Uploaded by Muhammad Ilham.S

ARTIKEL MANAJEMEN KOPERASI

advertisement
ANALISIS MASALAH KREDIT MACET PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM
Firdani Dzul Mumtihani1 Muhammad Ilham. S2 A. Anugrawati3
2009045000021 2009045010362 2009045010173
Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Negeri Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa permasalahan kredit macet pada koperasi
simpan pinjam yang ada di kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa permasalahn kredit macet pada koperasi simpan pinjam
disebabkan oleh oknum koperasi itu sendiri, namun kebanyakan dari pihak anggota
koperasinya yang mengalami kegagalan usaha sehingga tidak dapat membayar
pinjamannya sesuai dengan waktu jatuh tempo yang diberikan oleh pihak koperasi.
Maka dari itu diberikan solusi oleh pihak koperasi agar masalah kredit macet tidak
terjadi seperti lebih ketat dalam mengawasi kreditur. Dan jika telah terjadi masalah
tersebut maka pihak koperasi melaporkan ke dinas koperasi untuk pembimbingan dan
mediasi antara pihak kreditur dan koperasi itu sendiri. Dengan demikian masalah kredit
macet dalam koperasi dapat terhindari.
Kata Kunci: Kredit Macet, Koperasi Simpan Pinjam
ABSTRACT
This study aims to analyze the problem of bad credit in savings and loan cooperatives in
the city of Makassar. This study uses a qualitative approach. The sampling technique
used purposive sampling technique. The results showed that the problem of bad credit
in savings and loan cooperatives was caused by the members of the cooperative itself,
but most of the members of the cooperative experienced business failures so they could
not pay their loans according to the maturity date given by the cooperative. Therefore a
solution is provided by the cooperative so that the problem of bad credit does not occur,
such as being more stringent in supervising creditors. And if this problem has occurred,
the cooperative will report to the cooperative service for guidance and mediation
between the creditor and the cooperative itself. Thus the problem of bad credit in
cooperatives can be avoided.
Keywords: Bad Credit, Savings and Loans Cooperative
PENDAHULUAN
Peningkatan kebutuhan pembiayaan masyarakat sejalan dengan berkembang pesatnya
lembaga keuangan di Indonesia. Terdapat dua lembaga keuangan yaitu lembaga
keuangan bank dan bukan bank. Lembaga keuangan yang diminati oleh kalangan
masyarakat menengah kebawah adalah lembaga keuangan bukan bank seperti koperasi
karena kemudahan dalam memperoleh dana. Koperasi merupakan badan usaha yang
didirikan oleh sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama untuk membantu
anggotanya yang sedang kesulitan masalah dana (Cahyani et al., 2020). Kegiatan
koperasi dilakukan sesuai dengan prinsip koperasi dan atas dasar asas kekeluargaan.
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 menyebutkan tujuan koperasi adalah untuk
mensejahterakan masyarakat/anggota dan membantu membangun sistem perekonomian
nasional untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 (Suarjaya, 2015).
Salah satu koperasi yang diminati oleh masyarakat yaitu koperasi simpan pinjam yang
dapat membantu masyarakat yang kekurangan modal untuk usaha sehingga dengan
modal tersebut usahanya dapat berjalan dengan baik. Namun, dalam koperasi simpan
pinjam sering kali terjadi masalah kredit macet karena pemberian kredit hanya
berdasarkan unsur kepercayaan. Dalam kredit macet terjadi keadaan dimana debitur
tidak dapat membayar pinjaman kepada koperasi selaku pemberi kredit. Hal ini tentu
akan membuat koperasi mengalami kerugian (Cahyani et al., 2020).
