Vol. 02, No. 02 Tahun 2022 E-ISSN: 2829-5684 Pemodelan Bidang Gelincir Tanah Menggunakan Plaxis 2D pada Penanganan Pascabencana Ruas Salaonro-Pompanua Kabupaten Soppeng Andi Idham Mahmud 1*, Lambang Basri Said 2, Andi Alifuddin 3 1*) UPT Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas PUTR Provinsi Sulawesi Selatan idham.mahmud240312@gmail.com 2) Teknik Sipil, Universitas Muslim Indonnesia, Makassar 3) Teknik Sipil, Universitas Muslim Indonnesia, Makassar Abstract In order to obtain an approach to handling subgrade failures that occur especially on road sections with expansive soil characteristics, the soil with its stability becomes a layer below the road surface because it can improve the engineering properties of the soil such as strength and volume stability. Stabilization is carried out by adding certain materials to increase cohesion between gradations and provide resistance to water and other harmful chemicals. Some of the damage that occurred to the Salaonro-Pompanua road section (Provincial Road Section) which has a total length of 22,2 km, starting from STA 169+400 – 191+600 was caused by excessive vehicle loads, asphalt mixture not according to specifications, compaction is not optimal, poor quality foundation material and lack of subgrade bearing capacity. PLAXIS 2D is a two-dimensional finite element program, developed for the analysis of deformation, stability and groundwater flow in geotechnical engineering. The subgrade slip plane analysis uses the finite element method with the help of the Plaxis 2D Series 8.2 program. The results showed that the values of extreme displacements, void ratio, and slope safety factor (SF) were categorized as having low ground motion susceptibility, meaning that ground motion would rarely occur. Keywords: Land Slip Field, Plaxis 2D, Post-Disaster Management Abstrak Guna memperoleh pendekatan penanganan pada kegagalan subgrade (subgrade failure) yang terjadi khususnya pada ruas-ruas jalan dengan karakteristik tanah ekspansif, maka tanah dengan stabilitasnya menjadi lapisan yang berada di bawah permukaan jalan karena dapat meningkatkan sifat teknik tanah seperti kekuatan dan volume stabilitas. Stabilisasi dilakukan dengan menambahkan bahan tertentu untuk meningkatkan kohesi antar gradasi dan memberikan ketahanan terhadap air dan bahan kimia berbahaya lainnya. Beberapa kerusakan yang terjadi pada Ruas Jalan ruas Salaonro-Pompanua (Jalan Ruas Provinsi) yang memiliki total panjang 22,2 km, dimulai dari STA 169+400 – 191+600 disebabkan oleh berlebihnya beban kendaraan, campuran aspal tidak sesuai spesifikasi, pemadatan kurang maksimal , material lapis pondasi kurang berkualitas dan kurangnya daya dukung tanah dasar. PLAXIS 2D adalah program elemen hingga dua-dimensi, yang dikembangkan untuk analisis deformasi, stabilitas dan aliran air tanah dalam rekayasa geoteknik. Analisis bidang gelincir tanah dasar menggunakan metode elemen hingga dengan bantuan program Plaxis 2D Seri 8.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai extreme displacements, angka pori, dan fsktor keamanan lereng (SF) dikategorikan memiliki kerentanan gerakan tanah yang rendah, artinya gerakan tanah akan jarang terjadi. Kata Kunci: Bidang Gelincir Tanah, Plaxis 2D, Penanganan Pasca Bencana 1. PENDAHULUAN Dapal upaya meningkatkan pelayanan jalan dan agar mencapai suatu fungsi jalan yang aman dan nyaman salah satunya yaitu peningkatan daya dukung jalan terhadap beban lalulintas maupun pengaruh cuaca. Kualitas daya dukung jalan sangat dipengaruhi oleh kualitas JURNAL FLYOVER (JFO) 76 lapis permukaan aspal, kualitas lapis