Uploaded by Eja Mei

IV#26#Reza#MM ARS

advertisement
GENAP / GANJIL
NAMA
: Reza Meilianie Prihatiningrum
NIM
: 71220154
No. ABSEN / KELOMPOK / KELAS : 26 / IV / 9D
UAS MANAGEMEN MUTU RUMAH SAKIT
DOSEN: DRG NINING HANDAYANI SP.PROS, MM., CIQnR., CIQaR
WAKTU: 120 menit
SOAL: Essay 24 soal(@ 12 soal
Sabtu, 25 Maret 2023
1. Bagaimana cara menerapkan PDCA atau PDSA dalam suatu masalah di Rumah sakit?
Jawab :

Langkah 1: Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan
Tujuan dan insiden yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan insiden tersebut ditentukan oleh
pimpinan rumah sakit. Penetapan insiden
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Insiden ditetapkan secara konkret dalam bentuk insiden, harus pula diungkapkan dengan
maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan
yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,
berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya.
Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikutidengan
penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.

Langkah 2 : Melaksanakan pekerjaan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami
standar kerja dan program yang ditetapkan. Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait
dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang
selalu dapat berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat
dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan
karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.

Langkah 3 : Mempelajari & mengevaluasi data sebelum dan setelah perubahan serta
lmerefleksikan apa yang telah terjadi→Study
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti
kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada
karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan mana
penyimpangan dan mana yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode
(standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas oleh karyawan dan manajer.
Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan
pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.

