Uploaded by arman sindangjaya

Teori Manjemen Klasik

advertisement
1
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
Bab I..............................................................................................................3
Bab II.............................................................................................................6
Bab III..........................................................................................................12
Bab IV..........................................................................................................14
Daftar Pustaka..............................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu manajemen hingga saat ini terus berkembang. Ilmu manajemen memberikan
pemahaman tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak bisa lepas dari perencanaan,
peroganisasian untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang sudah dirumuskan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kita tidak bisa lepas dari manajemen, baik manajemen diri
sendiri maupun manajemen dalam bidang pekerjaan ataupun organisasi.
Howard M. Carlisle (dalam Sugiyo, 2013:27) menyatakan bahwa “management is the
process by which the element of a group are integrated, coordinated, and efficiently
achieveobjective” (Manajemen adalah proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan
pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien).
Penerapan manajemen telah dilakukan di segala aspek bidang dalam kehidupan
bermasyarakat seperti halnya di dunia politik, organisasi, perusahaan, instansi ataupun
lembaga-lembaga pemerintahan. Dalam dunia pendidikan juga peran manajemen sangat
penting khususnya dalam Administrasi Pendidikan.
Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan sebelumnya (Pidarta, 1988:4).
Sedangkan perkembangan teori manajemen itu sendiri sampai saat ini terus
berkembang. Banyak para ahli yang menjumpai pandangan yang berbeda-beda dalam hal
penerapannya. Dalam perkembangannya sendiri belum ada teori manajemen yang bersifat
baku ataupun kumpulan-kumpulan hukum yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
Banyak teori yang berbeda yang digunakan dalam manajemen tersebut.
Secara umum teori manajemen ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : Manajemen
ilmiah (1870 – 1930), Manajemen klasik (1900 – 1940), Manajemen hubungan manusiawi
(1930 – 1940), dan Manajemen modern (1940 – sekarang). Teori-teori manajemen ini terus
berkembang sampai dengan saat ini.
Berdasarkan perkembangan teori-teori tersebut maka kita akan melihat konsep mana
yang cocok dan bagus digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Di dunia pendidikan
khususnya Administrasi Pendidikan di sekolah konsep yang seperti apa yang bagus
diterapkan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep manajemen klasik itu
sendiri.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan permasalahkan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori manajemen klasik?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan teori manajemen klasik?
3. Apa saja pokok teori manajemen klasik?
4. Apa fungsi dan karakteristik dari manajem klasik?
5. Apa kelebihan dan kekurangan teori manajemen klasik?
6. Bagaimana penerapan manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikan khususnya
perencanaan pendidikan?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami teori manajemen klasik.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan teori manajemen klasik dalam
Pendidikan
Administrasi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Klasik
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen merupakan terjemahan dari bahasa inggris “to manage” yang berarti
mengelola. Kata mengelola mempunyai makna yang luas seperti mengatur, mengarahkan,
mengendalikan, menangani, dan melaksanakan serta memimpin (Sugiyo, 2013:27)
Menurut Hersey dan Blanchard (2001:3) (dalam Sugiyo, 2013:27) mengemukakan
manajemen sebagai “management is working with and throught individuals and growth to
accomplish organizational goals” sedangkan stoner (1992:8) mengemukakan bahwa
manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguanaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam Suherman (2007:35) manajemen diartikan sebagai proses mengadakan,
mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai
suatu tujuan. Lebih jauh manajemen merupakan keseluruhan proses aktivitas yang dilakukan
oleh sekolompok manusia dalam suatu sistem organisasi dengan menggunakan segala sumber
daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2. Pengertian Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsifungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajer sangat dibutuhkan pada penerapan
4
3.
a.
b.
1)
2)
3)
fungsi-fungsi tersebut. Dalam Fattah (2000:22) teori manajemen klasik berasumsi bahwa
manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan.
Oleh karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses
yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktural atau
anatomi organisasi.
Sejarah Perkembangan Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik awal sekali timbul akibat terjadinya revolusi industri
di Inggris pada abad 18. Para pemikir tersebut memberikan perhatian terhadap masalahmasalah manajemen yang timbul baik itu dikalangan usahawan, industri maupun masyarakat.
