Uploaded by Sinta Wulandari

Proposal home visit Halimahtun saadiah

advertisement
PROSOSAL
KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT ) PADA TN. R
DENGAN HALUSINASI DI RUANG MERPATI
Disusun Oleh:
Halimahtun Sa’adiah, S. Kep
2214901027
Pembimbing Akademik
(
Pembimbing Klinik
)
(
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2023
)
PROPOSAL HOME VISITE
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari keluarga merupakan unit yang paling dekat
dengan klien serta keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa kepada keluarga mengenai masalah yang
sedang dihadapi oleh klien dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Namun ada keluarga yang tidak mampu merawat klien, klien akan kembali kambuh
bahkan untuk memulihkannya kembali sulit. Untuk itu perawat harus mampu melatih
keluarga klien agar mampu merawat klien dengan gangguan jiwa dirumah.
B. Tanda-tanda kambuh halusinasi
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri, pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri, perubahan.
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi
Pendengaran
Karakteriostik tanda dan gejala
Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam kilatan
cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor,
kejang / dernentia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine, fases.
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
Tanda-tanda yang berkaitan dengan halusinasi pendengaran meliputi sebagai berikut :
a. Data Objektif :
1) Klien tampak bicara sendiri.
2) Klien tampak tertawa sendiri.
3) Klien tampak marah-marah tanpa sebab.
4) Klien tampak mengarahkan telinga ke arah tertentu.
5) Klien tampak menutup telinga.
6) Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
7) Klien tampak mulutnya komat-kamit sendiri.
b. Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar suara atau kegaduhan.
2) Klien mengatakan mendengar suara yang mengajaknya untuk
bercakap-cakap.
3) Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu
yang berbahaya.
4) Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam dirinya atau
orang lain.
C. Identitas Klien
Nama
: TN. R
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 25 tahun
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
No. Rm
: 027284
Diagnosa Medis
: Halusinasi
Alamat
: Jl Durian Tarung RT 003/007, Pasar Ambacang,
Kuranji Padang
Hari dan Tanggal Kunjungan
: Sabtu, 07 Juli 2023.
D.
Tujuan Kunjungan Rumah
1. TujuanUmum
Keluarga dapat menerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa dan menjadi sistem pendukung yang efektif.
2. Tujuan Khusus
a. Memberi informasi kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien
selama di RSJ.
b.
Memvalidasi dan melengkapi data-data yang diperoleh dari klien dan data
sekunder (rekam medis, dokumentasi keperawatan) tentang alasan klien
dibawa ke RSJ Prof. HB Saanin Padang , faktor predisposisi, presipitasi,
genogram, psikososial dan lingkungan, persepsi keluarga dan usaha-usaha
yang telah dilakukan keluarga.
c. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien gangguan jiwa di
rumah dikaitkan dengan 5 fungsi keluarga, yaitu :
1) Keluarga dapat mengenal masalah yang dapat menyebabkan klien
mengalami gangguan jiwa.
2) Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan
terhadap klien.
3) Keluarga dapat merawat klien yang mengalami gangguan jiwa dirumah.
4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat
klien.
5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.
Melakukan pendidikan kesehatan mengenai pengertian, tanda, dan gejala
kliendengan halusinasi.
d. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi klien di RSJ Prof.HB Saanin Padang
dan melakukan tindakan keperawatan.
e. Mendokumentasikan hasil kunjungan rumah agar dapat ditindak lanjuti oleh
RSJ Prof.HB Saanin Padang.
E. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam dan perkenalan
“Assalamualaikum bapak/ibu, perkenalkan nama saya Halimahtun Saadiah,
bapak/ibu bisa panggil saya Sasa, saya adalah mahasiswa Program Studi Profesi
Ners yang sedang praktek profesi di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang,
dan mendapat tugas kunjungan rumah (Home Visite) ke rumah bapak dan ibu”.
