Uploaded by laina m valdes

Jurnal Ilmiah terbaru siap

advertisement
PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR BERSIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI
LINGKUNGAN NYANGGET (MONTONG SARI), DESA GERUNG UTARA, LOMBOK BARAT
PLANNING OF CLEAN WATER PIPING NETWORK TO MEET WATER NEEDS IN THE ENVIRONMENT
NYANGGET (MONTONG SARI) OF THE GERUNG VILLAGE NORTH OF WEST LOMBOK
Ahmad Fathoni Hidayat¹, I D G Jaya Negara, dan Hartana²
¹ Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
² Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
ABSTRACT
Dalam setiap aktifitasnya manusia mutlak membutuhkan air. Namun dalam perkembangannya,
penyediaan air bersih tidak luput dari masalah. Salah satu masalah pokok yang dihadapi di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari). Adanya sumber air yang tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin hanya
memanfaatkan alat seadanya dalam memanfaatkan air yg ada dan hanya membiarkan air mengalir terbuang ke
aliran sungai padahal air ini dapat di manfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan air Masyarakat Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) seperti mencuci, mandi, dan minum. Di lain sisi sumber air ini dimanfaatkan
Masyarakat sebagai alternatif pengganti pelayanan dari PDAM yang sering mengalami masalah dalam
pendistribusian dan pelayanan. Masyarakat Nyangget (Montong Sari) membuat pancuran seadanya dari
bambu yang ada di areal sumber air dan membuat tampungan kecil sebagai wadah sementara, maka dari itu
perlu adanya perencanaan jaringan perpipaan dalam pemenuhan kebutuhan air di Lingkungan Nyangget
(Montong Sari), Desa Gerung Utara, Lombok Barat.
Perencanaan ini menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air bersih sampai 10
tahun kedepan ( tahun 2028). Selanjutnya menganalisis hidrolika sistem penyediaan air bersih menggunakan
program Epanet 2.0, yaitu meliputi dimensi pipa, tekanan aliran,kecepatan aliran dan debit yang mengalir ke
lokasi sasaran.
Berdasarkan hasil perencanaan diperoleh jumlah kebutuhan air bersih untuk Lingkungan Nyangget
(Montong Sari), Desa Gerung Utara, Lombok Barat untuk 10 tahun kedepan ( tahun 2028) sebesar 6.872 l/dt
dari kondisi debit sumber yang tersedia adalah 8.598 l/dt. Hal tersebut artinya bahwa debit yang ada sudah
cukup memadai untuk melayani daerah cakupan pelayanan. Nilai tinggi tekanan yang dihasilkan pada node
(junction) untuk masing – masing skema jaringan, secara keseluruhan tekanan yang terjadi di semua Junction
berkisar antara 10 m sampai 11.41 m pada skema jaringan 1 dan 10 m sampai 13.17 m pada skema jaringan 2.
Dimana nilai tekanan yang di dapatkan pada masing – masing node masuk dalam kriteria Permen PU tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Nomor : 18/PRT/M/2007 yaitu antara 10 m sampai 80 m utnuk pipa
PVC. Nilai tinggi kecepatan aliran yang terjadi di semua Junction pada masing – masing skema jaringan
berkisar antara 0.3 m/dt sampai 5.26 m/dt pada skema jaringan 1 dan 0.3 m/dt sampai 11.74 m/dt. Dimana nilai
tinggi kecepatan aliran yang di dapatkan masing – masing skema jaringan masuk dalam Permen PU tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Nomor : 18/PRT/M/2007 yaitu antara 0,3 m/dt sampat 5,0 m/dt.
Kata kunci: jaringan air bersih, jumlah penduduk, program Epanet 2.0.
1. Pendahuluan
Air bersih merupakan salah satu
kebutuhan mendasar dalam menunjang
kehidupan manusia, baik itu untuk memenuhi
kebutuhan
hidup
sehari-hari
maupun
kepentingan lainnya seperti pertanian, industri
dan lain-lain. Namun, di sisi lain tidak semua
kita berpikir dan bertindak secara bijak dalam
menggunakannya.
Mengingat air bersih merupakan kebutuhan
yang tidak terbatas dan berkelanjutan yang
harus terpenuhi setiap saat, tidak hanya
menyangkut debit yang cukup tetapi secara
kualitas memenuhi standar yang berlaku dan
secara kuantitas maupun kontinuitas harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
dilayaninya. Air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas
air harus memenuhi syarat kesehatan yang
meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia,
dan radioaktif (Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416 Tahun 1990).
Di sisi lain keberadaan akan air bersih
menyangkut hidup orang banyak sehingga
mendapatkan prioritas penanganan utama.
Oleh karena itu, dalam rangka penyediaan
kebutuhan air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan, melalui program peningkatan
penyediaan air bersih pada daerah perkotaan
dan daerah pedesaan, pemerintah melakukan
berbagai cara dan disesuaikan dengan sarana
dan
prasarana
yang
ada
sehingga
pemanfaatan sumber daya air bersih dapat
dilakukan secara optimal.
1
Salah satu desa yang ada di kabupaten
Lombok Barat yaitu Desa Gerung Utara. Desa
ini merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Gerung. Di desa ini terdapat sumber mata air
yang berada di lingkungan Nyangget (Montong
Sari) Desa Gerung Utara dengan jumlah
penduduk sekitar 1790 jiwa dalam 476 kk
(kepala keluarga). Elevasi mata air berada
pada 26.00 m dpl. Adanya sumber air yang
tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin hanya
memanfaatkan
alat
seadanya
dalam
memanfaatkan air yg ada dan hanya
membiarkan air mengalir terbuang ke aliran
sungai padahal air ini dapat di manfaatkan
sebagai pemenuhan kebutuhan air Masyarakat
Lingkungan Nyangget (Montong Sari) seperti
mencuci, mandi, dan minum. Di lain sisi sumber
air ini dimanfaatkan Masyarakat sebagai
alternatif pengganti pelayanan dari PDAM yang
sering
mengalami
masalah
dalam
pendistribusian dan pelayanan. Masyarakat
Nyangget (Montong Sari) membuat pancuran
seadanya dari bambu yang ada di areal sumber
air dan membuat tampungan kecil sebagai
wadah sementara. Di lingkungan Nyangget ini
terdapat 15 titik mata air yang dimanfaatkan
warga dan sesuai hasil perhitungan debit pada
tanggal 4 april 2018 menggunakan wadah
dengan kapasitas volume tampungan sebesar
1 liter dan mencatat waktu yang terjadi
didapatkan sebesar 8.598 lt/dtk pada 15 titik
mata air.
Berdasarkan uraian singkat diatas, Maka perlu
adanya „„Perencanaan Jaringan Perpipaan
Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air
Di Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
Desa Gerung Utara Lombok Barat‟‟.
1.2
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas
dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:
1. Berapa potensi sumber daya air yang
ada di Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) Desa Gerung Utara?
2. Berapa kebutuhan air bersih bagai
masyarakat
Lingkungan
Nyangget
(Montong Sari) Desa Gerung Utara
hingga 10 tahun ke depan?
3. Bagaimana
sistem
perencanaan
jaringan perpipaan air bersih untuk
pemenuhan
kebutuhan
air
di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
Desa Gerung Utara?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari studi
ini adalah :
1. Mengetahui potensi sumber daya air
yang ada di Lingkungan Nyangget
(Montong Sari) Desa Gerung Utara.
2. Untuk mengetahuti kebutuhan air bersih
yang
dibutuhkan
masyarakat
di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
Desa Gerung Utara hingga 10 tahun ke
depan.
3. Merencanakan
jaringan
perpipaan,
gambar rencana dan dimensi jaringan
perpipaan air bersih untuk pemenuhan
kebutuhan air di Lingkungan Nyangget
(Montong Sari) Desa Gerung Utara.
1.4
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai,
maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mampu memberikan suplai air bersih
kepada
masyarakat
Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) Desa Gerung
Utara. Dengan adanya sistem jaringan
perpipaan air bersih yang bersumber
dari mata air.
2. Agar mampu memenuhi kebutuhan air
bersih
masyarakat
Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) Desa Gerung
Utara.
3. Memberikan solusi bagaimana cara
pengembangan dalam memanfaatkan
sumber daya air yang ada.
4. Hasil perencanaan ini diharapkan
menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak
terkait dengan kebutuhan air bersih
guna menunjang aktivitas sehari-hari
masyarakat.
1.5
Batasan Masalah
Untuk memudahkan penyelesaian masalah
sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka
batasan masalah pada analisis ini adalah :
1. Perhitungan jumlah kebutuhan air bersih
untuk kebutuhan air domestik saja.
2. Perencanaan hanya pada jaringan air
bersih dengan perencanaan kebutuhan
air bersih hingga 10 tahun ke deapan.
3. Perhitungan (RAB) tidak dilakukan.
4. Perencanaan hanya mencakup desain
jaringan pipa dan reservoir (bak
penampung).
5. Analisis hidrolika sistem penyediaan air
bersih menggunakan program Epanet
2.0, yaitu meliputi dimensi pipa,
kecepatan aliran dan debit yang
mengalir ke lokasi sasaran.
2. Landasan Teori
2.1 Definisi Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih adalah suatu
sistem yang mampu menyediakan air yang dapat
digunakan dalam jumlah yang cukup dan
merupakan hal yang penting bagi suatu daerah.
Kamulyan (1996), dalam teknik penyediaan
air diperlukan unsur-unsur pendukung yang
memungkinkan sistem penyediaan air yang
digunakan untuk dapat memberikan hasil secara
optimal. Unsur-unsur tersebut meliputi : sumber-
2
sumber penyediaan, sarana pengambilan atau
penyadapan air, sarana pembawa atau penyaluran
air, sarana pengolahan air dan sarana distribusi.
Tidak semua unsur fungsional tersebut digunakan
dalam sistem penyediaan air. Hal ini tergantung
pada jenis sumber air, kualitas air, lokasi sumber air
dan lokasi daerah pelayanan.
Secara umum air bersih diartikan sebagai air
yang layak untuk dijadikan air baku untuk air minum.
Dengan kelayakan ini terkandung pula pengertian
layak untuk mandi, cuci dan lainnya. Sebagai air
yang layak untuk diminum, maka bukan berarti air
bersih itu dapat langsung diminum, artinya masih
perlu dimasak atau direbus hingga mendidih.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416
Tahun 1990 tentang : Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air bahwa air adalah air
minum, air bersih, air kolam renang, dan air
pemandian umum. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Kualitas air harus
memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif.
Sedangkan menurut Pengadaan Air Bersih PNPM Mandiri Pedesaan tahun 2008, air bersih
adalah air yang memenuhi persayaratan kesehatan
untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan energi.
Air
sebagai
salah
satu
faktor
essensial
bagikehidupan sangat dibutuhkan dalam kriteria
sebagai air bersih. Airdikatakan bersih bila
memenuhi syarat sebagai berikut : Jernih/tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
.
2.2 Sumber Air Bersih
a. Air Laut
b. Air Hujan
c. Air Permukaan
2.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi
beberapa persyaratan utama.Persyaratan tersebut
meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif
dan persyaratan kontinuitas.
a. Persyaratan Kualitatif.
b. Persyaratan Kuantitatif (Debit).
