MAKALAH AKUNTANSI BIAYA JOB ORDER COSTING Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya Dosen Pengampu: A. Rizal Putra, SE, M.Si, Ak Tugas Ini Dibuat dari Buku Riwayadi (Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan Kontemporer, 2014) Disusun Oleh: Rizka Maghfira 2210536049 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ANDALAS DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2 KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3 BAB I .............................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4 1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4 1.3. Tujuan............................................................................................................................... 4 BAB II............................................................................................................................................. 6 PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6 2.1 Metode Perhitungan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) ....................... 6 2.2 Kartu Harga Pokok Pesanan ............................................................................................. 7 2.3 Akuntansi Untuk Perhitungan Harga Pokok Pesanan ...................................................... 8 2.3.1 Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku Langsung ........................................................ 9 2.3.2 Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja Langsung .................................................... 10 2.3.3 Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik ................................................................ 12 2.3.4 Akuntansi untuk Barang Jadi .................................................................................. 14 2.3.5 Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan ............................................................... 14 2.4 Contoh Soal .................................................................................................................... 14 BAB III ......................................................................................................................................... 18 PENUTUP..................................................................................................................................... 18 3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Job Order Costing” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana Job Order Costing bagi para pembaca dan penulis. Sebagai penulis makalah ini, mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. Rizal Putra, SE, M.Si, Ak, selaku dosen Mata Kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Sehingga kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Dengan demikian, penulis mengharapkan semoga makalah dengan judul “Job Order Costing” ini dapat diambil hikmah dan dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Padang, Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Job order costing atau sistem perhitungan biaya pesanan adalah metode akuntansi biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi atau pengerjaan untuk setiap pesanan atau proyek yang unik dan terpisah. Metode ini umumnya diterapkan dalam perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk khusus atau dalam perusahaan jasa yang menyediakan layanan yang disesuaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dalam sistem job order costing, setiap pesanan atau proyek diberikan nomor identifikasi unik yang membedakannya dari pesanan lainnya. Biaya produksi, seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik, diatribusikan ke setiap pesanan berdasarkan penggunaannya yang spesifik. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melacak dan menghitung biaya yang terkait dengan setiap pesanan secara terperinci. Dalam konteks bisnis yang kompleks dan dinamis saat ini, pemahaman tentang job order costing tetap relevan. Metode ini membantu perusahaan dalam mengelola biaya produksi secara efektif, menganalisis profitabilitas pesanan, dan membuat keputusan yang berdasarkan informasi biaya yang akurat. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dan pemahaman yang mendalam tentang job order costing dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi praktisi dan akademisi di bidang akuntansi biaya. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan metode perhitungan harga pokok pesanan (job order costing method)? 2. Apa yang dimaksud dengan kartu harga pokok pesanan? 3. Apa saja akuntansi untuk perhitungan harga pokok pesanan? 4. Bagaimana contoh kasus dalam job order costing? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode perhitungan harga pokok. pesanan (job order costing method). 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kartu harga pokok pesanan. 3. Untuk mengetahui apa saja akuntansi untuk perhitungan harga pokok pesanan. 4. Untuk mengetahui contoh kasus dalam job order costing. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Metode Perhitungan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) Biaya produksi, dalam metode harga pokok pesanan, dikumpulkan untuk setiap pesanan (job). Kemudian, harga pokok produk dihitung untuk setiap pesanan. Metode ini diterapkan di perusahaan yang memproduksi produk berdasarkan pesanan (customized products) atau bersifat unik (unique products). "Bersifat unik" karena produk memiliki spesifikasi khusus sehingga setiap batch produk yang dihasilkan selalu berbeda (heterogen). Istilah "pesanan (job order)" mengacu pada pesanan kerja (job), bukan pesanan pelanggan (customer order). Jadi, walaupun perusahaan tidak menerima pesanan dari pelanggan, perusahaan tetap memproduksi barang dengan spesifikasi yang dirancang sendiri. Selanjutnya, produk dipajang di showroom agar model-model produk tersebut dapat dipilih dan dipesan oleh pelanggan. Hal ini biasanya dapat ditemui di perusahaan pembuat perabot atau tukang jahit (tailor). Untuk perusahaan seperti ini, pengumpulan biaya produksinya juga menggunakan metode harga pokok pesanan. Perusahaan manufaktur yang menggunakan metode harga pokok pesanan di antaranya adalah perusahaan pembuat perabot dan percetakan, sedangkan contoh perusahaan jasa di antaranya adalah tukang jahit, kantor akuntan, pengacara, rumah sakit (jika objek biaya yang dihitung adalah pasien) dan hotel (jika objek biaya yang dihitung adalah tamu hotel). Tamu hotel digunakan sebagai objek biaya karena setiap tamu hotel mengonsumsi sumber daya yang berbeda-beda. Ada tamu yang hanya menginap, tetapi ada juga tamu yang menggunakan hampir semua fasilitas hotel yang disediakan, seperti laundry, food and beverage, telepon, dan sport center. Harga pokok produk, dalam metode harga pokok pesanan, dihitung setelah produk selesai dibuat. Hal ini dilakukan karena setiap produk yang dibuat akan memerlukan sumber daya yang berbeda sesuai dengan spesifikasi produk yang ingin dihasilkan. Karena setiap produk memerlukan sumber daya yang berbeda, setiap produk akan memiliki harga pokok dan harga jual yang berbeda. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke pesanan berdasarkan biaya sesungguhnya. Hal ini dimungkinkan karena biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung yang dapat ditelusuri secara mudah dan akurat untuk setiap pesanan. Biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka (predetermined rate) yang dihitung berdasarkan anggaran. Hal ini dikarenakan biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung produk. Sebagai biaya tidak langsung produk, biaya overhead pabrik tidak dapat ditelusuri secara mudah dan akurat ke setiap pesanan. Contohnya, yaitu beban listrik. Besarnya beban listrik yang dikonsumsi oleh setiap produk tidak mudah ditentukan karena beban listrik dibayar pada awal bulan, sedangkan pesanan diselesaikan dalam waktu berbeda- beda, tergantung spesifikasi produk yang dihasilkan. Pesanan untuk Produk A selesa dalam waktu lima hari, pesanan Produk B selama dua puluh hari, atau mungkin ada pesanan lain yang selesai satu hari. Dengan menggunakan tarif ditentukan di muka, diharapkan semua biaya overhead pabrik dapat dibebankan secara merata ke semua pesanan yang dihasilkan. Pembebanan biaya sesungguhnya untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan tarif yang ditentukan di muka untuk biaya overhead pabrik disebut perhitungan harga pokok normal (normal costing) Biaya produksi, dalam metode harga pokok pesanan, dikumpulkan dengan menggunakan media yang disebut Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet). Kartu Harga Pokok Pesanan ini juga berfungsi sebagai buku pembantu persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. 