See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/359545427 Kepadatan Tanah, CPT dan SPT Book · November 2017 CITATIONS READS 0 3,463 3 authors, including: Tri Mulyono Jakarta State University 59 PUBLICATIONS 49 CITATIONS SEE PROFILE Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Vocational Education View project All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 29 March 2022. The user has requested enhancement of the downloaded file. Tri Mulyono, MT Kepadatan Tanah, CPT dan SPT Program Studi D3 Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta 0 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Kepadatan Tanah, CPT dan SPT Modul 6: Mekanika Tanah dan Pondasi Tri Mulyono Staft Pengajar Program Studi D3 Transportasi. FT UNJ Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220 Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id Kepadatan Tanah, CPT dan SPT Modul 6: Mekanika Tanah dan Pondasi Tri Mulyono Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220 Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) Mulyono, T. Kepadatan Tanah, CPT dan SPT /Penulis, Tri Mulyono. Jakarta: Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ, 2017 v, 98 hlm; 21 cm x 29,7 cm; Microsoft Sans Serif 12pt 1. Kepadatan Tanah, CPT dan SPT. 2. Modul 6: Mekanika Tanah dan Pondasi I. Judul II. Universitas Negeri Jakarta Cetakan Pertama: 3 Nopember, 2017. Hak Cipta© 2017 pada Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari Penerbit atau Penulis ii Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ PRAKATA Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis dapat menyelesaikan modul ini yang berisi materi untuk matakuliah Mekanika Tanah Dan Pondasi di Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ@2017. Modul ini merupakan rangkaian materi yang terdiri dari: 1 | Sejarah mekanika tanah dan pondasi 2 | Sifat dan karakterisitik tanah 3 | Hubungan antar parameter tanah 4 | Plastisitas dan sturktur tanah 5 | Klasifikasi tanah 6 | Kepadatan Tanah, CPT dan SPT Referensi yang digunakan berasal dari beberapa referensi yang berhubungan dengan materi dalam modul yang bersumber dari standar ASTM, AASTHO, British Standard dan terutama Standar Nasional Indonesia (SNI) yang disesuaikan dengan kebutuhan akademik. Semoga Modul ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembacanya Jakarta, November 2017 Penulis Tri Mulyono Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ iii Daftar Isi A. Tujuan _____________________________________________________ 1 B. Uraian Materi, Indikator Keberhasilan dan Alokasi Waktu Pembelajaran _ 1 C. Kegiatan (Strategi/Metode) ____________________________________ 2 D. Tugas _____________________________________________________ 2 E. Tes/Evaluasi & Tagihan _______________________________________ 2 F. Sumber dan Media Pembelajaran _______________________________ 3 G. Rangkuman Materi __________________________________________ 3 H. Materi Pembelajaran _________________________________________ 3 6.1 Prinsip Umum Pemadatan _________________________________ 3 6.2 Pengujian Kepadatan untuk Tanah di Laboratorium _____________ 5 6.3 Pengujian Laboratorium Kepadatan Ringan untuk Tanah Sesuai SNI 1742:2008 _____________________________________________ 5 6.3.1 Peralatan Pengujian ________________________________ 5 6.3.2 Prosedur Pengujian Kepadatan Ringan ________________ 11 6.3.3 Penghitungan Kepadatan Ringan untuk Tanah Sesuai SNI 1742:2008 _______________________________________ 13 6.4 Pengujian Laboratorium Kepadatan Berat untuk Tanah Sesuai SNI 1743:2008 ____________________________________________ 17 6.5 Faktor yang Mernpengaruhi Pemadatan _____________________ 19 6.6 Pengujian Kepadatan untuk Tanah di Lapangan ______________ 22 6.6.1 Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir _ 23 6.6.2 Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Balon Karet _____ 26 6.7 Pemadatan Tanah Organik _______________________________ 31 6.8 Jenis Penyelidikan Tanah di Lapangan untuk Kapasitas Pondasi _ 32 6.9 Pengujian Sondir _______________________________________ 33 6.9.1 Istilah/Terminology dalam Pengujian Sondir ____________ 35 6.9.2 Peralatan Pengujian Sondir _________________________ 36 6.9.3 Pembacaan Manometer Pengujian Sondir ______________ 41 6.9.4 Prosedur Pengujian Sondir __________________________ 41 6.9.5 Keuntungan dan Kekurangan Pengujian Sondir __________ 43 iv Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.9.6 Hitungan Pengujian Sondir __________________________ 43 6.9.7 Laporan Pengujian Sondir __________________________ 49 6.10 Pengujian Standar Panetrasi Test __________________________ 55 6.10.1 Istilah dan definisi dalam Uji SPT _____________________ 55 6.10.2 Peralatan, Bahan dan Perlengkapan Pengujian SPT ______ 56 6.10.3 Prosedur Pengujian penetrasi dengan SPT _____________ 57 6.10.4 Koreksi hasil uji SPT _______________________________ 61 6.10.5 Pelaporan Pengujian penetrasi dengan SPT ____________ 64 6.11 Uji Kipas di Lapangan (Vane Shear Test) ____________________ 70 6.11.1 Lingkup dan Prosedur Pengujian Vane Shear Test _______ 71 6.11.2 Hitungan Nilai Tahanan Geser Vane __________________ 73 6.11.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengujian Geser Baling ______ 77 6.12 Uji Beban Pelat ________________________________________ 77 6.12.1 Peralatan yang Digunakan __________________________ 79 6.12.2 Prosedur pengujian ________________________________ 81 6.12.3 Pelaporan _______________________________________ 82 I. Soal______________________________________________________ 83 J. Referensi _________________________________________________ 90 Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ v Modul 6: Kepadatan Tanah, CPT dan SPT A. TUJUAN Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan mengklasifikasikan tanah. B. URAIAN MATERI, INDIKATOR KEBERHASILAN DAN ALOKASI WAKTU PEMBELAJARAN Materi dan indikator keberhasilan dengan rencana pertemuan dua kali (200 menit) tatap muka setelah mempelajari topik ini seperti Tabel berikut: Substansi Kajian (Materi) 6.1 Pemadatan tanah (soil compaction) Indikator keberhasilan 6.1.1 6.1.2 6.1.3 6.1.4 6.1.5 6.2 Pengujian Sondir 6.2.1 6.2.2 6.3 Pengujian SPT 6.3.1 6.3.2 6.4 Ringkasan Topik#6: pengujian tanah (soil tests) di laboratorium dan lapangan Alokasi Waktu (Menit) 6.4.1 6.4.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pemadatan tanah prinsip (soil compaction) di Laboratorium Mahasiswa mampu menghitung kepadatan tanah di Laboratorium Mahasiswa mampu menjelaskan kepadatan lapangan Mahasiswa mampu menghitung kepadatan lapangan Mahasiswa mampu menghitung kepadatan relatif Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pengujian Sondir Mahasiswa mampu menghitung Pengujian Sondir Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pengujian SPT Mahasiswa mampu menghitung Pengujian SPT Mahasiswa mampu mengerjakan tugas secara mandiri Mahasiswa mampu menyelesaikan tepat waktu Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 80’ 60’ 60’ 3 x 24 Jam 1 Substansi Kajian (Materi) 6.5 Soal-soal: pengujian tanah (soil tests) di laboratorium dan lapangan C. Alokasi Waktu (Menit) Indikator keberhasilan 6.5.1 Mahasiswa mampu mengerjakan tugas secara kelompok 6.5.2 Mahasiswa mampu menyelesaikan tepat waktu 7 x 24 Jam KEGIATAN (STRATEGI/METODE) Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara (1) Menjelaskan dalam kelas tentang materi kajian; Membuka sesi diskusi; dan Memberikan tugas individu dan kelompok D. TUGAS Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat tugas ringkasan sebagai tugas mandiri dengan lama tugas 3 x 24 Jam dan tugas kelompok dengan waktu 7 x 24 jam. E. TES/EVALUASI & TAGIHAN Berisi tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik dan dosen untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai, sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya. Test akan dilaksanakan pada tengah dan akhir semester dalam bentuk test tertulis pilihan ganda dengan empat pernyataan satu yang benar. Tagihan setelah mempelajari topik ini adalah sebagai berikut: 1. Tugas#7: Ringkasan (Individu) yaitu mahasiswa meringkas topik dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tugas dikerjakan dengan menggunakan tulisan tangan di atas kertas A4; b. Urutan/sistematika sesuai dengan urutan pada subtansi kajian (materi); c. Batas waktu pengumpulan 3 x 24 Jam dikumpulkan sebelum Jam 12.00 WIB dan mengisi daftar absen pengumpulan tugas; d. 2 Bobot penilaiannya sebesar 2% (dua persen) dari total penilaian. Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 2. Tugas#13: Kelompok yaitu mahasiswa secara berkelompok menyelesaikan penyelesaian soal tugas yang diberikan, dengan ketentuan. a. Jumlah anggota kelompok maksimum 5 (lima) orang; b. Jumlah soal yang diberikan direncanakan sebanyak 5 (lima) soal; c. Tugas dikerjakan dengan menggunakan tulisan tangan atau dengan MS-WORD di atas kertas A4; d. Batas waktu pengumpulan 7 x 24 Jam dikumpulkan sebelum perkuliahan dimulai pada minggu berikutnya dan mengisi daftar absen pengumpulan tugas; e. F. Bobot penilaiannya sebesar 4% (empat persen) dari total penilaian. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumber dan media pembelajaran menggunakan literatur sesuai dengan referensi untuk topik ini dengan disampaikan pada saat tatap muka akan digunakan Laptop/Notebooks, dan LCD Projector. G. RANGKUMAN MATERI H. MATERI PEMBELAJARAN Timbunan tanah untuk lapis tanah dasar atau lapis pondasi jalan raya, tanggul tanah, bendungan tanah dan banyak struktur teknik lainnya, jika menggunakan tanah yang gembur memerlukan suatu proses pemadatan agar terjadi peningkatan kekuatan tanah melalui kenaikan berat volumenya dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi untuk mendukung struktur di atasnya. Selain itu pemadatan dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kestabilan lereng timbunan (embankments). Alat pemadat mekanis seperti smooth-wheel rollers, dan vibratory rollers adalah umumnya digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah. 6.1 Prinsip Umum Pemadatan Kepadatan suatu tanah pada dasarnya merupakan perbandingan antara massa benda uji dan volume. Berat volume kering tanah yang dipadatkan menjadi ukurannya. Hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah yang dipadatkan akan memberikan suatu nilai optimum kepadatan tanah. Air pada tanah yang dipadatkan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 3 lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Menggunakan usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat seperti Gambar 6.1. Gambar 6.1: Prinsip Pemadatan (Das & Sobhan, 2014) Saat kadar air π€0 = 0, berat volume basah dari tanah (πΎ) adalah sama dengan berat volume keringnya (πΎπ ), atau πΎ = πΎπ(π€=0) = πΎ1 . Jika kadar air tanah ditingkatkan terus secara bertahap dengan cara pemadatan yang sama, maka berat padat tanah persatuan volume akan meningkat secara bertahap. Misalnya, pada π€ = π€1 , berat volume basah dari tanah sama dengan πΎ = πΎ2 . Sehingga berat volume kering dari tanah tersebut pada kadar air, π€1 dapat dinyatakan dalam (Das & Sobhan, 2014). πΎπ(π€=π€1 ) = πΎ = πΎπ(π€=0) + βπΎπ Penambahan kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dengan berat volume kering maksimum tanah yang dicapai disebut kadar air optimum. Pengujian di laboratorium yang umum dilakukan untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah Uji Pemadatan Proctor (Proctor Compaction Test), sesuai dengan nama penemunya, Proctor, (1933) atau menurut SNI 1743:2008 Cara uji kepadatan berat untuk tanah. 4 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.2 Pengujian Kepadatan untuk Tanah di Laboratorium Pengujian kepadatan di laboratorium menggunakan pengujian proctor. Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan. Peralatan yang digunakan adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda uji, timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan. (SNI 1742:2008; SNI 1743:2008) Cara uji dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah yang dipadatkan di dalam sebuah cetakan berukuran tertentu dengan penumbuk 2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 305 mm untuk uji kepadatan ringan (SNI 1742:2008) dan penumbuk 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm untuk kepadatan berat (SNI 1743:2008). 6.3 Pengujian Laboratorium Kepadatan Ringan untuk Tanah Sesuai SNI 1742:2008 Pengujian kepadatan ringan untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 atau kepadatan dengan standar uji proctor (Standard Proctor Test) dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah yang dipadatkan di dalam sebuah cetakan berukuran tertentu dengan penumbuk 2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 305 mm (SNI 1742:2008) atau ASTM Test Designation D-698. 6.3.1 Peralatan Pengujian Cetakan yang digunakan berupa cetakan logam berdinding kokoh dan dibuat sesuai dengan ukuran dan kapasitas yang sesuai Gambar 6.2 untuk cetakan silinder dengan diameter 101,60 ± 0,41 ππ tinggi 116,43 ± 0,13 ππ dengan kapasitas 943 ππ3 ± 8 ππ3 atau 152,40 ± 0,66 ππ dengan kapasitas 2124 ππ3 ± 21 ππ3 dan keping alas dan dilengkapi dengan leher sambung yang dibuat dari bahan yang sama dengan cetakan, dengan tinggi kurang lebih 60,33 ± 1,27 ππ mm. Cetakan dan leher sambung harus dipasang kuat-kuat pada keping alas yang dibuat dari bahan yang sama (SNI 1742:2008). Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 5 Alat penumbuk dapat menggunakan alat penumbuk tangan (manual) atau mekanis. Penumbuk terbuat dari logam dengan massa 2,495 ± 0,009 ππ dan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan rata, diameter 50,80 ± 0,25 ππ . Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak boleh kurang dari 50,42 mm. Penumbuk harus dilengkapi dengan selubung yang dapat mengatur jatuh bebas setinggi 305 mm ± 2 mm untuk di atas permukaan tanah yang akan dipadatkan untuk uji kepadatan ringan (SNI 1742:2008). Selubung harus mempunyai paling sedikit 4 buah lubang udara berdiameter tidak kurang dari 9,50 mm dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19,00 mm dari kedua ujung. Selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak terganggu. Penggunaan alat penumbuk mekanis dari logam (Gambar 6.3), dilengkapi alat pengontrol tinggi jatuh bebas 305 mm ± 2 mm di atas permukaan tanah yang akan dipadatkan dan dapat menyebarkan tumbukan secara merata di atas permukaan tanah. Alat dikalibrasi terhadap beberapa macam jenis tanah dan massa penumbuk disesuaikan agar mendapatkan hubungan kadar air dengan kepadatan kering yang sama apabila dipadatkan dengan alat penumbuk manual. 6 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar 6.2: Alat uji kepadatan ringan untuk tanah (Cetakan silinder diameter 101,60 mm atau 152,90 mm dan keping alas) Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 7 Gambar 6.3: Cetakan silinder dan Alat Penumbuk Tidak praktis untuk mengatur tinggi jatuh alat penumbuk mekanis setiap kali alat penumbuk tersebut dijatuhkan, seperti pada alat penumbuk yang dioperasikan secara manual. Mengatur tinggi jatuhnya, dengan cara sejumlah contoh uji lepas di dalam cetakan yang akan ditumbuk pertama kali ditekan secara pelan-pelan dengan alat penumbuk dengan ketinggian 305 mm dan berikutnya sama atau bila alat penumbuk sudah dilengkapi pengatur ketinggian jatuh, setiap penumbukan tinggi jatuh bebas 305 mm, diukur dari permukaan tanah yang ditumbuk sebelumnya. Cara kalibrasi yang lebih detail untuk alat penumbuk mekanis yang digunakan pada pemadatan tanah di laboratorium dapat dilihat pada ASTM D 2168. Peralatan lainnya (SNI 1742:2008) adalah (1) alat pengeluar benda uji (extruder) merupakan dongkrak, pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai; (2) Timbangan terdiri dari tiga buah timbangan masing-masing berkapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 1 gram, kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan kapasitas 311 gram dengan ketelitan 0,01 gram. Oven pengering dilengkapi dengan pengatur temperatur sampai 110°C ± 5°C untuk mengeringkan contoh tanah basah; (3) Pisau perata terbuat dari baja yang kaku dengan panjang minimum 25 cm. Salah satu sisi memanjang pisau perata harus tajam dan sisi lainnya datar. Batas toleransi pisau perata yang dihitung pada kelurusan sisi memanjang tidak boleh melebihi 0,1% dari panjang; (4) Saringan 8 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ dengan ukuran bukaan 50 mm, saringan 19 mm dan saringan No.4 (4,75 mm), sesuai persyaratan SNI 07-6866-2002; (5) Alat pencampur yang terdiri dari baki, sendok pengaduk, sekop, spatula dan alat-alat bantu lainnya atau alat pencampur mekanik yang sesuai untuk mencampur contoh tanah dan air secara merata; dan (6) Cawan terbuat dari bahan tahan karat dan massanya tidak akan berubah akibat pemanasan dan pendinginan yang berulang kali. Cawan harus dilengkapi penutup yang dapat dipasang dengan rapat untuk mencegah hilangnya air dari benda uji sebelum penentuan massa awal dan untuk mencegah penyerapan air dari udara terbuka setelah pengeringan dan sebelum penentuan massa akhir. Cara uji kepadatan ringan untuk tanah (SNI 1742:2008) dapat menggunakan empat pilihan metode uji yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D, seperti Tabel 6.1. Masing-masing cara tersebut di atas dibagi lagi berdasarkan sifat tanah, pertama untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air seperti jenis contoh tanah berbutir kasar yang bersifat keras. Kedua untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air. Butiran contoh tanah yang mudah pecah umumnya jenis tanah berbutir kasar yang bersifat lunak (seperti batu pasir dan batu kapur) dan lanau, sedangkan contoh tanah yang tidak mudah menyerap air adalah jenis tanah berbutir halus (lempung). Jika terjadi keraguan dalam menentukan apakah butiran contoh tanah termasuk butiran contoh tanah yang mudah pecah atau tidak, semua contoh tanah berbutir kasar dapat dianggap sebagai contoh tanah berbutir yang mudah pecah. Contoh uji tanah dipersiapkan sesuai dengan SNI 1742:2008, jika diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah atau lembab, contoh tanah tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu sehingga menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan di udara atau dengan alat pengering lain dengan temperatur tidak lebih dari 60°C. Kemudian gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk sedemikian rupa untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau pecah kecuali tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan alat pengering. Contoh uji tanah gembur yang mewakili kemudian di saring dengan saringan No.4 (4,75 mm) untuk cara A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm (3/4”) untuk cara C dan cara D. