan ditandai dengan induk betina melepaskan butiran telur ke
dalam sarang dan bersamaan itu juga induk jantan pun segera melakukan proses
pembuahan dengan menyemprotkan spermanya terhadap telur. Pelepasan telur
terjadi beberapa kali dalam jarak waktu beberapa menit. Waktu yang diperlukan
untuk pemijahan tidak lebih dari 10−15 menit. Dengan demikian, pembuahan
26
27
(fertilisasi) telur terjadi di dalam air, tepatnya di dalam cekungan sarang (Arie
2000).
Fase pasca pemijahan ditandai dengan induk nila betina memasukkan telur
yang telah dibuahi ke dalam mulutnya dan dierami sampai telur tersebut menetas
menjadi larva. Larva dipelihara selama tiga hari di dalam mulut. Selama induk
betina memelihara telur dan larva di dalam mulut maka induk tidak makan.
Berdasarakan data yang diperoleh di lapangan, bahwa pada saat proses
pengeraman berlangsung, induk betina kurang aktif bergerak atau berdiam diri di
dasar kolam untuk menjaga terjadinya gangguan dari ikan yang lain terhadap telur
dan anaknya.
Kemudian pada saat itu juga, induk betina tidak melakukan
kegiatan makan karena adanya telur di dalam mulut yang menghalangi makanan
masuk ke rongga mulut.
Gerakan pernapasan induk ikan berupa gerakan
membuka dan menutup mulut secara terus menerus, memungkinkan telur-telur
yang berdesakan di dalamnya memperoleh aliran air dan oksigen yang cukup.
4.3 Jumlah dan Tingkat Penetasan Telur
Jumlah rata-rata telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dan tingkat
penetasan telur (persentase HR) yang diperoleh memperlihatkan nilai rata-rata
84,6% (Gambar 3). Nilai ini tergolong cukup baik. Berdasarkan data produksi
telur induk betina menunjukkan bahwa tingkat produksi telur paling tinggi adalah
pada induk yang mempunyai berat 750 dengan telur yang dihasilkan sebanyak
2350 butir telur, sedangkan tingkat terendah adalah pada induk yang mempunyai
berat rata-rata 600 dengan telur yang dihasilkan sebanyak 1810 butir telur
(Rukman 2004).
27
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
97.00
96.50
96.00
95.50
95.00
HR (%)
Jumlah Telur (Butir)
28
94.50
94.00
93.50
0
1
2
3
4
5
6
Induk Betina
Total telur (fekunditas)
Telur terbuahi
Telur tidak terbuahi
HR (%)
Gambar 5. Jumlah total telur, jumlah telur terbuahi dan tingkat penetasan telur
Menurut Suyanto (2009), ukuran induk 200–250 gram menghasilkan telur
sebanyak 500–1000 butir telur. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina
bervariasi, ini kemugkinan dapat dipengaruhi oleh respon pakan yang diberikan
saat pematangan gonad.
4.4 Pengelolaan Pakan Induk
Pakan yang diberikan pada induk yang sedang dipijahkan adalah sebanyak
2% dari biomassa dengan kandungan protein 31–33% (Tabel 5). Menurut BSN
(2009) pada pemijahan induk ikan nila diberi pakan sebanyak 3-5% dari bobot
biomassa/hari dengan kandungan protein 30-35%.
28
29
Tabel 9 Manajemen pakan induk
No
Jenis Pakan
Kolam pemijahan
1
2
3
4
Dosis (% biomassa)
Frekuensi (kali/hari)
Waktu pemberian
Cara pemberian
5
6
7
Lama pemeliharaan (hari)
Jenis pakan
Kandungan protein (%)
2
2
pagi (08.00); sore(15.30)
ditebar secara merata di
permukaan air
19
terapung
31–33
4.5 Parameter Kualitas Air pada Kolam Pemijahan
Hasil pengukuran kualitas air pada kolam pemijahan induk (Tabel 8)
memperhatikan kisaran nilai parameter kualitas air yang berada pada kisaran yang
layak untuk pemijahan ikan nila.
