1 Daftar Isi Kata Pengantar..............................................................................................1 Daftar Isi........................................................................................................2 Bab I..............................................................................................................3 Bab II.............................................................................................................6 Bab III..........................................................................................................12 Bab IV..........................................................................................................14 Daftar Pustaka..............................................................................................16 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu manajemen hingga saat ini terus berkembang. Ilmu manajemen memberikan pemahaman tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer. Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak bisa lepas dari perencanaan, peroganisasian untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang sudah dirumuskan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kita tidak bisa lepas dari manajemen, baik manajemen diri sendiri maupun manajemen dalam bidang pekerjaan ataupun organisasi. Howard M. Carlisle (dalam Sugiyo, 2013:27) menyatakan bahwa “management is the process by which the element of a group are integrated, coordinated, and efficiently achieveobjective” (Manajemen adalah proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien). Penerapan manajemen telah dilakukan di segala aspek bidang dalam kehidupan bermasyarakat seperti halnya di dunia politik, organisasi, perusahaan, instansi ataupun lembaga-lembaga pemerintahan. Dalam dunia pendidikan juga peran manajemen sangat penting khususnya dalam Administrasi Pendidikan. Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Pidarta, 1988:4). Sedangkan perkembangan teori manajemen itu sendiri sampai saat ini terus berkembang. Banyak para ahli yang menjumpai pandangan yang berbeda-beda dalam hal penerapannya. Dalam perkembangannya sendiri belum ada teori manajemen yang bersifat baku ataupun kumpulan-kumpulan hukum yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Banyak teori yang berbeda yang digunakan dalam manajemen tersebut. Secara umum teori manajemen ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : Manajemen ilmiah (1870 – 1930), Manajemen klasik (1900 – 1940), Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940), dan Manajemen modern (1940 – sekarang). Teori-teori manajemen ini terus berkembang sampai dengan saat ini. Berdasarkan perkembangan teori-teori tersebut maka kita akan melihat konsep mana yang cocok dan bagus digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Di dunia pendidikan khususnya Administrasi Pendidikan di sekolah konsep yang seperti apa yang bagus diterapkan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep manajemen klasik itu sendiri. 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan permasalahkan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan teori manajemen klasik? 2. Bagaimanakah sejarah perkembangan teori manajemen klasik? 3. Apa saja pokok teori manajemen klasik? 4. Apa fungsi dan karakteristik dari manajem klasik? 5. Apa kelebihan dan kekurangan teori manajemen klasik? 6. Bagaimana penerapan manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikan khususnya perencanaan pendidikan? C. Tujuan Pembuatan Makalah Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. 2. Untuk mengetahui dan memahami teori manajemen klasik. 3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan teori manajemen klasik dalam Pendidikan Administrasi BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Klasik 1. Pengertian Manajemen Kata manajemen merupakan terjemahan dari bahasa inggris “to manage” yang berarti mengelola. Kata mengelola mempunyai makna yang luas seperti mengatur, mengarahkan, mengendalikan, menangani, dan melaksanakan serta memimpin (Sugiyo, 2013:27) Menurut Hersey dan Blanchard (2001:3) (dalam Sugiyo, 2013:27) mengemukakan manajemen sebagai “management is working with and throught individuals and growth to accomplish organizational goals” sedangkan stoner (1992:8) mengemukakan bahwa manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguanaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dalam Suherman (2007:35) manajemen diartikan sebagai proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan. Lebih