Kredit macet merupakan kredit yang sulit untuk dilunasi karena faktor-faktor tertentu
yang disengaja ataupun faktor diluar kemampuan debitur. Debitur seringkali tidak bisa
menyelesaikan kredit yang dilakukan atau sudah melewati batas waktu yang telah
disepakati mengenai pembayaran pinjaman kepada koperasi sehingga menyebabkan
terjadinya kredit macet. Terdapat dua faktor penyebab kredit macet yaitu faktor
eksternal yang berasal dari luar koperasi yaitu nasabah dan lingkungan dan faktor
internal yang berasal dari pihak koperasi sebagai pemberi kredit (Irwansyah &
Dharmayasa, 2018).
Faktor eksternal yang menyebabkan kredit macet adalah kondisi ekonomi dari
nasabah/debitur ataupun keadaan ekonomi secara makro. Sedangkan faktor internal
yang menyebabkan kredit macet adalah pemberian kredit dengan tidak mengikuti
prosedur dan pengawasan yang lemah. Untuk mengurangi kredit macet, tentunya harus
diketahui apa penyebabnya kemudian mencari solusi atas masalah tersebut (Rini, 1992).
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, digunakan metode penelitian kualitatif. Dimana, penelitian kualitatif
ini merupakan penelitian yang menggunakan sistem pengolahan data secara deskriptif.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, melalui observasi dan
wawancara langsung dengan responden. Adapun kriteria responden yang ditetapkan
oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan wawancara ini, yaitu
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan koperasi dan bekerja/pernah bekerja
di lembaga koperasi.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden atau
biasa disebut dengan informan. Wawancara ini dilakukan secara berkelompok, kepada 3
informan secara langsung pada koperasi yang ada di wilayah makassar yaitu yang
pertama koperasi simpan pinjam berkat, yang kedua koperasi sejahtera dan yang ketiga
yaitu koperasi mahasiswaa UNM (kopma). Adapun pertanyaan-pertanyaan wawancara
yang ditanyakan secara langsung kepada informan yaitu:
Tabel 1. Daftar pertanyaan wawancara informan
No.
Pertanyaan
Seringkali permasalahan yang terjadi dalam sebuah koperasi adalah Kredit
1.
Macet. Menurut Bapak/ibu, apakah masalah tersebut penting ? Mengapa
demikian?
2.
3.
4.
5.
Menurut Bapak/ibu, Apa yang menjadi faktor terjadinya masalah kredit macet
dalam koperasi?
Menurut Bapak/ibu, terjadinya kredit macet lebih dipengaruhi oleh sistem
internal koperasi atau nasabah?
Menurut Bapak/ibu, Apa dampaknya jika terjadi kredit macet dalam koperasi?
Menurut Bapak/ibu, Bagaimana cara mencegah agar kredit macet tidak terjadi di
koperasi?
Menurut Bapak/ibu, Jika sudah terlanjur terjadi kredit macet dalam koperasi,
6.
kebijakan apa yang tepat diterapkan agar kondisi keuangan koperasi dapat
berjalan kembali dengan baik?
7.
Menurut Bapak/ibu, Apa keuntungan dan kerugian dari penerapan kebijakan
tersebut?
Tabel 2. Informan Penelitian (Karyawan Koperasi Simpan Pinjam)
No
Nama
Jabatan
Instansi
1.
Muh. Fadli
Manager Koperasi
Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera
2.
Ramdani
Kasir Koperasi
Koperasi Simpan Pinjam Berkat
3.
