Uploaded by Millitia

b3

advertisement
BAB III
PERKEMBANGAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI NEGARA
3.1.
Pembinaan Ideologi Negara di Indonesia
3.1.1.
Pancasila sebagai Ideologi Negara di Indonesia
Pancasila sebagai ideologi negara tidak bisa dilepaskan dari sejarah
Pancasila dalam sejarah kebangsaan Indonesia sebagai berikut:
3.1.1.1 Sejarah Pemikiran Pancasila sebagai Dasar Negara
Sejarah Pemikiran Pancasila sebagai Dasar Negara dapat dilihat
dari masa sebelum kemerdekaan dari dibentuknya BPUPKI sampai sidang
PPKI setelah kemerdekaan sebagai berikut:
A. Badan
Penyelidik
Usaha
Persiapan
Kemerdekaan
Indonesia
Usaha
Persiapan
Kemerdekaan
Indonesia
(BPUPKI)
Badan
Penyelidik
(BPUPKI) merupakan badan yang dibentuk oleh Jepang untuk
memikirkan, merencanakan, dan mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut atau berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Badan ini
setelah terbentuk melakukan dua kali siding umum yaitu pada 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945 sebagai masa sidang pertama dan 10 Juli
sampai dengan 17 Juli sebagai masa sidang kedua.1 Dalam masa sidang
pertama muncullah pemikiran mengenai dasar-dasar negara yang akan
digunakan apabila Indonesia menjadi negara merdeka. Adapun pemikiran
tersebut dikemukakan oleh beberapa orang sebagai berikut:
a. Mr. Muhammad Yamin, pada tanggal 19 Mei 1945
Dalam pidatonya berjudul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan
Republik Indonesia, mengemukakan lima dasar negara Indonesia
merdeka, yaitu:
1
Ahmad Zubaidi, “Ideologi Pancasila dan Konsepsi Ketahanan Nasional,” Tesis
Universitas Indonesia Program Pascasarjana Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional,
Jakarta,1994, hlm., 57.
1.
Peri Kebangsaan
2.
Peri Kemanusiaan
3.
Peri ke-Tuhanan
4.
Peri Kerakjatan
5.
Kesedjahteraan Rakyat.2
b. Prof Supomo pada tanggal 31 Mei 1945
Dalam pidatonya mengemukakan lima dasar negara sebagai berikut:
1. Paham Negara Persatuan
2. Perhubungan Negara dan Agama
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Sosialisme Negara (Staatssocialisme)
5. Hubungan Antarbangsa yang bersifat Asia Timur Raya.3
c. Ir. Soekarno, pada tanggal 1 Juni 1945
Dalam pendapatnya menyebut dasar negara yang dimaksudnya sebagai
Pantja Sila. Sila artinja azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itukah
kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi.4 Dapat
disimpulkan bahwa susunan Pancasila yang diusulkan Ir. Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945 adalah:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan5
Menurut Panitia Lima yang terdiri dari Dr. Mohammad Hatta, Prof,
M. H. Ahmada Subardjo, Mr, Alex Andries Maramis, Prof. Mr. Sunario
2
Ibid., hlm. 57 mengutip Sekretariat Negara RI, Himpunan Risalah Sidang-Sidang
BPUPKI dan PPKI, hlm.3-4.
3
Ibid., hlm. 58 mengutip Dardji Darmodiharjo, Pancasila dalam Beberapa Perspektifnya,
(Aries Lima: Jakarta, 1992), hlm. 32
4
Ibid., hlm hlm. 61 mengutip Sekretariat Negara RI, Himpunan Risalah Sidang… hlm.
74.
5
Ibid., hlm. 62 merangkum pendapat Soekarno dalam Sekretariat Negara RI, Himpunan
Risalah Sidang…, hlm. 65-75.
dan Prof. Mr. Abdul Gafar Pringgodigdo, rumusan Pancasila dari Ir.
Soekarno pada sila kelima adalah “Ketuhanan yang Maha Esa”.6
Dilatarbelakangi oleh perkara hasil perumusan individu maka
dibentuk Panitia Kecil yang disebut “Panitia 9”. Pembentukan Panitia
tersebut dikhususkan bekerja untuk menetapkan rancangan pembukaan
hukum dasar dalam sidang nonresmi. Adapun anggota “Panitia 9” adalah
sebagai berikut:
1. Ir. Sukarno, ketua meragkap anggota
2. Drs. Mohammad Hatta. anggota
3. Mr. A. A. Maramis, anggota
4. Kiai Hadji Wachid Hasyim. Anggota
5. Abdul Kahar Muzakir. Anggota
6. Abikusno Tjokrosujoso. Anggota
7. H. Agus Salim. Anggota
8. Mr. Ahmad Subardjo. Anggota
9. Mr. Muhammad Yamin. Anggota
Panitia 9 kemudian melahirkan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945
yang didalamnya terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.7
Perumusan sebagai di atas kemudian diterima oleh Badan
Penyelidik dalam sidang keduanya dan menjadi rancangan Mukadimah
Hukum Dasar negara Indonesia pada 14 Juli 1945.8
6
Ibid.
Ibid., hlm. 64 mengutip Dardji Damodihardjo, Pancasila dalam Beberapa
Perspektifnya… hlm. 33-34.
8
Ibid.
7
Dalam masa sidang kedua BPUPKI, tepatnya pada tanggal 16 Juli
1945 disetujui suatu rancangan Mukadimah Hukum Dasar Negara
Indonesia yang terdiri dari atas tiga bagian, yaitu:
1. Pernyataan Indonesia merdeka
2. Pembukaan yang memuat Pancasila lengkap
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar yang tersusun atas pasal-pasal.9
B.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Kekalahan Jepang dimanfaatkan para pemuda yang menghendaki
agar
kemerdekaan
segera
diproklamasikan.
Setelah
dilaksanakan
pertemuan-pertemuan, pada jam 10.00 pada tanggal 17 Agustus 1945
naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
hatta dengan disaksikan oleh para pemuda. Pada jam 10.00 pada tanggal
17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indoneisa diumumkan di tempat kediaman
Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.10 Keesekokannya,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus
1945 menyahkan Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia.
Dalam rapat PPKI 18 Agustus ini terdapat perubahan mendasar
yaitu kesepakatan baru tentang Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
diambil dari Piagam Jakarta yaitu Pancasila sila pertama. Perubahan ini
dikenal dengan istilah hilangnya tujuh kata dengan mengganti Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan disahkannya
Pembukaan dan Undang-Undang Dasar tesebut maka secara resmi dan
formal Pancasila menjadi dasar negara Republik Indonesia.11
3.1.1..2
Pancasila dalam Konstitusi yang Pernah Berlaku di
Indonesia
Indonesia
dalam
sejarah
ketatanegaraannya
tidak
selalu
menggunakan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusinya. Berikut
9
Ibid., hlm. 67 mengutip Lembaga Soekarno Hatta, hlm. 40
Ibid., hlm. 68 mengutip Lembaga Soekarno-Hatta, hlm. 19
11
Ibid., hlm. 73.
10
ini akan dijabarkan beberapa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
dan bagaimana masing-masingnya memuat Pancasila yang sudah
dirumuskan sebagai dasar negara:
1.
Pancasila menurut Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila
dirumuskan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Mahaesa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Selanjutnya dalam Penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa:
“Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (rechsidee) yang
menguasai negara baik hukum tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun
hukum tidak tertulis.”12
2.
Pancasila
menurut
Konstitusi
Republik
Indonesia
Serikat
(Konstitusi RIS)
Konstitusi RIS berlaku sejak 27 Desember 1947 sampai dengan 17
Agustus 1950. Adapun bagian Mukadimahnya berbunyi sebagai berikut:
…Maka dari ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam
sebuah Piagam Negara yang berbentuk Republik Federasi,
berdasarkan pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa, peri
kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian,
dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia
merdeka yang berdaulat sempurna.13
Di dalam mukadimah Konstitusi RIS tersebut antara lain
menyatakan14:
12
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, UUD NRI 1945,
Umum, Angka III.
13
Indonesia, Konstitusi Republik Indonesia Serikat, Mukadimah
14
Ibid., hlm. 91.
a. Yang menjadi dasar negara Republik Indonesia Serikat adalah
Pancasila;
b. Rumusan Pancasila menurut Konstitusi RIS adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Mahe Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
3.
Pancasila menurut Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
UUDS berlaku sejak 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959. Bagian
Mukadimah UUDS berbunyi sebagai berikut:
… Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
piagam negara yang berbentuk Republik Kesatuan, berdasarkan
pengakuan Ketuhanan yang Maha Esa, peri kemanusiaan,
kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial, untuk mewujudkan
kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara Hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat
sempurna.”
Di dalam Mukadimah UUDS tersebut antara lain menyebutkan15:
a. Yang menjadi dasar negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah Pancasila;
b. Rumusan Pancasila menurut UUDS tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Ketuhanan yang Mahaesa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial
4.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden tersebut, berisi đua hal pokok16:
15
Ibid., hlm. 94.
a. Latar belakang dikeluarkannya Dekrit
Anjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada UndangUndang Dasar 1945 yang disampaikan kepada segenap rakyat Indonesia
yang diwakili oleh Konstituante, dengan amanat Presiden tanggal 22 April
1959, tidak memperoleh keputusan dari Konstituante sebagaimana
dipersyaratkan oleh Undang-Undang Dasar Sementara. Berhubungan
dengan pernyataan sebagian terbesar anggota-anggota siding pembuat
Undang-Undang Dasar untuk tidak menghadiri sidang lagi. Konstituante
tidak mungkin lagi menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh rakyat
kepadanya. Hal yang demikian menimbulkan keadaan ketatanegaraan
yang membahayakan persatuan Ideclogi pancasila dan keselamatan
Negara, Nusa dan Bangsa serta merintangi pembangunan semesta untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Dengan dukungan sebagian
terbesar rakyat Indonesia, Presiden Soekarno terpaksa menempuh satusatunya jalan untuk menyelamatkan Negara Proklamasi. Presiden
Soekarno berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945
menjiwai Undang-Undang Dasar 1945, dan adalah merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.
b. Isi dan tujuan dikeluarkan Dekrit 5 Juli 1959
Isi dan tujuan dikeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 adalah menyatakan:
1. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai
hari tanggal penetapan Dekrit ini, tidak berlaku lagi Undang-Undang
Dasar Sementara;
2. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang
terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah utusan dari Daerah-daerah
dan Golongan-golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat
singkatnya. Dengan dikeluarkannya Dekrit tersebut, berarti:
a. Berakhirlah masa herlakunya Undang-tindang Dasar Sementara
1950;
16
Ibid., hlm. 95-97.
b. Konstituante hasil pemilihan umum 1955 dibubarkan;
c. Pancasila yang menjadi dasarnegara adalah kelima sila sebagaimana
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
3.1.1.3
Pancasila sebagai Ideologi yang Ideal bagi Bangsa
Indonesia
Suatu ideologi perlu mengandung tiga dimensi penting dalam
dirinya agar dapat memelihara relevansinya yang kuat terhadap
perkembangan aspirasi masyarakat dan tuntutan perubahan zaman yaitu
dimensi realita, dimensi idealism, dan dimensi fleksibilitas.17 Pancasila
terbukti memiliki dimensi tersebut:
1. Dimensi Realita
Pancasila mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung
di dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam
tubuh Indonesia yang (baru) rumusan bangsa. Sejarah membuktikan
bahwa Pancasila adalah dari realitas kehidupan bangsa Kelima di
terumus pada tahun 1945, formal Indonesia yang telah berlangsung
lama. Nilai dasar Pancasila itu tertanam dan berakar dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
2. Dimensi Idealisme
Suatu ideologi mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat, idealisme atau cita-cita yang
terkandung dalam ideologi yang dihayati, bangsa atau mengetahui ke
arah mana mereka ingin membangun kehidupan bersama. Idealisme
atau cita-cita tersebut berisi harapan-harapan masuk akal, bukanlah
berupa angan-angan yang sekali demikian, ideologi tersebut akan
mampu menjadikan dirinya sebagai landasan atau dimensi realita) dan
sekaligus tujuan (melalui dimensi idealisme) dan membangun berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pancasila
sebagai ideologi rmemang mengandung dan memenuhi dimensi
idealisme, yaitu oleh pendiri negara, đijadikan dasar sekaligus tujuan,
17
Alfian, Pancasila sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik, disunting Oetojo Oesman
dan Alfian, Buku Pancasila sebagai Ideologi, (BP-7 Pusat: Jakarta, 1992), hlm. 191-192.
dari didirikannya Republik indonesia, seperti yang dinyatakan oleh
Pembuleaan UUD 1945.
3. Dimensi Fleksibelitas (pengembangan)
Realita kehidupan masyarakat berubah dan berkembang dari waktu ke
waktu, apalagi masyarakat sedang membangun seperti Indonesia.
Kehadiran realita-realita baru, disamping dirangsang oleh idealisme
yang berbangsa dan bernegara suatu masyarakat atau idealisme atau
yang terkandung dalam ideologi bersama, juga berdampak terjadinya
pembaruan nilai-nilai dasar dalam dalam ideologi tersebut. Bila
pembaruan termaksud tidak tertanggapi sebagaimana seharusnya,
maka realita-realita baru itu dapat menyimpang dari idealisme yang
terkandung dalam ideologi tersebut. Apabila direnungkan, yang
menjadi masalah bukanlah realita-realita baru yang menyimpang dari
nilai-nilai
dasar
ideologi,melainkan
pengembangan
pemikiran
masyarakat berjalan lebih lamban dari lajunya proses pembangunan
diri mereka, sehingga menyulitkan mereka memperoleh makna yang
secara ideologi relevan dengan realita-realita baru yang mereka hadapi
dari waktu ke waktu. Dalam hal ini jelas terligat adanya kebtuhan tiap
dieologi untuk memiliki dimensi fleksibilitas atau daya kembang yang
memungkinkan bertambahnya pemikiran-pemikiran baru tentang
ideology tersebut tanpa menghilangkan hakekat yang terkandung di
dalam dirinya. Dimensi fleksibilitas menjadi wiajar jika kita mengakui
Pancasila sebagai ideologi terbuka.18
3.1.2.