pondasi dan kualitas subgrade (tanah dasar). Kegagalan pada konstruksi jalan banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya kegagalan subgrade (subgrade failure) sering dijumpai pada pembangunan maupun rehabilitasi jalan. Jalan ruas Salaonro-Pompanua merupakan jalan ruas provinsi yang memiliki total panjang 22,2 km, dimulai dari STA 169+400 – 191+600. Berdasarkan data kondisi jalan dari Dinas Bina Marga tahun 2017 tercatat kondisi jalan yang rusak sedang sepanjang 3,7 km sedangkan yang rusak ringan sepanjang 1,5 km. Itu berarti ada sekitar 23% kondisi jalan yang rusak. Kondisi jalan yang rusak ini semakin bertambah seiring waktu, pekerjaan pemeliharaan yang belum optimal, semakin tingginya LHR kendaraan dan tingginya curah hujan di ruas tersebut. Beberapa kerusakan yang terjadi ini disebabkan oleh berlebihnya beban kendaraan, campuran aspal tidak sesuai spesifikasi, pemadatan kurang maksimal, material lapis pondasi kurang berkualitas dan kurangnya daya dukung tanah dasar. Kurang atau hilangnya daya dukung tanah dasar sangat mempengaruhi struktur yang ada diatasnya. Sebagus apapun lapis pondasi dan campuran aspal pada akhirnya akan rusak apabila lapisan subgradenya tidak stabil. Perlu diketahui bahwa sifat karakteristik tanah dasar di suatu lokasi tidaklah selalu seragam tergantung kondisi geologisnya. Beberapa kasus badan jalan amblas maupun longsor dikarenakan kualitas tanah dasarnya yang jelek sehingga terjadi settlement dan deformasi. Terjadinya swelling, meningkatnya tekanan air pori, kurangnya kepadatan tanah adalah beberapa faktor penyebab kegagalan subgrade. Atas dasar itu, guna memperoleh pendekatan penanganan pada kegagalan subgrade (subgrade failure) yang terjadi khususnya pada ruas-ruas jalan dengan karakteristik tanah ekspansif, maka Stabilisasi tanah adalah salah satu konstruksinya karena meningkatkan sifat teknik tanah seperti kekuatan dan volume stabilitas. Ketika sifat kekuatan tanah tidak dapat ditingkatkan dengan stabilisasi mekanis, maka teknik pencampuran bahan digunakan untuk mencapai kekuatan yang diinginkan. Bahan yang digunakan dapat berasal dari alam, mudah diperoleh, depositnya banyak, dapat berupa limbah sehingga mengurangi pencemaran dan harganya murah. Stabilisasi dilakukan dengan menambahkan bahan tertentu untuk meningkatkan kohesi antar gradasi dan memberikan ketahanan terhadap air dan bahan kimia berbahaya lainnya. Abu Ampas tebu adalah salah satu bahan yang dapat dijadikan penambah stabilitas tanah. Ampas Tebu adalah residu berserat dihasilkan setelah sari buah diekstraksi dari tanaman tebu. Itu disimpan sebagai limbah dan mencemari lingkungan. Abu yang dihasilkan disimpan di timbunan stok, yang dibuang ke limbah tempat pembuangan sampah dan merupakan masalah lingkungan bagi masyarakat. Komposisi kimia abu ampas tebu diyakini dapat menambah kekuatan daya dukung tanah karena memiliki kadar silikat 72%, karbon 11% dan abu 79%. Selain itu abu ampas tebu juga memiliki kandungan mineral magnesium, kalsium, aluminium dan besi. 2. METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi pengambilan sampel tanah dasar untuk penelitian adalah pada Jalan Ruas Salaonro - Pompanua, tepatnya di titik koordinat -4°19'46,57645"S 120°1'57,36"E Desa Baringeng, Kecamatan Lili Rilau, Kabupaten Soppeng. (Gambar 1) Karakteristik lokasi pengambilan sampel saat itu adalah kondisi jalan dalam keadaan rusak parah. Lebih dari setengah bagian badan jalan amblas, posisi dinding penahan tebing bergeser dari posisi awal-nya, beberapa kawat bronjong sobek dan slof beton pecah dibeberapa bagian. Padahal konstruksi jalan