HALAMAN K ELA YAK A N PUBLIKASI Artikel Jurnal Tugas Akhir Karakterisasi Kolagen Sapi dan Ikan Tuna Hasil Ekstraksi Menggunakan Metode Asam dan Modifikasi Asam-Enzim NUR AFIFAH NRP : 110119323 Yang Mengesahkan, Dosen Pembimbing I Kusuma Hendrajaya, S.Si., M.Si., Apt Fakultas Farmasi Karakterisasi Kolagen Sapi dan Ikan Tuna Hasil Ekstraksi Menggunakan Metode Asam dan Modifikasi Asam-Enzim Nur Afifah*, Kusuma Hendrajaya Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 *Corresponding author: afifah2127@gmail.com Abstract — Collagen offers numerous benefits in the medical and pharmaceutical domains. Its applications encompass treating hypertension, urinary issues, osteoarthritis-related pain, and tissue engineering for human implants. It also inhibits angiogenic diseases like diabetes, obesity, and arthritis complications. Collagen finds use in food (edible casing), cosmetics (skin cream, shampoo, hair and nail products), and medical fields (plasma enlargement, hemostatic agents, surgical suture materials, prosthetic valve and organ repair, hemodialysis, artificial bone, oxygen membrane formation, and damaged organ recovery). Collagen manufacturing's key parameter is yield, reflecting efficiency. Acid and acid-enzyme extraction produced varying yields. FTIR and DSC characterization utilized chemometrics. Acid-enzyme cowhide and acid-enzyme tuna skin extractions share characteristics, while tuna skin with acid and acid-enzyme methods differ. Keywords: Collagen, FTIR, DSC, Chemometrics Abstrak— Kolagen menawarkan banyak manfaat di bidang medis dan farmasi. Aplikasinya mencakup pengobatan hipertensi, masalah urinasi, nyeri terkait osteoartritis, dan rekayasa jaringan untuk implan manusia. Ini juga menghambat penyakit angiogenik seperti komplikasi diabetes, obesitas, dan arthritis. Kolagen digunakan dalam makanan (kulit yang dapat dimakan), kosmetik (krim kuli t, sampo, produk perawatan rambut dan kuku), dan bidang medis (pembesaran plasma, agen hemostatik, bahan jahitan bedah, perbaikan katup prostetik dan organ, hemodialisis, tulang buatan, pembentukan membran oksigen, dan pemulihan organ yang rusak). Parameter kunci dalam pembuatan kolagen adalah hasil, mencerminkan efisiensi. Ekstraksi asam dan asam-enzim menghasilkan hasil yang bervariasi. Karakterisasi FTIR dan DSC menggunakan kemiometrik. Ekstraksi kulit sapi dengan metode asam-enzim dan ekstraksi kulit ikan tuna dengan metode asam-enzim memiliki karakteristik yang sama, sedangkan kulit ikan tuna dengan metode asam dan asam-enzim memiliki perbedaan. Kata kunci: Kolagen, FTIR, DSC, kemometrik Pendahuluan Latar Belakang Kolagen memiliki signifikansi dalam kedokteran dan farmasi, termasuk penanganan hipertensi, permasalahan urinari, osteoarthritis, serta penghambatan komplikasi diabetes, obesitas, dan arthritis. Kolagen juga bermanfaat dalam makanan, kosmetik, dan pengobatan. Keistimewaan kolagen, seperti kemudahan diserap tubuh, afinitas air tinggi, dan sifat biokompatibel, menjadikannya pilihan ideal (Putra et al., 2013). Kolagen merupakan komponen struktural penting dalam jaringan tubuh vertebrata dan invertebrata, dengan peran utama pada kulit, tulang, dan jaringan ikat. Molekul kolagen terdiri dari asam amino, termasuk glisin, prolin, dan hidroksiprolin yang khas (Miskah et al., 2010). Sebanyak 30% dari tulang adalah kolagen, dan sumber kolagen meliputi kulit dan tulang sapi, babi, serta ikan (Nurhayati et al., 2013). Kolagen dari sumber hewan