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 9 Tabel 6.1: Metode uji Kepadatan Ringan Tanah sesuai SNI 1742:2008 Deskripsi Diameter cetakan (mm) Tinggi cetakan (mm) Volume cetakan (cm3) Massa penumbuk (kg) Tinggi jatuh penumbuk (mm) Jumlah lapis Jumlah tumbukan per lapis Bahan lolos saringan Cara A Cara B Cara C Cara D 101,6 152,4 101,6 152,4 116,43 943 2,5 305 3 25 No.4 (4,75 mm) 116,43 2124 2,5 305 3 56 116,43 943 2,5 305 3 25 116,43 2124 2,5 305 3 56 No.4 19,00 mm 19,00 mm (4,75 mm) tertahan saringan No.4 tertahan saringan Bahan campuran tanah (4,75 mm) sebesar 40% 19,00 mm sebesar atau kurang 30% atau kurang 1. Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik atau wadah lainnya dan ditutup rapat, kemudian didiamkan selama: 3 jam (kerikil dan pasir kelanauan/ kelempungan); 12 jam (lanau) dan 24 jam (lempung) serta contoh uji berupa kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan. 2. Untuk tanah berbutir halus (bersifat plastis), kadar air optimum diperkirakan berada di sekitar kadar air batas plastis (PL). Secara visual dilakukan dengan menggiling sejumlah contoh tanah di antara kedua telapak tangan sampai mencapai diameter 3 mm. Jika pada saat mencapai diameter 3 mm belum menunjukkan adanya retakan (patah), tambahkan sejumlah air kedalam contoh tanah, kemudian diaduk sampai merata. Giling kembali contoh tanah tersebut dengan kedua telapak tangan sampai menunjukkan adanya retakan (patah) pada diameter 3 mm Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai merata. Butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, penambahan air dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, penambahan air diatur sedemikian rupa sehingga kadar airnya 2% sampai dengan 6% di bawah kadar air optimum. Penambahan air tahap berikutnya dilakukan setelah pemadatan dan pemecahan kembali benda uji. Perbedaan kadar air pada masing-masing tahap sekitar 1% sampai dengan 3%. Butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air seperti tanah lempung, penambahan air diatur sedemikian rupa sehingga 1 contoh mempunyai kadar air mendekati kadar air optimum; 2 contoh di bawah optimum; dan 2 contoh lainnya di atas optimum. Perbedaan kadar air masing-masing sekitar 1% sampai dengan 3%. Jumlah contoh uji untuk masing-masing metode/cara pengujian seperti Tabel 6.2. 10 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Tabel 6.2: Jumlah Contoh uji Kepadatan Ringan Tanah sesuai SNI 1742:2008 Cara Deskripsi butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, siapkan 1 contoh tanah paling sedikit (kg) butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, siapkan paling sedikit 5 contoh tanah (kg) A B C D 3 7 5 11 2,5 5 3 6 6.3.2 Prosedur Pengujian Kepadatan Ringan Prosedur pengujian kepadatan ringan tanah sesuai SNI 1742:2008 menggunakan contoh uji tanah dipersiapkan yang sesuai dengan metode/cara A, B, C atau D. Pengujian untuk cara A, B, C dan D pada butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah dan contoh tanah yang mudah menyerap air dengan prosedur: (1) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram dinyatakan sebagai (π΅1 ) serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm. Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil. (2) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk sampai merata. Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3 lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-kira 125 mm. (3) Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) untuk lapisan pertama, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit melebihi 1/3 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk dengan massa 2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 305 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali untuk cara A dan C serta sebanyak 56 kali untuk cara B dan D. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 11 (b) lakukan pemadatan untuk lapisan kedua dan lapisan ketiga dengan cara yang sama seperti untuk lapis pertama. (c) Cara melakukan penumbukan pada cetakan berdiameter 102 mm (4 inci) untuk satu lapisan, sebanyak 25 tumbukan seperti Gambar 6.4. Gambar 6.4: Cara melakukan penumbukan (4) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata, sehingga betulbetul rata dengan permukaan cetakan. Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan ketelitian 1 gram sebagai (π΅2 ). Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi dua bagian yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990. Tanah terdrainase bebas seperti pasir seragam dan kerikil yang memungkinkan terjadi rembesan pada bagian bawah cetakan dan keping alas, contoh yang mewakili untuk pengujian kadar air lebih baik diambil dari bak pencampur. (5) Untuk Cara A dan B Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata. (6) Untuk Cara C dan D Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,0 mm dan 90% gumpalan tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), 12 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ kemudian campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata. (7) Ulangi langkah-langkah pemadatan dengan cara yang sama beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap. Pengujian untuk cara A, B, C dan D pada Butiran contoh tanah yang mudah pecah dan contoh tanah yang tidak mudah menyerap air dengan prosedur: (1) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram dinyatakan sebagai (π΅1 ) serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm. Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil. (2) Ambil salah satu contoh uji (sebaiknya dimulai dari contoh uji dengan kadar air yang mendekati kadar air optimum) dan lakukan prosedur seperti langkah sebelumnya, butir (3) dan (4); (3) Ulangi langkah-langkah sama seperti di atas untuk contoh uji ke dua, contoh uji ketiga dan seterusnya sampai massa benda uji berkurang atau tetap. Sebaiknya pemadatan dilakukan secara berturut-turut, mulai dari contoh uji dengan kadar air yang mendekati kadar air optimum kemudian dilanjutkan dengan contoh uji dengan kadar air yang lebih besar. Hal tersebut dimaksudkan, apabila berat benda uji dengan kadar air paling besar belum berkurang atau tetap dibandingkan berat benda uji sebelumnya, contoh uji dengan kadar air yang paling kecil ditambahkan air melebihi kadar air yang semula paling besar. Apabila berat benda uji masih menunjukkan peningkatan setelah semua contoh uji dipadatkan, siapkan contoh tanah yang baru dan tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya 1% sampai dengan 3% di atas kadar air benda uji yang paling besar. 6.3.3 Penghitungan Kepadatan Ringan untuk Tanah Sesuai SNI 1742:2008 Kepadatan basah (π) merupakan perbandingan antara massa benda uji basah dan volume dihitung dengan Persamaan 6.1, dimana π΅1 adalah massa cetakan dan keping alas, dinyatakan dalam gram, π΅2 adalah massa cetakan, keping alas dan benda Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 13 uji dinyatakan dalam gram, serta π adalah volume benda uji atau volume cetakan, dinyatakan dalam cm3. π= π΅2 − π΅1 π (6.1) Kadar air (π€) merupakan perbandingan antara massa air dan massa kering tanah sesuai dengan Persamaan 6.2 π€= π΅ππππ‘ π΄ππ π₯100 π΅ππππ‘ ππππβ πΎπππππ (6.2) Kepadatan (berat isi) kering (ππ ) merupakan perbandingan antara massa benda uji kering dan volume dengan hitungan sesuai Persamaan 6.3 dinyatakan dalam ππππ/ππ3 , dimana π adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam ππππ/ππ3 dan π€ adalah kadar air, dinyatakan dalam %. ππ = π π₯100 100 + π€ (6.3) Kepadatan kering jenuh merupakan perbandingan antara massa kering tanah dan volume total pada kondisi jenuh air (rongga berisi udara nol) yaitu untuk derajat kejenuhan 100 dengan hitungan sesuai Persamaan 6.4 dimana πΊπ adalah berat jenis tanah, ππ€ adalah kapadatan air, dinyatakan dalam ππππ/ππ3 dan π€ adalah kadar air, dinyatakan dalam %. ππ = πΊπ . ππ€ π₯100 100 + πΊπ . π€ (6.4) Menggunakan hubungan antara kepadata tanah dengan kadar air dapat dicari nilai kadar air optimum yaitu kadar air yang paling cocok untuk cara pemadatan tertentu yang menghasilkan kepadatan paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan atau kepadatan maksimum yang merupakan kepadatan kering yang paling besar yang diperoleh dari kurva pemadatan. Contoh 6.1 Hasil uji kepadatan ringan tanah dengan kadar air awal 15,57% dan berat jenis tanah 2,425 di uji menggunakan cara A. Penambahan kadar air dengan interval 2% dimulai dengan 10% penambahan kadar air menghasilkan Data seperti Tabel C6.1, dimana cetakan dengan massa 4410 gram dan volume cetakan 944 cm3. a. Tentukan kepadatan basah tanah b. 14 Tentukan kepadatan kering tanah Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ c. Tentukan kepadatan kering tanah jenuh (zero air void) d. Tentukan kadar air dan kepadatan kering optimum. Tabel C6.1: Hasil uji kepadatan ringan Contoh Deskripsi massa tanah basah (gr) Kadar air awal (%) Penambahan air (%) Penambahan air Massa tanah basah + cetakan (gr) 1 2 3 4 5 2500 12,57 2500 12,57 2500 12,57 2500 12,57 2500 12,57 10 250 5951 12 300 6043 14 350 6096 16 400 6092 18 450 6075 41,2 269,2 224,2 46,3 295,5 243,2 44,7 315,5 255,3 42,8 268,5 215,7 Pengujian Kadar Air setelah dipadatkan Massa Cawan Massa tanah basah + cawan Massa tanah kering + cawan 44,6 278,8 235,6 Penyelesaian: a. Menghitung Kepadatan basah (π) untuk contoh 1 π= π©π − π©π (ππππ) − (ππππ) = = π, ππππ π/πππ π½ πππ b. Tentukan kepadatan kering tanah Kadar air untuk contoh 1, π = ππ, ππ% + ππ% ππ = π 1,6324 π₯100 = π₯100 = 1,3318 π/ππ3 100 + π€ 100 + (12,57 + 10)% c. Tentukan kepadatan kering tanah jenuh (zero air void) Kadar air setelah dipadatkan untuk contoh 1 Massa tanah basah + cawan = 278,8 gram Massa tanah kering + cawan = 235,6 gram Massa cawan = 44,6 gram π€= π΅ππππ‘ π΄ππ (278,8 − 235,6) π₯100 = π₯100 = 22,62% π΅ππππ‘ ππππβ πΎπππππ (235,6 − 44,6) kepadatan kering tanah jenuh (zero air void) dengan πΊπ = 2,425 dan ππ€ = 1 Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 15 ππ = πΊπ . ππ€ 2,425. (1) π₯100 = π₯100 = 1,566 π/ππ3 100 + πΊπ . π€ 100 + 2,425 (22,62) Hitungan selanjutnya seperti Tabel C6.2. d. Menentukan kadar air dan kepadatan kering optimum dengan menggambarkan kurva hubungan antara kepadatan dan kadar air. Tabel C6.2: Hitungan uji kepadatan ringan No Contoh Uji Deskripsi 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Massa tanah basah (gr) Kadar air awal (%) Penambahan air (%) Penambahan air 2500 12,57 10 250 2500 12,57 12 300 2500 12,57 14 350 2500 12,57 16 400 2500 12,57 18 450 5 Massa tanah basah + cetakan (gr) 5951 6043 6096 6092 6075 1541 1633 1686 1682 1665 HITUNGAN 6 Massa tanah basah (gr) (ππππ) − (ππππ) 7 Kepadatan basah, π = 8 (π) π½ , π/ππ3 Kepadatan kering, π ππ = π₯100, π/ππ3 100+((2)+(3)) 1,6324 1,7299 1,7860 1,7818 1,7638 1,3318 1,3887 1,4111 1,3858 1,3508 Hitungan Kadar Air 9 Massa tanah basah + cawan 278,8 269,2 295,5 315,5 268,5 10 11 12 13 14 Massa tanah kering + cawan Massa air, gr (9) – (10) Massa cawan, gr Massa tanah kering , gr (10) – 12) Kadar air (11) π€= π₯100 (13 235,6 43,2 44,6 191 224,2 45 41,2 183 243,2 52,3 46,3 196,9 255,3 60,2 44,7 210,6 215,7 52,8 42,8 172,9 22,62 24,59 26,56 28,59 30,57 1,566 1,519 1,475 1,432 1,393 15 Kepadata kering jenuh, πΊπ = 2,425 2,425 ππ = π₯100 100 + 2,425 (14) Menggunakan Tabel C6.2 digambarkan grafiknya seperti Gambar C6.1, didapatkan nilai kadar air optimum sebesar 26,6% dan kepadatan kering maksimum sebesar 1,411 π/ππ3 . 16 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar C6.1: Kepadatan dan Kadar Air Hasil Uji 6.4 Pengujian Laboratorium Kepadatan Berat untuk Tanah Sesuai SNI 1743:2008 Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum digunakan untuk menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan. Pengujian kepadatan berat untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 merupakan pengujian dari modifikasi uji proctor atau sesuai atau ASTM Test Designation D-1557 dan AASHTO Test Designation T-180. Peralatan yang digunakan untuk kepadatan berat untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 sama seperti SNI 1742:2008 adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda uji, timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan. Cara uji untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang digunakan adalah uji kepadatan ringan (standard). Cara tersebut dibagi menjadi 4 cara, yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D (Tabel 6.1). Cara tersebut dibagi berdasarkan sifat tanah dan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah yang akan diuji, jika tidak gunakan menggunakan cara A. Cara A dan cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No.4 sebesar 40% atau Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 17 kurang. - Cara C dan cara D digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm sebesar 30% atau kurang (SNI 1743:2008). Jumlah contoh uji untuk masing-masing metode/cara pengujian seperti Tabel 6.2. Persiapan contoh uji pada setiap contoh tanah yang ditambahkan air dan diaduk sampai merata sama seperti SNI 1742:2008 seperti yang diuraikan sebelumnya. Prosedur pengujian kepadatan berat untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 menggunakan contoh uji tanah dipersiapkan yang sesuai dengan metode/cara A, B, C atau D sama seperti SNI 1742:2008. Pada prosedur pemadatan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dipadatkan dalam 5 lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-kira 125 mm. Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Lapisan pertama, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit melebihi 1/5 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau rata. (2) Padatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk dengan massa 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali untuk cara A dan C serta sebanyak 56 kali untuk cara B dan D; (3) lakukan pemadatan untuk lapisan kedua, lapisan ketiga, lapisan keempat dan lapisan kelima dengan cara yang sama seperti untuk lapisan pertama. Prosedur lainnya mengikuti cara sesuai SNI 1742:2008, sampai dengan pengambilan untuk pengujian kadar air tanah setelah proses pemadatan. Penghitungan kepadatan basah, kadar air, kepadatan (berat isi) kering, dan kepadatan (berat isi) kering pada kondisi jenuh atau zero air void, dapat menggunakan Persamaan yang sama dengan SNI 1742:2008. Penggambaran grafik dengan cara menggambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X) dan kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan, tentukan kepadatan kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum. Pada grafik yang sama gambarkan 18 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ hubungan antara kepadatan kering dan kadar air pada derajat kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak boleh memotong garis jenuh dan pada harga kadar air yang tinggi grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh tersebut. 6.5 Faktor yang Mernpengaruhi Pemadatan Pemadatan tanah dipengaruhi banyak faktor antara lain, kadar air tanah, jenis tanah, dan energi pemadatan. Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kepadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Pada kadar air mendekati nol kepadatan tanah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kepadatan optimumnya dan kembali menurun saat kadar air lebih besar dari optimumnya, karena air menempati pori-pori yang seharusnya di isi oleh udara. Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran-butiran, bentuk butiran tanah, berat spesifik bagian padat tanah, dan jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap nilai berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Bentuk umum kurva-kurva pemadatan yang didapat dari empat jenis tanah seperti Gambar 6.5 (Das & Sobhan, 2014). Uji laboratorium dilaksanakan sesuai dengan prosedur ASTM Test Designation D-698 (SNI 1742:2008 atau SNI 1743:2008). Gambar 6.5: Tipikal kurva pemadatan untuk empat jenis tanah (Das & Sobhan, 2014) Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 19 Berdasarkan Gambar 6.5 bahwa untuk pasir, harga berat volume kering umumnya cenderung untuk menurun dahulu dengan naiknya kadar air, kemudian naik sampai mencapai harga maksimum dengan penambahan kadar air lebih lanjut. Penurunan berat volume kering pada awal kurva disebabkan karena pengaruh peristiwa kapiler pada tanah. Pada kadar air yang lebih rendah, adanya tegangan terik kapiler pada pori-pori tanah mencegah kecenderungan partikel tanah untuk bergerak dengan bebas untuk menjadi lebih padat. Kemudian tegangan kapiler tersebut akan berkurang dengan bertambahnya kadar air sehingga partikel-partikel menjadi mudah bergerak dan menjadi lebih padat (Das & Sobhan, 2014). Lee dan Suedkamp (1972) dalam Das & Sobhan, (2014) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah. Kesimpulannya bahwa kurva pemadatan tanah-tanah tersebut dapat dibedakan hanya menjadi empat tipe umum seperti Gambar 6.6. Kurva pemadatan tipe A adalah kurva yang mempunyai hanya satu puncak. Tipe ini biasanya ditemukan pada tanah-tanah yang mempunyai batas cair antara 30 dan 70. Kurva tipe B adalah untuk tipe yang mempunyai satu-setengah puncak, dan kurva tipe C adalah untuk yang mempunyai puncak ganda. Kurva-kurva pemadatan tipe B dan C dijumpai pada tanah-tanah dengan batas cair kurang dari 30. Tipe kurva pemadatan D adalah tipe yang tidak mempunyai puncak tertentu. Tipe ini disebut sebagai berbentuk ganjil. Tanah dengan batas cair lebih besar daripada 70 kemungkinan mempunyai bentuk kurva pemadatan seperti tipe C atau D. Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan (πΈ) pada uji Proctor standar (Das & Sobhan, 2014) dapat ditulis sebagai berikut: π½π’πππβ ππππππ π½π’πππβ π΅ππππ‘ ) π₯ ( π½ππ‘π’β ) ( ππ’πππ’πππ ) π₯ ( )π₯( πΏππππ ππ ππππ’πππ’π π ππ‘πππ πππππ ππππ’πππ’π πΈ= ππππ’ππ πΆππ‘ππππ (6.5) Jika jumlah tumbukan setiap lapisan 25 dengan banyak 3 lapisan dan berat penumbuk 2,5 kg serta tinggi jatuh bebas setinggi 305 mm, maka Persamaan 6.5 untuk volume cetakan 944 cm3, dapat ditulis menjadi: πΈ= 20 2,5 π₯ 9,81ππ )(0,305 π) 1000 = 594,29 ππ. π/π3 944 π₯ 10−6 π3 (25)(3)( Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar 6.6: Tipikal kurva pemadatan yang sering dijumpai pada tanah (Das & Sobhan, 2014) Energi pemadatan per satuan volume tanah yang berubah akan menyebabkan perubahan kurva pemadatan seperti Gambar 6.7 yang menunjukkan empat buah kurva pemadatan untuk tanah lempung berpasir dengan berat jenis 2,7 dan batas cair 31% serta batas plastis 26% (Das & Sobhan, 2014). Cetakan dan penumbuk menggunakan Proctor standar dengan jumlah tumbukan setiap lapisan bervariasi mulai dari 20 sampai 50 (tumbukan per lapisan). Menggunakan Persamaan 6.5, energi pemadatan per satuan volume untuk masing-masing percobaan juga dapat dicari. Jika energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum tanah hasil pemadatan juga bertambah, dan jika energi pemadatan bertambah, nilai kadar air optimum (garis optimum) akan berkurang. Hal ini berlaku untuk semua jenis tanah akan tetapi tingkat kepadatan suatu tanah tidak langsung secara proporsional Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 21 sebanding dengan energi pemadatannya, untuk desain yang ekonomis di lapangan, suatu harga batas atas dari energi pemadatan haruslah ditentukan lebih dahulu. Gambar 6.7: Efek energi pemadatan pada tanah lempung kepasiran (Das & Sobhan, 2014) 6.6 Pengujian Kepadatan untuk Tanah di Lapangan Spesifikasi untuk pekerjaan tanah, pelaksana diharuskan untuk mencapai suatu kepadatan lapangan yang berupa berat volume kering antara 90% - 95% berat volume kering maksimum tanah tersebut. Berat volume kering maksimum itu didapat dari hasil uji laboratorium. Berat volume yang ditentukan dalam spesifikasi dapat dicapai atau tidak dapat ditentukan di lapangan menggunakan metode kerucut/konus pasir (sand cone method) atau metode balon karet (rubber balloon method) ataupun penggunaan alat ukur kepadatan nuklir. 22 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.6.1 Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir Pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir sesuai SNI 03-28281992 atau sesuai ASTM Designation D-1556 digunakan untuk tanah dengan partikel butir tidak lebih dari 50 mm. Kerucut/konus pasir (sand cone) terdiri atas sebuah botol plastik atau kaca dengan sebuah kerucut logam dipasang di atasnya (Gambar 6.8). Botol plastik dan kerucur ini diisi dengan pasir Ottawa kering bergradasi buruk. Botol plastik merupakan botol transparan dengan kapasitas volume + 4 liter dilengkapi dengan corong pasir (SNI 03-2828-1992). Berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir yang mengisi botol telah tertentu dinyatakan sebagai π1 . Sebuah lubang kecil digali pada permukaan tanah yang telah dipadatkan di lapangan kemudian diletakan pelat untuk dudukan corong pasir dengan ukuran 30,48 cm x 30,48 cm. Setelah katup konus dibuka pasir akan mengisi lubang yang digali, kemudian timbang berat dari tabung, kerucut logam, dan sisa pasir setelah mengisi lubang sebagai π2 , jika berat pasir dalam konus dinyatakan sebagai ππ maka berat pasir dalam lubang diketahui (Persamaan 6.6) dan jika berat isi pasir diketahui, volume lubang dapat dicari menggunakan Persamaan 6.7. Nilai ππ dan πΎπ(πππ ππ) ditentukan dengan kalibrasi di lahoralorium. π3 = π1 − π2 π= π3 − ππ πΎπ(πππ ππ) (6.6) (6.7) Dimana: π1 = Berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir yang mengisi botol π2 = Berat dari tabung, kerucut logam, dan sisa pasir setelah mengisi lubang π3 = Berat dari pasir yang mengisi lubang dan kerucut ππ = Berat dari pasir dalam kerucut πΎπ(πππ ππ) = Berat volume kering dari pasir Ottawa yang dipakai Berat tahah basah yang digali dari lubang tersebut ditimbang (π4 ) dan kadar air dari tanah galian itu juga diketahui (π€), maka kepadatan tanah basah dapat ditentukan menggunakan Persamaan 6.8 dan berat isinya sesuai Persamaan 6.9. Berat volume kering hasil pemadatan di lapangan adalah sesuai Persamaan 6.10: Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 23 π(πππ πβ) = π΅ππππ‘ π‘πππβ π¦πππ ππππππ π4 = ππππ’ππ ππ’ππππ π π(πππ πβ) (9,81) 1000 πΎ(πππ πβ) πΎπ (ππ/π3 ) = π€% 1+ 100 πΎ(πππ πβ) (ππ/π3 ) = (6.8) (6.9) (6.10) Gambar 6.8: (a) Alat Uji Konus Pasir, (b) Pengujian konus pasir (Das & Sobhan, 2014) Penerimaan pekerjaan didasarkan dengan kepadatan relatif pada rentang 90 – 95% dibandingkan dengan hasil laboratorium, yang dinyatakan dengan Persamaan 6.11: π = πΎπ(ππππππππ) (6.11) πΎπ(πππππππ‘ππππ’π) Contoh 6.2 Hasil uji laboratorium untuk tanah lempung seperti Tabel C6.3, a. Tentukan kepadatan lapangan dengan menggunakan uji konus pasir (Sand Cone), jika hasil Kalibrasi berat isi pasir ottawa dengan Berat volume kering dari pasir Ottawa yang dipakai, πΎπ(πππ ππ) = 1575 ππ/π3 . Kalibrasi berat dari pasir 24 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ dalam kerucut, ππ = 0,550 ππ. Hasil uji sebelum dibuka katup konusnya berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir yang mengisi botol, π1 = 7,65 ππ dan berat dari tabung, kerucut logam, dan sisa pasir setelah mengisi lubang, π2 = 4,85 ππ. Kadar air tanah, π€ = 10,5%. Berat tanah yang di timbang hasil penggalian lubang contoh sebesar π4 = 3,125 ππ. b. Hitung kepadatan relatif tanah Tabel C6.3: Hasil uji kepadatan Lempung Kadar Air (%) Berat Isi Kering (kN/m3) 6 8 9 11 12 14 14,50 17,65 19,75 20,25 19,25 16,50 Penyelesaian: a. Menentukan kepadatan lapangan Berat pasir yang mengisi lubang dan konus, π5 π3 = π1 − π2 = 7,65 − 4,85 = 2,8 ππ Berat pasir yang mengisi lubang, π3 − ππ π3 − ππ = 2,8 − 0,55 = 2,25 ππ Volume lubang, π= π3 − ππ 2,25 ππ = = 0,001429π3 πΎπ(πππ ππ) 1575 ππ/π3 Kepadatan Basah ππππ πβ = π΅ππππ‘ π‘πππβ π¦πππ ππππππ π4 3,125 ππ = = = 2187,5 ππ/π3 ππππ’ππ ππ’ππππ π 0,001429 π3 Berat isi basah πΎπππ πβ = 2187,5 (9,81) 1000 = 21,459 ππ/π3 Berat isi kering Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 25 πΎπ = b. 21,459 10,5 1+ 100 = 19,42 ππ/π3 Menetukan kepadatan laboratorium Sesuai data, digambarkan hubungan antara berat isi dengan kadar air, seperti Gambar C6.2, didapatkan kepadatan optimum laboratorium sebesar 20,10 ππ/π3 . Gambar C6.2: Kepadatan optimum laboratorium Contoh Soal 6.2 Sehingga kepadatan relatif didapatkan π = πΎπ(ππππππππ) πΎπ(πππππππ‘ππππ’π) = 19,42 = 0,9662 = 96,62% 20,10 6.6.2 Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Balon Karet Metode pengujian kepadatan berat isi tanah di lapangan dengan balon karet (SNI-03-6371-2000) atau sesuai dengan Rubber Balloon Method (ASTM Designation D-2167). Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau lapisan tanah yang teguh dengan menggunakan alat balon karet. Metode ini cocok digunakan untuk menguji urugan tanah di lapangan atau timbunan yang dipadatkan dari bahan tanah berbutir halus atau tanah berbutir kasar yang persentase kandungan batuan dan material kasarnya relatif kecil. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan kepadatan dan berat isi dan tanah di lapangan yang tidak terganggu, asalkan tanah tersebut tidak mengalami deformasi karena 26 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ tekanan yang bekerja selama pengujian. Metode ini tidak cocok untuk tanah organik, tanah jenuh air atau sangat plastis yang akan mengalami deformasi karena tekanan yang bekerja selama pengujian ini. Metode pengujian ini memerlukan perhatian khusus dalam penggunaan pada tanah yang terdiri dari materi berbutir lepas dan tidak terjaga kestabilan dinding lubang ujinya; tanah yang banyak mengandung material kasar melebihi 37,5 mm; tanah berbutir kasar yang mempunyai angka pori tinggi; atau material urugan yang mengandung partikel bersisi tajam. Volume dari lubang tanah yang digali ditentukan dengan volume air yang mengisi balon karet tipis dan lentur. Balon ini akan mengembang mengisi lubang tanah yang diuji. Kepadatan basah yang diuji di lapangan ditentukan dengan membagi massa tanah basah yang diambil dari hasil galian lubang dengan volume lubang. Kadar air kepadatan basah ditempat digunakan untuk menghitung kepadatn kering dan berat kering di lapangan (SNI-03-6371-2000). Gambar 6.9: (a) Skema yang menunjukkan tabung yang telah dikalibrasi (tanpa skala) (SNI 19-64132000), (b) Alat uji balon karet (Das & Sobhan, 2014) Peralatan balon merupakan tabung yang telah dikalibrasi berisi air yang di dalamnya dilengkapi dengan membran (balon karet) relatif tipis, lentur dan elastis yang didesain unuk pengukuran volume lubang uji dengan persyaratan dari metode ini. Alat ini harus dilengkapi dengan alat pompa tekan dan isap sehingga air dapat diisikan dan diisap dengan sempurna. Alat harus sedemikian sehingga berat dan ukurannya tidak menimbulkan gangguan terhadap galian dan sekitar lubang pengujian selama Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 27 pelaksanaan pengujian. Alat harus dilengkapi dengan pengukur tekanan sebagai satu kesatuan alat lain untuk mengontrol tekanan selama kalibrasi dan pengujian (Gambar 6.9). Persiapan untuk menempatkan beban pemberat harus dilakukan pada alat tersebut. Serta harus dilengkapi dengan indikator untuk menentukan volume lubang uji dengan ketelitian 1%. Membran yang lentur harus mempunyai ukuran dan bentuk sedemikian rupa sehingga dapat mengisi lubang uji secara sempurna tanpa kerutan atau lipatan bila digembungkan dalam lubang uji, dan kekuatan membran harus cukup kuat untuk menahan tekanan yang diperlukan untuk menjamin pengisian sempurna lubang uji tanpa ada air yang hilang. Pengeluaran membran dari lubang uji harus dilakukan dengan mengisap udara sehingga air kembali ke dalam tabung. Deskripsi dan syarat-syarat yang diberikan masih memiliki toleransi. Peralatan lainnya yang menggunakan membran lentur (karet) dan air yang dapat digunakan dengan memuaskan untuk mengukur volume dengan ketelitian 1% terhadap volume lubang uji pada tanah yang sesuai dengan syarat-syarat dari metode SNI 19-6413-2000. Alat dari volume lubang uji yang lebih besar akan diperlukan bila ukuran partikel lebih besar dan 37,5 mm terdapat dalam material yang sedang diuji. Prosedur pengujiannya dengan cara mempersiapkan permukaan tanah yang akan diuji sehingga cukup datar dan rata. Tergantung dari kadar air dan tekstur tanah dan permukaannya dapat diratakan dengan bulldozer atau peralatan lainnya, asalkan daerah pengujian tidak berubah bentuk, memadat, pecah, atau gangguan lainnya. Pasang pelat dasar berupa pelat logam kaku dipasang di bawah dasar peralatan balon. Pelat dasar harus mempunyai ukuran minimum dua kali diameter ukuran lubang uji untuk mencegah perubahan bentuk lubang uji sewaktu mendukung alat atau pembebanan dan peralatan balon karet pada lokasi pengujian. Dengan menggunakan tekanan dan pembebanan yang sama yang ditentukan pada waktu kalibrasi peralatan, lakukan pembacaan awal pada indikator volume dan catat. Plat dasar harus tetap pada tempatnya sampai pengujian selesai. Pindahkan peralatan dari lokasi lubang uji. Dan menggunakan sendok, trowel, dan alat lain yang perlu, gali lubang di dalam pelat dasar. Lakukan dengan hati-hati dalam menggali lubang uji agar tanah sekitar bibir atas lubang tidak terganggu. Lubang uji harus mempunyai volume minimum berdasarkan pada ukuran partikel maksimum tanah yang sedang diuji, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.3. Bila bahan yang sedang diuji mengandung sedikit bahan 28 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ berukuran lebih besar, dan ditemui partikel-partikel besar secara terpisah, pengujian dapat dipindahkan pada lokasi yang baru. Bila tanah ini umumnya terdiri dari ukuran partikel lebih besar dari 37,5 mm, diperlukan peralatan dan volume pengujian yang lebih besar. Tabel 6.3: Volume lubang uji minimum berdasarkan ukuran partikel maksimum Ukuran Partikel Maksimum Volume Lubang Uji Minimum, (cm3) Ayakan no. 4 (4,75 mm) 1130 19,0 mm (3/4”) 1700 37,5 mm (11/2”) 2840 3 Volume lubang uji minimum meningkat 280 cm untuk setiap kenaikan ukuran partikel maksimum 6,4 mm sampai ukuran 31,75 mm dan meningkat 560 cm3 untuk setiap kenaikan 6,4 mm untuk ukuran di atas 31,75 mm (SNI 19-6413-2000) Volume lubang uji yang lebih besar akan meningkatkan ketelitian dan harus digunakan agar lebih praktis. Ukuran optimum lubang uji disesuaikan dengan desain peralatan dan tekanan yang digunakan. Pada umumnya, ukurannya akan mendekati ukuran yang digunakan dalam prosedur kalibrasi. Lubang uji harus dipertahankan agar mudah pelaksanaannya dan bebas dari celah-celah dan tonjolan tajam, karena dapat mempengaruhi ketelitian atau dapat merobek membran karet. Tempatkan semua tanah yang dipindahkan dari lubang uji ke dalam wadah kedap kadar air untuk penentuan massa dan kadar air (kandungan air) nantinya. Setelah lubang uji digali, tempatkan peralatan di atas pelat dasar pada posisi yang sama seperti pada waktu pembacaan awal. Berikan tekanan dan beban sama dengan yang digunakan pada waktu kalibrasi, lakukan pembacaan pada indikator volume dan catat. Perbedaan pembacaan awal dan akhir merupakan volume lubang uji. Tentukan massa semua tanah yang dipindahkan dari lubang uji dengan ketelitian 0,005 kg. Campur semua tanah secara sempurna dan pilih kadar air yang mewakili contoh uji dan tentukan kadar air menurut metode SNI 03-1965-1990. Metode cepat untuk penentuan kadar air dapat digunakan untuk memperoleh nilai pendekatan yang kemudian diperiksa atau dikoreksi menurut nilai yang diperoleh sesuai dengan metode uji pada SNI 03-1965-1990. Volume wadah atau cetakan kalibrasi, π dihitung menggunakan Persamaan 6.12 dengan π1 adalah massa cetakan atau wadah dan plat kaca (g) dan π2 adalah Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 29 massa cetakan atau wadah plat, kaca, dan air (g) serta ππ€ adalah volume air per gram berdasarkan temperatur yang diambil dari Tabel 6.4, (mL/g). π = (π2 − π1 )ππ€ (6.12) Tabel 6.4: Volume air per gram berdasarkan temperatur Temperatur (°C) Volume air (mL/g) 12 1,00048 14 1,00073 16 1,00103 18 1,00138 20 1,00177 22 1,00221 24 1,00268 26 1,00320 28 1,00375 30 1,00435 32 1,00497 Kepadatan basah tanah di lapangan π yang dipindahkan dari lubang uji menggunakan Persamaan 6.13 dengan π1 adalah massa cetakan atau wadah dan plat kaca (g) dan π2 adalah massa cetakan atau wadah plat, kaca, dan air (g) serta ππ€ adalah volume air per gram berdasarkan temperatur yang diambil dari Tabel 6.4, (mL/g). π= πππ π π ππππβ π΅ππ πβ π (6.13) Kepadatan (berat isi) kering (ππ ) terhadap tanah sebagai merupakan perbandingan antara massa benda uji kering dan volume dengan hitungan sesuai Persamaan 6.14 dinyatakan dalam ππππ/ππ3 , dimana π adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam ππππ/ππ3 dan π€ adalah kadar air, dinyatakan dalam %. ππ = 30 π π€% 1+ 100 (6.14) Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.7 Pemadatan Tanah Organik Bahan-bahan organik pada suatu tanah cenderung mengurangi kekuatan tanah umumnya, tanah dengan kadar bahan organik yang tinggi tidak dipakai (disukai) sebagai tanah urug. Akan tetapi, karena alasan-alasan ekonomis tertentu, kadangkadang tanah dengan kadar organik rendah terpaksa harus dipakai dalam pemadatan. Kadar organik (OC = organic content) dari suatu tanah didefinisikan sesuai Persamaan 6.15 sebagai berikut (Franklin, Orozco, dan Semrau, 1973) dalam (Das & Sobhan, 2014) ππΆ = πΎπβπππππππ π΅ππππ‘ ππππππ ππππππ‘ πππππππ ππ πππππ ππ£ππ 105π πΆ − 400π πΆ π΅ππππ‘ ππππππ ππππ π‘πππβ ππππ 105π πΆ (6.15) Gambar 6.10: Variasi Nilai berat volume kering maksimum terhadap kadar organik (menurut Franklin, Orozco, dan Semrau, 1973) (Das & Sobhan, 2014) Franklin., et al (1973) melakukan beberapa penyelidikan di laboratorium untuk menyelidiki pengaruh kadar organik terhadap sifat komposisi tanah yang menyatakan pengaruh kadar organik terhadap berat volume kering maksimum. Bila kadar organik melebihi 8 sampai 10%, maka berat volume kering maksimum pada pemadatan akan menurun tajam. Kadar air optimum untuk suatu usaha pemadatan tertentu sebaliknya Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 31 akan meningkat dengan bertambahnya kadar organik dalam tanah. Kecenderungan ini terlihat pada Gambar 6.10. Besarnya kekuatan tekan tak terbatas maksimum (maximum unconfined compression strength) yang didapat dari suatu tanah yang sudah dipadatkan dengan suatu usaha pemadatan tertentu, iustru berkurang dengan bertambahnya kadar organik dalam tanah (Gambar 6.11). Dari faktor-faktor ini, dapat disimpulkan bahwa tanah dengan kadar organik lebih tinggi dari 10% adalah tidak baik untuk pekerjaan pemadatan (Das & Sobhan, 2014). Gambar 6.11: Variasi kadar air optimum terhadap kadar organik (menurut Franklin, Orozco, dan Semrau, 1973) (Das & Sobhan, 2014) 6.8 Jenis Penyelidikan Tanah di Lapangan untuk Kapasitas Pondasi Jenis penyelidikan tanah di lapangan untuk menentukan kapasitas daya dukung pondasi merupakan salah satu hal yang penting untuk merencanakan pondasi sebagai verifikasi atas data-data hasil uji laboratorium. Karena jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh pengambilan contoh didalam tanah. Untuk menanggulanginya sering dilakukan beberapa pengujian-pengujian tersebut antara lain : Uji penetrasi standart atau uji SPT (standard penetration test); Uji penetrasi kerucut statis (static penetration test); Uji beban plat (plate load test); dan Uji geser kipas atau geser baling-baling (vane shear test). 