Muh. Ilham
Anggota
Koperasi Mahasiswa Universitas
Negeri Makassar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Urgensi Masalah Kredit Macet
Asal dari kredit macet ini berkaitan dengan kemampuan nasabah untuk membayar
kembali pinjamannya. Apabila nasabah benar-benar tidak bisa untuk mengembalikan
pinjaman serta premi, maka pada saat itu datangnya pembiayaan yang telah diberikan
dapat dianggap macet, sehingga mempengaruhi kemampuan koperasi dalam mengelola
keuangan. Adanya kredit macet dengan asumsi uang muka macet menjadi beban bagi
koperasi merupakan salah satu tanda penentuan kinerja koperasi, selanjutnya adanya
kredit macet memerlukan penyelesaian yang cepat, tepat, dan tepat serta memerlukan
penyelamatan dan penanganan yang segera.(Riskiyanti & Sujana, 2021)
Untuk memperoleh informasi mengenai pentingnya masalah kredit macet dapat dilihat
dari hasil wawancara dengan informan yaitu Pak Fadli (Manajer Koperasi Sejahtera)
“Kredit macet sangat berpengaruh dalam sebuah koperasi karena dapat mempengaruhi
kesehatan koperasi”. Kesehatan koperasi yang dimaksud disini merupakan perputaran
uang dalam koperasi yang mengakibatkan ketidakstabilan koperasi dalam mengelola
keuangan. Lebih lengkap lagi, dibawah dijelaskan oleh informan Ibu Ramdani (Kasir
Koperasi Simpan Pinjam Berkat) tentang perputaran uang koperasi yang terganggu.
“Masalah kredit macet sangat penting karena jika tidak terjadi kredti macet maka
target dalam sebulan itu bisa tecapai dan memungkinkan untuk mempercepat proses
pemutaran uang sehingga jika terjadi kredit macet maka target yang telah ditentukan
dalam sebulan itu akan berkurang”
Sedangkan informan lain berpendapat masalah kredit macet sangat penting karena
mempengaruhi kinerja koperasi. “Masalah kredit macet sangat penting karena hal ini
berpengaruh terhadap kinerja dari koperasi” (Ilham: Anggota Koperasi Mahasiswa
UNM). Dapat disimpulkan bahwa hasil wawancara menunjukkan masalah kredit macet
sangat penting pada koperasi karena itu sangat berpengaruh pada kesehatan koperasi,
berkaitan dengan proses pemutaran uang, serta kinerja koperasi itu sendiri.
Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kredit Macet
Kredit macet merupakan keadaan dimana nasabah tidak dapat lagi membayar sebagian
ataupun secara keseluruhan kewajibannya kepada koperasi seperti apa yang telah
ditetapkan dalam peminjaman kredit sebelumnya. Kredit macet tidak terjadi secara
langsung, melainkan dilatarbelakangi oleh masalah internal maupun external pada
koperasi. Adapun faktor-faktor penyebab kredit macet yakni:
1.
Faktor Internal
a. Lemah dalam melakukan Analisis Kredit
Penyebab terjadinya hal ini diantaranya kemampuan dari anggota koperasi
dalam hal analisis kredit sangat kurang tepat, sehingga menyebabkan tidak dapat
memprediksikan apa yang dapat terjadi selama jangka waktu kredit, informasi
terkait nasabah yang diterima oleh koperasi kurang serta lemahnya kebijakan
dan SOP analisi kredit.
b. Terjadi Penyimpangan dalam Pelaksanaan Prosedur Perkreditan
Penyimpangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang individu
yang dinilai tidak cocok dengan norma dan kebiasaan yang telah ada ditengah
masyarakat. Sedangkan prosedur merupakan susunan yang ada dalam pekerjaan
dan mengikutsertakan beberapa orang demi berjalannya keseragaman dalam
penanganan transaksi yang telah berulang.
Dan menurut Wachowicz dan Horne (2013) mengemukakan ada 3 langkah
dalam prosedur pemberian kredit, diantaranya;
1) Memiliki informasi lengkap tentang nasabah, agar dapat memenuhi syarat
pemberian kredit,
2) Meninjau ulang berkas-berkas yang telah diperoleh untuk menentukan
kelayakan dalam pemberian kredit
3) Mengambil keputusan terkait apakah meminjamkan kredit dalam jumlah
yang besar atau kecil serta menentukan batasan tertinggi pada kredit yang
dapat diberikan.
c. Lemahnya Administrasi Nasabah serta Pengawasan Kredit
Administrasi nasabah merupakan pencatatan usaha dan kegiatan nasabah yang
berkaitan dengan trensaksi dan laporan keuangan dari usaha yang tengah
dijalankan oleh nasabah itu sendiri.