babi atau sapi memiliki batasan agama tertentu. Solusinya terletak pada kulit dan tulang ikan yang bersifat halal dan universal. Di Indonesia, potensi ikan sebagai sumber kolagen meliputi kulit dan tulang yang dapat digunakan oleh berbagai kelompok agama. Teknik ekstraksi kolagen melibatkan metode kimiawi, fisik, dan enzimatis (Nurjanah et al., 2021). Asam asetat, terutama dalam bentuk organik, merupakan pelarut efektif untuk ekstraksi kolagen. Pemakaian enzim pepsin dan papain dalam ekstraksi dapat meningkatkan rendemen (Nurjanah et al., 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi kolagen dari sumber sapi dan ikan dengan metode asam dan modifikasi asam-enzim. Selain itu, penelitian ini akan menganalisis karakteristik hasil ekstraksi melalui FTIR, DSC, dan analisis kemometrik. Hasil penelitian diharapkan dapat |1 memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai efisiensi dan karakteristik kolagen dari berbagai sumber. Selain kontribusi ilmiah, penelitian ini memberikan manfaat sebagai rujukan, bahan pembelajaran, serta informasi bagi masyarakat terkait sumber kolagen dan ekstraksi. Kajian Teori Kolagen Kolagen adalah jenis protein yang ditemukan di kulit, tulang, dan organ mamalia, reptil, atau unggas. Struktur molekul kolagen terdiri dari tiga rantai polipeptida yang membentuk jaringan fiber yang kuat dan lentur. Kolagen memiliki banyak kegunaan dalam industri makanan dan kesehatan, termasuk penggunaan dalam edible film, bahan tambahan makanan, drug carrier, dan peningkatan ketahanan tubuh (Chasanah et al., 2021). Terdapat 19 jenis kolagen, dengan tipe I, II, III, dan V termasuk dalam kelompok kolagen fibrous. Kolagen tipe I ditemukan pada semua jaringan ikat, termasuk kulit dan tulang. Kolagen tipe V juga hadir dalam jaringan ikat dalam kulit, tendon, dan otot ikan bersama dengan kolagen tipe I. Meskipun kolagen komersial diperoleh dari berbagai sumber hewan seperti sapi, babi, atau ayam, pertimbangan agama dan risiko kontaminasi biologis harus diperhitungkan (Setyowati dan Setyani., 2015). Struktur kolagen melibatkan tiga tingkat: kerangka kovalen dengan residu asam amino yang khas, tiga rantai yang membentuk tripel heliks dalam struktur sekunder (tropokolagen), dan mikrofibril yang merupakan berkas tropokolagen (Erizal et al., 2014). Kolagen memiliki panjang 300 nm, berdiameter 1,5 nm, dan berat molekul sekitar 300.000 dalton. Struktur heliks ganda tiga yang dijembatani oleh ikatan hydrogen dan ikatan kovalen silang memberikan kolagen fleksibilitas dan ketahanan yang unik (Perwitasari, 2008). Kulit Kulit adalah lapisan terluar tubuh hewan hasil pemotongan setelah hewan mati dan dikuliti. Pada ikan, kulit adalah organ terbesar yang berfungsi melindungi tubuh dari cedera mekanis, osmoregulasi, serta sistem pernafasan dan ekskresi (Afrizan et al., 2018). Kulit sapi mengandung sekitar 30% protein, dengan lapisan corium dalam kulit kaya akan kolagen. Struktur kulit dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pola makan, dan lingkungan (Wijayanti et al., 2021). Kulit ikan memiliki karakteristik yang unik karena bersentuhan langsung dengan lingkungan berair, memerlukan perlindungan terhadap tekanan osmotik dan penyakit (Afrizan et al., 2018). Ekstraksi Ekstraksi adalah metode pemisahan komponen dari campuran menggunakan pelarut. Ada beberapa jenis ekstraksi, termasuk ekstraksi padat-cair (leaching) dan ekstraksi cair-cair. Metode ekstraksi padat-cair melibatkan penggunaan