Lembaga-Lembaga Pembinaan Pancasila di Indonesia
3.1.2.1. Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan Pengamalan Pancasila (BP-7)
a.
Latar Belakang Pendiirian
Kelahiran lembaga ini pada masa Orde Baru tidak
terlepas dari pandangan Soeharto terhadap Pancasila. Kegagalan
Soekarno pada masa Orde Lama yang menggeser nilai Pancasila
dengan menyatukannya dengan semangat komunis melalui
18
Ibid., hlm. 192-195.
konsep Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunis) menjadi
tolak ukur pandangan Soeharto akan pentingnya Pancasila
diterapkan secara murni. Pandangan Soeharto tersebut tercermin
melalui pidatonya dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila di
Jakarta, 1 Juni 196719 dan pidato pada tanggal 15 Februari 1975
pada Dies Natalis Universitas Indoensia.20
Mulai dari tahun 1975 Soeharto mulai menjabarkan nilai
Pancasila dan menyampaikan pemikiran mengenai pengamalan
dan penghayatan Pancasila.21 Selanjutnya pada tahun 1976 dalam
pidato menjelang pembukaan Kongres Nasional Pramuka di
Jakarta
Soeharto
menyebutkan
kosnep
Eka
Prasetia
Pancakarsa.22Eka Prasetia Pancakarsa berasal dari bahasa
Sansekerta yang secara harfiah Eka berarti satu atau tunggal dan
Prasetia berarti janji atau tekad.Konsep ini dicetuskan oleh
Soeharto dengan teori politik penyeragaman Pancasila sebagai
pedoman masyarakat Indonesia sehingga tidak mudah dirongrong
ideologi lain.23 Pada kesempatan Kongres Nasional Pramuka
tersebut Soeharto mengemukakan ide untuk menuangkan
pedoman menghayati dan menjabarkan Pancasila di kukuhkan
bersama menjadi Ketetapan Permusyawaratan Rakyat.24
Pada tahun 1978, setelah Soeharto diangkat sebagai
presiden untuk ketiga kalinya, ia membuat kebijakan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) yang merupakan
kebijakan yang menampung konsep Eka Prasetia Pancakarsa.
19
Sutejo Brodjonegoro, Kumpulan Ceramah 10 Intelejensia tentang Pembangunan
Masyarakat dan Negara Republik Indonesia, (Yogyakarta: Usaha Penerbitan Indoenesia, 1950),
hlm. 159 mengutip Soeharto, Sambutan Jenderal Soeharto Selaku Pejabat Presiden pada
Peringatan: Hari Lahir Pancasila di Jakarta 1 Juni 1967, (Jakarta: Yayasan Pembela Tanah Air,
1994).
20
Pidato Soeharto pada Dies Natalis Universitas Indonesia yang ke-25, seperti yang
dikutip oleh Ibid., hlm.107.
21
Ibid.
22
Anhar Gonggong, et.al., 60 Tahun Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi, (Jakarta:
Depkominfo, 2005), hlm. 159.
23
Ibid.
24
Bahan Penataran dan Bahan Referensi Penataran: UUD, P-4, dan GBHN tahun 1993
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm., 127.
Soeharto mengajukan draft P-4 ini kepada MPR untuk membantu
MPR
meneyelesaikan
mungkin.
25
Pancakarsa
tugasnya
dalam
waktu
sesingkat
Ide-ide Soeharto dalam konsep Eka Prasetia
telah
mendorong
MPR
untuk
mengeluarkan
TAP.II/MPR/1978.
Sebelum sidang umum MPR 1978 berlangsung, Badan
pekerja MPR membentuk tiga panitia Ad hoc untuk menyusun
Rancangan
kebijakan
Pedoman
Penghayatan
Pengamalan
Pancasila dan menetapkan dua kesepakatan dari hasil rapat
Panitia Ad Hoc II yaitu pertama, bahwa Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila merupakan penuntun dan pegangan hidup
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggaraan negara serta setiap
lembaga
kenegaraan/lembaga
kemasyarakatan
baik
Pusat
maupun Daerah dilaksanakan secara bulat dan utuh. Kedua,
khusus mengenai pedoman tentang penghayatan dan pengamalan
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dipandang perlu kejelasan
karena perkara yang berhubungan dengan kepercayaan cukup
peka.26 Berdasarkan sistem suara terbanyak (voting) pada hari
penyelenggaraan Sidang umum, akhirnya rancangan kebijakan P4 disahkan menjadi TAP MPR No.II/MPR/1978.27
Dengan keluarnya TAP MPR No.II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalam Pancasila (Ekaprasetua
Pancakarsa)
sebagai
ketetapan
sah,
pemerintah
segera
membentuk beberapa tim khusus di bawah naungan Badan
Pekerja MPR untuk dapat merealisasikan kebijakan P-4 lebih
leluasa. Pemerintah membentuk Tim Penasehat Presiden
mengenai Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P-7)
yang bertugas memberikan nasehat kepada Presiden dengan
25
Anhar Gonggong, …, hlm., 160.
Bahan Penataran dan Bahan Referensi Penataran: UUD, P-4 dan GBHN tahun 1993
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 128.
27
Ibid., hlm. 130.
26
menyampaikan berbagai laporan, saran serta pertimbangan
berkenaan hal yang dianggap perlu dalam menyukseskan
pelaksanaan Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4).28
Kemudian, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden
No. 172/M tahun 1978 dan mendirikan Tim Pembinaan Penatar
dan Bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia. Melalui
pedoman Instruksi Presiden Republik Indonesia No.10 tahun
1978, dilaksanakan adanya penataran terhadap Pegawai Negeri
Sipil dan membagi 3 kategori penataran yaitu, kategori A diikuti
oleh seluruh Pegawai Negeri Sipil golongan IV dan III dengan
lama penataran selama 14 hari kerja. Penataran kategori B diikuti
oleh seluruh Pegawai Negeri Sipil golongan II dengan lama
penataran selama 64 jam atau 14 hari kerja. Dan penataran
kategori C diikuti oleh seluruh Pegawai Negeri Sipil golongan I
dengan lama penataran 32 jam atau 4 hari.29 Tugas organisasi
tersebut adalah menyiapkan dan menetapkan kurikulum ajaran
yang meliputi naskah P-4, UUD 1945 serta GBHN bagi
penataran
pegawai
Republik
Indonesia
dan
memberikan
penataran kepada para calon petatar dalam penataran Tingkat
Nasional dan penataran tingkat lainnya jika diperlukan.30
Untuk kebijakan yang lebih lanjut menanggapi hasil
Sidang Umum 1978 melalui Keputusan Presiden No.10 tahun
1979 lahirlah badan khusus pelaksana P-4 yang disebut Badan
Pembina
Pendidikan
Pelaksanaan
Pedoman
Penghayatan
Pengamalan Pancasila (BP-7). Pada tanggal 9 April 1979
Soeharto melantik Kepala dan Wakil Kepala BP-7, Hari Suharto
S.H. dan Prof.Drs. Harsojo di Istana Negara.
28
Galih Hutama Putra, “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) Asas
Tunggal: Kebijakan Soeharto 1978-1985”, (Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok, 2013),
hlm. 42.
29
Ibid., hlm. 46.
30
Pidato Presiden 1 Oktober 1978, lihat Bahan Penataran dan Bahan Referensi Penataran:
UUD, P-4 dan GBHN tahun 1993 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 479.
b.
Status, Keanggotaan, Organisasi
Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan Pengamalan Pancasila (BP-7) merupakan lembaga
non-departemen yang bertanggung jawab lansgung kepada
Presiden di bawah koordinasi Menteri/Sekretariat Negara.31
Selain itu dibentuk juga BP-7 di Daerah Tingkat I dan Daerah
Tingkat yang diisi oleh Manggala-Menggala yang telah dididik,
dilatih dan diangkat sebagai penggerak P-4, UUD 1945, dan
GBHN. Manggala dibagi dalam dua status yaitu Manggala
Organik yang bertugas di Kantor BP-7 dan manggala NonOrganik yang tidak ertugas di kantor BP-7 tetapi diperbantukan
dalam suatu penataran apabila dibutuhkan.32
c.
Tugas, Fungsi, dan Wewenang
Berdasarkan Keputusan Presiden No.10 Tahaun 1979,
BP-7 memiliki tugas yaitu melaksanakan pembinaan pendidikan
Pelaksanaan P-4. Selian itu BP-7 juga mempunyai fungsi yaitu
Perumusan kebijaksanaan dan program nasional mengenai
pendidikan pelaksanaan P-4 di kalangan masyarakat dan di
lingkungan
lembaga-lembaga
Pemerintah,
penyelenggara
pendidikan atau penataran pelakasanaan P-4 bagi calon-calon
penatar yang diperlukan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
Pemerintah serta pembinaan, pengawasan dan pengkordinasian
penyelenggaraan
pendidikan
atau
penataran
yang
diselenggarakan oleh organisasi masyarakat dan lembagalembaga Pemerintah.33
Pasca dua periode penataran berturut-turut di tahun 1978
dan 1979, para tutor manggala BP-7 mulai berpartisipasi
sistematis melancarkan simulasi P-4 yang diimplementasikan di
31
Nazaruddin Sjamsuddin, ed. Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978-11 Maret 1983,
(Jakarta: Lamtoro, 1992),. hlm.141.
32
G. Dwipayana dan K.H.Ramadhan, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya,
(Jakarta: Citra Lamtoro Gunung Persada, 1989), hlm.336
33
Soeprapto, Kumpulan Karangan tentang Pancasila disajikan dalam Berbagai Seminar,
(Jakarta: LPPKB, 2007), hlm.35.
tingkat regional. Semua kalangan pegawai baik negeri maupun
pegawai swasta dan anggota militer turut ikut serta dalam
pemasyarakatan P-4 di tiap-tiap daerah. Program edukasi P-4
juga diikuti oleh intelektual kampus dan masyarakat Indonesia
yang berdomisili di luar. Penanaman muatan nilai Pancasila di
tingkat perguruan tinggi diterapkan pada saat penerimaan calon
mahasiswa
sebelum
mereka
diizinkan
mengikuti
kuliah.
Pemerintah menyediakan bahan silabus ajaran penataran dan
modul pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah
tingkat menengah yang diterbitkan oleh BP-7.34
Pemasyarakatan P-4 pertama kali diberikan kepada
organisasi kepemudaan. Sebanyak 140 peserta pemuda dan
pemudi dari seluruh Indonesia terlibat dalam kursus penataraan
pertama Organisasi Kepemudaan ini.35 Aparat penyelenggaraan
negara dari Pegawai Negeri Sipil hingga anggota ABRI menjadi
sasaran pada simulasi penataran P-4. Dalam kaitan ini,
menghadirkan perspektif Soeharto karena Pegawai Negeri Sipil
akan mengemban tugas sebagai pelayan masyarakat dan anggota
ABRI se36bagai pelayan negara yang baik. Untuk masyarakat
luas penyuluhan diikuti oleh lapisan masyarakat yang beragam,
seperti anggota parpol, pemuka agama, rohaniawan, pemuda,
cendekiawan, karyawan tempat swasta, pengusaha muda, pelaku
seni serta para pejabat Duta Besar di luar negeri.
Sasaran simulasi program ideologis ini adalah individu,
keluarga, dan masyarakat baik di setiap lingkungan maupun di
lingkungan tempat bekerja. Setiap pejabat dan instruktur
penataran P-4 diberikan modul yang akan dijadikan referensi
mengajar untuk siswa serta masyarakat pada umumnya. Melaui
perantara media informasi, majalah Mimbar yang dirilis oleh BP34
Oetojo Oesman dan Alfian, Pancasila sebaga Ideologi, (Jakarta: BP-7 Pusat, 1980),
hlm.177
35
Ibid., hlm.177
G. Dwipayana dan Ramadhan, Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, (Jakarta:
Citra Lamtori Gung Persada, 1989), hlm. 337
36
7 di Jakarta menjadi misi nasional untuk menyebarkan dan
membudayakan muatan lima nilai Pancasila pada rakyat
Indonesia, sebagaimana dijabarkan dalam P-4.37
Tahap awal yang dilakukan adalah pembekalan kepada
Pegawai Negeri Sipil dan lalu ditindaklanjuti untuk masyarakat
luas. Adapun jalur yang menunjang, antara lain melatui jalur
pendidikan, jalur media massa dan jalur organisasi sosial politik.
Di
dalam
metode
penataran
P-4,
pendidikan
resmi
dikolaborasikan dengan edukasi non-formal sejak dini seperti
ajaran agama, sosial, etika, dan moral sehingga gagasan P-4
diharapkan dapat menciptakan manusia Pancasila. Selanjutnya
hingga menjelang akhir rezim Orde Baru, penataran itu diadakan
secara wajib di tiap jenjang sekolah dengan mengintegrasikan
muatan ajaran P-4 ke dalam kurikulum pembelajaran. Seluruh
gelanggang pelajar diharuskan mengkuti program penataran P-4
agar menerima sertifikat P-4. Selain jalur pendidikan resmi, nilainilai muatan P-4 juga direalisasikan di berragam acara kepanduan
seperti kepramukaan serta dengan aktivitas di bidang komunikasi
seperti radio, televisi dan film.38 Jalur jurnalistik juga turut
berkontribusi dalam terwujudnya Penghayatan dan Pengamalan
Parcasila di masyarakat seperti siaran radio, tayangan televisi dan
pers, di samping media tradisional serta bentuk seni rakyat
lainnya juga berpengaruh.
Jalur lembaga sosial politik yang diharapkan juga dapat
melestarikan dan turun tangan dalam melaksanakan P-4 secara
konsekuen. Terakhir, keterlibatan para pimpinan masyarakat
dalam membahasa-awamkan P-4 dengan kalimat dan pembawaan
yang mudah dipahami dan masyarakat bisa meresapi dengan
hikmat. Pemimpin-pemimpin itu meliputi seluruh golongan
masyarakat, antara lain sosok agama, pegawai Republik
37
Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1999), hlm.146
38
Ibid., hlm.145-146
Indonesia, petani, buruh, nelayan, pemuda, wanita dan tokohtokoh adat dan semua pemimpin lainnya.39
Menindaklanjuti penerapan kebijakan P-4, lembaga
tertinggi dalam urusan pancasila atau BP-7 mengeluarkan Surat
Keputusan No. KEP-01 BP-7/1/1980, mengenai pola-pola
penataran untuk penatar manggala baru, untuk para panutan
masyarakat dan organisasi, dan secara umum untuk masyarakat.