c. Persyaratan Kontinuitas.
2.4 Sistem Distribusi dan Sistem Jaringan
Perpipaan Air Bersih
Menurut Martin Dharmasetiawan (2000),
pendistribusian air dilakukan dengan saluran
tertutup atau dengan perpipaan dengan maksud
agar tidak terjadi kontaminasi terhadap air yang
mengalir di dalamnya. Di samping itu dengan sistem
perpipaan air lebih mudah untuk dialirkan karena
adanya tekanan air.
Dua hal penting yang harus diperhatikan
pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air
yang cukup dan tekanan yang memenuhi, serta
menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari
instalasi pengolahan.
Tugas pokok sistem distribusi air bersih
adalah menghantarkan air bersih kepada para
pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap
memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan
tekanan air sesuai dengan perencanaan awal.
Faktor yang didambakan oleh para pelanggan
adalah ketersedian air setiap waktu (kontinuitas).
Ada beberapa komponen dari sistem distribusi
adalah :
a. Penampungan air (Reservoir)
Penampungan air atau reservoir adalah
suatu bangunan yang menampung air sementara
sebelum didistrubusikan ke pemakai air. Lama
penampungan
disesuaikan
dengan
tingkat
pemakaian air pada masa jam pemakaian puncak
dan pemakaian jam rata-rata. Volume dirancang
sama dengan kebutuhan pada waktu defisit
pemakaian. Konstruksi reservoir harus dibuat
sedemikian rupa sehingga air yang ditampung
terhidar dari kontaminasi dari luar dan air yang
disimpan tetap layak untuk dimanfaatkan.
1. Kapasitas reservoir
Resevoir dapat berupa tangki maupun bak,
dan menurut penempatannya reservoir dapat dibagi
menjadi dua. Untuk mengetahui kapasitas volume
reservoir yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produksi
yang
besarnya
tertentu
dapat
menggunakan rumus:
V = P.L.D .........................................................(2-1)
dengan :
V
= Volume ( m3 )
L
= Lebar ( m )
P
= Panjang ( m )
D
= Kedalaman ( m )
Konstruksi reservoir dapat terbuat dari bahan beton,
baja maupun kayu. Pertimbangannya adalah :
1. Segi Teknis
Dalam pertimbangan teknis penentuan
reservoir
harus
mempertimbangkan
kondisi
geografis, misalnya reservoir beton lebih cocok
dibangun di daerah pantai karena tingkat korosinya
lebih tinggi dari baja. Untuk daerah pedalaman
dimana angkutan dan air
untuk kerja sulit
didapatkan konstruksi beton akan lebih sulit untuk
dipakai. Apabila reservoir sewaktu-waktu akan
dipindahkan maka akan lebih baik dipilih dari bahan
jenis baja atau kayu.
2. Segi ekonomis
Segi biaya sebenarnya berkaitan dengan
aspek teknis, tingkat kesulitan teknis akan
tercerminkan dalam nilai biaya yang dikeluarkan
untuk pelaksanaannya. Hal lain yang harus
dipertimbangkan adalah umur teknis atau life time
dari reservoir. Dari segi ekonomis karena daya
tahan beton lebih lama maka akan menghasilkan
biaya penyusutan yang lebih kecil dari pada baja.
Sehingga apabila penyusutan dikuantifikasi ke biaya
maka reservoir beton akan lebih murah dari pada
reservoir baja.
3
2. Sistem perpipaan
Sistem perpipaan merupakan rangkaian
pipa yang menghubungkan antara reservoir dengan
wilayah pelayanan. Pipa disusun menurut jumlah air
yang akan dibawa.
Secara umum pipa disusun sebagai berikut :
Sistem jaringan perpipaan yang dipakai
dalam mendistribusikan air bersir terdiri atas :
a. Sistem Cabang (Branch System)
Pada sistem ini, air hanya mengalir dari satu
arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah
pelayanan terdapat titik mati (dead end). Pipa
distribusi tidak saling berhubungan, area pelayanan
disuplai air melalui satu jalur pipa utama.
b. Sistem Melingkar (Loop System)
Pada sistem ini, pipa induk distribusi saling
berhubungan satu dengan yang lain membentuk
jaringan melingkar (loop) sehingga pada induk tidak
ada titik mati dan air akan mengalir ke suatu titik
yang dapat melalui beberapa arah dengan tekanan
yang relatif stabil.
c. Sistem Kombinasi (Combinasi System)
Sistem jaringan perpipaan kombinasi
merupakan gabungan dari sistem jaringan
perpipaan bercabang dan melingkar.
3. Sistem Sambungan Pelanggan
Sambungan rumah merupakan ujung terakhir dari
sistem perpipaan. Semua kapasitas pipa dihitung
berdasarkan banyaknya jumlah sambungan rumah
yang dilayani.
Tinggi reservoir yang cukup akan dapat menambah
tinggi tekan.
2.6 Kebutuhan Air Besih
Secara
teoritis
perbedaan
karakter
pemanfaatan air dan kebutuhan air tergantung pada
beberapa faktor berikut ini (Radianta Triatmadja,
2006) :
a. Usia pengguna (anak, pertumbuhan dan
produktif, lanjut usia).
b. Adat istiadat, kebiasaan, serta agama.
c. Ketersediaaan air dari jaringan pemberi
layanan dan sumber alternatif lain, kualitas air.
d. Cuaca, iklim.
e. Harga layanan air
f.
Tingkat pendapatan keluarga (individual dan
atau keluarga)
g. Tingkat kesadaran masyarakat akan air bersih
yang sehat.
Untuk pedoman analisa proyeksi kebutuhan
air bersih dapat di liihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Kriteria Kebutuhan Air Bersih (domestik
dan non domestik)
2.5 Sistem Pengaliran
Menurut Sarwoko M, (1985) dalam siahaya
is mayosa 2010:16. Untuk mendistribusikan air
bersih pada dasarnya dapat dipakai salah satu
sistem diantara tiga sistem pengaliran, yaitu:
1. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air
baku atau pengolahan berada jauh diatas elevasi
daerah layanan dan sistem ini dapat memberikan
energi potensial yang cukup tinggi sehingga pada
daerah layanan yang paling menguntungkan karena
pengoperasian dan pemeliharaannya paling murah.
2. Sistem pemompaan
Sistem ini digunakan bila elevasi antara
sumber air atau instalasi dan daerah pelayanan
tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup.
Untuk debit dan tekanan yang diinginkan, air akan
langsung ke jaring pipa distribusi. Sistem ini
biasanya diterapkan pada daerah yang perbedaan
elevasinya kecil.
3. Sistem pengolahan pengaliran kombinasi
Sistem ini merupakan pengaliran dimana air
bersih dari sumber atau intstalasi pengolahan akan
dialirkan ke jaringan dengan menggunakan pompa
dan reservoir distribusi baik dioperasikan secara
berganti atau bersama-sama. Reservoir ini berfungsi
menampung air pada saat kebutuhan air minimum
dan mendistribusikannya pada saat dibutuhkan
(biasanya pada saat kebtuhan air maksimum).
Catatan (PERMEN PU NO. 18/PRT/M/2007) :
Kehilangan air = 15% x (Kebutuhan Domestik +
kebutuhan non domestik)
Q rata-rata = Kebutuhan air domestik +
kebutuhan non domestik +
kehilangan air
Kebutuhan air maksimum (Q max) = F max x Q
rata-rata
F max = 1,15 – 1,5
Kebutuhan air jam puncak (Q peak) = F peak x
Q rata-rata
F Peak = 1,15 – 3,0
2.7 Proyeksi Jumlah Penduduk
Ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam memproyeksi jumlah penduduk yaitu:
a.
Metode Geometrik
(
)
dengan:
4
Pn
=jumlah penduduk pada tahun ke n
perencanaan (jiwa)
Po
=jumlah penduduk pada awal tahun
perencanaan (jiwa)
r
= ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%)
n
= reriode tahun perencanaan
b.
Metode Aritmatik
(
)
dengan :
Pn
=jumlah penduduk pada tahun ke n
perencanaan (jiwa).
Po
=jumlah penduduk pada awal tahun
perencanaan (jiwa).
r
= ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%).
n
= periode tahun perencanaan.
c.
Metode Eksponensial
Perkembangan penduduk berdasarkan metode
eksponensial dapat didekati dengan persamaan
berikut :
(
)
dengan :
Pn
=jumlah penduduk pada tahun ke n
perencanaan (jiwa).
Po
=jumlah penduduk pada awal tahun
perencanaan (jiwa).
e
= bilangan logaritma natural besarnya sama
dengan 2,7182818
r
= ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%).
n
= jumlah tahun proyeksi (tahun)
Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk
Kriteria pemilihan dari ketiga metode diatas
berdasarkan uji korelasi sederhana pada nilai
koefisien korelasi terbesar.
(
)(
)
...........(2.5)
2.8 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
a. Kebutuhan air domestik (qD)
(
)
dengan :
JP
=
pl%
=
qD
=
S
=
jumlah penduduk saat ini (jiwa)
prosentase pelayanan yang akan dilayani
kebutuhan air domestik (lt/org/hari)
standar kebutuhan air rata-rata
a.
Kebutuhan air non domestik (qnD)
(
)
dengan :
qnD
= kebutuhan air non domestik (lt/org/hari)
nD% = prosentase kebutuhan air non domestik
qD
= kebutuhan air domestik (lt/org/hari)
b.
Kebutuhan air total(qT)
dengan :
qT
= kebutuhan air total (lt/hari)
qD
= kebutuhan air domestik (lt/org/hari)
qnD
= kebutuhan air non domestik (lt/org/hari)
c.
Kehilangan dan kebocoran
qHL = qT x (Kt%)
Dengan :
qHL
qT
Kt%
= kebocoran atau kehilangan air
= kebutuhan air total (lt/hari)
= prosentase kehilangan atau kebocoran
d.
√(
(
) ) (
(
) )
dengan :
k
= Koefisien korelasi
Xi
= Tahun proyeksi
Yi
= Jumlah penduduk hasil proyeksi
Adapun wilayah sasaran perencanaan harus
dikelompokan
ke
dalam
kategori
wilayah
berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut :
Tabel 2.3 Kategori Wilayah
d.
Kebutuhan air rata-rata
qRH = qT+ qHL
dengan :
qRH
= kebutuhan air rata-rata (lt/hari)
qT
= kebutuhan air total (lt/hari)
qHL
= kebocoran atau kehilangan air (lt/hari)
e.
Kebutuhan air jam maksimum
qm = qr x F
dengan :
qm
= kebutuhan air maksmum (lt/hari)
qr
= kebutuhan air rata-rata (lt/hari)
F
= faktor hari maksimum antara 1,15 - 1,7
2.9 Hidrolika Jaringan Perpipaan
Sistim
perpipaan
berfungsi
untuk
mengalirkan zat cair atau fluida dari satu tempat
ke
tempat
lain. Timbulnya
aliran
dapat
diakibatkan karena adanya perbedaan elevasi atau
karena pompa. Perencanaan
sistem
jaringan
perpipaan harus dirancang dengan teliti agar
sistem dapat bekerja secara optimal dan efisien.
Jaringan pipa harus memenuhi persamaan
kontinuitas dan tenaga.
1.
Persamaan Kontinuitas
Menurut Bambang Triatmodjo (2008),
apabila zat cat cair tak kompresibel mengalir
5
secara kontinu melalui pipa atau saluran
terbuka, dengan tampang aliran konstan
ataupun tidak konstan, maka volume zat cair
yang lewat tiap satuan waktu adalah sama di
semua tampang. Keadaan ini disebut dengan
hukum
kontinuitas
aliran
zat
cair.
Sederhananya hukum kontinuitas itu bahwa
pada suatu aliran air di dalam pipa, jumlah air
yang masuk sama dengan jumlah air yang
keluar.
Gambar 2.1 Kontinuitas pengaliran dalam pipa tidak
bercabang
Q1 = Q 2
A1 V1 = A2 V2
dengan :
Q
= Debit aliran ( m3/det )
A
= Luas Penampang ( m3 )
V
= kecepatan aliran ( m/det )
Gambar 2.2 Aliran Bercabang
Q1 = Q 2 + Q 3
A1 x V1 = (A2 x V2) + (A3 x V3) ..............(2.13)
dengan :
3
Q
= Debit aliran air (m /dt)
2
A
= Luas penampang (m )
V
= Kecepatanaliran (m/dt)
(Bambang Triatmodjo, 1995, hidraulika I, halaman
116, Beta Offset, Yogyakarta).
1. Persamaan Energi
Tinggi energi pada sistem hidraulika diwakili
dengan tiga bagian, yaitu tekanan, elevasi, dan
kecepatan. Keseimbangan energi antara dua titik
dalam sistem diterangkan dalam persamaan
Bernaulli (Triatmodjo, 1993) :
Gambar 2.3 Garis Energi dan GarisTekanan
Persamaan Bernoulli pada gambar dapat
dituliskan sebagai berikut : (Triatmojo, 1993: 20)
h1 
V12 P1
V2 P

