Uploaded by ica.elkatiga

BudidayaBekicot1

advertisement
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
BUDIDAYA BEKICOT
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2
a. Latar Belakang ................................ ................................ .......... 2
b. Tujuan ................................ ................................ ..................... 3
c. Metode Penelitian ................................ ................................ ....... 4
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan................................ ............... 5
a. Profil Petani................................ ................................ ............... 5
b. Pola Pembiayaan Usaha Kecil ................................ ....................... 6
3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 7
a. Permintaan Bekicot Hidup................................ ............................ 7
b. Penawaran Bekicot Hidup ................................ .......................... 10
c. Harga Bekicot Hidup ................................ ................................ . 11
d. Persaingan dan Peluang Pasar ................................ .................... 11
e. Pemasaran Bekicot ................................ ................................ ... 14
f. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot ................................ ... 15
4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 16
a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ........... 16
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan................................ .................. 17
c. Kebutuhan Pakan ................................ ................................ ..... 19
d. Tenaga Kerja................................ ................................ ........... 19
e. Teknologi Pembudidayaan Bekicot ................................ .............. 20
f. Teknik Budidaya ................................ ................................ ....... 21
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................ ................ 24
h. Produksi Optimum/Skala Usaha................................ .................. 26
i. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot ................................ ... 26
5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 27
a. Asumsi dan Komponen Biaya ................................ ..................... 27
b. Pendapatan ................................ ................................ ............. 27
c. Kebutuhan Modal dan Kredit ................................ ...................... 28
d. Aliran Kas dan Analisa Profitabilitas ................................ ............. 28
e. Analisa BEP ................................ ................................ ............. 29
f. Analisa Sensitivitas ................................ ................................ ... 29
g. Hambatan dan Kendala Aspek Keuangan ................................ ..... 30
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 31
a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ............................... 31
b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ . 32
7. Penutup ................................ ................................ ..................... 34
a. Kesimpulan ................................ ................................ ............. 34
b. Saran ................................ ................................ ..................... 34
LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 36
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
1
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Adanya krisis perekonomian yang berkepanjangan mengakibatkan
pendapatan masyarakat turun sampai pada tingkat yang memprihatinkan.
Sehingga tingkat kemiskinan meningkat dengan drastis dan daya beli
masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya sangat terbatas, termasuk
untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Salah satu langkah yang
dapat memecahkan kekurangan protein hewani masyarakat dan
meningkatkan pendapatan masyarakat adalah melakukan pembudidayaan
bekicot. Sebelum dilakukan pembudidayaan, bekicot dikenal sebagai hama
tanaman dan musuh petani. Tetapi sejak dekade 80-an telah terjadi
perubahan besar.
Bekicot yang pada awalnya diburu dan dibunuh untuk pakan tambahan itik,
sekarang diburu dan dikumpulkan untuk disetor kepada perusahaan
pengekspor bekicot. Hal ini terjadi karena adanya permintaan pasar luar
negeri terutama Perancis.
Sebagai usaha produksi peternakan, bekicot mempunyai masa depan yang
cukup cerah. Hal ini disebabkan oleh :
1. Pemeliharaan bekicot yang relatif mudah sebab dapat dikembangkan
dengan cepat dan tanpa biaya pemeliharaan yang besar.
2. Daging bekicot sangat digemari di luar negeri terbuka untuk ekspor.
3. Pasokan daging bekicot beku yang diekspor selama ini kebanyakan
diperoleh dengan mencari di lapangan dan bukan dari hasil
pemeliharaan secara khusus.
4. Untuk memelihara bekicot tidak memerlukan areal yang luas.
Sebagai bahan makanan, nilai gizi bekicot cukup tinggi. Kandungan protein
dalam 100 gram daging bekicot ada 57,08 gram, 3,34 gram lemak, 2,05
gram serat besar, 13,8 abu, 1,58 gram kalsium dan 1, 48 gram pospor.
(Chaves, 1997 dalam Sovia Emmy. 1980).
Pembudidayaan bekicot sebenarnya cukup mudah, sederhana dan
menguntungkan karena binatang ini dapat memakan semua jenis makanan,
semua hijauan dan buah-buahan. Hama dan penyakitnya boleh dibilang tidak
ada dan kemampuan untuk mengembangkan diri cukup dahsyat.
Perkembangan biakan yang tinggi ini disebabkan sifat bekicot termasuk
hewan hermaprodit yaitu mempunyai alat kelamin ganda dengan
kemampuan bertelur banyak. Potensi penjualan bekicot sebagai produk
olahan cukup cerah, saat ini di Kabupaten Kediri sebagai sentra awal bekicot
ini diternakkan telah tumbuh pengrajin makanan yang dijual secara luas baik
berupa keripik bekicot, sate bekicot maupun sambal goreng bekicot.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
2
Sebagai salah satu komoditi ekspor, bekicot merupakan sumber devisa bagi
negara, pembudidayaannya merupakan sumber pendapatan peternak,
mampu menyerap tenaga kerja, serta dapat memanfaatkan lahan
pekarangan dan sampah organik maupun sisa-sisa sayur mayur dari pasarpasar yang jumlahnya cukup banyak.
Untuk pengembangan budidaya bekicot ini perlu adanya acuan yang dapat
dimanfaatkan oleh pengusaha kecil, pengusaha besar dan perbankan untuk
mempersiapkan kegiatan ini. Dalam rangka menunjang pengembangan
usaha budidaya bekicot, disiapkan laporan studi pola pembiayaan dalam
rangka mendukung akses usaha kecil terhadap bank budidaya bekicot untuk
dapat digunakan pihak-pihak terkait serta bank dalam mempertimbangkan
kelayakan pembiayaan dan pinjaman.
b. Tujuan
Tujuan kajian pola pembiayaan ini adalah :
1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan
realisasi kredit untuk usaha kecil, khususnya melalui penyediaan kredit
untuk budidaya bekicot.
2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan
usaha kecil budidaya bekicot mengenai aspek-aspek pemasarannya,
aspek teknik produksinya dan aspek keuangannya.
Ruanglingkup dari studi ini meliputi :
1. Komoditi yang diteliti merupakan usaha ternak (budidaya) bekicot
yang dimulai dari penebaran bibit sampai pemanenan dengan cara
mengkandangkan bekicot pada suatu lokasi tertentu untuk jenis
bekicot Achatina variegata.
2. Melakukan penelitian pola pembiayaan komoditi yang meliputi aspekaspek :
a. Aspek pemasaran meliputi antara lain kondisi permintaan
(termasuk pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga,
proyeksi permintaan pasar dan rantai pemasaran produk.
b. Aspek produksi meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis
produksi, proses pengolahan dan penanganannya
c. Aspek keuangan meliputi perhitungan kebutuhan biaya
investasi, dan kelayakan keuangan. Perhitungan kelayakan
keuangan menggunakan analisis yang disesuaikan dengan jenis
usaha yang dapat meliputi laba rugi, cash flow, net present
value, pay back ratio, benefit cost ratio dan internal rate of
return, termasuk analisa sensitivitas.
d. Aspek sosial ekonomi meliputi pengaruh pengembangan usaha
komoditi yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan
lapangan kerja dan pengaruh terhadap sektor lain.
e. Aspek dampak lingkungan
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
3
c. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei lapang di wilayah yang
selama ini mempunyai potensi pengembangan budidaya bekicot cukup baik,
yaitu di Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri dan daerah industri
pengolah bekicot sebagai penampung hasil budidaya bekicot di Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri. Survei lapang dilakukan untuk memperoleh data
sebagai berikut:
1. Data primer dari pengusaha kecil (peternak bekicot);
2. Data sekunder dari perbankan umum dan instansi terkait (Dinas
Kehewanan, dan BPS Kota dan Kabupaten Kediri);
3. Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dan tokoh informal).
Hasil pengumpulan data tersebut di atas selanjutnya dilakukan analisa
atas hal-hal sebagai berikut:
a. Analisa usaha, dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh komoditi yang diteliti dilihat dari aspek-aspek
pemasaran,
produksi,
sosial-ekonomi,
dan
dampak
lingkungannya;
b. Analisa pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek
keuangannya.
Untuk kepentingan pengumpulan dan analisa data tersebut di atas, sampel
usaha kecil di wilayah penelitian diambil secara acak dengan persyaratan
bahwa usaha kecil tersebut yang paling banyak terdapat di wilayah studi,
dengan mengutamakan mereka yang mendapat kredit bank untuk usaha
taninya.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
4
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
a. Profil Petani
Peternak bekicot yang ada pada umumnya pekerjaan sampingan untuk
memanfaatkan lahan pekarangan/kebun di sekitar rumahnya. Sedangkan
pekerjaan utamanya ada petani padi (sawah), pedagang dan pegawai.
Budidaya bekicot yang dilakukan berawal dari kebutuhan untuk memenuhi
pakan itik petelur yang terlebih dahulu banyak dijalani masyarakat. Setelah
dapat informasi dari dinas terkait bahwa bekicot cukup banyak diperlukan
untuk ekspor maka tujuan budidaya bekicot bukan lagi untuk pakan
tambahan itik tapi bahan baku industri bekicot beku.
Pembudidayaan bekicot dilakukan secara intensif dalam kandang terbuka,
biasanya petani mengerjakan sendiri yang ditemani oleh seorang pembantu
khususnya untuk menyiapkan lahan, memberi pakan dan memanennya.
