Uploaded by Rizka Maghfira

JOB ORDER COSTING

advertisement
MAKALAH AKUNTANSI BIAYA
JOB ORDER COSTING
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya
Dosen Pengampu: A. Rizal Putra, SE, M.Si, Ak
Tugas Ini Dibuat dari Buku Riwayadi (Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan
Kontemporer, 2014)
Disusun Oleh:
Rizka Maghfira
2210536049
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1.
Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2.
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3.
Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1
Metode Perhitungan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) ....................... 6
2.2
Kartu Harga Pokok Pesanan ............................................................................................. 7
2.3
Akuntansi Untuk Perhitungan Harga Pokok Pesanan ...................................................... 8
2.3.1
Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku Langsung ........................................................ 9
2.3.2
Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja Langsung .................................................... 10
2.3.3
Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik ................................................................ 12
2.3.4
Akuntansi untuk Barang Jadi .................................................................................. 14
2.3.5
Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan ............................................................... 14
2.4
Contoh Soal .................................................................................................................... 14
BAB III ......................................................................................................................................... 18
PENUTUP..................................................................................................................................... 18
3.1.
Kesimpulan..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Job Order Costing” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Biaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana Job Order Costing bagi para pembaca dan penulis.
Sebagai penulis makalah ini, mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. Rizal Putra, SE,
M.Si, Ak, selaku dosen Mata Kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
maupun segi lainnya. Sehingga kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Dengan demikian, penulis mengharapkan semoga makalah dengan
judul “Job Order Costing” ini dapat diambil hikmah dan dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.
Padang,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Job order costing atau sistem perhitungan biaya pesanan adalah metode akuntansi
biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi atau pengerjaan untuk setiap
pesanan atau proyek yang unik dan terpisah. Metode ini umumnya diterapkan dalam
perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk khusus atau dalam perusahaan jasa
yang menyediakan layanan yang disesuaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Dalam sistem job order costing, setiap pesanan atau proyek diberikan nomor
identifikasi unik yang membedakannya dari pesanan lainnya. Biaya produksi, seperti bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik, diatribusikan ke setiap pesanan
berdasarkan penggunaannya yang spesifik. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk
melacak dan menghitung biaya yang terkait dengan setiap pesanan secara terperinci.
Dalam konteks bisnis yang kompleks dan dinamis saat ini, pemahaman tentang job
order costing tetap relevan. Metode ini membantu perusahaan dalam mengelola biaya
produksi secara efektif, menganalisis profitabilitas pesanan, dan membuat keputusan yang
berdasarkan informasi biaya yang akurat. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dan
pemahaman yang mendalam tentang job order costing dapat memberikan manfaat yang
signifikan bagi praktisi dan akademisi di bidang akuntansi biaya.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode perhitungan harga pokok pesanan (job order
costing method)?
2. Apa yang dimaksud dengan kartu harga pokok pesanan?
3. Apa saja akuntansi untuk perhitungan harga pokok pesanan?
4. Bagaimana contoh kasus dalam job order costing?
1.3.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode perhitungan harga pokok.
pesanan (job order costing method).
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kartu harga pokok pesanan.
3. Untuk mengetahui apa saja akuntansi untuk perhitungan harga pokok pesanan.
4. Untuk mengetahui contoh kasus dalam job order costing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Metode Perhitungan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method)
Biaya produksi, dalam metode harga pokok pesanan, dikumpulkan untuk setiap
pesanan (job). Kemudian, harga pokok produk dihitung untuk setiap pesanan. Metode ini
diterapkan di perusahaan yang memproduksi produk berdasarkan pesanan (customized
products) atau bersifat unik (unique products). "Bersifat unik" karena produk memiliki
spesifikasi khusus sehingga setiap batch produk yang dihasilkan selalu berbeda
(heterogen). Istilah "pesanan (job order)" mengacu pada pesanan kerja (job), bukan
pesanan pelanggan (customer order). Jadi, walaupun perusahaan tidak menerima pesanan
dari pelanggan, perusahaan tetap memproduksi barang dengan spesifikasi yang dirancang
sendiri. Selanjutnya, produk dipajang di showroom agar model-model produk tersebut
dapat dipilih dan dipesan oleh pelanggan. Hal ini biasanya dapat ditemui di perusahaan
pembuat perabot atau tukang jahit (tailor). Untuk perusahaan seperti ini, pengumpulan
biaya produksinya juga menggunakan metode harga pokok pesanan. Perusahaan
manufaktur yang menggunakan metode harga pokok pesanan di antaranya adalah
perusahaan pembuat perabot dan percetakan, sedangkan contoh perusahaan jasa di
antaranya adalah tukang jahit, kantor akuntan, pengacara, rumah sakit (jika objek biaya
yang dihitung adalah pasien) dan hotel (jika objek biaya yang dihitung adalah tamu hotel).