 h2  2  2  hL ..........(2.14)
2 g w
2 g w
dengan :
V12
2g
V22
2g
P1
w
P2
w
=
tinggi kecepatan di titik 1 (m)
=
tinggi kecepatan di titik 2 (m)
=
tinggi tekanan di titik 1 (m)
=
tinggi tekanan di titik 2 (m)
h1
=
tinggi elevasi di titik 1 (m)
h2
=
tinggi elevasi di titik 2 (m)
h1
=
kehilangan tinggi tekan
pada pipa (m)
Pada
gambar
tampak
garis
yang
menunjukkan
besarnya
tekanan
air
pada
penampang tinjauan. Garis tekanan ini pada
umumnya disebut garis gradien hidrolis atau garis
kemiringan hidrolis. Jarak vertikal antara pipa
dengan garis gradien hidrolis menunjukan tekanan
yang terjadi dalam pipa. Pada gambar tampak
terdapat perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2
merupakan kehilangan energi (head loss) yang
terjadi sepanjang antara penampang 1 dan 2.
Dimana:
Z
= Energi potensial
= Tinggi tekanan
= Energi kecepatan
hf
= Kehilangan energi
2.10 Perhitungan Diameter Pipa dan Aliran
dalam Jaringan Perpipaan
Faktor penting dalam perhitungan hidrolika
adalah kecepatan aliran (V) dan debit aliran (Q).
Dalam hitungan praktis rumus yang sering
digunakan adalah:
Q
=V x A ................................................(2.15)
A
= ¼ π D2..............................................(2.16)
dengan :
3
Q = Debit aliran (m /dtk)
A = Luas penampang pipa (m2)
Sedangkan untuk menghitung kecepatan
aliran dalam pipa dapat dihitung menggunakan
persamaan kontinuitas (Triatmodjo B, 2008), yaitu:
Formula Hazen – Williams:
V = 0,354 x Chw x D0.63 x I0,54.........................(2.17)
dengan :
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
Chw= Koefisien kekasaran pipa (tergantung dari jenis
pipa)
D = Diameter pipa (mm)
I = Kemiringan geser/garis energi
6
`
2.11 Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)
Pada zat cair yang mengalir melewati
bidang batas (pipa, saluran terbuka atau bidang
datar) akan terjadi tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan aliran karena
adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut akan
menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama
pengaliran. Kehilangan tenaga sama dengan jumlah
dari perubahan tekanan dan tinggi tempat
(Triatmodjo, B., 2008):
Dalam perencanaan jaringan distribusi air
minum tidak mungkin dapat dihindari adanya
kehilangan tinggi tekan selama air mengalir melalui
pipa, besarnya kehilangan tinggi energi terdiri dari
kehilangan tinggi mayor (major losses) dan
kehilangan tinggi minor (minor losses).
Bilangan Reynold menunjukkan bahwa
aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu
angka tertentu. Angka tersebut diturunkan dengan
membagi kecepatan aliran didalam pipa dengan nilai
kekentalan zat cair dibagi rapat massa zat cair dikali
diameter pipa. Angka Reynold mempunyai bentuk
berikut (Triatmodjo, B., 2008):
D.V
Re =
…....….....……………..………..(2.18)
v
dengan :
Re
= bilangan Reynold tak berdimensi
D
= diameter pipa (m)
V
= kecepatan rerata aliran (m/dt), dan
ν
= kekentalan kinematik (m2/dt) (tabel)
Nilai batas Reynold untuk kondisi aliran pada
saluran tertutup (pipa) adalah sebagai berikut :
NR< 2000
= AliranLaminer
NR> 4000
= AliranTurbulen
2000 < NR< 4000
= AliranTransisi
sempurna, masih pula terjadi kehilangan energi
walaupun sangat kecil (Triatmadja, R., 2006).
Ada beberapa persamaan empirik yang
digunakan masing-masing dengan keuntungan dan
kerugiannya sendiri. Persamaan Darcy-Weisbach
paling banyak digunakan dalam aliran fluida secara
umum. Untuk aliran dengan viskositas yang relatif
tidak banyak berubah, persamaan Hazen-Williams
dapat digunakan (Triatmadja, R., 2006).
Persamaan Hazen-Williams sangat dikenal
di Amerika Serikat (USA). Persamaan kehilangan
energi ini sedikit lebih sederhana dibanding DarcyWeisbach karena koefisien kehilangan energi (Chw)
nya yang tidak berubah terhadap Reynolds number.
Persamaannya dapat ditulius (Triatmadja, R., 2006):
Q  0,278.Chw D 2,63 I 0,54 ……………….…(2.19)
hf
.............................……………….…(2.20)
I
L
1,85
1,85
 