32 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Pengujian dilapangan sangat berguna untuk mengetahui karakter tanah dalam mendukung beban pondasi dengan tidak dipengaruhi oleh kerusakan Contoh: tanah akibat operasi pengeboran dan penanganan, contoh. Khususnya berguna untuk menyelidiki tanah lempung sensitive, lanau dan tanah pasir tidak padat. Perlu diperhatikan bahwa hasil-hasil uji geser kipas dan uji penetrasi, hanya memberikan informasi kuat geser (kekuatan) tanah saja, oleh karena itu pengujianpungujian tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti pengeboran, namun hanya sebagai pelengkap data hasil penyelidikan. Suatu yang tidak dapat diidentifikasikan oleh pengujian tersebut adalah mengenai jenis tanah yang ditembusnya secara pasti, atau perbedaan jenis tanahnya. Sebagai contoh, pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai tanah yang diuji apakah tanah organik atau lempung lunak, atau tanah berupa pasir tak padat atau lempung kaku, karena yang diketahui hanya tahanan penetrasi atau kuat gesernya saja. Demikian pula, hasilhasil pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai kondisi air tanah. Untuk itu, kekurangan-kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengadakan pengeboran tanah. Bagian berikut hanya akan membahas tentang pengujian di lapangan. 6.9 Pengujian Sondir Perencanaan sebuah struktur pondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan desain pondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah baik tegangan total maupun tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pengujian sondir untuk mendapatkan data yang sesuai dengan Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir (SNI 2827:2008) yang merupakan revisi dari SNI 03-2827-1992, Metode Pengujian Lapangan dengan alat sondir atau sesuai dengan Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of Soil (ASTM D 3441 - 05). Bagan alir pengujian sondir seperti Gambar 6.12. Uji penetrasi lapangan ini digunakan metode pengujian lapangan dengan alat sondir (SNI 2827:2008) yang berlaku baik untuk alat penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik). Peralatan uji penetrasi ini antara lain terdiri atas peralatan penetrasi konus, bidang geser, bahan baja, pipa dorong, batang dalam, mesin pembeban hidraulik, dan perlengkapan lainnya. Diperlukannya parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 33 di lapangan untuk keperluan interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain pondasi suatu bangunan. Gambar 6.12: Bagan Alir Pengujian Sondir (SNI 2827:2008) Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji laboratorium geser dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada benda uji tanah. Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi statik). 34 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf), yang dapat dipergunakan untuk interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain pondasi. Penyondiran atau Dutch Cone Test atau Cone Penetration Test yang sering dinamakan CPT atau Sondir sendiri adalah proses pemasukan suatu batang tusuk ke dalam tanah, dengan bantuan manometer yang terdapat pada alat sondir tersebut yang dapat membaca atau mengetahui kekuatan suatu tanah pada kedalaman tertentu. Sehingga, dapat diketahui bahwa dari berbagai lapisan tanah memiliki kekuatan yang berbeda dengan menggunakan alat Dutch Cone Penetrometer, yaitu suatu alat yang pemakaiannya ditekan secara langsung kedalam tanah. Ujung yang berbentuk konus (kerucut ) dihubungkan pada suatu rangkaian stang dalam casing luar dengan bantuan suatu rangka dari besi dan dongkrak yang dijangkarkan ke dalam tanah. Standar pengujiannya sesuai dengan SNI 2827:2008 atau D 3441 – 98. 6.9.1 Istilah/Terminology dalam Pengujian Sondir Berikut istilah atau terminology dalam pengujian sondir sesuai dengan SNI 2827:2008 (Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir) atau D 3441 – 98 (Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of Soil), seperti Tabel 6.5 Berikut: Tabel 6.5: Istilah dalam Pengujian Sondir SNI 2827:2008 (Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir) D 3441 – 98 (Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of Soil) angka banding geser (π π ) — perbandingan antara perlawanan geser dan perlawanan konus (fs/qc), dinyatakan dalam persen. friction ratio, (π π ) —the ratio of friction resistance to cone resistance, fs/qc, expressed in percent gigi dorong— gigi yang mendorong penekan hidraulik melalui suatu roda gigi yang merupakan bagian dari alat ukur penetrasi. Push Rods—the thick-walled tubes, or other suitable rods, used for advancing the penetrometer tip to the required test depth. kekuatan geser tanah— tahanan atau tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh tanah pada kondisi pembebanan tertentu. - konus— ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut untuk menahan perlawanan tanah. cone—the cone-shaped point of the penetrometer tip, upon which the end-bearing resistance develops. penetrometer konus ganda— alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur komponen cone penetrometer, —an instrument in the form of a cylindrical rod with a conical point designed Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 35 SNI 2827:2008 (Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir) D 3441 – 98 (Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of Soil) perlawanan ujung dan perlawanan geser lokal terhadap gerakan penetrasi for penetrating soil and soft rock and for measuring the end-bearing component of penetration resistance. Penetrometer konus tunggal— alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur komponen perlawanan ujung terhadap gerakan penetrasi. penyondiran— serangkaian pengujian penetrasi yang dilakukan di suatu lokasi dengan menggunakan alat penetrasi konus. - perlawanan geser (ππ ) — nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi akibat geseran yang besarnya sama dengan gaya vertikal, yang bekerja pada bidang geser dibagi dengan luas permukaan selimut geser; perlawanan ini terdiri atas jumlah geseran dan gaya adhesi. friction resistance, (ππ )—the resistance to penetration developed by the friction sleeve, equal to the vertical force applied to the sleeve divided by its surface area. This resistance consists of the sum of friction and adhesion. perlawanan konus atau perlawanan daya dukung (ππ ) — nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi konus yang besarnya sama dengan gaya vertikal yang bekerja pada konus dibagi dengan luas ujung konus cone resistance, or end-bearing resistance (ππ )— the resistance to penetration developed by the cone equal to the vertical force applied to the cone divided by its horizontally projected area. selimut (bidang) geser— bagian ujung alat ukur penetrasi ganda, tempat terjadinya perlawanan geser lokal. friction sleeve, —a section of the penetrometer tip upon which the local side-friction resistance develops tegangan geser tanah— perlawanan tanah terhadap deformasi bila diberi tegangan geser. 6.9.2 Peralatan Pengujian Sondir Peralatan pengujian sondir atau uji penetrasi kerucut statis terdiri dari konus; selimut (bidang) geser (friction sleeve); pipa dorong (Push Rods); batang dalam (Inner Rods); dan mesin pembeban hidraulik. 6.9.2.1 Konus Konus (Cone) dalam pengujian sondor ada dua macam ujung penetrometer, yaitu : (1) Tipe standar dan (2) tipe bikonus. 6.9.2.2 Standard Type (mantel conus) Pada jenis ini yang diukur adalah perlawanan pada ujung (konus), hal ini dilakukan hanya dengan menekan stang dalam yang segera menekan konus tersebut ke bawah sedangkan seluruh casing luar tetap di luar. Gaya yang dibutuhkan untuk 36 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ menekan konus tersebut ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur. Alat pengukur yang akan diletakkan pada kekuatan rangka didongkrak. Setelah dilakukan pengukuran, konus, stang dalam, dan casing luar dimajukan sampai pada kedalaman berikutnya dimana pengukuran selanjutnya dilakukan hanya dengan menekan stang dalamnya saja (Gambar 6.13). Gambar 6.13: Alat Konus (a) Collapsed (Keadaan tertekan) dan (b) Extended (Keadaan terbentang), (ASTM D 3441 - 05) 6.9.2.3 Friction Sleeve (Adhesion Jacket Type /Bikonus ) Pada jenis ini dapat diukur secara sekaligus nilai konus dan hambatan lekatnya. Hal ini dilakukan dengan penekanan stang dalam seperti biasa. Pembacaan nilai konus dan hambatan lekat dilakukan setiap 20 cm. Dengan alat sondir yang mungkin hanya mencapai pada kedalaman 30 cm atau lebih, bila tanah yang diselidiki adalah lunak. Alat ini sangat cocok di Indonesia, karena disini banyak dijumpai lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan rendah sehingga tidak sulit menembusnya. Dan perlu diketahui bahwa nilai konus yang diperoleh tidak boleh disamakan dengan daya dukung tanah tersebut. Ujung konus bersusut 600 ± 50 dan ukuran diameter konus adalah 35,7 mm ± 0,4 mm atau luas proyeksi konus = 10 cm2, bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus ganda harus terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok untuk menahan abrasi dari tanah (Gambar 6.14). Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 37 Gambar 6.14: Alat Bikonus (a) Collapsed (Keadaan tertekan) dan (b) Extended (Keadaan terbentang) (ASTM D 3441 - 05; SNI 2827:2008) 6.9.2.4 Selimut (bidang) geser (friction sleeve) Selimut (bidang) geser atau friction sleeve yang digunakan dengan ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah dengan 0 mm s.d 0,5 mm. Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut geser. Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 3 cm2 (23.2 in.2 (150 cm2) +2 %.). Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya tanah. Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 μ m AA ± 50 %. (Menurut ASTM D3441-98 kekasaran pipa 63 μin. (1.6 μm) AA, +50 %). 6.9.2.5 Pipa dorong (Push Rods) Batang-batang yang digunakan menggunakan pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00 m (kurang lebih 1.3 ft atau 0.4m sesuai ASTM D3441). Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak tertekuk jika disondir/didorong. 38 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter dasar konus ganda untuk jarak minimum 0,3 m di atas puncak selimut geser. Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap. Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan, sehingga terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus serta pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi. 6.9.2.6 Batang dalam (Inner Rods) Batang-batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong dengan diameter luar yang konstan serta panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong dengan perbedaan kira-kira 0,1 mm. Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan lain. Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara 0,5 mm dan 1,0 mm. Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas untuk mencegah korosi. Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong. Kekasaran baja yang digunakan sebesar 125 μin atau 3.2 μm AA ± 50 %. (ASTM D3441-98) 6.9.2.7 Mesin pembeban hidraulik Mesin pembeban (Gambar 6.15) dengan rangka mesin pembeban yang harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak pada waktu pengujian. Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik yang dapat digerakkan naik/turun. Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang dalam dan pipa dorong. Pada penekan hidraulik (Gambar 6.16) terpasang 2 buah manometer yang digunakan untuk membaca tekanan hidraulik yang terjadi pada waktu penekanan batang dalam, pipa dorong dan konus (tunggal atau ganda). Untuk pembacaan tekanan rendah disarankan menggunakan manometer berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa dengan ketelitian 0,05 Mpa. Untuk pembacaan tekanan menengah digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d 5 MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d 25 MPa dengan ketelitian 0,1 MPa. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 39 Gambar 6.15: Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda) (Gambar 6 SNI 2827:2008) Gambar 6.16: Rincian penekan hidraulik (SNI 2827:2008) 40 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.9.3 Pembacaan Manometer Pengujian Sondir Setelah batang konus dimasukan pada kedalaman tertentu, pemutar sondir diputar sebanyak 5 kali. Pada saat itu dilihat pada jarum manometer terdapat dua nilai, nilai yang terbesar adalah jumlah perlawanan konus dan nilai terkecil adalah perlawanan penetrasi konus. Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 % dengan Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik adalah untuk perlawanan konus (ππ ) adalah 10% dan untuk perlawanan geser (ππ ) adalah 20 % serta alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidraulik. Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang memadai, dan diletakkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah pada waktu pengujian. Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2 m s.d 3 m sehingga datanya tidak bermanfaat. Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker; namun di daerah tanah lunak tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian beban menggunakan karung-karung pasir. Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan, sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku. 6.9.4 Prosedur Pengujian Sondir Prosedur pengujian meliputi persiapan dan pelaksanaan pengujian sondir. 6.9.4.1 Persiapan pengujian Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan menyiapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan linggis sedalam sekitar 5 cm. Selanjutnya masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan letak rangka pembeban. Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal. Pasang manometer 0 MPa sampai dengan 2 MPa dan manometer 0 MPa sampai dengan 5 MPa untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan manometer 0 MPa sampai dengan 25 MPa untuk penyondiran tanah keras. Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara dalam system. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 41 Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya kemudian pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit. Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam. 6.9.4.2 Pengujian Panetrasi Konus dan Pembacaan Hasil Pengujian Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan mendirikan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang tepat. Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong, kemudian putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian. Pada setiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja seperti Gambar 6.17.(a). Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar antara 10 mm/detik sampai 20 mm/detik ± 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data. Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus dengan membaca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4 cm (47 mm) pertama seperti Gambar 6.17.(b) dan catat pada formulir sebagai nilai pembacaan perlawanan penetrasi konus (πΆπ€ ). Kemudian baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua seperti Gambar 6.17.(c) dan catat pada formulir dan pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa) sebagai ππ€ . Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja. Demikian selanjutnya hingga pembacaan perlawanan penetrasi konus (πΆπ€ ) mencapai nilai maksimumnya sesuai kapasitas alat atau hingga kedalaman maksimum 20 m sampai dengan 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat. Lalu 42 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ penyondiran dihentikan dengan mencabut kembali pipa sondir dengan memutar ke arah yang berlawanan. Gambar 6.17: Sistem Gaya Waktu Pengujian Sondir 6.9.5 Keuntungan dan Kekurangan Pengujian Sondir Keuntungan pengujian alat sondir baik untuk lapisan tanah lempung; dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras; dapat memperkirakan pernedaan lapisan tanah; mengetahui daya dukung tanah dengan rumus empiris; dan baik digunakan untuk menentukan letak muka air tanah. Adapun kekurangannya tidak cocok digunakan pada lapisan tanah berbutir kasar (keras) dan hasil penyondiran diragukan apabila letak alat tidak vertikal atau konus dan bikonus bekerja tidak baik. 6.9.6 Hitungan Pengujian Sondir Nilai perlawanan konus (ππ ) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.16: ππΎπππ’π = ππππ π‘ππ Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 43 ππ π΄π = πΆπ€ π΄ππ (6.16) Sehingga didapat nilai perlawanan konus (ππ ) adalah sesuai Persamaan 6.17 ππ = πΆπ€ π΄ππ π΄π (6.17) dengan πΆπ€ = pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (πππ); π΄ππ = luas penampang piston (ππ2 ) dengan diameter piston (π·ππ ) dalam cm, dihitung dengan Persamaan 6.18, π΄π = luas penampang konus (ππ2 ) dengan diameter konus (π·π ), dihitung dengan Persamaan 6.19, 1 2 π΄ππ = π(π·ππ ) 4 (6.18) 1 π΄π = π(π·π )2 4 (6.19) Nilai perlawanan geser (ππ ) lokal atau hambatan diperoleh bila ujung konus dan bidang geser terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.20: ππΎπππ’π + ππΊππ ππ = ππππ π‘ππ ππ π΄π + ππ π΄π = ππ€ π΄ππ (6.20) Persamaan 6.1 disubstitusikan dengan ππ π΄π = πΆπ€ π΄ππ , dan pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa) sebagai ππ€ serta π΄π adalah luas selimut geser, dinyatakan dalam Persamaan 6.21, didapatkan: πΆπ€ π΄ππ + ππ π΄π = ππ€ π΄ππ ππ π΄π = ππ€ π΄ππ − πΆπ€ π΄ππ ππ = π΄ππ (ππ€ − πΆπ€ ) π΄π (6.21) Jika pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa) dikurang pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (πππ) atau (ππ€ − πΆπ€ ) sebagai πΎπ€ merupakan selisih pembacaan manometer dalam (kPa) dalam Persamaan 6.22 sebagai perlawanan geser, πΎπ€ = ππ€ − πΆπ€ (6.22) maka Persamaan 6.6 dapat ditulis menjadi Persamaan 6.23: 44 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ ππ = π΄ππ πΎπ€ π΄π (6.23) dengan ππ = Nilai perlawanan geser (kPa) π΄ππ = luas penampang piston (ππ2 ) dengan diameter piston (π·ππ ) dalam cm π΄π = luas selimut geser (ππ2 ) dengan π΄π = ππ·π πΏπ = ππ·π πΏπ π·π = Diameter selimut geser (ππ) sama dengan diameter piston π·π πΏπ = Panjang selimut geser (ππ) Angka banding geser (π π ) diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser lokal (ππ ) dengan perlawanan konus (ππ ), dan dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.24 sebagai perlawanan geser, π π = ππ 100 ππ (6.24) Nilai geseran total (ππ ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal (ππ ) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.25 sebagai perlawanan geser, ππ = ππ π₯ (πππ‘πππ£ππ πππππππππ) (6.25) Contoh 6.3 Hasil pengujian sondir (CPT) dengan tahap pembacaan untuk setiap kedalaman 20 cm, menggunakan alat konus dengan diameter konus, π·π = π·π = π·′π1 = 3,56 ππ. Panjang bidang geser πΏ = 13,3 ππ. Hasil pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser seperti Tabel C6.4 (dalam kg/cm2 (1 kg/cm2 ≅ 1/100πππ). Hitung nilai sondir pada kedalaman tersebut. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 45 Tabel C6.4: Hasil pembacaan πΆπ€ dan ππ€ Kedalaman (m) πͺπ , π»π , (π€π /ππ¦π ) (π€π /ππ¦π ) Kedalaman (m) πͺπ , π»π , (π€π /ππ¦π ) (π€π /ππ¦π ) 0,2 8 9 2,2 18 27 0,4 25 30 2,4 16 24 0,6 30 35 2,6 10 16 0,8 28 33 2,8 10 14 1,0 21 42 3,0 9 17 1,2 19 22 3,2 11 20 1,4 16 18 3,4 14 18 1,6 11 16 3,6 18 21 1,8 12 17 3,8 29 35 2,0 12 17 4,0 19 25 Penyelesaian: Konversi satuan 1 ππ/ππ2 = 1/98,0665 πππ atau 1 ππ/ππ2 ≅ 1 100 πππ π·π = π·π = 3,56 ππ 1 1 π΄ππ = π(π·π )2 = π(3,56)2 = 9,953822 ππ2 4 4 dengan πΏπ adalah panjang pergeseran setengah panjang bidang geser πΏ = 1 13,3 ππ, sehingga πΏπ = 13,3 ππ = 6,65 ππ 2 π΄π = ππ·π πΏπ = π(3,56)(6,65) = 74,37406 ππ2 π΄ππ 9,953822 = = 0,134 π΄π 74,37406 Menggunakan Persamaan 6.7 dengan ππ€ = 9 , π€ππ πππ dan πΆπ€ = 8 , π€ππ πππ Perlawanan geser, ππ dengan menggunakan Persamaan 6.8, dimana πΎπ€ = ππ€ − πΆπ€ = 9 − 8 = 1 π€π /ππ¦π Jika π΄ sebagai faktor pengali π΄ = 46 π΄ππ π΄π = 0,134 dan ππ (π) = π΄ π₯ πΎπ€ π₯ π‘ππππ πππππ ππ Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Didapatkan geser local ππ (0,2) = π΄ π₯ πΎπ€ = 0,134 x 1 x 20 = 2,677 kPa 100 = 0,0267 kg/cm2 Nilai perlawanan konus (ππ ) adalah sesuai Persamaan 6.2 dengan π΄ππ = π΄π dan πΆπ€ = 8 Jika π΅ sebagai faktor pengali π΅ = ππ(0,2) = πΆπ€ π₯ 2 = 8 kPa 100 π₯2 = 16 π΄ππ π΄πΆ kPa 100 = 9,953822 9,953822 = 1 dan ππ(π) = πΆπ€ π΄ππ π΄π = πΆπ€ π₯(1) = πΆπ€ = 0,16 kg/cm2 Menggunakan Persamaan 6.7 dengan ππ€ = 30 π€ππ πππ dan πΆπ€ = 25 π€ππ πππ Perlawanan geser, ππ dengan menggunakan Persamaan 6.8, dimana πΎπ€ = ππ€ − πΆπ€ = 30 − 25 = 5 kPa 100 ππππ ππ = π΄ π₯ πΎπ€ π₯ π‘ππππ πππππ ππ Didapatkan geser local ππ (0,4) = π΄ π₯ πΎπ€ = 0,134 x 5 x 20 = 13,383 kPa = 0,134 kg/cm2 100 Nilai perlawanan konus (ππ ) adalah sesuai Persamaan 6.2 dengan π΄ππ = π΄π dan πΆπ€ = 25 ππ(0,4) = πΆπ€ π΄ππ kPa kPa = πΆπ€ π₯ 2 = 25 π₯2 = 50 = 0,5 kg/cm2 π΄π 100 100 Angka banding geser (π π ) diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser lokal (ππ ) dengan perlawanan konus (ππ ), dan dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.9 sebagai perlawanan geser: π π(0,2) = 0,134 π₯ 1 100 = 0,836% 16 π π(0,4) = 0,134 π₯ 5 100 = 1,338% 50 Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 47 Nilai geseran total (ππ ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal (ππ ) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.10 sebagai perlawanan geser, ππ = ππ π₯ (πππ‘πππ£ππ πππππππππ) ππ(0,2) = ππ (0,0) + ππ (0,2) ππ(0,2) = 0 + 2,674 kPa kPa = 2,674 100 100 ππ(0,4) = ππ(0,2) + ππ (0,4) = 2,677 + 13,383 = 16,060 kPa 100 Demikian seterusnya sampai kedalamannya, dan perhitungan selanjutnya dibuat tabulasi. Tabel C6.5: Hasil Hitungan dari data Tabel C6.4 πͺπ Kedalam an (m) ( ππ·π ) πππ π»π π²π ππ ππ ππ π± ππ ππ¦ π»π ππ·π ( ) πππ ππ·π ( ) πππ ππ·π ( ) πππ ππ·π ( ) πππ ππ·π ( ) πππ ππ·π − ππ ( ) πππ πΉπ (%) 16 0,134 2,677 2,677 0,836 1 50 0,669 13,383 16,060 1,338 5 60 0,669 13,383 29,444 1,115 5 56 0,669 13,383 42,827 1,195 5 42 2,811 56,211 99,038 6,692 21 38 0,402 8,030 107,068 1,057 3 32 0,268 5,353 112,421 0,836 2 22 0,669 13,383 125,805 3,042 5 24 0,669 13,383 139,188 2,788 5 24 0,669 13,383 152,571 2,788 5 36 1,205 24,090 176,662 3,346 9 32 1,071 21,414 198,075 3,346 8 20 0,803 16,060 214,135 4,015 6 20 0,535 10,707 224,842 2,677 4 18 1,071 21,414 246,256 5,948 8 22 1,205 24,090 270,346 5,475 9 28 0,535 10,707 281,053 1,912 4 36 0,402 8,030 289,083 1,115 3 58 0,803 16,060 305,143 1,384 6 38 0,803 16,060 321,203 2,113 6 Berdasarkan Tabel C6.5, dibuat grafik diagram panetrasi statis atau diagram sondir, 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4,0 8 25 30 28 21 19 16 11 12 12 18 16 10 10 9 11 14 18 29 19 9 30 35 33 42 22 18 16 17 17 27 24 16 14 17 20 18 21 35 25 seperti Gambar C6.3, sebagai berikut: 48 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar C6.3: Contoh hasil sondir Soal 6.3 6.9.7 Laporan Pengujian Sondir Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir dan diagram panetrasi statis sondir seperti Gambar C6.3, yang memuat hal-hal sebagai berikut (SNI 2827:2008): (1) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian; (2) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas; (3) Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah dan muka air tanah (bila memungkinkan); Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 49 (4) Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang, informasi kalibrasi (5) ujung alat dan cabang atau kedua-duanya; (6) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian. Contoh 6.4 Hasil pengujian sondir (CPT) dengan tahap pembacaan untuk setiap kedalaman 20 cm, menggunakan alat konus dengan diameter konus, π·π = π·π = π·′π1 = 3,56 ππ. Panjang bidang geser πΏ = 13,3 ππ. Hasil pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser sampai kedalaman 20,8 m seperti Tabel C6.6 (dalam kg/cm2 (1 kg/cm2 ≅ 1/100πππ). Hitung nilai sondir pada kedalaman tersebut. Tabel C6.6: Data pembacaan perlawanan konus dan nilai perlawanan konus dan geser D (m) πΆπ€ ππ€ (kPa/100) (kPa/100) D (m) πΆπ€ ππ€ (kPa/100) (kPa/100) D (m) πΆπ€ ππ€ (kPa/100) (kPa/100) D (m) πΆπ€ 0,0 - 6,2 29 35 12,6 15 21 14,0 32 0,2 9 12 6,4 19 25 12,8 7 21 14,2 30 0,4 15 30 6,8 24 32 13,0 20 22 14,4 30 0,6 31 35 7,0 19 28 13,4 16 25 14,6 32 0,8 22 33 7,2 25 41 13,6 17 29 14,8 33 1,0 25 42 7,4 19 26 13,8 19 28 15,0 31 1,2 25 35 7,6 4,5 8 14,0 32 50 15,2 30 1,4 9 18 7,8 3 6 14,2 30 50 15,4 28 1,6 10 19 8,0 8 12 14,4 30 48 15,6 19 1,8 15 17 8,2 19 45 14,6 32 48 15,8 22 2,0 18 21 8,4 11 35 14,8 32 48 16,0 32 2,2 18 27 8,6 19 25 15,0 31 50 16,2 30 2,4 15 34 8,8 15 30 15,2 30 48 16,4 30 2,6 25 36 9,0 24 42 15,4 28 42 16,6 32 2,8 20 25 9,2 19 45 10,6 28,5 42 16,8 32 3,0 19 28 9,4 25 45 10,8 19 44 17,0 31 3,2 21 25 9,6 19 58 11,0 37 43 17,2 30 3,4 10 18 9,8 22 58 11,2 35 41 17,4 28 3,6 22 45 10,0 32 50 11,4 25 60 17,6 30 3,8 29 35 10,2 25 59 11,6 20 28 17,8 30 4,0 19 25 10,4 21 59 11,8 19 26 18,0 15 4,2 15 20 10,6 28,5 42 12,0 15 20 18,2 18 4,4 24 32 10,8 19 44 12,2 20 45 18,4 32 4,6 19 28 11,0 37 43 12,4 9 17 18,6 32 4,8 25 41 11,2 35 41 12,6 15 21 18,8 40 5,0 19 26 11,4 25 60 12,8 7 21 19,0 31 5,2 9 17 11,6 20 28 13,0 20 22 19,2 13 5,4 9 17 11,8 19 26 13,2 16 28 19,4 20 5,6 6 15 12,0 15 20 13,4 16 25 19,6 17 5,8 11 19 12,2 20 45 13,6 17 28 19,8 17 6,0 22 45 12,4 9 17 13,8 19 28 20,0 12 Keterangan: D = Kedalaman, πΆπ€ = Perlawanan Konus, ππ€ = Perlawanan Konus dan Geser 50 ππ€ (kPa/100) (kPa/100) 50 50 48 48 45 50 48 42 26 41 50 50 48 48 48 50 48 60 38 60 21 25 80 48 58 48 25 25 25 30 30 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Penyelesaian: Menggunakan cara yang seperti contoh Soal 6.4, didapatkan hasilnya seperti Tabel C6.7 Tabel C6.7: Penyelesaian Contoh Soal 2.2, Formulir Isian Uji Sondir Lokasi No. Sondir Elevasi Kedalaman (m) (1) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4 6,6 6,8 7,0 7,2 7,4 7,6 7,8 8,0 8,2 8,4 8,6 8,8 9,0 : M. Farhan HK : DCPT-S01 : +0,00 m πΆπ€ ππ€ πΎπ€ - - - 9 15 31 22 25 25 9 10 15 18 18 15 25 20 19 21 10 22 29 19 15 24 19 25 19 9 9 6 11 22 29 19 15 24 19 25 19 4 3 8 19 11 19 15 24 12 30 35 33 42 35 18 19 17 21 27 34 36 25 28 25 18 45 35 25 20 32 28 41 26 17 17 15 19 45 35 25 20 32 28 41 26 8 6 12 45 35 25 30 42 (kPa/100) (2) (kPa/100) (kPa/100) (3) (4) Penangung Jawab Tanggal ππ (kPa/100) (5) 3 15 4 11 17 10 9 9 2 3 9 19 11 5 9 4 8 23 6 6 5 8 9 16 7 8 8 9 8 23 6 6 5 8 9 16 7 3,5 3 4 26 24 6 15 18 18 30 62 44 50 50 18 20 30 36 36 30 50 40 38 42 20 44 58 38 30 48 38 50 38 18 18 12 22 44 58 38 30 48 38 50 38 8 6 16 38 22 38 30 48 : Ir. Nasywa SA : 03 Nov 2015 ππ ππ ππ π₯20 ππ (kPa/100) (7) (kPa-cm/100) (8) - - - (kPa/100) (6) 0,402 2,008 0,535 1,472 2,275 1,338 1,205 1,205 0,268 0,402 1,205 2,543 1,472 0,669 1,205 0,535 1,071 3,078 0,803 0,803 0,669 1,071 1,205 2,141 0,937 1,071 1,071 1,205 1,071 3,078 0,803 0,803 0,669 1,071 1,205 2,141 0,937 0,468 0,402 0,535 3,480 3,212 0,803 2,008 2,409 Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 8,030 40,150 10,707 29,444 45,504 26,767 24,090 24,090 5,353 8,030 24,090 50,857 29,444 13,383 24,090 10,707 21,414 61,564 16,060 16,060 13,383 21,414 24,090 42,827 18,737 21,414 21,414 24,090 21,414 61,564 16,060 16,060 13,383 21,414 24,090 42,827 18,737 9,368 8,030 10,707 69,594 64,241 16,060 40,150 48,180 8,030 48,180 58,887 88,331 133,835 160,602 184,692 208,782 214,135 222,165 246,256 297,113 326,556 339,940 364,030 374,737 396,150 457,714 473,774 489,835 503,218 524,632 548,722 591,549 610,286 631,699 653,113 677,203 698,617 760,180 776,241 792,301 805,684 827,098 851,188 894,015 912,752 922,120 930,150 940,857 1010,451 1074,692 1090,752 1130,902 1179,083 π π (%) (9) 2,231 6,692 0,863 3,346 4,550 2,677 6,692 6,023 0,892 1,115 3,346 8,476 2,944 1,673 3,170 1,275 5,353 6,996 1,384 2,113 2,231 2,231 3,170 4,283 2,465 5,948 5,948 10,038 4,867 6,996 1,384 2,113 2,231 2,231 3,170 4,283 2,465 5,855 6,692 3,346 9,157 14,600 2,113 6,692 5,019 51 Lokasi No. Sondir Elevasi Kedalaman (m) (1) 9,2 9,4 9,6 9,8 10,0 10,2 10,4 10,6 10,8 11,0 11,2 11,4 11,6 11,8 12,0 12,2 12,4 12,6 12,8 13,0 13,2 13,4 13,6 13,8 14,0 14,2 14,4 14,6 14,8 15,0 15,2 15,4 15,6 15,8 16,0 16,2 16,4 16,6 16,8 17,0 17,2 17,4 17,6 17,8 18,0 18,2 18,4 18,6 18,8 19,0 19,2 19,4 19,6 19,8 20,0 52 : M. Farhan HK : DCPT-S01 : +0,00 m πΆπ€ (kPa/100) (2) 19 25 19 22 32 25 21 28 19 37 35 25 20 19 15 20 9 15 7 20 16 16 17 19 32 30 30 32 33 31 30 28 19 22 32 30 30 32 32 31 30 28 30 30 15 18 32 32 40 31 13 20 17 17 12 ππ€ πΎπ€ (kPa/100) (kPa/100) (3) (4) 45 45 58 58 50 59 59 42 44 43 41 60 28 26 20 45 17 21 21 22 28 25 29 28 50 50 48 48 45 50 48 42 26 41 50 50 48 48 48 50 48 60 38 60 21 25 80 48 58 48 25 25 25 30 30 26 20 39 36 18 34 38 13,5 25 6 6 35 8 7 5 25 8 6 14 2 12 9 12 9 18 20 18 16 12 19 18 14 7 19 18 20 18 16 16 19 18 32 8 30 6 7 48 16 18 17 12 5 8 13 18 Penangung Jawab Tanggal ππ ππ (kPa/100) (5) (kPa/100) (6) 38 50 38 44 64 50 42 56 38 74 70 50 40 38 30 40 18 30 14 40 32 32 34 38 64 60 60 64 66 62 60 56 38 44 64 60 60 64 64 62 60 56 60 60 30 36 64 64 80 62 26 40 34 34 24 3,480 2,677 5,220 4,818 2,409 4,550 5,086 1,807 3,346 0,803 0,803 4,684 1,071 0,937 0,669 3,346 1,071 0,803 1,874 0,268 1,606 1,205 1,606 1,205 2,409 2,677 2,409 2,141 1,606 2,543 2,409 1,874 0,937 2,543 2,409 2,677 2,409 2,141 2,141 2,543 2,409 4,283 1,071 4,015 0,803 0,937 6,424 2,141 2,409 2,275 1,606 0,669 1,071 1,740 2,409 ππ π₯20 ππ (kPa/100) (7) 69,594 53,534 104,391 96,361 48,180 91,008 101,714 36,135 66,917 16,060 16,060 93,684 21,414 18,737 13,383 66,917 21,414 16,060 37,474 5,353 32,120 24,090 32,120 24,090 48,180 53,534 48,180 42,827 32,120 50,857 48,180 37,474 18,737 50,857 48,180 53,534 48,180 42,827 42,827 50,857 48,180 85,654 21,414 80,301 16,060 18,737 128,481 42,827 48,180 45,504 32,120 13,383 21,414 34,797 48,180 : Ir. Nasywa SA : 03 Nov 2015 ππ (kPa-cm/100) (8) 1248,677 1302,211 1406,602 1502,962 1551,143 1642,150 1743,865 1780,000 1846,917 1862,977 1879,038 1972,722 1994,135 2012,872 2026,256 2093,173 2114,586 2130,647 2168,120 2173,474 2205,594 2229,684 2261,805 2285,895 2334,075 2387,609 2435,789 2478,617 2510,737 2561,594 2609,774 2647,248 2665,985 2716,842 2765,023 2818,556 2866,737 2909,564 2952,391 3003,248 3051,429 3137,083 3158,496 3238,797 3254,857 3273,594 3402,075 3444,902 3493,083 3538,586 3570,707 3584,090 3605,504 3640,301 3688,481 π π (%) (9) 9,157 5,353 13,736 10,950 3,764 9,101 12,109 3,226 8,805 1,085 1,147 9,368 2,677 2,465 2,231 8,365 5,948 2,677 13,383 0,669 5,019 3,764 4,724 3,170 3,764 4,461 4,015 3,346 2,433 4,101 4,015 3,346 2,465 5,779 3,764 4,461 4,015 3,346 3,346 4,101 4,015 7,648 1,784 6,692 2,677 2,602 10,038 3,346 3,011 3,670 6,177 1,673 3,149 5,117 10,038 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Keterangan Kolom (1) = Kedalaman pengujian sondir pada interval 20 cm Kolom (2) = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (πΆπ ) dalam kPa/100 Kolom (3) = Pembacaan Manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (ππ ) dalam kPa/100 Kolom (4) = Perlawanan geser (πΎπ ) merupakan selisih pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (ππ ) dengan perlawanan konus (πΆπ ) dalam (kPa/100), πΎπ = ππ − πΆπ atau Kolom (3) – (2) Kolom (5) = Perlawanan konus (ππ ) dalam kPa/100, (ππ = 2πΆπ ) atau Kolom (2) x 2 Kolom (6) = Perlawanan geser lokal (ππ = π΄ππ πΎπ€ π΄π ) dengan π΄ππ = luas penampang piston (ππ2 ) dengan diameter piston (π·ππ ) dalam cm, π΄π = luas selimut geser (ππ2 ) dengan π΄π = ππ·π πΏπ = ππ·π πΏπ dan π·π = Diameter selimut geser (ππ) sama dengan diameter piston π·π serta πΏπ = Panjang selimut geser (ππ) 1 1 Diketahui π·π = π·π = 3,56 ππ sehingga π΄ππ = π(π·π )2 = π(3,56)2 = 4 4 9,953822 ππ2 dengan πΏπ adalah panjang pergeseran setengah panjang bidang 1 geser πΏ = 13,3 ππ, sehingga πΏπ = 13,3 ππ = 6,65 ππ maka π΄π = ππ·π πΏπ = 2 π(3,56)(6,65) = 74,37406 ππ2 , didapatkan π΄ππ π΄π = 9,953822 74,37406 = 0,134 atau Kolom (4) x 0,134 ππ = π΄ππ πΎπ€ = 0,134 πΎπ€ π΄π Kolom (7) = nilai perlawanan geser lokal (ππ ) yang dikalikan dengan interval pembacaan, ππ π₯20 ππ atau Kolom (6) x 20 Kolom (8) = Nilai geseran total (ππ ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal (ππ ) yang dikalikan dengan interval pembacaan. ππ = ππ π₯ (πππ‘πππ£ππ πππππππππ) ππ(π) = ππ(π−1) + ππ (π) Kolom (9) = Angka banding geser (π π ) diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser lokal (ππ ) dengan perlawanan konus (ππ ), dan dihitung dengan π menggunakan π π = π 100 atau Kolom (6) dibagi Kolom (5) dikali 100%. ππ Konversi satuan 1 ππ/ππ2 = 1/98,0665 πππ atau 1 ππ/ππ2 ≅ Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 1 100 πππ 53 Gambar C6.4: Contoh Laporan Hasil Uji Sondir 54 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.10 Pengujian Standar Panetrasi Test Uji penetrasi standar dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu pada tanah granuler. Pada pengujian ini, sifat-sifat tanah ditentukan dari pengukuran kerapatan relative secara langsung dilapangan. Pengujian untuk mengetahui nilai kerapatan relative yang sering digunakan adalah Uji Penetrasi Standar atau disebut Uji SPT atau Standar Penetration Test (SNI 4153:2008). Standar SNI 4153:2008 tentang Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT merupakan revisi dari SNI 03-4153-1996, Metode Pengujian Penetrasi Dengan Alat SPT, yang mengacu pada ASTM D1586-84 “Standard penetration test and split barrel sampling of soils”. Dalam desain struktur tanah pondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan desain pondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah baik tegangan total maupun tegangan efektif, dan identifikasi tanah. Dalam melakukan uji penetrasi lapangan dengan SPT ini digunakan metode pengujian penetrasi dengan SPT (SNI 03-4153-1996) yang dapat berlaku untuk tanah. Peralatan uji penetrasi ini antara lain terdiri atas peralatan penetrasi dengan SPT, bahan penunjang uji, dan perlengkapan lainnya. Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji penetrasi dengan SPT di lapangan pada benda uji tanah. Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan dengan SPT, yang dapat dipergunakan untuk identifikasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi. 6.10.1 Istilah dan definisi dalam Uji SPT (1) Jumlah tumbukan atau pukulan adalah banyaknya pukulan palu setinggi 76 cm pada setiap penetrasi 15 cm. (2) Konus adalah ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut (terbuka dan tertutup) untuk menahan perlawanan tanah. (3) Palu adalah besi atau baja masif berbentuk silinder dan di tengahnya berlubang lebih besar sedikit daripada diameter pipa bor. (4) Split barrel sampler (Gambar 6.18) adalah alat berupa tabung yang dibelah dua dan ke dua ujungnya dipegang dengan mur dan dipasang pada ujung pipa bor pada waktu pelaksanaan pengujian SPT. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 55 (5) Standard Penetration Test (SPT) adalah suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m) atau pukulan per-30 cm. (6) tinggi jatuh adalah jarak yang dihitung dari penahan setinggi kira-kira 75 cm dari tempat palu dijatuhkan 6.10.2 Peralatan, Bahan dan Perlengkapan Pengujian SPT Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah sebagai berikut: (a) Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya; (b) Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya; (c) Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti diperlihatkan pada Gambar 6.18 (ASTM D1586-11); (d) Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%; (e) Alat penahan (tripod); (f) Rol meter; (g) Alat penyipat datar; (h) Kerekan; (i) Kunci-kunci pipa; (j) Tali yang cukup kuat untuk menarik palu; dan (k) Perlengkapan lain. 56 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar 6.18: Alat pengambilan contoh tabung belah (SNI 4153:2008) Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah: (a) bahan bakar (bensin, solar); (b) bahan pelumas; (c) balok dan papan; (d) tali atau selang; (e) kawat; (f) kantong plastik; (g) formulir untuk pengujian; dan (h) perlengkapan lain. 6.10.3 Prosedur Pengujian penetrasi dengan SPT Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT adalah: peralatan harus lengkap dan laik pakai; Pengujian dilakukan dalam lubang bor; Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00 m (untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau lapisan seragam. Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka (open cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk konus tertutup (close cone). Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika ada air tanah, harus dicatat. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya gesekan antara palu dengan pipa. Formulir-formulir isian hasil pengujian Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 57 harus dilengkapi. Bagan alir cara uji penetrasi lapangan dengan SPT seperti Gambar 6.19. Gambar 6.19: Bagan Alir Pengujian Panetrasi dengan SPT (SNI 4153:2008) 58 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan, sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku. Petugas pengujian terlibat adalah laboran atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi yang berlaku dalam pengujian penetrasi lapangan dengan SPT, dan diawasi oleh tenaga ahli geoteknik. Penanggung jawab pengujian harus membubuhkan nama jelas dan tanda tangan penanggung jawab pekerjaan harus ditulis dengan jelas pada formulir kerja. Nama petugas, nama pengawas dan nama penyellia pengujian ini harus ditulis dan disertai tanda tangan serta tanggal yang jelas. 6.10.3.1 Persiapan Pengujian Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai berikut (Gambar 6.20). Gambar 6.20: Panetrasi dengan SPT (SNI 4153:2008) Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 59 Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor kemudian beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas pengeboran. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan. Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian yang diinginkan. Kemudian beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm. 6.10.3.2 Prosedur pengujian Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut: Pertama lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan lalu Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm) kemudian Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar 6.21). Gambar 6.21: Skema urutan uji penetrasi standar (SPT) (SNI 4153:2008) Tahap kedua dan seterusnya mengulangi tahap pertama berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm kemudian hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada 60 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ penetrasi 15 cm yang pertama dan ulangi sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm, dimana 15 cm pertama dicatat N1; 15 cm ke-dua dicatat N2; 15 cm ke-tiga dicatat N3. Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter. Kemudian catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan. 6.10.4 Koreksi hasil uji SPT Pelaksanaan uji SPT di berbagai Negara (Departemen Pekerjaan Umum, 2005) digunakan tiga jenis palu (donut hammer, safety hammer, dan otomatik, lihat Gambar 6.22) dan empat jenis batang bor (N, NW, A, dan AW). Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan dan operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga dari sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan massa dan tinggi jatuh tertentu adalah 48 kg-m (350 ft-lb), tetapi besar tenaga sebenarnya lebih kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban. Adapun koreksi hasil uji SPT adalah sebagai berikut : 6.10.4.1 Kalibrasi Alat Uji SPT Setiap alat uji SPT (ASTM D4633-10) yang digunakan harus dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya dengan menggunakan alat ukur strain gauges dan aselerometer, untuk memperoleh standar efisiensi tenaga yang lebih teliti. Di dalam praktek, efisiensi tenaga sistem balok derek dengan palu donat (donut hammer) dan palu pengaman (safety hammer) berkisar antara 35% sampai 85%, sementara efisiensi tenaga palu otomatik (automatic hammer) berkisar antara 80% sampai 100%. Jika efisiensi yang diukur (Ef) diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadap efisiensi sebesar 60%, dan dinyatakan dalam rumus dalam Persamaan 6.26: π60 = ( πΈπ )π 60 π (6.26) Dimana π60 = efisiensi 60%; πΈπ = efisiensi yang terukur; dan Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 61 ππ = nilai N terukur yang harus dikoreksi. Gambar 6.22: Contoh palu yang biasa digunakan dalam uji SPT (Departemen Pekerjaan Umum, 2005) Nilai N terukur harus dikoreksi pada π60 untuk semua jenis tanah. Besaran koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya bergantung pada lining tabung, panjang batang, dan diameter lubang bor (Skempton, 1986; Kulhawy & Mayne, 1990). Oleh karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan memadai terhadap N60, harus dilakukan uji tenaga πΈπ . 6.10.4.2 Efesiensi Alat Efisiensi dapat diperoleh dengan membandingkan pekerjaan yang telah dilakukan dicari dengan Persamaan 6.27: π = πΉ π₯ π = πππ¦π π₯ πππβππ Jika tenaga kinetik πΎπΈ = 1 2 (6.27) π π£ 2 dan tenaga potensial ππΈ = π π β, dengan m adalah massa (g); π£ merupakan kecepatan tumbukan (m/s) dan β adalah tinggi jatuh (m) serta π merupakan konstanta gravitasi (= 9,8 m/s2 = 32,2 ft/s2 ). 62 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Sehingga rasio tenaga (ER) ditentukan sebagai rasio πΈπ = π ππΈ atau πΈπ = πΎπΈ ππΈ . Semua korelasi empirik yang menggunakan nilai NSPT untuk keperluan interpretasi karakteristik tanah, didasarkan pada rasio tenaga rata-rata ER ~ 60%. 6.10.4.3 Hubungan tegangan efektif dengan Efesiensi Alat SPT Beberapa hubungan korelatif, nilai tenaga yang dinormalisasi terhadap pengaruh tegangan efektif vertikal (overburden), dinyatakan dengan (π1 )60 , seperti dijelaskan dalam Persamaan 6.28, (6. 29) dan Tabel 6.6. Tabel 6.6: Koreksi-koreksi dalam uji SPT (SNI 4153:2008; Youd & Idriss, 2001) Faktor Jenis Alat Koreksi 2,2 ≤ 1,7 π′ 1,2 + ( π£0 ) ππ Tegangan Vertikal ′ Efektif (ππ£0 ) dalam πππ - Rasio Tenaga Palu donat (donut hummer) 0,5 ≤ πΆπΈ ≤ 1,0 Palu pengaman (safety hummer) 0,7 ≤ πΆπΈ ≤ 1,2 Palu otomatis (automatic-trip donut-type hummer) 0,8 ≤ πΆπΈ ≤ 1,3 Diameter bor (mm) Panjang Batang (m) Pengambilan contoh πΆπ = 65 sampai dengan 115 mm πΆπ΅ = 1,0 150 mm πΆπ΅ = 1,05 200 mm πΆπ΅ = 1,15 Kurang dari 3 meter πΆπ = 0,75 3 meter sampai dengan 4 meter πΆπ = 0,80 4 meter sampai dengan 6 meter πΆπ = 0,85 6 meter sampai dengan 10 meter πΆπ = 0,95 10 meter sampai dengan 30 meter πΆπ = 1,00 Tabung standar (tanpa pelapis atau liner) πΆπ = 1,00 Tabung dengan pelapis (liner) 1,1 ≤ πΆπ ≤ 1,3 Nilai (π1 )60 menggambarkan evaluasi pasir murni untuk interpretasi kepadatan relatif, sudut geser, dan potensi likuifaksi. (π1 )60 = ππ π₯ πΆπ π₯ πΆπΈ π₯ πΆπ΅ π₯ πΆπ π₯ πΆπ Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ (6.28) 63 πΆπ = 2,2 π′ 1,2 + ( π£0 ) ππ (6.29) dengan : (π1 )60 = nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga 60%; ππ : hasil uji SPT di lapangan; πΆπ : faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilainya ≤ 1,70); πΆπΈ : faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu; πΆπ΅ : faktor koreksi terhadap diameter bor; πΆπ : faktor koreksi untuk panjang batang SPT; πΆπ : koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa pelapis (liner); ′ ππ£0 = tegangan vertikal efektif (kPa) ππ = tekanan atmosfir sebesar 100 kPa. 6.10.5 Pelaporan Pengujian penetrasi dengan SPT Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu dengan log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan dalam Lampiran B, yang antara lain memuat hal-hal sebagai berikut: Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian; Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas; Nomor lubang bor, kedalaman pengeboran, muka air tanah elevasi titik bor dan hasil pengujian SPT; Tipe ujung split barrel yang digunakan, apakah berbentuk konus terbuka atau konus tertutup; dan Catatan setiap penyimpangan pada waktu pengujian. Contoh formulir uji penetrasi konus dengan SPT seperti Gambar 6.23. Contoh 6.5 Berdasarkan data N-SPT dari Gambar 6.23. Jika pada saat pengujian N-SPT menggunakan palu dengan pengaman dan bor yang digunakan dengan diameter 115 mm serta untuk pengambilan contoh uji menggunakan tabung standar (tanpa pelapis/liner), hitung N-SPT Terkoreksi. 64 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar 6.23: Formulir uji penetrasi konus dengan SPT Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 65 Penyelesaian: Dari Gambar 6.23 dapat dilihat N-SPT sebelum koreksi seperti Tabel C6.8 dengan tinggi muka air tanah (MAT) 5 meter. Tabel C6.8: Hasil uji SPT sesuai dengan Gambar 6.23 Kedalaman (m) NM Berat Volume (kN/m3) Kedalaman (m) NM 1,00 – 2,00 - 17,5 2,00- 2,45 6 18,5 20,45 - 22,45 31 2,45 - 4,45 14 18,5 22,45 - 24,45 34 4,45 - 6,45 33 24,45 - 26,45 33 26,45- 28,45 59 28,45 - 30,45 59 Berat Volume (kN/m3) 19,5 19,5 6,45- 8,45 27 8,45 - 10,45 26 10,45- 12,45 45 30,45 - 32,45 32 12,45 - 14,45 43 32,45- 34,45 22 14,45 - 16,45 30 34,45 - 36,45 24 16,45 - 18,45 30 36,45- 38,45 20 18,45- 20,45 35 38,45 - 40,45 24 19,0 19,0 18,50 19,5 Tahap pertama untuk menghitung N-SPT terkoreksi adalah menghitung tekanan vertikal efektif untuk tanah di atas muka air tanah dan tanah dibawah muka air tanah. Langkah uni untuk mencari nilai πΆπ . Data yang dibutuhkan untuk menghitung nilai πΆπ adalah berat isi tanah yang didapatkan dari hasil uji laboratorium dengan contoh uji yang diambil dari lubang pengujian N-SPT. Hasil pengujian berat isi tanah seperti Tabel 6.5. Dengan mengambil nilai berat isi air sebesar π, ππ πππ΅π, tekanan vertikal efektif dapat dihitung. ′ Pada kedalaman 1,00 - 2,45 meter di atas air tanah, ππ£0 = πΎ π₯ πππ‘ππππππ π‘πππβ ′ ππ£0(2,45) = 17,5 ππ ππ π₯ 2,45 π = 42,88 2 3 π π Sama dengan kedalaman 2,45 - 4,45 meter (di atas MAT) 66 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ ′ ′ ππ£0(4,45) = ππ£0(2,45) + 18,5 ππ ππ π₯ 2,00 π = 79,88 2 3 π π Untuk kedalaman 4,45 - 5,00 meter (sama dengan MAT) ′ ′ ππ£0(5,00) = ππ£0(4,45) + 18,5 ππ ππ π₯ (5 − 4,45) π = 90,05 π3 π2 Pada kedalaman 5,00 - 6,45 meter (di bawah MAT) ′ ′ ππ£π(6,45) = ππ£0(5,00) + 19,5 ππ ππ π₯ (6,45 − 5,0) π = 118,33 π3 π2 Tekanan air setebal (6,45 – 5,00) =1,45 m dengan πΎπ = 9,81 ′ ππ€(6,45) = 1,45 π π₯ πΎπ = 1,45 π₯ 9,81 = 14,22 ππ π3 ππ π2 ′ ′ ′ ππ£0(6,45) = ππ£π(6,45) − ππ€(6,45) = 118,33 − 14,22 = 104,10 maka dengan menggunakan Pers.6. 29, dan ππ = 100 πΆπ(2,45) = ππ π2 ππ π2 , didapatkan nilai πΆπ 2,2 2,2 = = 1,351 ≤ 1,7 ππ ′ 42,88 ππ£0 1,2 + ( ) 1,2 + ( 100 ππ ) πΆπ(4,45) = 2,2 = 1,101 79,88 1,2 + ( ) 100 πΆπ(6,45) = 2,2 = 0,982 114,10 1,2 + ( ) 100 Hitungan tekanan vertikal efektif dan nilai πΆπ selanjutnya dibuat Tabel C6.9. Faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu dengan menggunakan palu dengan pengaman didapatkan πΆπΈ = 0,7 − 1,2 di ambil nilai πΆπΈ = 0,8. Faktor koreksi terhadap diameter bor yang menggunakan diameter bor 115 mm didapatkan πΆπ΅ = 1. Faktor koreksi untuk panjang batang SPT, untuk batang sepanjang 2,45 m (kurang dari 3 meter) didapatkan πΆπ = 0,75; untuk 4,45 m diambil yang mendekati 4 meter atau dilakukan inetrpolasi linier, didapatkan πΆπ = 0,8, pada kedalaman selanjutnya dengan cara yang sama. Koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 67 pelapis (liner) maka nilai πΆπ = 1. Dari nilai-bilai tersebut dibuat tabulasi N-SPT terkoreksi yang hasilnya seperti Tabel C6.10. Tabel C6.9: Hasil perhitungan tekanan vertikal efektif dan nilai πΆπ Kedalaman (m) Berat isi tanah, πΈπ Ketebalan Lapisan ο§' ππ(π) ππ(π) ππ(π) CN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1,00 - 2,45 17,5 2,45 42,88 42,88 1,351 2,45 - 4,45 18,5 2,00 79,88 79,88 1,101 4,45 - 5,00 18,5 0,55 90,05 90,05 1,047 5,00 - 6,45 19,5 1,45 9,69 118,33 14,22 104,10 0,982 6,45 - 8,45 19,5 2,00 9,69 157,33 33,84 123,48 0,904 8,45 - 10,45 19,0 2,00 9,19 195,33 53,46 141,86 0,840 10,45 - 12,45 18,5 2,00 8,69 232,33 73,08 159,24 0,788 12,45 - 14,45 18,5 2,00 8,69 269,33 92,70 176,62 0,742 14,45 - 16,45 18,5 2,00 8,69 306,33 112,32 194,00 0,701 16,45 - 18,45 18,5 2,00 8,69 343,33 131,94 211,38 0,664 18,45 - 20,45 18,5 2,00 8,69 380,33 151,56 228,76 0,631 20,45 - 22,45 19,5 2,00 9,69 419,33 171,18 248,14 0,598 22,45 - 24,45 19,5 2,00 9,69 458,33 190,80 267,52 0,568 24,45 - 26,45 19,5 2,00 9,69 497,33 210,42 286,90 0,541 26,45 - 28,45 19,0 2,00 9,19 535,33 230,04 305,28 0,517 28,45 - 30,45 19,0 2,00 9,19 573,33 249,66 323,66 0,496 30,45 - 32,45 19,0 2,00 9,19 611,33 269,28 342,04 0,476 32,45- 34,45 19,0 2,00 9,19 649,33 288,90 360,42 0,458 34,45 - 36,45 19,5 2,00 9,69 688,33 308,52 379,80 0,440 36,45 - 38,45 19,5 2,00 9,69 727,33 328,14 399,18 0,424 38,45 - 40,45 19,5 2,00 9,69 766,33 347,76 418,56 0,408 CATATAN: (1) Kedalaman Tanah dalam meter (2) Berat isi tanah dalam kN/m3. (3) Ketebalan tanah sesuai dengan nilai Berat isi tanah (meter) (4) Berat isi tanah (πΎπ ) dikurangi berat isi air πΎπ = 9,81 ππ π3 , berat isi jenuh = πΈ′ = πΎπ − πΎπ ′ ′ (5) Tekanan vertikal efektif tanah ππ£(π) = (πΎπ π₯ πππ‘ππππππ π‘πππβ) + ππ£(π−1) (6) Tekanan vertikal efekti air ππ€(π) = (πΎπ π₯ πππ‘ππππππ π‘πππβ ππππ’β) + ππ(π−1) ′ (7) Tekanan vertikal efektif, ππ£0(π) = (5) − (6) (8) Faktor koreksi tekanan vertikal πΆπ(π) = 2,2 1,2+ ( 68 π′π£0(π) ππ ) Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Tabel C6.10: Hitungan uji penetrasi konus dengan N-SPT (Terkoreksi) Kedalaman (m) NM CN CE CB CR CS (π΅π )ππ (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1,00 - 2,45 6 1,351 0,8 1,0 0,75 1,0 5 2,45 - 4,45 14 1,101 0,8 1,0 0,80 1,0 10 4,45 - 5,00 MAT - - - - 5,00 - 6,45 33 0,982 0,8 1,0 0,85 1,0 22 6,45 - 8,45 27 0,904 0,8 1,0 0,95 1,0 19 8,45 - 10,45 26 0,840 0,8 1,0 0,95 1,0 17 10,45 - 12,45 45 0,788 0,8 1,0 1,00 1,0 28 12,45 - 14,45 43 0,742 0,8 1,0 1,00 1,0 26 14,45 - 16,45 30 0,701 0,8 1,0 1,00 1,0 17 16,45 - 18,45 30 0,664 0,8 1,0 1,00 1,0 16 18,45 - 20,45 35 0,631 0,8 1,0 1,00 1,0 18 20,45 - 22,45 31 0,598 0,8 1,0 1,00 1,0 15 22,45 - 24,45 34 0,568 0,8 1,0 1,00 1,0 15 24,45 - 26,45 33 0,541 0,8 1,0 1,00 1,0 14 26,45 - 28,45 59 0,517 0,8 1,0 1,00 1,0 24 28,45 - 30,45 59 0,496 0,8 1,0 1,00 1,0 23 30,45 - 32,45 32 0,476 0,8 1,0 1,00 1,0 12 32,45- 34,45 22 0,458 0,8 1,0 1,00 1,0 8 34,45 - 36,45 24 0,440 0,8 1,0 1,00 1,0 8 36,45 - 38,45 20 0,424 0,8 1,0 1,00 1,0 7 38,45 - 40,45 24 0,408 0,8 1,0 1,00 1,0 8 - - CATATAN: ππ = hasil uji SPT di lapangan; πΆπ = faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilainya ≤ 1,70); πΆπΈ = faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu; πΆπ΅ = faktor koreksi terhadap diameter bor; πΆπ = faktor koreksi untuk panjang batang SPT; πΆπ = koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa pelapis (liner); (π1 )60 = nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga 60% dicari untuk pukulan/30 cm, dengan Pers.2.13 (π1 )60 = ππ π₯ πΆπ π₯ πΆπΈ π₯ πΆπ΅ π₯ πΆπ π₯ πΆπ Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 69 Bentuk hasil pengujian N-SPT dilengkapi dengan grafik N-SPT terkoreksi dari Tabel C6.10 dan Gambar 6.23, diplot menjadi seperti Gambar C6.5. Gambar 6.6: Formulir uji penetrasi konus dengan SPT Terkoreksi (N60) 6.11 Uji Kipas di Lapangan (Vane Shear Test) Beberapa macam alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif. Salah satunya adalah, alat uji geser kipas atau geser baling baling (vane shear 70 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ test). Standar pengujian vane shear (ASTM D2573-08) memberikan indikasi kuat geser undrained in-situ dari tanah liat berbutir halus dan silts atau geomaterials halus lainnya seperti tailing tambang, kotoran organik, dan zat di mana penentuan kekuatan undrained diperlukan. Tes ini berlaku untuk tanah dengan kekuatan undrained kurang dari 200 kPa (2 TSF). Tanah sangat sensitif dapat remolded selama penyisipan balingbaling. Metode pengujian ini digunakan secara luas dalam berbagai eksplorasi geoteknik untuk mengevaluasi kekuatan pembebanan total secara untuk analisis tegangan jenuh lempung berbutir halus dan silts. Tes ini rutin dilakukan bersamaan di lapangan dan laboratorium untuk tes lainnya. 