TUTORING BUSINESS ECONOMICS 23 Juni 2023 (09.00-10.30) Oleh Darman darman@binus.ac.id LEARNING OBJECTIVES 1. Macroeconomic Analysis (Analisa Ekonomi Makro) a. Macroeconomic problems (Masalah ekonomi Makro) b. The key macroeconomic objectives (Tujuan Utama Ekonomi Makro) c. The circular flow of income. d. Business Cycle 2. Macroeconomics Policy a. Demand side policy (Kebijakan sisi permintaan) AD = C + I + G + X a) Kebijakan fiscal b) Kebiajakn moneter b. Supply side policy (Kebijakan sisi penawaran) AS = C + S + T + M 3. Fenomena business economics Macroeconomic Analysis Ilmu ekonomi makro dan mikro mempunyai tujuan yang sama , yaitu melihat apakah sudah terjadi alokasi sumber daya ekonomi yang efisien atau belum. Jika belum , apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya ? Jika sudah apakah efisiensi tersebut dapat ditingkatkan atau tidak ? Alokasi sumber daya yang efisien adalah situasi ketika sumber daya dialokasikan pada penggunaan nilai tertinggi atau optimal.artinya barang dan jasa berkualitas tinggi di produksi dengan sumber daya yang ada. Konsep ini dapat diterapkan pada individu, perusahaan, pemerintah atau ekonomi (ekonomi mikro dan ekonomi makro). Macroeconomic problems 1. 2. 3. 4. Masalah pertumbuhan ekonomi Masalah inflasi Masalah Pengangguran Masalah neraca pembayaran dan nilai tukar Tujuan Utama Ekonomi Makro 1. 2. 3. 4. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil Inflasi yang rendah dan terkendali Pengangguran yang rendah Neraca pembayaran yang seimbang dan nilai tukar yang stabil The circular flow of income 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Interaksi rumah tangga – produsen Interaksi produsen – rumah tangga Interaksi pemerintah – rumah tangga Interaksi rumah tangga – pemerintah Interaksi perusahaan – pemerintah Interaksi pemerintah – perusahaan Interaksi rumah tangga – sector luar negeri Interaksi rumah tangga dengan sector luar negeri yaitu rumah tangga mengkonsumsi barang impor dari luar negeri. Barang impor tersebut harus dibayar oleh rumah tangga. Uang mengalir ke luar negeri sebagai pembayaran barang atau jasa impor. 8. Interaksi sector luar negeri – perusahaan Menunjukkan adanya aliran uang masuk dari luar negeri kedalam perusahaan dalam negeri. Pada kondisi ini perusahaan dalam negeri menjual barangnya ke luar negeri atau melakukan ekspor. Pihak luar negeri selanjutnya melakukan pembayaran atas barang atau jasa yang diekspor perusahaan dalam negeri. Sehingga terjadi aliran uang dari sektor luar negeri kepada perusahaan dalam negri Business Cycle Economic cycle atau siklus ekonomi adalah fluktuasi ekonomi antara periode pertumbuhan atau ekspansi dan periode pelemahan atau resesi. Siklus ekonomi secara garis besar terdiri atas 4 fase yaitu: a. b. c. d. pertumbuhan/ekspansi, puncak/peak, contraction /resesi titik terendah/palung. Fase ekspansi ditandai dengan tingginya pertumbuhan dan produksi, serta rendahnya suku bunga dan pengangguran, sebaliknya dalam fase contraction pelemahan indikator perekonomian menunjukkan tanda yang sebaliknya. Tidak ada durasi atau jangka waktu yang pasti atas masing-masing fase, bisa saja pada suatu periode masa ekspansi lebih panjang dibanding masa resesi atau malah sebaliknya. Namun demikian urutannya tetap sama yaitu ekspansi-titik puncak-kontraksi-titik terendah, lalu kembali ke fase ekspansi. Meskipun ada fase naik dan ada fase turun, pada umumnya negara berkembang memiliki trend output PDB yang terus meningkat. Macroeconomics Policy Kebijakan makroekonomi adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu Negara yang pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan perekonomian dan menciptakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Tujuan kebijakan makro ekonomi 1. Menstabilkan kegiatan ekonomi /price level stability; 2. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high employment level; 3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang ideal/long-term economic growth. 4. Nilai tukar yang stabil/ exchange rate stability. 