Uploaded by Mahdi Al Achyar Endriko

Laporan Tetap Morfologi Sel Mahdi Al Achyar Endriko 03031182126019 A IDL

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BIOPROSES
Morfologi Sel
Nama
: Mahdi Al Achyar Endriko
No. Induk Mahasiswa
: 03031182126019
LABORATORIUM TEKNIK REAKSI KIMIA,
KATALISIS & BIOPROSES
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
LABORATORIUM TEKNIK REAKSI KIMIA,
KATALISIS, DAN BIOPROSES
NILAI :
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LAPORAN TEKNOLOGI BIOPROSES
PERCOBAAN : MORFOLOGI SEL
Nama
: Mahdi Al Achyar Endriko
No. Induk Mahasiswa
: 03031182126019
Fakultas/Jurusan
: Teknik/Teknik Kimia
Shift/Kelompok
: Kamis (13.00-16.00) WIB/I
Tanggal Praktikum
: Rabu, 6 September 2023
Tanggal Penyerahan
: Kamis, 14 September 2023
Asisten :
1. Dito Bayu Aji
6. Cinthya Putri A
2. Nadila Septiani
7. Yollanda Putri Viani
3. Astri Ridha Zahrani
8. Salsa Indah Violeta
4. Kurnilah Azzahra
9. Nadia Amelia
5. Afif Irfandi
10. Sania Febrianty Pratiwi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ilmu biologi sangat melibatkan ilmu-ilmu yang pada umumnya terkait
kepada hal-hal mengenai pemeriksaan makhluk hidup dan kehidupan. Lingkup
Hidup dasar dari ilmu biologi memiliki berbagai aspek yang dipelajari, seperti
struktur organisme, perkembangan organisme, anatomi, dan aplikasi pengetahuan
biologi. Objek biologi yang dipelajari berkisar dari yang terkecil hingga yang
terbesar. Organisasi kehidupan ada begitu banyak tingkatan nya. Mencakup tingkat
molekul, sel, pembentukan jaringan, organ, sistem pada organ, individu, populasi,
komunitas, ekosistem, bioma, hingga pada biosfera. Cabang ilmu biologi yang
memfokuskan pada kajian tentang sel dikenal sebagai Biologi Sel. Sel dapat diamati
sebagai komponen terkecil yang membentuk makhluk hidup. Sel-sel ini memiliki
karakteristik struktural dan fungsi yang istimewa, serta terdiri dari beragam elemen,
sehingga sering diinterpretasikan sebagai organisme yang eksis secara mandiri.
Sedangkan jika makhluk hidup terdiri dari banyak sel, maka disebut
sebagai organisme multiseluler, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan.
Perkembangan teknologi dimana ditemukannya alat bantu bernama mikroskop
sangat membantu dalam upaya mengembangkan riset dan penelitian mengenai
makhluk hidup yang berukuran mikroskopis. Mikroskop memungkinkan ilmuwan
untuk mengamati sel-sel dan struktur internalnya dengan detail yang sangat tinggi,
bahkan hingga tingkat organisme molekuler. Bantuan mikroskop membuat
penelitian mikrobiologi dapat mengungkap rincian penting tentang sel, seperti
organel-organel yang ada di dalamnya, peran masing-masing komponen sel, serta
interaksi yang terjadi di dalam sel. Mikroskop membantu kita menjelajahi dunia
mikroskopis yang tersembunyi di dalam organisme. Tujuan dari percobaan
praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan
pembelajaran tentang berbagai fenomena yang terjadi di dalam dunia mikroskopis.
Praktikum ini juga memberikan manfaat terkait pemahaman yang lebih mendalam
dengan tumbuhan, termasuk variasi-variasi tanaman yang menjadi bahan makanan
kita yang dapat ditemukan di ekosistem sekitar lingkungan kita sehari-hari.
1
2
1.2.
1).
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh suhu pada proses pertumbuhan sel mikroorganisme
pada roti yang masih segar?
2).
Bagaimana struktur organel sel pada kentang yang masih segar?
3).
Bagaimana pengaruh penggunaan metilen biru dalam visualisasi objek?
1.3.
Tujuan Percobaan
1).
Mengetahui pengaruh suhu terhadap proses pertumbuhan sel.
2).
Mengetahui bagaimana bentuk struktur organel-organel sel dari kentang.
3).
Mengetahui bagaimana metilen biru berdampak pada visualisasi objek
pengamatan.
1.4.
1).
Manfaat Percobaan
Bagi praktikan, hal ini dapat membantu mereka dalam menentukan
komposisi pewarnaan yang optimal saat melakukan proses identifikasi sel
mikroorganisme.
2).
Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai panduan untuk penelitian
berikutnya, baik yang memiliki judul yang serupa maupun berbeda.
3).
Bagi masyarakat, penting untuk memiliki pengetahuan mendasar
mengenai pertumbuhan mikroba pada bahan makanan.
1.5.
1).
Hipotesis
1 dari 8 sampel roti yang ditemui peneliti terbukti terkontaminasi jamur
jenis Aspergillus sp. Hal ini dikarenakan pedagang menyimpan roti pada
suhu ruangan (Sulastina, 2020).
2).
Kentang memiliki struktur dinding sel yang lebih tebal dan memiliki
kandungan material selulosa yang lebih rapat (Huda, 2023).
3).
Sifat kationik methylene blue yang berinteraksi dengan komponen bakteri
bermuatan negatif yang akan mewarnai bakteri (Niswah dkk, 2022).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Etimologi Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan
Banyak terminologi dalam bidang ilmu morfologi yang istilahnya
digunakan sebagai ciri khas atau indikator utama dari suatu Divisi, Klasifikasi,
Ordo, Famili, Genus, atau Spesies tumbuhan (Herliani, 2020). Perlu dipahami
bahwa sebelum mempelajari sesuatu hal, kita perlu memahami dengan benar
bagaimana pandangan sejati dari ilmu pengetahuan tersebut. Morfologi secara garis
besar mempelajari tentang bagaimana struktur tubuh dari makhluk hidup. Struktur
tubuh yang dimaksud mulai dari bagian-bagian sel dan dapat juga termasuk
bagaimana masing-masing dari organel sel tersebut bekerja memainkan perannya.
Struktur tubuh adalah suatu konsep penting yang mencakup hierarki yang
rumit dan sangat terorganisir, dimulai dari tingkat paling dasar, yaitu sel, hingga
mencapai tingkat yang lebih besar seperti organisme yang kompleks. Struktur tubuh
merujuk pada organisasi fisik yang membentuk segala hal tentang makhluk hidup,
dan ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana setiap
komponen berperan dalam menjaga fungsi keseluruhan. Mitokondria sebagai salah
satu contoh dari organel sel bekerja memainkan perannya sebagai tempat dimana
terjadinya metabolisme tubuh sel. Seluruh sel terdiri dari bahan kimia yang identik,
meskipun ada variasi dalam komposisinya, bentuk morfologi, ukuran, dan proses
metabolismenya. Dalam dunia biologi, kita mengklasifikasikan sel ke dalam dua
kategori utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik memiliki
ciri khas bentuk yang sederhana, seperti yang dapat ditemukan pada bakteri yang
sering mengambil bentuk bulat, batang, atau bahkan berbentuk spiral.
Sel prokariotik yang kita pelajari juga dikenal sebagai salah satu jenis sel
yang tidak memiliki inti sel yang terpisah oleh membran. Sel dapat diamati sebagai
komponen terkecil yang membentuk makhluk hidup. Sel ini juga memiliki struktur
dan fungsi yang unik, dan terdiri dari berbagai elemen, sehingga sering dianggap
sebagai organisme yang independen (Susilowati, 2019). Penjelasan tersebut berarti
bahwa material genetik dari sel tersebut terletak di dalam sitoplasma. Sel eukariotik
berperan sebaliknya, dimana sel eukariotik mencakup sel-sel hewan, tumbuhan, dan
fungi, memiliki inti sel yang terlindungi oleh membran inti. Perbedaan struktur
3
4
ribosom antara sel prokariotik dan eukariotik menjadi salah satu ciri khas yang
mencerminkan keanekaragaman kehidupan di Bumi. Hal ini menunjukkan adaptasi
organisme terhadap lingkungan mereka. Meskipun seluruh makhluk hidup
menggunakan ribosom untuk sintesis protein, masih terdapat variasi struktural dari
morfologi sel yang mencerminkan perbedaan dalam kompleksitas dan fungsi sel.
Kehadiran prokariotik yang lebih sederhana dan eukariotik yang lebih
kompleks memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang evolusi biologi.