Bekicot yang dibudidayakan semua dari jenis Achatina variegata. Hal ini
disebabkan hanya jenis bekicot itu yang ditemui di daerah itu.
Pola pembudidayaan bekicot yang banyak dilakukan petani adalah pola semi
liar/kandang kebun terbuka yaitu dengan menebar bekicot pada lahan
tertentu yang telah disiapkan dengan pagar keliling yang rapat serta parit
pelindung bekicot tanpa ada peneduh berupa kandang. Perlindungan bekicot
dilakukan dengan adanya pepohonan yang rapat dalam lahan tersebut
sehingga teduh dan berkelembaban tinggi. Jalan akses pada lahan untuk
memberi pakan dan panen bekicot juga harus ada. Untuk pola
pembudidayaan
kandang
baterai/kotak
yang
dilakukan
dengan
menempatkan bekicot pada kotak-kotak tertentu dalam suatu rak
memperlihatkan hasil yang kurang bagus yaitu banyak bekicot mati dan
pertumbuhan badannya tidak secepat kandang kebun/terbuka, selain itu
investasi untuk pembuatan kandang baterai ini cukup mahal.
Tenaga kerja yang mengelola budidaya bekicot ini sebagian besar lelaki yang
dikerjakan setelah selesai melaksanakan pekerjaan utamanya, karena
biasanya dilakukan pada waktu sore dan malam hari. Untuk budidaya bekicot
selama ini petani melakukan pembiayaan secara sendiri karena jumlahnya
tidak besar dan skala usaha yang dijalankan dalam jumlah kecil-kecil
sehingga semuanya dapat ditangani sendiri.
Petani bekicot yang diamati selama dalam survei ini kebanyakan menjual
hasil ternaknya dalam kondisi masih hidup tanpa ada proses pengolahan.
Hanya beberapa petani yang juga bertindak sebagai penampung melakukan
proses penyimpanan sementara sebelum dijual ke industri atau pengrajin
makanan olahan bekicot. Untuk usaha budidaya bekicot ini para petani telah
membentuk kelompok tani dan anggota dari kelompok tani cukup banyak
sekitar 50 orang tiap kelompok.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
5
Berdasarkan informasi yang didapat pada waktu survei, saat ramainya ternak
bekicot ini diusahakan salah satu kelompok tani di Desa Ploso Kidul dapat
mengirim sebanyak 4 ton bekicot tiap minggunya yaitu ke CV Nada Karya, PT
Keong Nusantara Abadi dan PT Blambangan Raya. Tetapi saat ini kondisi
budidaya bekicot di daerah asal peternakan bekicot ini kurang menjanjikan.
Hal ini disebabkan oleh adanya bencana (letusan Gunung Kelud pada tahun
1990) yang membawa tanah dengan kandungan sulfur (belerang) dan pasir
yang mengakibatkan tingkat mortalitas bekicot sangat tinggi. Saat ini
beberapa petani telah berusaha untuk kembali mengembangkan komoditi ini
karena permintaan pasar untuk lokal saja (keripik dan sate bekicot) dipenuhi
dari daerah lain. Bahkan PT Keong Nusantara Abadi untuk bahan baku
daging bekicot beku mendatangkan bekicot dari Jogyakarta, Pacitan,
Cirebon, Bojonegoro, Madura dan Lamongan.
b. Pola Pembiayaan Usaha Kecil
Pembiayaan budidaya bekicot sampai saat ini belum ada yang dilakukan oleh
perbankan, baik melalui pola pembiayaan khusus (kredit program) maupun
pola pembiayaan umum (kredit komersial), sehingga usaha yang saat ini ada
semuanya masih ditanggung sendiri oleh petani.
Hasil survei di beberapa tempat ada yang menginformasikan bahwa untuk
komoditi yang terkait dengan bekicot yaitu pengusaha keripik bekicot pada
tahun 1980-an pernah mendapatkan bantuan kredit dengan pola pembiayaan
umum dan dapat melunasi kreditnya secara baik. Kondisi saat ini belum
adanya pengusaha atau petani bekicot yang mengajukan kredit sehingga
tidak ada perbankan mengucurkan kredit untuk komoditi ini. Sebenarnya
beberapa perbankan terbuka dan dapat menerima pengajuan kredit untuk
pembukaan peternakan bekicot atau pengolahan bekicot, khususnya melalui
pola pembiayaan umum atau kredit komersial asal sesuai dengan
persyaratan yang telah disepakati.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
6
3. Aspek Pemasaran
a. Permintaan Bekicot Hidup
Aspek pemasaran dalam pembudidayaan bekicot dianalisa dari kemampuan
pasar untuk menyerap atau menggunakan bekicot sebagai barang yang
dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Daya jual bekicot
secara tidak langsung dipengaruhi oleh daya guna atau kemampuan komoditi
itu dapat dimanfaatkan sebagai barang yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi.
Sebagai barang ekonomi, daging bekicot sampai saat ini (khusus daerah
Kediri) diperjual-belikan dalam bentuk keripik bekicot, sate bekicot dan
daging bekicot beku dalam kaleng. Khusus untuk daging bekicot dalam
kaleng hanya dijual untuk kebutuhan ekspor atau pasaran luar negeri. Dalam
kalangan terbatas bekicot dijual sebagai campuran pakan ternak dan pakan
ikan.
Permintaan bekicot hidup untuk Kabupaten dan Kota Kediri Tahun 1999
berdasarkan kebutuhan bahan baku khususnya untuk industri makanan dan
perusahaan yang menggunakannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Kebutuhan Bekicot Hidup untuk Industri Makanan
di Kabupaten dan Kota Kediri Tahun 1999 (kg)
Uraian
Volume Kebutuhan
Produksi Bekicot
(kg)
(kg)
PT Keong Nusantara
Abadi *)
Perusahaan Keripik
1500
*)
Pedagang
Sate
1000
Bekicot **)
Total
3.004.045
13.333
6.667
3.024.045
Keterangan:
*) Kabupaten dan Kota Kediri Dalam Angka 1999 (BPS, 2000)
**) Hasil Survei Lapang di Kecamatan Plosoklaten 2001
Dari data diatas terlihat bahwa kebutuhan bekicot hidup untuk daerah Kediri
pada tahun 1999 berkisar sebesar 3.024.045 kg per tahun yang digunakan
sebagai bahan baku untuk membuat daging bekicot beku dalam kaleng,
keripik bekicot dan sate bekicot. Pemanfaatan bekicot sebagai daging bekicot
beku dalam kaleng masih merupakan penyerap pasar utama (lebih dari 99%)
dari komoditi ini. Diperkirakan untuk tahun-tahun mendatang kebutuhan
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
7
bekicot hidup akan semakin besar karena permintaan ekspor daging bekicot
masih cukup tinggi dan perusahaan belum dapat memenuhinya.
Kebutuhan Jawa Timur dimana saat ini masih ada satu lagi perusahaan
pengolah bekicot untuk kebutuhan ekspor yaitu PT Tirta Wangi Abadi yang
berkedudukan di Banyuwangi, dapat dipastikan permintaan akan bekicot
hidup sebagai bahan baku akan lebih tinggi lagi. Namun sangat disayangkan
data untuk kebutuhan perusahaan itu tiap tahunnya tidak didapatkan. Tetapi
sebagai gambaran PT Keong Nusantara Abadi yang memerlukan bahan baku
bekicot sekitar 3.000 ton per tahun mempunyai karyawan sebanyak 615
orang, PT Tirta Wangi Abadi hanya mempunyai karyawan sebanyak 41 orang
(BPS, 2000). Sehingga diperkirakan kebutuhan bekicotnya sekitar (41/615)
X 3000 ton = 199 ton per tahun.
Permintaan ekspor bekicot hidup sampai survei ini diadakan belum pernah
ada. Tetapi permintaan daging bekicot sebagai daging beku dalam kaleng
memperlihatkan adanya kecenderungan yang terus meningkat meskipun
untuk tahun 1997 sedikit mengalami penurunan lihat Grafik 3.1. perkiraan
kecenderungan permintaan ekspor daging bekicot beku untuk dua tahun
mendatang (2001 dan 2002) yang didapat dari analisa trend berjumlah
sekitar 2,8 ton dan 3,4 ton data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Sedangkan gambaran ekspor untuk enam negara pengekspor daging bekicot
beku terbesar selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 3.2.
Permintaan bekicot hidup yang digunakan untuk pakan ternak atau
pengolahan daging bekicot beku dalam kaleng dari daerah lain sampai saat
survei dilaksanakan masih terus ada dan peternak tidak dapat untuk
memenuhinya. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan lingkungan, dimana
ekosistem untuk bekicot pada daerah sentra produksi telah banyak pasir dan
kandungan belerang.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
8
Grafik 3.1. Permintaan Ekspor Daging Bekicot Beku dari Indonesia
Tabel 3.2.