Para pemikir itu yang terkenal antara lain, Robert Owen, Henry Fayol, Charles Babbage dan
lainnya.
Adapun manajemen klasik timbul dari kebutuhan akan pedoman untuk mengelola
organisasi yang kompleks, misalnya sebuah pabrik. Manajemen itu tidak dilahirkan, tetapi
dapat diajarkan, asalkan prinsip-prinsip mendasari dan teori umum manajemen dapat
diterapkan.
Berikut dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya teori manajemen, yaitu :
Robert Owen (1771-1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New
Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor
produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan
bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan
keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja
dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan
dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi
oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal
sebagai Bapak Manajemen Personalia.
Charles Babbage (1792-1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh
perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip
ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja dan menurunkan
biaya, karena setiap pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar
para manajer saling bertukar pengalaman dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen.
Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of machinery and
Manufacures. Dia menganjurkan Pembagian kerja (devision of labour), mempunyai beberapa
keunggulan, yaitu :
Mengefisienkan waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang
baru.
Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lain serta akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan
spesialisasi dalam pekerjaannya.
Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus-menerus
dalam tugasnya.
5
4) Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena
perhatiannya pada hal itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling
menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema
perencanaan pembagian keuntungan.
4. Pokok Teori Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik terbagi menjadi dua, yaitu teori manajemen ilmiah
dan teori organisasi klasik.
a. Teori Manajemen Ilmiah
Pelopornya adalah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilberth, dan Henry
Laurance Grant serta Harrington Emerson. Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen
yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar 1900-an. Frederick Winslow
Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar
manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).
Taylor menyusun sekumpulan prinsip yang merupakan inti manajemen
ilmiah. Prinsip-prinsip itu diringkas sebagai berikut :
1) Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan
disetiap unsur-unsur kegiatan.
2) Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan dan
pendidikan kepada pekerja.
3) Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan
tugasnya.
4) Harus dijalin kerjasama yang baik antara pimpinan dan pekerja.
Pendukung teori manajemen ilmiah yang lain adalah Frank B. Gilbert (1878-1924)
dan Lilian Gilberth (1878-1972) yang sukses mengarahkan pada studi gerak dan waktu. Dia
tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang memperoleh efisiensi tertinggi sebagai ilmu
yang menganalisis tugas sampai pada gerak fisik dasar. Diharapkan agar gerak tidak
dihambur-hamburkan dan dihemat serta diharapkan lancar sehingga produktifitas kerja
meningkat.
Dalam konsep Gilbreth, gerakan dan kelelahan saling berkaitan. Dengan kamera film
ia berusaha mencari gerakan paling menghemat untuk setiap pekerjaan, dengan demikian
menaikkan prestasi dan mengurangi kelelahan. Keduanya mengembangkan rencana promosi
3 tahap, yaitu :
1) Mengerjakan pekerjaan saat ini.
2) Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi.
3) Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan.
Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil
menyiapkan promosi karir dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan
menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti
mengajari calon penggantinya.
Pelopor manajemen ilmiah selanjutnya ialah Henry Laurance Gantt (1861-1919).
Beliau merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan, dimana
6
titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan produktivitas kerjanya. Adapun
gagasan yang dicetuskannya yaitu :
1) Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai
tujuan bersama.
2) Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
3) Pembayar upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
4) Penggunaan instruksi kerja yang terperinci.
Harrington
Emerson
(1853-1931)
terkenal
dengan
sebutan efficiency
engineering sebagai tipe konsultasi. Dia melihat penyakit sistem industri adalah pemborosan.
Dia yakin bahwa hancurnya pabrik bukan disebabkan oleh tanah, pekerja dan modal, tetapi
karena miskinnya ide-ide untuk berkembang.
Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi, yaitu:
1) Tujuan dirumuskan dengan jelas.
2) Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3) Dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten.
4) Disiplin.
5) Balas jasa yang adil.
6) Laporan yang reliabel, mutakhir dan valid.
7) Pemberian perintah-perencanaan dan urutan kerja.
8) Adanya standar-standar dan skedul-skedul metode dan waktu kegiatan.