tersebut belum selesai dibangun dan diperbaiki akibat bencana longsor yang sama terjadi sebelumnya (Gambar 2) JURNAL FLYOVER (JFO) 77 Lokasi penelitian adalah di UPT Laboratorium Pengujian Bahan Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan, yang beralamat di Jalan Batara Bira 6 Nomor 31 Makassar, 90243. Alasan pemilihan laboratorium ini sebagai tempat penelitian dan pengujian karena aktifitas rutin peneliti adalah bekerja di kantor ini se-bagai teknisi dan laboran. Gambar 1 Lokasi Longsor Jalan Ruas Salaonro – Pompanua, Kabupaten Soppeng Gambar 2 Lokasi Pasca Bencana Longsor Jalan Ruas Salaonro– Pompanua, Kabupaten Soppeng B. Teknik Pengumpulan Data Data Primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana pem-bangunan maupun hasil survey yang dapat langsung dipergunakan se-bagai sumber dalam penelitian. Data proyek didapatkan dari instansi terkait. Data tanah diperoleh dari hasil penyelidikan dan pengujian tanah oleh UPT Laboratorium Pengujian Bahan Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas : Pemadatan dan CBR test; Direct shear test; Konsolidasi; Atter-berg limit; Swelling test; Grain size distribution Data sekunder adalah data yang berasal dari peratuaran-peraturan atau ketentuaanketentuan yang berlaku yang digunakan dalam perencanaan struktur jalan. Data sekunder merupakan data penunjang yang diperlukan dalam perencanaan struktur jalan. Yang 78 JURNAL FLYOVER (JFO) termasuk dalam klasifikasi data sekunder ini antara lain adalah litera-tur-literatur penunjang, grafik, tabel dan peta/tanah yang berkaitan erat dengan proses perancangan penanganan pasca bencana di jalan ruas Salaonro-Pompanua Kabupaten Soppeng. C. Pengambilan Sampel Tanah Karena pada penelitian ini jumlah populasi lebih dari 1000 maka sampel yang digunakan adalah sampel minimal 15% dari uku-ran jumlah populasi. Jadi cara sampling yang digunakan pada penelitian ini ada 2 yang pertama adalah sapling tanah terganggu (disturbed soil sampling) dan kedua adalah tanah tidak terganggu (undis-turbed soil sampling). Sampel terganggu diambil menggunakan sekop sebanyak 2 karung dari beberapa titik lokasi tanah dasar hasil long-soran dengan berat total 250 kg. Sampel tanah ini merupakan tanah dasar yang berasal dari bawah bronjong dan badan jalan, yang mun-cul kepermukaan akibat peristiwa longsor. Sifat tanah ini sangat lunak dan lembek, kadar air sangat tinggi dan sangat liat. Sampel tanah dasar yang kedua diambil dengan cara undis-turbed soil sampling yang tujuannya untuk mendapatkan sampel tanah yang kondisinya sama pada saat masih dibawah permukaan tanah. Teknik pengambilannya yaitu menggunakan tabung/ring sampel yang didibenamkan ke dalam tanah dan ditekan menggunakan besi penumbuk sampai ring sample terbenam kedalam tanah. Kemudian ring sampel yang berisi tanah dikeluarkan dengan sekop. Permukaan ring sampel dibersihkan dan diratakan dikedua sisinya, la-lu sisi atas dan bawah ring ditutup menggunakan parafin kemudian diplester sekelilingnya. Hal ini dilakukan agar sampel yang ada dida-lam ring terjaga dari pengaruh udara luar dan cahaya matahari. D. Metode Analisis PLAXIS 2D adalah program elemen hingga dua-dimensi, yang dikembangkan untuk analisis deformasi, stabilitas dan aliran air tanah dalam rekayasa geoteknik. Dengan PLAXIS 2D geometri model dapat dengan mudah didefinisikan dalam mode tanah dan struktur, setelah model padat independen secara otomatis dapat dipotong dan menyatu. Jika gaya-gaya pendorong lebih besar dari gaya-gaya pena-han, maka tanah akan mulai runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan tanah sepanjang bidang yang menerus dan massa tanah diat-as bidang yang menerus ini akan longsor. Peristiwa ini disebut se-bagai keruntuhan lereng dan bidang yang menerus ini dise-but bidang gelincir. Analisis bidang gelincir tanah dasar menggunakan metode elemen hingga dengan bantuan program Plaxis 2D Seri 8.2. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam pemodelan ini adalah dari hasil pengujian laboratorium yang telah dipaparkan di atas. Berikut ini adalah parameter tanah yang dibutuhkan dalam pemodelan (Tabel 1) Tabel 1 Parameter Parameter Tanah Dasar Name Subgrade Subgrade + 100% 15% AAT Unit Material model Model MC MC - Type of behavior Type Undrained Undrained - Dry soil weight ɣunsat 15,62 15,77 kN/m3 Wet soil weight ɣsat 24,32 24,13 kN/m3 Horizontal permeability kx 1.10-2 1.10-4 m/day ky -2 -4 m/day Vertical permeability 1.10 1.10 JURNAL FLYOVER (JFO) 79 Parameter Name Subgrade Subgrade + 100% 15% AAT Unit Young's modulus Eref 775,71 3616,4 kN/m3 Poisson's ratio v 0,434 0,674 - Cohesion Cref 11,15 8,02 kN/m3 Friction angle φ (phi) 17,61 24,78 ˚ Dilatancy angle Ψ (psi) 0 0 ˚ Selanjutnya pemodelan dilakukan dengan model plain strain dengan jumlah titik nodal 15. Dimensi bidang gambar pemodelan ditunjukkan pada Gambar 3, yaitu dengan lebar 20 meter dan kedalaman 7 meter. Boundary condition effects untuk pada dasar model adalah fixed sedangkan untuk kedua sisi model adalah roll. Pada Gambar 4 dapat dilihat pembagian bidang gambar dalam bentuk elemen atau mesh. Ukuran dan jumlah mesh dalam bidang gambar dapat diatur pada menu global corsness. Semakin kecil ukuran mesh suatu bidang gambar maka semakin banyak jumlah meshnya. Pada pemodelan kali ini digunakan mesh dengan ukuran medium. Gambar 3 Dimensi Bidang Gambar pada Plaxis dan Mesh Elemen Hingga (AAT 0%) Gambar 4 Dimensi Bidang Gambar pada Plaxis dan Mesh Elemen Hingga (AAT 15%) Parameter–parameter yang digunakan untuk melengkapi perhitungan metode elemen hingga pada PLAXIS ini dapat dilihat di Tabel 4.21. Tanah tiap lapisan dimodelkan dengan model tanah Mohr–Coulomb. Tipe material tanah digunakan undrained. Kemudian untuk muka air tanah diletakkan di tengah bidang Gambar, yaitu pada kedalaman 4 meter dari permukaan tanah. Seperti ditampilkan pada Gambar 4.63 dan 4.64 dibawah ini. 80 JURNAL FLYOVER (JFO) Gambar 5 Tinggi muka air tanah pada program PLAXIS (AAT 0% dan 15 %) Gambar 6 Tegangan awal subgrade pada kondisi awal (AAT 0% dan 15%) 3. PEMBAHASAN Simulasi dilakukan dalam 2 tahap berdasarkan tahapan proses penimbunan. Tiap tahap penimbunan dilakukan sedalam 2 meter sehingga total tinggi timbunan adalah 4 meter. Penimbunan tahap pertama menggunakan staged construction dengan masa interval 5 hari. Selanjutnya penimbunan tahap pertama tadi dikonsolidasi dengan masa interval 60 hari. Proses dilanjutkan Penimbunan tahap kedua menggunakan staged construction dengan masa interval 5 hari. Selanjutnya penimbunan tahap kedua tadi dikonsolidasi menggunakan minimum pore pressure sebesar 1 kN/m2. Maka proses konsolidasi akan terus berlangsung hingga tekanan pori tanah mencapai nilai minimum 1 kN/m 2. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 berikut Gambar 7 Gambar 8 Deformasi Tanah dengan AAT 0% dan 15% Tegangan Efektif Tanah dengan AAT 0% dan 15% Pada Gambar 7 terlihat perbedaan yang jelas hasil deformasi dari subgrade + AAT 0% dan subgrade + AAT 15%. Perubahan bentuk mesh pada subgrade + AAT 0% terjadi sepanjang 4 meter dengan kedalaman 1 meter pada bidang permukaan dan menerus JURNAL FLYOVER (JFO) 81 disepanjang bidang miring. Proses deformasi mesh terus terjadi di permukaan bidang hingga sejauh 11 meter. Sedangkan pada subgrade + AAT 15%, perubahan mesh di permukaan sepanjang 3 meter dengan kedalaman 0,5 meter. Gambar 9 Kontur Penurunan akibat Tegangan (AAT 0% dan 15%) Gambar 10 Arah Penurunan Total (AAT 0% dan 15%) Pada Gambar 9 dan Gambar 10 di atas ditampilkan visual kontur bidang gelincir serta arah pergerakan penurunan tanah dasar. Extreme displacements terbesar pada material 100% tanah dasar adalah 12 meter sedangkan pada tanah dasar + 15% AAT extreme displacements terbesarnya 3,4 meter. Arah panah yang ditampilkan dari total displacements juga sangat jelas memperlihatkan perubahan bidang gelincir tanah dasar sebelum dan setelah penambahan abu ampas tebu. Gambar 11 Kurva Hubungan Tekanan Pori terhadap Waktu (AAT 0% dan 15%) Pada Gambar 11 terlihat tekanan pori tanah dasar naik sampai angka 15 pada proses penimbunan pertama. Pada penimbunan ke dua tekanan pori tanah dasar sempat naik lalu turun kembali dan stabil pada angka 0,646 di hari ke 70. Pada Gambar 4.76 terlihat tekanan pori tanah dasar + 15% AAT pada proses penimbunan yang pertama cenderung tidak ada. Pada proses penimbunan ke dua tekanan pori sempat naik ke angka ±1,8 namun segera turun ke angka 0 pada hari ke 70. Ini berarti bahwa pore pressure pada tanah dasar tanpa penambahan AAT tetap ada sebesar 0,646 sampai akhir proses penimbunan. Sedangkan pore pressure pada tanah dasar + 15% AAT sudah tidak ada lagi pada akhir proses penimbunan. Longsoran suatu lereng biasanya terjadi melalui suatu bidang tertentu yang disebut bidang gelincir (slip surface). Kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada bidang gelincir tersebut. Perbandingan antara gaya penggerak dan gaya 82 JURNAL FLYOVER (JFO) penahan tanah inilah yang disebut Savety Factor (SF) atau Faktor Keamanan (FK) Lereng. Pada Gambar 4.77 di atas, nilai SF yang diperoleh pada akhir proses penimbunan tanah dasar + 15% AAT adalah 1,8161. Untuk menginterpretasikan nilai SF yang diperoleh, maka digunakan Tabel 4.22. Dari Tabel 4.22 di atas dapat dilihat nilai SF 1,8161 memiliki tingkat kerentanan yang rendah. Hal ini berarti potensi terjadinya gerakan tanah akan jarang terjadi. Dari serangkaian hasil pengujian diatas, maka dibuat beberapa perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya. Dalam jurnal yang dibuat oleh John Tri Hatmoko (Bab II, hal. 40), kepadatan maksimum diperoleh pada 7,5% AAT dan Kuat tekan bebas optimum diperoleh pada 10% AAT. Sedangkan pada penelitian kali ini nilai optimum diperoleh pada 15% AAT. Dalam jurnal yang dibuat oleh Niken Silmi Surjandari (Bab II, hal. 41), nilai PI optimum diperoleh pada 15% AAT dan ɣ d max terus naik seiring penambahan AAT. Hasil ini sama dengan nilai PI opt dan ɣ d max yang diperoleh pada penelitian yang telah dilaksanakan kali ini. Menurut Arunav Chakraborty dalam jurnalnya (Bab II, hal. 42), nilai CBR dan kuat tekan bebas maksimum diperoleh pada 10% AAT. Sedangkan pada penelitian kali ini nilai CBR dan kuat tekan bebas optimum diperoleh pada 15% AAT. Dalam jurnal yang dibuat oleh Ghadah Ghassan Masued (Bab II, hal. 46), nilai Plastis Index, Berat jenis dan ɣ d max terus berkurang seiring penambahan AAT, namun Kadar air terus meningkat. Sedangkan pada penelitian kali ini ɣ d max dan kadar air meningkat hingga mencapai optimum di 15% AAT, sedangkan nilai PI dan Bj terus menurun seiring penambahan AAT. Dalam jurnal yang dibuat oleh Mochamad Syarifudin (Bab II, hal. 47), sudut gesek dalam diperoleh pada penambahan AAT 5%. Pada penambahan AAT 10% - 20% nilai sudut gesek dalam cenderung menurun. Sedangkan nilai sudut gesek dalam optimum yang diperoleh pada penelitian ini adalah pada penambahan AAT 15%. Menurut Selvia Agustina dalam jurnalnya (Bab II, hal. 48), penambahan feldspar dan AAT 15% mampu mengurangi nilai PI sebesar 20,23%, mengurangi nilai LL sebesar 48,25% dan mengurangi SL sebesar 35,61%. Sedangkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai LL turun sebesar 8,84%, nilai SL turun sebesar 13,57% dan nilai PI turun sebesar 42,54% hingga penambahan AAT 20%. Namun nilai PL naik sebesar 15,03% hingga pada penambahan AAT 20%. 