Tinjauan Pustaka 2 Inkontinensia Urin dr. Mifta Farid Asmaun Pembimbing : dr. Husnul Mubarak, Sp.KFR-K Daftar Singkatan • IU : Inkontinensia Urin • SUI : Stress Urinary Incontinence • UUI : Urge Urinary Incontinence • MUI : Mixed Urinary Incontinence • OI : Overflow Incontinence • FI : Functional Incontinence • NLUTD : Neurogenic Lower Urinary Tract Disorder • PMC : Pontine Micturition Center • SMC : Sacral Micturition Center 2 Pendahuluan • Inkontinensia Urin (IU) merupakan gangguan kontrol kandung kemih yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran urin yang tidak disengaja • Mempengaruhi aspek kesehatan dan kualitas hidup penderita • Prevalensi yang didapatkan tidak tinggi disebabkan oleh rasa malu atau tidak tahu kemana harus mencari bantuan • Jenis IU diantaranya Stress Urinary Incontinence (SUI), Urge Urinary Incontinense (UUI), Mixed Urinary Incontinence (MUI), Overflow Incontinence (OI), dan Functional Incontinence (FI) Tran LN, Puckett Y. Urinary Incontinence. In NCBI Bookshelf. Treasure Island : StatPearls Publishing; 2022. p. 1-10. 3 BAB I - Pembahasan Definisi • Inkontinensia adalah ketidakmampuan menahan buang air kecil • Urin adalah zat cair buangan yang terhimpun di dalam kandung kemih dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih • International Continence Society (ICS) mendefinisikan IU merupakan gangguan kontrol kandung kemih yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran urin yang tidak disengaja ICS. Evaluation and Treatment of Urinary Incontinence, Pelvic Organ Prolapse and Faecal Incontinence. In 4th International Consultation on Incontinence; 2009; Paris. p. 1-54. 5 Epidemiologi • Diperkirakan sekitar 423 juta orang berusia diatas 20 tahun di seluruh dunia mengalami inkontinensia urin • Di Indonesia, pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 5,8% dari jumlah penduduk mengalami Inkontinensia urin • Penanganannya masih sangat kurang disebabkan masyarakat belum tahu tempat yang tepat untuk berobat disertai kurangnya pemahaman tenaga kesehatan tentang inkontinensia urin Tran LN, Puckett Y. Urinary Incontinence. In NCBI Bookshelf. Treasure Island : StatPearls Publishing; 2022. p. 1-10. 6 Anatomi Terdiri dari : • Vesica urinaria yang terbentuk dari lapisan otot polos Otot detrusor yang dapat meningkatkan tekanan intravesika sebesar 40-60 mmHg saat berkontraksi • Corpus : Bagian utama tempat urin terkumpul, kapasitas 300-500 mL • Neck : Perpanjangan korpus ke inferior dan anterior membentuk trigonum urogenital yang menghubungkan dengan uretra Uretra posterior • Urethrovesical Junction Tempat penetrasi ureter ke kandung kemih secara oblik dalam trigonum mencegah refluks urin • Sfingter uretra interna Perpanjangan lapisan otot polos vesika urinaria Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. London: W B Saunders; 2015. 7 Anatomi Uretra merupakan saluran penghubung kandung kemih ke lingkungan luar Lapisan mukosa dan submukosa mebentuk 2 lapisan otot yaitu : • Lapisan longitudinal : Memendekkan uretra saat berkemih • Lapisan sirkuler : Mengatur tonus uretra Panjang uretra perempuan ±4 cm Laki-laki 15-20 cm Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. London: W B Saunders; 2015. 8 Anatomi Otot dasar panggul merupakan kumpulan lapisan otot berbentuk kubah yang sebagian besar terdiri dari otot skeletal dan berfungsi dalam penutupan uretra, uterus dan rektum Otot dasar panggul bertanggung jawab dalam penyimpanan dan pengeluaran dari urin dan feses Barucha, A.E. Pelvic Floor : Anatomy and Function. Neurogastroenterology and Motility. 