Proses evolusi memberikan manfaat penting bagi makhluk hidup karena evolusi
menjelaskan asal usul kehidupan saat ini, yang sebenarnya berasal dari perubahan
dan perkembangan melalui generasi-generasi sebelumnya (Kerans, 2022).Dalam
perbedaan ini terletak keajaiban keragaman makhluk hidup di planet ini. Fisiologi
dari suatu tumbuhan tentu berhubungan erat dengan bagaimana jenis morfologi dari
sel tumbuhan. Setiap jenis dari makhluk hidup yang ada, dari yang ukurannya
paling kecil hingga yang berukuran besar memilki fisiologi tubuh yang berbeda.
Fisiologi memiliki penerapan yang luas di berbagai ranah penelitian, termasuk
dalam studi biomolekul hingga sistem organ, serta keseluruhan organisme yang
mengatur dan menjalankan fungsi fisik dan kimianya (Handoko dan Rizki, 2020).
2.2.
Perbedaan Morfologi dan Anatomi
Kita telah mempelajari bahwa terdapat dua istilah penting yang perlu kita
pahami mengenai ilmu tentang struktural sel dari makhluk hidup, yaitu bagaimana
morfologi dan fisiologi dari sel. Kita sudah memahami bahwa betapa besarnya
pengaruh dari morfologi dan fisiologi dari sel memainkan perannya masing-masing
terhadap keberlangsungan hidup dari suatu makhluk hidup. Anatomi muncul
sebagai istilah yang menunjang pembelajaran mengenai ilmu terkait struktural
suatu makhluk hidup. Anatomi sel tumbuhan menjadi sebuah bidang studi yang
mengungkap rahasia struktur dan komponen dasar sel dalam organisme tumbuhan.
Sebagai dasar dari pemahaman kita tentang tumbuhan dan bagaimana mereka
berfungsi, anatomi sel tumbuhan memainkan peran kunci dalam ilmu biologi.
Kita perlu menggali lebih dalam ke dalam dunia kecil ini yang
tersembunyi di balik keragaman tumbuhan yang kita lihat di sekitar kita setiap hari.
Pengetahuan mengenai anatomi sel juga membantu menjelaskan bagaimana sel-sel
tumbuhan dan hewan pada suatu ekosistem dibangun. Cakupan dari pembelajaran
5
anatomi mengenai sel tumbuhan begitu luas. Anatomi juga mencakup mempelajari
tentang fungsi utama mereka, serta serta bagaimana hal tersebut memengaruhi
pertumbuhan, adaptasi, dan proses penting seperti fotosintesis pada tumbuhan.
Pemahaman mengenai anatomi struktur tumbuhan dapat memberikan wawasan
yang lebih dalam tentang bagaimana kehidupan tumbuhan berkembang. Termasuk
bagaimana cara mereka berinteraksi dalam ekosistem, serta relevansinya dalam
konteks pertanian, ilmu tanaman, dan berbagai aspek lain dari ilmu biologi.
Morfologi dan anatomi tumbuhan menurut Farm Africa (dalam Widiya
dkk, 2019) merupakan dua cabang ilmu yang fokus kajiannya tidak sama namun
saling dibutuhkan satu sama lain. Bidang ilmu yang mengkaji tampilan serta
struktur luar dari tumbuhan disebut Morfologi Tumbuhan, sementara Anatomi
Tumbuhan fokus pada komponen dalamnya. Morfologi tanaman mempelajari
karakteristik fisik dan kerangka tubuh tanaman. Istilah "morfologi” sendiri berasal
dari kata Latin "morphus", yang berarti wujud atau bentuk. Dunia penelitian
menjelaskan bahwa morfologi sangat berperan dalam klasifikasi tumbuhan, karena
bentuk fisiknya dapat digunakan sebagai indikator visual yang signifikan untuk
mengidentifikasi berbagai jenis tanaman. Kedua ilmu tersebut memberikan kita
kemudahan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan keberagaman jenis
makhluk hidup yang ada dalam suatu ekosistem dengan lebih mudah.
Kemiripan karakteristik morfologi dari tanaman menjadi kunci dalam
upaya untuk mengidentifikasi berbagai spesies tanaman. Pengamatan atas
kesamaan bentuk dan ciri-ciri fisik antara berbagai spesies tanaman membantu para
peneliti membedakan satu spesies dari yang lain. Perlu diperhatikan bahwa tidak
hanya perbedaan antara spesies yang perlu diperhitungkan, tetapi juga variasi dalam
ukuran dan bentuk daun dalam satu jenis tumbuhan yang sama. Hal ini penting
karena bentuk morfologi tanaman yang masih dalam tahap pertumbuhan muda
cenderung berbeda secara mencolok dari tanaman dewasa. Pengamatan teliti
terhadap perubahan morfologi ini memainkan peran krusial dalam proses
identifikasi yang akurat, sekaligus memberikan wawasan tentang perkembangan
tanaman dalam suatu spesies. Morfologi suatu tumbuhan berbeda selama masa
pertumbuhan organisme tersebut. Biji memiliki kandungan karbohidrat, protein,
dan mineral yang sebanding dengan tepung beras dan terigu (Qibtiyah dkk, 2023).
6
Seluruh organ memainkan perannya masing-masing sebagai satu kesatuan
dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup. Organ yang memainkan peran
sangat penting pada tanaman salah satunya adalah stomata. Stomata merupakan
struktur mikroskopis yang terdapat pada permukaan daun, batang, dan dalam
beberapa kesempatan terdapat juga pada bagian lain tumbuhan. Fungsinya sangat
vital, karena stomata memungkinkan tumbuhan untuk melakukan pertukaran gas
yang esensial dalam proses fotosintesis dan pernapasan. Stomata mengizinkan
tumbuhan untuk menyerap karbon dioksida dari udara, yang kemudian digunakan
dalam fotosintesis untuk menghasilkan glukosa dan oksigen. Stomata juga
memungkinkan tumbuhan untuk mengatur penguapan air melalui proses transpirasi
yang terjadi pada permukaan bagian tubuh tanaman. Kemampuan untuk membuka
dan menutup secara terkontrol menjadikan stomata sebagai sebuah mekanisme
penting dalam keseimbangan antara penyerapan karbon dioksida dan pelepasan air.
Fungsi tersebut memastikan kelangsungan hidup dari suatu tumbuhan dan
pertumbuhan tumbuhan di berbagai kondisi lingkungan yang bervariasi.
Contoh lain yang dapat kita amati dalam mempelajari konsep morfologi
sel tumbuhan adalah tumbuhan paku (Pteridhophyta). Hal ini memungkinkan
berbagai varietas dari tumbuhan paku hidup di alam sehingga dapat dianggap
sebagai gulma atau hama bagi pertanian seperti tumbuhan paku P. caudatum (Egra
dkk, 2019). Keberagaman spesies yang telah teridentifikasi mengartikan bahwa
morfologi dan anatomi sel dari suatu jenis tumbuhan dapat berbeda-beda tergantung
dari banyak macam hal. Beberapa kasus membuktikan bahwa jenis-jenis morfologi
tumbuhan yang baru ditemukan merupakan evolusi atau pengembangan dari jenis
morfologi induk atu spesies tumbuhan yang sejenis sebelumnya.
2.3.
Faktor yang Mempengaruhi terhadap Bentuk Sel
Sel, unit dasar kehidupan, merupakan komponen fundamental dalam
semua organisme. Mereka merupakan struktur mikroskopis yang membentuk dasar
untuk berbagai fungsi biologis. Sel memiliki berbagai bagian, termasuk inti yang
mengandung materi genetik dalam bentuk DNA, serta sitoplasma yang berisi
berbagai organel seperti mitokondria, ribosom, dan badan Golgi. Embrio menjadi
tempat yang di dalamnya sel-sel mengalami spesialisasi fungsi dan mengarah
kepada proses pembentukan bentuk sel yang beragam (Kurniati, 2020).
7
Keberagaman bentuk dan fungsi sel ini menciptakan tingkat kompleksitas yang luar
biasa dalam dunia biologi. Berbagai faktor lainnya seperti spesies, lingkungan, dan
adaptasi juga memainkan peran penting dalam membentuk keberagaman sel pada
berbagai organisme. Morfologi sel bakteri mencerminkan identitas spesiesnya,
namun dapat berubah sesuai dengan kondisi pertumbuhan yang sedang dialami.
Ada variasi bentuk sel bakteri bergantung pada lingkungan. Beberapa bakteri juga
memiliki siklus hidup yang rumit, dengan tahapan-tahapan pertumbuhan yang
melibatkan perubahan bentuk sel, seperti pembelahan dan pembentukan spora.
