BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat Indonesia yang semakin meningkat berbanding lurus dengan kejadian penyakit degeneratif yang semakin meningkat pula. Dari berbagai macam penyakit degeneratif, Diabetes Mellitus termasuk salah satu penyakit yang sangat potensial untuk dapat dicegah (Saedi et al., 2016). Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia (Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2020). Perkiraan prevalensi diabetes dari tahun 2000 sampai 2019 baik kombinasi tipe 1 dan tipe 2, yang terdiagnosis maupun tidak terdiagnosis pada orang berusia 20-79 tahun telah meningkat dari 151 juta / 4,6% dari populasi global pada saat itu menjadi 463 juta (9,3%). Bila tidak ada Tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya diperkirakan 578 juta orang (10,2% dari populasi) akan menderita diabetes pada tahun 2030. Jumlah itu akan melonjak menjadi 700 juta (10,9%) pada tahun 2045 (International Diabetes Federation, 2019). Indonesia berada diperingkat ke-7 dengan jumlah penderita sebesar 10,7 juta (Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2020). Pada tahun 2018 melakukan pengumpulan data penderita DM pada penduduk berumur ≥ 15 tahun, menunjukan prevalensi sebesar 2%. Hal itu menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi pada tahun2013 yaitu sebesar 1,5 (RISKESDAS, 2018). Hasil Riskesdas 2018, prevalensi diabetes mellitus di Jawa Barat sebesar 1,7% berada dibawah prevalensi nasional yang sebesar 2% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa barat, 2020). Data SIMRS RSUD menyatakan penderita diabetes yang berobat jalan ke poli klinik di RS dari bulan Januari – September 2022 sebanyak 2909 kunjungan, dirata-ratakan sekitar 323 orang perbulan. Untuk yang mendapat perawatan sebanyak 326 pasien, dan yang mengalami multipel komplikasi sebanyak 78 pasien (24%), diantaranya menjalani perawatan diruangan intensif ICU dan HCU karena mengalami kondisi perburukan yang membutuhkan observasi kontinyu dan peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital. Penyakit diabetes bisa sangat menganggu dan merepotkan penderitanya bisa membuat hidupnya tidak nyaman ditambah bila tidak mampu mengendalikan penyakitnya dengan baik dan benar dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut, sehingga akan menambah penderitaan baik secara fisik, mental, maupun ekonomi. Penderita diabetes, bila tidak segera diatasi terlebih bila tidak bisa mengendalikannya dengan baik dan benar akan mengalami komplikasi diamana lambat laun akan mengalami berbagai gangguan pada organ-organ tubuh. Komplikasi yang akan terjadi bisa akut / mendadak atau kronik / komplikasi menahun (Kariadi, 2016). Komplikasi yang dialami bisa menyebabkan kecacatan, kelemahan bahkan terjadi kematian bagi penderitanya. Penyakit DM menempati urutan ke-4 penyebab kematian di negara berkembang serta menyebakan kematian premature didunia.DM juga merupakan penyebab utama kebutaan, penyakit jantung dan gagal ginjal (Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2020). Berdasarkan penyebabnya, DM dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2021). Penyakit diabetes memiliki faktor resiko / faktor pencetus yang berkontribusi terhadap kejadian penyakit, faktor resiko diabetes terdiri dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi, obesitas merupakan salah satu factor pencetus dengan tidak mampu menerapkan pola hidup yang sehat dan tidak mempertikan asupan nutrisinya (kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2020). Perubahan pola makan mempengaruhi risiko diabetes, penyebabnya karena adanya proses transisi pengolahan makanan, masyarakat lebih konsumtif lebih banyak membeli daripada mengolah makanan sendiri. Adanya peningkatan karbohidrat dalam semua makanan terutama dalam minuman, peningkatan penggunaan pemanis buatan. berkurannya konsumsi buah dan sayur serta minyak nabati. Selain itu obesitas akibat berkurangnya aktivitas fisik dan peningkatan aktivitas. Serta pola aktivitas fisik, yang terlepas dari efek memiliki efek langsung pada risiko diabetes (Popkin, 2015). Supaya tidak jatuh ke kondisi diabetes orang yang sudah mempunyai faktor resiko agar dapat mengendalikan faktor resikonya dan orang yang sudah terkena diabetes tidak mengalami komplikasi dan kematian harus mampu mengendalikan penyakitnya (kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2020). Penyakit diabetes tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikontrol, dengan cara menjaga agar kadar gula darah dalam rentang normal dan mencegah komplikasi serta kecacatan yang dapat ditimbulkan (Setiyorini & Wulandari, 2017). Pengelolaan diabetes sebagai penyakit metabolisme kronik perlu dilaksanakan secara holistik dan pemeliharaan mandiri seumur hidup. Dengan pengelolaan yang baik diyakini bahwa akan terpelihara kualitas hidup pasien yang optimal dan terhindar dari berbagai komplikasi kronik diabetes (Mulyani, 2020). Menurut (Syauqy, 2015) salah satu cara mengontrol diabetes mellitus adalah konsumsi makanan yang dapat mengontrol gula darah dan berkonsultasi secara aktif dengan ahli gizi untuk merencanakan makanan yang baik. Pengelolaan diabetes dilakukan dengan 5 pilar, yaitu edukasi, pengaturan makanan, olah raga, obat dan pemantauan gula darah (PDMG). Salah satu pilar utamanya yaitu pengaturan makan, pengaturan makan yang baik adalah terapi gizi yang mengikuti prinsip 3 J yaitu tepat jumlah, jenis dan jadwal. Diabetisi diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dengan melakukan pengaturan makanan. Penanganan suatu penyakit diantaranya melalui penatalaksanaan diet, selain terapi utama seperti obat-obatan, radiasi, dan pembedahan. Dimana nutrisi berfungsi dalam mempertaankan tubuh yang kuat, untuk mencegah terjadinya malnutrisi akibat dari penyakit yang di deritanya maupun mencegah adanya komplikasi yang dapat memperberat penyakit Usaha penanggulangan DM khususnya dalam upaya pencegahan melibatkan semua pihak baik dari masyarakat dan pemerintah, serta pasien dan keluarga sangat penting, karena DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2021). Peran tenaga kesehatan khususnya perawat salah satunya adalah melakukan promosi kesehatan, dengan adanya promosi kesehatan diharapkan mampu mempengaruhi individu, kelompok atau masyarakat untuk berprilaku sehat. Salah satu promosi kesehatan yang rutin dilakukan yaitu di Perkumpulan Diabetes Indonesia (PERSADIA), dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap diabetes. Dengan meningkatkan pemahaman tentang pola hidup sehat khususnya pengaturan makanan dapat meminimalkan komplikasi atau bahaya diabetes. Perubahan prilaku setiap orang berbeda-beda, para ahli mengembangkan berbagai teori memaparkan bagaimana suatu prilaku terbentuk salah satu teori yang dominan tentang prilaku kesehatan menurut (Skinner, 1938; Snelling, 2014) adalah Theory of Planned Behavior, dimana niat seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku yang dipengaruhi oleh sikap baik positif atau negatif dan persepsi seseorang terhadap norma subjektif terkait perilaku (Pakpahan et al., 2021). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilaksanakannya promosi kesehatan tentang pentingnya pengaturan nutrisi pada penderita diabetes mellitus, untuk tidak mengalami komplikasi yang bisa meyebabkan kecacatan, kelemahan terutama kematian dengan menggunakan theory of planned behavior. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah pada proposal ini adalah “Bagaimana pengaturan nutrisi mencegah komplikasi penderita diabetes mellitus di Persadia melalui pendekatan teory planned behavior”. 1.3 Tujuan promosi Kesehatan 1.3.1 Tujuan Umum Setelah dilakukan upaya promosi kesehatan diharapkan masyarakat , anggota Persadia mampu menerapkan kepatuhan pengaturan nutrisi dalam pengelolaan diabetes mellitus. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Individu dan keluarga a. Memperoleh informasi kesehatan / manajemen pengaturan nutrisi diabetes melalui berbagai saluran baik secara langsung maupun media massa b. Mempunyai pengetahuan, kamauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan / manajemen pengaturan nutrisi diabetes c. Mampu mengimplementasikan pengaturan nutrisi dengan tepat dan benar d. Mampu mengimplementasikan upaya pencegahan komplikasi pada diabetes mellitus e. Berperan aktif dalam upaya pengendalian diabetes dan komplikasinya di masyarakat 2. Tatanan organisasi Persadia a. Pengurus dan anggota Persadia berperan aktif dalam pengendalian DM, khususnya pengaturan nutrisi b. Organisasi Persadia mampu mengembangkan kemampuan dan pemahaman kaderkadernya terkait pengelolaan DM khususnya pengaturan nutrisi