Langkah 4 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan
penyimpangan.
melalui
akibat
yang
ditimbulkan
Jika penyimpangan telah ditemukan,
bertujuan
untuk
menemukan
maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang
lagi. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan
merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.
Sumber :
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
3. Indikator itu SMART, apa yang mahasiswa ketahui tentang SMART dalam
penerapannya di RUMKIT?
Jawab :
SMART adalah singkatan dari syarat indikator harus simple, measurable, attributable,
reliable dan timely yaitu:
a) Simple (sederhana). Artinya indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana
dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya.
b) Measurable (dapat diukur). Artinya indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan
informasinya dan jelas ukurannya. Dengan demikian dapat digunakan untuk
perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu lain.
Kejelasan pengukuran juga akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya.
c) Attributable (bermanfaat). Artinya indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk
kepentingan pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa indicator itu harus merupakan
pengejahwantahan dari informasi yang memang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan.jadi harus spesifik untuk pengambilan keputusan tertentu.
d) Reliable (dapat dipercaya). Artinya indikator yang ditetapkan harus dapat didukung
oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti. Indikator yang tidak/belum bisa
didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti, seyogyanya tidak
digunakan dulu.
e) Timely (tepat waktu). Artinya indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh
pengumpulan data dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya
sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.
Penerapan SMART dalam Rumah Sakit yaitu dengan penggunaan SIMRS (Sistem
Manajemen Informasi Rumah Sakit) meliputi :
a. Koordinasi antar unit RS
Penggunaan SIMRS memungkinkan data layanan disimpan dalam sistem penyimpanan
digital yang terpusat. Hal ini memungkinkan data antar layanan tampil secara realtime dan dapat diakses kapanpun diperlukan. Selain itu, sistem juga memungkinkan
proses koordinasi dapat dilakukan dengan jauh lebih mudah. Setiap unit dapat saling
bertukar informasi terkait pelayanan, tanpa harus bertemu petugas di unit lainnya, karena
dapat saling berkirim data secara digital.
b. Pengiriman data pasien ke unit lainnya
Integrasi informasi pelayanan rumah sakit dari penerapan platform SIMRS berdampak
pada proses pengiriman data pasien yang jauh lebih cepat dan mudah, bahkan sejak
bagian pendaftaran. Data pasien secara otomatis masuk ke poli pemeriksaan, dokter dapat
mengirim resep pasien secara real-time, bagian laboratorium dapat mengirimkan hasil
lab pasien ke dokter, bahkan setiap unit layanan dapat mengirimkan data pelayanan yang
dinikmati pasien ke bagian penagihan secara langsung. Kecepatan distribusi data
mengurangi waktu untuk membawa dokumen yang dibutuhkan dari satu ruangan ke
ruangan lainnya.
c. Akses pada data pendukung layanan
Selain memudahkan pengiriman data dari satu unit ke unit lainnya, SIMRS
memungkinkan data layanan ditampilkan lebih cepat. Misalnya, dokter yang dapat
dengan mudah mengakses data rekam medis pasien pada pemeriksaan sebelumnya, tanpa
perawat mencari secara manual di gudang arsip. Hal ini tentu sangat membantu dalam
proses diagnosis dan analisis tindakan medis yang paling sesuai bagi pasien.
d. Pengawasan dan pengecekan data layanan
Kemampuan platform aplikasi SIMRS dalam menghubungkan semua proses layanan,
memudahkan manajemen rumah sakit dapat melakukan pengambilan keputusan
strategis. Konektivitas data berada di semua departemen mulai dari administrasi,
keuangan, rekam medis, hingga yang berada di luar unit medis seperti kantin. Hal
tersebut memudahkan manajemen rumah sakit dalam pengawasan dan pengecekan
kondisi layanan kapanpun diperlukan.
Sumber :
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
5. Bagaimana menentukan skala prioritas indikator mutu di RS?
Jawab :