Tamu hotel digunakan sebagai objek biaya karena setiap tamu hotel mengonsumsi
sumber daya yang berbeda-beda. Ada tamu yang hanya menginap, tetapi ada juga tamu
yang menggunakan hampir semua fasilitas hotel yang disediakan, seperti laundry, food and
beverage, telepon, dan sport center.
Harga pokok produk, dalam metode harga pokok pesanan, dihitung setelah produk
selesai dibuat. Hal ini dilakukan karena setiap produk yang dibuat akan memerlukan
sumber daya yang berbeda sesuai dengan spesifikasi produk yang ingin dihasilkan. Karena
setiap produk memerlukan sumber daya yang berbeda, setiap produk akan memiliki harga
pokok dan harga jual yang berbeda.
Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke pesanan
berdasarkan biaya sesungguhnya. Hal ini dimungkinkan karena biaya bahan baku langsung
dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung yang dapat ditelusuri secara
mudah dan akurat untuk setiap pesanan. Biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka (predetermined rate) yang dihitung berdasarkan
anggaran. Hal ini dikarenakan biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung
produk. Sebagai biaya tidak langsung produk, biaya overhead pabrik tidak dapat ditelusuri
secara mudah dan akurat ke setiap pesanan. Contohnya, yaitu beban listrik. Besarnya beban
listrik yang dikonsumsi oleh setiap produk tidak mudah ditentukan karena beban listrik
dibayar pada awal bulan, sedangkan pesanan diselesaikan dalam waktu berbeda- beda,
tergantung spesifikasi produk yang dihasilkan. Pesanan untuk Produk A selesa dalam
waktu lima hari, pesanan Produk B selama dua puluh hari, atau mungkin ada pesanan lain
yang selesai satu hari. Dengan menggunakan tarif ditentukan di muka, diharapkan semua
biaya overhead pabrik dapat dibebankan secara merata ke semua pesanan yang dihasilkan.
Pembebanan biaya sesungguhnya untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
tarif yang ditentukan di muka untuk biaya overhead pabrik disebut perhitungan harga
pokok normal (normal costing)
Biaya produksi, dalam metode harga pokok pesanan, dikumpulkan dengan
menggunakan media yang disebut Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet).
Kartu Harga Pokok Pesanan ini juga berfungsi sebagai buku pembantu persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi.
2.2
Kartu Harga Pokok Pesanan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan biaya produksi dalam
metode perhitungan harga pokok pesanan menggunakan media yang disebut Kartu Harga
Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet). Kartu harga pokok pesanan ini juga berfungsi
sebagai buku pembantu persediaan barang jadi (finished goods inventory subsidiary
ledger) dan buku pembantu barang dalam proses (work in process inventory subsidiary
ledger). Daftar Persediaan Barang dalam Proses pada akhir periode akuntansi disusun
berdasarkan Kartu Harga Pokok Pesanan untuk pesanan yang belum selesai, sedangkan
Daftar Persediaan Barang Jadi disusun berdasarkan Kartu Harga Pokok Pesanan untuk
pesanan yang sudah selesai, tetap belum diserahkan kepada pelanggan.
Format Kartu Harga Pokok Pesanan berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan
lainnya. Format untuk Kantor Akuntan Publik akan berbeda dengan perusahaan perabot.
Salah satu perbedaan yang mencolok, yaitu tidak adanya biaya bahan baku untuk Kantor
Akuntan Publik, sedangkan untuk perusahaan perabot ada biaya bahan baku. Penamaannya
juga berbeda-beda. Di perusahaan perabot disebut Kartu Harga Pokok Pesanan, di Kantor
Akuntan Publik disebut Kartu Klien. di rumah sakit disebut Kartu Medis Pasien (Medical
Record). Meskipun namanya berbeda-beda, tetapi prinsipnya sama, yaitu digunakan untuk
mengumpulkan biaya agar memudahkan proses perhitungan biaya dari suatu objek biaya
(harga pokok per pesanan, biaya audit per klien, atau biaya perawatan per pasien). Contoh
format Kartu Harga Pokok Pesanan di perusahaan perabot dapat dilihat dalam Gambar 7.3.