9) Kondisi yang memiliki standar.
10) Operasi yang memiliki standar.
11) Instruksi-instruksi praktis tertulis yang memiliki standar.
12) Balas jasa efisien-rencana insentif (ganjaran akibat efisiensi).
Sumbangan dan Keterbatasan Manajemen Ilmiah
Teori manajemen ilmiah memberikan beberapa sumbangan penting. Produksi masal
merupakan salah satu perwujudan teori manajemen ilmiah. Barang produksi dengan cepat
dan sebanyak-banyaknya seperti proses produksi lini perakitan. Proses produksi semacam itu
sangat efisien. Ide masalisasi seperti itu bahkan mempengaruhi sektor lain, seperti jasa.
“Rumah makan cepat” (fast food restaurant) seperti McDonald mengikuti proses produksi
lini perakitan. Desain pekerjaan, pemilihan dan perkembangan karyawan secara ilmiah juga
merupakan hasil dari teori manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah mendorong pendekatan
rasional untuk memecahkan masalah. Pendekatan semacam itu mendorong pendekatan ilmiah
pada manajemen, dan mendorong pendekatan manajemen sebagai ilmu. Pendekatan ini
mendorong profesionalisme manajemen.
Teori manajemen ilmiah mempunyai beberapa keterbatasan. Asumsi bahwa manusia
(pekerja) tidak selalu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dan fisiknya. Tujuan
produktivitas atau keuntungan cenderung mengarah pada ekploitasi pekerja. Ada beberapa
pendekatan yang cocok untuk waktu/tempat tertentu, tetapi tidak cocok untuk waktu /tempat
yang lain.
b. Teori Organisasi Klasik
Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan
konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadang-
7
1)
2)
3)
4)
5)
6)
kadang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum digambarkan oleh para
teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya terspesialisasi. Para teoritisi
klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan
supervisi ketat untuk mengubah organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien. Teori
klasik sendiri terbagi atas teori birokrasi dan teori administrasi, bahkan ada pula yang
menganggap teori Manajemen ilmiah juga merupakan bagian dari teori organisasi klasik.
Teori organisasi klasik yang pertama ialah teori birokrasi yang dikemukakan oleh Max
Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mulamula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan
dan perencanaan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Weber bentuk
organisasi yang birokratik secara kodratnya adalah bentuk organisasi yang paling efisien.
Weber mengemukakan karakteristik birokrasi sebagai berikut :
Pembagian kerja yang jelas.
Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja.
Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang
jabatan.
Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”.
Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan struktur
dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi masih banyak ditemukan di organisasi-organisasi
modern yang lebih kompleks daripada hubungan “face-to-face” yang sederhana.
Teori organisasi klasik yang kedua ialah teori administrasi. Teori administrasi
berkembang sejak tahun 1990. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan
Henry Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika.
Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam
perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka menekankan
tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan dalam organisasiorganisasi pemerintahan, agama, militer dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut adalah : 1) Prinsip
koordinasi(kerja sama), 2) Prinsip skalar (pendelegasian wewenang dan tanggungjawab),
dan 3) Prinsip fungsional (pembagian kerja).
Tokoh selanjutnya ialah Henry Fayol (1841-1925). Menurut Fayol (Robbins dan
Coulter, 1999), manajemen adalah sebuah kegiatan umum dari semua usaha manusia dalam
bisnis, pemerintahan, dan rumah tangga.
Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan
produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi
yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh
dalam bentuk cetak biru. Fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi
elemen-elemen manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian kegiatan-kegiatan administrasi atas fungsifungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Functionalism atau teori Fungsionalisme Fayol.
Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu
pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan
terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata
8
kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dan dapat
dipahami prinsip-prinsip pokok serta teori umumnya sebagaimana yang telah dirumuskan.
Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam beberapa macam kegiatan :
1) Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.
2) Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan cara mengadakan pembelian bahan mentah dan
menjual hasil produksi.
3) Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan
menggunakan modal.
4) Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan barangbarang kekayaan perusahaan.
5) Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca,
serta berbagai data statistik.
Pada referensi lain ada yang menuliskan satu tambahan kegiatan selain lima kegiatan
diatas, yaitu kegiatan Manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan
pengawasan).