pelarut cair untuk memisahkan zat terlarut dari padatan inert. Beberapa metode ekstraksi populer meliputi maserasi, perkolasi, ekstraksi dengan reflux, ekstraksi dengan Soxhlet, ekstraksi dengan ultrasonikasi, dan ekstraksi dengan pelarut bertekanan (Pressurized Solvent Extraction) (Chasanah et al., 2021). Ekstraksi enzimatis adalah metode yang memanfaatkan enzim protease untuk memecah protein dan mengisolasi senyawa yang diinginkan. Metode ini memiliki beberapa keunggulan, seperti tidak menggunakan solvent organik, aman untuk konsumsi manusia, dan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan rendemen yang lebih tinggi (Nurjanah et al., 2021). FTIR, DSC, dan Kemometrik Analisis FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan metode umum untuk menganalisis struktur senyawa kimia berdasarkan spektrum vibrasi molekul. Ada tiga teknik pengukuran FTIR yang umum digunakan: Photo Acoustic Spectroscopy (PAS), Attenuated Total Reflectance (ATR), dan Diffuse Reflectance Infrared Fourier Transform (DRIFT). Tiap teknik memiliki karakteristik spektrum vibrasi yang khas (Sulistyani, 2018). Dalam analisis gugus fungsi kolagen, FTIR digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik spektrum. Gugus fungsi kolagen memiliki serapan pada berbagai bilangan gelombang yang sesuai dengan karakteristik masing-masing gugus. Contohnya, amida A, B, I, II, dan III memiliki daerah serapan khusus. Misalnya, amida A memiliki serapan pada 3350-3550 cm-1 yang mengindikasikan renggangan gugus NH. Gugus fungsi lainnya juga memiliki serapan pada bilangan gelombang tertentu yang menggambarkan karakteristiknya (Nurhayati et al., 2021; Safithri |2 et al., 2019). Analisis DSC (Differential Scanning Calorimetry) digunakan untuk memahami sifat termal material, terutama polimer. DSC melibatkan perbandingan antara suhu sampel dan pembanding saat dipanaskan. Perbedaan suhu ini mengindikasikan perubahan kalor dan entalpi dalam sampel. Data DSC memberikan informasi tentang titik transisi kaca (Tg), titik kristalisasi (Tc), titik leleh (Tm), dan titik dekomposisi (Td) dari polimer (Wibowo dan Sya’bani, 2015). Kemometrik merupakan metode yang berkembang pesat untuk mengolah data yang kompleks. Hal ini didorong oleh ketersediaan data yang banyak dari peralatan modern dan perkembangan teknologi komputer. Kemometrik melibatkan analisis statistik multivariat yang membantu dalam mengekstrak informasi penting dari data. Principal Component Analysis (PCA) adalah metode yang sering digunakan untuk mereduksi dimensi variabel yang berkorelasi, sedangkan Cluster Analysis (CA) digunakan untuk mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik yang mirip (Shafirany et al., 2018; Arina et al., 2022). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorium yang melibatkan ekstraksi kolagen dari kulit sapi dan ikan menggunakan metode asam dan modifikasi asam-enzim. Selanjutnya, karakterisasi kolagen dilakukan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared), DSC (Differential Scanning Calorimetry), dan analisis kemometrik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, dimulai pada tanggal 3 Juli 2023. Variabel independen adalah jenis kulit (sapi atau ikan), sedangkan variabel dependen adalah hasil ekstraksi dan jumlah rendemen. Proses ekstraksi dikontrol dalam penelitian ini. Definisi operasional variabel penelitian mencakup pengertian konsep-konsep kunci yang digunakan. "Kulit" adalah hasil pemotongan hewan ternak