Dalam surat keputusan tersebut terdapat berbagai bentuk
penataran P4 antara lain penataran pola 120 jam, 45 jam, 25 jam
dan 17 jam. BP-7 Pusat bersama dengan kedutaan setempat juga
menggelar acara Penataran P-4 di luar negeri dengan pola 45 jam
yang ditujukan bagi WNI yang berdomisili, sedang berdinas dan
menuntut ilmu di negara lain. Penataran ini bertujuan agar Warga
Negara
Indonesia
di
luar
negeri
mengetahui
hak
dan
kewajibannya sebagai warga negara.40
Secara garis besar, program kenegaraan tersebut
diperuntukkan bagi mereka yang telah terbilang dewasa.
Penataran diperkenalkan bagi para mahasiswa baru sebagai
pengganti acara Masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus.
Dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
No. 86 Dikti/Kep/83 dan Keputusan Kepala BP-7 No. Kep01/BP-7/V1984
dan
Kep-24DP-7V/1984
dikembangkan
penataran pola 100 jam khusus mahasiswa baru di setiap akademi
negeri maupun swasta. Sedangkan bagi para pelajar baru tingkat
SLTP & SLTA sederajat dikembangkan pola khusus yang lebih
sesuai. Penatar berasal dari para penatar P-4 tingkat nasional dan
daerah serta dosen perguruan tinggi dan guru yang telah
menyelesaikan penataran dalam pola waktu yang ditetapkan dan
mendapatkan predikat sebagai penatar P-4.41 Setiap mahasiswa
39
Bahan Penataran dan Bahan Referensi Penataran: UUD, P-4, dan GBHN tahun 1993
oleg Direktorat Jenderal Penddikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm.146-147
40
Soeprapto., Kumpulan Karangan tentang Pancasila disajikan hlm.36
41
Ibid., hal.35
harus mengikuti mata kauliah Pendidikan Pancasila sebagai
perwujudan Pemasyarakatan P-4 melalui jalur pendidikan formal.
Materi inti pendidikan Pancasila berupa Pancasila dengan P-4,
UUD 1945 dan GBHN disampaikan dalam bentuk perkuliahan
yang dipresentasikan secara ilmiah. Sedangkan bahan materi P-4
dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas
terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila.42
Selain metode penataran, pemasyarakatan P-4 tingkat
perguruan
tinggi
dilakukan
dalam
bentuk
simulasi
dan
penggunaan modul serta diadakan melalui jalur pendidikan
formal. Pendekatan simulasi P-4 merupakan kombinasi antara
pendekatan kajian tematik dan role playing. Sehingga, penentuan
tema khusus yang diambil dari kehidupan bermasyarakat akan
diangkat menjadi pokok bahasan dan dianalisis oleh peserta
petatar dengan menempatkan diri sebagai peran. Metode
penggunaan
Modul
diterapkan
bagi
warga
sosial
yang
berkarakteristik khusus sehingga perlu perlakuan spesial. Metode
tersebut pernah dikembangkan bagi kalangan tunawisma atau
kaum duafa yang selalu berpindah-pindah tempat.43
3.1.2.2 Badan Pengembangan Kehidupan Bernegara
(BPKB)
Tap MPR No. II/MPR/1978 sudah dicabut dalam
Sidang
MPR
tahun
1998
melalui
Tap
MPR
No.
XVIII/MPR/1998. Pembubaran Badan Pembina Pendidikan
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila BP7
sempat melahirkan Badan Pengembangan Kehidupan Bernegara
di masa Presiden BJ. Habibie yang diatur melalui Keputusan
Presiden No. 85 Tahun 1999.44 Pasal 1 ayat (1) Keputusan
42
Ibid., hal 37
Ibid.
44
Prayudi, “Ancaman Bagi Ideologi Pancasila di Tengah Demokratisasi Pemerintahan,”
Info Singkat Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis Pusat Penenlitian Badan Keahlian
DPR RI 10 No.24, (Desember 2018), hlm.26.
43
Presiden No. 85 Tahun 1999 tentang Badan Pengembangan
Kehidupan Bernegara mendefinisikan Badan Pengembangan
Kehidupan Bernegara yang selanjutnya disebut BPKB adalah
lembaga pemerintah non-departemen yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPKB
mempunyai tugas mengkaji dan membudayakan Pancasila
sebagai
dasar
berdemokrasi.
45
negara
dalam
kehidupan
bernegara
dan
Namun lembaga ini hanya tertuang dalam
Keputusan Presiden a quo tanpa pernah direalisasikan.
3.1.2.3 Kementerian dalam Negeri melalui Direktorat
Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
a.
Latar Belakang Pendiirian
Globalisasi bagaikan pisau bermata dua dimana
merupakan sebuah fenomena alami, sebuah fragmen dari
perkembangan proses peradaban yang harus kita lalui namun
menjadi ancaman yang berpotensi mereduksi ataupun mengkikis
tata nilai dan tradisi bangsa dan menggantinya dengan tata nilai
pragmatisme dan popularisme asing.46 Globalisasi baik secara
langsung maupun tidak langusng dapat memengaruhi budaya,
pandangan hidup, sistem politik, tata nilai dan sistem ekonomi
yang berakibat pada ancaman berbangsa dan bernegara. Akibat
globalisasi, kondisi ketahanan nasional mengalami tiga masalah
pokok yang masih harus diselesaikan meliputi: ancaman
terhadap
wibawa
negara,
melemahnya
sendi-sendi
perekonomian nasional, dan intoleransi dan krisis kepribadian
bangsa.
Ancaman terhadap wibawa negara terjadi ketika
tidak mampu memberikan rasa aman kepada segenap warga
45
Indonesia, Keputusan Presiden tentang Badan Pengembangan Kehidupan Bernegara,
Kepres No. 85 Tahun 1999, Ps. 2.
46
Dr. Prabawa Eka Soesanta, S.Sos, M.Si (Direktur Bina Ideologi, Karakter dan
Wawasan Kebangsaan), “Arah Kebijakan Bina Ideologi Karakter Dan Wawasan Kebangsaan
Dalam Penguatan Wawasan Kebangsaan Dan Pemahaman Nilai-Nilai Kebangsaan”, Bahan
Direktorat Jenderal Politik Dan Pemerintahan Umum 2019, hlm. 24.
negara dan tidak mampu mendeteksi ancaman terhadap
kedaulatan wilayah; ketika negara membiarkan pelanggaran hak
asasi manusia terjadi, tak berdaya mengelola konflik sosial dan
lemah dalam penegakan hukum; dan ketika masyarakat semakin
tidak percaya kepada institusi publik dan pemimpin tidak
kredibel menjadi teladan untuk menjawab harapan publik.47
Pereknomian nasional pun masih dihantui masalah kemiskinan,
kesengjangan
sosial,
kesenjangan
antar
wilayah,
dan
kesenjangan lingkungan hidup.48 Di lain sisi kepribadian bangsa
mengalami
degradasi
dengan
adanya
potensi
terhadap
pelemahan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia; mulai
hilangnya buddaya Identik bangsa seperti musyawarah mufakat
dan gotong royong; konflik antar agama, suku, etnis, ras dan
golongan yang masih terjadi; dan kebanggaan terhadap budaya,
produk dan karya bangsa yang masih rendah.49
Untuk mengatasi bebagai problematika yang hadir
Kementerian Dalam Negeri merupakan merupakan unsur
pelaksana pemerintah di bidang pemerintahan dalam negeri
memandang bahwa Wawasan Kebangsaan adalah prasyarat
ketahanan nasional
yang mendukung terciptanya proses
pembangunan bangsa dalam upaya pencapaian cita-cita bangsa
dan tujuan nasional.50 Kementerian dalam Negeri melaui
program
Direktorat
Kebangsaan
Ideologi
mengambil
Pancasila
langkah
untuk
dan
Wawasan
melaksanakan
51
program :
1. Penguatan karakter bangsa.
2. Penguatan Wawasan Kebangsaan dan karakter bangsa.
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat dalam
rangka penguatan karakter bangsa
47
Ibid., hlm. 21.
Ibid., hlm.22
49
Ibid., hlm.23.
50
Ibid., hlm. 27.
51
Ibid., hlm.7
48
4. Fasilitasi kampanye Nasional terkait revolusi mental dan
restorasi social
5. Penguatan Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan
Direktorat Bina Ideologi, Karakter, dan Wawasan
Kebangsaan merupakan salah satu unit kerja Direktorat Jenderal
Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian dalam Negeri. Namun pada tahun 2015
Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik berganti nama
menjadi Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
melalui Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Kementerian dalam Negeri.
b. Status, Keanggotaan, dan Organisasi
1. Status, Keanggotaan, danOrganisasi Direktorat Bina
Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan yang
Masuk Ke Dalam Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa
dan Politik yang Diatur Dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri.
Dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 41
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
dalam
Negeri,
Kementerian
Dalam
Negeri
merupakan
merupakan unsur pelaksana pemerintah di bidang pemerintahan
dalam negeri. Kementerian Dalam Negeri dipimpin oleh
Menteri yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden. Kementerian Dalam Negeri mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.
Susunan Organisasi Kementerian Dalam Negeri, terdiri
52
atas :
52
Ibid., Ps.4.
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik;
c.
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum;
d. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah;
e. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah;
f. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
g. Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
h. Direktorat Jenderal Keuangan Daerah;
i. Inspektorat Jenderal;
j. Badan Penelitian dan Pengembangan;
k. Badan Pendidikan dan Pelatihan; dan
l. Staf Ahli.
Dari susunan organisasi tersebut yang menjadi pokok
bahasan berkaitan dengan pembinaan Pancasila
adalah
Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Direktorat
Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik terdiri atas53:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan;
c. Direktorat Kewaspadaan Nasional;
d. Direktorat
Ketahanan
Seni,
Budaya,
Agama
dan
Kemasyarakatan;
e. Direktorat Politik Dalam Negeri; dan
f. Direktorat Ketahanan Ekonomi.
Khusus tugas pembinaan Pancasila, maka yang
menjadi perhatian dalam institusi ini adalah Direktorat Bina
Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan yang merupakan
salah satu Unit Kerja Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan
Politik pada Kementerian Dalam Negeri. Direktorat Bina
Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, terdiri atas54:
a. Subdirektorat Ketahanan Ideologi Negara
53
Indonesia, Menteri dalam Negeri, Peraturan Menteri dalam Negeri tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian dalam Negeri, Nomor PM 41 Tahun 2010, Ps.107
54
Ibid., Ps. 129..
Subdirektorat Ketahanan dan Ideologi Negara terdiri atas55:
1. Seksi Penguatan Ideologi Negara
2. Seksi Implementasi Ideologi Negara
b. Subdirektorat Wawasan Kebangsaan
Subdirektorat Wawasan Kebangsaan terdiri atas56:
1. Seksi Penguatan Wawasan Kebangsaan
2. Seksi Implemetasi Wawasan Kebangsaan
c. Subdirektorat Bela Negara
Subdirektorat Bela Negara terdiri dari57:
1. Seksi Pendidikan Bela Negara
2. Seksi Pemberdayaan Bela Negara
d. Subdirektorat Nilai-nilai Sejarah Kebangsaan
Subdirektorat Nilai-nilai Sejarah Kebangsaan, terdiri atas58:
1. Seksi Penguatan Nilai-nilai Sejarah Kebangsaan
2. Seksi Implementasi Nilai-nilai Sejarah Kebangsaan.
e. Subdirektorat Pembauran dan Kewarganegaraan
Subdirektorat Pembauran dan Kewarganegaraan, terdiri
atas59:
1. Seksi Pembauran
2. Seksi Kewarganegaraan.
f. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha berada di bawah Bagian Umum pada
Sekretariat Direktorat Jenderal dan secara operasional
bertanggungjawab kepada direktur.60
2. Status, Keanggotaan,dan Organisasi Direktorat Bina
Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan yang
Masuk ke Dalam Direktorat Jenderal Politik dan
55
Ibid., Ps.132
Ibid., Ps.136.
57
Ibid., Ps.140.
58
Ibid., Ps.144.
59
Ibid., Ps.148.
60
Ibid., Ps.150.
56
Pemerintahan Umum dalam Peraturan Presiden Nomor
11 Tahun 2015 tentang Kementerian dalam Negeri
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Kementerian dalam Negeri membawa
beberapa perubahan
salah satunya kedudukan organisasi dalam Kementerian dalam
Negeri. Melalui peraturan turunannya Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2018 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
43 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Dalam Negeri, adapun susunan organisasi Kementerian Dalam
Negeri, terdiri atas61:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum;
c. Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan;
d. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah;
e. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah;
f. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa;
g. Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah;
h. Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
i. Inspektorat Jenderal;
j. Badan Penelitian dan Pengembangan;
k. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
l. Staf Ahli; dan
m. Staf Khusus.
Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
yang menggantikan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan
Politik dalam Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Kementerian dalam Negeri berada di bawah dan bertanggung
61
Indonesia , Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, Permendagri No. 8 Tahun 2018,
Ps.I.
jawab kepada Menteri.62 Direktorat Jenderal Politik dan
Pemerintahan Umum dipimpin oleh Direktur Jenderal.63
Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, terdiri
atas64:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat
Bina
Ideologi,
Karakter
dan
Wawasan
Kebangsaan;
c. Direktorat Politik Dalam Negeri;
d. Direktorat Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya;
e. Direktorat Organisasi Kemasyarakatan; dan
f. Direktorat Kewaspadaan Nasional.
Karena tugasnya berkaitan pembinaan Pancasila, maka
yang menjadi uraian berikut adalah susunan Direktorat Bina
Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan yang terdiri atas65:
a. Subdirektorat Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Subdirektorat Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, terdiri
atas66:
1. Seksi Penyusunan dan Pengembangan Program
2. Seksi Implementasi Program.
b.