Berdasarkan Gambar 7.3, bagian atas Kartu Harga Pokok Pesanan berisi nomor
pesanan, nama pelanggan, jumlah dipesan, nama produk, tanggal dipesan, tanggal
dikerjakan, dan tanggal selesai. Bagian berikutnya berisi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pesanan. Bagian bawah
berisi ikhtisar total biaya produksi dan biaya produksi per unit untuk pesanan tersebut.
Kartu harga pokok pesanan dibuat untuk setiap pesanan kerja (job order). Jadi, jika
ada 500 macam pesanan kerja, akan ada 500 kartu harga pokok pesanan. Kartu ini dibuat
memang untuk memudahkan dalam menghitung harga pokok produk setiap pesanan.
2.3
Akuntansi Untuk Perhitungan Harga Pokok Pesanan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, perhitungan harga pokok pesanan
membebankan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke pesanan
berdasarkan biaya sesungguhnya. Hal ini dikarenakan biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung produk Besarnya biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri secara mudah dan akurat ke
produk. Sebaliknya, biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka. Hal ini ditujukan agar pembebanan biaya overhead pabrik merata ke
semua produk yang dihasilkan selama periode akuntansi Akuntansi untuk metode harga
pokok pesanan akan dijelaskan selanjutnya.
2.3.1
Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku Langsung
Departemen yang melakukan pembelian bahan baku langsung berbeda
antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya. Untuk perusahaan tertentu,
pembelian bahan baku dilakukan oleh Departemen Pembelian, sedangkan
perusahaan lainnya dilakukan oleh Departemen Pengadaan atau Departemen
Logistik. Dokumen yang digunakan untuk pembelian bahan baku ke pemasok
adalah Surat Pesanan Pembelian (Purchase Order). Surat Pesanan Pembelian
dikeluarkan berdasarkan Surat Permintaan Pembelian (Purchase Requisition) dari
Departemen Gudang atau departemen lain yang membutuhkan barang. Selanjutnya,
Surat Pesanan Pembelian digunakan sebagai acuan pencatatan pembelian bahan
baku langsung. Contoh formulir Surat Pesanan Pembelian dapat dilihat dalam
Gambar 7.4.
Berdasarkan Surat Pesanan Pembelian, pembelian bahan baku langsung
dicatat dengan menggunakan sistem perpetual sebagai berikut.
Persediaan Bahan Baku Langsung
Kas/Utang Dagang
Rpxxx
Rpxxx
Berdasarkan Surat Pesanan Pembelian, pembelian bahan baku langsung
dicatat dengan menggunakan sistem perpetual sebagai berikut.
Persediaan Bahan Baku Langsung
Rpxxx
Kas/Utang Dagang
Rpxxx
Dokumen yang digunakan untuk pemakaian bahan baku disebut Surat
Permintaan Bahan (Material Requisition). Setiap kali membutuhkan bahan baku.
Departemen Produksi harus membuat Surat Permintaan Bahan yang disampaikan
ke Departemen Gudang. Selanjutnya, Surat Permintaan Bahan digunakan sebagai
dasar pencatatan pemakaian bahan baku langsung. Contoh formulir Surat
Permintaan Bahan dapat dilihat dalam Gambar 7.5. Berdasarkan Surat Permintaan
Bahan, pemakaian bahan baku langsung dicatat dengan ayat jurnal berikut.
Persediaan Barang dalam Proses
Persediaan Bahan Baku Langsung
2.3.2
Rpxxx
Rpxxx
Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pencatatan biaya tenaga kerja langsung menggunakan dasar dokumen yang
disebut Kartu Jam Kerja (Job Time Ticket). Kartu Jam Kerja berisi informasi
mengenai jumlah jam kerja dan biaya tenaga kerja untuk setiap pesanan.
Penggunaan Kartu Jam Kerja ini akan memudahkan penelusuran biaya tenaga kerja
langsung ke setiap pesanan. Contoh format Kartu Jam Kerja dapat dilihat dalam
Gambar 7.6.
