POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BEKICOT BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2 a. Latar Belakang ................................ ................................ .......... 2 b. Tujuan ................................ ................................ ..................... 3 c. Metode Penelitian ................................ ................................ ....... 4 2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan................................ ............... 5 a. Profil Petani................................ ................................ ............... 5 b. Pola Pembiayaan Usaha Kecil ................................ ....................... 6 3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 7 a. Permintaan Bekicot Hidup................................ ............................ 7 b. Penawaran Bekicot Hidup ................................ .......................... 10 c. Harga Bekicot Hidup ................................ ................................ . 11 d. Persaingan dan Peluang Pasar ................................ .................... 11 e. Pemasaran Bekicot ................................ ................................ ... 14 f. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot ................................ ... 15 4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 16 a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ........... 16 b. Fasilitas Produksi dan Peralatan................................ .................. 17 c. Kebutuhan Pakan ................................ ................................ ..... 19 d. Tenaga Kerja................................ ................................ ........... 19 e. Teknologi Pembudidayaan Bekicot ................................ .............. 20 f. Teknik Budidaya ................................ ................................ ....... 21 g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................ ................ 24 h. Produksi Optimum/Skala Usaha................................ .................. 26 i. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot ................................ ... 26 5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 27 a. Asumsi dan Komponen Biaya ................................ ..................... 27 b. Pendapatan ................................ ................................ ............. 27 c. Kebutuhan Modal dan Kredit ................................ ...................... 28 d. Aliran Kas dan Analisa Profitabilitas ................................ ............. 28 e. Analisa BEP ................................ ................................ ............. 29 f. Analisa Sensitivitas ................................ ................................ ... 29 g. Hambatan dan Kendala Aspek Keuangan ................................ ..... 30 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 31 a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ............................... 31 b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ . 32 7. Penutup ................................ ................................ ..................... 34 a. Kesimpulan ................................ ................................ ............. 34 b. Saran ................................ ................................ ..................... 34 LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 36 Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 1 1. Pendahuluan a. Latar Belakang Adanya krisis perekonomian yang berkepanjangan mengakibatkan pendapatan masyarakat turun sampai pada tingkat yang memprihatinkan. Sehingga tingkat kemiskinan meningkat dengan drastis dan daya beli masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya sangat terbatas, termasuk untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Salah satu langkah yang dapat memecahkan kekurangan protein hewani masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat adalah melakukan pembudidayaan bekicot. Sebelum dilakukan pembudidayaan, bekicot dikenal sebagai hama tanaman dan musuh petani. Tetapi sejak dekade 80-an telah terjadi perubahan besar. Bekicot yang pada awalnya diburu dan dibunuh untuk pakan tambahan itik, sekarang diburu dan dikumpulkan untuk disetor kepada perusahaan pengekspor bekicot. Hal ini terjadi karena adanya permintaan pasar luar negeri terutama Perancis. Sebagai usaha produksi peternakan, bekicot mempunyai masa depan yang cukup cerah. Hal ini disebabkan oleh : 1. Pemeliharaan bekicot yang relatif mudah sebab dapat dikembangkan dengan cepat dan tanpa biaya pemeliharaan yang besar. 2. Daging bekicot sangat digemari di luar negeri terbuka untuk ekspor. 3. Pasokan daging bekicot beku yang diekspor selama ini kebanyakan diperoleh dengan mencari di lapangan dan bukan dari hasil pemeliharaan secara khusus. 4. Untuk memelihara bekicot tidak memerlukan areal yang luas. Sebagai bahan makanan, nilai gizi bekicot cukup tinggi. Kandungan protein dalam 100 gram daging bekicot ada 57,08 gram, 3,34 gram lemak, 2,05 gram serat besar, 13,8 abu, 1,58 gram kalsium dan 1, 48 gram pospor. (Chaves, 1997 dalam Sovia Emmy. 1980). Pembudidayaan bekicot sebenarnya cukup mudah, sederhana dan menguntungkan karena binatang ini dapat memakan semua jenis makanan, semua hijauan dan buah-buahan. Hama dan penyakitnya boleh dibilang tidak ada dan kemampuan untuk mengembangkan diri cukup dahsyat. Perkembangan biakan yang tinggi ini disebabkan sifat bekicot termasuk hewan hermaprodit yaitu mempunyai alat kelamin ganda dengan kemampuan bertelur banyak. Potensi penjualan bekicot sebagai produk olahan cukup cerah, saat ini di Kabupaten Kediri sebagai sentra awal bekicot ini diternakkan telah tumbuh pengrajin makanan yang dijual secara luas baik berupa keripik bekicot, sate bekicot maupun sambal goreng bekicot. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 2 Sebagai salah satu komoditi ekspor, bekicot merupakan sumber devisa bagi negara, pembudidayaannya merupakan sumber pendapatan peternak, mampu menyerap tenaga kerja, serta dapat memanfaatkan lahan pekarangan dan sampah organik maupun sisa-sisa sayur mayur dari pasarpasar yang jumlahnya cukup banyak. Untuk pengembangan budidaya bekicot ini perlu adanya acuan yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha kecil, pengusaha besar dan perbankan untuk mempersiapkan kegiatan ini. Dalam rangka menunjang pengembangan usaha budidaya bekicot, disiapkan laporan studi pola pembiayaan dalam rangka mendukung akses usaha kecil terhadap bank budidaya bekicot untuk dapat digunakan pihak-pihak terkait serta bank dalam mempertimbangkan kelayakan pembiayaan dan pinjaman. b. Tujuan Tujuan kajian pola pembiayaan ini adalah : 1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan realisasi kredit untuk usaha kecil, khususnya melalui penyediaan kredit untuk budidaya bekicot. 2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha kecil budidaya bekicot mengenai aspek-aspek pemasarannya, aspek teknik produksinya dan aspek keuangannya. Ruanglingkup dari studi ini meliputi : 1. Komoditi yang diteliti merupakan usaha ternak (budidaya) bekicot yang dimulai dari penebaran bibit sampai pemanenan dengan cara mengkandangkan bekicot pada suatu lokasi tertentu untuk jenis bekicot Achatina variegata. 2. Melakukan penelitian pola pembiayaan komoditi yang meliputi aspekaspek : a. Aspek pemasaran meliputi antara lain kondisi permintaan (termasuk pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga, proyeksi permintaan pasar dan rantai pemasaran produk. b. Aspek produksi meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses pengolahan dan penanganannya c. Aspek keuangan meliputi perhitungan kebutuhan biaya investasi, dan kelayakan keuangan. Perhitungan kelayakan keuangan menggunakan analisis yang disesuaikan dengan jenis usaha yang dapat meliputi laba rugi, cash flow, net present value, pay back ratio, benefit cost ratio dan internal rate of return, termasuk analisa sensitivitas. d. Aspek sosial ekonomi meliputi pengaruh pengembangan usaha komoditi yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan kerja dan pengaruh terhadap sektor lain. e. Aspek dampak lingkungan Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 3 c. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei lapang di wilayah yang selama ini mempunyai potensi pengembangan budidaya bekicot cukup baik, yaitu di Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri dan daerah industri pengolah bekicot sebagai penampung hasil budidaya bekicot di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Survei lapang dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut: 1. Data primer dari pengusaha kecil (peternak bekicot); 2. Data sekunder dari perbankan umum dan instansi terkait (Dinas Kehewanan, dan BPS Kota dan Kabupaten Kediri); 3. Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dan tokoh informal). Hasil pengumpulan data tersebut di atas selanjutnya dilakukan analisa atas hal-hal sebagai berikut: a. Analisa usaha, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komoditi yang diteliti dilihat dari aspek-aspek pemasaran, produksi, sosial-ekonomi, dan dampak lingkungannya; b. Analisa pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek keuangannya. Untuk kepentingan pengumpulan dan analisa data tersebut di atas, sampel usaha kecil di wilayah penelitian diambil secara acak dengan persyaratan bahwa usaha kecil tersebut yang paling banyak terdapat di wilayah studi, dengan mengutamakan mereka yang mendapat kredit bank untuk usaha taninya. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 4 2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan a. Profil Petani Peternak bekicot yang ada pada umumnya pekerjaan sampingan untuk memanfaatkan lahan pekarangan/kebun di sekitar rumahnya. Sedangkan pekerjaan utamanya ada petani padi (sawah), pedagang dan pegawai. Budidaya bekicot yang dilakukan berawal dari kebutuhan untuk memenuhi pakan itik petelur yang terlebih dahulu banyak dijalani masyarakat. Setelah dapat informasi dari dinas terkait bahwa bekicot cukup banyak diperlukan untuk ekspor maka tujuan budidaya bekicot bukan lagi untuk pakan tambahan itik tapi bahan baku industri bekicot beku. Pembudidayaan bekicot dilakukan secara intensif dalam kandang terbuka, biasanya petani mengerjakan sendiri yang ditemani oleh seorang pembantu khususnya untuk menyiapkan lahan, memberi pakan dan memanennya. Bekicot yang dibudidayakan semua dari jenis Achatina variegata. Hal ini disebabkan hanya jenis bekicot itu yang ditemui di daerah itu. Pola pembudidayaan bekicot yang banyak dilakukan petani adalah pola semi liar/kandang kebun terbuka yaitu dengan menebar bekicot pada lahan tertentu yang telah disiapkan dengan pagar keliling yang rapat serta parit pelindung bekicot tanpa ada peneduh berupa kandang. Perlindungan bekicot dilakukan dengan adanya pepohonan yang rapat dalam lahan tersebut sehingga teduh dan berkelembaban tinggi. Jalan akses pada lahan untuk memberi pakan dan panen bekicot juga harus ada. Untuk pola pembudidayaan kandang baterai/kotak yang dilakukan dengan menempatkan bekicot pada kotak-kotak tertentu dalam suatu rak memperlihatkan hasil yang kurang bagus yaitu banyak bekicot mati dan pertumbuhan badannya tidak secepat kandang kebun/terbuka, selain itu investasi untuk pembuatan kandang baterai ini cukup mahal. Tenaga kerja yang mengelola budidaya bekicot ini sebagian besar lelaki yang dikerjakan setelah selesai melaksanakan pekerjaan utamanya, karena biasanya dilakukan pada waktu sore dan malam hari. Untuk budidaya bekicot selama ini petani melakukan pembiayaan secara sendiri karena jumlahnya tidak besar dan skala usaha yang dijalankan dalam jumlah kecil-kecil sehingga semuanya dapat ditangani sendiri. Petani bekicot yang diamati selama dalam survei ini kebanyakan menjual hasil ternaknya dalam kondisi masih hidup tanpa ada proses pengolahan. Hanya beberapa petani yang juga bertindak sebagai penampung melakukan proses penyimpanan sementara sebelum dijual ke industri atau pengrajin makanan olahan bekicot. Untuk usaha budidaya bekicot ini para petani telah membentuk kelompok tani dan anggota dari kelompok tani cukup banyak sekitar 50 orang tiap kelompok. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 5 Berdasarkan informasi yang didapat pada waktu survei, saat ramainya ternak bekicot ini diusahakan salah satu kelompok tani di Desa Ploso Kidul dapat mengirim sebanyak 4 ton bekicot tiap minggunya yaitu ke CV Nada Karya, PT Keong Nusantara Abadi dan PT Blambangan Raya. Tetapi saat ini kondisi budidaya bekicot di daerah asal peternakan bekicot ini kurang menjanjikan. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana (letusan Gunung Kelud pada tahun 1990) yang membawa tanah dengan kandungan sulfur (belerang) dan pasir yang mengakibatkan tingkat mortalitas bekicot sangat tinggi. Saat ini beberapa petani telah berusaha untuk kembali mengembangkan komoditi ini karena permintaan pasar untuk lokal saja (keripik dan sate bekicot) dipenuhi dari daerah lain. Bahkan PT Keong Nusantara Abadi untuk bahan baku daging bekicot beku mendatangkan bekicot dari Jogyakarta, Pacitan, Cirebon, Bojonegoro, Madura dan Lamongan. b. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Pembiayaan budidaya bekicot sampai saat ini belum ada yang dilakukan oleh perbankan, baik melalui pola pembiayaan khusus (kredit program) maupun pola pembiayaan umum (kredit komersial), sehingga usaha yang saat ini ada semuanya masih ditanggung sendiri oleh petani. Hasil survei di beberapa tempat ada yang menginformasikan bahwa untuk komoditi yang terkait dengan bekicot yaitu pengusaha keripik bekicot pada tahun 1980-an pernah mendapatkan bantuan kredit dengan pola pembiayaan umum dan dapat melunasi kreditnya secara baik. Kondisi saat ini belum adanya pengusaha atau petani bekicot yang mengajukan kredit sehingga tidak ada perbankan mengucurkan kredit untuk komoditi ini. Sebenarnya beberapa perbankan terbuka dan dapat menerima pengajuan kredit untuk pembukaan peternakan bekicot atau pengolahan bekicot, khususnya melalui pola pembiayaan umum atau kredit komersial asal sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 6 3. Aspek Pemasaran a. Permintaan Bekicot Hidup Aspek pemasaran dalam pembudidayaan bekicot dianalisa dari kemampuan pasar untuk menyerap atau menggunakan bekicot sebagai barang yang dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Daya jual bekicot secara tidak langsung dipengaruhi oleh daya guna atau kemampuan komoditi itu dapat dimanfaatkan sebagai barang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sebagai barang ekonomi, daging bekicot sampai saat ini (khusus daerah Kediri) diperjual-belikan dalam bentuk keripik bekicot, sate bekicot dan daging bekicot beku dalam kaleng. Khusus untuk daging bekicot dalam kaleng hanya dijual untuk kebutuhan ekspor atau pasaran luar negeri. Dalam kalangan terbatas bekicot dijual sebagai campuran pakan ternak dan pakan ikan. Permintaan bekicot hidup untuk Kabupaten dan Kota Kediri Tahun 1999 berdasarkan kebutuhan bahan baku khususnya untuk industri makanan dan perusahaan yang menggunakannya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kebutuhan Bekicot Hidup untuk Industri Makanan di Kabupaten dan Kota Kediri Tahun 1999 (kg) Uraian Volume Kebutuhan Produksi Bekicot (kg) (kg) PT Keong Nusantara Abadi *) Perusahaan Keripik 1500 *) Pedagang Sate 1000 Bekicot **) Total 3.004.045 13.333 6.667 3.024.045 Keterangan: *) Kabupaten dan Kota Kediri Dalam Angka 1999 (BPS, 2000) **) Hasil Survei Lapang di Kecamatan Plosoklaten 2001 Dari data diatas terlihat bahwa kebutuhan bekicot hidup untuk daerah Kediri pada tahun 1999 berkisar sebesar 3.024.045 kg per tahun yang digunakan sebagai bahan baku untuk membuat daging bekicot beku dalam kaleng, keripik bekicot dan sate bekicot. Pemanfaatan bekicot sebagai daging bekicot beku dalam kaleng masih merupakan penyerap pasar utama (lebih dari 99%) dari komoditi ini. Diperkirakan untuk tahun-tahun mendatang kebutuhan Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 7 bekicot hidup akan semakin besar karena permintaan ekspor daging bekicot masih cukup tinggi dan perusahaan belum dapat memenuhinya. Kebutuhan Jawa Timur dimana saat ini masih ada satu lagi perusahaan pengolah bekicot untuk kebutuhan ekspor yaitu PT Tirta Wangi Abadi yang berkedudukan di Banyuwangi, dapat dipastikan permintaan akan bekicot hidup sebagai bahan baku akan lebih tinggi lagi. Namun sangat disayangkan data untuk kebutuhan perusahaan itu tiap tahunnya tidak didapatkan. Tetapi sebagai gambaran PT Keong Nusantara Abadi yang memerlukan bahan baku bekicot sekitar 3.000 ton per tahun mempunyai karyawan sebanyak 615 orang, PT Tirta Wangi Abadi hanya mempunyai karyawan sebanyak 41 orang (BPS, 2000). Sehingga diperkirakan kebutuhan bekicotnya sekitar (41/615) X 3000 ton = 199 ton per tahun. Permintaan ekspor bekicot hidup sampai survei ini diadakan belum pernah ada. Tetapi permintaan daging bekicot sebagai daging beku dalam kaleng memperlihatkan adanya kecenderungan yang terus meningkat meskipun untuk tahun 1997 sedikit mengalami penurunan lihat Grafik 3.1. perkiraan kecenderungan permintaan ekspor daging bekicot beku untuk dua tahun mendatang (2001 dan 2002) yang didapat dari analisa trend berjumlah sekitar 2,8 ton dan 3,4 ton data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2. Sedangkan gambaran ekspor untuk enam negara pengekspor daging bekicot beku terbesar selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 3.2. Permintaan bekicot hidup yang digunakan untuk pakan ternak atau pengolahan daging bekicot beku dalam kaleng dari daerah lain sampai saat survei dilaksanakan masih terus ada dan peternak tidak dapat untuk memenuhinya. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan lingkungan, dimana ekosistem untuk bekicot pada daerah sentra produksi telah banyak pasir dan kandungan belerang. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 8 Grafik 3.1. Permintaan Ekspor Daging Bekicot Beku dari Indonesia Tabel 3.2. Perkiraan dan Jumlah Ekspor Daging Bekicot Indonesia Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Volume (kg) 1.593.494 1.178.479 1.766.385 1.864.805 2.909.081 2.935.392* 3.466.397* Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2001) *) Angka prediksi dari analisa trend Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 9 Grafik 3.2. Enam Negara Terbesar Eksportir Daging Bekicot Beku Indonesia b. Penawaran Bekicot Hidup Bekicot hidup selama ini digunakan untuk pengolahan daging bekicot beku, kebutuhan bekicot hidup di Daerah Kediri lebih banyak didatangkan dari luar daerah karena saat ini jumlah kelompok tani ternak bekicot yang ada di daerah sentra produksi sudah banyak yang tidak aktif, hanya ada satu dua orang yang masih berproduksi sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pengrajin sate dan keripik bekicot saja. Saat ini tidak ada petani yang menawarkan bekicotnya ke perusahaan pengolahan daging bekicot beku (PT. Keong Nusantara Abadi). Berdasarkan informasi yang didapat, pasokan bahan baku bekicot hidup untuk diolah menjadi daging bekicot beku didatangkan dari Daerah Yogjakarta, Semarang, Madura, Pacitan, Cirebon, Pekalongan, Bojonegoro, dan Lamongan. Bekicot yang didatangkan kebanyakan merupakan hasil dari tangkapan liar atau pengumpulan hasil pembesaran di hutan dengan sangat sedikit pemeliharaan. Sehingga jumlah dan mutu bekicot yang didatangkan sangat berfluktuatif dengan pasokan yang tidak kontinue. Bekicot hasil dari peternak jumlah pasokannya dapat dipastikan dan tingkat mutu yang diperlukan pengolah dapat ditentukan. Adanya kelebihan ini, Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 10 peternak bekicot belum dapat memanfaatkannya secara optimal. Hal ini disebabkan oleh sedikit perusahaan yang mengolah daging bekicot beku serta diversifikasi produk olahan bekicot. Sehingga dengan adanya pasokan bekicot dari hasil tangkapan liar membuat tingkat penawaran petani berkurang, meskipun sebenarnya kebutuhan akan bekicot yang bermutu dalam jumlah tertentu selalu belum dapat dipenuhi. Pada waktu bekicot menjadi komoditi unggulan, untuk Daerah Kecamatan Plosoklaten yang mempunyai sekitar 3 kelompok tani dengan masing-masing terdiri dari 50 anggota dapat menghasilkan bekicot hidup dalam berbagai grade/kelas sebanyak 25 ton tiap minggunya atau sekitar 1.152 ton per tahun. Banyaknya bekicot pada waktu itu tidak hanya dikirim untuk memenuhi PT Keong Nusantara Abadi saja tetapi juga memasok PT Blambangan Raya yang ada di Banyuwangi dan beberapa perusahaan pengolah yang ada di Surabaya dan Malang. c. Harga Bekicot Hidup Komoditi bekicot hidup yang ada dipasaran sebenarnya terbagi dalam beberapa grade berdasarkan besar atau beratnya, yaitu - Grade A berisi sampai 10 ekor bekicot tiap kilogram - Grade B berisi sampai 11-15 ekor bekicot tiap kilogram - Grade C berisi sampai 16-20 ekor bekicot tiap kilogram sedangkan golongan dibawah ini termasuk bekicot yang tidak diolah menjadi bekicot beku, sehingga dilempar ke pasaran masyarakat umum untuk dijadikan keripik atau sate bekicot. Harga jual bekicot hidup yang terjadi dipasaran ditentukan oleh para pengumpul dan perusahaan pengolah, petani sebagai pengelola ternak tidak dapat menentukan harga. Sehingga dipasaran hanya terdapat dua jenis harga yaitu Rp. 600 untuk yang dapat diolah menjadi daging bekicot beku dan Rp 500 untuk bekicot yang tidak dapat diolah menjadi daging bekicot beku. Harga ekspor daging bekicot beku selama 4 (empat) tahun terakhir sekitar 2, 03 US $ atau Rp 20.300 (1 US $ = Rp 10.000,-) per kilogram. d. Persaingan dan Peluang Pasar Jumlah peternak atau petani yang membudidayakan bekicot saat ini sebenarnya sangat sedikit. Tetapi petani pengumpul bekicot masih cukup banyak sehingga perusahaan pengolah daging bekicot beku dalam kaleng sebagai satu-satunya industri yang memerlukan bahan baku dalam jumlah besar masih dapat pasokan. Sehingga bekicot hasil ternak petani mendapatkan tekanan cukup berat dari petani pengumpul dan akhirnya harga jual bekicot berfluktuasi sesuai dengan banyaknya bekicot yang masuk atau ditawarkan. Akibatnya minat petani untuk membudidayakan bekicot menjadi rendah. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 11 Peluang pasar bekicot khususnya hasil olahan bekicot cukup bagus. Untuk tingkat Kabupaten dan Kota Kediri komoditi olahan ini termasuk komoditi andalan ekspor disamping Rokok Gudang Garam yang merupakan penyumbang terbesar pendapatan daerah ini. Di tingkat Propinsi Jawa Timur ekspor daging bekicot beku pada tahun 1999 menduduki peringkat nomor 466. Ekspor komoditi ini untuk Propinsi Jawa Timur selalu berfluktuasi. Besarnya ekspor Jawa Timur selama 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.3. dibawah ini. Tabel 3.3. Ekspor Daging Bekicot Beku Dari Jawa Timur Tahun Volume (kg) 1998 2.732.749 1999 1.641.686 2000 2.161.051 2001 (sampai 615.422 Maret) Total 7.150.907 Nilai US ($) 5.939.985 3.109.272 4.418.559 1.110.607 14.578.423 Sumber: Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2001 Ekspor daging bekicot beku untuk Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir memperlihatkan adanya volume ekspor yang terus meningkat terutama untuk tahun 2000 mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari 1.864.805 kg (1999) menjadi 2.909.081 kg (tahun 2000) tetapi nilai jual yang paling tinggi diperoleh pada tahun 1996 yaitu sebesar US$ 5.053.633. Uraian lengkap volume dan nilai jual daging bekicot beku di manca negara dapat dilihat pada Tabel 3.4. dan Grafik 3.3. Tabel 3.4. Nilai dan Volume Ekspor Daging Bekicot Beku dari Indonesia Tahun Volume (kg) 1998 2.732.749 1999 1.641.686 2000 2.161.051 2001 (sampai 615.422 Maret) Total 7.150.907 Bank Indonesia – Budidaya Bekicot Nilai US ($) 5.939.985 3.109.272 4.418.559 1.110.607 14.578.423 12 Sumber: Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2001 Grafik 3.3. Perkembangan Ekspor Daging Bekicot Beku Indonesia Daerah pengekspor atau asal daging bekicot beku dikapalkan menunjukkan bahwa daerah Propinsi Jawa Timur merupakan pengekspor komoditi ini terbesar di Indonesia diikuti oleh DKI Jakarta. Sedangkan jumlah propinsi yang melakukan ekspor selama 5 (lima) tahun terakhir ada 8 propinsi yaitu Sumatra Utara, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan. Data lengkap banyaknya ekspor daging bekicot beku selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Jumlah Ekspor Daging Bekicot Beku (kg) dan Asal Propinsinya Propinsi 1996 1997 1998 1999 2001 (s/d Maret) 333.318 75.438 2000 Sumatra 30.620 83.494 4.502 119.761 Utara Riau 400 9.750 0 29.958 844 Lampung 140.478 24.450 15.120 39.969 20.263 DKI Jaya 292.990 224.030 206.116 180.410 311.269 Jawa 0 12.540 45.999 57.920 181.645 Tengah Jawa 1.126.003 810.773 1.494.648 1.436.787 2.061.647 Timur Bali 0 4.000 0 0 95 Kalimantan 3.003 9.442 0 0 0 Selatan 0 0 34.703 0 641.126 700 1.670 Sumber: Pengolahan Data Dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2001) Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 13 e. Pemasaran Bekicot Pemasaran bekicot hidup dari peternak ke industri pengolah atau kelompok pembeli dilakukan sendiri oleh petani, hanya sedikit peternak yang menjual lewat kelompok tani, biasanya pengumpul bekicot mendatangi peternak yang akan melakukan panen secara rutin. Bekicot hasil panenan selama ini sebanyak 10% dibeli langsung oleh masyarakat/rumah tangga, 60% dibeli oleh industri besar untuk bahan baku daging bekicot beku dan 30% dibeli oleh pengrajin daging bekicot olahan (pengusaha keripik dan sate bekicot). Daerah pemasaran bekicot ini sebanyak 10% dilakukan antar kecamatan, 80% diperjualbelikan dalam kabupaten dan 20% diperjualbelikan dalam propinsi. Rantai pemasaran bekicot mulai dari petani/peternak sampai mencapai tujuan ekspor atau konsumen didaerah lain dapat dilihat dalam Grafik 3.4 dibawah ini. Grafik 3.4. Rantai Tata Niaga Penjualan Bekicot Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 14 f. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot Hambatan pemasaran bekicot hidup dari petani adalah adanya pasokan bekicot hidup dari tangkapan liar, sedikitnya informasi pasar kebutuhan bekicot ditingkat petani dan sangat terbatasnya industri pengolah bekicot. Pasokan bekicot hidup dari tangkapan liar yang saat ini jumlahnya cukup besar dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan cukup menekan tingkat harga jual dan penyerapan bekicot yang dihasilkan petani. Disamping itu, sangat sedikitnya informasi peluang pemasaran baik tingkat harga serta jumlah akan bekicot hidup yang diperlukan industri pengalengan daging bekicot beku atau keperluan lainnya membuat petani kurang optimis dalam mengusahakan pembudidayaan bekicot. Sampai saat ini komoditi olahan bekicot yang mempunyai nilai ekonomi tinggi serta membutuhkan pasokan bekicot hidup dalam jumlah besar hanya daging olahan beku (pasaran ekspor). Sehingga pasaran bekicot petanipun juga bertumpu pada keberadaan industri pengolah daging bekicot beku. Ketergantungan ini berakibat pada tidak adanya alternatif/pilihan petani dalam menjual bekicot ke tempat lain yang memberikan keuntungan lebih besar. Pada hal diketahui bahwa persyaratan ekspor makanan/pangan di manca negara saat ini sangat ketat dan cukup rumit seperti diperlakukannya sistem ISO 9000 (manajemen mutu), ISO 14000 (manajemen lingkungan) serta HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 15 4. Aspek Produksi a. Lokasi Usaha Bekicot hidup di alam bebas sesuai dengan kebiasaannya. Bekicot dapat hidup baik pada tempat-tempat yang rendah sampai daerah berbukit-bukit yang tingginya lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut. Namun pada ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut bekicot tidak dapat berkembang biak dengan baik. Pembudidayaan bekicot dengan tujuan untuk ternak dan berkualitas baik, perlu adanya persyaratan lokasi pemeliharaan yang cocok. 1. Ketersediaan Pakan Lokasi sebaiknya dekat dengan pasar atau kebun sehingga kebutuhan pakan tetap terpenuhi meskipun musim kemarau, lebih baik peternak memiliki kebun sendiri yang dapat diternakkan bekicot secara tumpang sari. 2. Sinar Matahar Lokasi pemeliharaan yang ideal adalah tempat yang cukup teduh. Sedangkan suhu yang diinginkan bekicot sekitar 260 - 29oC dengan kelembaban berkisar antara 80% - 90%. Kombinasi dari ketiga faktor tersebut, yaitu cahaya, suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi siklus hidup bekicot, karena bekicot sangat sensitif. Perubahan salah satu dari ketiganya bisa menghambat perkembangannya. Misalnya suhu yang terlalu tinggi menyebabkan bekicot menghentikan aktifitasnya termasuk makan dan kawin. Bila kelembaban kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan terganggunya produksi akibat penguapan yang terlalu tinggi pada tubuhnya. Keadaan ini dapat menyebabkan bekicot sakit atau mati 3. Angin Lokasi pemeliharaan sebaiknya tidak terbuka karena hembusan angin yang kuat dapat mempengaruhi kelembaban dan suhu. Secara alamiah angin dapat ditahan dengan menanam tumbuhan besar di sekeliling lokasi pemeliharaan. Tanaman pelindung selain berfungsi menahan angin juga memberi keteduhan dan meningkatkan kelembaban. Jenis tanaman yang dapat ditanam antara lain: lamtoro, angsana, akasia dan lain-lain. 4. Jenis Tanah Tanah yang ideal untuk lokasi pemeliharaan adalah tanah gembur dan subur agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, sehingga mendukung ketersediaan makanan . Selain itu tanah yang gembur juga sangat baik Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 16 dijadikan media pemeliharaan bekicot. Tanah yang kurang baik dapat diperbaiki dengan mencampurkan kompos, karena kompos mengandung bahan organik yang selain berguna untuk mempersubur tanaman juga berperan besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah. Adapun perbaikan tanah yang dilakukan dengan cara : o o o o o o o Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah menjadi tidak terlalu berderai, Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tanah yang tadinya berat menjadi lebih ringan, Memperbesar kemampuan penampungan air sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air dengan demikian kelembaban lebih terjamin, Memperbaiki drainase dan tata udara tanah, terutama tanah berat. Dengan tata udara tanah yang baik dan kandungan air yang cukup tinggi, suhu tanah akan lebih stabil, Kandungan zat kapur cukup sehingga bekicot dalam masa pertumbuhannya tidak kekurangan dan bila perlu kapur pertanian (kaptan) tiap 4 bulan sekali ditaburkan diatasnya, Kandungan pasir dalam tanah cukup rendah, Kadar belerang (sulfur) yang ada rendah. 5. Sarana Transportasi Untuk menghemat biaya pengangkutan, lokasi pemeliharaan sebaiknya terjangkau sarana transportasi dan dekat dengan tempat pasar. b. Fasilitas Produksi dan Peralatan Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembudidayaan bekicot dengan kandang kebun ini adalah : 1. Pagar keliling dengan bagian atas tertutup seng dan diolesi sabun deterjen 2. Parit tengah dan keliling 3. Jalan kontrol pemberian pakan dan pemanenan 4. Bak penampung 5. Tanaman peneduh untuk menaungi kandang. Model perkandangan alami/terbuka pada dasarnya hanya sebidang tanah yang dibatasi oleh pagar keliling setinggi lebih kurang 60 cm dan didalamnya ditanami beberapa jenis tanaman yang dilengkapi parit, jalan dan bak penampungan bekicot. Susunan kandang ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai hutan. Kandang ini perlu dipisahkan antara petak induk, petak penetasan dan petak pembesaran. Bekicot dapat dimasukkan ke dalam kandang jika rerimbunan tanaman sudah terbentuk. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 17 Pengaturan tanaman peneduh dapat dilakukan menurut pola tanam, misalnya tanaman keras melinjo, jeruk, dan cengkeh berjarak 10 X 10 m, pisang 5 X 5 m, nenas 1 X 1 m. Sehingga dalam petak seluas 100 m2 terdapat 4 pohon keras, 5 pohon pisang dan 80 tanaman nenas. Dibawah tanaman ini terutama di petak induk perlu dibuatkan sarang dari daun pisang kering atau jerami untuk tempat bertelur. Bangunan pagar keliling dilengkapi dengan seng agak menonjol menutup bagian atas pagar. Sudut antara pagar dan seng penutup diolesi dengan deterjen. Fungsinya untuk menjaga agar bekicot tidak lari ke luar. Bak penampung berfungsi sebagai penampung hasil panen sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Bangunan bak penampung berukuran panjang 1 meter, lebar 0,75 meter dan tinggi 1,5 meter dengan daya tampung sebesar 1.250 ekor bekicot. Adapun bentuk kandang terbuka atau desain tata ruang pembudidayaan bekicot dapat dilihat pada Gambar 4.1. yang ada dibawah ini. A. Petak Pembesaran B. Petak Induk dan penetasan C. Bak Penampung 1. 2. 3. 4. 5. 