Pertumbuhan pada media varietas ubi jalar putih berbentuk bulat,
berukuran 0,1 cm, berwarna putih susu, memiliki permukaan halus, dan memiliki
elevasi cembung (Juariah, 2021). Sistem kerja pada mikroskop cahaya dapat
mengungkapkan beragam bentuk sel bakteri, termasuk kokus (bulat), basil (batang),
dan spiral. Sel-sel berbentuk batang biasanya memiliki variasi yang signifikan,
mulai dari yang pendek hingga yang panjang, dengan beberapa yang bahkan
melebihi beberapa kali diameter selnya. Faktor pH (konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan) adalah salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi pertumbuhan sel.
Kebanyakan organisme memiliki rentang pH optimal di mana mereka tumbuh dan
berkembang dengan baik. Rentang ini disebut sebagai pH optimum pertumbuhan.
Penting untuk memperhatikan perubahan pH yang signifikan dari kondisi optimal
dapat menghambat pertumbuhan sel atau bahkan menyebabkan kematian sel.
Bakteri asam laktat yang digunakan dalam fermentasi makanan seperti
yoghurt mendominasi pada pH yang lebih rendah (asam), sementara beberapa
organisme alkaliofilik tumbuh pada pH yang tinggi (basa). Pengendalian pH sangat
dalam budidaya mikroorganisme dalam berbagai aplikasi bioteknologi dan
fermentasi. Dengan melakukan proses streaking, terbentuk koloni bakteri yang
seragam, dengan mayoritas memiliki bentuk bulat dan warna putih susu (Hamidah
dkk, 2019). Sebagian besar klasifikasi dari sel yang berjenis prokariotik memiliki
morfologi dengan bentuk seperti selubung yang melapisi pada membran selnya.
Faktor ini tentu berdampak pada bentuk sel bakteri bukan hanya indikator
karakteristik spesies, tetapi juga respons terhadap faktor-faktor lingkungan dan
tahap siklus hidup bakteri yang kompleks. Lingkungan sekitar sangat memiliki
pengaruh yang besar terhadap siklus pertumbuhan mikrooganisme.
8
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan adalah sekitar 25-27°C dengan
fluktuasi suhu yang moderat (Farhanandi dan Indah, 2022). Dinding sel merupakan
ciri khas penting yang hanya dimiliki oleh sel prokariotik yang membantu
melindungi sel dan memberikan dukungan struktural. Peptidoglikan memberikan
kekuatan dan kestabilan dari interaksi dengan segala sesuatu dari luar terhadap sel
prokariotik, serta memainkan peran penting dalam fungsinya dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Organel sel lain pada tumbuhan seperti vakuola berfungsi
sebagai tempat penyimpanan air dalam sel, dan juga berperan dalam pengaturan
zat-zat dalam sel, serta menjaga tekanan turgor yang ada di dalam sel.
Gambar 2.1 Bagian-bagian sel pada tumbuhan
(Sumber: Kamus visual, 2004 : 94)
Gambar diatas menjelaskan tentang bagaimana visualisasi dari struktur
sel pada tanaman. Terlihat pada gambar bahwa sel tanaman memiliki nukleolus
yang mana merupakan inti dari suatu sel. Nukleus adalah struktur yang memiliki
ukuran yang cukup besar dan dapat berbentuk bulat, oval, atau tidak teratur, serta
dikelilingi oleh materi sitoplasma sel (Suwarno, 2009). Bagian yang lebih dalam
pada Nukleus disebut nukleolus, adalah struktur yang terdapat di dalam inti sel,
baik itu sel tanaman maupun sel hewan. Organel ini adalah bagian dari inti sel yang
terkait dengan produksi ribosom, yang merupakan tempat sintesis protein dalam sel.
Nukleolus biasanya terlihat sebagai satu atau beberapa bintik kecil di dalam inti sel.
Fungsi utama nukleolus adalah menghasilkan ribosom subunit ribosom (40S dan
60S) yang kemudian digabungkan untuk membentuk ribosom lengkap (80S) di
sitoplasma sel. Ribosom ini diperlukan untuk proses translasi pada sel.
9
2.4.
Struktur Sel Bakteri Salmonella
Salmonella adalah genus bakteri patogen yang dapat menyebabkan
berbagai jenis infeksi pada manusia dan hewan, termasuk keracunan makanan.
Bakteri ini memiliki berbagai spesies, dengan Salmonella enterica serovar
Typhimurium dan Salmonella enterica serovar Enteritidis menjadi dua yang paling
umum terkait dengan infeksi manusia. Penularannya terutama melalui konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi oleh kedua jenis tersebut, dan gejalanya bisa
beragam, mulai dari diare, mual, muntah, hingga demam. Kepatuhan pada praktikpraktik sanitasi dan pencegahan yang baik di dalam pengolahan makanan dan
kebersihan pribadi menjadi faktor kunci untuk mencegah infeksi Salmonella.
Menurut Jajere dalam (Sjafaraenan dkk, 2019), Bakteri ini memiliki kemampuan
untuk berkembang dan menghasilkan enterotoksin yang dapat menginduksi
penyakit Salmonellosis dengan kisaran jumlah bakteri antara 105 hingga 1010.
Salah satu jenis penyakit yang dapat diderita akibat dari bakteri
Salmonella sp adalah demam tifoid. Demam tifoid dapat berlangsung dengan
melalui beberapa tahapan yang panjang dan berurutan. Demam tifoid, juga dikenal
sebagai tifus abdominal, adalah penyakit bakteri serius yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi oleh kuman ini. Gejala utamanya meliputi demam yang bertahan
lama, nyeri perut, sakit kepala, dan kelemahan umum. Makanan efektif sebagai
saluran penularan penyakit, membawa mikroorganisme patogen ke tempat
kolonisasi di dalam tubuh (Muna dan Khariri, 2020). Demam tifoid dapat menjadi
kondisi yang mengancam jiwa jika tidak diobati dengan antibiotik yang sesuai.
Tindakan pencegahan yang baik dan pengobatan dini sangat penting dan diperlukan
segera dalam mengatasi demam tifoid, agar tidak memperparah kondisi kesehatan.
Salmonellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella pada manusia. Gejala utama penyakit ini meliputi diare, muntah,
demam, kram perut, dan sakit kepala. Salmonellosis biasanya terjadi setelah
konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh Salmonella. Beberapa gejala
dapat ditangani secara sederhana dikarenakan dapat dipertimbangkan sebagai
gejala yang ringan. Gejala yang sedang hingga berat diperlukan penanganan medis
lebih lanjut untuk menghindari berbagai dampak lanjutan lainnya.
10
2.5.
Perbedaan Mikroskop Cahaya dan Elektron
Salah satu penemu mikroskop periode awal yang terkenal adalah
Zacharias Janssen, yang bersama dengan ayahnya Hans Janssen, dikreditkan
dengan menciptakan mikroskop generasi pertama pada sekitar tahun 1590.
Mikroskop ini merupakan kombinasi dari dua lensa optik, yang terdiri dari lensa
cembung sebagai lensa positif yang disebut lensa okuler, serta lensa objektif
(Ariska dan Alawiyah, 2019). Bayangan objek dalam mikroskop diperbesar oleh
lensa obyektif, menciptakan bayangan nyata terbalik. Bayangan ini diperbesar lagi
oleh lensa okuler. Lensa okuler dengan pembesaran tetap, misalnya pembesaran
10x membantu meningkatkan ketajaman dan detail dari objek yang diamati.
Mikroskop cahaya dan mikroskop elektron adalah dua jenis alat yang
sangat penting dalam dunia ilmu pengetahuan dan penelitian. Mikroskop cahaya,
juga dikenal sebagai mikroskop optik, menggunakan cahaya tampak untuk
memperbesar dan mengungkapkan detail dari objek yang diamati. Penggunaan
mikroskop epifluoresensi dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa dalam
pembelajaran dan juga mendukung penelitian ilmiah mereka (Sugianto dkk, 2020).
Mikroskop elektron digunakan untuk melihat struktur benda-benda sangat kecil,
termasuk molekul dan atom dengan resolusi tinggi yang melebihi mikroskop
cahaya. ideal untuk pengamatan jaringan biologis dan materi non-transparan.
Sumber elektron dari jenis mikroskop elektrik transmisi berasal dari pistol
elektron yang ditembakkan untuk mengeluarkan berkas elektron yang memiliki
energi tinggi (Setianingsih, 2017). Keunggulan utama dari mikroskop cahaya
adalah kemampuannya untuk memungkinkan pengamatan organisme dan struktur
sel hidup secara detail, karena menggunakan cahaya alih-alih radiasi yang merusak
sampel, sehingga penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan riset.