Subdirektorat Karakter dan Wawasan Kebangsaan
Subdirektorat Karakter dan Wawasan Kebangsaan, terdiri
atas67:
1. Seksi Karakter Kebangsaan
2. Seksi Wawasan Kebangsaan.
c. Subdirektorat Bela Negara
Subdirektorat Bela Negara, terdiri atas68:
62
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Kementerian dalam Negeri, Perpres No.11
Tahun 2015, Ps.8 ayat (1).
63
Ibid., Ps.8 ayat (2).
64
Indonesia, Menteri dalam Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, Permendagri Nomor 43 Tahun
2015, Ps.146.
65
Ibid., Ps. 168.
66
Ibid., Ps. 171.
67
Ibid., Ps.175.
68
Ibid., Ps.179
1. Seksi Kekuatan Bangsa
2. Seksi Implementasi Bela Negara.
d. Subdirektorat Sejarah Kebangsaan dan Kewarganegaraan
Subdirektorat Sejarah Kebangsaan dan Kewarganegaraan,
terdiri atas69:
1. Seksi Sejarah Kebangsaan
2.
Seksi Kewarganegaraan.
e. Subdirektorat Pembauran dan Pelestarian Bhinneka Tunggal
Ika
Subdirektorat Pembauran dan Pelestarian Bhinneka Tunggal
Ika, terdiri atas70:
1. Seksi Pembauran
2.
Seksi Pelestarian Bhinneka Tunggal Ika.
f. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha secara administratif berada di bawah
Bagian Umum pada Sekretariat Direktorat Jenderal dan
secara operasional bertanggungjawab kepada direktur.71
c. Tugas, Fungsi, dan Wewenang
1. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Direktorat Bina Ideologi,
Karakter, dan Wawasan Kebangsaan yang Masuk Ke
Dalam Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik
yang Diatur Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Dalam Negeri.
Karena terdapat dua peraturan yang mengatur
Direktorat Bina Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan
maka berikut akan diuraikan tugas, wewenang, dan fungsi dari
masing-masing peraturan. Petama-tama akan dibahas Direktorat
Bina Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan yang masuk
ke dalam Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik yang
69
Ibid., Ps.183.
Ibid., Ps.187.
71
Ibid., Ps.189 ayat (2).
70
diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 41 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dalam
Negeri. Direktorat Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat
Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik di bidang bina ideologi
dan wawasan kebangsaan.72 Direktorat Bina Ideologi dan
Wawasan
Kebangsaan
dalam
melaksanakan
tugasnya
73
menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi ketahanan
ideologi negara;
b. penyiapan
perumusan
kebijakan
dan
fasilitasi
pengembangan wawasan kebangsaan;
c. penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan
bela negara;
d. penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi penghayatan
nilai-nilai sejarah kebangsaan;
e. penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan
pembauran dan kewarganegaraan; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Adapun
tugas
masing-masing
susunan
organisasi
Direktorat Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan yakni74:
a. Subdirektorat Ketahanan Ideologi Negara
Subdirektorat ini mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan
kebijakan
pembinaan
dan
sosialisasi,
pemantauan pelaksanaan ketahanan ideologi negara. Dalam
melaksanakan tugasnya Subdirektorat Ketahanan Ideologi
Negara menjalankan fungsi: penyiapan bahan perumusan
kebijakan dan fasilitasi pengembangan dan evaluasi program
penguatan ideologi negara; penyiapan bahan perumusan
72
Indonesia, Menteri dalam Negeri, Peraturan Menteri dalam Negeri tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian dalam Negeri, Nomor PM 41 Tahun 2010, Ps. 127.
73
Ibid., Ps. 128.
74
Ibid., Ps. 129-150.
kebijakan dan fasilitasi pembinaan dan sosialisasi ideologi
negara; dan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan
fasilitasi
implementasi
ideologi
negara.
Subdirektorat
Ketahanan Ideologi Negara terdiri atas Seksi Penguatan
Ideologi
Negara
yang
mempunyai
tugas
melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi
pengembangan dan evaluasi program penguatan ideologi
negara dan Seksi Implementasi Ideologi Negara yang
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan dan fasilitasi implementasi, pembinaan dan
sosialisasi ideologi negara.
b. Subdirektorat Wawasan Kebangsaan
Subdirektorat ini mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan dan fasilitasi pengembangan dan
sosialisasi wawasan kebangsaan dengan menyelenggarakan
fungsi penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi
serta
monitoring
dan
evaluasi
penguatan
wawasan
kebangsaan; penyiapan bahan perumusan kebijakan dan
fasilitasi pembinaan dan sosialisasi wawasan kebangsaan;
dan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi
serta monitoring dan evaluasi implementasi wawasan
kebangsaan.
c. Subdirektorat Bela Negara
Subdirektorat Bela Negara mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan
pemantapan bela negara.
d. Subdirektorat Nilai-nilai Sejarah Kebangsaan
Subdirektorat Nilai-nilai Sejarah Kebangsaan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan
fasilitasi, pembinaan dan pengembangan nilai-nilai sejarah
kebangsaan.
e. Subdirektorat Pembauran dan Kewarganegaraan
Subdirektorat Pembauran dan Kewarganegaraan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan
fasilitasi pelaksanaan pembauran dan kewarganegaraan serta
pemberian tanda penghargaan.
f. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha melaksanakan tugas administratif.
2. Status, Keanggotaan,dan Organisasi Direktorat Bina
Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan yang
Masuk ke Dalam Direktorat Jenderal Politik dan
Pemerintahan Umum dalam Peraturan Presiden Nomor
11 Tahun 2015 tentang Kementerian dalam Negeri
Dengan adanya pembaharuan hukum maka Direktorat
Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum yang menggantikan
Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik dalam
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian
dalam Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan pemerintahan
umum
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.75
Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
menyelenggarakan fungsi76:
a. perumusan kebijakan di bidang politik dalam negeri dan
kehidupan demokrasi, serta fasilitasi organisasi masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
koordinasi
penyelenggaraan politik dalam negeri dan kehidupan
demokrasi, penerapan penghayatan dan pengamalan ideologi
Pancasila, pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan
nasional, pembinaan kewaspadaan nasional, pembinaan
kerukunan antar suku dan intra suku, umat beragama, ras,
75
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Kementerian dalam Negeri, Perpres No.11
Tahun 2015, Ps.9.
76
Ibid., Ps.10
dan golongan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi organisasi
masyarakat dan fasilitasi penanganan konflik social sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
d. pelaksanaan pembinaan umum di bidang penyelenggaraan
politik dalam negeri dan kehidupan demokrasi, fasilitasi
organisasi
pengamalan
kebangsaan
masyarakat,
ideologi
dan
penerapan
Pancasila,
ketahanan
penghayatan dan
pembinaan
nasional,
wawasan
pembinaan
kewaspadaan nasional, pembinaan kerukunan antar suku dan
intra suku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya, serta
fasilitasi penanganan konflik sosial sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyelenggaraan politik dalam negeri dan kehidupan
demokrasi, fasilitasi organisasi masyarakat, penerapan
penghayatan dan pengamalan ideologi Pancasila, pembinaan
wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional, pembinaan
kewaspadaan nasional, pembinaan kerukunan antar suku dan
intra suku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya, serta
fasilitasi penanganan konflik sosial sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
penyelenggaraan politik dalam negeri dan kehidupan
demokrasi, fasilitasi organisasi masyarakat, penerapan
penghayatan dan pengamalan ideologi Pancasila, pembinaan
wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional, pembinaan
kewaspadaan nasional, pembinaan kerukunan antar suku dan
intra suku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya, serta
fasilitasi penanganan konflik sosial;
g. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Politik dan
Pemerintahan Umum; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Adapun
tugas
masing-masing
susunan
organisasi
Direktorat Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan yakni:
a. Subdirektorat Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Subdirektorat Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pelaksanaan
kebijakan dan koordinasi, pelaksanaan pembinaan umum,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, dan pelaksanaan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta fasilitasi di
bidang
penerapan
penghayatan
dan
pengamalan
Pancasila.77 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud Subdirektorat Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila menyelenggarakan fungsi78:
1. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang
koordinasi penyusunan dan pengembangan program
serta implementasi program penerapan penghayatan dan
pengamalan Pancasila;
2. penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan umum di
bidang penyusunan dan pengembangan program serta
implementasi program penerapan penghayatan dan
pengamalan Pancasila;
3. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang penyusunan dan pengembangan
program
serta
implementasi
program
penerapan
penghayatan dan pengamalan Pancasila; dan
4. penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi,
dan
pelaporan
di
bidang
penyusunan
dan
pengembangan program serta implementasi program
penerapan penghayatan dan pengamalan Pancasila.
77
78
Ibid., Ps.169.
Ibid., Ps.170.
b. Subdirektorat Karakter dan Wawasan Kebangsaan
Subdirektorat
Karakter
dan
Wawasan
Kebangsaan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pelaksanaan
kebijakan dan koordinasi, pelaksanaan pembinaan umum,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, dan pelaksanaan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta fasilitasi di
bidang karakter dan wawasan kebangsaan.79 Subdirektorat
Karakter dan Wawasan Kebangsaan menyelenggarakan
fungsi80:
1. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang
koordinasi
karakter
kebangsaan
dan
wawasan
kebangsaan;
2. penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan umum di
bidang karakter kebangsaan dan wawasan kebangsaan;
3. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang karakter kebangsaan dan wawasan
kebangsaan; dan
4. penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang karakter kebangsaan dan
wawasan kebangsaan.
c.
Subdirektorat Bela Negara
Subdirektorat
Bela
Negara
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan pelaksanaan kebijakan dan
koordinasi, pelaksanaan pembinaan umum, pemberian
bimbingan
teknis
dan
supervisi,
dan
pelaksanaan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta fasilitasi di
bidang bela negara.81 Subdirektorat Bela Negara dalam
melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi82:
79
Ibid., Ps.173.
Ibid., Ps.174.
81
Ibid., Ps.177.
82
Ibid., Ps.178.
80
1. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang
koordinasi kekuatan bangsa dan implementasi bela
negara;
2. penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan umum di
bidang kekuatan bangsa dan implementasi bela negara;
3. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang kekuatan bangsa dan implementasi
bela negara; dan
4. penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang kekuatan bangsa dan
implementasi bela negara.
d. Subdirektorat Sejarah Kebangsaan dan Kewarganegaraan
Subdirektorat Sejarah Kebangsaan dan Kewarganegaraan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pelaksanaan
kebijakan dan koordinasi, pelaksanaan pembinaan umum,
pemberian
bimbingan
teknis
dan
supervisi,
dan
pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta
fasilitasi
di
bidang
sejarah
kebangsaan
dan
kewarganegaraan.83 Subdirektorat Sejarah Kebangsaan dan
Kewarganegaraan
dalam
melaksanakan
tugasya
menyelenggarakan fungsi84:
1. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan dan koordinasi
di bidang sejarah kebangsaan dan kewarganegaraan;
2. penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan umum di
bidang sejarah kebangsaan dan kewarganegaraan;
3. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi
di
bidang
sejarah
kebangsaan
dan
kewarganegaraan; dan
4. penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang sejarah kebangsaan dan
kewarganegaraan.
83
84
Ibid., Ps.181.
Ibid., Ps.182.
e.
Subdirektorat Pembauran dan Pelestarian Bhinneka
Tunggal Ika
Subdirektorat
Pembauran
dan
Pelestarian
Bhinneka
Tunggal Ika mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
pelaksanaan
kebijakan
dan
koordinasi,
pelaksanaan
pembinaan umum, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, dan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan serta fasilitasi di bidang pembauran dan
pelestarian
bhinneka
tunggal
ika.85
Subdirektorat
Pembauran dan Pelestarian Bhinneka Tunggal Ika dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi86:
1. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang
koordinasi pembauran dan pelestarian bhinneka tunggal
ika;
2. penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan umum di
bidang pembauran dan pelestarian bhinneka tunggal
ika;
3. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang pembauran dan pelestarian bhinneka
tunggal ika; dan
4. penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang pembauran dan pelestarian
bhinneka tunggal ika.
f. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
koordinasi penyusunan program kerja, penyusunan laporan,
dan melakukan urusan aparatur.87
3.1.2.4
Lembaga
Ketahanan
Indonesia (Lemhanas)
85
Ibid., Ps.185.
bid., Ps.186.
87
Ibid., Ps.189 ayat (2).
86
Nasional
Republik
a.
Latar Belakang Pendiirian
Surat Keputusan Menteri I Nomor 149/MP/1962
merupakan tanggapan Menteri Pertama Ir. Djuanda
terhadap pemikiran Jendral A.H. Nasution selaku Wakil
Menteri I Bidang Pertahanan/Keamanan mengenai urgensi
perlunya Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas).
Melalui surat tersebut kemudian Lemhanas lahir yang
ditandai dengan pelantikan Panitia Interdepartemental pada
tanggal 13 Desember 1962. Anggota Panitia ini berjumlah
16 orang, diketuai oleh Letjen TNI R. Hidayat dan tugasnya
yaitu mempersiapkan suatu institusi pendidikan tinggi
pertahanan serta membentuk dan mengembangkan pasukan
pembina baik warga sipil maupun militer di bidang politik
dan pertahanan. Panitia Interdepartemental selanjutnya
menyelenggarakan rapat rutin guna merumuskan karya tulis
mengenai ruang lingkup Lemhannas. Ketua Panitia
memberikan petunjuk untuk merumuskan hasil karya
panitia dalam rapatnya pada tanggal 12 Januari 1963.
petunjuk
tersebut
antara
lain
membahas
istilah
“pertahanan”, bentuk kegiatan lembaga, dan falsafah dasar
tentang kegiatan Lemhannas.88
Berdasarkan
hasil
rapat
kegiatan
Panitia
Interdepartemental pada tanggal 7 Maret 1963, Menteri
Pertama menyampaikan maksud didirikannya Lemhannas
adalah menghidupkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
serta menjaga kestabilan politik dunia. Staf Pelaksanaan
beserta
Petunjuk
Pelaksanaan
Pendirian
diumumkan
melalui dua Surat Keputusan sebagai tanda Lemhannas
telah resmi terwujudkan. Hari Peresmian lembaga tersebut
dikaitkan dengan momentum hari Kebangkitan Nasional
pada tanggal 20 Mei 1965. Dalam pidato upacara
88
2020.