6.11.1 Lingkup dan Prosedur Pengujian Vane Shear Test Perlawanan geser undrained puncak dari tes vane umumnya dikoreksi untuk menentukan kekuatan geser undrained untuk analisis geoteknik. Lembaga yang meminta pengujian harus menginterpretasikan data ini untuk menentukan penerapan untuk analisis kekuatan. Metode ini tidak dapat digunakan untuk tanah berpasir, kerikil, atau tanah permeabilitas tinggi lainnya. Tes ini sering dilakukan di lubang bor yang dibor atau dengan tiang pancang atau pengeboran tiang atau metode dengan mendorong (baling-baling sepatu). Metode ini juga berlaku untuk kedalaman dangkal, namun, mungkin kurang akurat, karena mungkin lebih sulit untuk mempertahankan baling / stabilitas batang dan vertikalitas. Kualitas hasil yang dihasilkan oleh standar ini tergantung pada kompetensi personil yang melakukan pengujian, dan kesesuaian peralatan dan fasilitas yang digunakan. Lembaga yang memenuhi kriteria (ASTM D3740-12a) umumnya dianggap mampu melakukan pengujian yang kompeten dan objektif. Metode pengujian ini mencakup tes vane lapangan untuk tanah liat dan lumpur tanah jenuh untuk penentuan kuat geser undrained. Pengetahuan tentang sifat tanah di mana setiap tes vane yang akan dibuat diperlukan untuk penilaian penerapan dan interpretasi tes. Tes ini tidak berlaku untuk tanah berpasir yang memungkinkan drainase selama tes. Metode pengujian ini membahas pengujian di darat dan untuk pengujian di lubang bor atau pengeboran tiang atau metode pemancangan terus menerus dari permukaan tanah. Metode ini tidak membahas pengujian khusus laut di mana persyaratan tes khusus atau variasi dalam peralatan mungkin diperlukan. Metode ini sering digunakan bersama dengan pengeboran cairan rotary (ASTM D5783 Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 71 - 95(2012)) atau augers berlubang-batang (ASTM D6151-08). Beberapa peralatan memiliki baling-baling ditarik di sepatu pelindung untuk kemajuan dan pengujian tambahan. Sampling, seperti dengan tabung dinding tipis (ASTM D1587-08(2012)e1), sering dikombinasikan dengan pengujian baling-baling. Bawah permukaan eksplorasi geoteknik dilaporkan sesuai dengan praktek pengujian (ASTM D5434-12). Kekuatan geser undrained dan sensitivitas tanah kohesif juga dapat diukur dalam Kompresi terbatas (ASTM D2166 / D2166M-13) dan Laboratorium Vane Test (ASTM D4648 / D4648M-13). Nilai-nilai yang dinyatakan dalam satuan SI harus dianggap sebagai standar. Inggris (Imperial) unit diberikan dalam kurung. Alat uji geser baling terdiri dari empat pisau baling stainless steel melekat pada batang baja yang akan didorong ke tanah (Gambar 6.24). Ketinggian baling biasanya dua kali lebar keseluruhan dan sering sama dengan 10 cm atau 15 cm. Gambar 6.24: (a) Shear Vane Tester; (b) Geometri Vane (ES & S, 2009, p. 55; ASTM D2573-08) Tes dimulai dengan mendorong baling-baling dan batang vertikal ke dalam tanah lunak. Baling-baling tersebut kemudian diputar pada kecepatan 6o sampai 12o per menit. Torsi diukur pada interval waktu yang teratur dan tes terus sampai torsi maksimum tercapai dan baling-baling berputar cepat selama berputar. Kemudian tambahkan sekitar 8 – 10 putaran dan ukur residual torsi pada kondisi remoulded. Remolded geser undrained kekuatan adalah kekuatan-geser tanah halus dalam pembebanan cepat dengan sedikit atau tidak ada drainase tekanan air pori setelah kegagalan yang signifikan dan kembalinya dari struktur tanah awal. Pada saat ini, tanah gagal di geser pada permukaan silinder di sekitar balingbaling. Kuat geser tanah yang telah berubah susunan tanahnya (remoulded) dapat 72 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ pula dilakukan dengan pengukuran torsi minimum yang dibutuhkan untuk memutar baling-baling secara cepat dan kontinyu (Gambar 6.25). Gambar 6.25: Tahap Pengujian Shear Vane Tester (GeoSystem, 2015) 6.11.2 Hitungan Nilai Tahanan Geser Vane Kekuatan geser undrained tanah jenuh sebanding dengan torsi diberikan dan dimensi baling-baling. Kekuatan geser undrained dihitung dengan menyamakan torsi untuk saat-saat yang sesuai dengan total kekuatan geser atas sisi dan ujung permukaan kegagalan geser silinder. Torsi (T) diukur dengan menggunakan Persamaan 6.30, dimana ππ adalah momen dari tahanan gaya geser pada kehancuran sisi permukaan silinder dan ππ adalah momen dari tahanan gaya geser di dua kehancuran ujung permukaan silinder. Nilai tahanan geser vane hasil uji lapangan ππ’ (ππ£) = π π’ (ππ£) dihitung dengan Persamaan 6.31. (6.30) π = ππ + ππ ππ’ (ππ£) = π π’ (ππ£) π (6.31) 1 1 π π·2 ( π» + π·) 2 6 Dimana π adalah kehancuran/kegagalan torsi maksimum; π· = diameter alat vane; dan π» = tinggi alat vane. Untuk alat Vane persegi panjang (rectangular), H/D = 2, nilai tahanan geser tanah, ππ’ (ππ£) = π π’ (ππ£) dihitung dengan Persamaan 6.32 (ASTM Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 73 D2573-08). Pada pengujian geser Vane dengan Tapered dan alat Vane lainnya menggunakan Persamaan 6.33, secara umum untuk persegi panjang, kedua ujungnya meruncing, lancip bawah saja, serta baling-baling rhomboidal untuk setiap sudut (Silvestri & Aubertin, ASTM STP 1014, pp. 88-103) dan sensitivitas (Sensitivity, ππ ) adalah, efek pembentukan ulang konsistensi pada tanah kohesif dihitung dengan Persamaan 6.34. 6π 7ππ·3 12ππππ₯ = π· π· ππ·2 ( + + 6π») cos π π cos ππ΅ ππ’ (ππ£) = π π’ (ππ£) = ππ’ (ππ£) = π π’ (ππ£) (6.32) (6.33) Dimana: ππ’ (ππ£) = π π’ (ππ£) adalah Nilai tahanan geser vane hasil uji lapangan ππππ₯ = Nilai torsi maksimum terkoreksi dari alat dan batang friksi π· = Diameter alat Vane Test π» = Tinggi alat Vane Test π π = sudut miring dari alat vane diatasnya ππ΅ = = sudut miring dari alat vane dibawanya (ππ‘ )ππ£ = (π π’ )ππ£ (π π’π )ππ£ (6.34) Dengan (ππ‘ )ππ£ adalah senitifitas (tanpa dimensi); (π π’ )ππ£ = kuat geser maksimum tanah undrained; dan (π π’π )ππ£ adalah kuat geser remoulded tanah undrained Kuat geser berdasarkan hasil uji baling-baling atau kipas vane, harus dikoreksi. Koreksi faktor hasil uji vane dikembangkan oleh Bjerum (1972) mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser yang diperoleh dari uji geser kipas di lapangan (Bowles, 1997, p. 188), dinyatakan dalam Persamaan 6.35, sebagai berikut: π π’ (πππππππ) = π π π’ (π£) (6.35) π merupakan faktor koreksi atau faktor reduksi nilai hasil uji geser kipas di lapangan π π’ (π£) , dicari dari grafik pada Gambar 6.26. Hubungan antara nilai Indeks Plastisitas (PI) dengan faktor koreksi menurut Bjerum (1972) seperti dalam Persamaan 6.36, dan menurut Morris and Williams (1994) mengusulkan dengan Persamaan 6.37 dan 2.38 (Das, 2011, p. 97), sebagai berikut: ππ£ = π = 1,7 − πΏππ (ππΌ%) 74 (6.36) Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Untuk PI > 5 ππ£ = π = 1,18π −0,08 (ππΌ) + 0,57 (6.37) Dengan Liquit Limit (LL) atau batas cair adalah dalam % ππ£ = π = 7,01π −0,08 (πΏπΏ) + 0,57 (6.38) Gambar 6.26: Faktor Koreksi Nilai uji geser kipas di lapangan (Shear Vane Tester) (Bowles, 1997, p. 188) Studi yang lebih lengkap untuk koreksi nilai uji geser kipas di lapangan dilakukan yang menghasilkan grafik koreksi (π = π) seperti Gambar 6.27 (Azzouz, Baligh, & Ladd, 1983). Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 75 Gambar 6.27: Faktor Koreksi Nilai uji geser kipas di lapangan (Azzouz, Baligh, & Ladd, 1983) Koreksi faktor nilai geser vane atau uji geser kipas di lapangan dapat juga dicari dari hubungan linier dengan indek plastisitas (IP), untuk IP > 5% dinyatakan dalam Persamaan 6.39; dengan π, tergantung dari lamanya waktu, π‘π (dalam menit) sampai terjadinya kegagalan (Chandler, 1988). Hasil koreksi seperti Gambar 6.28. ππ£ = 1,05 − π (ππΌ)0,5 (6.39) π = 0,015 − 0,0075 log π‘π (6.40) lamanya waktu, π‘π (dalam menit) sampai terjadinya kegagalan sampai dengan orde 104, sehingga jika diambil nilai π‘π tersebut, maka Persamaan 6.40 akan menjadi 2.41. ππ£ = 1,05 − 0,045 (ππΌ)0,5 76 (6.41) Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Gambar 6.28: Koreksi Faktor Koreksi Nilai uji geser kipas di lapangan (Chandler, 1988) 6.11.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengujian Geser Baling Kelebihan penggujian tes ini adalah sederhana dan cepat. Cocok untuk penentuan kekuatan geser undrained tanah liat non-fissured sepenuhnya jenuh. Tes ini dapat dengan mudah digunakan untuk menentukan sensitivitas tanah. Tes ini dapat dilakukan pada tanah lempung lunak yang terletak pada kedalaman yang besar, sampel yang sulit untuk mendapatkan (Geotechdata.info, 2010). Adapun kerugian dari uji geser baling adalah pengujian tidak dapat dilakukan pada tanah liat yang berisi pasir atau lumpur laminasi atau tanah liat pecah-pecah. Tes tidak memberikan hasil yang akurat ketika kegagalan amplop (failure envelope) bukan horizontal. 6.12 Uji Beban Pelat Uji beban pelat (plate load test) sangat cocok untuk penyelidikan tanah timbunan atau tanah yang mengandung banyak kerikil atau batuan, dimana uji-uji lapangan yang sulit dilaksanakan. Pelat beban berupa pelat besi berbentuk lingkaran atau bujursangkar dengan diameter yang bervariasi dari 30 cm atau lebih besa lagi. Dimensi pelat tergantung dar ketelitian hasil pengujian yang dikehendaki. Pada prinsipnya, bila ukuran pelat menedekati atau sama dengan lebar pondasi sebenarnya, maka semakin Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 77 teliti hasil yang diperoleh. Pelat diletakan pada dasar pondasi rencana dengna lebar lubang paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan Gambar 6.29). Pengamatan besar beban dan penurunan terjadi dilakukan sampai tanah mengalami keruntuhan atau pengujian dihentikan bila tekanannya mencapai kirakira 2 kali kapasitas dukungan pondasi yang dirancang. Penambahan beban yang diterapkan, kira kira 0,1 kali nilai estimasi kapasitas dukungan tanah. Bentuk dan ukuran pelat pengujian bervariasi tergantung dari tujuan pengujian. Kapasitas dukungan ultimit yan gdiperoleh dapat digunakan langsung, jika ukuran pelat beban sama dengan ukuran pondasi yang akan digunakan. Untuk itu, kapasitas ujung izin dihitung dengan cara membagi kapasitas dukung ultimit dengan faktor aman. Jika penurunan merupakan kriteria yang dijadikan pedoman dalam penentuan kapasitas dukung, kapasitas beban yang menyebabkan terlampauinya persyaratan penurunan yang perlu diperhatikan. Gambar 6.29: Contoh Uji Beban Plat (Arun Soil Lab, 2011) Pengujian beban plat di lapangan umumnya digunakan untuk evaluasi dan desain struktur perkerasan. Tes beban pelat statis berulang yang dilakukan pada tanah dan dasar dan pondasi bawah untuk menentukan ukuran kekuatan geser komponen trotoar. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kapasitas daya dukung dan penurunan yang terjadi pada struktur bangunan. Uji beban pelat adalah jenis tes yang dilakukan pada model pondasi untuk pondasi yang tidak dalam atau dangkal. Tes ini pada umumnya dilakukan di penggalian terbuka. Tapi di Eropa metode alternatif yang digunakan bukan itu, metode pengujian plat sekrup yang dikembangkan di Eropa dan kini diterapkan di sana. Pengujian ini merupakan model pengujian beban klasik yang tidak mempertimbangkan efek hisap atau lekatan tanah terutama tanah kohesif (Rojas, Salinas, & Sejas, 2007). 78 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Beban pelat uji dalam pengujian ini mahal sehingga jarang digunakan ketika tidak ada cara lain untuk menguji sampel. Karena merupakan tes berdurasi singkat maka hasil dalam kasus tanah liat biasanya tidak memuaskan. Dalam kasus lapisan tanah berlapis, data yang diperoleh dari pelat berukuran kecil sebagian besar menyesatkan ketika kita berhadapan dengan pondasi yang besar. (Civil Engineering Terms, 2011). 6.12.1 Peralatan yang Digunakan Rincian peralatan termasuk sertifikat instrumen dan salinan grafik kalibrasi dari lembaga dan setup peralatan yang disetujui untuk melakukan uji beban pelat disampaikan untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum dimulainya pengujian. Untuk pelat bantalan, tiga lempeng bantalan baja melingkar, tidak kurang dari 25mm ketebalan dan berbagai diameter dari 300mm sampai 1000mm termasuk minimum dan diameter maksimum yang ditentukan atau baja persegi bantalan piring bertahap. Didasarnya, bantalan baja lebih besar dari 1000mm diameter dapat digunakan, tergantung pada frekuensi jointing. Sebagai alternatif, tiga pondasi beton kecil ukuran disebutkan atau lebih besar dapat ditempatkan di lapanganu. Tapak tersebut harus memiliki kedalaman tidak kurang dari dua pertiga dari lebarnya. Hydraulic jack atau teknik dongkrak harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan dan mempertahankan beban maksimum yang diperkirakan tetapi tidak kurang dari 50 ton dalam hal apapun. Pembeban harus diukur dengan menggunakan sel beban elektronik yang dikalibrasi. Kekuatan alat ukur harus mampu merekam beban dengan kesalahan tidak melebihi ± 2 persen dari kenaikan beban digunakan atau 1% dari beban maksimum mana yang lebih rendah. Alat ukur penurunan, seperti alat pengukur cepat harus mampu mengukur dengan akurasi minimal 0.25mm, dengan akurasi 0.01mm sehubungan dengan datum tetap harus dilakukan untuk mengukur penurunan plat dan gerakan balok referensi untuk koreksi alat pengukur cepat bacaan. Alat lainnya diperlukan, termasuk kolom beban, shims baja, dan alat-alat konstruksi lainnya dan peralatan yang diperlukan untuk penyusunan lubang uji dan pemuatan peralatan. Tipikal setup untuk pengujian seperti Gambar 6.30 untuk setup pengujian beban plat dengan Beban Gravity. Untuk reaksi beban jack (Gambar 6.31) dan beban kuda-kuda (truss) seperti Gambar 6.32. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 79 Gambar 6.30: Setup Pengujian Beban Plat dengan Beban Gravity (IS 1888 - 1982) Gambar 6.31: Setup Pengujian Beban Plat dengan Reaksi Beban Jack (IS 1888 - 1982) Gambar 6.32:Setup Pengujian Beban Plat dengan Beban Kuda-kuda (truss) (IS 1888 - 1982) 80 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.12.2 Prosedur pengujian Uji beban pelat harus dilakukan sesuai dengan BS 5930 atau ASTM D1194 dengan persyaratan tambahan berikut: (1) Uji pit harus minimal 4 kali selebar plat dan kedalaman pondasi untuk ditempatkan. (2) Pengujian harus dilakukan pada tingkat yang sama dari tingkat dasar yang diusulkan atau seperti yang diarahkan oleh ahlinya. Setidaknya tiga (3) lokasi uji yang diperlukan untuk kalibrasi pada efek ukuran plat tes, dan jarak antara lokasi uji tidak kurang dari lima (5) kali diameter plat terbesar yang digunakan dalam tes. (3) Permukaan uji harus terganggu, planar dan bebas dari remah-remah dan puingpuing longgar. Ketika permukaan uji digali oleh mesin, penggalian harus dihentikan di 200mm sampai 300mm di atas permukaan uji dan dipangkas permukaan uji secara manual. Untuk memastikan bahkan pemindahan beban uji pada permukaan uji, plat baja harus diratakan dan memiliki kontak penuh dengan tanah. Pasir mengisi atau adukan semen atau plesteran yang dapat meratakan permukaan tanah. Jika tes dilakukan di bawah muka air tanah, adalah penting untuk menurunkan muka air tanah dengan sistem sumur atau tindakan lain di luar dan di bawah posisi tes. (4) Penyusunan permukaan uji dapat menyebabkan perubahan yang tidak dapat dihindari dalam tegangan tanah yang dapat mengakibatkan perubahan permanen pada sifat lapisan tanah. Sangat penting bahwa waktu paparan permukaan uji dan penundaan antara pengaturan dan pengujian harus diminimalkan. Jeda waktu harus dilaporkan dengan hasil tes. (5) Mendukung beban (platform) dengan tiang support atau penyangga atau cara lain yang sesuai, pada titik-titik yang jauh dari daerah tes, sebaiknya tidak kurang dari 2,4 meter. Total beban yang diperlukan untuk pengujian harus tersedia di lokasi sebelum tes dimulai. (6) Dukungan untuk balok dengan alat pengukur cepat atau perangkat rekaman penurunan lebih dari 2,4 meter dari pusat daerah beban. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 81 (7) Pembebanan dalam 3 siklus. Interval waktu dari setiap tahap pembebanan tidak boleh kurang dari 15 menit. Interval waktu yang lebih lama diperlukan pada tahap tertentu pembebanan. (8) Penurunan pada setiap tahap pembebanan harus diambil pada interval setiap 15 menit sebelum dan setelah setiap kenaikan beban. Jika interval waktu yang dibutuhkan lebih dari 60 menit, membaca harus diambil pada setiap interval 15 menit. (9) Dalam pengukuran beban, lembar tes catatan harus mencakup jadwal beban yang ditargetkan, pembacaan load cell (pengukuran primer) & tekanan pengukur pembacaan (pengukuran sekunder). Kontraktor pengujian harus mengontrol pemuatan menggunakan pembacaan sel beban untuk mencapai beban target di setiap tahap pembebanan & merekam bacaan yang sebenarnya di load cell & pengukur tekanan secara bersamaan. (10) Lanjutkan setiap tes sampai beban puncak tercapai atau sampai rasio selisih beban kenaikan penurunan mencapai minimum, yaitu besarnya stabil. Jika beban yang cukup tersedia, terus pengujian sampai penurunan keseluruhan mencapai setidaknya 10 persen dari diameter plat, kecuali kegagalan beban didefinisikan dengan baik saat diamati. (11) Pengujian harus dihentikan jika salah satu dari berikut terjadi: jack rusak atau alat pengukur; Ketidakstabilan kentledge itu; pengaturan yang tidak benar dari datum; tidak stabil referensi bangku mark atau referensi balok; instrumen Mengukur digunakan ditemukan telah rusak. 6.12.3 Pelaporan Pengujian ini harus memuat laporan pembebanan, dan data penurunan untuk setiap tes, laporan harus mencakup setidaknya berikut: (1) Informasi umum seperti tanggal, kondisi cuaca, suhu, lokasi tes, tes permukaan deskripsi tanah dan lain-lain; (2) Data pengukuran, mencakup semua data yang harus diperiksa untuk misrecording atau salah perhitungan. (3) Catatan atau fenomena abnormal selama pengujian harus dijelaskan. (4) Hubungan penurunan-beban diplot dan disajikan dalam laporan. 