Mikroskop elektron memiliki biaya tinggi dan memerlukan persiapan yang rumit
untuk sampel, termasuk pemotongan dan pelapisan khusus tergantung pada jenis
mikroskop elektron yang digunakan.. Hal ini memerlukan peralatan yang khusus
dan keahlian teknis yang tinggi.. Beberapa perkembangan utama meliputi
peningkatan resolusi, penggunaan teknologi digital, dan inovasi dalam deteksi
sinyal. Hal lainnya yang perlu diperhatikan lagi dalam penggunaan mikroskop
elektron adalah untuk menjaga lingkungan vakum yang cukup stabil.
11
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1.
Alat
1)
Mikroskop
2)
Api Bunsen
3)
Tabung Reaksi
4)
Jarum Ose
5)
Pipet Tetes
6)
Pinset
7)
Pisau Cutter Tajam
3.1.2.
Bahan
1)
Aquadest
2)
Serat Kapas
3)
Methylene Blue
4)
Daun
5)
Minyak Emersi
6)
Roti (Segar Dan Rusak)
7)
Air Comberan
8)
Tempe (Segar dan Rusak)
9)
Bawang Merah
10) Kentang (Segar dan Rusak
3.2
Prosedur Percobaan
3.2.1.
Simple staining (Pewarnaan Sederhana)
1)
Kaca objek dibersihkan menggunakan alkohol dengan kemurnian 95%.
2)
Air comberan atau lendir dari makanan disiapkan untuk diwarnai.
3)
1 atau 2 ose biakan diambil lalu diletakkan ditengah-tengah gelas objek.
4)
biakan disebarkan dengan menggunakan ujung jarum ose, sehingga
diperoleh apusan tipis berdiameter 1-2 cm.
5)
Fiksasi apusan dilakukan hingga tampak kering dan transparan dengan
cara diangin-anginkan atau dengan dilewatkan diatas nyala apibunsen.
6)
Methylene blue diteteskan ke atas kaca objek tadi.
13
7)
Aquadest disemprotkan sedikit.
8)
Sampel dikeringkan secara hati-hati dengan tissue (jangan sampai
terkena hapusan).
9)
Sampel diamati dengan mikroskop dengan variasi pembesaran dan
bantuan minyak emersi.
3.2.2.
1)
Pengamatan sel bawang merah, daun, dan serat kapas.
Kaca objek yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan etanol.
2)
Bawang merah diiris dengan tipis helaian atau daun serat kapas.
3)
Irisan diambil dengan pinset dan diletakkan di atas kaca objek untuk
diamati.
4)
Aquadest diteteskan pada kaca objek.
5)
Mikroskop diamati dengan melakukan variasi pembesaran.
6)
Bentuk sel yang terlihat pada mikroskop digambarkan pada kertas
format.
3.2.3.
Pengamatan untuk roti, tempe, dan kentang (segar dan rusak).
1)
Kaca objek yang akan digunakan dibersihkan.
2)
Preparat yang segar diambil sedikit saja.
3)
Aquadest diteteskan pada preparat.
4)
Objek diamati dengan mikroskop menggunakan variasi pembesaran.
5)
Hal yang sama dilakukan untuk preparat yang rusak.
6)
Bentuk sel yang terlihat digambarkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil dan Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi sel
No.
1.
Jenis
Lensa
Preparat
Objektif
Segar
Air
Comberan
10x
40x
2.
Nasi
10x
14
Rusak
15
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Sel (lanjutan)
No.
Jenis
Preparat
Lensa
Objektif
Nasi
40x
3.
Bawang
Merah
10x
10x
Segar
Rusak
16
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Sel (lanjutan)
No.
4.
Jenis
Preparat
Lensa
Objektif
Roti
10x
40x
5.
Kentang
10x
Segar
Rusak
17
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Sel (lanjutan)
No.
Jenis
Preparat
5.
Kentang
Lensa
Objektif
40x
Segar
Rusak
18
19
20
BAB V
PENUTUP
5.1.
1)
Kesimpulan
Suhu memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme terutama bakteri yang bersifat
aerobik.
2)
Struktur organel sel pada kentang memiliki vakuola yang tampak masih
utuh dan bagus dalam segi bentuk maupun struktur dan pola penyusunnya,
berbeda dengan yang sudah rusak, dimana vakuola sudah pecah.
3)
Metilen biru adalah salah satu indikator penting dalam praktikum, karena
apabila tidak digunakan maka pembiasan cahaya pada mikroskop akan
menjadi kurang baik dan sulit untuk mengamati mikroorganisme.
4)
Pengaturan mikroskop dan penggunaan alat mikroskop yang baik sangat
diperlukan dalam praktikum kali ini, dikarenakan bahan yang sudah
dalam kondisi sulit untuk diamati
5)
Penanganan bahan dan alat yang kurang baik dapat menjadi salah satu
masalah yang berakibat kepada hasil pengamatan.
5.2.
1)
Saran
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara berkala pada alat-alat
laboratorium, dikarenakan banyak yang sudah dalam kondisi tidak
memungkinkan untuk digunakan.
2)
Bahan yang akan digunakan pada praktikum sebaiknya dipersiapkan dari
jauh-jauh hari untuk meningkatkan kualitas dan mempermudah
pengamatan.
3)
Pada pengamatan bawang merah, irisan sebaiknya setipis mungkin untuk
mendapatkan hasil pengamatan yang baik.
21
23
24
LAMPIRAN
Gambar 1. Mikroskop Elektron
Gambar 2. Pipet Tetes
Gambar 3. Cawan Petri
Gambar 4. Kaca Preparat.
Gambar 5. Gelas Beker
Gambar 6. Labu Erlenmeyer
Gambar 7. Jarum Ose
Gambar 8. Kentang Segar
Gambar 9. Roti Segar
Gambar 10. Nasi
Gambar 11. Bawang Merah
Gambar 12. Kentang Rusak
Gambar 13. Nyala Bunsen
Gambar 14. Cutter
Kurnilah A.
Jika ada salah koreksi/mau banding, silakan hubungi via WA
Sanksi :
1. Perbaiki kesalahan minor di tempat yang telah
ditandai
2. TULTANG PENTER
3. TULTANG DAFTAR PUSTAKA
73
Nama
Samakan titiknya
: Mahdi Al Achyar Endriko
NIM
: 03031182126019
Shift/Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
: Kamis (13.00 – 16.00) WIB/I
Spacing ny dinaikin lagi
Latar Belakang
Ilmu biologi sangat melibatkan ilmu-ilmu yang pada umumnya terkait
kepada hal-hal mengenai pemeriksaan makhluk hidup dan kehidupan. Lingkup
Hidup dasar dari ilmu biologi memiliki berbagai aspek yang dipelajari, seperti
struktur organisme, perkembangan organisme, anatomi, dan aplikasi pengetahuan
biologi. Objek biologi yang dipelajari berkisar dari yang terkecil hingga yang
terbesar. Organisasi kehidupan ada begitu banyak tingkatan nya. Mencakup tingkat
molekul, sel, pembentukan jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi,
komunitas, ekosistem, bioma, hingga biosfera. Cabang ilmu biologi yang
memfokuskan pada kajian tentang sel dikenal sebagai Biologi Sel. Sel dapat diamati
sebagai komponen terkecil yang membentuk makhluk hidup. Sel ini juga memiliki
struktur dan fungsi yang unik, dan terdiri dari berbagai elemen, sehingga sering
dianggap sebagai organisme yang independen (Susilowati, 2019).
Makhluk hidup terdiri dari banyak sel yang terdapat dalam tubuhnya. Jika
suatu makhluk hidup hanya terdiri dari satu sel, maka itu termasuk dalam kategori
organisme uniseluler, seperti ragi, protozoa, dan bakteri. Sedangkan jika makhluk
hidup terdiri dari banyak sel, maka disebut sebagai organisme multiseluler, seperti
manusia, hewan, dan tumbuhan. Perkembangan teknologi yang dimana
ditemukannya alat bantu bernama mikroskop sangat membantu dalam upaya
mengembangkan riset dan penelitian mengenai makhluk hidup yang berukuran
mikroskopis. Mikroskop memungkinkan ilmuwan untuk mengamati sel-sel dan
struktur internalnya dengan detail yang sangat tinggi, bahkan hingga tingkat
molekuler. Mikroskop memungkinkan penelitian mikrobiologi mengungkap
rincian penting tentang sel, termasuk organel, fungsi komponen sel, dan interaksi
yang terjadi di dalam sel (Wulandari dkk, 2021). Dalam konteks pembelajaran
Biologi yang sangat terkait dengan pengamatan lingkungan, diperlukan penguasaan
keterampilan dan kemampuan dasar. Percobaan praktikum ini dilakukan agar kita
mengetahui sekaligus mempelajari tentang segala sesuatu yang terjadi pada dunia
mikroskopis yang terdapat dibalik tumbuhan, mulai dari yang terdapat disekitar kita.