2006 9 Inervasi Inervasi kontrol berkemih : • Korteks Frontalis : Kontrol kemauan • Pontine Micturition Center (PMC) : Pusat koordinasi • Koneksi tambahan : • Supraspinal • Sacral Micturition Center (SMC) • Jalur perifer o Lobus mediofrontal o Korpus Callosum o Sistem limbik o Hipotalamus Bertanggung jawab langsung pada kontraksi o Ganglia Basalis otot detrusor (kontrol refleks miksi) • o Cerebellum Simpatis : T10-L2 melalui nervus Hipogastrik • Parasimpatis : S2-S4 melalui nervus Pelvikus • Somatik : S2-S4 melalui nervus Pudendus (Splanchnic Inferior) Brammer.M.C. Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. Hanley & Belfus. 2002 10 Brammer.M.C. Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. Hanley & Belfus. 2002 11 Fisiologi Berkemih Kapasitas normal kandung kemih pada orang dewasa 400-500 cc Stimulasi kandung kemih ±250 cc urin Reseptor kandung kemih terstimulasi Stimulus dihantarkan ke SMC PMC PMC Frontal cortex Frontal cortex SMC (pudendal nerve) Sfingter eksterna 12 13 Simpatis T10-L2 Parasimpatis & 𝛃3 Somatik S2-S4 M3 𝛂1 Nikotinik D. X. Cifu and J. S. Johns, Braddom ’ s Physical Medicine and Rehabilitation. Sixth Edition 14 Lengkung Refleks • Loop I berjalan di antara nuclei reticularis di pons, dan permukaan dorsal-medial lobus frontal. Loop I tetap di bawah pengaruh inhibisi ganglia basal, otak kecil, serta sistem limbik. Area anterior pons dan bagian posterior hipotalamus merangsang aktivitas loop ini. Loop ini bertanggung jawab untuk kontrol informasi fase penyimpanan dan pengosongan urin • Loop II berfungsi untuk menentukan durasi refleks otot detrusor yang tepat sampai pengosongan kandung kemih lengkap. Loop II terdiri dari jalur saraf aferen (proprioseptif, spinal-bulbar) yang membentang dari kandung kemih ke kompleks retikuler pons, serta rute eferen (retikuler-spinal) ke inti intermediolateral medula spinalis sakral dan ke otot detrusor • Loop III terdiri dari jalur saraf aferen detrusor ke inti saraf pudendal di sumsum tulang belakang dan neuron motorik alfa yang mempersarafi sfingter uretra eksternal. Lingkaran ini bertanggung jawab untuk koordinasi yang tepat dari aktivitas detrusor dan sfingter (kontraksi dan relaksasi) • Loop IV merupakan persarafan supraspinal dan segmental dari sfingter uretra eksternal Juszczak K, Thor PJ. The Basic Neurophysiologic Concept of Lower Urinary Tract Function – the Role of Vanilloid TRPV1 Receptors of Urinary Bladder Afferent Nerve Endings. 15 Patofisiologi Jenis Inkontinensia 1. Stress Urinary Incontinence 2. Urgency Urinary Incontinence 3. Mixed Urinary Incontinence 4. Overflow Incontinence 5. Functional Incontinence Terjadi akibat kelemahan pada sfingter atau otot dasar panggul peningkatan tekanan intraabdominal menyebabkan kebocoran urin yang dari tidak disengaja Terjadi akibat hiperaktivasi otot detrusor kandung kemih munculnya rasa urgensi untuk Terjadi akibat campuran dari kelemahan sfingter atau otot berkemih disertai kebocoran yang tidak disengaja dasar panggul serta hiperaktivasi dari otot detrusor Terjadi akibat distensi kandung kemih yang disebabkan kandung kemih kebocoran urin yang tidak disengaja oleh gangguan kontraktilitas otot detrusor dan atau Terjadi adanya hambatan obstruksi akibat pada saluran kemih lingkungan atau gangguan fisik maupun mental yang menyebabkan terjadinya kebocoran urin yang tidak disengaja D. X. Cifu and J. S. Johns, Braddom ’ s Physical Medicine and Rehabilitation. Sixth Edition 16 Faktor Risiko • Usia • Gangguan Neuromuskuler • Menopause • Diabetes Mellitus • Histerektomi • Penggunaan kafein dan alkohol • Obesitas • Aktivitas Olahraga • Depresi Noor A. Etiology, risk factors and pathophysiology of stress urinary incontinence: a review. International Research Journal of Biological Sciences. 