L  V 

 ….…(2.21)

h f  
1,17 
 4(0,278)  D  C hw 
dengan :
Q
=
Chw
=
(tabel)
D
=
I
=
hf
=
L
=
V
=
debit aliran pada pipa (m3/dt)
koefisien kekasaran Hazen-Williams
diameter pipa (m)
kemiringan garis energi
kehilangan tinggi tekan mayor (m)
panjang pipa (m)
kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
Tabel 2.5 Koefisien Hazen William
Tabel 2.4 Kekentalan Kinematik
1. Kehilangan Tinggi Mayor (Major Losses)
Kehilangan tinggi mayor disebabkan oleh
gesekan atau friksi dengan dinding pipa. Kehilangan
energi oleh gesekan disebabkan karena cairan atau
fluida mempunyai kekentalan dan dinding pipa tidak
licin sempurna. Pada dinding yang mendekati licin
Sumber:MartinDharmasetiawan (2000)
2. Kehilangan Tinggi Minor (Minor Losses)
Selain kehilangan energi karena gesekan
dengan dinding pipa, selama pengalirannya, air
kehilangan energi karena harus membelok sehingga
terjadi turbulensi. Demikian pula jika terjadi air harus
melalui penyempitan dan pembesaran secara tibatiba. Kehilangan energi juga akan terjadi jika air
harus melalui katup. Seperti diketahui, katup
mengganggu aliran sehingga dapat mengurangi
7
atau bahkan menghentikan aliran sama sekali
(Triatmadja, R., 2006).
Kehilangan energi di tempat-tempat tersebut
disebut sebagai kehilangan energi minor. Walaupun
disebut minor, kehilangan ditempat-tempat tersebut
mungkin saja jauh lebih besar debandingkan
dengan kehilangan energi akibat gesekan dengan
pipa. Dengan demikian kehilangan energi tersebut
harus diperhatikan dalam perhitungan. Pada kondisi
lain, saat pipa sangat panjang, kehilangan minor
atau sekunder mungkin menjadi tidak signifikan
terhadap kehilangan energi utama (Triatmadja, R.,
2006).
Kehilangan energi minor pada bahasa matematika
ditulis (Triatmadja, R., 2006):
hf  K
kedua sistem tersebut (gradesystem). Bentuk
jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi
topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan,
jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa
akan dipasang.
Adapun kriteria pipa distribusi menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor :
18/PRT/M/2007
tentang
Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.8 Kriteria Pipa Distribusi
V2
…….………………………….…(2.22)
2g
dengan :
hf
= kehilangan tinggi minor (m)
V
= kecepatan rata-rata dalam pipa (m/dt)
g
= percepatan gravitasi (m/dt2)
K
= koefisien kehilangan tinggi tekan minor
(tabel)
Tabel 2.6 Koefisien kehilangan tinggi tekan
berdasarkan perubahan bentuk (K)
Sumber : PERMEN PU NO. 18/PRT/M/2007
2.13 Program Epanet
Epanet adalah program komputer yang
menggambarkan
simulasi
hidrolis
dan
kecendrungan kualitas air yang mengalir dalam
jaringan pipa. Jaringan itu sendiri terdiri dari pipa,
node (titik koneksi), pompa, katub dan tangki atau
reservoirGambaran Umum Program Epanet
Ruang kerja dasar Epanet dapat dilihat
pada gambar berikut.Terdiri dari dari elemen-elemen
: Menu bar, dua buah tool bar, status bar, Network
map windows, browser window, dan property Editor
window. Penjelasan masing-masing elemen ada
pada penjelasan berikut ini.
Sumber : Triatmadja, R., 2006
2.12 Standar Efektifitas Jaringan Distribusi
Perencanaan teknis pengembangan SPAM
unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang
terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan
tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang
(dead-enddistribution system), atau kombinasi dari
Gambar 2.4 Ruang Kerja Epanet 2.0
8
3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Seperti yang sudah dipaparkan pada bab
3.3 Bagan Alir Perencanaan
pendahuluan bahwa lokasi perencanaan ini di
lingkungan Nyangget (Montong Sari) Kecamatan
Gerung Kabupaten Lombok Barat.
Gambar peta lokasi perencanaan berikut ini :
Gambar 3.0 Peta Lokasi Penelitian
3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.2.1 Tahap Persiapan
3.2.2 Pengumpulan Data
3.2.3 Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, selanjutnya
dilakukan analisa. Adapun langkah-langkah analisa
sebagai berikut :
a. Analisa Proyeksi Jumlah Penduduk
b. Analisa Kebutuhan Air Bersih
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan air
bersih adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dasar-dasar perhitungan,
yaitu :
Jumlah
penduduk
di
wilayah
perencanaan
Jumlah pengguna air bersih
2. Perhitungan jumlah kebutuhan air bersih
Kebutuhan domestik
Kebutuhan non domestik
Kebutuhan air bersih total
Kehilangan air
Kebutuhan air rata-rata(Q rata-rata)
Kebutuhan air jam puncak(Q peak)
Kebutuhan air maksimum (Q max)
c. Simulasi Jaringan dengan Program Epanet
Gambar 3.1 Bagan Alir Perencanaan
4
Analisis dan Pembahasan
4.1 Analisa Perhitungan Debit Sumber
4.1.1 Ketersediaan air di Lingkungan Nyangget
(Montong Sari)
Dilakukan pengukuran ketersediaan air di
lingkungan Nyanggrt (Montong Sari) tangaal 4 April
2018 dengan menggunakan gelas ukur dengan
volume 1 liter dan menghitung waktunya.
Diketahui :