di pasar yang menjadi sampel. "Ekstraksi" meliputi metode asam dengan asam asetat 0,5 M, dan metode asam-enzim dengan asam asetat 0,7 M dan enzim tripsin. "Hasil ekstraksi" adalah isolasi kolagen menggunakan metode asam (0,5 M) dan asam-enzim (0,7 M dan enzim tripsin). "Jumlah rendemen" adalah persentase bobot kering kolagen hasil isolasi terhadap bahan baku kulit. "FTIR" digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi khas kolagen dan membandingkan karakteristiknya. "DSC" menganalisis titik leleh kolagen dari berbagai sumber dan metode. "Kemometrik" menggunakan Minitab untuk analisis data kompleks. Bahan penelitian meliputi kulit sapi dan kulit ikan tuna, serta bahan kimia seperti asam asetat, enzim tripsin, dan larutan NaOH. Alat yang digunakan mencakup ATR-FTIR, DSC, perangkat PC, freeze drying, timbangan analitik, dan lain-lain. Proses preparasi bahan baku mencakup tahap membersihkan, perlakuan dengan NaOH, pencucian, dan potongan kecil-kecil. Eksperimen ekstraksi kolagen melibatkan tahapan seperti rendaman, penyaringan, sentrifugasi, pembekuan, dan freeze drying. Proses preparasi bahan baku mencakup beberapa tahap, seperti membersihkan kulit sapi, perlakuan dengan NaOH untuk mereduksi ukurannya, pencucian, dan potongan kecil-kecil. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode asam dan modifikasi asam-enzim pada kulit sapi dan kulit ikan tuna. Prosedur penggunaan FTIR melibatkan langkah-langkah seperti menghidupkan alat, setting method, pengukuran sampel, analisis spektrum, dan pembuatan laporan hasil pengukuran. Penggunaan DSC melibatkan tahap-tahap seperti menyalakan alat, membuka software, membuat metode, menimbang sampel, menjalankan eksperimen, dan analisis data hasil pengukuran. Metode kemometrik yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA) dengan langkah-langkah termasuk mengisi senyawa kimia ke software Minitab, melakukan analisis PCA dengan memilih variabel dan tipe matriks, serta membuat plot untuk interpretasi hasil. Hasil |3 Dalam analisis rendemen kolagen, nilai rendemen mengindikasikan efisiensi perlakuan, diukur dengan membandingkan berat kering kolagen hasil ekstraksi terhadap berat sampel awal. Data hasil rendemen terlampir pada Tabel 1. Tabel 1 Rendemen Ekstraksi kolagen kulit sapi dan kulit ikan tuna No. Sampel 1 2 Kulit Sapi Kulit Ikan Tuna Asam 4,59 4,60 Rendemen (%) Modifikasi Asam-Enzim 4,96 1,66 Pada analisis FTIR (Fourier Transform Infrared), karakteristik gugus fungsi kolagen pada sampel kulit sapi dan ikan tuna diidentifikasi. Spektrum FTIR mengukur serapan gugus fungsi pada rentang panjang gelombang 4000 hingga 400 cm-1. Spesifikasinya untuk kulit sapi asam menunjukkan puncak serapan pada 1650 cm-1 (Gambar 1), sedangkan untuk kulit sapi asam-enzim ada pada 1653 cm-1 dengan tambahan gugus lain (Gambar 2). Pada kulit ikan tuna asam-enzim, serapan terlihat pada 2924 cm-1, 1700 cm-1, dan lainnya (Gambar 3). Selanjutnya, hasil overlay FTIR dari empat sampel menunjukkan perbedaan dalam spektrum (Gambar 4). Gambar 1, 2, 3, 4. (1) Spektrum FTIR kulit sapi asam, (2) Spektrum FTIR kulit sapi asam-enzim, (3) Spektrum kulit ikan tuna asam-enzim, (4) Spektrum FTIR kulit ikan tuna asam Analisis DSC (Differential Scanning Calorimetry) mengidentifikasi titik leleh kolagen pada kulit sapi dan ikan tuna. Sampel diuji pada rentang suhu 30 hingga 300°C dengan laju pemanasan 10°C/menit. Suhu titik leleh kulit sapi asam-enzim ada pada 63,28°C (Gambar 5), sedangkan