Daftar pembayaran gaji dan upah dibuat berdasarkan Kartu Jam Kerja.
Daftar pembayaran gaji dan upah berisi tunjangan, seperti tunjangan uang makan.
tunjangan transportasi, dan potongan-potongan yang terkait dengan pembayaran
gaji dan upah tersebut, seperti pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21), iuran
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dan potongan-potongan lainnya. Setelah
daftar pembayaran gaji dan upah disetujui oleh manajer keuangan, utang gaji dan
upah sudah dapat dicatat oleh Departemen Akuntansi. Ayat jurnal untuk mencatat
gaji dan upah yang terutang sebagai berikut.
Biaya Gaji dan Upah
Rpxxx
Utang SPSI
Rpxxx
Utang PPh 21
Rpxxx
Utang Gaji dan Upah
Rpxxx
Akun Utang Gaji dan Upah merupakan upah bersih yang akan dibayarkan
kepada pekerja setelah dikurangi dengan potongan-potongan. Utang SPSI dan
Ulang PPh 21 adalah utang yang akan dibayarkan ke SPSI dan kantor pajak. Berikut
ini ayat jurnal untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung ke pesanan.
Persediaan Barang dalam Proses
Biaya Gaji dan Upah
Rpxxx
Rpxxx
2.3.3
Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dibebankan ke pesanan dengan menggunakan tarif
yang ditentukan di muka (predetermined rate), yakni dihitung berdasarkan unit
driver, seperti Jam Kerja Langsung (JKL) atau Jam Mesin (JM). Informasi jumlah
jam kerja langsung untuk setiap pesanan diperoleh dari Kartu Jam Kerja. Biaya
overhead pabrik yang dibebankan (applied factory overhead cost) dihitung dengan
mengalikan jumlah jam kerja langsung sesungguhnya atau jam mesin
sesungguhnya dengan tarif biaya overhead pabrik. Berikut adalah ayat jurnal untuk
mencatat pembebanan biaya overhead pabrik ke pesanan.
Persediaan Barang dalam Proses
Rpxxx
Biaya Overhead Pabrik
Rpxxx
Selain itu, biaya overhead sesungguhnya yang terjadi juga dicatat ke dalam
jurnal. Berikut ini ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik
Rpxxx
Biaya Penyusutan-Mesin
Rpxxx
Biaya Asuransi-Pabrik
Rpxxx
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rpxxx
Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
Rpxxx
Lain-Lain
Rpxxx
Sering kali, biaya overhead yang dibebankan tidak sama dengan biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Jika biaya overhead pabrik dibebankan lebih besar
dari biaya overhead pabrik sesungguhnya, disebut dengan pembebanan biaya
overhead pabrik yang terlalu tinggi (over-applied factory overhead cost) dan
selisihnya merupakan selisih laba (favorable variance). Selisih Biaya Overheadlaba dicatat di kredit dan debitnya adalah Biaya Overhead Pabrik. Ayat jurnal untuk
mencatat selisih menguntungkan sebagai berikut.
Biaya Overhead Pabrik Selisih
Rpxxx
Biaya Overhead Pabrik
Rpxxx
Sebaliknya, jika biaya overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari biaya
overhead pabrik sesungguhnya, ia disebut dengan pembebanan biaya overhead
pabrik yang terlalu rendah (under-applied factory overhead cost) dan selisihnya
merupakah selisih rugi (unfavorable variance). Selisih biaya overhead pabrik rugi
dicatat di debit dan kreditnya adalah biaya overhead pabrik. Ayat jurnal untuk
mencatat selisih rugi sebagai berikut.
Selisih Biaya Overhead Pabrik
Rpxxx
Biaya Overhead Pabrik
Rpxxx
Setelah ayat jurnal selesai, Biaya Overhead Pabrik akan bersaldo nol.
Selisih biaya overhead pabrik selanjutnya ditutup ke Harga Pokok Penjualan jika
selisihnya tidak material (tidak signifikan) atau didistribusikan ke Persediaan
Barang dalam Proses, Persediaan Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan jika
selisihnya material (signifikan). Berikut merupakan ayat jurnal untuk menutup
Selisih Biaya Overhead Pabrik-rugi jika selisihnya tidak material.
Harga Pokok Penjualan Selisih
Rpxxx
Biaya Overhead Pabrik
Rpxxx
Berikut adalah ayat jurnal untuk menutup Selisih Biaya Overhead Pabriklaba ika selisihnya tidak material.