Menurut Sucipto danAmri (2005) bahwa
parameter kualitas air yang baik untuk pemijahan ikan nila adalah 25–28oC.
Tabel 10 Parameter kualitas air pada kolam pemijahan
No
1
2
3
4
5
6
Parameter
Suhu (oC)
Alkalinitas (mg/L)
Oksigen terlarut(mg/L)
pH
Karbondioksida (mg/L)
Amoniak (mg/L)
Waktu
8:00
pagi
Hasil
Menurut
SNI No. 22 1999
25.7
73.66
5.25
7.58
23.22
0.01
25–32
>3
6,5–8,5
0,01
Sumber: Laboratorium Kualitas Air BBPBAT Sukabumi Jawa Barat
Parameter kualitas air yang yang diukur selama melaksanakan kegiatan
dilapangan adalah pH rata-rata 6,99–7,5, suhu 26–28oC, dan DO 4,5–5,25 mg/l.
Ketiga parameter kualitas air tersebut menunjukkan kisaran yang layak untuk
pembenihan ikan nila pada umumnya, maupun pemijahan pada khususnya (SNI :
01-6138-1999).
29
30
Secara alami nila dapat memijah pada suhu 22–37oC.
Namun, suhu
optimal pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran 25–30oC,
sementara suhu yang dapat mematikan dibawah 6oC atau diatas 42oC (Arie 2000).
Ikan memerlukan oksigen untuk melakukan proses pernafasan. Sumber
oksigen dalam air yaitu berasal dari proses fotosintesis dan proses difusi udara.
Pada suatu sistem pemeliharaan ikan, oksigen yang dihasilakan dari proses
fotosintesis harus lebih banyak daripada oksigen yang digunakan. Kandungan
oksigen yang baik untuk budidaya ikan nila minimal 4 mg/L air (Arie 2000).
Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan nila berkisar antara 6,9–9. Pada
pH 11 atau lebih dapat menyebabkan kematian, tetapi terkadang kondisi ini masih
dapat ditolelir oleh ikan nila. Nilai pH yang ideal untuk budidaya ikan berada
pada kisaran 7–8 (Arie 2003).
30
31
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Teknik pemijahan alami ikan nila GESIT jantan dan betina SULTANA
yang dilakukan secara massal dengan rasio pemijahan adalah 1 : 6
tergolong berhasil, dengan fekunditas rata-rata 2296 butir, FR 93% dan
HR 84,6%.

Ukuran panjang induk jantan 37–40 cm dan beratnya 940–1100 g,
sedangkan induk betina panjang 32–36 cm dan beratnya berkisar 700–900
g merupakan nilai yang lebih tinggi dari persyaratan SNI 01-6138-1999.

Jenis pakan untuk pematangan gonad induk adalah pellet terapung dengan
kandungan protein 31−33%, dosis pemberian 3% dari berat biomassa,dan
mulai minggu ke-2 diturunkan menjadi 2% dengan frekuensi 2 kali sehari.
5.2 Saran
Pada proses pemijahan secara massal, sebaiknya dilakukan secara baik dan
benar, baik melalui persiapan wadah pemijahan, maupun pada proses pengadaan
dan pengelolaan induk sampai matang gonad, dengan sex ratio 1:5 sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Untuk meningkatkan hasil budidaya
petani khususnya komoditi nila disarankan menggunakan benih karena ikan nila
memiliki keunggulan dibandingkan komoditi perikanan lain yaitu ikan nila toleran
terhadap lingkungan, kelangsungan hidupnya baik, dan pertumbuhannya cepat.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Morfologi.Ikan Nila. Badan Standarisasi Nasional. SNI:
6140.Jakarta.
Arie, 2000. Teknik Pembenihan Ikan Nila. Penebaran Swadaya. Jakarta.
Arie, 2003. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila. Penebar Swadaya.Jakarta.