2.
Faktor Eksternal
a. Kegagalan Usaha Nasabah
Kegagalan dari unit usaha sang nasabah menjadi faktor yang paling besar
terjadinya kredit macet. Misalnya kegagalan dalam proses produksinya,
kegagalan dalam memasarkan hasil produksinya serta kegagalan dalam
persaingan pasar yang sangat intens yang menyebabkan harus menyingkir dan
meninggalkan usahanya.
b. Terjadi Kecelakaan pada Nasabah atau Usaha Nasabah
Yang namanya kecelakaan dan musibah sewaktu-waktu dapat terjadi, yang
memungkinkan dapat mengganggu proses kelancaran pembayaran kredit,
tadinya dana yang seharusnya dapat diguanakan sebagai angsuran pembayaran,
digunakan untuk menutupi kebutuhan mendesak terlebih dahulu.
c. Tingginya Suku Bunga Kredit
Tingginya suku bunga yang diberikan merupakan salah satu kemungkinan
terjadinya kredit macet. Misalnya nasabah telah menunggak angsuran
pembayaran, maka bunga dari pinjaman kredit tersebut akan bertambah besar
sesuai dengan bentuk persentase dari pinjaman yang telah diperoleh dan diiringi
dengan berjalannya waktu akan semakin membengkak apabila terus-menerus
mengalami penunggakan.
Dampak Terjadinya Kredit Macet
Pada dasarnya, kredit macet adalah kondisi yang bisa menimpa siapa saja. Ini biasanya
terjadi pada peminjam atau debitur. Kredit macet sendiri sebenarnya merupakan suatu
kondisi dimana seorang debitur atau organisasi tidak mampu lagi untuk melunasi
krediturnya tepat pada waktunya.(Kurniyadi, 2019) Akibat dari adanya kredit
macet yang dialami adalah terjadinya ketidaklancaran perputaran kas di dalam Bank,
apabila terus berlanjut maka Bank tidak akan lagi bisa untuk memberikan kredit kepada
nasabah lain dalam jumlah yang besar dikarenakan pihak Bank sendiri mengalami
kesulitan dalam perputaran arus kas (Rully et al., 2022). Ada beberapa dampak akibat
terjadinya kredit macet yang dirasakan baik dari pihak kreditur maupun debitur.
a.
Dampak kredit macet pada debitur
Riwayat atau histori dari kredit macet atau gagal bayar akan selamanya tercatat
pada sistem dan akan tersebar jika seseorang melakukan BI Checking. Hal tersebut
tentunya akan membuat pihak peminjam kesulitan untuk mendapatkan dana
kreditnya di masa depan. BI Cheking merupakan pencatatan informasi dalam
sistem debitur (SID) yang mencakup riwayat informasi kredit nasabah yang saling
dipertukarkan antar bank dan lembaga keuangan.
Selain itu, saat ini juga sudah banyak perusahaan besar yang menggunakan BI
Checking sebagai syarat seseorang untuk diterima sebagai pegawainya. Hal tersebut
masih bisa dipahami karena tentunya pihak perusahaan ingin mempekerjakan
karyawan yang bebas dari berbagai kondisi masalah keuangan yang kedepannya
bisa saja memperburuk nama perusahaan. Oleh karena itu, apabila terjadi kredit
macet pada nasabah akan sangat berdampak pada masa depan nasabah tersebut
pada saat ingin mencari pekerjaan. Selain itu, jika seorang debitur memiliki catatan
kredit yang kurang lancar ata macet maka debitur tersebut akan mendapatkan
bunga yang lebih tinggi atau bahkan tidak bisa mendapatkan pinjaman lagi.
b.