2.2 Kartu Harga Pokok Pesanan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan biaya produksi dalam metode perhitungan harga pokok pesanan menggunakan media yang disebut Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet). Kartu harga pokok pesanan ini juga berfungsi sebagai buku pembantu persediaan barang jadi (finished goods inventory subsidiary ledger) dan buku pembantu barang dalam proses (work in process inventory subsidiary ledger). Daftar Persediaan Barang dalam Proses pada akhir periode akuntansi disusun berdasarkan Kartu Harga Pokok Pesanan untuk pesanan yang belum selesai, sedangkan Daftar Persediaan Barang Jadi disusun berdasarkan Kartu Harga Pokok Pesanan untuk pesanan yang sudah selesai, tetap belum diserahkan kepada pelanggan. Format Kartu Harga Pokok Pesanan berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya. Format untuk Kantor Akuntan Publik akan berbeda dengan perusahaan perabot. Salah satu perbedaan yang mencolok, yaitu tidak adanya biaya bahan baku untuk Kantor Akuntan Publik, sedangkan untuk perusahaan perabot ada biaya bahan baku. Penamaannya juga berbeda-beda. Di perusahaan perabot disebut Kartu Harga Pokok Pesanan, di Kantor Akuntan Publik disebut Kartu Klien. di rumah sakit disebut Kartu Medis Pasien (Medical Record). Meskipun namanya berbeda-beda, tetapi prinsipnya sama, yaitu digunakan untuk mengumpulkan biaya agar memudahkan proses perhitungan biaya dari suatu objek biaya (harga pokok per pesanan, biaya audit per klien, atau biaya perawatan per pasien). Contoh format Kartu Harga Pokok Pesanan di perusahaan perabot dapat dilihat dalam Gambar 7.3. Berdasarkan Gambar 7.3, bagian atas Kartu Harga Pokok Pesanan berisi nomor pesanan, nama pelanggan, jumlah dipesan, nama produk, tanggal dipesan, tanggal dikerjakan, dan tanggal selesai. Bagian berikutnya berisi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pesanan. Bagian bawah berisi ikhtisar total biaya produksi dan biaya produksi per unit untuk pesanan tersebut. Kartu harga pokok pesanan dibuat untuk setiap pesanan kerja (job order). Jadi, jika ada 500 macam pesanan kerja, akan ada 500 kartu harga pokok pesanan. Kartu ini dibuat memang untuk memudahkan dalam menghitung harga pokok produk setiap pesanan. 2.3 Akuntansi Untuk Perhitungan Harga Pokok Pesanan Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, perhitungan harga pokok pesanan membebankan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke pesanan berdasarkan biaya sesungguhnya. Hal ini dikarenakan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung produk Besarnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri secara mudah dan akurat ke produk. Sebaliknya, biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Hal ini ditujukan agar pembebanan biaya overhead pabrik merata ke semua produk yang dihasilkan selama periode akuntansi Akuntansi untuk metode harga pokok pesanan akan dijelaskan selanjutnya. 