1
2
1.2.
1).
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh tinggi rendah nya suhu pada proses pertumbuhan sel
mikroorganisme pada roti yang masih segar?
2).
Bagaimana struktur organel sel pada kentang yang masih segar?
3).
Bagaimana pengaruh penggunaan metilen biru dalam visualisasi objek?
1.3.
1).
Tujuan Percobaan 6 pt
Untuk mengetahui pengaruh tinggi rendah nya suhu pada proses
pertumbuhan sel mikroorganisme pada roti yang masih segarMengetahui
bagaimana bentuk struktur organel-organel sel dari kentang.
2).
Mengetahui bagaimana metilen biru berdampak pada visualisasi objek
pengamatan.
1.4.
1).
Manfaat Percobaan
Berbagai bidang ilmu pendidikan menjelaskan bahwa suhu memiliki
pengaruh yang besar dalam suatu proses.
2).
Untuk mengetahui struktur organel sel pada kentang yang masih segar.
3).
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metilen biru dalam visualisasi
objek.
1.5.
1).
Hipotesis
1 dari 8 sampel roti yang ditemui peneliti terbukti terkontaminasi jamur
jenis Aspergillus sp. Hal ini dikarenakan pedagang menyimpan roti pada
suhu ruangan (Sulastina, 2020).
2).
Kentang memiliki struktur dinding sel yang lebih tebal dan memiliki
kandungan material selulosa yang lebih rapat (Huda dkk, 2023).
3).
Sifat kationik methylene blue yang berinteraksi dengan komponen bakteri
bermuatan negatif yang akan mewarnai bakteri (Niswah dkk, 2022).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Etimologi Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan
Banyak terminologi dalam bidang ilmu morfologi yang istilahnya
digunakan sebagai ciri khas atau indikator utama dari suatu Divisi, Klasifikasi,
Ordo, Famili, Genus, atau Spesies tumbuhan (Herliani, 2020). Perlu dipahami
bahwa sebelum mempelajari sesuatu hal, kita perlu memahami dengan benar
bagaimana pandangan sejati dari ilmu pengetahuan tersebut. Morfologi secara garis
besar mempelajari tentang bagaimana struktur tubuh dari makhluk hidup. Struktur
tubuh yang dimaksud mulai dari bagian-bagian sel dan dapat juga termasuk
bagaimana masing-masing dari organel sel tersebut bekerja memainkan perannya.
Struktur tubuh adalah suatu konsep penting yang mencakup hierarki yang
rumit dan sangat terorganisir, dimulai dari tingkat paling dasar, yaitu sel, hingga
mencapai tingkat yang lebih besar seperti organisme yang kompleks. Struktur tubuh
merujuk pada organisasi fisik yang membentuk segala hal tentang makhluk hidup,
dan ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana setiap
komponen berperan dalam menjaga fungsi keseluruhan. Mitokondria sebagai salah
satu contoh dari organel sel bekerja memainkan perannya sebagai tempat dimana
terjadinya metabolisme tubuh sel. Seluruh sel terdiri dari bahan kimia yang identik,
meskipun ada variasi dalam komposisinya, bentuk morfologi, ukuran, dan proses
metabolismenya. Dalam dunia biologi, kita mengklasifikasikan sel ke dalam dua
kategori utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik memiliki
ciri khas bentuk yang sederhana, seperti yang dapat ditemukan pada bakteri yang
sering mengambil bentuk bulat, batang, atau bahkan berbentuk spiral.
Sel prokariotik yang kita pelajari juga dikenal sebagai salah satu jenis sel
yang tidak memiliki inti sel yang terpisah oleh membran. Salah satu perbedaan
mendasar dari sel prokariotik dan sel berjenis eukariotik terletak pada karakteristik
struktur ribosom nya (Mauludi, 2017). Penjelasan tersebut berarti bahwa material
genetik dari sel tersebut terletak di dalam sitoplasma. Sel eukariotik berperan
sebaliknya, dimana sel eukariotik mencakup sel-sel hewan, tumbuhan, dan fungi,
memiliki inti sel yang terlindungi oleh membran inti. Perbedaan struktur ribosom
antara sel prokariotik dan eukariotik menjadi salah satu ciri khas yang
3
4
mencerminkan keanekaragaman kehidupan di Bumi. Hal ini menunjukkan adaptasi
organisme terhadap lingkungan mereka. Meskipun seluruh makhluk hidup
menggunakan ribosom untuk sintesis protein, masih terdapat variasi struktural dari
morfologi sel yang mencerminkan perbedaan dalam kompleksitas dan fungsi sel.
Kehadiran prokariotik yang lebih sederhana dan eukariotik yang lebih kompleks
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang evolusi biologi. Proses
evolusi memberikan manfaat penting bagi makhluk hidup karena evolusi
menjelaskan asal usul kehidupan saat ini, yang sebenarnya berasal dari perubahan
dan perkembangan melalui generasi-generasi sebelumnya (Kerans, 2022).Dalam
perbedaan ini terletak keajaiban keragaman makhluk hidup di planet ini.
Fisiologi dari suatu tumbuhan tentu berhubungan erat dengan bagaimana
jenis morfologi dari sel tumbuhan. Setiap jenis dari makhluk hidup yang ada, dari
yang ukurannya paling kecil hingga besar memilki fisiologi tubuh yang berbeda.
Fisiologi memiliki penerapan yang luas di berbagai ranah penelitian, termasuk
dalam studi biomolekul hingga sistem organ, serta keseluruhan organisme yang
mengatur dan menjalankan fungsi fisik dan kimianya (Handoko dan Rizki, 2020).
2.2.
Perbedaan Morfologi dan Anatomi
Kita telah mempelajari bahwa terdapat dua istilah penting yang perlu kita
pahami mengenai ilmu tentang struktural sel dari makhluk hidup, yaitu bagaimana
morfologi dan fisiologi dari sel. Kita sudah memahami bahwa betapa besarnya
pengaruh dari morfologi dan fisiologi dari sel memainkan perannya masing-masing
terhadap keberlangsungan hidup dari suatu makhluk hidup. Anatomi muncul
sebagai istilah yang menunjang pembelajaran mengenai ilmu terkait struktural
suatu makhluk hidup. Anatomi sel tumbuhan menjadi sebuah bidang studi yang
mengungkap rahasia struktur dan komponen dasar sel dalam organisme tumbuhan.
Sebagai dasar dari pemahaman kita tentang tumbuhan dan bagaimana mereka
berfungsi, anatomi sel tumbuhan memainkan peran kunci dalam ilmu biologi. Kita
perlu menggali lebih dalam ke dalam dunia kecil ini yang tersembunyi di balik
keragaman tumbuhan yang kita lihat di sekitar kita setiap hari. Anatomi sel juga
menjelaskan bagaimana sel-sel tumbuhan dibangun. Anatomi juga mencakup
mempelajari tentang fungsi utama mereka, serta serta bagaimana hal tersebut
memengaruhi pertumbuhan, adaptasi, dan proses penting seperti fotosintesis.
5
Pemahaman mengenai anatomi struktur tumbuhan dapat memberikan
wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana kehidupan tumbuhan berkembang
dan berinteraksi dalam ekosistem, serta relevansinya dalam konteks pertanian, ilmu
tanaman, dan berbagai aspek lain dari ilmu biologi. Morfologi dan anatomi
tumbuhan menurut Farm Africa (dalam Widiya dkk, 2019) merupakan dua cabang
ilmu yang fokus kajiannya tidak sama namun saling dibutuhkan satu sama lain.
Bidang ilmu yang mengkaji tampilan serta struktur luar dari tumbuhan disebut
Morfologi Tumbuhan, sementara Anatomi Tumbuhan fokus pada komponen
dalamnya. Morfologi tanaman mempelajari karakteristik fisik dan kerangka tubuh
tanaman. Istilah "morfologi” sendiri berasal dari kata Latin "morphus", yang berarti
wujud atau bentuk. Dunia penelitian menjelaskan bahwa morfologi sangat berperan
dalam klasifikasi tumbuhan, karena bentuk fisiknya dapat digunakan sebagai
indikator visual yang signifikan untuk mengidentifikasi berbagai jenis tanaman.