Arie, 2003. Nila Gift Toleransi terhadap Kadar Garam 0 – 35 permil. Penebaran
Swadaya. Jakarta.
Badan Standar Nasional, 2009. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila.
Cahyono, 2000. Cirri-ciri Induk Jantan dan Betina yang Matang Gonad. Penebar
Swadaya Jakarta.
Djarijah, A. S., 2002. Budidaya Nila Gift Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Effendi, 1979. Teknik Pemeliharaan Induk Ikan Nila. Kanisius. Yokyakarta.
Khairuman dan Amri, 2002. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Khairuman dan Amri 2003. Proses Pemjahan Ikan Nila. Agromedia Pustaka
Jakarta.
Khairuman dan Amri, 2003. Budidaya Ikan di Sawah. Agro Media Pustaka.
Khairuman dan Amri, 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Khairuman dan Khairul, 2003. Keberhasilan pemijahan ikan nila. Swadaya
Bandung.
Kordi, 2000. Budidaya Ikan Nila (Pengembangbiakan Ikan Nila). Dahara Prize.
Jakarta.
Murtidjo, 2001, Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar, Kanisius.
Yogyakarta.
Rukman, 2004. Proses Perkawinan Ikan Nila. Kanisius Yokyakarta.
Standar Nasional Indonesia 01-6140-1999. 2005. Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Direktorat Perbenihan,
32
33
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sucipto dan Amri, 2005.
Parameter Kualitas Air. Penebaar Swadaya. Jakarta.
Suyanto, 1994. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar Swadaya. Jakarta
Suyanto, 2009. Penyebaran Spesies Ikan Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Trewavas, 1980. Perubahan Klasifikasi tersebut SNI.
Perikanan Jakarta.
Direktur Jenderal
Wahyu, 2010. Klasifikasi Ikan Nila (0reochromis niloticus). Agromedia Pustaka
Jakarta.
Yudasmara, G.A. 2014. Biologi Perikanan. Plantaxia. Yogyakarta.
33
34
LAMPIRAN
Pengelolahan dasar kolam
Inlet yang Dipasang Saringan
Panen Larva
Pengisian Air
Penebaran Induk
Grading
34
35
Penebaran Larva
Persiapan Pemberian Pakan
Penyururtan Air untuk panen benih
Penimbangan Pakan
Pembersihan Pematang
Benih berkumpul dikobakan
35
36
Proses grading
Penjemuran Peralatan Panen
Perhitungan Benih
Bak Penampungan
Bak Tandon
36
37
RIWAYAT HIDUP
EFRAIM,
adalah
anak
ke tujuh
dari
dua
belas
bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Tandi Minanga
dan ibu Almarhumah Levina. Lahir pada
tanggal 30
November 1992 di Pebarungan Kecamatan Sesenapadang
Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
Penulis menempuh pendidikan di SDN 014 Satanetean pada tahun 2001
sampai tahun 2006.
Penulis melanjutkan pendidikan pada SLTP Negeri 2
Mamasa tahun 2006–2009. Pada tahun yang sama pula, penulis melanjutkan
pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sesenapadang dan
lulus pada tahun 2012.
Selanjutnya pada tahun 2013 penulis memasuki Program Diploma III di
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan mengambil Bidang Keahlian
Program Studi Budidaya Perikanan. Selama masa kuliah penulis perna aktif di
lembaga kemahasiswaan yaitu (HIMADIKA-PPNP) anggota persekutuan
mahasiswa kristen politeknik pertanian negeri pangkep (PERMAKRISTANI-NP)
dan aktif menjadi anggota Kerukunan Keluarga Besar Sulawesi Barat (KKBM).
Pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 penulis melaksanakan kegiatan
Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul Teknik Pemijahan
Ikan Nila GESIT jantan dan SULTANA betina secara Alami (Oreochromis
niloticusL.) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi Jawa Barat. Pada yang sama penulis menamatkan pendidikan di
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan memperoleh gelar Ahli Madya
Perikanan ( A.Md.Pi).
37
Download