Lemhanas RI, http://www.lemhannas.go.id/index.php/profil/sejarah, diakses 6 Juli
pembukaan Kursus Reguler Angkatan pertama tahun 1965
pasca peresmian Lemhannas RI, Presiden Soekarno
menguatkan pemahaman tentang geopolitik dan ketahanan
nasional yang selaras dengan konsepsi cita-cita bangsa
Indonesia. Lemhannas secara nasional adalah institusi yang
berorientasi
pada
tatanan
geostrategi
di
Indonesia.
Sehingga, Lemhannas dirancang dan dipersiapkan sebagai
wadah antisipatif dalam membuat kebijakan strategis
mengenai zona geografis yang kaya energi alam karena
akan berkaitan dengan sengketa global kekuasaan terhadap
pertahanan
Negara.
Dengan
demikian,
keberadaan
Lemhannas sangat berperan besar dalam menstabilkan
keutuhan bangsa.89
Menindkalanjuti perintah Soekarno pada kuliah
pertama untuk Lemhannas, para peneliti dari kalangan
ABRI di Seskoad hingga peserta KRA I (1965)
merintis
konsepsi
perkembangan
konsep
Ketahanan
awalnya,
Revolusi.
doktrin
mulai
Dalam
Ketahanan
Nasional (Tannas) tahun 1968 yang pada waktu itu adalah
lebih bersifat defensif bagi kelangsungan hidup warga
negara Indonesia. Hingga pada tahun 1969, konsep Tannas
telah disempurnakan yang memuat garis besar yaitu:
“Ketahanan Nasional adalah keuletan dan daya tahan kita
dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang dari
luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan kelangsungan hidup negara dan
bangsa Indonesia”.90
Pada tahun 1971 Lemhannas melakukan studi
banding dengan mendatangi beberapa lembaga pertahanan
tingkat global di negara benua Amerika, negara benua
Eropa dan negara Vietnam. Hal ini menjadi alasan bagi
89
90
Ibid.
Ibid.
Menhankam melakukan reshuffle kabinet pada Lemhannas
melalui
perintah
Surat
Keputusan
Nomor
:
Skep.
a/21/V/1972 yang terdapat substansi yaitu:
1. Tugas
pokok
Menhankam/Pangab
Lemhannas
adalah
membantu
dalam
usaha
mencapai,
mempertinggi dan memelihara Ketahanan Nasional
dengan jalan membina terwujudnya integritas dan
kerjasama dalam pengarahan dan penggunaan segenap
unsur kekuatan dan potensi nasional.
2. Fungsi-fungsi
utama
Lemhannas
adalah
mengembangkan kemampuan manajemen tinggi para
tenaga senior terpilih (militer dan sipil) yang akan
berkecimpung dalam pembinaan politik dan strategi
nasional;
kedua,
menyelenggarakan
pengkajian-
pengkajian bagi kepentingan nasional umumnya atas
dasar
pengarahan/instruksi
Dephankam
dan
pertimbangan/keperluan Lemhannas sendiri.91
Pada tahun-tahun selanjutnya, Lemhannas juga
mengembangkan konsepsi Tannas sesuai keadaan geografis
Indonesia. Perkembangan konsepsi Tannas tahun 1972
diberlakukan bagi
negara-negara berkembang. Dalam
pengertian Tannas tahun 1972 secara jelas merupakan
keuletan dan ketangguhan secara dinamis yang berlandaskan
Astagatra92
serta
berorientasi
mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara demi menjaga
perjuangan mencapai tujuan nasional.
Tahun 1974 sampai dengan tahun 1978 merupakan
periode
Lemhannas sebagai Lembaga Pengkajian dan
Pendidikan
91
Nasional
berdasarkan
konseps
Tannas.
Ibid.
Ermaya Suradinata dan Alex Dinuth, Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan Nasional:
Pemikiran Awal, Pengembangan, dan Prospek, (Jakarta: PT. Paradigma Cipta Yatsigama, 2001),
hlm.xxix.
92
Keputusan Presiden Nomor 7 tahun 1974 tanggal 18
Februari 1974 menetapkan status Lemhannas sebagai salah
satu badan pelaksana Departemen Hankam dalam tujuannya
mencapai,
mempertinggi
dan
memelihara
Ketahanan
Nasional dengan jalan mengedukasi dan bekerja sama dalam
mendayagunakan segenap unsur kekuatan dan potensi
nasional.93 Kemudian Panglima Angkatan Bersenjata merilis
keputusan Nomor: Kep/17/VII/1978 tanggal 28 Juli 1978
tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur Lemhannas
yang menyesuaikan status Lemhannas menjadi badan
pelaksana induk di lingkaran kementerian dan dalam
pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung dibawah
Menhankam. Selanjutnya Menhankam menindaklanjuti surat
keputusan Nomor: Kep/17/VII/1978 dengan menerbitkan
surat keputusan Nomor: Kep/25/IX/1979 tentang pokokpokok organisasi dan prosedur Lemhannas. Sehingga,
landasan hukum tersebut menjadi pedoman, orientasi dan
tata kerja Lemhannas yang berdoktrin ketahanan nasional
dalam kegiatan pembinaan dan penelitian geopolitik
mengenai segenap komponen kekuatan keamanan (security)
dan
komponen
kesejahteraan
(prosperity)
sebagai
pendukung pertahanan negara. Kedua komponen tersebut
menjadi benteng terkuat bagi pertahanan kehidupan bangsa
(national survival value).94
Kemudian terjadi dinamika reorganisasi Lemhanas
pada tahun 1982 sampai dengan 1984. Pemahaman
geopolitik bangsa yang tertuang dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan NKRI menjadi salah sayu ujung
93
Lemhanas RI, …
Juristyo Witjaksono, “Aspek Hukum Pemanfaatan Orbit Geostationer (GSO) dalam
Kaitannya dengan Wawasan Nusantara.” (Skripsi Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 1985),
hlm.47 mengutip Fuad Hassan, “Kerangka Konseptual untuk Pembinaan Politik Luar Negeri”,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, 1983, hlm.11.
94
tombaknya. Kemudian menteri melakukan perombakan
kabinet baru atas perintah Surat Keputusan Nomor :
Kep/01/p/I/1984 tanggal 20 Januari 1984 tentang PokokPokok Organisasi dan Prosedur Lembaga Pertahanan
Nasional yang paling mutakhir. Perombakan kelembagaan
tersebut selaras dengan pelaksanaan reorganisasi ABRI yang
akan mengkhususkan jabatan Menhankam dan Pangab. Atas
dasar perintah Surat Keputusan tersebut, misi utama
Lemhannas adalah Membantu Panglima ABRI dalam
menyelenggarakan pengkajian strategis dan pendidikan
pemantapan dan pengembangan kader kepemimpinan
nasional yang integratif. Tujuan kebijakan reshuffle ini
untuk membakukan status Lemhannas sebagai lembaga
edukasi dan penelitian terutama dalam simulasi strategi
nasional berbagai perkembangan terkini baik secara
nasional, regional maupun global yang semakin maju.95
Pada tanggal 2 Februari 1994 menjadi awal mula
periode Lemhannas bekerja di bawah Menhankam dan
Gubernur Lemhannas bertanggung jawab langsung kepada
Menteri Pertahanan dan Keamanan. Bertepatan momen
tersebut, Menteri membuat Keppres RI nomor 4 tahun 1994
tentang Lembaga Ketahanan Nasional yang memerintahkan
pengubahan nama istilah ”Lembaga Pertahanan Nasional”
menjadi “Lembaga Ketahanan Nasional”. Peralihan kata
dilakukan agar Lemhannas lebih mengoptimalkan fungsi dan
perannya dalam menjalankan tugas utama yang diampunya.
Tuntutan situasi politik yang bergejolak akan menjadikan
Lemhannas
pertahanan
semakin
strategis
meningkatkan
di
masa
pengalaman
mendatang.
dan
Kebijakan
pemerintah RI menyatakan bahwa Lemhannas berada di
95
Lemhanas RI, …
bawah Menhankam disebabkan jabatan Menhankam RI dan
Panglima ABRI harus dijabat oleh orang yang berbeda.96
Pasca rezim reformasi, Lemhannas mengalami
reposisi yang berubah status menjadi di bawah Departemen
Pertahanan Republik Indonesia dengan struktur organisasi
tetap. Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 16 tahun
2001 pada Maret 2001, pemerintah RI menyatakan secara
tegas Lemhannas resmi dikeluarkan dari Dephan dan harus
melakukan penataan ulang organisasi agar Lemhannas
berada di bawah Presiden sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND). Sejak awal Lemhannas sebagai
LPND, untuk pertama kalinya lembaga ini dipimpin oleh
seseorang dari kalangan partai politik yaitu Prof. DR.
Ermaya Suradinata, SH, MS yang sebelumnya menjabat
sebagai
Dirjen
Pembinaan
Kesatuan
Bangsa
dan
Perlindungan Masyarakat, Departemen Dalam Negeri.97
b.
Status, Keanggotaan, Organisasi
Lemhanas diatur dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2006 tentang Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia yang diubah dengan Peratruan
Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2016. Lembaga
Ketahanan Nasional merupakan lembaga yang strategis terkait
dengan usaha bangsa Indonesia untuk memelihara, melestarikan,
dan mengintegrasikan segala unsur kekuatan nasional, yang
menjadi pusat pendidikan dan pengkajian masalah-masalah
strategis yang berkaitan dengan ketahanan negara dalam arti luas,
termasuk dalam pengendalian keutuhan negara dan bangsa.98
Lemhannas RI adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
96
Ibid.
Ibid.
98
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Lembaga Ketahanan Republik Indonesia,
Perpres No. 98 Tahun 2016, Poin menimbang a.
97
melalui menteri yang menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan
pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan.
Secara
singkat
susunan
organisasi
Lemhannas
RI
sebagaimana diatur didalam Peraturan Presiden tersebut terdiri
atas99:
a. Gubernur Lemhannas RI dan Wakil Gubernur
b. Dewan Pengarah
Dewan Pengarah terdiri atas100:
a. 1 (satu) orang Koordinator merangkap Anggota yang
dijabat oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan;
b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota; dan
c. 11 (sebelas) orang Anggota.
Anggota Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud terdiri
atas101:
a. 4 (empat) orang Menteri Koordinator;
b. 3 (tiga) orang Menteri yang terdiri atas Menteri Dalam
Negeri, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Pertahanan;
c. Gubernur Lemhannas RI
d. 1 (satu) orang dari Ketua Kamar Dagang dan Industri;
dan
e. 3 (tiga) orang yang ditunjuk oleh presiden RI.
c. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur Lemhannas RI. Sekretariat Utama dipimpin
oleh Sekretaris Utama.102 Sekretariat Utama terdiri atas103:
1. Biro Perencanaan
99
Ibid., Ps.4.
Ibid., Ps.9 ayat (1)
101
Ibid., Ps.9 ayat (3)
102
Ibid., Ps.14.
103
Indonesia, Lembaga Ketahanan Nasional, Peraturan Gubernur Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia tentang Tugas, Fungsi, Susunan Organiasi, dan Tata Kerja Lembaga
Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Pergub Lemhanas No.12 Tahun 2017, Ps.10.
100
Biro Perencanaan terdiri atas104:
a. Bagian Perencanaan Anggaran
b. Bagian Pemantauan dan Evaluasi Program Anggaran
c. Bagian Organisasi dan Tata Laksana; dan
d. Bagian Fasilitasi Reformasi Birokrasi.
2. Biro Umum
Biro Umum terdiri atas105:
a. Bagian Sumber Daya Manusia;
b. Bagian Keuangan
c. Bagian Rumah Tangga;dan
d. Bagian Tata Usaha.
3. Biro Kerja Sama dan Hukum
Biro Kerja Sama dan Hukum terdiri atas106:
a. Subbagian
Administrasi
dan Pembinaan Karier
Personel;
b. Subbagian Perawatan Personel;dan
c. Subbagian Kesehatan Personel.
4. Biro Hubungan Masyarakat
Biro Hubungan Masyarakat terdiri atas107:
a. Bagian Penerangan;
b. Bagian Protokol dan Peliputan;
c. Bagian Perpustakaan.
5. Biro Telematika
Biro Telematika terdiri atas108:
a. Bagian Komunikasi dan Elektronika;
b. Bagian Sistem Informatika;dan
c. Bagian Jaringan.
d. Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional
104
Ibid., Ps.13.
Ibid., Ps.32.
106
Ibid., Ps.35.
107
Ibid., Ps.51
108
Ibid., Ps.81.
105
Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional terdiri
atas109:
1. Direktorat Program dan Pengembangan Pendidikan
Direktorat Program dan Pengembangan Pendidikan terdiri
atas110:
a. Subdirektorat Program Pendidikan
b. Subdirektorat Kurikulum dan Silabus
c. Subdirektorat Evaluasi dan Pengembangan Pendidikan
2. Direktorat Operasional Pendidikan
Direktorat Operasional Pendidikan terdiri atas111:
a. Subdirektorat Operasional Pengajaran
b. Subdirektorat Kegiatan Utama
c. Subdirektorat Tutor dan Pendamping
3. Direktorat Pembinaan Peserta Pendidikan
Direktorat Pembinaan Peserta Pendidikan terdiri atas112:
a. Subdirektorat Administrasi Kegiatan Peserta Pendidikan
b. Subdirektorat
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Peserta
dan
Peserta
Pendidikan
c. Subdirektorat
Dukungan
Pelayanan
Pendidikan Direktorat Materi dan Penilaian Peserta
Pendidikan
4. Direktorat Materi dan Penilaian Peserta Pendidikan terdiri
atas113:
a. Subdirektorat Materi Pendidikan;
b. Subdirektorat Penilaian Kegiatan Utama Pendidikan
c. .Subdirektorat Pengumpulan dan Pengolahan Data dan
Administrasi Pendidikan
e. Deputi Bidang Pengkajian Strategik
Deputi Bidang Pengkajian Strategik terdiri atas114:
109
Ibid., Ps.97.