jauh manajemen merupakan keseluruhan proses aktivitas yang dilakukan oleh sekolompok manusia dalam suatu sistem organisasi dengan menggunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 2. Pengertian Manajemen Klasik Teori Manajemen Aliran Klasik mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsifungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajer sangat dibutuhkan pada penerapan 4 3. a. b. 1) 2) 3) fungsi-fungsi tersebut. Dalam Fattah (2000:22) teori manajemen klasik berasumsi bahwa manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktural atau anatomi organisasi. Sejarah Perkembangan Manajemen Klasik Teori Manajemen Aliran Klasik awal sekali timbul akibat terjadinya revolusi industri di Inggris pada abad 18. Para pemikir tersebut memberikan perhatian terhadap masalahmasalah manajemen yang timbul baik itu dikalangan usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir itu yang terkenal antara lain, Robert Owen, Henry Fayol, Charles Babbage dan lainnya. Adapun manajemen klasik timbul dari kebutuhan akan pedoman untuk mengelola organisasi yang kompleks, misalnya sebuah pabrik. Manajemen itu tidak dilahirkan, tetapi dapat diajarkan, asalkan prinsip-prinsip mendasari dan teori umum manajemen dapat diterapkan. Berikut dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya teori manajemen, yaitu : Robert Owen (1771-1858) Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia. Charles Babbage (1792-1871) Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja dan menurunkan biaya, karena setiap pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer saling bertukar pengalaman dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen. Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of machinery and Manufacures. Dia menganjurkan Pembagian kerja (devision of labour), mempunyai beberapa keunggulan, yaitu : Mengefisienkan waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru. Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain serta akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya. Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus-menerus dalam tugasnya. 5 4) Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada hal itu-itu saja. Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan. 4. Pokok Teori Manajemen Klasik Teori Manajemen Aliran Klasik terbagi menjadi dua, yaitu teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. a. Teori Manajemen Ilmiah Pelopornya adalah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilberth, dan Henry Laurance Grant serta Harrington Emerson. Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar 1900-an. Frederick Winslow Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management). Taylor menyusun sekumpulan prinsip yang merupakan inti manajemen ilmiah. Prinsip-prinsip itu diringkas sebagai berikut : 1) Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan. 2) Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja. 3) Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugasnya. 4) Harus dijalin kerjasama yang baik antara pimpinan dan pekerja. Pendukung teori manajemen ilmiah yang lain adalah Frank B. Gilbert (1878-1924) dan Lilian Gilberth (1878-1972) yang sukses mengarahkan pada studi gerak dan waktu. Dia tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang memperoleh efisiensi tertinggi sebagai ilmu yang menganalisis tugas sampai pada gerak fisik dasar. Diharapkan agar gerak tidak dihambur-hamburkan dan dihemat serta diharapkan lancar sehingga produktifitas kerja meningkat. Dalam konsep Gilbreth, gerakan dan kelelahan saling berkaitan. Dengan kamera film ia berusaha mencari gerakan paling menghemat untuk setiap pekerjaan, dengan demikian menaikkan prestasi dan mengurangi kelelahan. Keduanya mengembangkan rencana promosi 3 tahap, yaitu : 1) Mengerjakan pekerjaan saat ini. 2) Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi. 3) Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan. Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil menyiapkan promosi karir dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti mengajari calon penggantinya. Pelopor manajemen ilmiah selanjutnya ialah Henry Laurance Gantt (1861-1919). Beliau merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan, dimana 6 titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan produktivitas kerjanya. Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu : 1) Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama. 2) Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja. 3) Pembayar upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus. 4) Penggunaan instruksi kerja yang terperinci. Harrington Emerson (1853-1931) terkenal dengan sebutan efficiency engineering sebagai tipe konsultasi. Dia melihat penyakit sistem industri adalah pemborosan. Dia yakin bahwa hancurnya pabrik bukan disebabkan oleh tanah, pekerja dan modal, tetapi karena miskinnya ide-ide untuk berkembang. Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi, yaitu: 1) Tujuan dirumuskan dengan jelas. 2) Kegiatan yang dilakukan masuk akal. 3) Dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten. 4) Disiplin. 5) Balas jasa yang adil. 6) Laporan yang reliabel, mutakhir dan valid. 7) Pemberian perintah-perencanaan dan urutan kerja. 8) Adanya standar-standar dan skedul-skedul metode dan waktu kegiatan. 9) Kondisi yang memiliki standar. 10) Operasi yang memiliki standar. 11) Instruksi-instruksi praktis tertulis yang memiliki standar. 12) Balas jasa efisien-rencana insentif (ganjaran akibat efisiensi). Sumbangan dan Keterbatasan Manajemen Ilmiah Teori manajemen ilmiah memberikan beberapa sumbangan penting. Produksi masal merupakan salah satu perwujudan teori manajemen ilmiah. Barang produksi dengan cepat dan sebanyak-banyaknya seperti proses produksi lini perakitan. Proses produksi semacam itu sangat efisien. Ide masalisasi seperti itu bahkan mempengaruhi sektor lain, seperti jasa. “Rumah makan cepat” (fast food restaurant) seperti McDonald mengikuti proses produksi lini perakitan. Desain pekerjaan, pemilihan dan perkembangan karyawan secara ilmiah juga merupakan hasil dari teori manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah mendorong pendekatan rasional untuk memecahkan masalah. Pendekatan semacam itu mendorong pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mendorong pendekatan manajemen sebagai ilmu. Pendekatan ini mendorong profesionalisme manajemen. Teori manajemen ilmiah mempunyai beberapa keterbatasan. Asumsi bahwa manusia (pekerja) tidak selalu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dan fisiknya. Tujuan produktivitas atau keuntungan cenderung mengarah pada ekploitasi pekerja. Ada beberapa pendekatan yang cocok untuk waktu/tempat tertentu, tetapi tidak cocok untuk waktu /tempat yang lain. b. Teori Organisasi Klasik Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadang- 7 1) 2) 3) 4) 5) 6) kadang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien. Teori klasik sendiri terbagi atas teori birokrasi dan teori administrasi, bahkan ada pula yang menganggap teori Manajemen ilmiah juga merupakan bagian dari teori organisasi klasik. Teori organisasi klasik yang pertama ialah teori birokrasi yang dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mulamula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perencanaan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Weber bentuk organisasi yang birokratik secara kodratnya adalah bentuk organisasi yang paling efisien. Weber mengemukakan karakteristik birokrasi sebagai berikut : Pembagian kerja yang jelas. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik. Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja. Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan. Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”. Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan struktur dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi masih banyak ditemukan di organisasi-organisasi modern yang lebih kompleks daripada hubungan “face-to-face” yang sederhana. Teori organisasi klasik yang kedua ialah teori administrasi. Teori administrasi berkembang sejak tahun 1990. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henry Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika. Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka menekankan tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan dalam organisasiorganisasi pemerintahan, agama, militer dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut adalah : 1) Prinsip koordinasi(kerja sama), 2) Prinsip skalar (pendelegasian wewenang dan tanggungjawab), dan 3) Prinsip fungsional (pembagian kerja). Tokoh selanjutnya ialah Henry Fayol (1841-1925). Menurut Fayol (Robbins dan Coulter, 1999), manajemen adalah sebuah kegiatan umum dari semua usaha manusia dalam bisnis, pemerintahan, dan rumah tangga. Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi elemen-elemen manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian kegiatan-kegiatan administrasi atas fungsifungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Functionalism atau teori Fungsionalisme Fayol. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata 8 kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dan dapat dipahami prinsip-prinsip pokok serta teori umumnya sebagaimana yang telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam beberapa macam kegiatan : 1) Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang produksi. 2) Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan cara mengadakan pembelian bahan mentah dan menjual hasil produksi. 3) Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan menggunakan modal. 4) Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan barangbarang kekayaan perusahaan. 5) Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai data statistik. Pada referensi lain ada yang menuliskan satu tambahan kegiatan selain lima kegiatan diatas, yaitu kegiatan Manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan pengawasan). Selanjutnya Fayol juga mengungkapkan ada 14 prinsip manajemen yang merupakan kebenaran universal yang merupakan prinsip umum manajemen, yaitu: 1) Pembagian Kerja – yaitu adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja. 2) Wewenang/ Otoritas – yaitu adanya hak untuk memberi perintah dan dipatuhi. 3) Disiplin/ Tata Tertib – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan organisasi. 4) Kesatuan Perintah/ Komando – bahwa setiap pekerja hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu hanya dari seorang atasan. 5) Kesatuan Pengarahan – kegiatan operasional dalam organisasi yang memiliki tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana. 6) Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum – kepentingan perseorangan harus diupayakan agar senantiasa di bawah kepentingan organisasi. Artinya prioritas harus didahulukan untuk kepentingan bersama daripada untuk kepentingan pribadi. 7) Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik. 8) Sentralisasi – adanya keseimbangan antara pendekatan sentralisasi dengan desentralisasi. 9) Garis wewenang (scalar system)/ rantai skalar / hirarki – adanya garis wewenang dan perintah yang jelas. 10) Order/ Kemantapan para karyawan dalam pekerjaannya – sumber daya organisasi termasuk sumber daya manusianya, harus ada pada waktu dan tempat yang tepat. Penempatan orangorang harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan. 11) Keadilan/ kesamaan – Perlakuan dalam organisasi harus sama dan tanpa ada diskriminasi. 12) Stabilitas Staf dalam Organisasi – perlu adanya kestabilan dalam menjalankan organisasi, tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. 13) Inisiatif – setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan diberi kebebasan untuk merencanakan dan menjalankan tugasnya secara kreatif walaupun memungkinkan terjadinya kesalahan. 14) Esprit de Corps (semangat korps) – Prinsip ini menekankan bahwa pada dasarnya kesatuan adalah sebuah kekuatan. Pelaksanaan operasional organisasi perlu memiliki kebanggaan, 9 kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps/ kebersamaan. Selanjutnya berdasarkan sumber referensi yang lain, lebih rinci mengenai pengembang manajemen aliran klasik serta kontribusi yang mereka berikan terhadap manajemen dapat dilihat pada tabel berikut ini: No 1. Pengembang Robert Owen Tahun 1771 - 1858 b) c) d) Kontribusi Terhadap Manajemen Membangun perumahan bagi pekerja. Menyediakan kebutuhan rumah tangga bagi pekerja. Menetapkan mekanisme kerja spesifik. Penilaian harian terhadap para pekerja secara terbuka. 2. Charles Babbage 1792 - 1871 Prinsip pembagian kerja sehingga setiap pekerjaan harus dipecahkan dan setiap pekerja dididik dengan keterampilan spesifik untuk menyelesaikan pekerjaannya. 3. Frederick Winslow Taylor 1856 - 1915 Penemu manajemen ilmiah dengan prinsip. a) Pengembangan manajemen ilmiah sebenarnya, misalnya metode terbaik untuk menyelesaikan setiap pekerjaan. b) Seleksi secara ilmiah terhadap para pekerja sehingga pekerja diberi tugas dan tanggung jawab yang cocok. c) Kerja sama yang bersahabat antara pihak manajemen dan pekerja. 4. Henry Laurance Gantt 1861 - 1919 1. 2. 5. Frank B. Gilberth & Lilian M. Gilberth 10 1868 - 1942 Meninggalkan sistem tarif upah dan diferensial dan menggantinya dengan motifasi kerja : Setiap pekerja yang menyelesaikan pekerjaannya diberi bonus $ 50 Sen. Mandor akan menerima bonus apabila seluruh pekerjaan mencapai standar. Penggambaran jadwal produksi dengan Gantt Chart. Studi gerak dan waktu meningkatkan semangat kerja. Keduanya mengembangkan rencana 3 kedudukan, yaitu : 1978 - 1972 a. Mengerjakan pekerjaan saat ini. b. Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi. c. Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan. 5. Fungsi Manajemen Klasik Secara tradisional manajemen klasik memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai berikut: a. Merencanakan (planning) adalah menentukan sasaran organisasi dan sarana untuk pencapaian tujuan. b. Mengorganisasikan (organizing) adalah menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja untuk siapa. c. Memimpin (leading) adalah memberi insparasi dan motivasi kepada karyawan untuk berusaha keras mencapai sasaran organisasi. d. Mengendalikan (controlling) adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan korelasi bilamana dibutuhkan. 6. Karakteristik Manajemen Klasik Dari pemaparan di atas dan dari suatu sumber, terdapat beberapa karakteristik dari teori manajemen klasik, antara lain yaitu: a. Pengembangan manajemen dilakukan oleh teoritis. b. Investasi terbesar adalah karyawan. c. Tenaga kerja diberi pelatihan keterampilan sesuai operasi pabrik. d. Karyawan bertanggungjawab atas pekerjaan tertentu yang berulang. e. Adanya skema pembagian keuntungan. B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Manajemen Klasik 1. Kelebihan Teori Manajemen Klasik Dalam manajemen klasik metode ilmiah dapat diterapkan pada bermacam-macam kegiatan organisasi, jadi bukan hanya pada organisasi industri. Berikut beberapa kelebihan dari manajemen klasik. a. Teknik efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study) mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja. b. Metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja menunjukkan pentingnya latihan dan pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja. c. Metode ini juga mampu memberikan rancangan kerja dan mendorong manajer untuk mencari alternatif terbaik dalam melaksanakan suatu pekerjaan. d. Manajemen klasik menyediakan banyak teknik dan pendekatan terhadap manajemen yang masih relevan saat ini sebagai contoh pemahaman secara menyeluruh mengenai sifat dari pekerjaan yang dilaksanakan, pemilihan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut, dan melakukan pendekatan keputusan secara rasional semuanya adalah ide yang berguna dan masing-masing dikembangkan selama periode ini. e. Beberapa konsep inti dari model birokratif masih dapat digunakan di dalam rancangan organisasi modern selama keterbatasan mereka diakui. Manajer seharusnya mengakui bahwa efisiensi dan produktivitas dapat diukur dan dikendalikan dalam banyak situasi. 11 2. Kekurangan Teori Manajemen Klasik Selain memiliki kelebihan, manajemen klasik juga diakui memiliki beberapa keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut diantaranya ialah sebagai berikut: 1) Manajemen klasik kurang memperhatikan aspek kemanusiaan dari pekerja, seperti motif, tujuan, perilaku, dan lain sebagainya. 2) Dalam organisasi modern yang kompleks seperti sekarang, manajemen klasik dianggap terlalu umum. Di manajemen modern, terkadang garis wewenang agak kabur. Saat ini terkadang teknisi bisa mendapat perintah dari manajer pabrik (atasan dari atasan teknisi (mandor). Ini membuat pertentangan antara prinsip pembagian kerja dan kesatuan perintah. 3) Peningkatan produktivitas memungkinkan peningkatan hasil, tetapi sering mengakibatkan pemberhentian pekerja atau diubahnya upah. 4) Teori ini kurang melihat kebutuhan sosial para pekerja dan tidak pernah melihat keteganganketegangan yang terjadi karena kebutuhan itu tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena manajer yang mengikuti aliran ini hanya memperhatikan aspek material dan fisik. 5) Manajer juga harus mengakui keterbatasan dari perspektif klasik dan menghindari fokus sempitnya terhadap efisiensi dari perspektif penting lainnya. Kekurangan dari manajemen klasik ialah prespektif tersebut menganggap remeh peran individu dalam organisasi. Sedangkan menurut Filley, Kerr dan Hous (1976) dalam Fattah (2000:24) kelemahankelemahan teori klasik secara garis besar dikemukakan sebagai berikut: 1) Teori klasik adalah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada permulaan abad dua puluhan, karena motif pekerja waktu itu yang terutama ialah memenuhi kebutuhan fisiologis. 2) Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat menekankan pada prinsipprinsip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai dimensi dalam manajemen seperti motivasi, pengambilan keputusan, dan hubungan informal. 