6. Air Masuk Air Keluar Pagar lahan/bumi Pagar seng bersabun Jalan kontrol, menyiram dan panen Parit Gambar 4.1. Tata Ruang Kandang Alami Bekicot Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 18 Sedangkan peralatan penunjang untuk budidaya bekicot ini terdiri dari alatalat pertanian, pencuci hasil panen dan peralatan untuk mengangkut pakan dan hasil panen bekicot yang telah dewasa. c. Kebutuhan Pakan Bekicot merupakan binatang yang menyukai semua jenis dedaunan yang segar dan banyak mengandung air. Selain itu, bekicot juga menyukai umbiumbian dan buah-buahan asal tidak berasa asam. Bekicot juga dapat diberi pakan dari sisa-sisa dapur atau sampah pasar, sehingga meskipun musim kemarau pakan bekicot tidak terlalu sukar untuk dicukupi. Bekicot tidak menyukai pakan yang tidak segar maka untuk meningkatkan selera makannya terhadap sisa dapur dan sampah pasar perlu diberi pemancing selera atau makanan yang beraroma khas dan tajam, misalnya terasi . Bekicot bayi sampai usia 15 hari pertama hanya makan zat kapur yang ada pada kulit sisa penetasannya guna mempertahankan dan memperkuat rumah atau cangkangnya. Setelah 15 hari bayi bekicot perlu diberi pakan yang halus-halus seperti oncom, buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah diolah halus. Bayi bekicot telah berumur 2 bulan dapat diberi pakan seperti bekicot dewasa. Pakan diberikan satu kali dalam sehari pada waktu menjelang petang sekitar 4.00 sore karena bekicot aktif di malam hari dan beristirahat pada siang hari. Pemberiannya sebaiknya dilakukan secara rutin setiap hari, karena kurangnya pakan akan menghambat pertumbuhan tubuhnya atau akan menyebabkan bekicot menyerang tanaman pelindung. Jumlah pasti makanan yang harus diberikan bekicot sebenarnya belum ada patokannya, sebagai bahan pertimbangan Tabel 4.1. diuraikan perkiraan kebutuhan pakan bekicot dalam berbagai umur. Dalam pertumbuhan bekicot memerlukan pakan sumber kalsium/zat kapur untuk pertumbuhan dan memperkuat cangkangnya. Penambahan zat kapur dilakukan pada masa akan masak kelamin sekitar umur 4 sampai 5 bulan dengan tujuan untuk mempersiapkan penghasilan telur dan pertumbuhan cangkangnya. Setelah umur tersebut kapur tetap diberikan agar bekicot dapat memperbaiki cangkangnya yang rusak akibat benturan maupun pengeluaran telur . Pembudidayaan bekicot yang dilakukan ini menggunakan pakan yang berasal dari sayur-mayur dan dedaunan segar yang berasal dari pasar terdekat. Jumlah pakan yang diperlukan untuk menghidupi bekicot sebanyak 2000 induk diperlukan 1 cikar/gerobak besar (4 m3) setiap 1 minggunya. d. Tenaga Kerja Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 19 Kebutuhan tenaga kerja secara langsung dalam pembudidayaan bekicot ini sangat sedikit, untuk skala usaha sebesar 2.000 bibit bekicot atau sekitar 400 ribu ekor pada saat kondisi puncak cukup dilayani oleh 1 orang tenaga kerja, sedangkan kualitas atau keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelolanya cukup hanya kategori tenaga kasar lulusan SD atau SMP karena budidaya bekicot ini sangat sederhana dan tidak perlu adanya kedisiplinan tertentu. Pekerjaan pemeliharaan bekicot hanyalah rutinitas pemberian pakan dan penjagaan tingkat kelembaban lingkungannya. Tenaga kerja yang tidak berkaitan secara langsung karena pembukaan usaha ini seperti tenaga penggali parit, tukang pemasang pagar keliling dan pembuatan kolam penampungan yang dikerjakan secara borongan setiap 0,5 hektar are membutuhkan sekitar 4 orang dengan lama kerja sekitar 2 minggu. e. Teknologi Pembudidayaan Bekicot Pengetahuan pembudidayaan bekicot yang dilakukan masyarakat desa Ploso Kidul, Plosoklaten, Kediri didapat dari pengalaman seorang tokoh masyarakat pada tahun 1975-an yang secara tidak sengaja menternakan bekicot untuk memenuhi kebutuhan pakan itik petelur yang pada waktu itu sedang menjadi primadona peternakan rakyat. Akibat adanya informasi bahwa bekicot sangat digemari di Eropa khususnya Perancis dan tumbuh adanya banyak eksportir bekicot maka peternakan bekicot yang pada waktu itu digunakan untuk pakan berubah menjadi komoditi ekspor dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Adanya pertumbuhan ekspor yang baik menjadikan komoditi ini semakin banyak diminati masyarakat untuk turut menternakkannya sehingga Dinas Peternakan pada waktu itu turut membina serta membenahi teknik-teknik pembudidayaan yang baik meskipun dengan cara coba-coba. Pembinaan lebih lanjut khususnya untuk pemanfaatan dan pengolahan daging bekicot menjadi keripik, sate dan sambel goreng dilakukan oleh Dinas Perikanan. Sampai saat ini, teknologi budidaya bekicot yang cukup baik adalah dengan cara mengkandangkan bekicot pada kandang kebun terbuka tanpa adanya bangunan atap peneduh dan kotak rak bertingkat (sistem kandang baterai). Sebagai ganti perlindungan kelembaban tanah yang ada, kebun perlu ditanami pepohonan yang rimbun serta teduh dengan parit yang mengelilinginya. Sistem kandang baterai/rak menyebabkan tingkat kematian bekicot cukup tinggi dan tingkat pertumbuhan badannya tidak setinggi seperti pada kandang terbuka. Tingkat teknologi pembudidayaan bekicot yang dilakukan masyarakat sampai saat ini masih dalam kategori teknologi sederhana dan masih banyak menggantungkan pada kemurahan alam. Hal ini terjadi akibat masih murahnya harga yang diterima oleh petani dan terbatasnya pengetahuan Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 20 petani tentang perbekicotan secara lengkap meningkatkan teknik budidaya tidak ada. sehingga inovasi untuk f. Teknik Budidaya Tahapan pembudidayaan bekicot guna dipanen dagingnya dimulai dari pemilihan bibit bekicot sebagai induk untuk menghasilkan telur, penetasan telur, pembesaran anak bekicot dan pemanenan bekicot yang telah mencapai berat/besar tertentu. Adapun teknik budidaya bekicot untuk masing-masing tahapan diuraikan dibawah ini. a. Pemilihan Induk untuk Bibit Guna menghasilkan anak dan telur yang baik, bekicot perlu juga diadakan seleksi. Seleksi ini dapat diperkirakan potensi genetik yang diharapkan muncul pada keturunan selanjutnya setelah syarat hidupnya terpenuhi. Adapun ciri-ciri induk yang baik adalah: - Telah dewasa, ditandai dengan tumbuhnya bibir pada mulut kerabang. - Mempunyai kerabang yang tumbuh sempuma (tidak cacat atau pecah) baik di puncak atau di bibir kerabang. - Tinggi kerabang sekitar 7 cm, panjang antara 6-7 cm, dan mempunyai berat kurang lebih 70 gr. Diharapkan induk bekicot ini dapat bertelur secara maksimal sampai 200 butir setiap periode bertelur. Bila bibit didapat dari alam cukup memperhatikan syarat-syarat di atas. Namun bila bibit diambil dari peternak lain, maka perlu dipilih induk yang belum pernah bertelur sehingga pada saat bertelur bekicot sudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Pilihlah yang perkembangan tubuhnya paling cepat di antara mereka. b. Pemasukan Bibit Pemasukan bibit bekicot dilakukan malam hari agar bekicot tidak sukar beradaptasi dengan lingkungan baru. Bibit diletakkan pada tengah kandang atau di tempat-tempat yang dekat dengan makanan. Banyaknya penebaran bibit tiap kandang perlu mendapatkan perhatian. Pada kandang yang terlalu sesak atau padat penebarannya tinggi, bekicot lebih banyak bergerombol atau membenamkan diri dalam tanah dan tidak melakukan aktivitas untuk hidupnya termasuk makan, sehingga tubuhnya tidak berkembang sempuma. Sebaliknya bila padat penebaran lebih kecil dari daya tampung, pemakaian kandang tidak efisien sehingga biaya kandang menjadi besar. Secara pasti belum dapat ditentukan berapa padat penebaran yang paling ideal (optimal). Tetapi sebagai pedoman petani yang biasa membudidayakan bekicot dengan kepadatan untuk bekicot dewasa sebesar 80 ekor tiap meter persegi, sedangkan untuk yang masih anak-anak 100-150 ekor tiap meter Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 21 perseginya. Bibit yang telah dimasukkan haruslah dikontrol selama beberapa hari. Bila ada bekicot yang terlihat sakit atau mati sebaiknya dikeluarkan dan segera diganti dengan bekicot yang lain agar kandang sesuai dengan padat penebaran. c. Pemeliharaan Bibit Hal penting dalam pemeliharaan bibit bekicot adalah pemberian pakan. Pakan bibit bekicot haruslah dalam jumlah yang cukup dan bermutu tinggi, karena selain untuk memperbesar tubuhnya, pakan juga untuk memproduksi telur yang jumlah dan kualitasnya tinggi. Induk bekicot yang kekurangan pakan tidak dapat diharapkan bertelur dalam jumlah besar dan biasanya daya tetasnya pun sangat rendah. Kapur harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup agar telur mempunyai kulit yang cukup kuat untuk melindungi anak bekicot sebelum menetas. Kapur juga berguna untuk memperbaiki cangkang yang retak karena terbentur cangkang kawannya atau terbentur kandang. Induk bekicot sudah mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap perubahan lingkungan dibandingkan anak bekicot asalkan perubahannya tidak terlalu ekstrim. 1. Perkawinan Bekicot merupakan binatang hermaprodit tapi masih memerlukan bekicot lain untuk melakukan perkawinan. Perkawinan umumnya dimulai jam 21.00 atau jam 22.00 hingga jam 5.00 atau 6.00. 