Selanjutnya Fayol juga mengungkapkan ada 14 prinsip manajemen yang merupakan
kebenaran universal yang merupakan prinsip umum manajemen, yaitu:
1) Pembagian Kerja – yaitu adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja.
2) Wewenang/ Otoritas – yaitu adanya hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.
3) Disiplin/ Tata Tertib – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan
organisasi.
4) Kesatuan Perintah/ Komando – bahwa setiap pekerja hanya menerima instruksi tentang
kegiatan tertentu hanya dari seorang atasan.
5) Kesatuan Pengarahan – kegiatan operasional dalam organisasi yang memiliki tujuan yang
sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
6) Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum – kepentingan
perseorangan harus diupayakan agar senantiasa di bawah kepentingan organisasi. Artinya
prioritas harus didahulukan untuk kepentingan bersama daripada untuk kepentingan pribadi.
7) Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik bagi karyawan
maupun pemilik.
8) Sentralisasi – adanya keseimbangan antara pendekatan sentralisasi dengan desentralisasi.
9) Garis wewenang (scalar system)/ rantai skalar / hirarki – adanya garis wewenang dan
perintah yang jelas.
10) Order/ Kemantapan para karyawan dalam pekerjaannya – sumber daya organisasi termasuk
sumber daya manusianya, harus ada pada waktu dan tempat yang tepat. Penempatan orangorang harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan.
11) Keadilan/ kesamaan – Perlakuan dalam organisasi harus sama dan tanpa ada diskriminasi.
12) Stabilitas Staf dalam Organisasi – perlu adanya kestabilan dalam menjalankan organisasi,
tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat.
13) Inisiatif – setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan diberi
kebebasan untuk merencanakan dan menjalankan tugasnya secara kreatif walaupun
memungkinkan terjadinya kesalahan.
14) Esprit de Corps (semangat korps) – Prinsip ini menekankan bahwa pada dasarnya kesatuan
adalah sebuah kekuatan. Pelaksanaan operasional organisasi perlu memiliki kebanggaan,
9
kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps/
kebersamaan.
Selanjutnya berdasarkan sumber referensi yang lain, lebih rinci mengenai
pengembang manajemen aliran klasik serta kontribusi yang mereka berikan terhadap
manajemen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No
1.
Pengembang
Robert Owen
Tahun
1771 - 1858
b)
c)
d)
Kontribusi Terhadap Manajemen
Membangun perumahan bagi pekerja.
Menyediakan kebutuhan rumah tangga bagi pekerja.
Menetapkan mekanisme kerja spesifik.
Penilaian harian terhadap para pekerja secara terbuka.
2.
Charles Babbage
1792 - 1871
Prinsip pembagian kerja sehingga setiap pekerjaan harus
dipecahkan dan setiap pekerja dididik dengan
keterampilan spesifik untuk menyelesaikan
pekerjaannya.
3.
Frederick Winslow
Taylor
1856 - 1915 Penemu manajemen ilmiah dengan prinsip.
a) Pengembangan manajemen ilmiah sebenarnya, misalnya
metode terbaik untuk menyelesaikan setiap pekerjaan.
b) Seleksi secara ilmiah terhadap para pekerja sehingga
pekerja diberi tugas dan tanggung jawab yang cocok.
c) Kerja sama yang bersahabat antara pihak manajemen dan
pekerja.
4.
Henry Laurance
Gantt
1861 - 1919
1.
2.
5.
Frank B. Gilberth
&
Lilian M. Gilberth
10
1868 - 1942
Meninggalkan sistem tarif upah dan diferensial dan
menggantinya dengan motifasi kerja :
Setiap pekerja yang menyelesaikan pekerjaannya diberi
bonus $ 50 Sen.
Mandor akan menerima bonus apabila seluruh pekerjaan
mencapai standar.
Penggambaran jadwal produksi dengan Gantt Chart.
Studi gerak dan waktu meningkatkan semangat kerja.
Keduanya mengembangkan rencana 3 kedudukan, yaitu :
1978 - 1972
a. Mengerjakan pekerjaan saat ini.
b. Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi.
c. Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan.