Perkiraan dan Jumlah Ekspor Daging
Bekicot Indonesia
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Volume (kg)
1.593.494
1.178.479
1.766.385
1.864.805
2.909.081
2.935.392*
3.466.397*
Sumber: Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan
(2001)
*) Angka prediksi dari analisa
trend
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
9
Grafik 3.2. Enam Negara Terbesar Eksportir Daging Bekicot Beku Indonesia
b. Penawaran Bekicot Hidup
Bekicot hidup selama ini digunakan untuk pengolahan daging bekicot beku,
kebutuhan bekicot hidup di Daerah Kediri lebih banyak didatangkan dari luar
daerah karena saat ini jumlah kelompok tani ternak bekicot yang ada di
daerah sentra produksi sudah banyak yang tidak aktif, hanya ada satu dua
orang yang masih berproduksi sehingga hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan pengrajin sate dan keripik bekicot saja. Saat ini tidak ada petani
yang menawarkan bekicotnya ke perusahaan pengolahan daging bekicot
beku (PT. Keong Nusantara Abadi).
Berdasarkan informasi yang didapat, pasokan bahan baku bekicot hidup
untuk diolah menjadi daging bekicot beku didatangkan dari Daerah
Yogjakarta, Semarang, Madura, Pacitan, Cirebon, Pekalongan, Bojonegoro,
dan Lamongan. Bekicot yang didatangkan kebanyakan merupakan hasil dari
tangkapan liar atau pengumpulan hasil pembesaran di hutan dengan sangat
sedikit pemeliharaan. Sehingga jumlah dan mutu bekicot yang didatangkan
sangat berfluktuatif dengan pasokan yang tidak kontinue.
Bekicot hasil dari peternak jumlah pasokannya dapat dipastikan dan tingkat
mutu yang diperlukan pengolah dapat ditentukan. Adanya kelebihan ini,
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
10
peternak bekicot belum dapat memanfaatkannya secara optimal. Hal ini
disebabkan oleh sedikit perusahaan yang mengolah daging bekicot beku
serta diversifikasi produk olahan bekicot. Sehingga dengan adanya pasokan
bekicot dari hasil tangkapan liar membuat tingkat penawaran petani
berkurang, meskipun sebenarnya kebutuhan akan bekicot yang bermutu
dalam jumlah tertentu selalu belum dapat dipenuhi.
Pada waktu bekicot menjadi komoditi unggulan, untuk Daerah Kecamatan
Plosoklaten yang mempunyai sekitar 3 kelompok tani dengan masing-masing
terdiri dari 50 anggota dapat menghasilkan bekicot hidup dalam berbagai
grade/kelas sebanyak 25 ton tiap minggunya atau sekitar 1.152 ton per
tahun. Banyaknya bekicot pada waktu itu tidak hanya dikirim untuk
memenuhi PT Keong Nusantara Abadi saja tetapi juga memasok PT
Blambangan Raya yang ada di Banyuwangi dan beberapa perusahaan
pengolah yang ada di Surabaya dan Malang.
c. Harga Bekicot Hidup
Komoditi bekicot hidup yang ada dipasaran sebenarnya terbagi dalam
beberapa grade berdasarkan besar atau beratnya, yaitu
- Grade A berisi sampai 10 ekor bekicot tiap kilogram
- Grade B berisi sampai 11-15 ekor bekicot tiap kilogram
- Grade C berisi sampai 16-20 ekor bekicot tiap kilogram
sedangkan golongan dibawah ini termasuk bekicot yang tidak diolah menjadi
bekicot beku, sehingga dilempar ke pasaran masyarakat umum untuk
dijadikan keripik atau sate bekicot.
Harga jual bekicot hidup yang terjadi dipasaran ditentukan oleh para
pengumpul dan perusahaan pengolah, petani sebagai pengelola ternak tidak
dapat menentukan harga. Sehingga dipasaran hanya terdapat dua jenis
harga yaitu Rp. 600 untuk yang dapat diolah menjadi daging bekicot beku
dan Rp 500 untuk bekicot yang tidak dapat diolah menjadi daging bekicot
beku. Harga ekspor daging bekicot beku selama 4 (empat) tahun terakhir
sekitar 2, 03 US $ atau Rp 20.300 (1 US $ = Rp 10.000,-) per kilogram.
d. Persaingan dan Peluang Pasar
Jumlah peternak atau petani yang membudidayakan bekicot saat ini
sebenarnya sangat sedikit. Tetapi petani pengumpul bekicot masih cukup
banyak sehingga perusahaan pengolah daging bekicot beku dalam kaleng
sebagai satu-satunya industri yang memerlukan bahan baku dalam jumlah
besar masih dapat pasokan. Sehingga bekicot hasil ternak petani
mendapatkan tekanan cukup berat dari petani pengumpul dan akhirnya
harga jual bekicot berfluktuasi sesuai dengan banyaknya bekicot yang masuk
atau ditawarkan. Akibatnya minat petani untuk membudidayakan bekicot
menjadi rendah.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
11
Peluang pasar bekicot khususnya hasil olahan bekicot cukup bagus. Untuk
tingkat Kabupaten dan Kota Kediri komoditi olahan ini termasuk komoditi
andalan ekspor disamping Rokok Gudang Garam yang merupakan
penyumbang terbesar pendapatan daerah ini.
Di tingkat Propinsi Jawa Timur ekspor daging bekicot beku pada tahun 1999
menduduki peringkat nomor 466. Ekspor komoditi ini untuk Propinsi Jawa
Timur selalu berfluktuasi. Besarnya ekspor Jawa Timur selama 4 (empat)
tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.3. dibawah ini.
Tabel 3.3.
Ekspor Daging Bekicot Beku Dari Jawa
Timur
Tahun
Volume (kg)
1998
2.732.749
1999
1.641.686
2000
2.161.051
2001 (sampai
615.422
Maret)
Total
7.150.907
Nilai
US
($)
5.939.985
3.109.272
4.418.559
1.110.607
14.578.423
Sumber: Kanwil Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, 2001
Ekspor daging bekicot beku untuk Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir
memperlihatkan adanya volume ekspor yang terus meningkat terutama
untuk tahun 2000 mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari 1.864.805
kg (1999) menjadi 2.909.081 kg (tahun 2000) tetapi nilai jual yang paling
tinggi diperoleh pada tahun 1996 yaitu sebesar US$ 5.053.633. Uraian
lengkap volume dan nilai jual daging bekicot beku di manca negara dapat
dilihat pada Tabel 3.4. dan Grafik 3.3.
Tabel 3.4.
Nilai dan Volume Ekspor Daging Bekicot
Beku dari Indonesia
Tahun
Volume (kg)
1998
2.732.749
1999
1.641.686
2000
2.161.051
2001 (sampai
615.422
Maret)
Total
7.150.907
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
Nilai
US
($)
5.939.985
3.109.272
4.418.559
1.110.607
14.578.423
12
Sumber: Kanwil Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, 2001
Grafik 3.3. Perkembangan Ekspor Daging Bekicot Beku Indonesia
Daerah pengekspor atau asal daging bekicot beku dikapalkan menunjukkan
bahwa daerah Propinsi Jawa Timur merupakan pengekspor komoditi ini
terbesar di Indonesia diikuti oleh DKI Jakarta. Sedangkan jumlah propinsi
yang melakukan ekspor selama 5 (lima) tahun terakhir ada 8 propinsi yaitu
Sumatra Utara, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali
dan Kalimantan Selatan. Data lengkap banyaknya ekspor daging bekicot
beku selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Jumlah Ekspor Daging Bekicot Beku (kg) dan Asal Propinsinya
Propinsi
1996
1997
1998
1999
2001
(s/d Maret)
333.318
75.438
2000
Sumatra
30.620 83.494
4.502 119.761
Utara
Riau
400
9.750
0
29.958
844
Lampung
140.478 24.450
15.120
39.969
20.263
DKI Jaya
292.990 224.030 206.116 180.410 311.269
Jawa
0 12.540
45.999
57.920 181.645
Tengah
Jawa
1.126.003 810.773 1.494.648 1.436.787 2.061.647
Timur
Bali
0
4.000
0
0
95
Kalimantan
3.003
9.442
0
0
0
Selatan
0
0
34.703
0
641.126
700
1.670
Sumber: Pengolahan Data Dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(2001)
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
13
e. Pemasaran Bekicot
Pemasaran bekicot hidup dari peternak ke industri pengolah atau kelompok
pembeli dilakukan sendiri oleh petani, hanya sedikit peternak yang menjual
lewat kelompok tani, biasanya pengumpul bekicot mendatangi peternak yang
akan melakukan panen secara rutin. Bekicot hasil panenan selama ini
sebanyak 10% dibeli langsung oleh masyarakat/rumah tangga, 60% dibeli
oleh industri besar untuk bahan baku daging bekicot beku dan 30% dibeli
oleh pengrajin daging bekicot olahan (pengusaha keripik dan sate bekicot).
Daerah pemasaran bekicot ini sebanyak 10% dilakukan antar kecamatan,
80% diperjualbelikan dalam kabupaten dan 20% diperjualbelikan dalam
propinsi.
Rantai pemasaran bekicot mulai dari petani/peternak sampai mencapai
tujuan ekspor atau konsumen didaerah lain dapat dilihat dalam Grafik 3.4
dibawah ini.
Grafik 3.4. Rantai Tata Niaga Penjualan Bekicot
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
14
f. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot
Hambatan pemasaran bekicot hidup dari petani adalah adanya pasokan
bekicot hidup dari tangkapan liar, sedikitnya informasi pasar kebutuhan
bekicot ditingkat petani dan sangat terbatasnya industri pengolah bekicot.