2.3.1 Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku Langsung Departemen yang melakukan pembelian bahan baku langsung berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya. Untuk perusahaan tertentu, pembelian bahan baku dilakukan oleh Departemen Pembelian, sedangkan perusahaan lainnya dilakukan oleh Departemen Pengadaan atau Departemen Logistik. Dokumen yang digunakan untuk pembelian bahan baku ke pemasok adalah Surat Pesanan Pembelian (Purchase Order). Surat Pesanan Pembelian dikeluarkan berdasarkan Surat Permintaan Pembelian (Purchase Requisition) dari Departemen Gudang atau departemen lain yang membutuhkan barang. Selanjutnya, Surat Pesanan Pembelian digunakan sebagai acuan pencatatan pembelian bahan baku langsung. Contoh formulir Surat Pesanan Pembelian dapat dilihat dalam Gambar 7.4. Berdasarkan Surat Pesanan Pembelian, pembelian bahan baku langsung dicatat dengan menggunakan sistem perpetual sebagai berikut. Persediaan Bahan Baku Langsung Kas/Utang Dagang Rpxxx Rpxxx Berdasarkan Surat Pesanan Pembelian, pembelian bahan baku langsung dicatat dengan menggunakan sistem perpetual sebagai berikut. Persediaan Bahan Baku Langsung Rpxxx Kas/Utang Dagang Rpxxx Dokumen yang digunakan untuk pemakaian bahan baku disebut Surat Permintaan Bahan (Material Requisition). Setiap kali membutuhkan bahan baku. Departemen Produksi harus membuat Surat Permintaan Bahan yang disampaikan ke Departemen Gudang. Selanjutnya, Surat Permintaan Bahan digunakan sebagai dasar pencatatan pemakaian bahan baku langsung. Contoh formulir Surat Permintaan Bahan dapat dilihat dalam Gambar 7.5. Berdasarkan Surat Permintaan Bahan, pemakaian bahan baku langsung dicatat dengan ayat jurnal berikut. Persediaan Barang dalam Proses Persediaan Bahan Baku Langsung 2.3.2 Rpxxx Rpxxx Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja Langsung Pencatatan biaya tenaga kerja langsung menggunakan dasar dokumen yang disebut Kartu Jam Kerja (Job Time Ticket). Kartu Jam Kerja berisi informasi mengenai jumlah jam kerja dan biaya tenaga kerja untuk setiap pesanan. Penggunaan Kartu Jam Kerja ini akan memudahkan penelusuran biaya tenaga kerja langsung ke setiap pesanan. Contoh format Kartu Jam Kerja dapat dilihat dalam Gambar 7.6. Daftar pembayaran gaji dan upah dibuat berdasarkan Kartu Jam Kerja. Daftar pembayaran gaji dan upah berisi tunjangan, seperti tunjangan uang makan. tunjangan transportasi, dan potongan-potongan yang terkait dengan pembayaran gaji dan upah tersebut, seperti pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21), iuran Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dan potongan-potongan lainnya. Setelah daftar pembayaran gaji dan upah disetujui oleh manajer keuangan, utang gaji dan upah sudah dapat dicatat oleh Departemen Akuntansi. Ayat jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang terutang sebagai berikut. Biaya Gaji dan Upah Rpxxx Utang SPSI Rpxxx Utang PPh 21 Rpxxx Utang Gaji dan Upah Rpxxx Akun Utang Gaji dan Upah merupakan upah bersih yang akan dibayarkan kepada pekerja setelah dikurangi dengan potongan-potongan. Utang SPSI dan Ulang PPh 21 adalah utang yang akan dibayarkan ke SPSI dan kantor pajak. Berikut ini ayat jurnal untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung ke pesanan. Persediaan Barang dalam Proses Biaya Gaji dan Upah Rpxxx Rpxxx 2.3.3 Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka (predetermined rate), yakni dihitung berdasarkan unit driver, seperti Jam Kerja Langsung (JKL) atau Jam Mesin (JM). Informasi jumlah jam kerja langsung untuk setiap pesanan diperoleh dari Kartu Jam Kerja. Biaya overhead pabrik yang dibebankan (applied factory overhead cost) dihitung dengan mengalikan jumlah jam kerja langsung sesungguhnya atau jam mesin sesungguhnya dengan tarif biaya overhead pabrik. Berikut adalah ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik ke pesanan. Persediaan Barang dalam Proses Rpxxx Biaya Overhead Pabrik Rpxxx Selain itu, biaya overhead sesungguhnya yang terjadi juga dicatat ke dalam jurnal. Berikut ini ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead sesungguhnya. Biaya Overhead Pabrik Rpxxx Biaya Penyusutan-Mesin Rpxxx Biaya Asuransi-Pabrik Rpxxx Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rpxxx Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Rpxxx Lain-Lain Rpxxx Sering kali, biaya overhead yang dibebankan tidak sama dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Jika biaya overhead pabrik dibebankan lebih besar dari biaya overhead pabrik sesungguhnya, disebut dengan pembebanan biaya overhead pabrik yang terlalu tinggi (over-applied factory overhead cost) dan selisihnya