5. Fungsi Manajemen Klasik
Secara tradisional manajemen klasik memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai
berikut:
a. Merencanakan (planning) adalah menentukan sasaran organisasi dan sarana untuk
pencapaian tujuan.
b. Mengorganisasikan (organizing) adalah menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa
yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja untuk siapa.
c. Memimpin (leading) adalah memberi insparasi dan motivasi kepada karyawan untuk
berusaha keras mencapai sasaran organisasi.
d. Mengendalikan (controlling) adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan
mengambil tindakan korelasi bilamana dibutuhkan.
6. Karakteristik Manajemen Klasik
Dari pemaparan di atas dan dari suatu sumber, terdapat beberapa karakteristik dari
teori manajemen klasik, antara lain yaitu:
a. Pengembangan manajemen dilakukan oleh teoritis.
b. Investasi terbesar adalah karyawan.
c. Tenaga kerja diberi pelatihan keterampilan sesuai operasi pabrik.
d. Karyawan bertanggungjawab atas pekerjaan tertentu yang berulang.
e. Adanya skema pembagian keuntungan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Manajemen Klasik
1. Kelebihan Teori Manajemen Klasik
Dalam manajemen klasik metode ilmiah dapat diterapkan pada bermacam-macam
kegiatan organisasi, jadi bukan hanya pada organisasi industri. Berikut beberapa kelebihan
dari manajemen klasik.
a. Teknik efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study) mampu
meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
b. Metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja menunjukkan pentingnya latihan dan
pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja.
c. Metode ini juga mampu memberikan rancangan kerja dan mendorong manajer untuk
mencari alternatif terbaik dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
d. Manajemen klasik menyediakan banyak teknik dan pendekatan terhadap manajemen yang
masih relevan saat ini sebagai contoh pemahaman secara menyeluruh mengenai sifat dari
pekerjaan yang dilaksanakan, pemilihan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan
tersebut, dan melakukan pendekatan keputusan secara rasional semuanya adalah ide yang
berguna dan masing-masing dikembangkan selama periode ini.
e. Beberapa konsep inti dari model birokratif masih dapat digunakan di dalam rancangan
organisasi modern selama keterbatasan mereka diakui. Manajer seharusnya mengakui bahwa
efisiensi dan produktivitas dapat diukur dan dikendalikan dalam banyak situasi.
11
2. Kekurangan Teori Manajemen Klasik
Selain memiliki kelebihan, manajemen klasik juga diakui memiliki beberapa
keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
1) Manajemen klasik kurang memperhatikan aspek kemanusiaan dari pekerja, seperti motif,
tujuan, perilaku, dan lain sebagainya.
2) Dalam organisasi modern yang kompleks seperti sekarang, manajemen klasik dianggap
terlalu umum. Di manajemen modern, terkadang garis wewenang agak kabur. Saat ini
terkadang teknisi bisa mendapat perintah dari manajer pabrik (atasan dari atasan teknisi
(mandor). Ini membuat pertentangan antara prinsip pembagian kerja dan kesatuan perintah.
3) Peningkatan produktivitas memungkinkan peningkatan hasil, tetapi sering mengakibatkan
pemberhentian pekerja atau diubahnya upah.
4) Teori ini kurang melihat kebutuhan sosial para pekerja dan tidak pernah melihat keteganganketegangan yang terjadi karena kebutuhan itu tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena manajer
yang mengikuti aliran ini hanya memperhatikan aspek material dan fisik.
5) Manajer juga harus mengakui keterbatasan dari perspektif klasik dan menghindari fokus
sempitnya terhadap efisiensi dari perspektif penting lainnya. Kekurangan dari manajemen
klasik ialah prespektif tersebut menganggap remeh peran individu dalam organisasi.
Sedangkan menurut Filley, Kerr dan Hous (1976) dalam Fattah (2000:24) kelemahankelemahan teori klasik secara garis besar dikemukakan sebagai berikut:
1) Teori klasik adalah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada permulaan abad
dua puluhan, karena motif pekerja waktu itu yang terutama ialah memenuhi kebutuhan
fisiologis.
2) Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat menekankan pada prinsipprinsip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai dimensi dalam manajemen seperti
motivasi, pengambilan keputusan, dan hubungan informal.