Kedua ilmu tersebut memberikan kita kemudahan untuk mengidentifikasi dan
mengelompokkan keberagaman jenis makhluk hidup dengan lebih mudah.
Kemiripan karakteristik morfologi dari tanaman menjadi kunci dalam
upaya untuk mengidentifikasi berbagai spesies tanaman. Pengamatan atas
kesamaan bentuk dan ciri-ciri fisik antara berbagai spesies tanaman membantu para
peneliti membedakan satu spesies dari yang lain. Perlu diperhatikan bahwa tidak
hanya perbedaan antara spesies yang perlu diperhitungkan, tetapi juga variasi dalam
ukuran dan bentuk daun dalam satu jenis tumbuhan yang sama. Hal ini penting
karena bentuk morfologi tanaman yang masih dalam tahap pertumbuhan muda
cenderung berbeda secara mencolok dari tanaman dewasa. Pengamatan teliti
terhadap perubahan morfologi ini memainkan peran krusial dalam proses
identifikasi yang akurat, sekaligus memberikan wawasan tentang perkembangan
tanaman dalam suatu spesies. Perbedaan bentuk dan ukuran daun pada tumbuhan
muda dan dewasa penting yang sejenis juga penting, karena faktanya morfologi
pada fase pertumbuhan dan yang sudah dewasa berbeda (Sarjani dkk, 2017).
Seluruh organ memainkan perannya masing-masing sebagai satu kesatuan
dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup. Organ yang memainkan peran
sangat penting pada tanaman salah satunya adalah stomata. Stomata merupakan
struktur mikroskopis yang terdapat pada permukaan daun, batang, dan dalam
6
beberapa kesempatan terdapat juga pada bagian lain tumbuhan. Fungsinya sangat
vital, karena stomata memungkinkan tumbuhan untuk melakukan pertukaran gas
yang esensial dalam proses fotosintesis dan pernapasan. Stomata mengizinkan
tumbuhan untuk menyerap karbon dioksida dari udara, yang kemudian digunakan
dalam fotosintesis untuk menghasilkan glukosa dan oksigen. Stomata juga
memungkinkan tumbuhan untuk mengatur penguapan air melalui proses transpirasi
yang terjadi pada permukaan bagian tubuh tanaman. Kemampuan untuk membuka
dan menutup secara terkontrol menjadikan stomata sebagai sebuah mekanisme
penting dalam keseimbangan antara penyerapan karbon dioksida dan pelepasan air.
Fungsi tersebut memastikan kelangsungan hidup dari suatu tumbuhan dan
pertumbuhan tumbuhan di berbagai kondisi lingkungan yang bervariasi.
Contoh lain yang dapat kita amati dalam mempelajari konsep morfologi
adalah tumbuhan paku (Pteridhophyta). Menurut Suraida (dalam Apriyanti dkk,
2017) Estimasi jumlah tumbuhan paku yang masih ada di seluruh dunia mencapai
10.000 spesies, sementara di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 3.000 spesies yang
telah teridentifikasi. Keberagaman spesies yang telah teridentifikasi mengartikan
bahwa morfologi dan anatomi sel dari suatu jenis tumbuhan dapat berbeda-beda
tergantung dari banyak macam hal. Beberapa kasus membuktikan bahwa jenis-jenis
morfologi tumbuhan yang baru ditemukan merupakan evolusi atau pengembangan
dari jenis morfologi induk atu spesies tumbuhan sejenis sebelumnya.
2.3.
Faktor yang berpengaruh terhadap bentuk sel
Sel, unit dasar kehidupan, merupakan komponen fundamental dalam
semua organisme. Mereka merupakan struktur mikroskopis yang membentuk dasar
untuk berbagai fungsi biologis. Sel memiliki berbagai bagian, termasuk inti yang
mengandung materi genetik dalam bentuk DNA, serta sitoplasma yang berisi
berbagai organel seperti mitokondria, ribosom, dan badan Golgi. Embrio menjadi
tempat yang di dalamnya sel-sel mengalami spesialisasi fungsi dan mengarah
kepada proses pembentukan bentuk sel yang beragam (Kurniati, 2020).
Keberagaman bentuk dan fungsi sel ini menciptakan tingkat kompleksitas yang luar
biasa dalam dunia biologi. Berbagai faktor lainnya seperti spesies, lingkungan, dan
adaptasi juga memainkan peran penting dalam membentuk keberagaman sel pada
berbagai organisme. Morfologi sel bakteri mencerminkan identitas spesiesnya,
7
namun dapat berubah sesuai dengan kondisi pertumbuhan yang sedang dialami.
Ada variasi bentuk sel bakteri bergantung pada lingkungan. Beberapa bakteri juga
memiliki siklus hidup yang rumit, dengan tahapan-tahapan yang melibatkan
perubahan bentuk sel, seperti pembelahan dan pembentukan spora. Hal ini
berdampak pada bentuk sel bakteri bukan hanya indikator karakteristik spesies,
tetapi juga respons terhadap faktor-faktor lingkungan dan tahap siklus hidupnya
yang kompleks. min. 3/4 halaman
Sel bakteri dapat menunjukkan variasi dalam hal bentuk dan dimensi,
dengan ukurannya berkisar antara 5 hingga 50 mikrometer (Rahmadina dan
Febriana, 2017). Mikroskop cahaya dapat mengungkapkan beragam bentuk sel
bakteri, termasuk kokus (bulat), basil (batang), dan spiral. Sel-sel berbentuk batang
biasanya memiliki variasi yang signifikan, mulai dari yang pendek hingga yang
panjang, dengan beberapa yang bahkan melebihi beberapa kali diameter selnya.
Faktor pH (konsentrasi ion hidrogen dalam larutan) adalah salah satu faktor penting
yang dapat memengaruhi pertumbuhan sel. Kebanyakan organisme mikrobiologi
memiliki rentang pH optimal di mana mereka tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ini disebut sebagai pH optimum pertumbuhan. Penting untuk memperhatikan
perubahan pH yang signifikan dari kondisi optimal dapat menghambat
pertumbuhan sel atau bahkan menyebabkan kematian sel.
Bakteri asam laktat yang digunakan dalam fermentasi makanan seperti
yoghurt mendominasi pada pH yang lebih rendah (asam), sementara beberapa
organisme alkaliofilik tumbuh pada pH yang tinggi (basa). Pengendalian pH adalah
faktor penting dalam budidaya mikroorganisme dalam berbagai aplikasi
bioteknologi dan fermentasi. Hasil absorbansi yang tinggi terdapat pada pH 7
dengan nilai 0.420 nm menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan
dari bakteri E. coli pada kisaran konsentrasi pH tersebut (Arivo dan
Annissatussoleha, 2017). Sebagian besar sel prokariotik memiliki selubung yang
melapisi membran selnya. Dinding sel merupakan ciri khas penting yang hanya
dimiliki oleh sel prokariotik yang membantu melindungi sel dan memberikan
dukungan struktural. Sel-sel tanaman, seperti sel-sel hewan, juga memiliki
nukleolus karena mereka memiliki kebutuhan yang sama untuk memproduksi
protein. Sel-sel tanaman, seperti sel-sel hewan, juga memiliki nukleolus karena
8
mereka memiliki kebutuhan yang sama untuk memproduksi protein. Sel-sel
tanaman, seperti sel-sel hewan, juga memiliki nukleolus karena mereka memiliki
kebutuhan yang sama untuk memproduksi protein. Peptidoglikan memberikan
kekuatan dan kestabilan dari interaksi dengan segala sesuatu dari luar terhadap sel
prokariotik, serta memainkan peran penting dalam fungsinya dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
min. 3/4 halaman
Gambar 2.1 Bagian-bagian sel pada tumbuhan
(Sumber: Kamus visual, 2004 : 94)
Gambar diatas menjelaskan tentang bagaimana visualisasi dari struktur
sel pada tanaman.Terlihat pada gambar bahwa sel tanaman memiliki nukleolus
yang mana merupakan inti dari suatu sel. Nukleus adalah struktur yang memiliki
ukuran yang cukup besar dan dapat berbentuk bulat, oval, atau tidak teratur, serta
dikelilingi oleh materi sitoplasma sel (Suwarno, 2009). Bagian yang lebih dalam
pada Nukleus disebut Nukleolus, adalah struktur yang terdapat di dalam inti sel,
baik itu sel tanaman maupun sel hewan. Ini adalah bagian dari inti sel yang terkait
dengan produksi ribosom, yang merupakan tempat sintesis protein dalam sel.
Nukleolus biasanya terlihat sebagai satu atau beberapa bintik kecil di dalam inti sel.