“Nama bapak/ibu siapa ? dan biasanya dipanggil apa ?” Validasi data klien
”Bagaimana perasaan bapak/Ibu hari ini? “Bagaimana pendapat bapak/ ibu tentang
bapak Raffi?
b. Kontrak
“Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk berbincang-bincang mengenai
masalah Pak Raffi dan cara perawatannya dirumah.” “Kita diskusi disini saja ya
pak/buk? Berapa lama bapak/ibu mempunyai waktu?, bagaimana kalau 30 menit,
apakah pak/buk bersedia?”
c. Fase Kerja
“Bapak/ibu coba bapak/ibu ceritakan kepada saya apa masalah yang bapak/ibu
rasakan dalam merawat Pak Raffi dirumah dan apa yang bapak/ibu lakukan untuk
mengatasinya?"
“Ya bu, berarti itu masalah yang bapak/ibu hadapi.
“ Apakah bapak/ibu tahu tentang gangguan yang di alami oleh Bapak Raffi?"
”Ya bapak/ibu, segala yang dialami oleh Pak Raffi adalah halusinasi penglihatan
yang sebetulnya tidak ada bendanya"
"Bapak ibu/bapak, tanda-tandanya bicara dengan tertawa sendiri , atau marahmarah tanpa sebab"
“Jadi kalau anak bapak/ ibu mengatakan melihat bayangan, sebenarnya bayangan
itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa
cara”
“untuk mengontrol halusinasi dengan empat cara. Pertama, menghardik halusinasi
yaitu mengatakan pergi saya tidak mau melihat... kamu bayangan palsu. Begitu
diulang-ulang sampai bayangan itu pergi lagi. Coba buk peragakan. Nah begitu,
bagus buk! Kedua, dengan cara bantu minum obat secara teratur jangan hentikan
obat tanpa konsultasi, dalam minum obat pastikan obat benar-benar diminum dan
kalau bisa saat buk suryati minum obat bapak/ibuk temani. Yang ke tiga dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain yaitu mencari teman untuk diajak ngobrol
jika bayangan itu datang lagi. “cara yang ke empat , Contohnya bapak/ibu dapat
menyuruh pak Raffi untuk menyapu halaman jika suara-suara itu muncul.
d. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon keluarga terhadap kunjungan rumah (subyektif) :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi?
Dan latihan memutuskan halusinasi kakak bapak/ibuk?
b. Evaluasi kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (obyektif) :
“Bapak/ Ibu ,sekarang coba sebutkan kembali cara merawat pak Raffi
dirumah”
c. Rencana tindak lanjut
“ Bapak/ibu setelah Pak Raffi pulang nanti, coba bapak/ibu terapkan cara-cara
merawat Pak Raffi seperti yang telah kita diskusikan tadi dan jangan lupa ya
bapak/ibu untuk membantu Pak Raffi untuk melakukan kegiatan sesui dengan
jadwal yang telah kita susun."