Pasokan bekicot hidup dari tangkapan liar yang saat ini jumlahnya cukup
besar dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan cukup menekan tingkat
harga jual dan penyerapan bekicot yang dihasilkan petani. Disamping itu,
sangat sedikitnya informasi peluang pemasaran baik tingkat harga serta
jumlah akan bekicot hidup yang diperlukan industri pengalengan daging
bekicot beku atau keperluan lainnya membuat petani kurang optimis dalam
mengusahakan pembudidayaan bekicot.
Sampai saat ini komoditi olahan bekicot yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi serta membutuhkan pasokan bekicot hidup dalam jumlah besar hanya
daging olahan beku (pasaran ekspor). Sehingga pasaran bekicot petanipun
juga bertumpu pada keberadaan industri pengolah daging bekicot beku.
Ketergantungan ini berakibat pada tidak adanya alternatif/pilihan petani
dalam menjual bekicot ke tempat lain yang memberikan keuntungan lebih
besar. Pada hal diketahui bahwa persyaratan ekspor makanan/pangan di
manca negara saat ini sangat ketat dan cukup rumit seperti diperlakukannya
sistem ISO 9000 (manajemen mutu), ISO 14000 (manajemen lingkungan)
serta HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
15
4. Aspek Produksi
a. Lokasi Usaha
Bekicot hidup di alam bebas sesuai dengan kebiasaannya. Bekicot dapat
hidup baik pada tempat-tempat yang rendah sampai daerah berbukit-bukit
yang tingginya lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut. Namun pada
ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut bekicot tidak dapat
berkembang biak dengan baik. Pembudidayaan bekicot dengan tujuan untuk
ternak dan berkualitas baik, perlu adanya persyaratan lokasi pemeliharaan
yang cocok.
1. Ketersediaan Pakan
Lokasi sebaiknya dekat dengan pasar atau kebun sehingga kebutuhan
pakan tetap terpenuhi meskipun musim kemarau, lebih baik peternak
memiliki kebun sendiri yang dapat diternakkan bekicot secara tumpang
sari.
2. Sinar Matahar
Lokasi pemeliharaan yang ideal adalah tempat yang cukup teduh.
Sedangkan suhu yang diinginkan bekicot sekitar 260 - 29oC dengan
kelembaban berkisar antara 80% - 90%. Kombinasi dari ketiga faktor
tersebut, yaitu cahaya, suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi
siklus hidup bekicot, karena bekicot sangat sensitif. Perubahan salah satu
dari ketiganya bisa menghambat perkembangannya. Misalnya suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan bekicot menghentikan aktifitasnya termasuk
makan dan kawin. Bila kelembaban kurang dari yang dibutuhkan akan
menyebabkan terganggunya produksi akibat penguapan yang terlalu
tinggi pada tubuhnya. Keadaan ini dapat menyebabkan bekicot sakit atau
mati
3. Angin
Lokasi pemeliharaan sebaiknya tidak terbuka karena hembusan angin
yang kuat dapat mempengaruhi kelembaban dan suhu. Secara alamiah
angin dapat ditahan dengan menanam tumbuhan besar di sekeliling lokasi
pemeliharaan. Tanaman pelindung selain berfungsi menahan angin juga
memberi keteduhan dan meningkatkan kelembaban. Jenis tanaman yang
dapat ditanam antara lain: lamtoro, angsana, akasia dan lain-lain.
4. Jenis Tanah
Tanah yang ideal untuk lokasi pemeliharaan adalah tanah gembur dan
subur agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, sehingga mendukung
ketersediaan makanan . Selain itu tanah yang gembur juga sangat baik
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
16
dijadikan media pemeliharaan bekicot. Tanah yang kurang baik dapat
diperbaiki dengan mencampurkan kompos, karena kompos mengandung
bahan organik yang selain berguna untuk mempersubur tanaman juga
berperan besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah. Adapun perbaikan
tanah yang dilakukan dengan cara :
o
o
o
o
o
o
o
Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah menjadi
tidak terlalu berderai,
Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tanah yang
tadinya berat menjadi lebih ringan,
Memperbesar kemampuan penampungan air sehingga tanah
dapat lebih banyak menyediakan air dengan demikian
kelembaban lebih terjamin,
Memperbaiki drainase dan tata udara tanah, terutama tanah
berat. Dengan tata udara tanah yang baik dan kandungan air
yang cukup tinggi, suhu tanah akan lebih stabil,
Kandungan zat kapur cukup sehingga bekicot dalam masa
pertumbuhannya tidak kekurangan dan bila perlu kapur
pertanian (kaptan) tiap 4 bulan sekali ditaburkan diatasnya,
Kandungan pasir dalam tanah cukup rendah,
Kadar belerang (sulfur) yang ada rendah.
5. Sarana Transportasi
Untuk menghemat biaya pengangkutan, lokasi pemeliharaan sebaiknya
terjangkau sarana transportasi dan dekat dengan tempat pasar.
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembudidayaan bekicot
dengan kandang kebun ini adalah :
1. Pagar keliling dengan bagian atas tertutup seng dan diolesi sabun
deterjen
2. Parit tengah dan keliling
3. Jalan kontrol pemberian pakan dan pemanenan
4. Bak penampung
5. Tanaman peneduh untuk menaungi kandang.
Model perkandangan alami/terbuka pada dasarnya hanya sebidang tanah
yang dibatasi oleh pagar keliling setinggi lebih kurang 60 cm dan didalamnya
ditanami beberapa jenis tanaman yang dilengkapi parit, jalan dan bak
penampungan bekicot. Susunan kandang ini dapat diatur sedemikian rupa
sehingga menyerupai hutan. Kandang ini perlu dipisahkan antara petak
induk, petak penetasan dan petak pembesaran. Bekicot dapat dimasukkan ke
dalam kandang jika rerimbunan tanaman sudah terbentuk.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
17
Pengaturan tanaman peneduh dapat dilakukan menurut pola tanam,
misalnya tanaman keras melinjo, jeruk, dan cengkeh berjarak 10 X 10 m,
pisang 5 X 5 m, nenas 1 X 1 m. Sehingga dalam petak seluas 100 m2
terdapat 4 pohon keras, 5 pohon pisang dan 80 tanaman nenas. Dibawah
tanaman ini terutama di petak induk perlu dibuatkan sarang dari daun pisang
kering atau jerami untuk tempat bertelur. Bangunan pagar keliling dilengkapi
dengan seng agak menonjol menutup bagian atas pagar. Sudut antara pagar
dan seng penutup diolesi dengan deterjen. Fungsinya untuk menjaga agar
bekicot tidak lari ke luar. Bak penampung berfungsi sebagai penampung hasil
panen sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Bangunan bak penampung
berukuran panjang 1 meter, lebar 0,75 meter dan tinggi 1,5 meter dengan
daya tampung sebesar 1.250 ekor bekicot.
Adapun bentuk kandang terbuka atau desain tata ruang pembudidayaan
bekicot dapat dilihat pada Gambar 4.1. yang ada dibawah ini.
A. Petak Pembesaran
B. Petak Induk dan
penetasan
C. Bak Penampung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Air Masuk
Air Keluar
Pagar lahan/bumi
Pagar seng bersabun
Jalan kontrol, menyiram dan panen
Parit
Gambar 4.1. Tata Ruang Kandang Alami Bekicot
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
18
Sedangkan peralatan penunjang untuk budidaya bekicot ini terdiri dari alatalat pertanian, pencuci hasil panen dan peralatan untuk mengangkut pakan
dan hasil panen bekicot yang telah dewasa.
c. Kebutuhan Pakan
Bekicot merupakan binatang yang menyukai semua jenis dedaunan yang
segar dan banyak mengandung air. Selain itu, bekicot juga menyukai umbiumbian dan buah-buahan asal tidak berasa asam. Bekicot juga dapat diberi
pakan dari sisa-sisa dapur atau sampah pasar, sehingga meskipun musim
kemarau pakan bekicot tidak terlalu sukar untuk dicukupi. Bekicot tidak
menyukai pakan yang tidak segar maka untuk meningkatkan selera
makannya terhadap sisa dapur dan sampah pasar perlu diberi pemancing
selera atau makanan yang beraroma khas dan tajam, misalnya terasi .
Bekicot bayi sampai usia 15 hari pertama hanya makan zat kapur yang ada
pada kulit sisa penetasannya guna mempertahankan dan memperkuat rumah
atau cangkangnya. Setelah 15 hari bayi bekicot perlu diberi pakan yang
halus-halus seperti oncom, buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah
diolah halus. Bayi bekicot telah berumur 2 bulan dapat diberi pakan seperti
bekicot dewasa.
Pakan diberikan satu kali dalam sehari pada waktu menjelang petang sekitar
4.00 sore karena bekicot aktif di malam hari dan beristirahat pada siang hari.
Pemberiannya sebaiknya dilakukan secara rutin setiap hari, karena
kurangnya pakan akan menghambat pertumbuhan tubuhnya atau akan
menyebabkan bekicot menyerang tanaman pelindung.
Jumlah pasti makanan yang harus diberikan bekicot sebenarnya belum ada
patokannya, sebagai bahan pertimbangan Tabel 4.1. diuraikan perkiraan
kebutuhan pakan bekicot dalam berbagai umur.