Untuk mengukur upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di seluruh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan telah ditetapkan Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.
Pemilihan indikator dilakukan berdasarkan hasil konsensus dengan memperhatikan
beberapa kriteria berdasarkan Handbook for National Quality Policy and Strategy (2018)
sebagai berikut:
1) Sejalan dengan program prioritas nasional: indikator untuk mengukur program
prioritas nasional tertentu.
2) Besaran dampak: ruang lingkup dampak dari indikator yang diukur
3) Berbasis bukti: adanya bukti yang kredibel dari indikator yang dipilih
4) Defensibility: indikator yang terpilih dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan
dan juga merupakan indikator yang penting bagi pemerintah
5) Feasibilitas: indikator yang terpilih dapat diakses ole seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan.
6) Akurasi: data yang dikumpulkan dengan menggunakan indikator tersebut harus
akurat.
7) Actionability: perubahan perilaku maupun sistem dapat memperbaiki pencapaian
indikator.
8) Dapat diperbandingkan: indikator harus dapat diperbandingkan dengan standar atau
antar wilayah.
9) Kredibel: indikator harus kredibel bag pemangku kebijakan maupun bagi fasilitas
yang melakukan pengukuran.
10) Kejelasan indikator: indikator harus jelas dan mudah dipahami.
Sumber: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2022. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2022. Jakarta.
7. Sebutkan manfaat menjaga mutu pelayanan Kesehatan di Indonesia?
Jawab :
1) Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan. Meningkatkan efektivitas
kesehatan adalah kemampuan mengatasi masalah kesehatan secara tepat dan benar.
2) Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan. Meningkatkan efisiensi pelayanan adalah
kemampuan mencegah tindakan/pelanggaran pelayanan yang berlebihan dan atau yang
di bawah standar.
3) Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
4) Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.\
5) Meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
6) Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan berkesinambungan
melalui praktek yang terbaik dan mau mengadakan inovasi.
7) Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan lain
dari lembaga yang kuat dan dapat dipercaya.
8) Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten, dan
pembandingkan standar yang telah dicapai dengan standar pesaing.
9) Menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki. Selain itu, agar dapat
memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai
sasaran masing-masing.
Sumber :
Glory, Reynold, Merlyn Maurah. 2019. Analisis Penerapan Total Quality
Management Di Rumah Sakit Siloam GMIM Sonder. Jurnal EMBA. Vol 7. Hal 621-630
Jaya, Kusnadi, et all. 2017. Quality Assurance Dalam Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Jurnal Kesehatan Universitas Diponegoro. Semarang.
9. Mutu merupakan tanggung jawab siapa di Rumah Sakit? Bagaimana cara agar
menjaga mutu dilaksanakan oleh setiap personel yang ada di RS tersebut?
Jawab :
Penanggung jawab Indikator mutu Nasional di Rumah Sakit berbeda-beda setiap
elemen nya:
1) Kepatuhan kebersihan tangan : Komite PPI RS
2) Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri : Komite PPI RS
3) Kepatuhan identifikasi pasien : Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
4) Waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi : Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan
5) Waktu tunggu rawat jalan : Kepala Instalasi Rawat Jalan
6) Penundaan operasi elektif : Kepala Instalasi Bedah/Bedah Sentral
7) Kepatuhan waktu visite dokter : Kepala Instalasi Rawat inap
8) Pelaporan hasil kritis laboratorium : Kepala Instalasi Laboratorium
9) Kepatuhan penggunaan formularium nasional : Kepala Instalasi Farmasi
10) Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway) : Bidang Pelayanan Medik, Komite
Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan lain
11) Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh : Bidang Keperawatan dan Komite
Keselamatan Pasien
12) Kecepatan waktu tanggap komplain : Kepala Bagian Humas/Unit Pengaduan/Bagian
yang menangani complain
13) Kepuasan pasien : Kepala Bagian Humas.
Untuk dapat mengelola indikator mutu yang perlu dilakukan pengukurannnya maka
langkah pertama fasilitas kesehatan dapat membentuk dulu Tim atau Komite Mutu