3) Teori ini merumuskan asumsinya secara eksplisit. Malahan banyak asumsi yang lemah dan
tidak lengkap secara implisit terdapat dalam teori klasik itu, antara lain: efisiensi hanya
diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya menyangkut penggunaan sumber secara
ekonomis tanpa memperhitungkan faktor manusiawi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Teori Manajemen Klasik
Suatu teori akan selalu penting dan senantiasa tepat untuk dipelajari jika teori tersebut
terus mengalami perkembangan sesuai perubahan jaman agar teori selalu tepat diterapkan
kapan saja. Ada banyak teori yang berkembang dalam ilmu pengetahuan dunia saat ini
termasuk teori tentang manajemen. Banyak ahli manajemen yang menuliskan tentang teori
manajemen dengan beragam pandangan atau persepsinya masing-masing yang tentu didasari
oleh proses pengkajian yang mendalam. Sehingga tidak jarang ditemui cukup banyak
perbedaan dalam pembahasan suatu teori manajemen.
12
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Mengenai teori manajemen secara umum ada banyak pengembangan dari teori
manajemen yang dituliskan secara berbeda dari beragam referensi, pada suatu referensi
disebutkan bahwa terdapat tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu:
Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. (ada referensi
lain pula yang menyebutkan teori organisasi klasik terbagi menjadi teori birokrasi dan teori
administrasi).
Aliran hubungan manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasik atau pasca klasik.
Aliran manajemen modern.
Ada pula referensi lain yang menyebutkan secara garis besar konsep manajemen
dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
Konsep Manajemen Klasik
Konsep Manajemen Behavioristik
Konsep Manajemen Systems Model
Konsep Manajemen Networking
Selanjutnya terdapat referensi lain pula yang menyebutkan bahwa Konsep dasar
manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang tidak terlepas dari para
ahli manajemen. Secara umum perkembangan teori manajemen dapat dibagi menjadi 4, yaitu
:
Manajemen ilmiah (1870 – 1930)
Manajemen klasik (1900 – 1940)
Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940)
Manajemen modern (1940 – sekarang)
Sehingga untuk membahas mengenai manajemen klasik itu sendiri perlu dibuat
bahasan apakah manajemen klasik dibahas sebagai suatu konsep atau aliran ataukah teori
organisasi, karena ketika membahasnya sebagai suatu aliran maka seperti yang dikemukakan
diatas bahwa manajemen aliran klasik terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi
klasik, sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen ilmiah merupakan bagian dari
manajemen klasik. Sedangkan jika dibahas sebagai suatu teori maka dapat dilihat pada
pemaparan di atas bahwa manajemen ilmiah berbeda atau terpisah dari manajemen klasik.
Selain terdapat perbedaan dari segi bahasan apakah manajemen klasik dipandang
sebagai suatu aliran ataukah konsep/ teori, terdapat pula perbedaan dari segi tokoh yang
menjadi pelopor manajemen ilmiah. Namun dibalik segala perbedaan yang ada, tetap terdapat
suatu titik temu atau pokok teori manajemen klasik yang dalam hal ini dapat dilihat pada
pemaparan karakteristik, kelebihan dan kelemahan teori manajemen klasik. Bagaimanapun,
pembahasan suatu teori akan tepat sasaran jika difokuskan pembahasannya pada suatu aspek
atau sudut pandang tertentu.
Inti dari teori manajemen klasik ialah lebih merupakan suatu teori manajemen yang
mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya peningkatan
kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan dituntut tanggungjawab
untuk menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan
latihan yang memadai demi meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari
alternatif metode terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan.
Sudah tentu ketika terfokuskannya seseorang pada suatu pencapaian tujuan tertentu, maka
tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada saja aspek lain yang kurang diperhatikan, begitu pula
13
dengan teori manajemen klasik tersebut sehingga teori ini pun tidak luput dari kekurangan
atau keterbatasan.