Dampak kredit macet pada kreditur
Kondisi kredit macet tidak hanya mempengaruhi peminjam ataupun nasabah, tetapi
juga mepengaruhi pihak koperasi. Adanya kondisi kredit macet ini membuat dana
pihak koperasi semakin menipis. Hal ini berdampak negatif terhadap perkembangan
usaha koperasi. Mengurangi pendapatan koperasi, pemberian kredit atau pinjaman
membantu
menghasilkan
pendapatan
(bunga)
yang
membantu
menjaga
kelangsungan hidup koperasi. kerdit macet (Non Performing Loan) akan
menghambat masuknya pendapatan bunga dan mengurangi pendapatan koperasi.
Adanya tingkat kredit macet yang tinggi menghilangkan peluang koperasi untuk
memperoleh keuntungan berupa bunga dan pembayaran kembali pinjaman. Hal ini
berdampak langsung pada pendapatan koperasi
Karena arus kas tersendat/ terganggu, tidak ada pembayaran kembali pokok atau
bunga kredit macet, yang tentunya akan menurunkan tingkat perputaran arus kas
koperasi. Piutang macet dapat mengurangi kepemilikan kas dan dapat mengurangi
kepemilikan kas koperasi karena jumlah uang tunai yang akan diterima belum
dibayar penuh. Adanya kredit macet berarti tingkat perputaran kas yang lebih
rendah bagi koperasi.
Modal koperasi menyusut, Perkembangan kredit menentukan besar kecilnya
perusahaan koperasi. Jika kredit tumbuh dengan baik, koperasi juga dapat
berkembangan dengan baik dan sebaliknya, jika kredit tidak tumbuh dengan baik,
koperasi tidak dapat berkembang dengan baik dan koperasi yang menurun
kehilangan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan.(Andriyani, 2022)
Solusi Yang Ditawarkan Akibat Masalah Kredit Macet
Seringkali permasalahan yang timbul dari sebuah organisasi koperasi adalah kredit
macet. Masalah ini dianggap sangat penting karena hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap kinerja dari koperasi itu sendiri. Permasalahan kredit macet umumnya
disebabkan oleh faktor penurunan pendapatan usaha, apalagi saat ini dunia mengalami
masa pandemic yaitu covid-19 yang semua orang tau bahwa pandemic itu memberikan
dampak yang besar bagi perekonomian dunia. Adapun solusi yang bisa diberikan untuk
menghadapi permasalahan ini yaitu yang pertama mengadakan pelatihan yang
dikhususkan kepada pelaku UMKM masyarakat setempat yang difasilitasi oleh
pemerintahan daerah setempat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
para pelaku usaha yang terkena dampak.(Noorhadi, 2022)
Solusi lainnya dalam menghadapi permasalahan kredit macet dalam koperasi ini adalah
melakukan pelaporan kepada dinas koperasi setempat dengan dilakukan pendampingan
dalam kegiatan mediasi antar pihak pengelolah koperasi dengan pihak yang terlibat
dalam masalah tersebut. Dalam kegiatan mediasi dilakukan mekanisme pemanggilan,
dimana pihak yang bersangkutan dipanggil oleh pihak koperasi untuk bisa dibicarakan
secara baik-baik bersama dengan debitur selaku peminjam dalam koperasi. Dengan
menjalani mediasi tersebut diharapkan bisa diketahui mengapa orang tersebut belum
bisa melunasi kreditnya dan mendapatkan titik terang untuk menyelesaikannya. Tidak
lupa untuk pihak koperasi sendiri perlu melakukan pengawasan yang lebih maksimal
kepada kreditur agar mencegah terjadinya kredit macet yang lebih banyak lagi.(Putri et
al., 2020)
Jika dari kedua solusi sebelumnya masih belum bisa menjadi jalan keluar dalam
menyelesaikan masalah kredit macet dalam koperasi, maka oleh pihak satuan kerja
kepala bagian kredit dalam koperasi mengambil langkah negosiasi. Langkah tersebut