2. Jumlah telur dan lamanya mengeluarkan telur Telur yang dikeluarkan bekicot mempunyai bentuk bulat hingga bulat telur. Panjangnya 4-6 mm dan tebalnya sekitar 3-4 mm dengan berat sekitar 3040 mg, berwarna kuning muda hingga kehijauan. Kulit telur dibungkus dengan kulit berkapur tipis dengan lendir di luarnya. Jika telur tersebut kepanasan tidak akan menetas, dan bila kulitnya dihilangkan telur ini akan mengering dan mengeras. Telur menjadi tidak berdinding bila zat kapur makanannya kurang mencukupi. Biasanya bekicot bertelur 14 hari setelah perkawinan. Secara normal bekicot mulai bertelur pertama kali pada umur 7-8 bulan saat beratnya lebih kurang 35 gram. Pada bekicot yang berumur 9 bulan dengan berat 50 gram dapat bertelur sebanyak 300 butir dan bekicot yang berumur 1 tahun dengan berat 100 gram dapat bertelur sampai 400 butir. Tetapi sebagai pedoman untuk bekicot yang mempunyai berat 70 gram dalam satu periode masa hidupnya mengalami 3 periode bertelur (Handojo, 1989) yang masing-masing berselang selama 6 bulan dengan: - Periode produksi telur pertama = 80 butir Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 22 - Periode produksi telur kedua = 150 butir - Periode produksi telur ketiga = 150 butir Produksi telur bekicot sebenarnya banyak dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan adanya kapur. Bekicot di alam memiliki persentase bertelur tertinggi pada bulan yang banyak turun hujan. Pengeluaran telur pada bekicot memerlukan waktu sekitar 90 menit. Antara satu telur dengan telur yang lain tidak dikeluarkan dalam selang waktu yang sama, kadang-kadang berurutan 2 atau 3 butir kemudian beristirahat antara 1-3 menit. d. Pemeliharaan Telur dan Anak Pemeliharaan telur dan anak bekicot yang baru menetas disesuaikan dengan kondisi peternakan bekicot yang ada. Untuk pembudidayaan dilakukan dengan cara induk dipindahkan setelah bertelur. Cara ini lebih mudah dilakukan dan tidak serumit memindah-kan telurnya saja. Kelemahannya harus diketahui secara pasti induk yang telah bertelur. Biasanya sekitar 5 sampai 15 hari telur akan menetas 100% asalkan kondisinya sesuai. Tetapi jika lingkungan di sekitar telur terlalu lembab atau terlalu kering umumnya telur akan menetas lebih lama dengan fertilitas yang sangat rendah. Persentase menetasnya telur hanya 50-81% bila telur itu tidak diketahui apakah berasal dari bekicot tua atau muda. Untuk peternakan yang biasa dilakukan daya tetas telur sebesar 75%. Penetasan sebagian telur dalam suatu kelompok hampir bersamaan. Waktu penetasan ini merupakan saat yang kritis bagi bekicot. Waktu yang diperlukan oleh bekicot kecil untuk meninggalkan kulit telurnya sekitar 6-10 jam atau rata-rata 8 jam. Pecahnya dinding telur waktu penetasan adalah karena penekanan dari kaki bekicot kecil. Kulit telur ini selanjutnya akan dimakannya untuk memperkuat cangkangnya. Setelah menetas anak bekicot ini akan tinggal di dalam tanah selama 5-15 hari. Pemindahan anak bekicot ke kandang pembesaran dilakukan pada malam hari agar anak bekicot mudah beradaptasi. Apabila peternak ingin panen yang serempak maka pemeliharaan anak bekicot dapat dibagi menurut kategori yang diinginkan (berdasarkan umur atau besarnya). Masa-masa pertumbuhan merupakan saat-saat paling kritis, karena anak bekicot sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Banyak kematian dijumpai pada fase ini. Keberhasilan peternak ditentukan oleh banyaknya anak bekicot menjadi dewasa karena tidak semua telur yang menetas dapat menjadi dewasa. Untuk menekan kematian akibat perubahan lingkungan, peternak harus senantiasa mengontrol suhu, kelembaban, dan keteduhan kandang. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 23 e. Pemanenan Bekicot Bekicot dapat dipanen apabila cangkangnya sudah mencapai panjang minimum 7 cm. Untuk mencapai ukuran ini diperlukan waktu sekitar 6 sampai 7 bulan tergantung pemeliharaannya. Pemberian pakan yang teratur dengan gizi tinggi dimungkinkan waktu panen akan semakin pendek. Pemanenan pada kandang terbuka atau di kebun dilakukan pada malam hari saat bekicot sedang makan. Sebaiknya pakan diberi aroma tajam, misalkan campuran air terasi, agar semua bekicot berkumpul di tempat pakan. Sehingga dengan mudah dapat memilih bekicot yang hendak dipanen. Jika dibutuhkan, beberapa di antaranya dapat dijadikan bibit pengganti. Sebagai bibit dipilih bekicot yang pertumbuhannya paling cepat (paling gemuk). Sebelum dikemas atau dikirim ke industri pengolah bekicot yang telah dipanen dikumpulkan dulu di bak penampung untuk dilakukan proses puasa selama 7 hari dan dibersihkan dari berbagai macam kotoran yang melekat di tubuh bekicot dengan air yang mengalir. Proses produksi atau tahapan pembudidayaan bekicot secara ringkas dapat dilihat pada diagram alir grafik 4.1. g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Banyaknya bekicot yang dihasilkan dari 2.000 induk dalam kondisi normal berdasarkan kemampuan bekicot bertelur, daya tetas dan persentase kematian selama pembesaran sebesar 10% maka selama 12 bulan akan didapatkan sekitar 24.032 kg bekicot hidup. Perhitungan lengkap jumlah bekicot hidup dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis produk yang dihasilkan peternak selama ini berupa bekicot hidup. Jenis produk itu dapat dilihat pada Gambar 4.2. dibawah ini. Bekicot itu akan diolah menjadi berbagai macam produk oleh para pengrajin atau industri pengolah. Khusus industri pengolah daging bekicot beku dengan pasar ke luar negeri, mensyaratkan ukuran bekicot tertentu yang dapat diterima. Para pengrajin sate atau keripik bekicot tidak melakukan persyaratan ini. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 24 Gambar 4.2. Bekicot Hasil Ternak Petani Bekicot yang dapat diolah menjadi daging bekicot beku terdiri dari bekicot grade A, B dan C. Adapun ketentuan dari penggolongan ini didasarkan pada berat atau besar tubuh bekicot yang terdiri atas: - Grade A berisi sampai 10 ekor bekicot tiap kilogram - Grade B berisi sampai 11-15 ekor bekicot tiap kilogram - Grade C berisi sampai 16-20 ekor bekicot tiap kilogram Standar mutu barang untuk bekicot hidup belum ada. Standar mutu yang berkaitan komoditi bekicot adalah daging bekicot beku dengan SNI (Standard Nasional Indonesia) No. 01-2727-1992 adapun persyaratan mutunya adalah Tabel 4.2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Bekicot Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu a) Organoleptik : 1) Nilai minimalb) Cemaran Mikroba : 1) ALT/ gr, maksimal 2) koloni/gramAPM/gramper 75 x 10 5< Escherichia coli 25 gramper 25 gramper 3negatifnegatifnegatif3) Salmonella 25 gramper 25 gramoC 18 *) 4) Vibrio cholera *) 5) Staphylococcus aureus *) c) Fisika : 1) Suhu pusat, maks. *) bila diminta oleh Importir. Keterangan : ALT = Angka Lempeng Total APM = Angka Paling Memungkinkan Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 25 h. Produksi Optimum/Skala Usaha Skala usaha yang ekonomi untuk pengusahaan budidaya bekicot dengan penghasilan yang baik bagi peternak maupun pembantunya serta cukup layak untuk mendapatkan bantuan keuangan dari lembaga perbankan adalah sebesar 2.000 bibit atau 0,5 Ha lahan pengusahaan. Besarnya skala usaha ini sebenarnya sangat ditentukan oleh kemampuan keuangan usaha dalam memenuhi segala macam kebutuhan yang akan membebaninya. Jika usaha ini diperkecil maka pendapatan akan turun dan usaha tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Disamping itu, dengan skala usaha sebesar itu pekerja/peternak dapat bekerja secara optimal hanya untuk usaha ini. i. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot Hambatan pemasaran bekicot hidup dari petani adalah adanya pasokan bekicot hidup dari tangkapan liar, sedikitnya informasi pasar kebutuhan bekicot ditingkat petani dan sangat terbatasnya industri pengolah bekicot. Pasokan bekicot hidup dari tangkapan liar yang saat ini jumlahnya cukup besar dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan cukup menekan tingkat harga jual dan penyerapan bekicot yang dihasilkan petani. Disamping itu, sangat sedikitnya informasi peluang pemasaran baik tingkat harga serta jumlah akan bekicot hidup yang diperlukan industri pengalengan daging bekicot beku atau keperluan lainnya membuat petani kurang optimis dalam mengusahakan pembudidayaan bekicot. Sampai saat ini komoditi olahan bekicot yang mempunyai nilai ekonomi tinggi serta membutuhkan pasokan bekicot hidup dalam jumlah besar hanya daging olahan beku (pasaran ekspor). Sehingga pasaran bekicot petanipun juga bertumpu pada keberadaan industri pengolah daging bekicot beku. Ketergantungan ini berakibat pada tidak adanya alternatif/pilihan petani dalam menjual bekicot ke tempat lain yang memberikan keuntungan lebih besar. Pada hal diketahui bahwa persyaratan ekspor makanan/pangan di manca negara saat ini sangat ketat dan cukup rumit seperti diperlakukannya sistem ISO 9000 (manajemen mutu), ISO 14000 (manajemen lingkungan) serta HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 26 5. Aspek Keuangan a. Asumsi dan Komponen Biaya Analisa keuangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban apakah pola peternakan bekicot akan memperoleh pendapatan serta mampu mengembalikan kredit yang diberikan bank dalam jangka waktu yang wajar. Hasil dari analisis ini dapat juga dijadikan petunjuk bagi bank dalam menilai setiap permohonan kredit yang diajukan pengusaha kecil/koperasi yang mengembangkan usaha ini >Selain itu, dari analisa ini diketahui juga kelayakan usaha dari sisi keuangan, sehingga dapat diperoleh informasi tentang nilai tambah yang akan didapat pengusaha dari kegiatan usahanya ini serta kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usahanya. Perhitungan analisa kelayakan didasarkan pada kelayakan budidaya bekicot dengan hasil akhir berupa bekicot hidup sebagai bahan baku industri atau bahan pakan ternak. Pembiayaan pembukaan usaha ini mencakup dua macam biaya pokok yaitu biaya investasi dan biaya produksi atau modal kerja. Asumsi dan parameter teknis untuk perhitungan analisa keuangan budidaya bekicot disajikan pada Tabel 5.1. dengan asumsi harga tetap pada tahun ini dan semua hasil produksi terjual. Analisa sensitivitas dilakukan untuk melihat sejauh mana kelayakan dari aspek keuangan ini dengan perubahan harga jual dan biaya usaha. Komponen biaya usaha pembudidayaan bekicot mencakup biaya investasi dan biaya operasi usaha. Biaya investasi mencakup sewa tanah, pembangunan kandang dan parit, pengadaan peralatan pendukung serta bibit bekicot diperincian lengkap ada pada Lampiran 3. Modal kerja direncanakan untuk kebutuhan dana operasi selama masa pembesaran atau 6 bulan. Biaya operasi usaha dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, yang perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada Tabel 5.2. disajikan total kebutuhan biaya investasi dan modal kerja untuk pembukaan budidaya bekicot. b. Pendapatan Pendapatan pembudidayaan bekicot diperoleh dari produk utama, yaitu bekicot hidup, hasil kebun dan hasil samping berupa pupuk kandang. Pendapatan usaha direncanakan akan dapat dipanen pada tahun ke-2 dengan tahun pertama merupakan masa pemeliharaan untuk menghasilkan Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 27 telur dan pembesaran. Lama masa persiapan diasumsikan 6 bulan (lama waktu modal kerja). pada tahun pertama Besarnya pendapatan pada tahun pertama hanya didapat dari hasil samping yang berupa pupuk kandang dan hasil kebun. Banyaknya pupuk kandang yang dihasilkan dari usaha ini dihitung dari banyaknya pakan yang diberikan, dimana sekitar 25% dari banyaknya pakan merupakan kotoran yang menjadi pupuk kandang. Tetapi pupuk kandang yang dapat dikumpulkan dari kandang terbuka yang berupa kebun hanya sekitar 75%-nya. Besarnya hasil kebun yang ditanami tanaman keras (petai, jeruk dan tanaman buah lainnya) dan tanaman peneduh seperti pisang didekati dengan perkiraan hasil yang didapat tiap tanaman tiap tahunnya. Karena tanaman bukan merupakan tujuan utama dari pengelolaan usaha maka nilai hasilnya berdasarkan informasi petani sebesar Rp 5.000,- per pohon. Perincian pendapatan budidaya bekicot dapat dilihat pada Tabel 5.3. Untuk tahun ke-4 dan seterusnya besarnya pendapatan adalah sama seperti tahun ke-2 dan ke-3. Untuk perincian lengkap pendapatan dan biaya pengeluaran dapat dilihat pada Lampiran 5. c. Kebutuhan Modal dan Kredit Banyaknya kebutuhan modal investasi dan modal kerja telah diuraikan secara rinci pada point 5.1. sebesar Rp 14.600.375,-. Kebutuhan modal itu akan dipenuhi dari modal sendiri sebesar 35%, sedangkan modal yang didapatkan dari bank sebesar 65%. Besarnya bunga kredit yang dikenakan adalah 18% dan bunga selama masa konstruksi juga 18%. Bunga yang dikenakan mempunyai masa tenggang waktu pengangsuran atau grace period selama 1 tahun. Perincian kebutuhan serta komposisi asal modal dapat dilihat pada Tabel 5.4. Sedangkan jadwal pengangsuran dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 dan garis besar pengeluaran yang ada pada Lampiran 5 dapat disusun proyeksi laba-rugi budidaya bekicot selama 7 tahun usia proyek seperti yang tercantum dalam Lampiran 7. d. Aliran Kas dan Analisa Profitabilitas Aliran kas dalam pengelolaan dana pembiayaan dari bank maupun dana milik sendiri budidaya bekicot dengan tingkat suku bunga 18% dapat mengembalikan kewajiban kepada bank. Proyeksi pendapatan menunjukkan adanya defisit anggaran pada tahun pertama umur proyek karena belum menghasilkan, dan kegiatan ini dapat mengembalikan pinjaman pada akhir tahun ke-lima. Seluruh modal yang ditanamkan pada usaha telah dapat dikembalikan pada tahun ke-4. Secara rinci, proyeksi aliran kas dengan analisa profitabilitas dapat dilihat pada Lampiran 8. Rumus dan cara perhitungan aspek keuangan dapat dilihat pada Lampiran 9. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 28 Hasil analisa profitabilitas didapatkan besarnya NPV (net present value) pada tingkat suku bunga 18% = Rp 8.334.665,- dengan IRR (internal rate of return) 40.04% dan rasio manfaat terhadap biaya bersih (Net B/C) sebesar 1,77. Sedangkan besarnya pengembalian modal atau pay back period 2 tahun 5 bulan. e. Analisa BEP Analisa titik pulang pokok/impas atau Break Even Point dari kegiatan pembudidayaan bekicot dengan mempertimbangkan besarnya biaya tetap, biaya variabel dan tingkat harga jual, selama umur proyek didapatkan nilai rata-rata sebesar Rp 3.797.456,,- atau sebesar 6.329 kg bekicot hidup. f. Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas budidaya bekicot dilakukan dengan mencoba penurunan harga jual produk sebesar 10 persen dan kenaikan biaya operasi sebesar 10 persen. Hasil analisa seperti ditunjukkan data pada Tabel 5.5. dan perincian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10a, Lampiran 10b, Lampiran 10c dan Lampiran 10d menyatakan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap perubahan harga jual produk. Analisa nilai IRR dari basis dasar perhitungan sebesar 40,04%. Nilai ini mempunyai arti bahwa Budidaya Bekicot yang dilakukan masih layak untuk diusahakan pada kondisi kenaikan tingkat suku bunga sampai sebesar 40,04%. Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa penurunan harga jual sebesar 10% menyebabkan terjadinya perubahan IRR dari 40,04% menjadi 33,30%. Sedangkan perubahan biaya operasi atau kenaikan masing-masing biaya tetap dan variabel dengan besaran yang sama tidak sampai menimbulkan penurunan sebesar itu. Untuk mencari sampai tingkat perubahan berapa usaha pembudidayaan bekicot ini tetap layak untuk dijalankan dengan tingkat suku bunga 18% berdasarkan penurunan harga jual atau peningkatan biaya operasi secara sendiri-sendiri dapat dilihat pada Tabel 5.6. dibawah ini. Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa penurunan harga jual produk merupakan faktor yang paling sensitif terhadap berjalannya kegiatan pembudidayaan bekicot. Dimana dengan tingkat penurunan harga jual diatas 32,69 % atau tingkat harga jual sampai Rp 405,- menyatakan kegiatan masih dapat dijalankan secara layak tetapi jika telah melebihi angka diatas sudah tidak layak lagi. Perubahan biaya operasi juga merupakan perubahan yang cukup sensitif bagi berlangsungnya usaha ini, karena dengan peningkatan biaya diatas 57,58% menunjukan kegiatan sudah tidak layak lagi. Untuk perubahan biaya tetap, kegiatan ini memperlihatkan perubahan yang tidak sensitif. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 29 g. Hambatan dan Kendala Aspek Keuangan Hambatan aspek keuangan budidaya bekicot dapat dilihat dari arus kas masuk (inflow) dan arus kas ke luar (outflow). Aspek arus kas masuk budidaya bekicot mempunyai hambatan dari adanya penundaan atau tidak terbayarnya penjualan hasil produk yang dihasilkan akibat dari sistem pembayaran angsuran (bukan cash and carry). Pada aspek arus kas keluar, tidak ada hambatan dan kendala yang berarti mempengaruhi kelangsungan budidaya bekicot ini. Apabila ada penurunan harga jual atau kenaikan biaya operasi (baik biaya variabel maupun biaya tetap) masih dimungkinkan asal di dalam kisaran yang layak secara finansial. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 30 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi Analisa ekonomi dan sosial diidentifiikasi & justifikasi terhadap kepentingan masyarakat berkaitan dengan adanya kegiatan pembudidayaan bekicot di lingkungannya. Kegiatan ini secara langsung memberikan keuntungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat yaitu : a. b. c. d. Perluasan tenaga kerja Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Memberikan alternatif sumber protein baru yang murah dan Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat baik sebagai pelaku budidaya bekicot secara langsung maupun pelaku yang terlibat secara tidak langsung seperti pengrajin keripik bekicot dan para pedagang kelilingnya Aspek Ekonomi Pembukaan usaha budidaya bekicot dengan skala usaha 2.000 induk atau 0,5 ha akan memberikan hasil bekicot hidup sebanyak sekitar 9,7 ton dengan nilai jual Rp. 14,4 juta/tahun. Peningkatan pendapatan dari hasil ternak bekicot yang pembudidayaannya tidak memerlukan keterampilan tinggi ini sangat berarti bagi masyarakat setempat. Apalagi dalam satu/kelompok tani terdapat sekitar 50 orang maka hasil penjualan dari budidaya bekicot ini cukup besar yaitu Rp. 720 juta/tahun. Bekicot sebagai salah satu sumber protein dengan berkualitas baik, hampir semua asam amino essensial ada. Daging bekicot dapat merupakan alternatif pemenuhan sumber protein penting bagi masyarakat. Apalagi dalam kondisi ekonomi yang cukup sulit pada masa krisis ini. Sumber protein konfensional seperti daging ayam, telur dan ikan harganya sudah tak terjangkau lagi oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Bekicot dengan harga Rp. 600 per kilo merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan kelangkaan protein di masyarakat. Adanya pembudidayaan bekicot ternyata ikut juga menumbuhkan pelaku bisnis yang berkecimpung dalam pengolahan, pengumpulan dan pedagang keliling/ pengecer produk olah bekicot. Jumlah tenaga kerja/pelaku bisnis yang terlibat dalam industri hilir ini cukup besar sebagai gambaran satu pengusaha pembuat keripik bekicot dengan kapasitas produksi sebesar 0,5 ton keripik pertahun memerlukan 10 orang pedagang keliling dan 2 orang tenaga pengolah. Sedangkan industri pengolah daging bekicot beku dengan kapasitas sekitar 3.000 ton/ tahun melibatkan tenaga kerja sekitar 615 orang. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 31 Aspek Sosial Pembudidayaan bekicot dengan memanfaatkan sampah dari sisa -sisa pasar merupakan langkah positif untuk turut memecahkan permasalahan sosial dari semakin sulitnya mencari tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Karena dengan pemanfaatan ini usia dari tempat pembuang akhir sampah akan makin lama dan sampah-sampah organik yang biasanya berbau busuk/tidak enak telah berkurang jumlahnya. Manfaat langsung dari adanya usaha ini secara sosial adalah bertambahnya jenis lapangan pekerjaan kerja bagi masyarakat. Diharapkan dengan adanya usaha ini dapat menurunkan jumlah pengangguran yang ada. Meskipun tenaga kerja yang terlibat secara langsung sangat sedikit tetapi dampak adanya usaha ini memudahkan usaha lain yang cukup banyak menyerap tenaga kerja. Peningkatan pendapatan masyarakat dari adanya usaha ini mengakibatkan jumlah kebutuhan masyarakat akan meningkat serta variasi permintaan barang dan jasa ikut bertambah, sehingga adanya usaha ini akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. b. Dampak Lingkungan Pembudidayaan bekicot yang dilaksanakan pada lahan kebun/ladang merupakan usaha yang cukup menguntungkan dan aman jika dilakukan secara cermat dan hati-hati. Kegiatan ini secara fisik dan kimia tidak menimbulkan perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Kegiatan ini tidak menghasilkan limbah yang menganggu biota atau makhluk hidup lainnya, bahkan kotoran bekicot dapat digunakan sebagai pupuk kandang/kompos yang berguna bagi tanaman. Budidaya bekicot yang memanfaatkan limbah pasar sebagai pakan, bukan merupakan sumber dampak negatif terhadap lingkungan. Pemanfaatan limbah ini merupakan tindakan yang sangat positif untuk meningkatkan daya dukung lingkungan. Karena ikut dalam melestarikan sumber daya dan memperkecil adanya pencemaran dari limbah pasar. Secara langsung maupun tidak langsung budidaya bekicot yang memanfaatkan limbah pasar ini merupakan satu langkah konversi penanggulangan masalah persampahan yang kompleks menjadi barang ekonomi yang menguntungkan. Adanya kegiatan pembudidayaan bekicot akan mendatangkan keuntungan secara materi dan memberikan kegiatan ekonomi masyarakatnya. Kegiatan ini mempunyai dampak sosial budaya yang sangat positif dimana pengangguran menjadi berkurang, waktu luang untuk berbuat kejahatan menjadi rendah dan kesejahteraan rata-rata masyarakat meningkat. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 32 Sehingga gejolak sosial semakin rendah dan keamanan juga semakin terkendali. Disamping itu, bekicot yang sebenarnya merupakan hama bagi petani dalam pembudidayaannya harus selalu mendapatkan pengawasan yang cermat, perlu isolasi yang cukup ketat serta pemberian pakan yang cukup. Karena jika sekali telah lolos dari kandang, bekicot dengan cepat menyebar dan menjadi hama bagi tanaman produktif petani. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 33 7. Penutup a. Kesimpulan 1. Budidaya bekicot merupakan salah satu usaha peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Karena sumber bahan hijauan sebagai pakan bekicot terdapat sangat berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. 2. Bekicot sebagai daging bekicot beku merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek pasar yang cukup baik khususnya pasaran ekspor. Permintaan ekspor daging bekicot beku selama 5 tahun terakhir cenderung meningkat, diperkirakan jumlah ekspor Indonesia tahun 2001 sebanyak 2.935 ton. 3. Teknis budidaya bekicot cukup sederhana dan dapat diusahakan oleh setiap orang yang mempunyai sedikit keterampilan beternak dan lahan cukup. Budidaya bekicot dengan lahan 0,5 Ha dengan jumlah induk 2000 ekor dalam 1 periode (18 bulan) dapat dihasilkan 36 ton bekicot hidup grade A-B. 4. Kebutuhan investasi dan modal kerja budidaya bekicot skala 2000 induk sebesar Rp 14.600.375,- sehingga masih terjangkau untuk usaha kecil/menengah. Secara finansial budidaya bekicot dengan modal investasi sebesar Rp10.557.000,- dan modal kerja selama 6 bulan sebesar Rp 4.043.375,- akan kembali dalam jangka waktu 2 tahun 5 bulan, dengan besarnya IRR 40.04%, nilai manfaat NPV sebesar Rp 8.334.665,-, dan Net B/C sebesar 1,77. Kredit investasi dapat dikembalikan pada tahun ke-4 dengan grace period 1 tahun. 5. Analisa sensitifitas menunjukan budidaya bekicot sangat sensitif terhadap harga jual produk dan biaya operasi, sehingga penurunan harga jual sebesar 32,69 persen dan biaya operasi 57,58 persen menyebabkan usaha ini sudah tidak layak lagi, akan tetapi tidak sensitif terhadap perubahan atau kenaikan biaya tetap. 6. Budidaya bekicot memberikan dampak positif terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan karena mampu menciptakan lapangan kerja baru, menambah pendapatan, menambah alternatif sumber protein masyarakat, wahana pengolah limbah serta sebagai sumber devisa dan pendapatan asli daerah. b. Saran 1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, aspek teknis teknologis, dan kelayakan secara finansial, disarankan Bank dapat memberikan kredit untuk pengembangan budidaya bekicot ini, khususnya terhadap usaha kecil dan menengah. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 34 2. Guna menjamin pengembalian kredit, budidaya bekicot perlu dukungan pihak perbankan dalam pembinaan usaha, khususnya pada aspek pemasaran, antara lain dalam bentuk dukungan pelayanan dan informasi untuk perluasan pasar ekspor. 3. Pihak bank dan instansi terkait perlu mengarahkan mengembangkan budidaya bekicot ini dalam bentuk kerjasama antara kelompok usaha tani/ternak dengan industri besar pengolah dengan pola kemitraan sehingga terjalin hubungan yang saling menguntungkan dimana peternak mendapatkan kepastian harga jual dari bekicot yang dihasilkan, sedang industri besar mendapatkan pasokan bahan baku secara terjamin dengan kualitas yang sesuai persyaratan mutu yang diinginkan pasar. Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 35 LAMPIRAN Bank Indonesia – Budidaya Bekicot 36