merupakan selisih laba (favorable variance). Selisih Biaya Overheadlaba dicatat di kredit dan debitnya adalah Biaya Overhead Pabrik. Ayat jurnal untuk mencatat selisih menguntungkan sebagai berikut. Biaya Overhead Pabrik Selisih Rpxxx Biaya Overhead Pabrik Rpxxx Sebaliknya, jika biaya overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari biaya overhead pabrik sesungguhnya, ia disebut dengan pembebanan biaya overhead pabrik yang terlalu rendah (under-applied factory overhead cost) dan selisihnya merupakah selisih rugi (unfavorable variance). Selisih biaya overhead pabrik rugi dicatat di debit dan kreditnya adalah biaya overhead pabrik. Ayat jurnal untuk mencatat selisih rugi sebagai berikut. Selisih Biaya Overhead Pabrik Rpxxx Biaya Overhead Pabrik Rpxxx Setelah ayat jurnal selesai, Biaya Overhead Pabrik akan bersaldo nol. Selisih biaya overhead pabrik selanjutnya ditutup ke Harga Pokok Penjualan jika selisihnya tidak material (tidak signifikan) atau didistribusikan ke Persediaan Barang dalam Proses, Persediaan Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan jika selisihnya material (signifikan). Berikut merupakan ayat jurnal untuk menutup Selisih Biaya Overhead Pabrik-rugi jika selisihnya tidak material. Harga Pokok Penjualan Selisih Rpxxx Biaya Overhead Pabrik Rpxxx Berikut adalah ayat jurnal untuk menutup Selisih Biaya Overhead Pabriklaba ika selisihnya tidak material. Selisih Biaya Overhead Pabrik Harga Pokok Penjualan Rpxxx Rpxxx Setelah ayat jurnal selesai, Selisih Biaya Overhead Pabrik akan bersaldo nol. 2.3.4 Akuntansi untuk Barang Jadi Setelah pesanan selesai dikerjakan, kolom biaya bahan baku, blaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik di Kartu Harga Pokok Pesanan dijumlahkan dan dijurnal seperti berikut. Persediaan Barang Jadi Rpxxx Persediaan Barang dalam Proses 2.3.5 Rpxxx Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan Jika pesanan sudah selesai dan diserahkan ke pemesan, harga pokok produk jadi. berubah menjadi harga pokok penjualan. Berikut ini ayat jurnal untuk mencatat penyerahan pesanan kepada pemesan dengan menggunakan sistem perpetual. a. Kas/Piutang Dagang Rpxxx Penjualan Rpxxx b. Harga Pokok Penjualan Rpxxx Persediaan Barang Jadi Rpxxx Arus biaya produksi untuk metode harga pokok pesanan sama dengan yang dijelaskan di Bab 3. Hal ini dikarenakan pembebanan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan menggunakan normal costing. Arus biaya produksi untuk metode harga pokok pesanan tempat produk diolah melalui satu departemen produksi. 2.4 Contoh Soal 1. Di bawah ini adalah catatan PT Dinda, berkaitan dengan tiga pesanan yang masih dalam proses pada bulan November 2008 Biaya periode sebelumnya Pesanan BB-01 Pesanan BB-02 Pesanan BB-03 Rp 0 Rp256.000 Rp225.000 Pesanan BB-01 Pesanan BB-02 Pesanan BB-03 Biaya bulan November: Bahan Baku Langsung Rp204.000 Rp200.000 Rp173.500 Tenaga Kerja Langsung Rp.175.000 Rp.180.800 Rp151.900 98 jam 95 jam 86 jam Jam Mesin Aktual BOP dibebankan ke masing-masing pesanan berdasarkan jam mesin (JM), dengan tarif ditentukan dimuka sebesar Rp2.000,Diminta : Buatlah jurnal! a. Pemakaian Bahan Baku Langsung b. Pembebanan Tenaga Kerja Langsung c. BOP dibebankan d. Pesanan BB-02 dan pesanan BB-03 yang sudah selesai ditransfer ke gudang Penyelesaian : Pesanan Pesanan Pesanan BB-01 BB-02 BB-03 - 256.000 225.000 Bahan Baku Langsung 204.000 200.000 173.500 577.500 Tenaga Kerja Langsung 175.000 180.800 151.900 507.700 Jam Mesin Aktual 196.000 190.000 172.000 558.000 826.800 722.400 1.549.200 Keterangan Biaya periode sebelumnya Total Jurnal No a. Uraian Debit Pemakaian Bahan Baku Produk Dalam Proses (WIP – DM) Rp577.500 Bahan Baku (Materials) b. Rp577.500 Pembebanan tenaga kerja langsung Produk Dalam Proses (WIP – DL) Biaya Rp507.700 Gaji dan Upah (Payroll) c. Kredit Rp507.700 BOP dibebankan Produk Dalam Proses BOP Dibebankan (FOH) Rp558.000 Rp558.000 d. Pesanan selesai Produk Selesai (FG) Rp1.549.200 Produk Dalam Proses (WIP) Rp1.549.200 (Rp 826.000 + Rp722.400) 2. Transaksi-transaksi berikut merupakan transaksi yang