Mata air
Volume gelas ukur
= 1 liter = 0.001 m3
Waktu (dtk)
= 12.67 dtk
Q tersedia (m3/dtk)
= v/t = 0.001/12.67
= 0.0000789 m3/dtk
= 0.0789 lt/dtk

Mata air 2
Volume gelas ukur
= 1 liter = 0.001 m3
Waktu (dtk)
= 7.78 dtk
3
Q tersedia (m /dtk)
= v/t = 0.001/7.78
= 0.00012853 m3/dtk
= 0.12853 lt/dtk
9

Mata air 3
Volume gelas ukur
= 1 liter = 0.001 m3
Waktu (dtk)
= 1.59 dtk
Q tersedia (m3/dtk)
= v/t = 0.001/1.59
menentukan berapa tingkat pertambahan pengguna
layanan air bersih yang akan datang.
Berikut contoh perhitungan laju pertumbuhan
penduduk untuk Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) RT I dimana laju pertumbuhan penduduk
dihitung dengan persamaan 2.4.
= 0.000628931 m3/dtk
𝑟
𝑃𝑛
𝑃0
= 0.6289 lt/dtk
Perhitungan untuk ketersediaan air selanjutnya di
tabelkan:
Dari hasil tabel perhitungan yang dilakukan di
dapatkan
debit ketrsediaan air di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) sebesar 8.596 l/dtk.
4.2
Analisa Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun
Rencana
Untuk menentukan kebutuhan air bersih pada
masa yang akan datang untuk masing-masing zona
pelayanan, terlebih dahulu perlu diperhatikan
keadaan pertumbuhan penduduk yang ada pada
saat ini. Dalam perencanaan ini proyeksi jumlah
penduduk direncanakan untuk 10 tahun yang akan
datang yaitu sampai tahun 2028. Data jumlah
penduduk yang digunakan untuk menghitung rerata
pertumbuhan penduduk adalah data jumlah
penduduk dari tahun 2015 sampai dengan tahun
2018. Berikut data jumlah penduduk di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) tahun 2015-2018 :
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari)
Sumber : Profil lingkungan Nyanggget (Montong
Sari) (2018)
a. Menghitung laju pertumbuhan penduduk ( )
Dari Tabel 4.1 selanjutnya dilakukan
perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk
𝑃0
𝑥
Diketahui : Jumlah penduduk RT I di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) tahun 2015 berjumlah 537
orang, tahun 2016 berjumlah 538 orang, tahun 2017
berjumlah 540 orang dan tahun 2018 berjumlah 541
orang.
sehingga :
Dari perhitungan di atas diperoleh laju pertumbuhan
penduduk RT I di Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) sebesar
. Untuk hasil perhitungan
selanjutnya dapat di lihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Laju pertumbuhan penduduk masingmasing RT di Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
b.
Menentukan
Metode
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
Penentuan metode yang akan digunakan
(Geometrik, Aritmatik, dan Eksponensial) untuk
perhitungan proyeksi jumlah penduduk masingmasing RT dengan kriteria pemilihan metode
menggunakan uji korelasi sederhana.
Contoh perhitungan :
Diketahui : Jumlah penduduk RT I di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) tahun 2015 berjumlah 537
orang, tahun 2016 berjumlah 538 orang, tahun 2017
berjumlah 540 orang dan tahun 2018 berjumlah 541
orang dengan pertumbuhan penduduk sebesar
.

Metode Geometrik
Dengan persamaan maka:
𝑃𝑛
𝑃𝑜 (
𝑟 )𝑛
10
(
(
(
(

)
)
)
)
Metode Aritmatik
Dengan persamaan maka :
𝑃𝑛
𝑃𝑜 (
𝑟𝑛)
(
(
(
(

c.
)
)
)
)
Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun Rencana
Berikut contoh perhitungan untuk RT I di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari) (Metode
Aritmatik).
Diketahui:
sehingga :
(
(
)
)
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat di
lihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Proyeksi jumlah penduduk Lingkungan
Nyangget (Montong Sari )
Metode Eksponensial
Dengan persamaan maka :
𝑃𝑛
𝑃𝑜 𝑒 (𝑟𝑛)
(0
)
(0
)
(0
)
(0
)

Uji korelasi sederhana
Nilai koefisien korelasi dapat dihitung
dengan bantuan Microsoft Exel 2007 yaitu
dengan fungsi “=CORREL(array1;array2)”,
dimana nilai koefisien korelasi (r) yang
mendekati nilai r =1 atau r =1 digunakan.
Hasil uji korelasi dapat di lihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil uji korelasi RT I Lingkungan
Nyangget (Montong Sari)
Dari Tabel 4.3 maka untuk proyeksi jumlah
penduduk RT I di Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) ditentukan dengan menggunakan metode
aritmatik.
Untuk perhitungan penentuan metode yang
akan digunakan untuk memproyeksikan jumlah
penduduk tiap-tiap RT di Lingkungan Nyangget
(Montong Sari) dapat di lihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Metode proyeksi jumlah penduduk tiaptiap RT di Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
4.3 Analisa Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Tahun Rencana
Berikut
contoh
perhitungan
proyeksi
kebutuhan air bersih untuk RT I di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) tahun rencana 2028.
Diketahui :
(a) Jumlah penduduk rencana = 554 jiwa
(b) Target pelayanan
=100 %
(c) Pemakaian air (SR)
=130Ltr/org/hr
(d) Konsumsi Non Domestik = 15-20%
(e) Kehilangan air
= 20 %
(f) Faktor air maksimum
= 1,10 – 1,50
(g) Faktor jam puncak
= 1,15 – 3,0
sehingga :
a. Kebutuhan Domestik (SR)
= (a) x (b) x (c)
= 554 x 100 % x 130
= 72020 liter/hari
= 0,834 liter/detik
b. Kebutuhan Non Domestik
= (d) x Kebutuhan Domestik
= 20 % x 0,834
= 0,167 liter/detik
c. Kehilangan air
= (e) x (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan
Non Domestik)
= 20 % x (0,834 + 0,171)
= 0,200 liter/detik
d. Kebutuhan air rata-rata (Q rata-rata)
= Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non
Domestik + Kehilangan air
= 0,0,854 + 0,171 + 0,200
= 1,201 liter/detik
e. Kebutuhan air maksimum (Q max)
= (f) x Kebutuhan air rata-rata
= 1,10 x 1,201
= 1,321 liter/detik
11
f.
Kebutuhan air jam puncak (Q peak)
= (f) x Kebutuhan air rata-rata
= 1,5 x 1,321
= 1,982 liter/detik
Berdasarkan perhitungan di atas, maka
debit yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan
RT I di Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
sebesar 1,982 liter/detik.
Adapun hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air
RT I di Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
dari tahun 2018 – 2028 dapat dilihat pada tabel
4.8.
Tabel 4.8 Proyeksi Kebutuhan air bersih RT I
Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
4.3 Perbandigan Debit Sumber (Qs) Dengan
Debit Kebutuhan (Qb)
4.4 Simulasi Jaringan dengan Program Epanet
2.0
Setelah menghitung besar kebutuhan air bersih
di Lingkungan Nyangget (Montong Sari), maka
dilakukan analisa hidrolika terhadap sistem jaringan
pipa. Untuk pengaliran air bersih dari sumber air ke
daerah pelayanan direncanakan degan sistem
gravitasi.
Untuk merencenakan jaringan perpipaan
digunakan program Epanet. Program Epanet dapat
memodelkan sebuah sistem distribusi air sebagai
sebuah kumpulan mata rantai yang terhubung
dengan
node
(titik).
Penghubung
dapat
melambangkan pipa, pompa dan valve kontrol.
Node adalah titik yang melambangkan junction, tang
dan bak penampung. Dari hasil analisa Epanet
diperoleh jaringan perpipaan air bersih berserta
fasilitas yang efektif yang dapat digunakan di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari).
Dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 disajikan 2
rencana skema jaringan perpipaan berdasarkan
peta topografi daerah layanan, jenis dan panjang
pipa serta debit yang dibutuhkan untuk masingmasing daerah layanan. Dari peta topografi
ditentukan jalur perpipaan dan elevasi dari
bangunan pelengkap serta daerah layanan. Setelah
itu melakukan penggambaran skema yang telah
dibuat pada program Epanet 2.0.
Dalam suatu perencanaan sistem air bersih,
yang menjadi perhatian penting adalah mengetahui
perbandingan besarnya ketersediaan air dengan
tingkat kebutuhan air masyarakat.
Berikut tabel total kebutuhan air bersih untuk
masing-masing RT di Lingkungan Nyangget
(Montong Sari) samapai pada tahun 2028.
Tabel 4.9 Kebutuhan air bersih tiap-tiap Rt
di Lingkungan Nyangget (Montong Sari)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui
total kebutuhan air bersih untuk Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) sampai tahun rencana
2028 yaitu sebesar 6.872/dt. Dari hasil pengukuran
debit mata air di Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) sebesar 8,598 lt/dt, sehingga debit bagian dari
sumber mata air di Lingkungan Nyangget (montong
sari) masih dapat memenuhi kebutuhan air bersih
untuk Desa Karang Baru Timur sampai tahun
rencana 2028.
Gambar 4.1 Skema 1 Perencanaan Jaringan
perpipaan air bersih Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) (Hasil analisa)
12
Gambar 4.3 Skema perencanaan jaringan
perpipaan air bersih menggunakan program Epanet
(Hasil analisa)
Gambar 4.2 Skema 2 Perencanaan Jaringan
perpipaan air bersih Lingkungan Nyangget (Montong
Sari) (Hasil analisa)
Air bersih di Desa Gerung Utara berasal dari
mata air Nyangget yang berada di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari). Sistem penyediaan air
bersih yang digunakan yaitu sistem cabang (branch
system) dimana terdapat titik akhir (dead node)
pada jaringan perpipaan.
Dengan menggunakan program epanet
direncanakan panjang pipa jaringan transmisi dari
mata air hingga bak penampung untuk skema
jaringan 1 adalah 185 m, dengan pipa jaringan
distribusi dari bak penampung ke daerah pelayanan
yaitu 320 m, sedangkan untuk skema jaringan 2
direncanakan panjang pipa jaringan transmisi dari
mata air hingga bak penampung adalah 110 m,
dengan pipa jaringan distribusi dari bak penampung
ke daerah pelayanan yaitu 601.26 m, Jenis pipa
yang digunakan yaitu pipa PVC. Bangunan
pelengkap pada sistem jaringan ini terdapat 2 bak
penampung. Letak lokasi untuk setiap bangunan
pelengkap adalah sebagai berikut:

Bak penampung 1 terletak pada elevasi
22.25 m DPL

Bak penampung 2 terletak pada elevasi
24.45 m DPL
Panjang dan dimensi masing-masing pipa
jaringan distribusi air bersih dapat dilihat pada
Tabel 4.14 dan Tabel 4.15.
Gambar 4.4 Skema perencanaan jaringan
perpipaan air bersih menggunakan program Epanet
(Hasil analisa)
Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 menggambarkan
skema perencanaan jaringan perpipaan air bersih di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari) dengan
pemodelan menggunakan program Epanet 2.0.
Setelah menggambarkan skema perencanaan
jaringan perpipaan air bersih dilakukan input datadata yang diperlukan untuk masing-masing node
(junction) dan pipa.
Input data pada node (junction) adalah :
1. Elevasi (m)
2. Base demand (kebutuhan air dasar) (m³/dt)
Input data pada pipa (pipe) adalah :
1. Panjang pipa (length) (m)
2. Diameter pipa (diameter) (m)
3. Kekasaran pipa (roughness)
Input data pada Time Pattern dalam program
Epanet 2.0 berupa faktor pengali untuk running 24
jam. Sehingga output data yang dihasilkan dapat
terlihat untuk kondisi jam puncak. Berikut dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Faktor pengali kebutuhan air bersih
13