merupakan salah satu kebijakan dimana kredit yang bermasalah tersebut diberikan
kesempatan baru dengan harapan masalah ini dapat terselesaikan. Adapun yang
dilakukan dalam kebijakan ini yang merupakan solusi yang umum diterapkan dalam
permasalahan kredit yang sedang macet dalam organisasi apapun, yaitu perpanjangan
masa tenggat pembayaran dengan memberikan syarat serta perjanjian jadwal
pembayaran ulang, termasuk diberikan perubahan besaran angka angsuran kredit yang
harus dibayarkan.(Bima, 2020) Biasanya dalam sebuah pemberian kredit diberlakukan
penyetoran barang jaminan yang nilai jualnya setara dengan jumlah pinjaman yang
dilakukan. Jika batas tenggat pembayaran sudah habis kemudian si kreditur tidak juga
melakukan pembayaran, maka barang jaminan tersebut akan disita dan hasil dari
penyitaan ini akan dijadikan sebagai pembayaran kredit yang diambil.(Setyawan &
Yuliarti, 2019) Langkah ini merupakan langkah baik-baik yang terakhir dalam
mentoleransi penunggakan pembayaran kredit oleh peminjam. Penyitaan barang
dilakukan jika si peminjam sudah benar-benar tidak dapat dibantu lagi, baik melihat dari
sisi usaha yang dijalankan sudah tidak memiliki prospek yang bisa dikembangkan.
Namun jika barang jaminan tidak ada, maka dari pihak debitur menyerahkan barang lain
yang dimiliki yang setara dengan jumlah kredit yang dipinjam kepada pihak koperasi
sebagai pengganti barang jaminan yang tidak ada tersebut. Tidak lupa sebelum itu pihak
koperasi sudah mengadakan hitam di atas putih dengan persetujuan debitur. Apabila
semua solusi yang diberikan juga tidak dapat menyelesaikan kredit macet maka jalur
hokum adalah jalan terakhir yang tepat untuk diambil.(Anggraini et al., 2019)
Keuntungan dan Kerugian yang Diperoleh dari Kebijakan yang Diterapkan
Keuntungan dan kerugian yang diperoleh sebagai tindak lanjut dari kebijakan yang
diterapkan oleh koperasi, sebenarnya tergantung dari unit/barang yang dijaminkan
kepada pihak koperasi. Jika dinilai dari segi kerugian, maka hal ini akan sangat
merugikan pihak koperasi. Misalnya, solusi yang ditawarkan oleh pihak koperasi
kepada nasabah adalah negosiasi, maka hal tersebut hanya menghabiskan waktu dan
tenaga saja.(Bagus & Sedana, 2017) Karena jika pada akhirnya nasabah akan membayar
denda atau hutang kepada pihak koperasi, maka perlu waktu untuk menunggu sampai
nasabah tersebut memiliki pendapatan yang nantinya juga akan berdampak pada kondisi
keuangan koperasi menjadi tidak sehat. Dikatakan tidak sehat dengan alasan bahwa
siklus keuangan pada koperasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena di dalam
koperasi itu juga terdapat sistem target atau jatuh tempo.(Parinata, 2019) Jadi, apabila
nasabah tidak membayar atau mengembalikan dana tepat waktu atau melebihi tempo
pembayaran, maka dapat dipastikan koperasi akan mengalami kerugian. Tetapi, ketika
nasabah telah mengembalikan pinjaman dan membayar denda, maka pihak koperasi
akan diuntungkan. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Ramdani (kasir KSP
Berkat), " ...jika nasabah telah membayarkan pinjamannya serta membayar sanksi
maka otomatis koperasi akan untung".
Namun, ketika kebijakan yang diterapkan oleh koperasi adalah melalui jalur hukum,
maka pihak yang merasa dirugikan adalah nasabah. Karena ketika sudah melalui proses
hukum ini, biasanya akan dilakukan penarikan barang jaminan yang dilakukan apabila
nasabah benar-benar sudah tidak dapat mengembalikan dana pinjaman (Ta et al., 2020).