5. Neraca pembayaran yang seimbang Demand-side policy (AD = C + I + G + X) 1. Fiscal Policy 2. Monetary Policy Kebijakan Moneter (Kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif) Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah (Bank Sentral = Bank Indonesia) dalam Upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi yang lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi yang terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam Upaya mempertahankan kemampuan ekonomi da[pat bertumbuh serta seka;ligus mengendalikan inflasi. Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang betredar, maka pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive) atau kebijakan uang longgar (easy money policy) Sebaliknya jika jika mengurangi jumlah uang beredar maka pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive) atau kebijakan uang ketat (tight money policy). Instrumen Kebijakan Moneter Ada tiga instrument untuk mengatur jumlah uang beredar 1. Open market operation (operasi pasar terbuka) 2. Discount rate (fasilitas diskonto) 3. Reserve requirement ratio (rasio cadangan wajib Diluar tiga instrument tsb (kebijakan moneter kuantitatif), pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral persuasion). Efektivitas Kebijakan Moneter Sejauh mana kebijakan yang ditempuh oleh bank sentral memberikan dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat. Artinya dapat mencapai tujuan ekonomi makro. Kebijakan Fiskal 1. Kebijakan fiskal adalah salah satu kebijakan makroekonomi yang bertujuan untuk memengaruhi sisi permintaan agregat dalam jangka pendek dan memengaruhi sisi penawaran dalam jangka lebih Panjang. 2. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan oleh pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau yang diinginkan dengan mengubahubah penerimaan pajak dan pengeluaran negara. Pendapatan pemerintah = T Pengeluaran pemerintah = G T=G T>G anggaran surplus T<G or G>T anggran defisit Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan permintaan agregat, tingkat produksi, dan kesempatan kerja. Ketika permintaan agregat tidak cukup untuk memastikan penyerapan tenaga kerja penuh, maka pemerintah dalam ruang lingkup fiskal harus meningkatkan anggaran belanja negara dan memotong pajak. Sebaliknya ketika permintaan agregat berlebihan sehingga berisiko meningkatkan inflasi, maka pemerintah harus memotong anggaran belanja negara dan meningkatkan penerimaan pajak. Tujuan kebijakan fiskal cenderung berbeda antara negara maju dan negara berkembang. Di negara-negara maju, peranan kebijakan fiskal umumnya untuk mempertahankan full employment dan menstabilisasi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya di negara-negara berkembang, kebijakan fiskal digunakan untuk menciptakan suatu lingkungan yang baik bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Beberapa aspek terkait dengan tujuan ini adalah : a. Mobilisasi sumber daya. Negara berkembang dicirikan dengan tingkat pendapatan dan investasi yang rendah. Lingkaran (vicious circle) ini bisa diputus terutama melalui mobilisasi sumber daya untuk investasi yang cepat; b. Akselerasi pertumbuhan ekonomi. Disamping untuk memobilisasi sumbersumber daya yang lebih banyak untuk investasi, pemerintah harus mengarahkan sumber daya tersebut ke saluran dimana hasil (yield) yang lebih tinggi dan barang-barang yang dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat; c. Peningkatan kesempatan kerja. Insentif fiskal, dalam bentuk potongan pajak (tax-rebates) dan konsesi, dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan industri yang mempunyai potensi tinggi untuk penciptaan lapangan kerja; d. Minimisasi ketimpangan (inequalities) pendapatan dan kekayaan. Instrumen fiskal dapat digunakan untuk memperbaiki distribusi pendapatan yang membantu kelompok miskin melalui peningkatan belanja sosial; e. Stabilitas harga (price stability). Instrumen fiskal juga dapat digunakan untuk mengontrol tendensi inflasi dan deflasi dalam perekonomian. Apabila terjadi deflasi (atau resesi), pemerintah bisa menggunakan kebijakan fiskal yang ekspansif untuk memperbaiki kondisi perekonomian. Langkah ini dapat dilakukan dengan mengurangi pajak atau melalui peningkatan belanja, yang akan mendorong peningkatan belanja masyarakat. Kebijakan fiskal didesain untuk “lean against the wind.” yaitu, struktur kebijakan fiskal yang memberikan stimulus bagi output (ekspansif) apabila perekonomian bergerak menuju resesi dan kontraktif apabila perekonomian mengalami ekspansi. Desain kebijakan fiskal dilakukan melalui dua cara, yaitu : a. Kebijakan fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy), yaitu kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah dengan perubahan yang bersifat diskresi dalam belanja pemerintah dan/atau penerimaan pajak untuk mencapai tujuan ekonomi nasional tertentu, misalnya full employment, stabilitas harga, daN pertumbuhan ekonomi. Desain kebijakan fiskal diskresioner ini seringkali direkomendasikan oleh para ekonom untuk merespon kondisi ekonomi agar pendulum siklus bisnis menjadi lebih moderat. Saran ini seringkali terdengar pada masa resesi, yang memerlukan kebijakan pemotongan pajak atau program belanja baru untuk menggerakkan kembali roda perekonomian. Namun demikian, kebijakan fiskal diskresioner sulit digunakan untuk tujuan stabilisasi karena "inside lag"—beda kala (time-lag) antara waktu Ketika kebutuhan atas kebijakan fiskal muncul dengan waktu ketika kebijakan itu di implementasikan oleh pemerintah. Hal ini juga terkait dengan proses pengambilan keputusan politik yang dipengaruhi oleh beragam kepentingan dan kebijakan fiskal diskresi tidak secara otomatis berbalik apabila siklus perekonomian membaik. menurut Keynes merupakan kebijakan yang mampu menggerakkan perekonomian melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak yang memiliki efek multiplier dengan cara menstimulasi tambahan permintaan untuk barang konsumsi rumah tangga. Hal ini juga terjadi apabila pemerintah menjalankan pemotongan perekonomian. pajak guna menstimulus b. Transmisi pemotongan pajak terhadap stimulus perekonomian berupa dari pemotongan pajak tersebut akan meningkatkan disposable income yang akhirnya dapat memengaruhi permintaan karena adanya tambahan pendapatan, sehingga rumah tangga cenderung meningkatkan konsumsi melalui peningkatan Marginal Propensity to Consume (MPC). Peningkatan pengeluaran ini akhirnya berdampak pada peningkatan output (atau peningkatan dari sisi supply) Kebijakan fiscal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan oleh pemerintah untuk mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau di inginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi kebijakan fiscal mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan moneter. Perbedaannya terletak pada instrument kebijakannnya. Pada kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar, maka pada kebijakan fiscal pemerintah mengendalikan pendapatan dan pengeluaran negara. Efektivitas Kebijakan Fiskal Kebijakan fiscal dikatakan efektif bila mampu mengubah tingkat bunga dan atau output sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bauran kebijakan makro ekonomi yang berperan untuk mencapai tujuan makroekonomi suatu negara. Efektivitas kedua kebijakan tersebut mutlak diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan menciptakan stabilitas perekonomian. Tujuan dari kebijakan fiskal secara umum adalah untuk menentukan arah, tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan perekonomian bangsa. Sedangkan tujuan dari kebijakan moneter bersifat dinamis disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Efektivitas kebijakan moneter tergantung pada hubungan antara jumlah uang beredar dengan variabel ekonomi utama, seperti output dan inflasi. Pelaksanaan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter harus selaras agar dapat mencapai tujuan ekonomi makro secara optimal. Untuk mencapapai optimalitas, maka secara konseptual bauran kebijakan fiscal dan kebijakan moneter dapat dilakukan melalui beberapa skenario, yakni: (1) kebijakan moneter ekspansif/kebijakan fiskal ekspansif; (2) kebijakan moneter kontraktif/ kebijakan fiskal ekspansif; (3) kebijakan moneter ekspansif/kebijakan fiskal kontraktif; (4) kebijakan moneter kontraktif/kebijakan fiskal kontraktif Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait efektivitas kebijakan fiskal dan moneter menghasilkan simpulan yang berbeda, yaitu 1. terdapat penelitian yang menghasilkan kajian bahwa kebijakan fiskal dianggap lebih efektif dibandingkan kebijakan moneter dalam mendorong output atau pertumbuhan ekonomi. 2. hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa kebijakan moneterlah yang paling efektif memengaruhi output dalam perekonomian. Supply-side policy Kebijakan sisi penawaran (supply-side policy) fokus utama adalah penawaran agregat. Itu berupaya meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kapasitas potensial dari sebuah perekonomian. AS = C + S + T + M AD = C + I + G + X Bagaimana kebijakan fiskal dapat mempengaruhi permintaan agregat? Permintaan agregat adalah jumlah yang akan dibelanjakan oleh sektor rumah tangga dan bisnis. Ketika ingin merangsang permintaan agregat, pemerintah akan mengadopsi kebijakan fiskal ekspansioner. Sebaliknya, ketika ingin mengurangi laju permintaan agregat, pemerintah mengadopsi kebijakan fiskal kontraksioner. Kebijakan fiskal ekspansioner dijalankan dengan meningkatkan belanja pemerintah atau menurunkan pajak. Sebaliknya, kebijakan fiskal kontraksioner dijalankan dengan menurunkan belanja pemerintah atau menaikkan pajak. Pemerintah mungkin mengkombinasikan perubahan belanjanya dengan perubahan pajak secara bersamaan, tergantung pada konteks kondisi ekonomi. Supply Side Policy Kebijakan sisi penawaran (supply-side policy) adalah jenis kebijakan ekonomi di mana fokus utama adalah penawaran agregat. Itu berupaya meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kapasitas potensial dari sebuah perekonomian. Kebijakan ini dapat melibatkan kebijakan seperti pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan riset atau mengurangi peraturan yang menghambat. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap AD Jika pemerintah mengambil kebijakan uang ketat (kebijakan moneter kontraktif), jumlah uang beredar akan berkurang. Besar kemungkinan akan mengurangi daya beli masyrakat secara aggregate. Akibatnya AD turun dan sebaliknya Pengaruh Kebijakan Fiskal terhadap AD Jika pemerintah menempuh kebijakan anggaran deficit (G>T), maka AD akan meningkat, sebab untuk menempuh kebijakan anggaran deficit pemerintah harus mengurangi pendapatannya dengan mengurangi p[ajak atau menambah pengeluaran. Akibatnya daya beli masyarakat akan meningkat sehingga AD bergeser kekanan Fenomena business economics Menurut Indef, terdapat 5 fenomena ekonomi global utama yang terjadi hingga tahun 2030. Fenomena tsb turut mempengaruhi perekonomian Indonesia 1. Tidak lama lagi China akan menjadi negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia. GDP negara China terus berkembang seiring makin kuatnya posisi ekonomi negara tsb dikancah global. 2. Amerika serikat dan beberapa negara Eropa akan lebih banyak menggunakan instrument politik dan militer untuk tetap memiliki pengaruh pada Lembaga internasional seperti world bank, dan IMF. 3. Terdapat tiga isu pokok yang menjadi pusat pertempuran negaranegara di dunia, yaitu demokrasi, globalisasi dan digitalisasi. Agenda demokrasi akan tterus mengalami evaluasi untuk penyempurnaan. Globalisasi, negara maju akan mulai menutup diri. Sedangkan digitalisasi akan terus berkembang. 4. Dari sisi moneter akan terjadi persaingan sengi antara mata uang konvensional dengan mata uang digital, misalnya mata uang kripto. Mata uang kripto terus berkembang meski terdapat pembatasan atau pelarangan dari sejumlah pihak 5. Kawasan Afrika, Timur Tengah dan Amerika selatan dinilai belum akan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian dunia. Hingga 2030 perekonomian masih akan didominasi oleh Amerika serikat dan asia Timur.