3) Teori ini merumuskan asumsinya secara eksplisit. Malahan banyak asumsi yang lemah dan tidak lengkap secara implisit terdapat dalam teori klasik itu, antara lain: efisiensi hanya diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya menyangkut penggunaan sumber secara ekonomis tanpa memperhitungkan faktor manusiawi. BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Teori Manajemen Klasik Suatu teori akan selalu penting dan senantiasa tepat untuk dipelajari jika teori tersebut terus mengalami perkembangan sesuai perubahan jaman agar teori selalu tepat diterapkan kapan saja. Ada banyak teori yang berkembang dalam ilmu pengetahuan dunia saat ini termasuk teori tentang manajemen. Banyak ahli manajemen yang menuliskan tentang teori manajemen dengan beragam pandangan atau persepsinya masing-masing yang tentu didasari oleh proses pengkajian yang mendalam. Sehingga tidak jarang ditemui cukup banyak perbedaan dalam pembahasan suatu teori manajemen. 12 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Mengenai teori manajemen secara umum ada banyak pengembangan dari teori manajemen yang dituliskan secara berbeda dari beragam referensi, pada suatu referensi disebutkan bahwa terdapat tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu: Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. (ada referensi lain pula yang menyebutkan teori organisasi klasik terbagi menjadi teori birokrasi dan teori administrasi). Aliran hubungan manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasik atau pasca klasik. Aliran manajemen modern. Ada pula referensi lain yang menyebutkan secara garis besar konsep manajemen dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu: Konsep Manajemen Klasik Konsep Manajemen Behavioristik Konsep Manajemen Systems Model Konsep Manajemen Networking Selanjutnya terdapat referensi lain pula yang menyebutkan bahwa Konsep dasar manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang tidak terlepas dari para ahli manajemen. Secara umum perkembangan teori manajemen dapat dibagi menjadi 4, yaitu : Manajemen ilmiah (1870 – 1930) Manajemen klasik (1900 – 1940) Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940) Manajemen modern (1940 – sekarang) Sehingga untuk membahas mengenai manajemen klasik itu sendiri perlu dibuat bahasan apakah manajemen klasik dibahas sebagai suatu konsep atau aliran ataukah teori organisasi, karena ketika membahasnya sebagai suatu aliran maka seperti yang dikemukakan diatas bahwa manajemen aliran klasik terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik, sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen ilmiah merupakan bagian dari manajemen klasik. Sedangkan jika dibahas sebagai suatu teori maka dapat dilihat pada pemaparan di atas bahwa manajemen ilmiah berbeda atau terpisah dari manajemen klasik. Selain terdapat perbedaan dari segi bahasan apakah manajemen klasik dipandang sebagai suatu aliran ataukah konsep/ teori, terdapat pula perbedaan dari segi tokoh yang menjadi pelopor manajemen ilmiah. Namun dibalik segala perbedaan yang ada, tetap terdapat suatu titik temu atau pokok teori manajemen klasik yang dalam hal ini dapat dilihat pada pemaparan karakteristik, kelebihan dan kelemahan teori manajemen klasik. Bagaimanapun, pembahasan suatu teori akan tepat sasaran jika difokuskan pembahasannya pada suatu aspek atau sudut pandang tertentu. Inti dari teori manajemen klasik ialah lebih merupakan suatu teori manajemen yang mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya peningkatan kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan dituntut tanggungjawab untuk menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan yang memadai demi meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif metode terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan. Sudah tentu ketika terfokuskannya seseorang pada suatu pencapaian tujuan tertentu, maka tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada saja aspek lain yang kurang diperhatikan, begitu pula 13 dengan teori manajemen klasik tersebut sehingga teori ini pun tidak luput dari kekurangan atau keterbatasan. B. Penerapan Teori Manajemen Klasik dalam Administrasi Pendidikan Saat ini manajemen administrasi pendidikan yang banyak dilaksanakan ialah program administrasi pendidikan yang umum. Dalam program administrasi pendidikan diklasifikasikan empat jenis layanan, yaitu layanan dasar administrasi, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem. Dalam dukungan sistem dijelaskan mengenai kegiatan manajemen yang merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program administrasi melalui kegiatan-kegiatan: pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya, dan pengembangan penataan kebijaksanaan. Beberapa hal di atas ada yang sejalan dengan konsep manajemen klasik, misalkan dalam pengembangan staf. Dalam manajemen klasik diterapkan teknik efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study) yang mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja serta diterapkannya pula metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja yang menunjukkan pentingnya latihan dan pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja dan diterapkannya pemilihan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut, dari sini dapat terlihat bahwa dalam konsep manajemen klasik sangat memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana program bimbingan konselor haruslah profesional terhadap bidangnya karena kegiatan bimbingan dan konseling hanya dapat dilakukan oleh orang yang profesional agar terhindar dari mall praktek. Selanjutnya dalam teori birokrasi manajemen klasik juga diterapkan pembagian kerja yang jelas, dan dalam pelaksanaan program administrasipun dilakukan pembagian kerja yang jelas dari kepala sekolah sebagai manajer dalam manajemen sekolah kepada seluruh personel sekolah agar semua mampu terlibat secara tepat dalam mendukung terlaksananya administrasi yang disusun oleh guru. Dari dua hal yang coba dikemukakan di atas sudah cukup menjelaskan bahwa manajemen klasik dalam hal tertentu masih tepat digunakan dalam pelaksanaan administrasi pendidikan. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori Manajemen di bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang bisnis. 2. Dalam perkembangannya Teori Manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Teori Manajemen Kuno; (2) Teori Manajemen Klasik (tokohnya antara lain Robert Owen (1771-1858) & Charles Babbage (1792-1871) ); dan (3) Teori Manajemen Kontemporer. 3. Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat diwarnai dengan manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada era reformasi berkembang menjadi desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 14 yang intinya sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah (otonomi daerah). 4. Secara umum manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5. Manajemen klasik lebih merupakan suatu teori manajemen yang mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya peningkatan kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan dituntut tanggungjawab untuk menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan yang memadai demi meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif metode terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan. 6. Konsep manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikian sangat memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana program administrasi pendidikan haruslah profesional terhadap bidangnya karena kegiatan administrasi hanya dapat dilakukan oleh orang yang profesional agar terhindar dari kesalahan praktek. B. Saran 1. Bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan diharapkan selalu berupaya menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan penunjang profesionalisme kerja, termasuk dalam kaitannya dengan pemahaman akan manajemen pendidikan. 2. Bagi administrator sebagai pelaksana administrasi sangat penting kiranya untuk dapat menerapkan manajemen yang efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan program pelayanan administrasi. 3. Bagi kepala sekolah sebagai manajer utama di sekolah, maka perlu kiranya melaksanakan manajemen sekolah yang efektif guna terlaksananya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal termasuk kaitannya dengan dukungan akan program administrasi di sekolah yang memiliki peran penting dalam menunjang kemajuan sekolah. 15 DAFTAR PUSTAKA Daft, Richard L. 2003. Management (manajemen) Edisi 6 Penerjemah Edward Tanujaya, Shirly Tiolina. Jakarta: Salemba Empat. Fattah, Nanang. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Yogyakarta: UPP-AMPYKPN. Mulyono, MA. 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara. Siswanto, H.B. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyo. 2013. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya. Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Kerjasama PPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya. Suherman, Uman. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Mandani Production. Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_manajemen_umum/Bab_2.pdf diakses pada tanggal 12 September 2016. 16