Dalam pertumbuhan bekicot memerlukan pakan sumber kalsium/zat kapur
untuk pertumbuhan dan memperkuat cangkangnya. Penambahan zat kapur
dilakukan pada masa akan masak kelamin sekitar umur 4 sampai 5 bulan
dengan tujuan untuk mempersiapkan penghasilan telur dan pertumbuhan
cangkangnya. Setelah umur tersebut kapur tetap diberikan agar bekicot
dapat memperbaiki cangkangnya yang rusak akibat benturan maupun
pengeluaran telur .
Pembudidayaan bekicot yang dilakukan ini menggunakan pakan yang berasal
dari sayur-mayur dan dedaunan segar yang berasal dari pasar terdekat.
Jumlah pakan yang diperlukan untuk menghidupi bekicot sebanyak 2000
induk diperlukan 1 cikar/gerobak besar (4 m3) setiap 1 minggunya.
d. Tenaga Kerja
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
19
Kebutuhan tenaga kerja secara langsung dalam pembudidayaan bekicot ini
sangat sedikit, untuk skala usaha sebesar 2.000 bibit bekicot atau sekitar
400 ribu ekor pada saat kondisi puncak cukup dilayani oleh 1 orang tenaga
kerja, sedangkan kualitas atau keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk mengelolanya cukup hanya kategori tenaga kasar lulusan SD atau SMP
karena budidaya bekicot ini sangat sederhana dan tidak perlu adanya
kedisiplinan tertentu. Pekerjaan pemeliharaan bekicot hanyalah rutinitas
pemberian pakan dan penjagaan tingkat kelembaban lingkungannya.
Tenaga kerja yang tidak berkaitan secara langsung karena pembukaan usaha
ini seperti tenaga penggali parit, tukang pemasang pagar keliling dan
pembuatan kolam penampungan yang dikerjakan secara borongan setiap 0,5
hektar are membutuhkan sekitar 4 orang dengan lama kerja sekitar 2
minggu.
e. Teknologi Pembudidayaan Bekicot
Pengetahuan pembudidayaan bekicot yang dilakukan masyarakat desa Ploso
Kidul, Plosoklaten, Kediri didapat dari pengalaman seorang tokoh masyarakat
pada tahun 1975-an yang secara tidak sengaja menternakan bekicot untuk
memenuhi kebutuhan pakan itik petelur yang pada waktu itu sedang menjadi
primadona peternakan rakyat. Akibat adanya informasi bahwa bekicot sangat
digemari di Eropa khususnya Perancis dan tumbuh adanya banyak eksportir
bekicot maka peternakan bekicot yang pada waktu itu digunakan untuk
pakan berubah menjadi komoditi ekspor dengan nilai ekonomi yang cukup
tinggi.
Adanya pertumbuhan ekspor yang baik menjadikan komoditi ini semakin
banyak diminati masyarakat untuk turut menternakkannya sehingga Dinas
Peternakan pada waktu itu turut membina serta membenahi teknik-teknik
pembudidayaan yang baik meskipun dengan cara coba-coba. Pembinaan
lebih lanjut khususnya untuk pemanfaatan dan pengolahan daging bekicot
menjadi keripik, sate dan sambel goreng dilakukan oleh Dinas Perikanan.
Sampai saat ini, teknologi budidaya bekicot yang cukup baik adalah dengan
cara mengkandangkan bekicot pada kandang kebun terbuka tanpa adanya
bangunan atap peneduh dan kotak rak bertingkat (sistem kandang baterai).
Sebagai ganti perlindungan kelembaban tanah yang ada, kebun perlu
ditanami pepohonan yang rimbun serta teduh dengan parit yang
mengelilinginya. Sistem kandang baterai/rak menyebabkan tingkat kematian
bekicot cukup tinggi dan tingkat pertumbuhan badannya tidak setinggi
seperti pada kandang terbuka.
Tingkat teknologi pembudidayaan bekicot yang dilakukan masyarakat sampai
saat ini masih dalam kategori teknologi sederhana dan masih banyak
menggantungkan pada kemurahan alam. Hal ini terjadi akibat masih
murahnya harga yang diterima oleh petani dan terbatasnya pengetahuan
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
20
petani tentang perbekicotan secara lengkap
meningkatkan teknik budidaya tidak ada.
sehingga
inovasi
untuk
f. Teknik Budidaya
Tahapan pembudidayaan bekicot guna dipanen dagingnya dimulai dari
pemilihan bibit bekicot sebagai induk untuk menghasilkan telur, penetasan
telur, pembesaran anak bekicot dan pemanenan bekicot yang telah mencapai
berat/besar tertentu. Adapun teknik budidaya bekicot untuk masing-masing
tahapan diuraikan dibawah ini.
a. Pemilihan Induk untuk Bibit
Guna menghasilkan anak dan telur yang baik, bekicot perlu juga diadakan
seleksi. Seleksi ini dapat diperkirakan potensi genetik yang diharapkan
muncul pada keturunan selanjutnya setelah syarat hidupnya terpenuhi.
Adapun ciri-ciri induk yang baik adalah:
- Telah dewasa, ditandai dengan tumbuhnya bibir pada mulut kerabang.
- Mempunyai kerabang yang tumbuh sempuma (tidak cacat atau pecah) baik
di puncak atau di bibir kerabang.
- Tinggi kerabang sekitar 7 cm, panjang antara 6-7 cm, dan mempunyai
berat kurang lebih 70 gr.
Diharapkan induk bekicot ini dapat bertelur secara maksimal sampai 200
butir setiap periode bertelur. Bila bibit didapat dari alam cukup
memperhatikan syarat-syarat di atas. Namun bila bibit diambil dari peternak
lain, maka perlu dipilih induk yang belum pernah bertelur sehingga pada saat
bertelur bekicot sudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Pilihlah yang
perkembangan tubuhnya paling cepat di antara mereka.
b. Pemasukan Bibit
Pemasukan bibit bekicot dilakukan malam hari agar bekicot tidak sukar
beradaptasi dengan lingkungan baru. Bibit diletakkan pada tengah kandang
atau di tempat-tempat yang dekat dengan makanan. Banyaknya penebaran
bibit tiap kandang perlu mendapatkan perhatian. Pada kandang yang terlalu
sesak atau padat penebarannya tinggi, bekicot lebih banyak bergerombol
atau membenamkan diri dalam tanah dan tidak melakukan aktivitas untuk
hidupnya termasuk makan, sehingga tubuhnya tidak berkembang sempuma.
Sebaliknya bila padat penebaran lebih kecil dari daya tampung, pemakaian
kandang tidak efisien sehingga biaya kandang menjadi besar.
Secara pasti belum dapat ditentukan berapa padat penebaran yang paling
ideal (optimal). Tetapi sebagai pedoman petani yang biasa membudidayakan
bekicot dengan kepadatan untuk bekicot dewasa sebesar 80 ekor tiap meter
persegi, sedangkan untuk yang masih anak-anak 100-150 ekor tiap meter
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
21
perseginya. Bibit yang telah dimasukkan haruslah dikontrol selama beberapa
hari. Bila ada bekicot yang terlihat sakit atau mati sebaiknya dikeluarkan dan
segera diganti dengan bekicot yang lain agar kandang sesuai dengan padat
penebaran.
c. Pemeliharaan Bibit
Hal penting dalam pemeliharaan bibit bekicot adalah pemberian pakan.
Pakan bibit bekicot haruslah dalam jumlah yang cukup dan bermutu tinggi,
karena selain untuk memperbesar tubuhnya, pakan juga untuk memproduksi
telur yang jumlah dan kualitasnya tinggi. Induk bekicot yang kekurangan
pakan tidak dapat diharapkan bertelur dalam jumlah besar dan biasanya
daya tetasnya pun sangat rendah. Kapur harus selalu tersedia dalam jumlah
yang cukup agar telur mempunyai kulit yang cukup kuat untuk melindungi
anak bekicot sebelum menetas. Kapur juga berguna untuk memperbaiki
cangkang yang retak karena terbentur cangkang kawannya atau terbentur
kandang. Induk bekicot sudah mempunyai ketahanan yang lebih tinggi
terhadap perubahan lingkungan dibandingkan anak bekicot asalkan
perubahannya tidak terlalu ekstrim.
1. Perkawinan
Bekicot merupakan binatang hermaprodit tapi masih memerlukan bekicot
lain untuk melakukan perkawinan. Perkawinan umumnya dimulai jam 21.00
atau jam 22.00 hingga jam 5.00 atau 6.00.
2. Jumlah telur dan lamanya mengeluarkan telur
Telur yang dikeluarkan bekicot mempunyai bentuk bulat hingga bulat telur.
Panjangnya 4-6 mm dan tebalnya sekitar 3-4 mm dengan berat sekitar 3040 mg, berwarna kuning muda hingga kehijauan. Kulit telur dibungkus
dengan kulit berkapur tipis dengan lendir di luarnya. Jika telur tersebut
kepanasan tidak akan menetas, dan bila kulitnya dihilangkan telur ini akan
mengering dan mengeras. Telur menjadi tidak berdinding bila zat kapur
makanannya kurang mencukupi.