4. PENUTUP Hasil analisis pada subbab sebelumnya, menghasilkan kesimpulan yaitu pemodelan bidang gelincir dengan Plaxis 2D menunjukan Extreme displacements terbesar pada material 100% tanah dasar adalah 12 meter sedangkan pada tanah dasar + 15% AAT extreme displacements hanya 3,4 meter. Angka pori yang dihasilkan pada akhir pemodelan 100% tanah dasar menunjukan angka 0,646, sedangkan untuk tanah dasar + 15% AAT angka porinya 0. Selain itu nilai Faktor Keamanan Lereng (SF) yang diperoleh untuk tanah dasar + 15% AAT sebesar 1,8161. Nilai ini dikategorikan memiliki kerentanan gerakan tanah yang rendah, artinya gerakan tanah akan jarang terjadi. 5. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Selvia dan Lisa Fitriyana. 2019. Pengaruh Feldspar dan Ampas Tebu Terhadap Propertis Tanah Ekspansif. Reviews in Civil Engineering, v.03, n.1, p.18-22 Maret 2019, P-ISSN 2614-3100, E-ISSN 2614-3119. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung. JURNAL FLYOVER (JFO) 83 Ahmad, Zulfikar, dkk. 2022. Analisis Tingkat Kepadatan Tanah dengan Stabilisasi Kapur terhadap Kuat Geser Langsung. Jurnal Konstruksi : Teknik, Infrastruktur dan Sains, Volume 1 Nomor 8 Halaman 1-11. Program Pascasarjana UMI Makassar. Anonim. 2004. SNI 03-4813-1998 Tentang Cara Uji Triaxial untuk Tanh Kohesif dalam Keadaan Tidak Terkonsolidasi dan Tidak Terdrainase (UU). Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1742:2008 Tentang Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1743:2008 Tentang Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1964:2008 Tentang Cara Uji Berat Isi Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1964:2008 Tentang Cara Uji Berat Jenis Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1965:2008 Tentang Cara Uji Penentuan Kadar Air untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1966:2008 Tentang Cara Uji Penentuan Batas Plastisitas dan Indeks Plastisitas Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 1967:2008 Tentang Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 2813:2008 Tentang Cara Uji Kuat Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi dan Terdrainase. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 3422:2008 Tentang Cara Uji Penentuan Batas Susut Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2008. SNI 3423:2008 Tentang Cara Uji Analisis Butir Tanah. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2011. SNI 2812:2011 Tentang Cara Uji Konsolidasi Tanah Satu Dimensi. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2016. SNI 3420:2016 Tentang Metode Uji Kuat Geser Langsung Tanah Tidak Terkonsolidasi dan Tidak Terdrainase. Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2018. Divisi 3 Pekerjaan Tanah dan Geosintetik Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Brinkgreve, R.B.J., R. Al-Khoury, K.J. Bakker, P.G. Bonnier, P.J.W. Brand, W. Broere, H.J. Burd, Y.P. Chandra, T.L. Gouw, B.M. Hutapea, G. Soltys, P.A. Vermeer, S.G. Handoko. 2007. PLAXIS 2D-Versi 8. Belanda: Plaxis b.v. Chakraborty, Arunav, Archita Borah dan Debangana Sharmah. 