Fungsi utama nukleolus adalah menghasilkan ribosom subunit ribosom
(40S dan 60S) yang kemudian digabungkan untuk membentuk ribosom lengkap
(80S) di sitoplasma sel. Ribosom ini diperlukan untuk proses translasi, di mana
RNA berkode digunakan untuk membangun rantai polipeptida protein. Suhu tinggi
dapat berdampak pada proses fisiologis tanaman dan juga dapat mengganggu
stabilitas membran sel (Handayani dkk, 2013). Nukleolus adalah bagian kunci
dalam tahapan proses sintesis protein sel melalui produksi ribosom.
9
2.4.
Struktur Sel Bakteri Salmonella
Salmonella adalah genus bakteri patogen yang dapat menyebabkan
berbagai jenis infeksi pada manusia dan hewan, termasuk keracunan makanan.
Bakteri ini memiliki berbagai spesies, dengan Salmonella enterica serovar
Typhimurium dan Salmonella enterica serovar Enteritidis menjadi dua yang paling
umum terkait dengan infeksi manusia. Penularannya terutama melalui konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi oleh kedua jenis tersebut, dan gejalanya bisa
beragam, mulai dari diare, mual, muntah, hingga demam. Kepatuhan pada praktikpraktik sanitasi dan pencegahan yang baik dalam pengolahan makanan dan
kebersihan pribadi sangat penting untuk mencegah infeksi Salmonella. Sel bakteri
yang termasuk dalam golongan gram negatif antara lain Salmonella sp,
Enterobactericeae, E. Coli, Shigella sp dan masih banyak lagi (Amina, 2018).
Salah satu jenis penyakit yang dapat diderita akibat dari bakteri
Salmonella sp adalah demam tifoid. Demam tifoid dapat berlangsung dengan
melalui beberapa tahapan yang panjang dan berurutan. Demam tifoid, juga dikenal
sebagai tifus abdominal, adalah penyakit bakteri serius yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi oleh kuman ini. Gejala utamanya meliputi demam yang bertahan
lama, nyeri perut, sakit kepala, dan kelemahan umum. Kemampuan bakteri patogen
untuk menginduksi infeksi tergantung pada sejauh mana mereka memiliki faktorfaktor virulensi (Sandika dan Suwandi, 2017). Demam tifoid dapat menjadi kondisi
yang mengancam jiwa jika tidak diobati dengan antibiotik yang sesuai.
Perkembangan dalam pencegahan demam tifoid saat ini telah mencakup
vaksinasi yang lebih efektif, pengawasan sanitasi yang ketat, dan edukasi
masyarakat. Vaksin tifoid yang lebih modern, seperti vaksin konjugat, telah
memungkinkan perlindungan yang lebih baik terhadap penyakit ini, termasuk pada
anak-anak. Peningkatan dalam sanitasi air dan pengelolaan limbah telah berperan
besar dalam mengurangi penyebaran bakteri penyebab tifoid, Salmonella Typhi.
Program-program edukasi masyarakat juga memainkan peran penting dalam
meningkatkan kesadaran tentang praktik sanitasi yang baik dan pentingnya
vaksinasi, membantu mengurangi angka infeksi tifoid di berbagai komunitas.
Dengan upaya yang terus-menerus dalam pencegahan ini, kita dapat mengurangi
10
beban penyakit demam tifoid secara global. Penyakit ini sering ditimbulkan oleh
karena sanitasi yang buruk di kalangan masyrakat yang minim akan edukasi.
Tindakan pencegahan yang baik dan pengobatan dini sangat penting dan diperlukan
segera dalam mengatasi demam tifoid, agar tidak memperparah kondisi kesehatan.
2.5.
Perbedaan Mikroskop Cahaya dan Elektron
Salah satu penemu mikroskop periode awal yang terkenal adalah
Zacharias Janssen, yang bersama dengan ayahnya Hans Janssen, dikreditkan
dengan menciptakan mikroskop generasi pertama pada sekitar tahun 1590.
Mikroskop adalah perangkat yang digunakan untuk memperbesar dan memperjelas
objek-objek kecil agar dapat diamati dengan lebih detail (Subali dkk, 2018).
Bayangan objek dalam mikroskop diperbesar oleh lensa obyektif, menciptakan
bayangan nyata terbalik. Kemudian, bayangan ini diperbesar lagi oleh lensa okuler.
Lensa okuler dengan pembesaran tetap, misalnya pembesaran 10x atau 15x,
membantu meningkatkan ketajaman dan detail dari objek yang diamati.
Mikroskop cahaya dan mikroskop elektron adalah dua jenis alat yang
sangat penting dalam dunia ilmu pengetahuan dan penelitian. Mikroskop cahaya,
juga dikenal sebagai mikroskop optik, menggunakan cahaya tampak untuk
memperbesar dan mengungkapkan detail dari objek yang diamati. Mikroskop
elektron adalah jenis yang menggunakan aliran elektron untuk menghasilkan
gambar dengan resolusi yang jauh lebih tinggi daripada mikroskop cahaya.
Mikroskop elektron dapat melewati batasan optik mikroskop cahaya, yang
memungkinkannya untuk mengungkapkan detail-detail halus seperti struktur
molekuler, atom, dan permukaan objek dengan presisi yang luar biasa. Sumber
elektron dari jenis mikroskop elektrik transmisi berasal dari pistol elektron yang
ditembakkan untuk mengeluarkan berkas elektron yang memiliki energi tinggi
(Setianingsih,
2017).
Mikroskop
cahaya
unggul
karena
memungkinkan
pengamatan detail organisme dan struktur sel hidup tanpa merusak sampel, penting
dalam berbagai bidang penelitian. min. 3/4 halaman
Salah satu kelemahan utama dari mikroskop elektron adalah persiapannya
yang rumit dan relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan mikroskop cahaya.
Sampel yang akan diamati harus disiapkan dengan amat hati-hati, termasuk
pemotongan dan pelapisan tipis untuk mikroskop elektrik transmisi atau pelapisan
11
konduktif untuk mikroskop elektrik pemindai . Hal ini memerlukan peralatan yang
khusus dan keahlian tinggi. Salah satu aspek yang perlu diberikan perhatian dalam
penggunaan mikroskop elektron adalah menjaga kondisi vakum lingkungan yang
tetap stabil agar tetap menjaga efisiensi penggunaan alat mikroskop.
2.6.
Penelitian Terkait
Tifus abdominalis atau yang lebih dikenal dengan istilah demam tifoid
adalah salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan di wilayah pedesaan
maupun di wilayah perkotaan. Penyakit ini merupakan penyakit menular serius
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Pada penelitian oleh (Imara, 2020),
diketahui bahwa penyakit demam tifoid tidak hanya diakibatkan oleh Salmonella
Typhi, tetapi juga oleh parathypi. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tetapi
lebih umum terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk dan akses terbatas ke air
bersih. Demam tifoid ditandai oleh gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual,
muntah, dan diare, yang bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa
jika tidak diobati. Pemahaman yang baik tentang demam tifoid dan upaya
pencegahan serta pengobatan yang tepat sangat penting untuk melindungi
kesehatan masyarakat. Suhu yang optimal bagi bakteri tersebut untuk tumbuh
dengan baik berada pada kisaran 37˚C dan dalam rentang pH 6-8 (Imara, 2020).
Penelitian terkini mengenai demam tifoid telah mengarah pada berbagai
kemajuan penting dalam pemahaman, diagnosis, dan pengobatan penyakit ini. Para
peneliti terus bekerja untuk mengidentifikasi variasi genetik dalam bakteri
Salmonella typhi, yang dapat memengaruhi resistensi terhadap antibiotik. Para
peneliti juga telah mengembangkan metode diagnostik yang lebih cepat dan akurat
seperti uji molekuler dan tes darah baru telah memungkinkan deteksi dini dan
penanganan lebih efektif. Terapi vaksin juga telah dikembangkan di berbagai
tempat untuk menciptakan vaksin dengan efisiensi yang lebih tinggi.
Dalam uji kepekaan menggunakan metode hamburan cakram, zona
perlawanan sekitar cakram kertas yang mengandung antibiotik dapat terlihat
(Rahman, 2019). Uji disc diffusion digunakan untuk menguji sensitivitas bakteri
Salmonella typhi terhadap berbagai antibiotik dengan menempatkan cakram kertas
yang mengandung antibiotik di atas media pertumbuhan bakteri. Zona perlawanan
yang terbentuk di sekitar cakram kertas akan memberikan indikasi tentang
DIPENTER TIDAK ADA PENTER INTERNASIONAL. NANTI DITAMBAHKAN!