Ibid., Ps.100.
111
Ibid., Ps.115.
112
Ibid., Ps.130.
113
Ibid., Ps.145
110
1. Direktorat Program Pengembangan Pengkajian
Direktorat Program Pengembangan Pengkajian terdiri dari:
a. Subdirektorat ProgramPengkajian;
b. Subdirektorat Evaluasi dan Dokumentasi Pengkajian;
c. Subdirektorat PengembanganPengkajian.
2. Direktorat Pengkajian Ideologi dan Politik
Direktorat Pengkajian Ideologi dan Politik terdiri dari115:
a. Subdirektorat Pengkajian Ideologi dan Politik
b. Subdirektorat Pengkajian Sistem Manajemen Nasional
c. Subdirektorat Pengkajian Kepemimpinan Nasional.
3. Direktorat Pengkajian Ekonomi dan Sumber Kekayaan
Alam
Direktorat Pengkajian Ekonomi dan Sumber Kekayaan
Alam terdiri dari:
a. Subdirektorat Pengkajian Ekonomi
b. Subdirektorat Pengkajian Geoekonomi
c. Subdirektorat Pengkajian Sumber Kekayaan Alam
4. Direktorat Pengkajian Sosial Budayadan Demografi
Direktorat Pengkajian Sosial Budayadan Demografi terdiri
dari116:
a. Subdirektorat Pengkajian Sosial Budaya
b. Subdirektorat Pengkajian Demografi
c. Subdirektorat Pengkajian Hukum dan HAM.
5. Direktorat Pengkajian Pertahanan Keamanan dan Geografi
Direktorat Pengkajian Pertahanan Keamanan dan Geografi
terdiri dari117:
a. Subdirektorat Pengkajian Pertahanan dan Keamanan
b. Subdirektorat
Nusantara;
114
Ibid., Ps.161.
Ibid., Ps. 179.
116
Ibid., Ps.209.
117
Ibid., Ps. 224.
115
Pengkajian
Geografi
dan
Wawasan
c. Subdirektorat
Pengkajian Kewaspadaan
Nasional
dan Ketahanan Nasional.
f. Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan.
Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan terdiri
atas118:
1. Direktorat Perencanaan dan
Pengembangan Pemantapan
Nilai-Nilai Kebangsaan
Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Pemantapan
Nilai-Nilai Kebangsaan terdiri dari119:
a. Subdirektorat
Perencanaan
Pemantapan
Nilai-Nilai
Kebangsaan
b.
Subdirektorat Kerja Sama
c. Subdirektorat Evaluasi dan Pengembangan.
2. Direktorat Pelatihan Untuk Pelatih Pemantapan NilaiNilaiKebangsaan
Direktorat Pelatihan Untuk Pelatih Pemantapan NilaiNilaiKebangsaan terdiri dari120:
a. Subdirektorat Operasional Pelatihan
b. Subdirektorat Pembinaan PesertaPelatihan
c. Subdirektorat
Dukungan
Administrasi
Logistik
Pelatihan.
3. Direktorat
Pembinaan
dan
Pemantapan
Nilai-Nilai
Pembinaan
dan
Pemantapan
Nilai-Nilai
Pemantapan
Nilai-Nilai
Kebangsaan
Direktorat
Kebangsaan terdiri dari
a. Subdirektorat
121
:
Operasional
Kebangsaan
b. Subdirektorat Pembinaan Peserta Pemantapan NilaiNilai Kebangsaan
118
Ibid., Ps.240.
Ibid., Ps.243.
120
Ibid., Ps.258.
121
Ibid., Ps.273.
119
c. .Subdirektorat Dukungan Administrasi dan Logistik
Pembinaan dan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan
4. Direktorat
Sosialisasi
dan
Media Pemantapan
Nilai-
dan
Media Pemantapan
Nilai-
Nilai Kebangsaan
Direktorat
Sosialisasi
Nilai Kebangsaan terdiri dari122:
a. Subdirektorat Sosialisasi
b. Subdirektorat Media
c. Subdirektorat Sarana dan Prasarana
c.
Tugas, Fungsi, dan Wewenang
Lemhannas RI mempunyai tugas membantu Presiden
dalam123:
a. menyelenggarakan
pemantapan
pendidikan
pimpinan
tingkat
penyiapan
nasional
kader
dan
yang berpikir
komprehensif, integral, holistik, integratif dan profesional,
memiliki watak, moral dan etika kebangsaan, negarawan,
berwawasan nusantara serta mempunyai cakrawala pandang
yang universal;
b. menyelenggarakan pengkajian yang bersifat konsepsional dan
strategis mengenai berbagai permasalahan nasional, regional,
dan internasional yang diperlukan oleh Presiden, guna
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan
c. menyelenggarakan pemantapan nilai-nilai kebangsaan guna
meningkatkan dan memantapkan wawasan kebangsaan dalam
rangka membangun karakter bangsa.
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud
Lemhannas menyelenggarakan fungsi124:
122
Ibid., Ps.288.
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Lembaga Ketahanan Republik Indonesia,
Perpres No. 98 Tahun 2016, Ps. 2.
124
Ibid., Ps. 3.
123
a. penyelenggaraan pendidikan, penyiapan kader dan pemantapan
pimpinan tingkat nasional;
b. pengkajian permasalahan strategik nasional, regional, dan
internasional di bidang geografi, demografi, sumber kekayaan
alam, ideologi, politik, hukum, pertahanan, dan keamanan,
ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
permasalahan internasional;
c. pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sesanti
Bhinneka Tunggal Ika, dan sistem nasional serta pembudayaan
nilai-nilai kebangsaan;
d. evaluasi dan pengembangan penyelenggarazrn pendidikan
kader dan pimpinan tingkat nasional,pengkajian yang bersifat
konsepsional dan strategis mengenai berbagai permasalahan
nasional, regional, dan internasional, serta pemantapan nilainilai kebangsaan;
e. pelaksanaan penelitian dan pengukuran ketahanan nasional
seluruh wilayah Indonesia;
f. pelaksanaan pelatihan dan pengkajian bidang kepemimpinan
nasional bagi calon pimpinan bangsa;
g. pelaksanaan kerja sama pendidikan pascasarjana di bidang
ketahanan nasional dengan lembaga pendidikan nasional
dan/atau internasional dan kerja sama pengkajian strategik serta
pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan institusi di dalam
dan di luar negeri;
h. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Lemhannas RI;
i. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Lemhannas
RI; dan
j. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Lemhannas RI
Secara singkat tugas masing-masing susunan organisasi
Lemhannas RI sebagaimana diatur didalam Peraturan Presiden
tersebut yakni125:
a. Gubernur Lemhannas RI dan Wakil Gubernur
Gubernur Lemhannas RI mempunyai tugas memimpin dan
mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi Lemhannas RI.
Dalam menjalankan tugasnya Gubernur Lemhanas dibantu oleh
Wakil Gubernur.
b. Dewan Pengarah
Dewan Pengarah mempunyai tugas merumuskan kebijakan
umum di bidang pendidikan penyiapan kader dan pemantapan
pimpinan tingkat nasional; pengkajian strategik berbagai
permasalahan nasional, regional, dan internasional; pemantapan
nilai-nilai
kebangsaan;
pengukuran
pelatihan
kepemimpinan
tingkat
ketahanan
nasional;
nasional;
kerja
sama
pendidikan pascasarjana di bidang studi ketahanan nasional
dengan
lembaga
pendidikan
tingkat
nasional
dan/atau
internasional; dan kerja sama pengkajian strategis dan kerja
sama pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan institusi di
dalam dan di luar negeri. Dewan pengarah juga mempunyai
tugas melaksanakan pengawasan di bidang mutu pendidikan
pimpinan
tingkat
nasional,
pengkajian
strategik,
dan
pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang dilaksanakan oleh Tim
Audit Akademik.
c. Sekretariat Utama
Sekretariat
Utama
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan
125
Ibid., Ps. 2.
Lemhannas
RI.
Sekretariat
Utama
menyelenggarakan fungsi koordinasi kegiatan Lemhannas RI;
koordinasi dan penyuusunan rencana, program, dan anggaran
Lemhannas RI; yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
protokol, arsip, dan dokumentasi Lemhannas RI; pembinaan dan
penataan organisasi dan tata laksana; koordinasi penyusunan
peraturan perundangundangan serta pelaksanaan advokasi
hukum; penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan
negara dan pelayanan pengadaan barang/jasa; penyelenggaraan
kegiatan
bidang
teknologi
informasi,
komunikasi,
dan
perpustakaan; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Gubernur Lemhannas RI.
d. Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional
Deputi
Bidang
Pendidikan
Pimpinan
Tingkat
Nasional
mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan penyiapan
kader dan pemantapan pimpinan tingkat nasional. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Deputi Bidang
pendidikan pimpinan Tingkat Nasional menyelenggarakan
fungsi penyusunan rencana dan program pendidikan pimpinan
tingkat nasional; pelaksanaan pendidikan pimpinan tingkat
nasional; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Gubernur Lemhannas RI.
e. Deputi Bidang Pengkajian Strategik
Deputi
Bidang
Pengkajian
Strategik
mempunyai
tugas
menyelenggarakan pengkajian strategik permasalahan nasional,
regional, dan internasional. Tugas ini dijalankan dalam rangka
penyelenggaraan
fungsi pelaksanaan pengkajian strategik
bidang geografi, demografi, dan sumber kekayaan alam;
pelaksanaan pengkajian strategik bidang ideologi, politik,
pertahanan, dan keamanan; pelaksanaan pengkajian strategik
bidang perekonomian; pelaksanaan pengkajian strategik bidang
social budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi;
pelaksanaan
pengkajian
strategik
yang
berwawasan
internasional; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Gubernur Lemhannas RI.
f. Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan.
Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan mempunyai
tugas menyelenggarakan pemantapan nilai-nilai kebangsaan
serta melaksanakan kegiatan di bidang pelatihan, pembinaan,
dan
sosialisasi
nilai-nilai
kebangsaan.
Deputi
Bidang
Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan menyelenggarakan fungsi
pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pemantapan
nilai-nilai
kebangsaan;
pengembangan
dan
perencanaan
peningkatan karakter dalam rangka pemantapan nilai-nilai
kebangsaan; pelaksanaan pemantapan nilai-nilai kebangsaan dan
pelatihan bagi pelatih; sosialisasi pemantapan nilai-nilai
kebangsaan; kerja sama pelaksanaan pemantapan nilai-nilai
kebangsaan; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Gubernur Lemhannas RI.
g. Inspektorat
Inspektorat menyelenggarakan fungsi penyiapan perumusan
kebijakan pengawasan intern; pelaksanaan pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan,dan pengawasan kegiatan lainnya; pelaksanaan
pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Gubernur
Lemhannas RI; penyusunan hasil laporan pengawasan; dan
pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat.
3.1.2.5
Unit
Kerja
Presiden
Pembinaan
Ideologi
Pancasila (UKP-IP)
a.
Latar Belakang Pendiirian
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Hari Lahir Pancasila menegaskan bahwa Pancasila
dasar
dan
ideologi
Negara Republik
Indonesia
sebagai
harus
diketahui asal usulnya oleh bangsa Indonesia dari waktu ke
waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga kelestarian dan
kelanggengan
Pancasila senantiasa
diamalkan
dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara126 Jokowi
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Republik
Indonesia mengambil startegi untuk menangkal ideologi
penggerus nilai-nilai Pancasila. Komitmen untuk memegang
nilai-nilai Pancasila diharapkan mampu menjaga kehidupan
berpolitik yang sehat dan beradab.127 Dalam rangka aktualisasi
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bemegara
perlu dilakukan pembinaan ideologi Pancasila terhadap seluruh
penyelenggara negara yang dilakukan dengan kejelasan arah
yang terencana, sistematis, dan terpadu.128 Langkah ini
direalisasikan dengan mendirikan sebuah lembaga yang
bernama Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila
(UKP-IP). Pengaturan UKP-IP dituangkan di dalam Perpes
Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan
Ideologi Pancasila yang ditandatangani Presiden Joko Widodo
pada 19 Mei 2017.
b. Status, Keanggotaan, Organisasi
Kedudukan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi
Pancasila (UKP-IP) ditegaskan di Pasal 2 ayat (2) sebagai
lembaga non struktural yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
Organisasi
pelaksana.
129
UKP-IP
terdiri
atas
pengarah
dan
Pengarah terdiri atas unsur tokoh kenegaraan;
tokoh agama dan masyarakat; dan tokoh purnawirawan Tentara
126
Bagian menimbang poin a Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari
Lahir Pancasila
127
Istman Musaharun, UKP-IP akan diubah menjadi Setingkat Kemneterian
https://nasional.tempo.co/read/1049231/ukp-pip-akan-diubah-menjadi-setingkatkementerian/full&view=ok
128
Lihat bagian menimbang poin a dan b Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017
tentang Unit Kerja Presiden
129
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Unit Kerja Presiden, Perpes No. 54 Tahun
2017, Ps. 5.
Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan akademisi. Pengarah dari
masing-masing unsur berjumlah paling banyak 3(tiga) orang130
dan satu orang akan dipilih mejadi ketua pengarah melalui
mekanisme internal pengarah.131 Pengarah mempunyai tugas
memberikan arahan kepada Pelaksana terkait arah kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila. Di sisi lain, susunan pelaksana
terdiri atas Kepala; Deputi Bidang Pengkajian dan Materi;
Deputi Bidang Advokasi; dan Deputi Bidang Pengendalian dan
Evaluasi.
Kepala mempunyai tugas memimpin dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi UKP-PIP132 dengan
memperhatikan arahan dari Pengarah.