Di sisi lain, nilai barang yang dijaminkan biasanya melebihi jumlah dana yang dipinjam
oleh nasabah kepada pihak koperasi. Disitulah nasabah akan marasa dirugikan jika
kelebihan nilai dari barang yang dijaminkan atas dana pinjaman tidak dikembalikan.
Dengan adanya kebijakan melalui jalur hukum ini juga akan menekan nasabah lainnya
untuk mengembalikan pinjamannya sebelum jatuh tempo.(Primanandi et al., 2022)
KESIMPULAN
Dalam koperasi terdapat masalah yang sering sekali terjadi yaitu masalah kredit macet.
Kredit macet sangatlah penting dan memberikan pengaruh yang besar terhadap jalannya
sebuah koperasi. Masalah tersebut bisa disebabkan oleh oknum koperasi itu sendiri
tetapi kebanyakan dari pihak anggota koperasinya yang mengalami kegagalan usaha
sehingga tidak dapat membayar pinjamannya sesuai dengan waktu jatuh tempo yang
diberikan oleh pihak koperasi. Kredit macet menimbulkan beberapa dampak tertentu,
untuk anggota koperasi adalah akan mendapatkan bunga yang lebih besar lagi dan
berdampak pada masa depan anggota apabila ingin mencari pekerjaan. Sedangkan untuk
pihak koperasi dampak yang ditimbulkan adalah arus kas yang terganggu membuat
perputaran modal pada usaha koperasi juga menyusut. Terdapat solusi yang ditawarkan
oleh pihak koperasi agar masalah kredit macet tidak terjadi seperti lebih ketat dalam
mengawasi kreditur. Dan jika telah terjadi masalah tersebut maka pihak koperasi
melaporkan ke dinas koperasi untuk pembimbingan dan mediasi antara pihak kreditur
dan koperasi itu sendiri.
SARAN
Dari koperasi itu sendiri, harus dilakukannya restruktrisasi terhadap terhadap angsuran
nasabah yang bersangkutan misalnya dari pihak koperasi merundingkan kembali proses
penjadwalan kembali terhadap angsuran yang akan diterbitkan kembali kepada nasabah
yang baru. Di samping itu juga, jika seorang nasabah mempunyai simpanan dari hasil
potongan pengambilan angsurannya dari koperasi itu sendiri, maka pihak koperasi bisa
menggunakan perihal tersebut dan dijadikan sebagai menutup beberapa penagihan
angsuran ke depan dan hal itu juga dapat mengurangi kredit nasabah yang
tertinggal.(Haerudin, 2020)
Ataupun dilakukan dengan cara pihak koperasi melakukan pendekatan personal kepada
para pihak nasabah, dengan tekun mendatangi nasabah untuk mengetahui kendala apa
yang dihadapi nasabah tersebut dan sekaligus memastikan bahwa peminjaman tersebut
direalisasikan untuk keperluan usahanya.
REFERENSI
Andriyani, S. D. (2022). LAPORAN KULIAH KERJA MAGANG (KKM)
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI SIMPAN PINKAM KARYA
PUTRA JOMBANG. Studi Manajemen, 1–36.
Anggraini, N., Utomo, S. W., & Styaningrum, F. (2019). Analisis Sistem Pemberian
Dan Penagihan Guna Mengurangi Kredit Macet Pada Koperasi Simpan Pinjam Xy
Madiun. Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi, 7(2), 253–263.
Bagus, I., & Sedana, P. (2017). RISIKO KREDIT DI PT BANK RAKYAT INDONESIA
Ni Made Indah Purnama Dewi 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana , Bali , Indonesia. 6(8), 4298–4331.
Bima, A. D. E. (2020). ANALISIS KREDIT MACET TERHADAP RETURN ON ASSET (
ROA ) PADA KOPERASI PEGAWAI NEGERI ( KPN ) KASABUA. 4(1), 113–119.