12
kemampuan antibiotik tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri tifoid.
Hasil positif dari kultur darah mengkonfirmasi keberadaan bakteri tersebut dalam
tubuh pasien, memungkinkan penanganan yang lebih tepat dan cepat. Kombinasi
kedua metode ini merupakan pendekatan yang efektif dalam uji demam tifoid.
HARUS FULL SATU HALAMAN
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1.
Alat
1)
Mikroskop
2)
Api Bunsen
3)
Tabung Reaksi
4)
Jarum Ose
5)
Pipet Tetes
6)
Pinset
7)
Pisau Cutter Tajam
3.1.2.
Bahan
1)
Aquadest
2)
Serat Kapas
3)
Methylene Blue
4)
Daun
5)
Minyak Emersi
6)
Roti (Segar Dan Rusak)
7)
Air Comberan
8)
Tempe (Segar dan Rusak)
9)
Bawang Merah
10) Kentang (Segar dan Rusak
3.2
Prosedur Percobaan 6 PT
3.2.1.
Simple staining (Pewarnaan Sederhana)
1)
Dibersihkan kaca objek menggunakan alkohol dengan kemurnian 95%.
2)
Disiapkan setetes air comberan atau lendir dari makanan basi yang akan
diwarnai.
3)
Diambil 1 atau 2 ose biakan lalu letakkan ditengah-tengah gelas objek.
4)
Disebarkan biakan dengan menggunakan ujung jarum ose, sehingga
diperoleh apusan tipis berdiameter 1-2 cm.
13
14
5)
Dilakukan fiksasi apusan hingga tampak kering dan transparan dengan
cara mengangin-anginkan atau dengan melewatkannya diatas nyala
apibunsen.
6)
Diteteskan methylene blue ke atas kaca objek tadi.
7)
Disemprotkan sedikit aquadest.
8)
Dikeringkan secara hati-hati dengan tissue (jangan sampai terkena
hapusan).
9)
Diamati dengan mikroskop dengan variasi pembesaran dan bantuan
minyak emersi.
3.2.2.
Pengamatan sel bawang merah, daun, dan serat kapas.
1)
Dibersihkan kaca objek yang akan digunakan
2)
Diiris dengan tipis helaian bawang merah atau daun serat kapas.
3)
Diambil pinset dan letakkan di atas kaca objek untuk diamati.
4)
Ditetesi dengan aquadest.
5)
Diamati dibawah mikroskop dengan variasi pembesaran.
6)
Digambarkan bentuk sel yang terlihat pada mikroskop.
3.2.3.
Pengamatan untuk roti, tempe, dan kentang (segar dan rusak).
1)
Dibersihkan kaca objek yang akan digunakan.
2)
Diambil sedikit preparat yang segar.
3)
Ditetesi dengan aquadest.
4)
Diamati dibawah mikroskop dengan variasi pembesaran.
5)
Dilakukan hal yang sama untuk preparat yang rusak.
6)
Digambarkan bentuk sel yang terlihat.
DAFTAR PUSTAKA
Amina, S. (2018). Pengaruh Pemberian Perasan Daun Bawang (Allium
fistulosum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Thypi (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Apriyanti, N., Santri, D. J., & Madang, K. (2017). Identifikasi Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) dan Kekerabatannya di Kawasan Wisata Air Terjun Curup
Tenang Bedegung Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara
Enim. Jurnal
Pembelajaran
Biologi:
Kajian
Biologi
dan
Pembelajarannya. Vol. 4(2): 113-125.
Arivo, D., & Annissatussholeha, N. (2017). Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan
Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 4(3): 153.
Cita, Y. P. (2011). Bakteri Salmonella typhi dan demam tifoid. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas. Vol. 6(1): 42-46.
Corbeil, J. C., & Archambault, A. (2004). Kamus Visual Indonesia-Inggris.
Bhuana: Ilmu Populer.
Farm, A. (2013). Ginger (Zingiber officinale Rosec.) Production, Postharvest
Handling, Processing and Marketing: A Comprehensive Extension
Package Manual. Ethiopia: Hawassa
Handayani, T., Basunanda, P., Murti, R. H., & Sofiari, E. (2013). Pengujian
stabilitas membran sel dan kandungan klorofil untuk evaluasi toleransi
suhu tinggi pada tanaman kentang. Jurnal Hortikultura. Vol. 6(2): 47
Handoko, A., dan Rizki, A. M. (2020). Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. UIN
Raden Intani Press.
Herliani. (2020). Plant Morphology. Mulawarman University Press.
Huda, M. F. (2023). Identifikasi Senyawa Dan Struktur Anatomi Tanaman Melalui
Uji Mikrokimia Pada Sepuluh Jenis Tanaman Yang Berbeda. Eduscope:
Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Teknologi. Vol. 8(2): 44-54.
Imara, F. 2020. Salmonella Typhi Bakteri Penyebab Demam Tifoid. Prosiding
Seminar Nasional Biologi. Gowa, 19 September 2020: Hal. 1-5.
Kerans, G. (2022). Kemajuan Teknologi Rekayasa Genetika Ditinjau dari Filsafat
Evolusi Darwin. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol. 5(2): 112-122.
Kurniati, T. (2020). Biologi Sel. Bandung: CV. Cendikia Press.
Mauludi, M. (2017). Pengaruh Pemberian Perasan Daun Ciplukan (Physalis
angulate) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Niswah, A. A. Bintari, Y. R., dan Risadiansyah, R. 2022. Piper betle L. sebagai
pewarna bakteri: Uji Akurasi dan Presisi Warna pada Staphylococcus
aureus dan Escherichia Coli. Jurnal Kedokteran Komunitas. Vol. 10(2):110.
Safrida. 2020. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Syiah Kuala University Press.
Sandika, J., & Suwandi, J. F. (2017). Sensitivitas Salmonella thypi penyebab
demam tifoid terhadap beberapa antibiotik. Jurnal Majority. Vol. 6(1):
41-45.
Sarjani, T. M., Mawardi, M., Pandia, E. S., & Wulandari, D. (2017). Identifikasi
morfologi dan anatomi tipe stomata famili Piperaceae di Kota
Langsa. JIPI (Jurnal IPA & Pembelajaran IPA). Vol. 1(2): 182-191.
Setianingsih, T. (2017). Mikroskop Elektron Transmisi: Teori dan Aplikasinya
untuk Karakterisasi Material. Universitas Brawijaya Press.
Subali, B., Yulianti, I., Susilo, S., Ellianawati, E., Mosik, M., & Alvian, A. (2018).
Implementasi Model Pelatihan Pembelajaran IPA Berbasis Digital Image
Creator For Optical Microscope (Digicom) Pada Guru Fisika Kabupaten
Demak. UPEJ Unnes Physics Education Journal. Vol. 7(3): 91.
Sugianto, S., Fitriani, A., Anggraeni, S., & Setiawan, W. (2020). Pengembangan
Mikroskop Digital Berbasis Blended Learning untuk Meningkatkan
Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik Mahasiswa pada Praktikum Anatomi
Tumbuhan. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Sains. Vol. 1(2): 53-58.
Sulastina, N. A. (2020). Analisis Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar yang dijual
di Pasar Tradisional. Jurnal'Aisyiyah Medika, Vol. 5(1): 34.
Susilowati, R. P. 2019. Kajian Sel dan Molekuler. Purwokerto: CV. Pena Persada.
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi : Untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan.
Rahmadina, dan Febriana, H. 2017. Biologi Sel. Surabaya: CV. Selembar Papyrus.
Rahman, I. (2019). Resistensi Antibiotik Terhadap Salmonella typhi pada Penyakit
Demam Tifoid di Kota Makassar. Kieraha Medical Journal. Vol. 1(2): 3
Widiya, M., Jayati, R. D., & Fitriani, H. (2019). Karakteristik morfologi dan
anatomi jahe (Zingiber officinale) berdasarkan perbedaan ketinggian
tempat. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains. Vol. 2(2):
60-69.
Wulandari, I. A., Mu’min, M. B., & Firdaus, M. G. (2021). Peningkatan
Keterampilan Berpikir Kritis (KBKr) Melalui Pembelajaran Biologi
Berbasis Keterampilan Proses Sains. Jurnal BIOEDUIN: Biology
Education of Indonesia. Vol. 11(1): 63-69.
LAMPIRAN
Gambar Lampiran. Bukti Hasil Cek Plagiarisme Laporan Pendahuluan
LAMPIRAN HASIL PRETEST
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA
HASIL CEK PLAGIARISME
Gambar Lampiran. Bukti Hasil Cek Plagiarisme Laporan Pendahuluan
Download