133
Dibawah pengarah
terdapat beberapa deputi yang masing-masing membawahi
bidang. Deputi Bidang Pengkajian dan Materi mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan arah kebijakan umum pembinaan
ideologi
Pancasila,
serta
pengkajian
dan
perumusan
standardisasi materi pembinaan ideologi Pancasila;134 Deputi
Bidang Advokasi mempunyai tugas melaksanakan advokasi
pembinaan ideologi pancasila;135 dan yang terakhir Deputi
Bidang
Pengendalian
dan
Evaluasi
mempunyai
tugas
melaksanakan pengendalian, pemantauan, dan evaluasi dalam
pelaksanaan kebijakan pembinaan ideologi Pancasila.136
Deputi dibantu oleh tenaga professional
yang
berjumlah paling banyak 15 orang masing-masing deputi yang
bertanggung jawab kepada Deputi. Tenaga professional yang
dimaksud terdiri atas tenaga ahli utama; tenaga ahli madya; dan
130
Ibid., 2017, Ps.l 7.
Ibid., Ps. 8.
132
Ibid.,, Ps. 9.
133
Ibid., Ps. 10.
134
Ibid., Ps. 12.
135
Ibid., Ps. 15.
136
Ibid., Ps.18.
131
tenaga ahli muda.137 Pengarah, Kepala, Deputi, dan tenaga
profesional dapat berasal dari pegawai negeri sipil atau bukan
pegawai negeri sipil138 dimana Pegawai negeri sipil yang
diangkat
menjadi
pegawai
di
lingkungan
UKP-PIP
diberhentikan dari jabatan organiknya tanpa kehilangan
statusnya sebagai pegawai negeri sipil dan setelah berakhir masa
baktinya akan diaktifkan kembali berdasarkan ketentuan
peratruan perundang-undangan.139
Untuk bantuan teknis dan administrasi UKP-IP
dibantu Sekretariat140 yang terdiri atas paling banyak 3 bagian
dan tiap bagian terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.141
Kepala Sekretariat, Kepala Bagran, dan Kepala Subbagian pada
Sekretariat UKP-PIP diangkat dan diberhentikan oleh Sekretaris
Kabinet atas usul Kepala UKP-PIP.142 Masa tugas pengarah dan
Kepala mengikuti masa bakti Presiden143 karena sebagai karena
kedudukannya sebagi unit kerja. Pendanaan yang diperlukan
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi UKP-PIP dibebankan
pada
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
yang
dialokasikan pada Anggaran Sekretariat Kabinet.144
c.
Tugas, Fungsi, dan Wewenang
UKP-PIP mempunyai tugas memhantu presiden dalam
merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi
Pancasila dan melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian pembinaan ideologi pancasila secara menyeluruh
dan berkelanjutan.145
137
Ibid., Ps.21.
Ibid., Ps.28.
139
Ibid., Ps.29-30 ayat (1).
140
Ibid., Ps. 23 ayat (1).
141
Ibid., Ps. 24.
142
Ibid., Ps. 31.
143
Ibid., Ps. 27.
144
Ibid., Ps. 27.
145
Ibid., Ps.3.
138
Adapun penyelenggaraan fungsi UKP-IP yaitu146:
a. perumusan arah kebijakan umum pembinaan ideologi
Pancasila;
b. penyusunan garis-garis besar haluan ideology Pancasila dan
road map pembinaan ideology Pancasila;
c. koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan
pembinaan ideologi pancasila;
d. pelaksanaan advokasi pembinaan ideology Pancasila;
e. pemantauan, evaluasi, dan pengusulan langkah dan strategi
untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan ideologi
Pancasila; dan pelaksanaan kerja sama dan hubungan antar
lembaga dalam pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila
Adapun tugas masing-masing susunan organisasi UKP-IP,
yaitu:
a. Pengarah
Pengarah mempunyai tugas memberikan arahan kepada
Pelalsana terkait arah kebijakan pembinaan ideology
Pancasila.147
b. Pelaksana
1. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi UKP-PIP.148
2. Deputi Bidang Pengkajian dan Materi
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan arah kebijakan umum
pembinaan ideologi Pancasila, serta pengkajian dan
perumusan standardisasi materi pembinaan ideologi
Pancasila.149 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
146
Ibid., Ps. 4.
Ibid., Ps.6
148
Ibid., Ps.9.
149
Ibid., Ps.12.
147
dimaksud Deputi Bidang Pengkajian dan Materi
menyelenggarakan fungsi150:
a. perumusan
arah
kebijakan
umum
pembinaan
ideologi Pancasila;
b. penyusunan
garis-garis
besar
haluan
ideology
Pancasila dan road map pembinaan ideology
Pancasila;
c.
pengkajian
pelaksanaan
pembinaan
ideology
Pancasila;
d. perumusan standardisasi materi dan bahan ajar
pembinaan ideologi Pancasila;
e. pelaksanaan
identilikasi
nilai-nilai
ideology
Pancasila dalam kebijakan, program, dan kegiatan
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila; dan
g. penyerapan pandangan dan penanganan aspirasi
masyarakat dalam rangka perumusan kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila.
3. Deputi Bidang Advokasi
Deputi
Bidang
Advokasi
mempunyai
tugas
melaksanakan advokasi pembinaan ideologi Pancasila.151
Dalam melalsanalan tugas sebagaimana dimaksud
Deputi Bidang Advokasi menyelenggarakan fungsi152:
a. pelaksanaan advokasi pembinaan ideology Pancasila
pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah;
b. penanganan
penyelesaian
dan
penanggulangan
masalah dan kendala dalam pembinaan ideology
Pancasila; dan
c. pengelolaan strategi pembinaan ideologi pancasila.
150
Ibid., Ps.13.
Ibid., Ps.15.
152
Ibid., Ps.16.
151
4. Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi.
Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi mempunyai
tugas melaksanakan pengendalian, pemantauan, dan
evaluasi dalam pelaksanaan kebijakan pembinaan
ideologi
Pancasila.153
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana dimaksud Deputi Bidang pengendalian dan
Evaluasi mempunyai fungsi154:
a. pengendalian
pelaksanaan
pembinaan
ideologi
Pancasila;
b. pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi
kebijakan pembinaan ideologi Pancasila;
c. pelaksanaan kerja sama dan hubungan antar lembaga
dalam pelalsanaan pembinaan ideology Pancasila
dengan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah;
d. penyerapan pandangan dari kementerian/ lembaga,
pemerintah daerah, dan pihak lain yang terkait
terhadap
efektivitas
implementasi
kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila serta isu actual terkait
perkembangan pemahaman ideology Pancasila;
e. pelaksanaan pengukuran pelembagaan Pancasila
dalam perundang-undangan, kebijakan, dan praktek
penyelenggaraan negara;
f. pengusulan langkah dan strategi untuk memperlancar
pelaksanaan pembinaan ideology Pancasila; dan
g. penyusunan
kebijakan
dan
terhadap
penyampaian
implementasi
rekomendasi
kebljakan
pembinaan ideologi Pancasila.
3.1.2.6
a.
153
154
Ibid., Ps.18.
Ibid., Ps.19.
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
Latar Belakang Pendiirian
Dalam prakteknya, UKP-IP mengalami kesulitan
melakukan koordiansi dengan lembaga negara maupun
kementerian karena kedudukan lembaganya hanya sebatas Unit
Kerja Presiden. Kedudukan UKP-IP berada di bawah
koordinasi
Sekretaris
Kabinet.155
Kedudukannya
yang
disetarakan dengan Direktorat Jenderal Kementerian atau
Direktorat Jenderal Lembaga Negara ini terbentur dengan ego
sektoral kementerian/lembaga negara. Lalu muncullah ide
menjadikannya sebagai lembaga setingkat kementerian untuk
memudahkan
berbagai
program
ditingkat
kementerian.
Ditambah lagi dengan perubahan kedudukan lembaga ini
menimbulkan konsekuensi kelembagaannya menjadi permanen
tanpa mengikuti jabatan Presiden.156 UKP-IP dirasa perlu
penyempuranaan dan revitalisasi organisasi, tugas, dan fungsi
untuk dapat efektif menjalankan tugas dan fungsinya157 maka
melalui Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 dibentuklah
Badan
Pembinaan
Ideologi
Pancasila
(BPIP).
Dengan
revitalisasi dari bentuk unit kerja menjadi bentuk badan,
diharapkan BPIP akan tetap eksis walaupun pemerintahan terus
berganti.158
BPIP pada saat ini sedang membuat turunan atas 5 asas
nilai Pancasila ke dalam indikator-indikator yang akan
digunakan untuk mengkaji peraturan perundang-undangan
sesuai dengan Pancasila atau tidak. Dalam dua tahun terakhir
BPIP berusaha menurunkan nilai Pancasila yang abstrak ke
dalam indikator-indikator yang akan digunakan khusus untuk
rambu-rambu produk peraturan daerah agar peraturan daerah
yang lahir tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Sedangkan untuk produk hukum yang lebih tinggi (di atas
155
Ibid., Ps. 23 ayat (2) dan 25.
Istman Musaharun, Op.Cit.
157
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Perpes
No. 7 Tahun 2018, Konsideran Menimbang poin C.
158
BPIP, “Sejarah,” https://bpip.go.id/bpip/profil/442/sejarah.html (diakses 2 Juni 2020)
156
perda) masih sedang dicari cara untuk melakukan kajian dan
akhirnya memberikan rekomendasi kepada lembaga negara
lain.159 Selain itu pada saat ini juga sedang membahas RUU
Haluan Ideologi Pancasila (bersama DPR).
b.
Status, Keanggotaan, Organisasi
Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2018
tentang
Badan
Pembinaan
Ideologi
Pancasila
mendefinisikan BPIP adalah lembaga yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini ditegaskan
kembali di dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila Nomor 1 Tahun 2018 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Susunan Organisasi BPIP terdiri atas160:
1. Dewan Pengarah
Dewan Pengarah adalah unsur pimpinan BPIP yang secara
kelembagaan dipimpin oleh seorang Ketua.161 Dewan
Pengarah sebagaimana dimaksud terdiri atas162:
1. Ketua
2. Anggota
2. Pelaksana
Pelaksana terdiri dari163:
1. Kepala
Kepala dalam melaksanakan tugasnya memerhatikan
arahan Ketua Dewan Pengarah.164
2. Wakil Kepala
159
Ani Purwani (Plt Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi BPIP),
disampaikan pada Web Diskusi PSHTN FH UI dan Pusako Unand: Pancasila (titik), dilaksanakan
pada 1 Juni 2020
160
Indonesia, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Peraturan Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Perban No.1
Tahun 2018., Ps.5.
161
Ibid., Ps. 1 ayat (3).
162
Ibid., Ps. 6 ayat (1).
163
Ibid., Ps. 7.
164
Ibid., Ps. 2 ayat (3).
Wakil
Kepala
dalam
melaksanakan
tugasnya
memerhatikan arahan Ketua Dewan Pengarah.
165
3. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama dipimpin Sekretariat Utama yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Pimpinan
melalui
Kepala.166
Sekretaris
Utama.Sekretariat Utama terdiri atas167:
a.
Biro Perencanaan dan Keuangan
Biro Perencanaan dan Keuangan terdiri atas168:
1. Bagian Perencanaan
2. Bagian Keuangan
3. Bagian Evaluasi dan Akuntabilitas Kinerja
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
b.
Biro Hukum dan Organisasi
Biro Hukum dan Organisasi terdiri atas169:
1. Bagian Penyusunan Hukum;
2. Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum;
3. Bagian Organisasi dan Tata Laksana; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
c.
Biro Umum dan Sumber Daya Manusia
Biro Umum dan Sumber Daya Manusia terdiri
atas170:
1. Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara
dan Layanan Pengadaan;
2. Bagian Sumber Daya Manusia;
3. Bagian Rumah Tangga, Arsip, dan Tata
Usaha Pimpinan; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
165
Ibid.
Ibid., Ps. 11.
167
Ibid., Ps. 14.
168
Ibid., Ps. 17.
169
Ibid., Ps. 32.
170
Ibid., Ps. 47.
166
d.
Biro
Fasilitasi
Dewan
Pengarah
dan
Dewan
Pengarah
dan
Ketenagaahlian
Biro
Fasilitasi
Ketenagaahlian terdiri atas171:
1. Bagian Fasilitasi Dewan Pengarah;
2. Bagian Fasilitasi Ketenagaahlian; dan
3. Kelompok Jabatan Fungsional.
e. Biro Pengawasan Internal
Biro Pengawasan Internal terdiri atas172:
1. Bagian Pengawasan Kinerja;
2. Bagian Pengawasan Keuangan; dan
3. Kelompok Jabatan Fungsional.
4. Deputi
Bidang
Hubungan
Antar
Lembaga,
Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan
Deputi
Bidang
Hubungan
Antar
Lembaga,
Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan dipimpin oleh
Deputi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Pimpinan melalui Kepala.173 Deputi
Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi,
Komunikasi, dan Jaringan terdiri atas174:
a. Direktorat Hubungan Antar Lembaga dan Kerja
Sama
Direktorat Hubungan Antar Lembaga dan Kerja
Sama terdiri atas175:
1. Subdirektorat
Hubungan
Antar
Kementerian/Lembaga;
2. Subdirektorat Hubungan Masyarakat dan
Organisasi Sosial Politik;
3. Subdirektorat Kerja Sama; dan
171
Ibid., Ps. 63.
Ibid., Ps. 74.
173
Ibid., Ps. 83
174
Ibid., Ps. 86.
175
Ibid., Ps. 89.
172
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan
Direktorat Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan
terdiri atas176:
1. Subdirektorat Sosialisasi;
2. Subdirektorat Pengembangan Komunikasi;
3. Subdirektorat Pengembangan Jaringan; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Pembudayaan
Direktorat Pembudayaan terdiri atas177:
1. Subdirektorat Pemantapan Pranata;
2. Subdirektorat Inovasi Pembudayaan; dan
3. Kelompok Jabatan Fungsional.
5. Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan
Regulasi
Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan
Regulasi dipimpin oleh Deputi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan
melalui
Kepala.178
Deputi
Bidang
Hukum,
Advokasi, dan Pengawasan Regulasi terdiri atas179:
a. Direktorat Analisis dan Sinkronisasi
Direktorat Analisis dan Sinkronisasi terdiri
atas180:
1. Subdirektorat Analisis dan Sinkronisasi I;
2. Subdirektorat Analisis dan Sinkronisasi II;
3. Subdirektorat Analisis dan Sinkronisasi III;
dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Advokasi
176
Ibid., Ps. 95.
Ibid., Ps. 101.
178
Ibid., Ps. 104.