Selisih Biaya Overhead Pabrik
Harga Pokok Penjualan
Rpxxx
Rpxxx
Setelah ayat jurnal selesai, Selisih Biaya Overhead Pabrik akan bersaldo
nol.
2.3.4
Akuntansi untuk Barang Jadi
Setelah pesanan selesai dikerjakan, kolom biaya bahan baku, blaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik di Kartu Harga Pokok Pesanan
dijumlahkan dan dijurnal seperti berikut.
Persediaan Barang Jadi
Rpxxx
Persediaan Barang dalam Proses
2.3.5
Rpxxx
Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan
Jika pesanan sudah selesai dan diserahkan ke pemesan, harga pokok produk
jadi. berubah menjadi harga pokok penjualan. Berikut ini ayat jurnal untuk
mencatat penyerahan pesanan kepada pemesan dengan menggunakan sistem
perpetual.
a. Kas/Piutang Dagang
Rpxxx
Penjualan
Rpxxx
b. Harga Pokok Penjualan
Rpxxx
Persediaan Barang Jadi
Rpxxx
Arus biaya produksi untuk metode harga pokok pesanan sama dengan yang
dijelaskan di Bab 3. Hal ini dikarenakan pembebanan biaya produksi dalam metode
harga pokok pesanan menggunakan normal costing. Arus biaya produksi untuk
metode harga pokok pesanan tempat produk diolah melalui satu departemen
produksi.
2.4
Contoh Soal
1. Di bawah ini adalah catatan PT Dinda, berkaitan dengan tiga pesanan yang
masih dalam proses pada bulan November 2008
Biaya periode sebelumnya
Pesanan BB-01
Pesanan BB-02
Pesanan BB-03
Rp 0
Rp256.000
Rp225.000
Pesanan BB-01
Pesanan BB-02
Pesanan BB-03
Biaya bulan November:
Bahan Baku Langsung
Rp204.000
Rp200.000
Rp173.500
Tenaga Kerja Langsung
Rp.175.000
Rp.180.800
Rp151.900
98 jam
95 jam
86 jam
Jam Mesin Aktual
BOP dibebankan ke masing-masing pesanan berdasarkan jam mesin (JM), dengan
tarif ditentukan dimuka sebesar Rp2.000,Diminta : Buatlah jurnal!
a. Pemakaian Bahan Baku Langsung
b. Pembebanan Tenaga Kerja Langsung
c. BOP dibebankan
d. Pesanan BB-02 dan pesanan BB-03 yang sudah selesai ditransfer ke gudang
Penyelesaian :
Pesanan
Pesanan
Pesanan
BB-01
BB-02
BB-03
-
256.000
225.000
Bahan Baku Langsung
204.000
200.000
173.500
577.500
Tenaga Kerja Langsung
175.000
180.800
151.900
507.700
Jam Mesin Aktual
196.000
190.000
172.000
558.000
826.800
722.400
1.549.200
Keterangan
Biaya periode sebelumnya
Total
Jurnal
No
a.
Uraian
Debit
Pemakaian Bahan Baku
Produk Dalam Proses (WIP – DM)
Rp577.500
Bahan Baku (Materials)
b.
Rp577.500
Pembebanan tenaga kerja langsung
Produk Dalam Proses (WIP – DL) Biaya
Rp507.700
Gaji dan Upah (Payroll)
c.
Kredit
Rp507.700
BOP dibebankan
Produk Dalam Proses
BOP Dibebankan (FOH)
Rp558.000
Rp558.000
d.
Pesanan selesai
Produk Selesai (FG)
Rp1.549.200
Produk Dalam Proses (WIP)
Rp1.549.200
(Rp 826.000 + Rp722.400)
2. Transaksi-transaksi berikut merupakan transaksi yang dilakukan PT. Kenanga selama
bulan Agustus tahun 2008:
a.
Pembelian bahan baku sebesar Rp12.400.000,- dengan pembayaran dilakukan
secara tunai sebesar 70%, sisanya dilakukan secara kredit.
b.
Bukti permintaan bahan baku dari gudang yang akan digunakan untuk produksi,
yaitu Rp6.700.000,- bahan baku langsung dan Rp925.000,- bahan baku tidak
langsung.
c.