B. Penerapan Teori Manajemen Klasik dalam Administrasi Pendidikan
Saat ini manajemen administrasi pendidikan yang banyak dilaksanakan ialah program
administrasi pendidikan yang umum. Dalam program administrasi pendidikan
diklasifikasikan empat jenis layanan, yaitu layanan dasar administrasi, layanan responsif,
layanan perencanaan individual dan dukungan sistem. Dalam dukungan sistem dijelaskan
mengenai kegiatan manajemen yang merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara dan meningkatkan mutu program administrasi melalui kegiatan-kegiatan:
pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya, dan pengembangan
penataan kebijaksanaan.
Beberapa hal di atas ada yang sejalan dengan konsep manajemen klasik, misalkan
dalam pengembangan staf. Dalam manajemen klasik diterapkan teknik efisiensi dan
penelitian waktu dan gerak (time and motion study) yang mampu meningkatkan efisiensi dan
produktivitas tenaga kerja serta diterapkannya pula metode pemilikan dan pengembangan
tenaga kerja yang menunjukkan pentingnya latihan dan pendidikan untuk meningkatkan
efektivitas kerja dan diterapkannya pemilihan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan
tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut, dari sini dapat terlihat bahwa dalam konsep
manajemen klasik sangat memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana program
bimbingan konselor haruslah profesional terhadap bidangnya karena kegiatan bimbingan dan
konseling hanya dapat dilakukan oleh orang yang profesional agar terhindar dari mall
praktek.
Selanjutnya dalam teori birokrasi manajemen klasik juga diterapkan pembagian kerja
yang jelas, dan dalam pelaksanaan program administrasipun dilakukan pembagian kerja yang
jelas dari kepala sekolah sebagai manajer dalam manajemen sekolah kepada seluruh personel
sekolah agar semua mampu terlibat secara tepat dalam mendukung terlaksananya
administrasi yang disusun oleh guru. Dari dua hal yang coba dikemukakan di atas sudah
cukup menjelaskan bahwa manajemen klasik dalam hal tertentu masih tepat digunakan dalam
pelaksanaan administrasi pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori Manajemen di
bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang
bergerak dalam bidang bisnis.
2. Dalam perkembangannya Teori Manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1)
Teori Manajemen Kuno; (2) Teori Manajemen Klasik (tokohnya antara lain Robert Owen
(1771-1858) & Charles Babbage (1792-1871) ); dan (3) Teori Manajemen Kontemporer.
3. Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat diwarnai dengan
manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada era reformasi
berkembang menjadi desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
14
yang intinya sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring
dengan pemberian wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah (otonomi daerah).
4. Secara umum manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Manajemen klasik lebih merupakan suatu teori manajemen yang mengedepankan
produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya peningkatan kualitas pekerja/
karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan dituntut tanggungjawab untuk
menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan
yang memadai demi meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif
metode terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan.
6. Konsep manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikian sangat memperhatikan
pengembangan staf, apalagi pelaksana program administrasi pendidikan haruslah profesional
terhadap bidangnya karena kegiatan administrasi hanya dapat dilakukan oleh orang yang
profesional agar terhindar dari kesalahan praktek.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan diharapkan selalu berupaya menambah
khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan penunjang profesionalisme
kerja, termasuk dalam kaitannya dengan pemahaman akan manajemen pendidikan.
2. Bagi administrator sebagai pelaksana administrasi sangat penting kiranya untuk dapat
menerapkan manajemen yang efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan program
pelayanan administrasi.
3. Bagi kepala sekolah sebagai manajer utama di sekolah, maka perlu kiranya melaksanakan
manajemen sekolah yang efektif guna terlaksananya tujuan pendidikan di sekolah secara
optimal termasuk kaitannya dengan dukungan akan program administrasi di sekolah yang
memiliki peran penting dalam menunjang kemajuan sekolah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. 2003. Management (manajemen) Edisi 6 Penerjemah Edward Tanujaya, Shirly
Tiolina. Jakarta: Salemba Empat.
Fattah, Nanang. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Yogyakarta: UPP-AMPYKPN.
Mulyono, MA. 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Siswanto, H.B. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyo. 2013. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Kerjasama PPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.
Suherman, Uman. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Mandani Production.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_manajemen_umum/Bab_2.pdf diakses
pada tanggal 12 September 2016.
16
Download