Biasanya bekicot bertelur 14 hari setelah perkawinan. Secara normal bekicot
mulai bertelur pertama kali pada umur 7-8 bulan saat beratnya lebih kurang
35 gram. Pada bekicot yang berumur 9 bulan dengan berat 50 gram dapat
bertelur sebanyak 300 butir dan bekicot yang berumur 1 tahun dengan berat
100 gram dapat bertelur sampai 400 butir. Tetapi sebagai pedoman untuk
bekicot yang mempunyai berat 70 gram dalam satu periode masa hidupnya
mengalami 3 periode bertelur (Handojo, 1989) yang masing-masing
berselang selama 6 bulan dengan:
- Periode produksi telur pertama = 80 butir
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
22
- Periode produksi telur kedua = 150 butir
- Periode produksi telur ketiga = 150 butir
Produksi telur bekicot sebenarnya banyak dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan dan adanya kapur. Bekicot di alam memiliki persentase bertelur
tertinggi pada bulan yang banyak turun hujan. Pengeluaran telur pada
bekicot memerlukan waktu sekitar 90 menit. Antara satu telur dengan telur
yang lain tidak dikeluarkan dalam selang waktu yang sama, kadang-kadang
berurutan 2 atau 3 butir kemudian beristirahat antara 1-3 menit.
d. Pemeliharaan Telur dan Anak
Pemeliharaan telur dan anak bekicot yang baru menetas disesuaikan dengan
kondisi peternakan bekicot yang ada. Untuk pembudidayaan dilakukan
dengan cara induk dipindahkan setelah bertelur. Cara ini lebih mudah
dilakukan dan tidak serumit memindah-kan telurnya saja. Kelemahannya
harus diketahui secara pasti induk yang telah bertelur.
Biasanya sekitar 5 sampai 15 hari telur akan menetas 100% asalkan
kondisinya sesuai. Tetapi jika lingkungan di sekitar telur terlalu lembab atau
terlalu kering umumnya telur akan menetas lebih lama dengan fertilitas yang
sangat rendah. Persentase menetasnya telur hanya 50-81% bila telur itu
tidak diketahui apakah berasal dari bekicot tua atau muda. Untuk peternakan
yang biasa dilakukan daya tetas telur sebesar 75%.
Penetasan sebagian telur dalam suatu kelompok hampir bersamaan. Waktu
penetasan ini merupakan saat yang kritis bagi bekicot. Waktu yang
diperlukan oleh bekicot kecil untuk meninggalkan kulit telurnya sekitar 6-10
jam atau rata-rata 8 jam. Pecahnya dinding telur waktu penetasan adalah
karena penekanan dari kaki bekicot kecil. Kulit telur ini selanjutnya akan
dimakannya untuk memperkuat cangkangnya. Setelah menetas anak bekicot
ini akan tinggal di dalam tanah selama 5-15 hari.
Pemindahan anak bekicot ke kandang pembesaran dilakukan pada malam
hari agar anak bekicot mudah beradaptasi. Apabila peternak ingin panen
yang serempak maka pemeliharaan anak bekicot dapat dibagi menurut
kategori yang diinginkan (berdasarkan umur atau besarnya).
Masa-masa pertumbuhan merupakan saat-saat paling kritis, karena anak
bekicot sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Banyak kematian
dijumpai pada fase ini. Keberhasilan peternak ditentukan oleh banyaknya
anak bekicot menjadi dewasa karena tidak semua telur yang menetas dapat
menjadi dewasa. Untuk menekan kematian akibat perubahan lingkungan,
peternak harus senantiasa mengontrol suhu, kelembaban, dan keteduhan
kandang.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
23
e. Pemanenan Bekicot
Bekicot dapat dipanen apabila cangkangnya sudah mencapai panjang
minimum 7 cm. Untuk mencapai ukuran ini diperlukan waktu sekitar 6
sampai 7 bulan tergantung pemeliharaannya. Pemberian pakan yang teratur
dengan gizi tinggi dimungkinkan waktu panen akan semakin pendek.
Pemanenan pada kandang terbuka atau di kebun dilakukan pada malam hari
saat bekicot sedang makan. Sebaiknya pakan diberi aroma tajam, misalkan
campuran air terasi, agar semua bekicot berkumpul di tempat pakan.
Sehingga dengan mudah dapat memilih bekicot yang hendak dipanen. Jika
dibutuhkan, beberapa di antaranya dapat dijadikan bibit pengganti. Sebagai
bibit dipilih bekicot yang pertumbuhannya paling cepat (paling gemuk).
Sebelum dikemas atau dikirim ke industri pengolah bekicot yang telah
dipanen dikumpulkan dulu di bak penampung untuk dilakukan proses puasa
selama 7 hari dan dibersihkan dari berbagai macam kotoran yang melekat di
tubuh bekicot dengan air yang mengalir. Proses produksi atau tahapan
pembudidayaan bekicot secara ringkas dapat dilihat pada diagram alir grafik
4.1.
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Banyaknya bekicot yang dihasilkan dari 2.000 induk dalam kondisi normal
berdasarkan kemampuan bekicot bertelur, daya tetas dan persentase
kematian selama pembesaran sebesar 10% maka selama 12 bulan akan
didapatkan sekitar 24.032 kg bekicot hidup. Perhitungan lengkap jumlah
bekicot hidup dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jenis produk yang dihasilkan peternak selama ini berupa bekicot hidup. Jenis
produk itu dapat dilihat pada Gambar 4.2. dibawah ini. Bekicot itu akan
diolah menjadi berbagai macam produk oleh para pengrajin atau industri
pengolah. Khusus industri pengolah daging bekicot beku dengan pasar ke
luar negeri, mensyaratkan ukuran bekicot tertentu yang dapat diterima. Para
pengrajin sate atau keripik bekicot tidak melakukan persyaratan ini.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
24
Gambar 4.2. Bekicot Hasil Ternak Petani
Bekicot yang dapat diolah menjadi daging bekicot beku terdiri dari bekicot
grade A, B dan C. Adapun ketentuan dari penggolongan ini didasarkan pada
berat atau besar tubuh bekicot yang terdiri atas:
- Grade A berisi sampai 10 ekor bekicot tiap kilogram
- Grade B berisi sampai 11-15 ekor bekicot tiap kilogram
- Grade C berisi sampai 16-20 ekor bekicot tiap kilogram
Standar mutu barang untuk bekicot hidup belum ada. Standar mutu yang
berkaitan komoditi bekicot adalah daging bekicot beku dengan SNI (Standard
Nasional Indonesia) No. 01-2727-1992 adapun persyaratan mutunya adalah
Tabel 4.2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Bekicot
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan Mutu
a)
Organoleptik :
1) Nilai
minimalb)
Cemaran
Mikroba : 1)
ALT/ gr,
maksimal 2)
koloni/gramAPM/gramper 75 x 10 5<
Escherichia coli 25 gramper 25 gramper 3negatifnegatifnegatif3) Salmonella 25 gramper 25 gramoC 18
*) 4) Vibrio
cholera *) 5)
Staphylococcus
aureus *) c)
Fisika : 1)
Suhu pusat,
maks.
*) bila diminta oleh Importir.
Keterangan : ALT = Angka Lempeng Total
APM = Angka Paling Memungkinkan
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
25
h. Produksi Optimum/Skala Usaha
Skala usaha yang ekonomi untuk pengusahaan budidaya bekicot dengan
penghasilan yang baik bagi peternak maupun pembantunya serta cukup
layak untuk mendapatkan bantuan keuangan dari lembaga perbankan adalah
sebesar 2.000 bibit atau 0,5 Ha lahan pengusahaan. Besarnya skala usaha
ini sebenarnya sangat ditentukan oleh kemampuan keuangan usaha dalam
memenuhi segala macam kebutuhan yang akan membebaninya. Jika usaha
ini diperkecil maka pendapatan akan turun dan usaha tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya. Disamping itu, dengan skala usaha sebesar itu
pekerja/peternak dapat bekerja secara optimal hanya untuk usaha ini.
i. Kendala dan Hambatan Pemasaran Bekicot
Hambatan pemasaran bekicot hidup dari petani adalah adanya pasokan
bekicot hidup dari tangkapan liar, sedikitnya informasi pasar kebutuhan
bekicot ditingkat petani dan sangat terbatasnya industri pengolah bekicot.
Pasokan bekicot hidup dari tangkapan liar yang saat ini jumlahnya cukup
besar dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan cukup menekan tingkat
harga jual dan penyerapan bekicot yang dihasilkan petani. Disamping itu,
sangat sedikitnya informasi peluang pemasaran baik tingkat harga serta
jumlah akan bekicot hidup yang diperlukan industri pengalengan daging
bekicot beku atau keperluan lainnya membuat petani kurang optimis dalam
mengusahakan pembudidayaan bekicot.
Sampai saat ini komoditi olahan bekicot yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi serta membutuhkan pasokan bekicot hidup dalam jumlah besar hanya
daging olahan beku (pasaran ekspor). Sehingga pasaran bekicot petanipun
juga bertumpu pada keberadaan industri pengolah daging bekicot beku.