2015;(75-82) 17 Diagnosis Anamnesis • Gangguan aliran urin • Rasa ingin berkemih yang berulang / sering • Rasa tidak lampias saat berkemih • Dribble Postmicturition • Riwayat ISK berat / berulang, trauma / operasi, olahraga berat • Komorbid 18 Diagnosis Pemeriksaan Fisis • Postur head to toe • Kardiovaskular : Edema tungkai, distensi vena jugularis • Paru : Ronkhi / wheezing paru • Abdomen : Massa, bekas luka operasi, pemeriksaan area kandung kemih • Otonom : Kemampuan miksi dan defekasi, Neurological Anal Examination • Neurologis : Fungsi kognitif, kekuatan dan tonus otot ekstremitas, refleks, propriseptif, eksteroseptif, keseimbangan 19 Diagnosis Pemeriksaan Penunjang • Urinalisis • Urodinamik : Uroflowmetri, sistometri • Radiologis : USG, CT-Scan, BNO-IVP • Tes lain : Tes Q-Tip, Cough Stress Test, Sandvix Severity Index, The 3 Incontinences Questions (3IQ) 20 Tatalaksana Manajemen Rehabilitatif : • Time Voiding Mengatur jarak waktu berkemih, tidak menunggu sensasi full dari kandung kemih, berguna pada kondisi hipereflexia kandung kemih, kelemahan sfingter dan kandung kemih normal namun memiliki gangguan kognitif, afasia, atau gangguan mobilisasi • Stimulasi Kandung Kemih • Crede’s maneuver • Valsava’s maneuver • Stimulasi dengan menepuk atau memijat area suprapubic • Anal stretch voiding Brammer.M.C. Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. Hanley & Belfus. 2002 21 • Pelvic Floor Muscles Exercise (Kegel Exercise) • Pelvic floor exercise secara umum merupakan gabungan dari 3 kombinasi prinsip, yaitu overload, spesifitas, dan reversibilitas • Prinsip utama dari latihan kegel terdiri atas gerakan memeras (squeeze) dari otot-otot di sekitar pelvis (anus, uretra) dan mengangkat (inward lift) • Efektif pada wanita dengan penurunan fungsi sfingter atau kekuatan otot dasar panggul 22 • Biofeedback exercise istilah biofeedback yang berarti biological feedback merupakan umpan balik secara biologis dalam bentuk pengendalian diri atas proses fisiologis yang terjadi di tubuh kita yang tidak mampu dikendalikan sebelumnya Beberapa jenis biofeedback yang umum digunakan seperti : Electroencephalography Biofeedback (EEG-BF) Electromyography Biofeedback (EMG-BF) Heart Rate Variability Biofeedback (HRV-BF) Respiratory Biofeedback K. Marta et al. Urinary Incontinence in Women: Biofeedback as an Innovative Treatment Method. Therapeutic Advances in Urology. 2020 23 • Electrical stimulation (PTNS) • Sebuah teknik neuromodulasi yang digunakan untuk terapi gangguan berkemih pada pasien yang telah gagal dalam terapi perilaku dan terapi farmakologis • Mekanisme kerja melalui stimulasi retrograde saraf lumbosacral S2-S4 melalui nervus tibialis posterior yang terletak di dekat pergelangan kaki dimana saraf lumbosacral mengontrol otot detrusor dan otot dasar panggul 24 • Perineal electrostimulation • Elektrostimulasi otot dasar panggul diaplikasikan menggunakan vaginal probe dengan 2 probe yang berbentuk cincin Merangsang kelompok otot perineum terutama otot pubo-coccygeal dan puborectalis • Dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan overactive bladder, stress inkontinensia, dan gangguan berkemih yang kompleks M. Perigot et al. Peroneal Electrical Stimulation and Rehabilitation in Urinary Incontinence and other symptoms of non-neurologic origin. Elsevier. 