kulit sapi asam pada 64,27°C (Gambar 6). Pada kulit ikan tuna asam-enzim terdapat pada 56,79°C (Gambar 7), dan kulit ikan tuna asam pada 32,04°C (Gambar 8). Gambar 5, 6, 7, 8. (5) Spektrum DSC kulit sapi asam-enzim, (6) Spektrum DSC kulit sapi asam, (7) Spektrum DSC kulit tuna asam-enzim, (8) Spektrum DSC kulit tuna asam Hasil analisis PCA dengan program Microlab memvisualisasikan 2 dimensi dari faktor 1 dan faktor 2 (Gambar 9) berdasarkan hasil komponen utama PCA. Selanjutnya, hasil PCA menggunakan |4 program Minitab menggunakan puncak panjang gelombang dari spektrum overlay (Gambar 10) untuk mendapatkan visualisasi komponen utama PC1 dan PC2. Gambar 9, 10. (9) Visualisasi 2 dimensi (2D) dari faktor 1 dan faktor 2 berdasarkan hasil utama komponen PCA, (10) Visualisasi komponen utama (PC1) dan (PC2) dengan program Minitab Diskusi Kolagen merupakan komponen utama protein dalam jaringan hewan dengan andil sekitar 30% dari total protein tubuh, termasuk dalam jaringan ikat, otot, gusi, dan kulit (Stephanie et al., 2016). Proses ekstraksi kolagen merupakan langkah penting dalam mendapatkan bahan biomedis yang bermanfaat. Ekstraksi kolagen dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti kimiawi, fisik, dan enzimatis, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan (Nurjanah et al., 2021). Dalam penelitian ini, fokus pada metode ekstraksi kolagen dari kulit sapi dan kulit ikan tuna. Proses ekstraksi dimulai dengan persiapan sampel kulit sapi dan ikan tuna yang diperoleh dari pasar dan online shop. Tahap awal adalah membersihkan sampel dari daging yang menempel dan kemudian menjaga kestabilan kolagen dengan menyimpannya dalam lemari freezer. Proses ekstraksi kolagen terbagi menjadi dua tahap utama, yaitu pretreatment dan ekstraksi. Tahap pretreatment bertujuan menghilangkan pengotor seperti protein non-kolagen, lemak, dan bahan anorganik (Gustini et al., 2022). Pada sampel kulit sapi, metode ekstraksi menggunakan larutan asam dan asam-enzim. Dalam metode asam, kulit sapi yang telah dibersihkan dan dipretreatment direndam dalam NaOH untuk menghilangkan non-kolagen, lalu diakhiri dengan proses penghilangan lemak dan asam asetat (Budiarti et al., 2009). Pada metode asam-enzim, pengolahan dimulai dengan perendaman dalam NaOH, kemudian dilanjutkan dengan enzim tripsin untuk melarutkan kolagen. Tahap ekstraksi pada kedua metode ini melibatkan penyaringan, purifikasi, dan pengeringan dengan freeze drying (Ata et al., 2016). Pada sampel kulit ikan tuna, metode ekstraksi juga melibatkan larutan asam dan asamenzim. Prosesnya mirip dengan yang dilakukan pada kulit sapi, yaitu dengan tahap perendaman, penyaringan, purifikasi, dan pengeringan (Safithri et al., 2020). Perlu diperhatikan bahwa penggunaan enzim seperti tripsin dalam metode asam-enzim membantu dalam melarutkan kolagen dengan memutuskan ikatan peptida dan ikatan silang pada struktur protein. Hasil ekstraksi kolagen dievaluasi melalui rendemen, yang merupakan perbandingan berat kering kolagen terhadap sampel awal. Rendemen dinyatakan dalam persentase dan memperlihatkan efisiensi proses ekstraksi. Dalam penelitian ini, kulit sapi metode asam-enzim memiliki rendemen tertinggi (4,96%), sedangkan kulit ikan tuna metode modifikasi asam-enzim memiliki rendemen terendah (1,66%). Perbandingan hasil rendemen dengan penelitian sebelumnya menunjukkan variasi yang mungkin disebabkan oleh perbedaan prosedur dan bahan baku (Safithri et al., 2020). Identifikasi