82 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Evaluasi beban yang menghasilkan, modulus elastisitas, reaksi tanah dasar dan kapasitas daya dukung yang diijinkan. I. SOAL SOAL PILIHAN GANDA 6.1 Perbandingan antara massa benda uji dan volume, merupakan... a. Kadar Air Tanah c. Kepadatan Tanah b. Kadar Tanah d. Kekuatan Tanah 6.2 Berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat, saat kadar air π€0 = 0, berat volume basah dari tanah (πΎ) adalah... a. sama dengan berat volume keringnya (πΎπ ) b. lebih kecil dari berat volume keringnya (πΎπ ) c. lebih besar dari berat volume keringnya (πΎπ ) d. sama dengan berat volume kering optimumnya (πΎπ ) 6.3 Penambahan air yang kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah merupakan peningkatan kadar air sampai dengan lebih besar dari kadar air optimumnya, akan menyebabkan berat volume keringnya (πΎπ ) menjadi...... a. Sama atau tetap tidak berubah c. Lebih kecil b. Lebih besar d. Optimum 6.4 Pengujian kepadatan ringan untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 atau kepadatan dengan standar uji proctor (Standard Proctor Test) menggunakan cara A untuk bahan campuran tanah yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm) sebesar 40% atau kurang menggunakan alat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi jatuh 305 mm pada diameter cetakan dan jumlah tumbukan perlapis adalah............... a. 101,6 mm dan 25 pukulan/lapisan b. 152,4 mm dan 25 pukulan/lapisan c. 101,6 mm dan 56 pukulan/lapisan Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 83 d. 152,4 mm dan 56 pukulan/lapisan 6.5 Pengujian kepadatan ringan untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 atau kepadatan dengan standar uji proctor (Standard Proctor Test) menggunakan cara B untuk bahan campuran tanah yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm) sebesar 40% atau kurang menggunakan alat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi jatuh 305 mm pada diameter cetakan dan jumlah tumbukan perlapis adalah............... a. 101,6 mm dan 25 pukulan/lapisan b. 152,4 mm dan 25 pukulan/lapisan c. 101,6 mm dan 56 pukulan/lapisan d. 152,4 mm dan 56 pukulan/lapisan 6.6 Pengujian kepadatan ringan untuk tanah sesuai SNI 1743:2008 atau kepadatan dengan standar uji proctor (Standard Proctor Test) menggunakan cara D untuk bahan campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm sebesar 30% atau kurang menggunakan alat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi jatuh 305 mm pada diameter cetakan dan jumlah tumbukan perlapis adalah............... a. 101,6 mm dan 25 pukulan/lapisan b. 152,4 mm dan 25 pukulan/lapisan c. 101,6 mm dan 56 pukulan/lapisan d. 152,4 mm dan 56 pukulan/lapisan 6.7 Jumlah Contoh uji Kepadatan Ringan Tanah sesuai SNI 1742:2008 untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, siapkan 1 contoh tanah paling sedikit (kg) pada cara C a. 3 b. 5 c. 7 d. 11 6.8 Jumlah Contoh uji Kepadatan Ringan Tanah sesuai SNI 1742:2008 untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, siapkan paling sedikit 5 contoh tanah (kg) pada cara C a. 2,5 84 b. 3 c. 5 d. 6 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.9 Jumlah pemadatan untuk contoh uji Kepadatan Ringan Tanah sesuai SNI 1742:2008 adalah 1/3 dari ketebalan padat total dengan cara B dan D setiap lapisan dipadatkan sebanyak.... a. 20 kali b. 25 kali c. 30 kali d. 56 kali 6.10 Jumlah pemadatan untuk contoh uji Kepadatan Berat Tanah sesuai SNI 1743:2008 adalah 1/5 dari ketebalan padat total dengan cara A dan C setiap lapisan dipadatkan sebanyak.... a. 20 kali b. 25 kali c. 30 kali d. 56 kali 6.11 Proses pemasukan suatu batang tusuk ke dalam tanah, dengan bantuan manometer yang terdapat pada alatnya yang dapat membaca atau mengetahui kekuatan suatu tanah pada kedalaman tertentu menggunakan alat yang dinamakan.... a. Vane Shear c. Sondir (Dutch Cone Penetrometer) b. Uji beban plat d. SPT (Standard Penetration Test) 6.12 Perbandingan antara nilai perlawanan geser lokal (ππ ) dengan perlawanan konus (ππ ), dinyatakan dalam persen. a. Nilai geseran total (ππ ) b. Angka banding geser (π π ) c. Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (πππ), πΆπ€ d. Nilai perlawanan konus dan geser (kPa), ππ€ 6.13 Jumlahkan nilai perlawanan geser lokal (ππ ) yang dikalikan dengan interval pembacaan adalah... a. Nilai geseran total (ππ ) b. Angka banding geser (π π ) c. Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (πππ), πΆπ€ d. Nilai perlawanan konus dan geser (kPa), ππ€ Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 85 6.14 Alat berupa tabung yang dibelah dua dan ke dua ujungnya dipegang dengan mur dan dipasang pada ujung pipa bor pada waktu pelaksanaan pengujian SPT adalah.. a. Conus c. mantel conus b. Split barrel sampler d. Friction Sleeve 6.15 Alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif adalah... a. Vane Shear c. Sondir (Dutch Cone Penetrometer) b. Uji beban plat d. SPT (Standard Penetration Test) SOAL ESAI 6.16 Hasil uji kepadatan ringan tanah dengan kadar air awal 14,75% dan berat jenis tanah 2,675 di uji menggunakan cara A. Penambahan kadar air dengan interval 2% dimulai dengan 6% penambahan kadar air menghasilkan Data seperti Tabel S6.1, dimana cetakan dengan massa 4410 gram dan volume cetakan 944 cm3. a. Tentukan kepadatan basah tanah b. Tentukan kepadatan kering tanah c. Tentukan kepadatan kering tanah jenuh (zero air void) d. Tentukan kadar air dan kepadatan kering optimum. Tabel S6.1: Hasil uji kepadatan ringan Contoh Deskripsi 1 massa tanah basah (gr) Kadar air awal (%) 2 3 4 5 2500 14,75 6 2500 14,75 8 2500 14,75 10 2500 14,75 12 2500 14,75 14 150 6025 200 6162 250 6175 300 6127 350 6105 44,3 40,2 40,3 44,5 44,2 Massa tanah basah + cawan 272,5 251,6 285,2 307,1 278,5 Massa tanah kering + cawan 233,2 212,5 236,3 251,3 225,7 Penambahan air (%) Penambahan air Massa tanah basah + cetakan (gr) Pengujian Kadar Air setelah dipadatkan Massa Cawan 6.17 Hasil uji kepadatan ringan tanah dengan kadar air awal 10,25% data hasil uji seperti Tabel S6.2 86 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ Tabel S6.2: Hasil uji kepadatan dengan kadar air serta berat isi basah tanah Kadar Air (%) Berat Isi Basah (kN/m3) 5 7 9 11 13 15 18,50 21,20 22,75 23,15 21,25 19,35 Tentukan a. Berat isi tanah kering dalam (kN/m3) b. Tentukan kepadatan kering tanah jenuh (zero air void) c. Tentukan kadar air dan kepadatan kering optimum. 6.18 Hasil uji kepadatan ringan tanah dengan Data hasil uji seperti Tabel S6.3 Tabel S6.3: Hasil uji kepadatan dengan kadar air serta berat isi tanah kering Kadar Air (%) Berat Isi Kering (kN/m3) 5 7 9 11 13 15 16,50 19,20 20,75 21,15 19,25 17,35 Tentukan a. Berat isi tanah kering dalam (kN/m3) b. Tentukan kepadatan kering tanah jenuh (zero air void) c. Tentukan kadar air dan kepadatan kering optimum. 6.19 Tentukan energi yang dibutuhkan untuk pemadatan (πΈ) dalam ππ. π/π3 pada Modifikasi uji Proctor (pengujian kepadatan berat), Jika jumlah tumbukan setiap lapisan 25 dengan banyak 5 lapisan dan berat penumbuk 4,54 kg serta tinggi jatuh bebas setinggi 457 mm di atas permukaan contoh uji, untuk volume cetakan 944 cm3. 6.20 Tentukan energi yang dibutuhkan untuk pemadatan (πΈ) dalam ππ. π/π3 pada Modifikasi uji Proctor (pengujian kepadatan berat), Jika jumlah tumbukan setiap lapisan 56 dengan banyak 5 lapisan dan berat penumbuk 4,54 kg serta tinggi Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 87 jatuh bebas setinggi 457 mm di atas permukaan contoh uji, untuk volume cetakan 2124 cm3. 6.21 Tentukan kepadatan lapangan dalam ππ/π3 dengan menggunakan uji konus pasir (Sand Cone), jika hasil Kalibrasi berat isi pasir ottawa dengan Berat volume kering dari pasir Ottawa yang dipakai, πΎπ(πππ ππ) = 1575 ππ/π3 . Kalibrasi berat dari pasir dalam kerucut, ππ = 0,550 ππ. Hasil uji sebelum dibuka katup konusnya berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir yang mengisi botol, π1 = 7,85 ππ dan berat dari tabung, kerucut logam, dan sisa pasir setelah mengisi lubang, π2 = 4,95 ππ. Kadar air tanah, π€ = 12,25%. Berat tanah yang di timbang hasil penggalian lubang contoh sebesar π4 = 3,215 ππ. 6.22 Menggunakan soal 6.21 jika kepadatan maksimum di laboratorium didapatkan sebesar 19,695 ππ/π3 , hitung kepadatan relatif tanah. 6.23 Hasil uji kepadatan dan kadar air di laboratorium memberikan data sesuai Tabel S6.4 Tabel S6.4: Hasil uji berat isi tanah kering dan kadar air di laboratorium Kadar Air (%) Berat Isi Kering (kN/m3) 5 7 9 11 13 15 16,15 18,25 19,95 20,35 19,35 17,65 Menggunakan uji konus pasir (Sand Cone), dengan hasil kalibrasi berat isi pasir ottawa dengan Berat volume kering dari pasir Ottawa yang dipakai, πΎπ(πππ ππ) = 1575 ππ/π3 . Kalibrasi berat dari pasir dalam kerucut, ππ = 0,550 ππ. Hasil uji sebelum dibuka katup konusnya berat dari tabung, kerucut logam, dan pasir yang mengisi botol, π1 = 7,155 ππ dan berat dari tabung, kerucut logam, dan sisa pasir setelah mengisi lubang, π2 = 4,125 ππ. Kadar air tanah, π€ = 9,75%. Berat tanah yang di timbang hasil penggalian lubang contoh sebesar π4 = 3,225 ππ. a. Tentukan kepadatan lapangan dalam ππ/π3 b. Tentukan kadar air optimum dan kepadatan maksimum laboratorium c. Tentukan kepadatan relatifnya 88 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ 6.24 Hasil pengujian sondir (CPT) dengan tahap pembacaan untuk setiap kedalaman 20 cm, menggunakan alat konus dengan diameter konus, π·π = π·π = π·′π1 = 3,56 ππ. Panjang bidang geser πΏ = 13,3 ππ. Hasil pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser seperti Tabel S6.5 (dalam kg/cm2 (1 kg/cm2 ≅ 1/100πππ). Hitung nilai sondir pada kedalaman tersebut. Tabel S6.5: Hasil pembacaan πΆπ€ dan ππ€ πͺπ , π»π , Kedalaman (π€π /ππ¦π ) (π€π /ππ¦π ) (m) 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 7 22 31 22 27 29 13 12 22 17 12 37 45 43 32 42 20 19 28 27 Kedalaman (m) πͺπ , (π€π /ππ¦π ) π»π , (π€π /ππ¦π ) 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4,0 19 18 12 9 19 21 24 28 39 29 47 44 26 24 37 40 38 41 55 45 6.25 Berdasarkan data N-SPT Tabel S6.6. Jika pada saat pengujian N-SPT menggunakan palu dengan pengaman dan bor yang digunakan dengan diameter 115 mm serta untuk pengambilan contoh uji menggunakan tabung standar (tanpa pelapis/liner), hitung N-SPT Terkoreksi. Tabel S6.6: Hasil uji N-SPT Kedalaman Berat Volume NM (m) (kN/m3) 1,00 – 2,00 2,00 - 2,45 2,45 - 4,45 4,45 - 6,45 6,45 - 8,45 8,45 - 10,45 8 15 43 25 17,25 18,25 18,25 36 19,15 19,25 Kedalaman (m) NM 20,45 - 22,45 22,45 - 24,45 24,45 - 26,45 26,45- 28,45 28,45 - 30,45 41 44 43 62 42 65 10,45 - 12,45 42 30,45 - 32,45 12,45 - 14,45 40 32,45 - 34,45 43 34,45 - 36,45 44 14,45 - 16,45 20 16,45 - 18,45 25 36,45 - 38,45 30 45 38,45 - 40,45 34 18,45 - 20,45 18,50 Berat Volume (kN/m3) 18,75 19,25 19,50 6.26 Pengujian sondir (CPT), a. jelaskan prosedur pengujiannya? b. Data apa saja yang didapatkan dari hasil Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 89 c. Apa saja keuntungan dan kekurangan pengujian sondir? 6.27 Pengujian SPT: a. Jelaskan posedur pengujiannya? b. Data apa saja yang didapatkan dari hasil c. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT? 6.28 Sebuah pengujian SPT dilakukan dengan menggunakan palu Donat dengan rasio tenaga sebesar 95% menggunakan pengeboran berdiameter 150 mm. Panjang batang yang digunakan untuk pengujian sepanjang 5 meter. Contoh uji diambil dengan tabung standar. Jika diketahui tegangan efektif diawal pengujian sebesar 120 kPa serta ππ tekanan atmosfir sebesar 100 kPa, menghasilkan nilai N-SPT dilapangan sebesar 30. Berapa nilai terkoreksi π60 . 6.29 Bagaimana prosedur pengujian a. beban pelat (plate lood test )? b. vane shear test? c. Diketahui alat vane shear test standar berdiameter π· = 15 cm dan π» = 30 cm, berapa nilai tahanan geser tanah lapangan jika torsi maksimum sampai kedalaman 5 meter sebesar 490 N.m? 6.30 Hasil pengujian laboratorium pada kedalaman tanah 5 meter memberikan nilai indeks plastisitas sebesar 38%? Berapa nilai faktor koreksi untuk tahanan geser tanah lapangan berdasarkan Bjerrum (1972) dan Chandler (1988) serta Morris and Williams (1994)? Jika data alat vane shear test standar berdiameter π· = 15 cm dan π» = 30 cm, berapa nilai tahanan geser rencana yang terkoreksi jika torsi maksimum sampai kedalaman 5 meter sebesar 620 N.m, gunakan rata-rata dari Bjerrum (1972) dan Chandler (1988) serta Morris and Williams (1994)? J. REFERENSI Arun Soil Lab. (2011). Plate Load Test as per IS: 1888-1982. Dipetik 3 1, 2015, dari Arun Soil Lab Pvt.Ltd: http://www.arunsoillab.com/images/services/img25.jpg ASTM D 3441 - 05. (t.thn.). Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of Soil (Withdrawn 2014). West Conshohocken, PA: ASTM International, http://www.astm.org/. 90 Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ ASTM D1586-11. (t.thn.). Standard Test Method for Standard Penetration Test (SPT) and Split-Barrel Sampling of Soils. West Conshohocken, PA, 2011: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D1587-08(2012)e1. (t.thn.). Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils for Geotechnical Purposes. West Conshohocken, PA, 2012: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D2166 / D2166M-13. (t.thn.). Standard Test Method for Unconfined Compressive Strength of Cohesive Soil. West Conshohocken, PA, 2013: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D2573-08. (t.thn.). Standard Test Method for Field Vane Shear Test in Cohesive Soil. West Conshohocken PA, 2008: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D3740-12a. (t.thn.). Standard Practice for Minimum Requirements for Agencies Engaged in Testing and/or Inspection of Soil and Rock as Used in Engineering Design and Construction. West Conshohocken, PA, 2012: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D4633-10. (t.thn.). Standard Test Method for Energy Measurement for Dynamic Penetrometers. West onshohocken, PA, 2010: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D4648 / D4648M-13. (t.thn.). Standard Test Method for Laboratory Miniature Vane Shear Test for SaturatedFine-Grained Clayey Soil. West Conshohocken, PA, 2013: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D5434-12. (t.thn.). Standard Guide for Field Logging of Subsurface Explorations of Soil and Rock. West Conshohocken, PA, 2012: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D5783 - 95(2012). (t.thn.). Guide for Use of Direct Rotary Drilling with Water-Based Drilling Fluid for Geoenvironmental Exploration and the Installation of Subsurface Water-Quality Monitoring Devices. West Conshohocken, PA, 2012: ASTM International, http://www.astm.org/. ASTM D6151-08. (t.thn.). Standard Practice for Using Hollow-Stem Augers for Geotechnical Exploration and Soil Sampling. West Conshohocken, PA, 2008: ASTM International, http://www.astm.org/. Azzouz, A. S., Baligh, M. M., & Ladd, C. C. (1983). Corrected Field Vane Strength for Embankment Design. Journal of Geotechnical Engineering, 109(5), 730-734. Bowles, J. E. (1997). Foundation analysis and design (Fifth ed.). New York: The McGraw-Hill. Chandler, R. (1988). The in-situ measurement of the undrained shear strength of clays using the field vane. Dalam Vane Shear Strength Testing in Soils: Field & Lab Studies, STP 1014 (hal. 13-44). West Conshohocken, PA: ASTM International. Civil Engineering Terms. (2011). Plate load test (ASTM D1194) | Limitations and Advantages. Dipetik 3 1, 2015, dari Civil Engineering Terms: http://www.civilengineeringterms.com/soil-mechanics-1/plate-load-test-astm-d1194limitations-and-advantages/ Das, B. M. (2011). Principles of Foundation Engineering (Seventh ed.). USA: Cengage Learning. Das, B. M., & Sobhan, K. (2014). Principles of Geotechnical Engineering. Stamford, CT 06902 USA: Cengage Learning. Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Vol.1: Penyusunan program penyelidikan, metode pengeboran dan deskripsi log bor (Pd.T 03.1- 2005-A). Dalam Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 91 ES & S. (2009). Geotechnical Solutions: Shear Vane Tester. Australia: Environmental Systems & Services, http://www.esands.com. GeoSystem. (2015). In-situ Testing devices. Dipetik 3 1, 2015, dari eosystems.ce.gatech.edu: http://geosystems.ce.gatech.edu/Faculty/Mayne/Research/devices/VSTdevice.gif Geotechdata.info. (2010). Vane Shear Test . Dipetik 3 1, 2015, dari Geotechdata.info: http://www.geotechdata.info/geotest/vane-shear-test.html IS 1888 - 1982. (t.thn.). Method of load test on soils (Second Revision). New Dehli: Soil Engineering and Rock Mechanics Sectional Committee, BDC 23,INDIAN STANDARDS INSTITUTION. Kulhawy, F., & Mayne, P. (1990). Manual on Estimating Soil Properties for Foundation Design. Report EPRI-EL 6800, Electric Power Research Institute, Palo Alto. Rojas, J. C., Salinas, L. M., & Sejas, C. (2007). Plate-Load Tests on an Unsaturated Lean Clay. Dalam T. Schanz, Experimental Unsaturated Soil Mechanics, Springer Proceedings in Physics Volume 112 (hal. 445-452). Berlin: Springer Berlin Heidelberg. Skempton, A. (1986). SPT Procedures and the Effects in Sands of Overburden Pressure Relative Density, Particle Size, Aging, and Overconsolidation. Geotechnique, 36(3), 425-447. SNI 03-2828-1992. (1992). Pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 1742:2008. (2008). Cara uji kepadatan ringan untuk tanah. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. SNI 1743:2008. (2008). Cara uji kepadatan berat untuk tanah . Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. SNI 19-6413-2000. (2000). Metode pengujian kepadatan berat isi tanah di lapangan dengan balon karet . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 2827:2008. (2008). Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir. Jakarta: BSN. SNI 3423:2008. (2008). Cara uji analisis ukuran butir tanah. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. SNI 4153:2008. (2008). Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT. Jakarta: BSN. SNI-03-6371-2000. (2000). Tata Cara Pengklasifikasian Tanah Dengan Cara Unifikasi Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Youd, T., & Idriss, I. (2001). Liquefaction Resistance of Soils : Summary Report from the 1996 NCEER Workshops on Evaluation of Liquefaction Resistance of Soil. Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering , ASCE, April 2001, 127(4), 297313. 92 View publication stats Mulyono,T (2017).,Kepadatan Tanah, CPT dan SPT,, Jakarta: FT-UNJ