Ketergantungan ini berakibat pada tidak adanya alternatif/pilihan petani
dalam menjual bekicot ke tempat lain yang memberikan keuntungan lebih
besar. Pada hal diketahui bahwa persyaratan ekspor makanan/pangan di
manca negara saat ini sangat ketat dan cukup rumit seperti diperlakukannya
sistem ISO 9000 (manajemen mutu), ISO 14000 (manajemen lingkungan)
serta HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
26
5. Aspek Keuangan
a. Asumsi dan Komponen Biaya
Analisa keuangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban
apakah pola peternakan bekicot akan memperoleh pendapatan serta mampu
mengembalikan kredit yang diberikan bank dalam jangka waktu yang wajar.
Hasil dari analisis ini dapat juga dijadikan petunjuk bagi bank dalam menilai
setiap permohonan kredit yang diajukan pengusaha kecil/koperasi yang
mengembangkan usaha ini
>Selain itu, dari analisa ini diketahui juga kelayakan usaha dari sisi
keuangan, sehingga dapat diperoleh informasi tentang nilai tambah yang
akan didapat pengusaha dari kegiatan usahanya ini serta kemampuan
pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisa
keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan
pengelolaan usahanya.
Perhitungan analisa kelayakan didasarkan pada kelayakan budidaya bekicot
dengan hasil akhir berupa bekicot hidup sebagai bahan baku industri atau
bahan pakan ternak. Pembiayaan pembukaan usaha ini mencakup dua
macam biaya pokok yaitu biaya investasi dan biaya produksi atau modal
kerja.
Asumsi dan parameter teknis untuk perhitungan analisa keuangan budidaya
bekicot disajikan pada Tabel 5.1. dengan asumsi harga tetap pada tahun ini
dan semua hasil produksi terjual. Analisa sensitivitas dilakukan untuk melihat
sejauh mana kelayakan dari aspek keuangan ini dengan perubahan harga
jual dan biaya usaha.
Komponen biaya usaha pembudidayaan bekicot mencakup biaya investasi
dan biaya operasi usaha. Biaya investasi mencakup sewa tanah,
pembangunan kandang dan parit, pengadaan peralatan pendukung serta
bibit bekicot diperincian lengkap ada pada Lampiran 3. Modal kerja
direncanakan untuk kebutuhan dana operasi selama masa pembesaran atau
6 bulan. Biaya operasi usaha dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel, yang perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada Tabel 5.2.
disajikan total kebutuhan biaya investasi dan modal kerja untuk pembukaan
budidaya bekicot.
b. Pendapatan
Pendapatan pembudidayaan bekicot diperoleh dari produk utama, yaitu
bekicot hidup, hasil kebun dan hasil samping berupa pupuk kandang.
Pendapatan usaha direncanakan akan dapat dipanen pada tahun ke-2
dengan tahun pertama merupakan masa pemeliharaan untuk menghasilkan
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
27
telur dan pembesaran. Lama masa persiapan
diasumsikan 6 bulan (lama waktu modal kerja).
pada
tahun
pertama
Besarnya pendapatan pada tahun pertama hanya didapat dari hasil samping
yang berupa pupuk kandang dan hasil kebun. Banyaknya pupuk kandang
yang dihasilkan dari usaha ini dihitung dari banyaknya pakan yang diberikan,
dimana sekitar 25% dari banyaknya pakan merupakan kotoran yang menjadi
pupuk kandang. Tetapi pupuk kandang yang dapat dikumpulkan dari
kandang terbuka yang berupa kebun hanya sekitar 75%-nya. Besarnya hasil
kebun yang ditanami tanaman keras (petai, jeruk dan tanaman buah
lainnya) dan tanaman peneduh seperti pisang didekati dengan perkiraan
hasil yang didapat tiap tanaman tiap tahunnya. Karena tanaman bukan
merupakan tujuan utama dari pengelolaan usaha maka nilai hasilnya
berdasarkan informasi petani sebesar Rp 5.000,- per pohon. Perincian
pendapatan budidaya bekicot dapat dilihat pada Tabel 5.3. Untuk tahun ke-4
dan seterusnya besarnya pendapatan adalah sama seperti tahun ke-2 dan
ke-3. Untuk perincian lengkap pendapatan dan biaya pengeluaran dapat
dilihat pada Lampiran 5.
c. Kebutuhan Modal dan Kredit
Banyaknya kebutuhan modal investasi dan modal kerja telah diuraikan
secara rinci pada point 5.1. sebesar Rp 14.600.375,-. Kebutuhan modal itu
akan dipenuhi dari modal sendiri sebesar 35%, sedangkan modal yang
didapatkan dari bank sebesar 65%. Besarnya bunga kredit yang dikenakan
adalah 18% dan bunga selama masa konstruksi juga 18%. Bunga yang
dikenakan mempunyai masa tenggang waktu pengangsuran atau grace
period selama 1 tahun. Perincian kebutuhan serta komposisi asal modal
dapat dilihat pada Tabel 5.4. Sedangkan jadwal pengangsuran dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 dan
garis besar pengeluaran yang ada pada Lampiran 5 dapat disusun proyeksi
laba-rugi budidaya bekicot selama 7 tahun usia proyek seperti yang
tercantum dalam Lampiran 7.
d. Aliran Kas dan Analisa Profitabilitas
Aliran kas dalam pengelolaan dana pembiayaan dari bank maupun dana milik
sendiri budidaya bekicot dengan tingkat suku bunga 18% dapat
mengembalikan kewajiban kepada bank. Proyeksi pendapatan menunjukkan
adanya defisit anggaran pada tahun pertama umur proyek karena belum
menghasilkan, dan kegiatan ini dapat mengembalikan pinjaman pada akhir
tahun ke-lima. Seluruh modal yang ditanamkan pada usaha telah dapat
dikembalikan pada tahun ke-4. Secara rinci, proyeksi aliran kas dengan
analisa profitabilitas dapat dilihat pada Lampiran 8. Rumus dan cara
perhitungan aspek keuangan dapat dilihat pada Lampiran 9.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
28
Hasil analisa profitabilitas didapatkan besarnya NPV (net present value) pada
tingkat suku bunga 18% = Rp 8.334.665,- dengan IRR (internal rate of
return) 40.04% dan rasio manfaat terhadap biaya bersih (Net B/C) sebesar
1,77. Sedangkan besarnya pengembalian modal atau pay back period 2
tahun 5 bulan.
e. Analisa BEP
Analisa titik pulang pokok/impas atau Break Even Point dari kegiatan
pembudidayaan bekicot dengan mempertimbangkan besarnya biaya tetap,
biaya variabel dan tingkat harga jual, selama umur proyek didapatkan nilai
rata-rata sebesar Rp 3.797.456,,- atau sebesar 6.329 kg bekicot hidup.
f. Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas budidaya bekicot dilakukan dengan mencoba penurunan
harga jual produk sebesar 10 persen dan kenaikan biaya operasi sebesar 10
persen. Hasil analisa seperti ditunjukkan data pada Tabel 5.5. dan perincian
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10a, Lampiran 10b, Lampiran
10c dan Lampiran 10d menyatakan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap
perubahan harga jual produk.
Analisa nilai IRR dari basis dasar perhitungan sebesar 40,04%. Nilai ini
mempunyai arti bahwa Budidaya Bekicot yang dilakukan masih layak untuk
diusahakan pada kondisi kenaikan tingkat suku bunga sampai sebesar
40,04%.
Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa penurunan harga jual sebesar 10%
menyebabkan terjadinya perubahan IRR dari 40,04% menjadi 33,30%.
Sedangkan perubahan biaya operasi atau kenaikan masing-masing biaya
tetap dan variabel dengan besaran yang sama tidak sampai menimbulkan
penurunan sebesar itu.
Untuk mencari sampai tingkat perubahan berapa usaha pembudidayaan
bekicot ini tetap layak untuk dijalankan dengan tingkat suku bunga 18%
berdasarkan penurunan harga jual atau peningkatan biaya operasi secara
sendiri-sendiri dapat dilihat pada Tabel 5.6. dibawah ini.
Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa penurunan harga jual produk
merupakan faktor yang paling sensitif terhadap berjalannya kegiatan
pembudidayaan bekicot. Dimana dengan tingkat penurunan harga jual diatas
32,69 % atau tingkat harga jual sampai Rp 405,- menyatakan kegiatan
masih dapat dijalankan secara layak tetapi jika telah melebihi angka diatas
sudah tidak layak lagi. Perubahan biaya operasi juga merupakan perubahan
yang cukup sensitif bagi berlangsungnya usaha ini, karena dengan
peningkatan biaya diatas 57,58% menunjukan kegiatan sudah tidak layak
lagi. Untuk perubahan biaya tetap, kegiatan ini memperlihatkan perubahan
yang tidak sensitif.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
29
g. Hambatan dan Kendala Aspek Keuangan
Hambatan aspek keuangan budidaya bekicot dapat dilihat dari arus kas
masuk (inflow) dan arus kas ke luar (outflow). Aspek arus kas masuk
budidaya bekicot mempunyai hambatan dari adanya penundaan atau tidak
terbayarnya penjualan hasil produk yang dihasilkan akibat dari sistem
pembayaran angsuran (bukan cash and carry).