gugus fungsi dalam kolagen dilakukan melalui analisis FTIR. Setiap jenis kolagen memiliki pola serapan energi yang khas pada bilangan gelombang tertentu. Penelitian ini mengidentifikasi serapan berbagai gugus fungsi dalam sampel kulit sapi dan kulit ikan tuna melalui |5 serapan pada bilangan gelombang tertentu, seperti gugus amida B, amida I, amida II, dan amida III. Keteraturan pola serapan ini memberikan informasi mengenai struktur molekul kolagen dan ikatan kimia yang terbentuk dalam proses ekstraksi (Safithri et al., 2020). Dalam analisis DSC, suhu titik leleh kolagen menjadi perhatian. Proses denaturasi protein terjadi pada suhu tertentu dan dapat mencerminkan stabilitas struktur molekul. Suhu titik leleh kolagen kulit sapi asam-enzim tercatat sekitar 63,28°C, sedangkan kulit ikan tuna asam mencapai 56,79°C. Variabilitas suhu titik leleh ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu lingkungan dan karakteristik bahan baku (Aditya et al., 2015). Analisis Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk menganalisis kesamaan atau perbedaan antara sampel berdasarkan data FTIR. Dengan program microlab dan Minitab, pengolahan data dilakukan pada rentang panjang gelombang 4000-400 cm-1. Visualisasi hasil PCA membantu menggambarkan pola kesamaan dan perbedaan antara sampel kolagen, yang dapat memberikan pemahaman lebih mendalam tentang karakteristik molekuler kolagen dari masingmasing sampel (Safithri et al., 2020). Dalam penelitian ini, metode ekstraksi, identifikasi gugus fungsi, analisis DSC, dan PCA digunakan untuk memahami sifat dan karakteristik kolagen dari kulit sapi dan kulit ikan tuna. Kombinasi metode ini memberikan wawasan yang lebih luas mengenai proses ekstraksi, sifat struktural, dan potensi penggunaan kolagen dalam aplikasi biomedis dan lainnya. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Karakterisasi kolagen melalui analisis FTIR dan DSC dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan kemometrik program microlab dan minitab. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kulit sapi metode asam dan kulit sapi metode asam-enzim memiliki karakteristik serupa, sementara pada kulit tuna metode asam dan kulit tuna metode asam-enzim terdapat perbedaan karakteristik. Perhitungan rendemen menghasilkan tingkat tertinggi dan terendah secara berurutan dari ekstraksi kolagen asam-enzim kulit sapi (4,96%), ekstraksi kolagen asam kulit tuna (4,60%), ekstraksi kolagen asam kulit sapi (4,59%), dan ekstraksi kolagen asamenzim kulit tuna (1,66%). Saran Dalam penelitian ini, proses ekstraksi pada kulit tuna tidak melibatkan tahap pretreatment sebelum proses ekstraksi sebenarnya. Namun, dalam upaya meningkatkan kualitas hasil ekstraksi, ada peluang untuk mengimplementasikan tahap pretreatment menggunakan larutan alkali, seperti NaOH. Proses pretreatment ini dapat membantu menghilangkan pengotor seperti protein nonkolagen, lemak, dan bahan anorganik yang mungkin ada dalam sampel kulit tuna. Melalui langkah ini, diharapkan bahwa penelitian selanjutnya akan mampu menghasilkan data yang lebih akurat dan lebih berharga dalam karakterisasi dan analisis kolagen yang diperoleh dari kulit tuna. Dengan demikian, penelitian mendatang memiliki potensi untuk memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang sifat dan karakteristik kolagen dari kulit tuna, yang dapat memberikan manfaat lebih lanjut dalam pengembangan bahan biomedis dan aplikasi lainnya. Pustaka Acuan