Biaya tenaga kerja sebesar Rp9.200.000,- dimana Rp8.460.000,- merupakan
alokasi untuk biaya tenaga kerja langsung, dan sisa untuk biaya tenaga kerja tidak
langsung.
d.
Biaya penyusutan mesin dan peralatan pabrik sebesar Rp860.000,- telah dicatat.
e.
Satu pesanan telah selesai, dimana biaya bahan baku langsung sebesar
Rp560.000,- dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp420.000,- biaya ini telah
dibebeankan sebelumnya, sedangkan Biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan biaya kerja langsung dengan tarif 75%. Biaya overhead (asuransi)
pabrik lain-lain, telah dikeluarkan sebesar Rp1.875.000,-.
f.
Pesanan yang dimaksud pada point 5 dikirim ke pemesan, dengan pembayaran
tunai, harga jual ditetapkan 160% dari biaya produksi.
Diminta :
Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut
Penyelesaian:
No.
a.
Uraian
Bahan
Debit
Kredit
Rp12.400.000
Kas
Rp8.680.000
Hutang dagang
Rp3.720.000
b.
Produksi Dalam Proses (WIP) Bahan Langsung
Rp7.625.000
Bahan Tak Langsung – FOH Control
Rp6.700.000
Material
c.
Gaji dan Upah
Rp925.000
Rp9.200.000
Gaji dan Upah yang masih harus dibayar
Produk dalam Proses (WIP)
BOP Pengendali
Rp9.200.000
Rp8.460.000
Rp740.000
Gaji dan Upah
d.
BOP Pengendali
Rp9.200.000
Rp860.000
Biaya penyusutan peralatan pabrik
e.
Produk Dalam Proses (WIP)
Rp860.000
Rp315.000
BOP dibebankan (75% x Rp 420.000 =
Rp315.000
Rp 315.000 )
BOP Pengendali
Rp1.875.000
Macam Kredit
f.
Kas
Rp1.875.000
Rp2.072.000
Penjualan (160% x Rp 1.295.000 = Rp
Rp2.072.000
2.072.000)
Harga Pokok Penjualan
Produk Selesai
(Rp 560.000 + Rp 420.000 + (75% x Rp
420.000)
= Rp 1.295.000)
Rp1.295.000
Rp1.295.000
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Job order costing merupakan metode akuntansi biaya yang relevan dan bermanfaat
dalam menghitung biaya produksi atau pengerjaan untuk setiap pesanan atau proyek yang
unik. Metode ini memberikan manfaat dalam mengukur biaya secara akurat, memperoleh
informasi yang lebih rinci tentang biaya produksi, dan memantau efisiensi penggunaan
sumber daya dalam setiap pesanan atau proyek.
Dalam penggunaan job order costing, perusahaan dapat melakukan analisis biaya
yang lebih terperinci dan memantau keuntungan atau kerugian yang terkait dengan setiap
pesanan. Dengan alokasi biaya langsung dan tidak langsung yang spesifik, perusahaan
dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada biaya tinggi atau rendah,
serta mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Namun, metode job order costing juga memiliki keterbatasan, seperti memerlukan
pencatatan yang lebih rinci dan pemantauan yang cermat. Perusahaan juga harus
mempertimbangkan situasi di mana metode ini kurang cocok, seperti pada perusahaan
dengan volume produksi besar dan seragam.
Meskipun demikian, job order costing tetap relevan dalam konteks bisnis saat ini.
Metode ini membantu perusahaan dalam mengelola biaya produksi secara efektif,
menganalisis profitabilitas pesanan, dan membuat keputusan yang berdasarkan informasi
biaya yang akurat.
Untuk memaksimalkan manfaat dari job order costing, perusahaan perlu
memastikan pencatatan yang akurat dan sistematis, serta mengembangkan proses
pemantauan yang efisien. Pemahaman yang mendalam tentang job order costing juga
penting bagi praktisi dan akademisi di bidang akuntansi biaya, agar mereka dapat
mengaplikasikan metode ini dengan tepat dan mengambil keputusan yang berdasarkan
informasi biaya yang akurat dan relevan.
Dengan demikian, job order costing tetap menjadi salah satu metode yang penting
dan bermanfaat dalam akuntansi biaya, terutama untuk perusahaan yang menghasilkan
produk atau layanan yang bersifat unik dan terpisah.
DAFTAR PUSTAKA
Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan Kontemporer. Jakarta: Salemba
Empat.
Download