Pada Pipe
Tabel 4.14 Data masukan pada pipa (input data)
skema jaringan 1
Dari Tabel 4.10 dan 4.11 diatas dapat dilihat
bahwa kondisi jam puncak terjadi pada pukul 07.00.
Selanjutnya yang harus dimasukkan untuk
memodelkan sistem distribusi air bersih yaitu :
 Pada Node
Tabel 4.12 Data masukan pada Node (input data)
skema jaringan 1
Node ID
MA8
MA7dan6
MA5
MA4dan3
MA2
MA1
Tank reservoir 1
Junc RT 4
Junc RT 2
Junc RT 7
Elevation
m
26
24.85
23
22.85
22.5
22.4
22.4
20.15
20.6
19.6
Base Demand
lt/dt
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
0.736
0.85
0.753
Tabel 4.13 Data masukan pada Node (input data)
skema jaringan 2
Node ID
MA9
MA10
MA11
MA12-15
Tank reservoir 2
Junc RT 6
Junc RT 1
Junc RT 3
Junc RT 8
Junc RT 9
Junc RT 5
Junc 6
Elevation
m
26
25.75
25
24.85
24.85
21.85
23.6
22.75
21.6
19.6
20.6
22.75
Link ID
Length
m
Diameter
mm
Roughness
Pipe 35
Pipe 16
Pipe 25
Pipe 2
Pipe 3
Pipe 4
Pipe 5
100
88
132
50
40
35
36
60
42
48
60
114
114
114
140
140
140
140
140
140
140
Pipe 6
Pipe 7
12
12
114
114
140
140
Tabel 4.15 Data masukan pada pipa (input data)
skema jaringan 2
Link ID
Length
m
Diameter
mm
Roughness
Pipe 19
Pipe 21
Pipe 22
Pipe 6
Pipe 2
Pipe 3
Pipe 4
Pipe 7
Pipe 8
Pipe 1
Pipe 5
102.71
60
200
110
19
40
40
61.5
8.45
30
48.6
60
42
35
25
114
114
114
76
76
60
76
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
100
Setelah melakukan input data kemudian
melakukan pemodelan sistem distribusi air bersih
menggunakan program Epanet 2.0 sehingga
didapatkan data hasil running pemodelan seperti
pada Gambar 4.3dan Gambar 4.4.
Base Demand
lt/dt
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
0.597
1.982
0.668
0.326
0.647
0.314
0
Gambar 4.5 Hasil running program epanet untuk
pemodelan sistem jaringan perpipaan air bersih 1
(Hasil analisa epanet)
14
Tabel 4.17 Tekanan yang terjadi di masing-masing
node (input data) Skema jaringan 2
Node ID
Gambar 4.6 Hasil running program epanet untuk
pemodelan sistem jaringan perpipaan air bersih 2
(Hasil analisa epanet)
4.5 Hasil Running Program Epanet 2.0
Dalam sistem distribusi jaringan air bersih
ini memakai sistem cabang (branch). Sistem ini
merupakan sistem jaringan perpipaan dimana
pengaliran air hanya menuju ke satu arah saja dan
terdapat titik akhir (dead end) yang merupakan
ujung jaringan pipa. Yang menjadi node ujung
terjauh dalam sistem ini adalah node RT 7 untuk
skema jaringan 1 dan node RT 8 dan RT 9 untuk
skema jaringan 2. Adapun hasil running dari
program Epanet 2.0 ini adalah berupa tekanan dan
kecepatan aliran air dalam pipa.
4.6.1
Tekanan Air Tiap Node Saat Jam
Puncak
Tekanan di dalam pipa harus diperhatikan
karena dapat berpengaruh pada kemampuan
mengalirkan air, Untuk itu perlu dilakukan simulasi
guna mengetahui besaran sisa tekanan yang
terdapat di setiap junction. Besaran sisa tekanan
yang di anjurkan berdasar Permen PU tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Nomor :
18/PRT/M/2007 yaitu antara 10 m sampai 80 m
utnuk pipa PVC. Berdasarkan simulasi dengan
program Epanet didapat sisa tekanan pada masingmasing junction seperti yang disajikan pada Tabel
4.16 dan 4.17.
Tabel 4.16 Tekanan yang terjadi di masing-masing
node (inpu data) Skema jaringan 1
Node ID
Junc rt4
Junc rt2
Junc rt7
MA8
MA1
MA7dan6
MA5
MA4dan3
MA2
Tank
reservoir1
Head
Pressure
M
20.15
20.6
19.6
26
22.4
24.85
23
22.85
22.5
Base
Demand
l/dt
0.736
0.85
0.753
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
m
31.27
31.98
31.01
26
22.4
24.85
23
22.85
22.5
m
11.12
11.38
11.41
0
0
0
0
0
0
22.4
#N/A
32.4
10
Elevation
Junc rt6
Junc rt1
Junc rt3
Junc rt8
Junc rt9
Junc rt5
Junc 6
MA9
MA10
MA11
MA12-15
Tank
reservoir2
Head
Pressure
m
21.85
23.6
22.75
21.6
19.6
20.6
22.75
26
25.75
25
24.85
Base
Demand
l/dt
0.597
1.982
0.668
0.326
0.647
0.314
0
#N/A
#N/A
#N/A
#N/A
m
34.04
34.44
34.33
33.19
32.7
33.77
34.35
26
25.75
25
24.85
m
12.19
10.84
11.58
11.59
13.1
13.17
11.6
0
0
0
0
24.85
#N/A
34.85
10
Elevation
Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16
diatas dapat dilihat bahwa tekanan terendah terletak
di junction bak penampung sebesar 10 m pada
skema jaringan 1 dan junction bak penampung
sebesar 10 m pada skema jaringan 2, hal ini terjadi
karena memiliki beda tinngi paling rendah.
Sedangkan tekanan tertinggi terletak di Junction RT
7 sebesar 11.41 m pada skema jaringan1 dan
junction RT 5 sebesar 13.17 m, hal ini terjadi karena
Junction RT 7 memiliki elevasi paling rendah dan
junction RT 5 memiliki beda tingggi terbesar antara
juction RT 6 ke RT5. Secara keseluruhan tekanan
yang terjadi di semua Junction untuk skema jaringan
1 dan 2 berkisar antara 10 m – 11.41 m dan 10 m –
13.17 m, hal ini menandakan tekanan yang terjadi
sudah sesuai dengan Permen PU tentang
Penyelenggaraan SPAM Nomor :18/PRT/M/2007.
4.6.2 Kecepatan Aliran Pada Pipa
Kecepatan aliran air yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya pengendapan sedimen
dalam pipa, menimbulkan efek korosi dalam pipa,
sedangkan bila kecepatan aliran air yang terlalu
tinggi menyebabkan terjadinya penggerusan pipa
sehingga mempercepat usia pipa. Untuk itu perlu
dilakukan simulasi untuk mengetahui kecepatan air
dalam pipa. Kecepatan yang dianjurkan sesuai
Permen
PU
tentang
Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM Nomor : 18/PRT/M/2007
yaitu antara 0,3 m/dt sampat 5,0 m/dt. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan 4.19.
15
pipa sudah sesuai dengan Permen PU tentang
Penyelenggaraan pengembangan SPAM Nomor:
18/PRT/M/2007.
Tabel 4.18 Kecepatan aliran pada pipa node (input
data) skema jaringan 1
Link
ID
Pipe
35
Pipe
16
Pipe
25
Pipe
2
Pipe
3
Pipe
4
Pipe
5
Pipe
6
Pipe
7
Lengt
h
m
Diamete
r
Mm
Roughnes
s
Flow
l/dt
Velocit
y
m/dt
100
60
140
1.24
0.44
88
42
140
0.4
0.3
132
48
140
0.79
0.44
50
60
140
9.92
3.51
40
114
140
35
114
140
36
114
140
6.69
0.66
12
114
140
19.1
3
1.87
12
114
140
9.73
0.95
18.9
8
26.3
7
1.86
2.58
Tabel 4.19 Kecepatan aliran pada pipa node
(input data) skema jaringan 2
Diamet
er
mm
Roughnes
s
Flo
w
l/dt
Velocit
y
60
140
1
0.35
Pipe 21
Lengt
h
m
102.7
1
60
42
140
0.51
0.37
Pipe 22
200
35
140
0.34
0.36
Pipe 6
110
25
140
0.35
Pipe 2
19
114
140
Pipe 3
40
114
140
Pipe 4
40
114
140
0.17
12.4
5
15.0
7
6.32
Pipe 7
61.5
76
140
1.35
0.3
Pipe 8
8.45
76
140
0.3
Pipe 1
30
60
140
Pipe 5
48.6
76
100
1.35
13.1
8
2.4
Link ID
Pipe 19
m/dt
1.22
1.48
0.62
4.66
0.53
Berdasarkan Tabel 4.17 dan Tabel 4.18
diatas dapat dilihat bahwa kecepatan terendah
untuk masing-masing jaringan yaitu sebesar 03 m/dt
yaitu terjadi pada pipa 16, pipa 7 dan pipa 8, hal ini
terjadi karena pipa berada pada elevasi relatif datar.
Sedangkan kecepatan tertinggi yaitu sebesar 3.51
m/dt terjadi pada pipa 2 dan 4.66 m/dt pada pipa 1,
hal ini terjadi karena pipa ini dekat dan terhubung
langsung ke bak penampung dan elevasi lebih tinggi
dari bak penampung, banyaknya air yang disuplai ke
bak penampung ini menyebabkan aliran menjadi
lancar. Keseluruhan kecepatan yang terjadi didalam
4.7
Analisa Hidrolika Jaringan Air Bersih
Dengan Hitungan Manual
Hasil analisa secara manual sangat
diperlukan sebagai pembanding hasil analisa
epanet, dua item penting yang hasilnya akan
dibandingakn dengan hasil analisa epanet yaitu sisa
tekanan (Headloss) dan kecepatan (velocity) karena
kedua item ini peraturan yang dianjurkan oleh
Kementerian PU, peraturan ini tertuang dalam
Permen
PU
tentang
Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM Nomor : 18/PRT/M/2007.
Tekanan di dalam pipa harus diperhatikan
karena dapat berpengaruh pada kemampuan
mengalirkan
air.
Tekanan
yang
sedikit
menyebabkan air yang sampai ke masyarakat tidak
mempunyai energi yang kuat bahkan tidak bisa
mengalir. Kemudian kecepatan aliran air sangat
berpengaruh terhadap umur pipa. Kecepatan aliran
air yang rendah dapat menyebabkan terjadinya
pengendapan sedimen dalam pipa, menimbulkan
efek korosi dalam pipa, sedangkan bila kecepatan
aliran air yang terlalu tinggi menyebabkan terjadinya
penggerusan pipa sehingga mempercepat usia pipa.
Berikut
contoh
perhitungan
analisis
hidrolika secara manual sistem jaringan perpipaan
air bersih ruas pipa Bak penampung 1 – junct RT 2
pada skema jaringan 1 dengan Elevasi sumber air
tertinggi = + 26.00 m, dalam perencanaan ini
mengggunakan pipa PVC.
1. Q kebutuhan = 2.339 l/dt = 0,002339 m³/dt
(hasil perhitungan kebutuhan air Lingkungan
Nyangget (montong sari) 2028 )
2. Elevasi Bak Penampung 1 = 21.85 m
3. Elevasi RT 2
= 20.60 m
4. Panjang pipa
= 100 m
5. Beda tinggi (∆h) = 21.85 – 20.60 = 1.25 m
6. Kemiringan (s) = ∆h/jarak =1.25/100 =0.0125%
7. Diameter pipa (mm)
= 60 mm
8. Diameter pipa (m)
= 0.060 m =2 inch
9. Nilai K
= 0.80
10. Q terjadi = 0,279 x C x D2,63 x S0,54(Hazen – Williams)
=0,279x140x0.0602,63x0,01250,54
=0.002242 m³/d = 2.242 lt/dt
Untuk pipa PVC baru nilai C
= 140
Q terjadi > Q kebutuhan, maka diameter pipa 60 mm
dapat digunakan dalam perencanaan
11. V (kecepatan) = 0.354 x Chw x D0.63 x I0.54
= 0.354 x 140 x 0.0600.6 3 x 0.01250.54
= 0.790 m/dt
Menghitung Kehilangan Enenrgi Primer :
12.
Hf Mayor
 


h f  
 4(0.278) 
1,85
.
L  V 
.