2008 25 Alat penampung urin • Pakaian dalam atau popok + : Menyerap urin, memfasilitasi perawatan dan memungkinkan aktivitas social + Penggantiannya hanya 1x/hari, ukuran lebih sulit minimalis - ::Berpotensi menyebabkan iritasi kulit, mahal, untuk • Kateter kondom -pasang/lepas : Penggunaan kantung kaki, berpotensi menyebabkan + : Memudahkan pengasuh (monitoring cairan), waktu iritasi padademensia kulit penis, sedikitfungsi meningkatkan Pasien dengan kandung resiko kemih ISK normal penggantian lebih lama Pasien laki-laki dengan inkontinesia urgensi - : Meningkatkan risiko ISK, resiko squamous cell • Kateter menetap (Indwelling Cathteter) carcinoma (Penggunaan jangka Panjang) Digunakan ketika program lain gagal atau pasien tidak mampu melakukan CIC atau sesuai toleransi kenyamanan pasien D. X. Cifu and J. S. Johns, Braddom ’ s Physical Medicine and Rehabilitation. Sixth Edition 26 Clean Intermittent Catheter (CIC) • Pertama kali diperkenalkan oleh Guttmann dan Frankel pada tahun 1950 untuk manajemen pada pasien SCI • Memerlukan tekanan kandung kemih yang rendah dengan kapasitas >300 mL • Frekuensi kateterisasi cukup untuk mencegah overdistensi kandung kemih, biasanya dimulai tiap 4-6 jam dengan standar minimal yang direkomendasikan adalah 3x kateterisasi / 24 jam (Interval yang lebih lama dapat meningkatkan risiko terjadinya ISK) D. X. Cifu and J. S. Johns, Braddom ’ s Physical Medicine and Rehabilitation. Sixth Edition 27 Manajemen Farmakologis • Oxybutynin (Ditropan) 5 mg 4x1 atau 15 mg 1-2x1 Tolterodine (Detrol)dengan 4 mg 1x1 cara • Antagonis Kolinergik (Antimuskarinik) Menekan aktivitas otot detrusor • kandung kemih • memblok reseptor asetilkolin Propantheline (Pro-Banthine) 7,5-15 mg 3x1 30 menit sebelum makan Bethanechol (Urecholine) 10-50otot mg 2-4x1 ; • Agonis Kolinergik Membantu manstimulasi reseptor asetilkolin untuk• meningkatkan aktivitas Max 150 mg/hari detrusor kandung kemih • Antagonis Adrenergik Memblok reseptor -adrenergik otot polos untuk menghambat aktivitas kerja otot • Terazosin 1 mg 1x1 • Prazosin 1 mg 2-3x1 • Doxazosin 1-16 mg 1x1 polos pada leher kandung kemih sehingga dapat menurunkan resistensi uretra • Agonis Adrenergik Menstimulasi reseptor -adrenergik otot polos di kandung kemih sehingga meningkatkan resistensi uretra • Ephedrine 25-50 mg 4x1 28 D. X. Cifu and J. S. Johns, Braddom ’ s Physical Medicine and Rehabilitation. Sixth Edition Manajemen Bedah • Kateter Suprapubik Bentuk alternatif dari kateter menetap • Pelebaran kandung kemih Meningkatkan kapasitas kandung kemih dan menurunkan tekanan intravesical • Pelebaran kandung kemih dengan continent catheterizable stoma Meningkatkan kapasitas kandung kemih dan membentuk kontinen untuk jalur berkemih • Prosedur denervasi Dilakukan pada kondisi hipereflexia kandung kemih (jarang digunakan) dengan cara sacral rhizotomy atau peripheral pudendal nerve block • Prosedur injeksi Injeksi BTX tipe A menurunkan hiperaktivitas kandung kemih yang biasa dilakukan pada kondisi detrusor dissinergia, sedangkan injeksi bulking agent digunakan pada SUI untuk memudahkan penutupan uretra pada saat terjadi peningkatan tekanan intravesikal Brammer.M.C. Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. Hanley & Belfus. 2002 29 Prognosis sakral Tingkat Kesembuhan Inkontinensia urin stres • 15,9 - 50,9% pada bulan ke 3 untuk wanita yang menggunakan botulinum toxin A • 84,4% pada bulan ke 12 untuk wanita yang menerima intervensi bedah • 53% setelah 3 tahun untuk pria yang menggunakan sling • 58,8% pada bulan ke 12 untuk wanita yang menjalani pelatihan otot dasar • 24 - 35% pada bulan ke 12 untuk pria yang menjalani pelatihan otot dasar panggul (PFMT) panggul (PFMT) • 78% pada bulan ke 6 untuk pria yang menjalani pelatihan otot dasar panggul (PFMT) Inkontinensia urin urgensi • 49% pada bulan ke 12 untuk wanita yang menggunakan antimuskarinik Inkontinensia urin campuran • 82,3% untuk wanita yang menerima intervensi bedah • 47% untuk pria yang menjalani pelatihan otot dasar panggul (PFMT) • 28% pada bulan ke 6 untuk wanita yang menjalani pelatihan otot dasar panggul (PFMT) • 17% pada tahun ke 10 untuk wanita yang menggunakan neuromodulasi D. X. Cifu and J. S. Johns, Braddom ’ s Physical Medicine and Rehabilitation. Sixth Edition 30 TERIMA KASIH 31 32