(disesuaikan dengan kondisi SDM dan komplesitas Fasilias kesehatan). Lalu Komite atau
tim mutu ini akan mempunyai sub komite mutu yang tugas nya antara lain :
a. Pemantauan dan memandu penerapan program mutu di unit kerja
b. Pemantauan dan memandu unit kerja dalam memilih prioritas perbaikan, pengukuran
mutu/ indikator mutu, dan menindak lanjuti hasil capaian indakator mutu
c. Fasilitas penyususunan profil indikator mutu dan instrumen utk pengumpulan data
d. Fasilitas pengumpulan data, analisis capaian, validasi dan pelaporan data (unit kerja)
e. Pengumpulan data, analisis capaian, validasi, dan pelaporan data indikator prioritas RS
dan indikator mutu nasional rumah sakit
Setelah komite mutu terbentuk kiat yang kedua adalah dengan melakukan sosialisasi
atau in house training kepada seluruh staff yang ada di fasilitas kesehatan utk memahami
terlebih dahulu apa itu indikator mutu dan dan berbagai hal terkait pengukurannya
termasuk mengetahui tentang profil indikator dari masing-masing indikator tersebut.
Setelah itu baru diharapkan data hasil pengukuran indikator tersebut divalidasi oleh tim
validator KMD dilakukan analisa apakah hasilnya sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Dari hasil analisa tersebutlah yang digunakan oleh direktur RS untuk
melakukan upaya perbaikan bila hasil yg diperoleh belum memenuhi standar. Komite
mutu juga membantu memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala atau direktur
RS terkait perbaikan mutu tingkat RS. Perbaikan mutu fasilitas kesehatan melalui
pengukuran indikator mutu terutama yang terkait dengan keselamatan pasien merupakan
salah satu cara yang diharapkan dapat memenuhi rasa aman bagi pasien dan menghindari
kejadian yang tidak diinginkan.
Sumber :
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2022. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2022. Jakarta.
11. Jelaskan 4 langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan standard cost?
Jawab :
Penyusunan standard cost. Biasanya ada 4 (empat) langkah yang dilakukan, yaitu:
1) Penyusunan standar: penetapan standaar-standar biaya yang diperlukan (cost quality),
performance quality, safety quality dan rehabilitasi quality dari pada produk.
2) Penilaian kesesuaian: membandingkan kesesuaian dari produk yang dihasilkan atau
pelayanan yangditawarkan terhadap standar-standar tersebut.
3) Koreksi bila perlu: koreksi penyebab dan faktor-faktor maintenance yang
mempengaruhi kepuasan
4) Perencanaan peningkatan mutu: membangun usaha yang berkelanjutan untuk
memperbaiki standard-standard cost, performance, safety dan realibility
Sumber:
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
13. Bagaimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan dari Quality control untuk evaluasi
produk dan pengendalian proses untuk menghasilkan produk?
Jawab :
Kegiatan-kegiatan Quality Control diarahkan pada evaluasi dari produk dan pengendalian
proses yang dipergunakan untuk menghasilkan produk, seperti:
a. Menetapkan kualifikasi dan latihan personil
b. Meninjau catatan-catatan dan laporan-laporan
c. Menganalisis data yang cacat
d. Melakukan test-test khusus
e. Melakukan inspeksi: penerimaan, proses, inspeksi akhir, inspeksi penjaja
f. Mengadakan surveilans: waktu proses, peralatan dan kaliberasi alat ukur, catatancatatan mutu.
Sumber:
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
15. Jelaskan apa yang dimaksud dengan mutu?
Jawab:
Menurut Kementerian Kesehatan (2013: Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimum di Rumah Sakit: halaman 3) menyatakan bahwa mutu pelayanan
adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang
di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan standar kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Definisi lain menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan biasanya mengacu
pada kemampuan rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi
kesehatan dan diterima oleh pasiennya.
Sumber:
Siswati, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan II: Akreditasi dan
Manajemen Resiko. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
17. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan?
Jawab:
Berikut ini adalah beberapa pengertian kepuasan pelanggan dari beberapa ahli :