D 1.17  Chw 
1.85
1.85
( Hazen – William)
=  3.14  . 50 . 0.790  = 1.271 m
1.17


 40.278 
1.85
0.060
 140 
Menghitung Kehilangan Energi Skunder :
16
13.
14.
Hf Minor
hf  k
Hf Total
V2
0.7902
.  0.8.
 0.025m
2g
19.62
= hf mayor + hfminor
= 1.296 m
15.
Head
= elevasi air di sumber – total hf
= 21.85 – 1.296 = 20.554 m
16. Tinggi kecepatan
16. Pressure
=
V2
0.790
.
 0.032
2 g 2.9.81
= 20.554 – tinngi kecepatan
= 20.554 – 0.032 = 20.522 m
Untuk perhitungan selanjutnya di tabelkan :
Dari Tabel 4.22 diatas untuk untuk kecepatan aliran
(velocity) selisih antara hitungan manual dengan
hasil epanet hasilnya tidak terlalu beda jauh dan dari
hasil analisa keduanya sudah memenuhi Permen
PU tentang Penyelenggaraan Pengembangan
SPAM Nomor : 18/PRT/M/2007 yaitu berkisar antara
0,3 m/dt sampai dengan 5.0 m/dt.
 Pada Node
4.8 Perbandingan Hasil Analisa Hidrolika Antara
Epanet dengan Hitungan Secara Manual
 Pada Pipa
Tabel 4.22 Perbandingan hasil analisa Epanet
dengan manual pada pipa skema jaringan 1
Berdasarkan Tabel 4.21 diatas terlihat untuk
sisa tekanan (pressure) baik analisa secara manual
maupun epanet hasilnya tidak terlalu beda jauh dan
sudah sesuai dengan Permen PU tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Nomor :
18/PRT/M/2007 yaitu berkisar antara 10 m sampai
denga 80 m.
4.9 Perencanaan Kapasitas Bak Penampung
Direncanaan bak penampung untuk skema
jaringan 1 berada di elevasi +22.25 m dengan
kebutuhan air rencana 2.339 lt/dt = 8.420 m3/jam
17
dan untuk skema jaringan 2 berada di elevasi
+24.25 m dengan kebutuhan air rencana sebesar
4.533 lt/dt = 16.318 m3/jam. Berikut analisa
perhitungan tampungan bak penampung :
Analisa bak penampung untuk sekma jaringan 1:
Diketahui :
Pola kebutuhan air = 0.53 (Sumber PDAM Giri Menang
Gerung)
Jam kebutuhan = 12.00 (Sumber PDAM Giri
Menang Gerung)
Q masuk (Inflow) = 2.339 l/dt = 8.420 m3/jam
Q keluar (Outflow) = Q masuk . pola kebutuhan air
= 8.420 m3/jam x 0.53
= 4.46 m3/jam
Sumber : Hasil analisis data (2019)
Volume Keluar (Vk) = Q masuk – Q keluar
= 8.420 - 4.46 = 3.96 m3
Volume Masuk (Vm) = Vk .  600 .  3.96 3600  14.25m3
1000
1000
Volume Reservoir (V bak penampung)
= V masuk –V keluar
3
3
3
=14.25 m - 3.96 m = 10.29 m
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel
4.26 dan Tabel 4.27
Tabel 4.26 Tampungan bak penampung skema
jaringan 1
Sumber : Hasil analisis data (2019)
Tabel 4.27 Tampungan bak penampung skema
jaringan 2
Berdasarkan Tabel 4.17 dan Tabel 4.18
didapatkan volume air maksimum = 17.95 m3 dan
34.79 m3 dan volume air minimum = -6.57 m3/jam
dan -12.73 m3. Sehingga volume bak penampung
untuk masing-masing jaringan diperlukan sebesar
17.9 5+ 6.57 = 20 m3 dan 34.79+12.73=47.52m3.
Direncanakan bak penampung yang akan dibangun
berkapasitas 30 m3 dan 40 m3,berikut rincian
dimensi bak penmpung:
 Bak penampung 1
Kapasitas bak penampung = 20 m3
Panjang
=5m
Lebar
=2 m
Tinggi
=2m
Tinggi jagaan
= 0,5 m
Dimensi bak penampung = 5 m x 2 m x 2,5 m

Bak penampung
Kapasitas bak penampung
Panjang
Lebar
Tinggi
=40 m3/jam
=5m
=4 m
=2m
18
Tinggi jagaan
= 0,5 m
Dimensi bak penampung =5 m x 4 m x 2,5 m
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil
perencanaan
jaringan
perpipaan
air bersih untuk Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Adapun potensi sumber daya air di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari) yang
bersumber dari mata air dengan debit
sebesar 8.598 lt/dt yang di dapatkan dari 15
titik mata air.
2. Proyeksi kebutuhan air bersih di Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) untuk masingmasing RT yaitu RT 1 = 1.982 lt/dt, RT 2 =
0.850 lt/dt, RT 3 = 0.668 lt/dt, RT 4 = 0.736
lt/dt, RT 5 = 0.314 lt/dt, RT 6 = 0.597 lt/dt,
RT 7 = 0.753 lt/dt, dan RT 8 = 0.326 lt/dt, RT
9 = 0.647 lt/dt, sehingga total kebutuhan air
bersih
untuk
Lingkungan
Nyangget
(Montong Sari) hingga 10 tahun ke depan
sebesar 6.872 lt/dt.
3. Dari hasil simulasi program Epanet 2.0
diperoleh :
- tekanan pada masing-masing node terjauh
dan saat jam puncak masih sesuai dengan
ketentuan PERMEN PU No. 18/PRT/M/2007
tentang SPAM yaitu berkisar antara 10 m
sampai 11.41 m pada skema jaringan 1 dan
10 m sampai 13.17 m pada skema jaringan 2.
19
Utara, Departemen Pekerjaan Umum.
- Nilai tinggi kecepatan aliran dalam pipa
sesuai
dengan
PERMEN
PU
No.
18/PRT/M/2007 yaitu berkisar antara 0.3 m/dt
sampai 3.51 m/dt pada skema jaringan 1 dan
0.3 m/dt sampai 4.66 m/dt, dengan sistem
perencanaan jaringan perpipaan air bersih
untuk
pemenuhan
kebutuhan
air
di
Lingkungan Nyangget (Montong Sari) Desa
Gerung Utara menggunakan sistem gravitasi
dengan Bangunan pelengkap berupa 2 unit
reservoir (bak penampung) dengan ukuran 5
m x 3 m x 2,5 m untuk bak penampung 1 dan
5 m x 5 m x 2,5 m untuk bak penampung 2
dengan debit tampungan sebesar 8.420 m3
dan 16.318 m³.
Anonim., 2009, Survey Investigasi Desain Potensi
Sumber Air Baku Untuk Desa Pemongkong
Kabupaten Lombok Timur, Departemen
Pekerjaan Umum.
Darma Setiawan, Martin., 2000, Sistem Perpipaan
Distribusi Air Minum, Ekamitra Engineering.
Kamulyan, B., 2003, Kebutuhan Air Program Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta
Kodoatie, R.J. dan Sjarief, R., 2005, Pengelolaan
Sumber Daya Air Terpadu, Andi, Yogyakarta
Linsley,
R.K. dan Franzini, J.B., 1991, Teknik
Sumber Daya Air I dan II, Erlangga, Jakarta
5.2 Saran
Dari
hasil
perencanaan
jaringan
perpipaan air bersih untuk Lingkungan
Nyangget (Montong Sari) , ada beberapa saran
yang bisa disampaikan :
1. Sangat perlu diperhatikan saat pengadaan
pipa mengenai dimensi serta kekasaran
pipa karena ini sangat berpengaruh pada
tekanan dan kecepatan yang terjadi pada
pipa.
2. Untuk
mengurangi
permasalahanpermasalahan yang terjadi pada proses
pendistribusian air bersih, perlu dilakukan
pembinaan/pelatihan
dalam
rangka
meningkatkan
kemampuan
mengenai
jaringan perpipaan air bersih.
3. Selain itu diharapkan peran serta
masyarakat
Lingkungan
Nyangget
(Montong
Mari)
dalam
rangka
pemeliharaan jaringan perpipaan air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 1998, Petunjuk Teknis Perencanaan
Rencana Induk Dan Studi Kelayakan Sistem
Peyediaan Air Minum Perkotaan, Direktorat
Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta
Anonim., 2007, Rencana Program Investasi Jangka
Menengah, Direktorat Jendral Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
Anonim., 2000, Epanet 2 Users Manual Versi
Bahasa Indonesia, Ekamitra Engineering
Anonim., 2002, Pedoman/Petunjuk Teknik dan
Manual, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah Badan Penelitian dan
Pengembangan, Jakarta
Anonim., 2005, Yayasan Pendidikan Tirta Dharma,
PT. Inowa Prima Consult
Lubis, Padeli. 2014. Evaluasi Sistem Jaringan Air
Bersih Di Desa Jurit
Kecamatan
Pringgasela Lombok Timur. Mataram :
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
Nelwan, Fenny. 2013. Perencanaan Jaringan Air
Bersih Desa Kima Bajo Kecamatan Wori.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990
Tentang
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
: Jakarta.
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.
18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum. Jakarta : Departemen Pekerjaan
Umum
Rosadi,
Mukti
Imron.
2011.
Perencanaan
Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi
PDAM IKK Durenan Kabupaten Trenggalek.
Surabaya : Program Studi D-4 Teknik
Perancangan
Prasarana
Lingkungan
Permukiman Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Rozi, Munawijaya Hamdani., (2011), Perencanaan
Pemanfaatan Sumber Air Rajimas Untuk
Kebutuhan Air Bersih Di Desa Pelangan
Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok
Barat, Skripsi S-1 Jurusan Teknik Sipil
UNRAM, Mataram.
Triatmadja, Radianta., 2006, Jaringan Air Bersih,
Jakarta
Triatmodjo, Bambang., 1993, Hidrolika I, Beta
Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang., 2008, Hidrolika
Offset, Yogyakarta.
II, Beta
Anonim., 2009, Survey Investigasi Potensi Air Baku
Untuk Kabupaten Lombok
20
21
Download