d. Kontrak
“Bapak/ibu,saya akan merawat Pak Raffi selama berada di rumah sakit
kedepan. Apabila Bapak/ ibuk ke RSJ HB Saanin sebelum waktu tersebut, kita
bisa berdiskusi tentang masalah lain yang bapak/ibuk lakukan dalam merawat
Pak Raffi"
“Jam berapa kita bertemu”
“Baik, sampai jumpa, Assalamualaikum wr.wb"
KONSEP DIRI
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan. (Anna Keliat
Budi, 2015)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. (Surya, 2015)
B. Penyebab Halusinasi
•
Frustasi
•
Hilangnya harga diri/perasaan ditolak
•
Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
•
Sering mengobservasi kekeresan dirumah/ ataupun diluar rumah
•
Budaya tertutup/ control social yan tidak pasti
C. Tanda Gejala Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran:
 Objektif (bicara/tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyendengkan
telinga ke arah suara, menutup telinga)
 Subyektif (mengatakan mendengar suara-suara gauh/berisik, mendengar suarasuara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara yang menyuruh
malakukan sesuatu yang berbahaya)
b. Halusinasi penglihatan
 Objektif (menunjuk-nunjuk ke suatu arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang
tidak jelas)
 Subyektif (mangatakan melihat bayangan, sinar, bentuk-bentuk tertentu, melihat
hantu/jin/setan)
c. Halusinasi perabaan
 Objektif (menggaruk-garuk permukaan kulit)
 Subyektif (mengatakan ada sesuatu di permukaan kulitnya, merasakan seperti
tersengat listrik)
d. Halusinasi pengecapan
 Objektif (sering meludah, muntah)
 Subyektif (mengatakan merasakan sesuatu seperti darah, urine atau feses)
e. Halusinasi penghiduan
 Objektif (tampak seperti sedang membau-baui sesuatu, menutup hidung)
 Subyektif (mengatakan mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses)
D. Proses Terjadinya Halusinasi
Fase halusinasi
1
Fase 1 : Comfortingansietas
tingkat
sedang,
secara
umum,
halusinasi
bersifat
menyenangkan
Fase
II:
Condemningansietas
tingkat
berat, secara umum,
halusinasi menjadi
menjijikkan
Karakteristik
2
Klien mengalami keadaan
emosi
seperti
ansietas,
kesepian, rasa bersalah, dan
takut serta mencoba untuk
berfokus pada penenangan
pikiran untuk mengurangi
ansietas. Individu mengetahui
bahwa
pikiran
dan
pengalaman sensori yang
dialaminya tersebut dapat
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Pengalaman sensori bersifat
menjijikkan dan menakutkan,
klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk
menjauhkan dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan.
Klien mungkin merasa malu
karena
pengalaman
sensorinya dan menarik diri
dari orang lain.
(Psikotik ringan)
Perilaku pasien
3
Menyeringai
atau
tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan
bibir
tanpa
menimbulkan
suara,
pergerakan mata yang
cepat, respon verbal
yang lambat, diam dan
dipenuhi oleh sesuatu
yang mengasyikkan.
Peningkatan
sistem
syaraf otonom yang
menunjukkan ansietas,
seperti
peningkatan
nadi, pernafasan, dan
tekanan
darah;
penyempitan
kemampuan
konsentrasi, dipenuhi
dengan
pengalaman
sensori dan kehilangan
Fase
III:
Controlling-ansietas
tingkat
berat,
pengalaman sensori
menjadi berkuasa
Klien berhenti menghentikan
perlawanan
terhadap
halusinasi dan menyerah pada
halusinasi
tersebut.
Isi
halusinasi menjadi menarik,
dapat berupa permohonan.
Klien mungkin mengalarni
kesepian jika pengalaman
sensori tersebut berakhir.
(Psikotik)
Fase IV: Conquering
Panik,
umumnya
halusinasi menjadi
lebih rumit, melebur
dalam halusinasinya
Pengalaman sensori menjadi
mengancam dan menakutkan
jika klien tidak mengikuti
perintah. Halusinasi bisa
berlangsung dalam beberapa
jam atau hari jika tidak ada
intervensi terapeutik.
(Psikotik Berat)
kemampuan
membedakan
antara
halusinasi
dengan
realita.
Cenderung mengikuti
petunjuk yang diberikan
halusinasinya daripada
menolaknya, kesukaran
berhubungan
dengan
orang lain, rentang
perhatian
hanya
beberapa detik atau
menit, adanya tandatanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Perilaku
menyerangteror seperti panik,
berpotensi
kuat
melakukan bunuh diri
atau membunuh orang
lain, Aktivitas fisik
yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu
berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
DAFTAR PUSTAKA
Hafnuhazi, (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EG
Keliat Budi, Anna. 2015. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
:EGC, 2015
Kusumawati (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medika Nuha
Surya,( 2015). Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa II. Yogyakarta
Download