Menurut Kotler dan Armstrong (2001) : Kepuasan konsumen adalah sejauh mana
anggapan kinerja produk memenuhi harapan pembeli. Bila kinerja produk lebih rendah
ketimbang harapan pelanggan, maka pembelinya merasa puas atau amat gembira.

Menurut Zeithaml dan Bitner (2000) definisi kepuasan adalah : Respon atau tanggapan
konsumen mengenai pemenuhan kebutuhan. Kepuasan merupakan penilaian mengenai
ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu sendiri, yang menyediakan
tingkat kesenangan konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi
konsumen.

Menurut Pasuraman, Zeithaml, dan Berry (2000), mengemukakan bahwa kepuasan
pelanggan adalah perasaan pelanggan terhadap satu jenis pelayanan yang
didapatkannya.

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller yang dikutip dari buku Manajemen
Pemasaran mengatakan bahwa Kepuasan Konsumen adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan (2007).

Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara
apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi diatas ada beberapa poin yang dapat kita ambil dan kita
simpulkan, yaitu kepuasan pelanggan / konsumen adalah suatu hasil respon konsumen
terhadap produk yang dia terima dibandingkan dengan harapannya. Sehingga kepuasan
pelanggan dapat dicapai apabila kinerja atau kenyataan yang diterima oleh pelanggan
adalah sesuai dengan atau melebihi harapannya
Sumber:
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
19. Sebutkan mutu pelayanan kesehatan menurut persepsi pelanggan, penjamin dan
pembayar?
Jawab :
1) Menurut Pelanggan
Sebagian besar pelanggan mengharapkan mutu dalam penyampaian pelayanan
kesehatannya. Pasien ingin menerima pengobatan yang tepat dan mendapatkan hasil
yang baik. Setiap orang menginginkan interaksi yang memuaskan dengan pemberi
pelayanan. Selain itu pelanggan menginginkan fasilitas fisik yang disediakan dalam
kondisi yang bersih dan nyaman, mereka menginginkan dokter mereka untuk
menggunakan teknologi yang tersedia.
2) Menurut Pihak Penjamin / Pembayar
Pembayar atau penjamin adalah individu dan organisasi yang membayar
pelayanan baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila anda membayar secara
tunai untuk pelayanan kesehatan,
maka anda adalah konsumen sekaligus
pembayar/penjamin. Organisasi pembayar / penjamin termasuk dana bantuan
pemerintah dalam program asuransi kesehatan, perusahaan asuransi swasta, juga
asuransi tenaga kerja. Bagi mereka pembayar, mereka menginginkan nilai yang sepadan
dengan rupiah yang telah dia keluarkan. Bagi pihak pembayar melihat dar sisi “cost
effectiveness” yang berarti mendapatkan nilai yang sesuai dengan pengeluaran
pelayanan kesehatan.
Sumber:
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
21. Uraikan beberapa dimensi mutu pelayanan jasa?
Jawab :
1) Bukti Langsung (tangibles) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
komunikasi. Mutu pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh
penggunannya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai
sehingga para tenaga kesehatan akan bekerja secara optimal dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, perbaikan sarana seperti sarana komunikasi dan
juga perlengakapan pelayanan yang tidak langsung seperti tempat parkir, keadaan
ruang tunggu ketersediaan kursi yang cukup, sarana penyejuk ruangan, kebersihan
ruangan yang terjaga)
2) Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan. Dimensi ini mengandung arti bahwa pelayanan yang
diberikan tepat waktu, akurat sesuai yang ditawarkan (misal tertuang dalam brosur
pelayanan). Dalam jasa pelayanan dimensi ini dianggap hal yang paling penting oleh
para pelanggan. Jasa pelayanan kesehatan merupakan jasa yang non standardize output,
dimana produknya akan sangat tergantung dari aktifitas manusia sehingga sulit
didapatkan output yang konsisten. Sehingga seorang pimpinan perlu menerapkan
budaya kerja di lingkungan kerjanya melalui program-program menjaga mutu.
3) Daya Tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.Dimensi ini termasuk
kemampuan petugas kesehatan dalam membantu pelanggan serta tingkat kesiapan
dalam melayani sesuai prosedur yang berlaku dan tentunya untuk bisa memenuhi
harapan pelanggan. Pelayanan kesehatan yang responsif / cepat tanggap terhadap
kebutuhan pelangganya kebanyakan ditentukan oleh sikap petugas yang bertugas di
garis depan pelayanan, karena mereka secara langsung yang berhubungan langsung
dengan pasien, dan keluarganyanya. Baik secara langsung tatap muka, komunikasi non
verbal langusng atau melalui telepon.
4) Jaminan (Assurance), mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya risiko atau keragu-raguan. Dimensi ini
memberikan akibat / dampak kepada pelanggan pengguna jasa merasa terbebas dari
risiko. Hasil riset menunjukkan bahwa dimensi ini meliputi faktor keramahan,
kompetensi, kredibilitas dan keamanan. Variabel ini peru dikembangan dengan
melakukan investasi yang tidak saja berbentuk material / uang tapi juga keteladanan
manajemen puncak, kepribadian dan sikap staf yang positif dan juga perbaikan
remunerasi.
5) Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan
memahami kebutuhan para pelanggan.dimesi ini juga terkait dengan rasa kepedulian
dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka
dan memberikan kemudahan untuk dihubungi setia saat jika para pengguna jasa
membutuhkan bantuannya. Dalam hal ini peranan tenaga kesehatan aan sangat
mnentukkan mutu pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi
kepuasan pelanggan jasa pelayanan kesehatan.
Sumber:
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
23. Jelaskan maksud dari dimensi mutu “Equity/berkeadilan”?
Jawab :
Keadilan (Equity) meupakan perawatan terbaik harus disediakan bagi semua orang
tidak memandang umur, jenis kelamin, ras, status finansial atau variabel demografis lain.
Berkenaan dengan keadilan dalam pemberian pelayanan, semua individu dengan tepat
mengharapkannya diperlakukan secara adil oleh lembaga sosial, termasuk istitusi
pelayanan kesehatan. Ketersediaan pelayanan yang berkualitas harus didasarkan pada
kebutuhan individu dan bukan pada karakteristik pribadi yang tidak terkait dengan kondisi
pasien atau untuk alasan mencari perawatan. Secara khusus, kualitas perawatan seharusnya
tidak berbeda karena karakteristik seperti gender, ras, usia, etnis, pendapatan,pendidikan,
kecacatan, orientasi seksual, atau lokasi tempat tinggal.
Sumber:
Arief T, et al. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
TTD
Download