2016. Stabilization of Expansive Soil using Sugarcane Straw Ash (SCSA). AJET, ISSN: 2348-7305, Volume 4 No.1. India: Department of Civil Engineering, Tezpur University. Darwis. 2018. Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena Indis. Ghozaly, I.A, dkk. 2022. Studi Eksperimental Penggunaan Fly Ash dan Difa Soil Stabilizer pada Tanah Lempung untuk Meningkatkan Daya Dukung Tanah Dasar. Jurnal Konstruksi : Teknik, Infrastruktur dan Sains, Volume 1 Nomor 11 Halaman 56-66. Program Pascasarjana UMI Makassar. Hardiyatmo, Hary Cristady. 1996. Teknik Fondasi 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hardiyatmo, Hary Cristady. 2002. Mekanika Tanah II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hasan, Muh. Tsabit, Lambang Basri Said, Andi Alifuddin. 2021. Stabilisasi Subgrade dengan Kapur Tohor dan Aktivator untuk Struktur Perkerasan Jalan. Jurnal Teknik Sipil Macca, Vol. 6 No. 3. Makassar. Hatmoko, John Tri dan Luky Handoko. 2019. Pengaruh Perubahan Kadar Air pada SifatSifat Tanah Organik yang distabilisasi dengan Limbah Karbit dan Abu Ampas Tebu. 84 JURNAL FLYOVER (JFO) JURNAL REKAYASA KONSTRUKSI MEKANIKA SIPIL, Vol. 2 No.2, ISSN 2614-5707 (cetak). Yogyakarta: Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya. Hatmoko, John Tri dan Yohanes Lulie. 2007. Jurnal Teknik Sipil Volume 8 No. 1 UCS Tanah Lempung Ekspansif Yang Distabilisasi Dengan Abu Ampas Tebu Dan Kapur. Jurnal Teknik Sipil Volume 8 No. 1, 64 – 77. Yogyakarta: Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya. Masued, Ghadah Ghassan. 2017. Effect Of Sugar Cane Bagasse Ash On The Physical Properties Of Subgrade Layer. Journal of Engineering and Sustainable Development, Vol. 21, No. 5, september 2017, ISSN 2520-0917. Baghdad, Iraq: Highway and Transportation Engineering Department, Al-Mustansiriayah University. Putri, Alfinda Threvanian, Sigit Winarto dan Ahmad Ridwan. 2020. Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu & Arang Batok Kelapa Terhadap Stabilisasi Daya Dukung Tanah. JURMATEKS, Vol. 3, No. 1 Juni 2020, e ISSN 2621 – 7686. Kediri: Fakultas Teknik, Universitas Kadiri. Rahardjo, Paulus Pramono dan Stefanus Diaz Alvi. 2019. Metode Elemen Hingga Untuk Analisis Geoteknik. Bandung: Pusat Studi Geoteknik Universitas Katolik Parahyangan. Sosrodarsono, Suyono dan Kazuto Nakazawa. 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta: Pradnya Paramita. Surjandari, Niken Silmi, Noegroho Djarwanti dan Nafisah Umri Ukoi. 2017. Enhancing the engineering properties of expansive soil using bagasse ash. IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 909 (2017) 012068. Surakarta: Civil Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University. Susilo, Alfred Jonathan, Gregorius Sandjaja Sentosa, Inda Sumarli dan Aniek Prihatiningsih. 2018. Karakteristik Parameter Kekuatan Tanah yang Dipadatkan dengan Uji Triaksial Metode UU. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 2, Oktober 2018: hlm 572-579. Jakarta: Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara. Syarifudin, Mochamad, Noegroho Djarwanti dan Niken Silmi Surjandari. 2014. Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Uji Kuat Geser Tanah Lempung Tanon. eJurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2014/755. Surakarta: Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret. T, Athira dan Sini T. 2019. Effect of Bagasse Ash on Strength Characteristics and Index Properties of Kaolinite Clay. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), ISSN: 2278-0181, Vol. 8 Issue 06. India: Civil Engineering Department, College of Engineering Trivandrum, Thiruvananthapuram. JURNAL FLYOVER (JFO) 85