Pada aspek arus kas keluar, tidak ada hambatan dan kendala yang berarti
mempengaruhi kelangsungan budidaya bekicot ini. Apabila ada penurunan
harga jual atau kenaikan biaya operasi (baik biaya variabel maupun biaya
tetap) masih dimungkinkan asal di dalam kisaran yang layak secara finansial.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
30
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
a. Aspek Sosial Ekonomi
Analisa ekonomi dan sosial diidentifiikasi & justifikasi terhadap kepentingan
masyarakat berkaitan dengan adanya kegiatan pembudidayaan bekicot di
lingkungannya. Kegiatan ini secara langsung memberikan keuntungan yang
dapat dinikmati oleh masyarakat yaitu :
a.
b.
c.
d.
Perluasan tenaga kerja
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
Memberikan alternatif sumber protein baru yang murah dan
Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat baik sebagai pelaku
budidaya bekicot secara langsung maupun pelaku yang terlibat secara
tidak langsung seperti pengrajin keripik bekicot dan para pedagang
kelilingnya
Aspek Ekonomi
Pembukaan usaha budidaya bekicot dengan skala usaha 2.000 induk atau
0,5 ha akan memberikan hasil bekicot hidup sebanyak sekitar 9,7 ton
dengan nilai jual Rp. 14,4 juta/tahun. Peningkatan pendapatan dari hasil
ternak bekicot yang pembudidayaannya tidak memerlukan keterampilan
tinggi ini sangat berarti bagi masyarakat setempat. Apalagi dalam
satu/kelompok tani terdapat sekitar 50 orang maka hasil penjualan dari
budidaya bekicot ini cukup besar yaitu Rp. 720 juta/tahun.
Bekicot sebagai salah satu sumber protein dengan berkualitas baik, hampir
semua asam amino essensial ada. Daging bekicot dapat merupakan alternatif
pemenuhan sumber protein penting bagi masyarakat. Apalagi dalam kondisi
ekonomi yang cukup sulit pada masa krisis ini. Sumber protein konfensional
seperti daging ayam, telur dan ikan harganya sudah tak terjangkau lagi oleh
masyarakat golongan ekonomi lemah. Bekicot dengan harga Rp. 600 per kilo
merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan kelangkaan protein
di masyarakat.
Adanya pembudidayaan bekicot ternyata ikut juga menumbuhkan pelaku
bisnis yang berkecimpung dalam pengolahan, pengumpulan dan pedagang
keliling/ pengecer produk olah bekicot. Jumlah tenaga kerja/pelaku bisnis
yang terlibat dalam industri hilir ini cukup besar sebagai gambaran satu
pengusaha pembuat keripik bekicot dengan kapasitas produksi sebesar 0,5
ton keripik pertahun memerlukan 10 orang pedagang keliling dan 2 orang
tenaga pengolah. Sedangkan industri pengolah daging bekicot beku dengan
kapasitas sekitar 3.000 ton/ tahun melibatkan tenaga kerja sekitar 615
orang.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
31
Aspek Sosial
Pembudidayaan bekicot dengan memanfaatkan sampah dari sisa -sisa pasar
merupakan langkah positif untuk turut memecahkan permasalahan sosial
dari semakin sulitnya mencari tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
Karena dengan pemanfaatan ini usia dari tempat pembuang akhir sampah
akan makin lama dan sampah-sampah organik yang biasanya berbau
busuk/tidak enak telah berkurang jumlahnya.
Manfaat langsung dari adanya usaha ini secara sosial adalah bertambahnya
jenis lapangan pekerjaan kerja bagi masyarakat. Diharapkan dengan adanya
usaha ini dapat menurunkan jumlah pengangguran yang ada. Meskipun
tenaga kerja yang terlibat secara langsung sangat sedikit tetapi dampak
adanya usaha ini memudahkan usaha lain yang cukup banyak menyerap
tenaga kerja.
Peningkatan pendapatan masyarakat dari adanya usaha ini mengakibatkan
jumlah kebutuhan masyarakat akan meningkat serta variasi permintaan
barang dan jasa ikut bertambah, sehingga adanya usaha ini akan
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b. Dampak Lingkungan
Pembudidayaan bekicot yang dilaksanakan pada lahan kebun/ladang
merupakan usaha yang cukup menguntungkan dan aman jika dilakukan
secara cermat dan hati-hati.
Kegiatan ini secara fisik dan kimia tidak menimbulkan perubahan terhadap
lingkungan sekitarnya. Kegiatan ini tidak menghasilkan limbah yang
menganggu biota atau makhluk hidup lainnya, bahkan kotoran bekicot dapat
digunakan sebagai pupuk kandang/kompos yang berguna bagi tanaman.
Budidaya bekicot yang memanfaatkan limbah pasar sebagai pakan, bukan
merupakan sumber dampak negatif terhadap lingkungan. Pemanfaatan
limbah ini merupakan tindakan yang sangat positif untuk meningkatkan daya
dukung lingkungan. Karena ikut dalam melestarikan sumber daya dan
memperkecil adanya pencemaran dari limbah pasar. Secara langsung
maupun tidak langsung budidaya bekicot yang memanfaatkan limbah pasar
ini merupakan satu langkah konversi penanggulangan masalah persampahan
yang kompleks menjadi barang ekonomi yang menguntungkan.
Adanya kegiatan pembudidayaan bekicot akan mendatangkan keuntungan
secara materi dan memberikan kegiatan ekonomi masyarakatnya. Kegiatan
ini mempunyai dampak sosial budaya yang sangat positif dimana
pengangguran menjadi berkurang, waktu luang untuk berbuat kejahatan
menjadi rendah dan kesejahteraan rata-rata masyarakat meningkat.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
32
Sehingga gejolak sosial semakin rendah dan keamanan juga semakin
terkendali.
Disamping itu, bekicot yang sebenarnya merupakan hama bagi petani dalam
pembudidayaannya harus selalu mendapatkan pengawasan yang cermat,
perlu isolasi yang cukup ketat serta pemberian pakan yang cukup. Karena
jika sekali telah lolos dari kandang, bekicot dengan cepat menyebar dan
menjadi hama bagi tanaman produktif petani.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
33
7. Penutup
a. Kesimpulan
1. Budidaya bekicot merupakan salah satu usaha peternakan yang
potensial untuk dikembangkan. Karena sumber bahan hijauan sebagai
pakan bekicot terdapat sangat berlimpah dan belum dimanfaatkan
secara optimal.
2. Bekicot sebagai daging bekicot beku merupakan salah satu komoditi
yang mempunyai prospek pasar yang cukup baik khususnya pasaran
ekspor. Permintaan ekspor daging bekicot beku selama 5 tahun
terakhir cenderung meningkat, diperkirakan jumlah ekspor Indonesia
tahun 2001 sebanyak 2.935 ton.
3. Teknis budidaya bekicot cukup sederhana dan dapat diusahakan oleh
setiap orang yang mempunyai sedikit keterampilan beternak dan lahan
cukup. Budidaya bekicot dengan lahan 0,5 Ha dengan jumlah induk
2000 ekor dalam 1 periode (18 bulan) dapat dihasilkan 36 ton bekicot
hidup grade A-B.
4. Kebutuhan investasi dan modal kerja budidaya bekicot skala 2000
induk sebesar Rp 14.600.375,- sehingga masih terjangkau untuk
usaha kecil/menengah. Secara finansial budidaya bekicot dengan
modal investasi sebesar Rp10.557.000,- dan modal kerja selama 6
bulan sebesar Rp 4.043.375,- akan kembali dalam jangka waktu 2
tahun 5 bulan, dengan besarnya IRR 40.04%, nilai manfaat NPV
sebesar Rp 8.334.665,-, dan Net B/C sebesar 1,77. Kredit investasi
dapat dikembalikan pada tahun ke-4 dengan grace period 1 tahun.
5. Analisa sensitifitas menunjukan budidaya bekicot sangat sensitif
terhadap harga jual produk dan biaya operasi, sehingga penurunan
harga jual sebesar 32,69 persen dan biaya operasi 57,58 persen
menyebabkan usaha ini sudah tidak layak lagi, akan tetapi tidak
sensitif terhadap perubahan atau kenaikan biaya tetap.
6. Budidaya bekicot memberikan dampak positif terhadap aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan karena mampu menciptakan lapangan
kerja baru, menambah pendapatan, menambah alternatif sumber
protein masyarakat, wahana pengolah limbah serta sebagai sumber
devisa dan pendapatan asli daerah.
b. Saran
1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, aspek teknis
teknologis, dan kelayakan secara finansial, disarankan Bank dapat
memberikan kredit untuk pengembangan budidaya bekicot ini,
khususnya terhadap usaha kecil dan menengah.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
34
2. Guna menjamin pengembalian kredit, budidaya bekicot perlu
dukungan pihak perbankan dalam pembinaan usaha, khususnya pada
aspek pemasaran, antara lain dalam bentuk dukungan pelayanan dan
informasi untuk perluasan pasar ekspor.
3. Pihak bank dan instansi terkait perlu mengarahkan mengembangkan
budidaya bekicot ini dalam bentuk kerjasama antara kelompok usaha
tani/ternak dengan industri besar pengolah dengan pola kemitraan
sehingga terjalin hubungan yang saling menguntungkan dimana
peternak mendapatkan kepastian harga jual dari bekicot yang
dihasilkan, sedang industri besar mendapatkan pasokan bahan baku
secara terjamin dengan kualitas yang sesuai persyaratan mutu yang
diinginkan pasar.
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
35
LAMPIRAN
Bank Indonesia – Budidaya Bekicot
36
Download