Cahyani, E. R., Sutrisno, & Nurodin, I. (2020). Analisis Faktor Internal Yang
Mempengaruhi Kredit Macet Koperasi Simpan Pinjam Citra Utama. Jurnal
Proaksi, 2(2), 128–134.
Haerudin. (2020). Strategi Penyelesaian Kredit Macet Dan Dampak Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Pt Bank Sulselbar Cabang Barru. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis,
1(1), 178–186.
Irwansyah, M. R., & Dharmayasa, I. P. A. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Kredit Macet Pada Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Di Kecamatan
X.
Ekuitas:
Jurnal
Pendidikan
Ekonomi,
6(1),
11–22.
https://doi.org/10.23887/ekuitas.v6i1.14240
Kurniyadi, N. (2019). MEMINIMALISIR SERTA PENYELESAIAN KREDIT
MACET DAN BERMASALAH (STUDI KASUS KOPERASI PURNA YUDHA
GATAK KABUPATEN SUKOHARJO). Universitas Widya Dharma Klaten, 1–
21.
Noorhadi, N. (2022). Problematika Koperasi Dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah
Dalam
Masa
Pandemi
Covid-19.
Qistie,
15(1),
132.
https://doi.org/10.31942/jqi.v15i1.6493
Parinata, K. A. (2019). Sistem Pemberian Kredit Pada Koperasi Simpan Pinjam (Ksp)
Cipta
Mulia
Desa
Bondalem.
Jurnal
Akuntansi
Profesi,
10(1),
23.
https://doi.org/10.23887/jap.v10i1.21038
Primanandi, M. R., Lestari, B. A. H., & ... (2022). Penerapan Sistem Pengendalian
Internal Penyaluran Kredit Dalam Hal Mencegah Terjadinya Kredit Macet Pada
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Sejati …. Jurnal Riset Mahasiswa …,
2(1),
85–99.
http://jurnal.fe.unram.ac.id/index.php/risma/article/view/187%0Ahttps://jurnal.fe.u
nram.ac.id/index.php/risma/article/download/187/128
Putri, E. A. A., Nuraina, E., & Yusdita, E. E. (2020). Upaya Pencegahan dan
Penanganan Kredit Macet Ditinjau dari Persepsi Nasabah. Jurnal Riset Akuntansi
& Perpajakan (JRAP), 7(02), 185–196. https://doi.org/10.35838/jrap.v7i02.1616
Rini, G. (1992). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Pada Koperasi
Simpan Pinjan Di Kota Padang. 25.
Riskiyanti, K. I., & Sujana, E. (2021). Evaluasi Audit Internal atas Prosedur Pemberian
Kredit dengan Ajaran Karma Phala sebagai Pedoman Penyelesaian Kredit
Bermasalah. 11(3), 569–579.
Rully, I. K., Suartama, A., & Yuniarta, G. A. (2022). Prosedur Penyelesaian Kredit
Bermasalah pada Koperasi Karya Bersama Sejahtera. 12(3), 709–719.
Setyawan, S., & Yuliarti, B. (2019). Pengaruh Karakter Nasabah, Jangka Waktu
Pinjaman dan Kemampuan Mengelola Kredit Terhadap Kredit Macet di KSP
Arofah
Kota
Kendal.
Jurnal
Ekonomika
Dan
Bisnis,
6(2),
12–22.
https://journal.feb-uniss.ac.id/home/article/view/11
Suarjaya, I. N. (2015). Analisis Penanganan Kredit Macet Pada Koperasi Pasar Srinadi
Klungkung. Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, 5(1), 1–11.
Ta, V. R., Djou, L. D. G., & Sesilianus Kapa Dosen. (2020). ANALISIS KREDIT
MACET DAN IMPLEMENTASI RESTRUKTURISASI KREDIT ( Studi Kasus
Koperasi Kredit Syuradikara ). Jurnal Riset Ilmu Akuntansi, 1(1), 1–10.
Download