dilakukan PT. Kenanga selama bulan Agustus tahun 2008: a. Pembelian bahan baku sebesar Rp12.400.000,- dengan pembayaran dilakukan secara tunai sebesar 70%, sisanya dilakukan secara kredit. b. Bukti permintaan bahan baku dari gudang yang akan digunakan untuk produksi, yaitu Rp6.700.000,- bahan baku langsung dan Rp925.000,- bahan baku tidak langsung. c. Biaya tenaga kerja sebesar Rp9.200.000,- dimana Rp8.460.000,- merupakan alokasi untuk biaya tenaga kerja langsung, dan sisa untuk biaya tenaga kerja tidak langsung. d. Biaya penyusutan mesin dan peralatan pabrik sebesar Rp860.000,- telah dicatat. e. Satu pesanan telah selesai, dimana biaya bahan baku langsung sebesar Rp560.000,- dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp420.000,- biaya ini telah dibebeankan sebelumnya, sedangkan Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan biaya kerja langsung dengan tarif 75%. Biaya overhead (asuransi) pabrik lain-lain, telah dikeluarkan sebesar Rp1.875.000,-. f. Pesanan yang dimaksud pada point 5 dikirim ke pemesan, dengan pembayaran tunai, harga jual ditetapkan 160% dari biaya produksi. Diminta : Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut Penyelesaian: No. a. Uraian Bahan Debit Kredit Rp12.400.000 Kas Rp8.680.000 Hutang dagang Rp3.720.000 b. Produksi Dalam Proses (WIP) Bahan Langsung Rp7.625.000 Bahan Tak Langsung – FOH Control Rp6.700.000 Material c. Gaji dan Upah Rp925.000 Rp9.200.000 Gaji dan Upah yang masih harus dibayar Produk dalam Proses (WIP) BOP Pengendali Rp9.200.000 Rp8.460.000 Rp740.000 Gaji dan Upah d. BOP Pengendali Rp9.200.000 Rp860.000 Biaya penyusutan peralatan pabrik e. Produk Dalam Proses (WIP) Rp860.000 Rp315.000 BOP dibebankan (75% x Rp 420.000 = Rp315.000 Rp 315.000 ) BOP Pengendali Rp1.875.000 Macam Kredit f. Kas Rp1.875.000 Rp2.072.000 Penjualan (160% x Rp 1.295.000 = Rp Rp2.072.000 2.072.000) Harga Pokok Penjualan Produk Selesai (Rp 560.000 + Rp 420.000 + (75% x Rp 420.000) = Rp 1.295.000) Rp1.295.000 Rp1.295.000 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Job order costing merupakan metode akuntansi biaya yang relevan dan bermanfaat dalam menghitung biaya produksi atau pengerjaan untuk setiap pesanan atau proyek yang unik. Metode ini memberikan manfaat dalam mengukur biaya secara akurat, memperoleh informasi yang lebih rinci tentang biaya produksi, dan memantau efisiensi penggunaan sumber daya dalam setiap pesanan atau proyek. Dalam penggunaan job order costing, perusahaan dapat melakukan analisis biaya yang lebih terperinci dan memantau keuntungan atau kerugian yang terkait dengan setiap pesanan. Dengan alokasi biaya langsung dan tidak langsung yang spesifik, perusahaan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada biaya tinggi atau rendah, serta mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Namun, metode job order costing juga memiliki keterbatasan, seperti memerlukan pencatatan yang lebih rinci dan pemantauan yang cermat. Perusahaan juga harus mempertimbangkan situasi di mana metode ini kurang cocok, seperti pada perusahaan dengan volume produksi besar dan seragam. Meskipun demikian, job order costing tetap relevan dalam konteks bisnis saat ini. Metode ini membantu perusahaan dalam mengelola biaya produksi secara efektif, menganalisis profitabilitas pesanan, dan membuat keputusan yang berdasarkan informasi biaya yang akurat. Untuk memaksimalkan manfaat dari job order costing, perusahaan perlu memastikan pencatatan yang akurat dan sistematis, serta mengembangkan proses pemantauan yang efisien. Pemahaman yang mendalam tentang job order costing juga penting bagi praktisi dan akademisi di bidang akuntansi biaya, agar mereka dapat mengaplikasikan metode ini dengan tepat dan mengambil keputusan yang berdasarkan informasi biaya yang akurat dan relevan. Dengan demikian, job order costing tetap menjadi salah satu metode yang penting dan bermanfaat dalam akuntansi biaya, terutama untuk perusahaan yang menghasilkan produk atau layanan yang bersifat unik dan terpisah. DAFTAR PUSTAKA Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.