Afrizan, N. et al. (2018) ‘Struktur Histologi Kulit Belut Sawah (Monopterus albus)’, JIMVET, E-ISSN :2540-9942, 2(1), pp. 196-205. Tersedia di: https://doi.org/10.21157/jim%20vet..v2i2.7606 Arina, Y., Shiyan, S., & Suprayetno. (2022) ‘Analisis Kemometrik Ekstrak Akar Tunjuk Langit (Helminthostachys zeylannica (L)) Melalui Analisis Fourier Transformed Infrared dari Berbagai Daerah Sumatera Selatan’, Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 7(1), pp. 243-258. Tersedia di: https://doi.org/10.36729 Chasanah, N. R., Rahmawati, Y. D., & Hasdar, M. (2021) ‘Aktivitas HCl dan NaOH Sebagai Pretreatment Kolagen Kulit Kaki Ayam’. Jurnal Ilmiah Gizi dan Kesehatan (JIGK), 3(1), pp. 17- |6 25. Tersedia di: https://doi.org/10.46772/jigk.v3i01.562 Erizal, B. A. et al. (2014) ‘Pengaruh Iradiasi Gamma Pada Sifat Fisiko-Kimia Kolagen dalam Larutan’. Jurnal Sains Materi Indonesia, 15(4), pp. 221-225. Gustini, N. et al. (2022) ‘Ekstraksi dan Karakterisasi Parsial Kolagen Larut Asam dari Teripang Pasir (Holothuria scabra)’. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi, 12(1), pp. 55-60. Tersedia di: http://dx.doi.org/10.36499/psnst.v12i1.6981 Miskah, S., Ramadianti, I. M., & Hanif, A. F. (2010) ‘Pengaruh Konsentrasi CH3COOH & HCl Sebagai Pelarut dan Waktu Perendaman pada Pembuatan Gelatin Berbahan Baku Tulang/Kulit Kaki Ayam’. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, 17(1), pp. 1-6. Nurhayati., Tazwir., & Mumiyati. (2013) ‘Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen Larut Asam dari Kulit Ikan Nila (Oreochromis niloticus)’. JPB Kelarutan dan Perikanan, 8(1), pp. 85-92. Tersedia di: https://doi.org/10.15578/jpbkp.v8i1.56 Nurjanah., Baharuddin, T. I., & Nurhayati, T. (2021) ‘Ekstraksi Kolagen Kulit Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Menggunakan Enzim Pepsin dan Papain’. JPHPI, 24(2), pp. 174-187. Tersedia di: http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v24i2.35410 Perwitasari, D. S. (2008). Hidrolisis Tulang Sapi Menggunakan HCl untuk Pembuatan Gelatin. Putra, A. B. N., Sahubawa, L., & Ekantari, N. (2013) ‘Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus)’. JPB Perikanan, 8(2), pp. 171-180. Tersedia di: https://doi.org/10.15578/jpbkp.v8i2.61 Safithri, M. et al. (2019) ‘Karakteristik Fisikokimia Kolagen Larut Asam dari Kulit Ikan ParangParang (Chirocentrus dorab)’. JPHPI , 22(3), pp. 441-452. Tersedia di: https://doi.org/10.17844/jphpi.v22i3.28924 Shafirany, M. Z., Susilawati, Y., & Musfiroh, I. (2018) ‘Aplikasi Kemometrik dalam Penentuan Mutu Tumbuhan Obat’. Pharmauho, 4(2), pp. 6-14. Tersedia di: http://dx.doi.org/10.33772/pharmauho.v4i2.6257 Sulistyani, M. (2018) ‘Spektroskopi Fourier Transform Infrared Metode Reflektansi (ATR-FTIR) pada Optimasi Pengukuran Spektrum Vibrasi Vitamin C’. Jurnal Temapela, 1(2), pp. 39-43. Tersedia di: https://doi.org/10.25077/temapela.1.2.39-43.2018 Wibowo, RLM. S. A., & Sya’bani, M. W. (2015) ‘Pengaruh Pengawetan Kulit Ikan Buntal (Arothon reticularis) terhadap Suhu Kerut ditinjau melalui Analisis Differential Scanning Calorimeter (DSC). Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 31(2), pp. 93-98. Tersedia di: http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v31i2.507 Wijayanti, W., Darmanto, Y. S., & Susanto, E. (2021) ‘Karakterisasi Fisikokimia Sabun Cair dengan Penambahan Kolagen Tulang Ikan Air Tawar yang Berbeda’. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan, 3(2), pp. 65-70. |7