179
Ibid., Ps. 107.
180
Ibid., Ps. 110.
177
Direktorat Advokasi terdiri atas181:
1. Subdirektorat Preventif;
2. Subdirektorat Pendampingan;
3. Subdirektorat Apresiasi; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional
c. Direktorat Pelembagaan dan Rekomendasi
Direktorat
terdiri atas
Pelembagaan
182
dan
Rekomendasi
:
1. Subdirektorat
Pelembagaan
dan
Pelembagaan
dan
Pelembagaan
dan
Rekomendasi I;
2. Subdirektorat
Rekomendasi II;
3. Subdirektorat
Rekomendasi III; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
6. Deputi Bidang Pengkajian dan Materi
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi dipimpin oleh
Deputi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Pimpinan melalui Kepala.183 Deputi
Bidang Pengkajian dan Materi terdiri atas184:
a. Direktorat Pengkajian Materi
Direktorat Pengkajian Materi terdiri atas185:
1. Subdirektorat Kajian Filosofis dan Historis;
2. Subdirektorat Kajian Kebijakan dan Yuridis;
3. Subdirektorat Kajian Keilmuan; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Standardisasi Materi dan Metode
Aparatur Negara
181
Ibid., Ps. 116.
Ibid., Ps. 122.
183
Ibid., Ps. 126.
184
Ibid., Ps. 129.
185
Ibid., Ps. 132.
182
Direktorat Standardisasi Materi dan Metode
Aparatur Negara terdiri atas186:
1. Subdirektorat
Standardisasi
Materi
dan
Materi
dan
Metode Pejabat Negara;
2. Subdirektorat
Standardisasi
Metode Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Subdirektorat
Standardisasi
Materi
dan
Metode Aparatur Sipil Negara;
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Standardisasi Materi dan Metode
Formal, Nonformal, dan Informal.
Direktorat Standardisasi Materi dan Metode
Formal, Nonformal, dan Informal terdiri atas187:
1. Subdirektorat
Standardisasi
Materi
dan
Standardisasi
Materi
dan
Materi
dan
Metode Formal;
2. Subdirektorat
Metode Nonformal;
3. Subdirektorat
Standardisasi
Metode Informal; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
7. Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan dipimpin
oleh Deputi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Pimpinan melalui Kepala188. Deputi
Bidang Pendidikan dan Pelatihan terdiri atas189:
a. Direktorat
Perencanaan
Pendidikan dan Pelatihan
186
Ibid., Ps. 138.
Ibid., Ps. 144.
188
Ibid., Ps. 148.
189
Ibid., Ps. 151.
187
dan
Kerja
Sama
Direktorat
Perencanaan
dan
Kerja
Pendidikan dan Pelatihan terdiri atas
190
Sama
:
1. Subdirektorat Perencanaan dan Kerja Sama
Pendidikan dan Pelatihan I;
2. Subdirektorat Perencanaan dan Kerja Sama
Pendidikan dan Pelatihan II;
3. Subdirektorat Perencanaan dan Kerja Sama
Pendidikan dan Pelatihan III;
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat
Standardisasi
dan
Kurikulum
dan
Kurikulum
Pendidikan dan Pelatihan
Direktorat
Standardisasi
Pendidikan dan Pelatihan terdiri atas191:
1. Subdirektorat Standardisasi dan Kurikulum
Pendidikan dan Pelatihan I;
2. Subdirektorat Standardisasi dan Kurikulum
Pendidikan dan Pelatihan II;
3. Subdirektorat Standardisasi dan Kurikulum
Pendidikan dan Pelatihan III;
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan
Direktorat Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan terdiri atas192:
1. Subdirektorat Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Aparatur Negara;
2. Subdirektorat Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Formal;
3. Subdirektorat Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Nonformal dan Informal; dan
190
Ibid., Ps. 154.
Ibid., Ps. 160.
192
Ibid., Ps. 166.
191
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
8. Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi
Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi dipimpin
oleh Deputi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Pimpinan melalui Kepala.193 Deputi
Bidang Pengendalian dan Evaluasi terdiri atas194:
a. Direktorat Pengendalian
Direktorat Pengendalian terdiri atas195:
1. Subdirektorat Pengendalian I;
2. Subdirektorat Pengendalian II;
3. Subdirektorat Pengendalian III; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Evaluasi
Direktorat Evaluasi terdiri atas196:
1. Subdirektorat Evaluasi I;
2. Subdirektorat Evaluasi II;
3. Subdirektorat Evaluasi III; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional
9. Pusat
Pusat
Data
dan
Informasi
merupakan
unsur
pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BPIP yang
dipimpin oleh Kepala Pusat yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala melalui
Seketaris Utama. Pusat Data dan Informasi terdiri
atas197:
1. Bidang Pengembangan Sistem Informasi;
2. Bidang Pengelolaan Data dan Informasi;
3. Subbagian Tata Usaha; dan
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
193
Ibid., Ps. 170.
Ibid., Ps. 173.
195
Ibid., Ps. 176.
196
Ibid., Ps. 182.
197
Ibid., Ps. 190.
194
10. Kelompok Ahli
Kelompok Ahli terdiri atas Tenaga Ahli yang secara
fungsional bertanggung jawab kepada Kepala
melalui Wakil Kepala dan secara teknis umum
dikoordinasikan oleh Wakil Kepala serta secara
teknis substantif dipimpin oleh masing-masing
Deputi dan secara administratif difasilitasi oleh
Sekretaris Utama.198 Jenjang jabatan Tenaga Ahli
terdiri atas199:
1. Tenaga Ahli Utama;
2. Tenaga Ahli Madya; dan
3. Tenaga Ahli Muda.
Dilihat dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
struktur organisasi BPIP secara garis bsar sama seperti UKPIP yang terdiri atas pengarah dan pelaksana namun dalam
komponennya terdapat sedikit perbedaan. Dewan Pengarah
BPIP terdiri atas Ketua dan Anggota di sisi lain Pelaksana
terdiri atas Kepala; Wakil Kepala; Deputi Bidang Hubungan
Antar Lembaga Sosialisasi, Komunikasi, Jairngan; Deputi
Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi; Deputi
Bidang Pengkajian Materi; Deputi Bidang Pendidikan dan
Pelatihan, dan yang terakhir Deputi Bidang Pengendalian dan
Evaluasi.200
Jumlah Dewan Pengarah BPIP berjumlah lebih
banyak daripada UKP-IP yaitu 11 (sebeleas) orang yang
komponennya tetap sama seperti UKP-IP yaitu unsur tokoh
kenegaraan; tokoh agama dan masyarakat; dan tokoh
purnawirawan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara
Republik Indonesia, pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan
198
Ibid., Ps. 197 ayat (1).
Ibid., Ps. 197 ayat (2).
200
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Perpes
No. 7 Tahun 2018, Ps. 5.
199
akademisi201 Ketua Dewan Pengarah dipilih dari dan oleh
anggota Dewan Pengarah melalui mekanisme internal Dewan
Pengarah.202
Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Masa tugas Dewan
Pengarah, Kepala, dan WakilKepala berlaku untuk 1 (satu)
periode selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) periode berikutnya. Sekretaris Utama dan
Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Kepala dan/atau Wakil Kepala setelah mendapat persetujuan
Ketua Dewan Pengarah. Pengangkatan Sekretaris Utama dan
Deputi dilakukan setelah melalui proses seleksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Staf
Khusus Dewan Pengarah diangkat dan diberhentikan oleh
Ketua Dewan Pengarah.
c.
Tugas, Fungsi, dan Wewenang
BPIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila,
melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian
pembinaan
ideologi
Pancasila
secara
menyeluruh
dan
berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi
pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil
kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan
dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian/
lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan
komponen masyarakat lainnya.203 Kepala dan wakil kepala
diberikan hak keuamgan dan fasilitas lainnya setingkat
201
Ibid., Ps.7.
Ibid., Ps. 8.
203
Ibid.,, Ps. 3.
202
menteri sebagaimana diatur di dalam pasal 52 ayat (2) dan (3)
Peraturan Presiden (Perpes) Nomor 7 Tahun 2018.204
BPIP
mempunyai
tugas
membantu
Presiden
dalam
merumuskan arah kebijakan pembinaan ideology Pancasila,
melaksanakan
pembinaan
koordinasi,
sinkronisasi,
ideologi
Pancasila
dan
melaksanakan
berkelanjutan,
secara
dan
pengendalian
menyeluruh
penyusunan
dan
standardisasi
pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian
terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan
Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian/ lembaga,
pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen
masyarakat lainnya.205
Dalam melaksanakan tugasnya BPIP menyelenggarakan
fungsi206:
a. perumusan arah kebijakan pembinaan ideology Pancasila;
b. penyusunan garis-garis besar haluan ideology Pancasila dan
peta jalan pembinaan ideology Pancasila;
c. penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan program
pembinaan ideologi Pancasila;
d. koordinasi,
sinkronisasi,
dan
pengendalian
pelaksanaan
pembinaan ideologi Pancasila;
e. pengaturan pembinaan ideologi Pancasila;
f. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengusulan langkah
dan strategi untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan
ideologi Pancasila;
204
Ibid., Ps. 52 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan
Pembinaan Ideologi Pancasila menyatakan: “Kepala diberikan hak keuangan dan fasilitaslainnya
setingkat menteri”.
Pasal 52 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila menyatakan: “Wakil Kepala diberikan hak keuangan dan fasilitaslainnya
setingkat wakil menteri.”
205
Ibid., Ps.3.
206
Ibid.,, Ps. 4.
g. pelaksanaan sosialisasi dan kerja sama serta hubungan dengan
lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan
daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat
lainnya dalam pelaksanaan pembinaan ideology Pancasila;
h. pengkajian materi dan metodologi pembelajaran Pancasila;
i. advokasi penerapan pembinaan ideologi Pancasila dalam
pembentukan dan pelaksanaan regulasi;
j. penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan Pancasila
serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; dan
k. perumusan dan penyampaian rekomendasi kebijakan atau
regulasi yang bertentangan dengan Pancasila.
Masing-masing tugas dan fungsi susunan organisasi BPIP
adalah sebagai berikut:
a.
Dewan Pengarah
Dewan Pengarah mempunyai tugas memberikan arahan
kepada pelaksana terkait arah kebijakan pembinaan
ideologi Pancasila.207
b.
Pelaksana
Masing-masing tugas dan fungsi, yaitu:
1. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi BPIP.208
2. Wakil Kepala
Wakil Kepala mempunyai tugas membantu Kepala
dalam melaksanakan tugas memimpin BPIP.209
3. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi
pelaksanaan
tugas,
pembinaan,
dan
pemberian dukungan administratif dan teknis kepada
207
Ibid., Ps. 8.
Ibid., Ps. 9.
209
Ibid., Ps. 10 ayat (1).
208
seluruh unit organisasi di lingkungan BPIP.210 Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat
Utama menyelenggarakan fungsi211:
a. koordinasi kegiatan di lingkungan BPIP;
b. koordinasi penyusunan rencana, program, kegiatan,
dan anggaran di lingkungan BPIP;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administratif
yang
meliputi
ketatausahaan,
kepegawaian,
keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan
masyarakat, arsip, dan dokumentasi;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata
laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundangundangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
f. penyelenggaraan
pengelolaan
barang
milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan
barang/jasa;
g. pelaksanaan pengawasan internal di lingkungan
BPIP; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan
4. Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi,
Komunikasi, dan Jaringan
Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi,
Komunikasi,
dan
melaksanakan
program
lembaga,
sosialisasi,
Jaringan
mempunyai
tugas
strategis
hubungan
komunikasi,
dan
antar
jaringan
pembinaan ideologi Pancasila.212 Dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud, Deputi Bidang Hubungan
210
Ibid., Ps. 12.
Ibid., Ps. 13.
212
Ibid., Ps. 84.
211
Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan
menyelenggarakan fungsi213:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi program
strategis dan program kerja pembinaan ideologi
Pancasila
dengan
kementerian/lembaga,
lembaga
tinggi
negara,
pemerintahan
daerah,
organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat
lainnya;
b. pengoordinasian
relawan
gerakan
kebajikan
Pancasila;
c. pembudayaan gotong-royong di tengah masyarakat
dalam mengarusutamakan nilai Pancasila;
d. pelaksanaan
sosialisasi
Pancasila
atau
menyebarluaskan pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan Pancasila melalui media massa, media
sosial, media interpersonal, reklame, forum diskusi,
festival, kunjungan, dan diplomasi budaya;
e. pengembangan komunikasi dengan media massa;
f. peningkatan kerja sama dan hubungan dengan
lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, dan
pemerintahan daerah;
g. pengembangan hubungan dengan organisasi sosial
politik dan komponen masyarakat lainnya dalam
rangka menggalang partisipasi komunitas; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan
5. Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan
Regulasi
Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan
Regulasi mempunyai tugas melaksanakan internalisasi
dan institusionalisasi Pancasila di bidang hukum,
213
Ibid., Ps. 85.
advokasi,
dan
regulasi.214
pengawasan
Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Deputi
Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi
menyelenggarakan fungsi215:
a. perumusan
arah
institusionalisasi
kebijakan
Pancasila
internalisasi
di
bidang
dan
hukum,
advokasi, dan pengawasan regulasi;
b. penyelenggaraan
institusionalisasi
Pancasila
terhadap hukum nasional agar selaras dengan dasar
negara;
c. pemberian
rekomendasi
berdasarkan
hasil
pengawasan dan kajian kepada lembaga tinggi
negara, kementerian/lembaga, dan pemerintahan
sdaerah mengenai regulasi yang bertentangan
dengan nilai-nilai dasar Pancasila;
d. pelaksanaan advokasi pembinaan ideologi Pancasila
pada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga,
pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan
komponen masyarakat lainnya;
e. penanganan
penyelesaian
dan
penanggulangan
masalah dan kendala dalam pembinaan ideologi
Pancasila; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan.
6. Deputi Bidang Pengkajian dan Materi
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi mempunyai tugas
menyelenggarakan
pembinaan
ideologi
perumusan
Pancasila,
arah
kebijakan
pengkajian
dan
perumusan standardisasi materi pembinaan ideologi
Pancasila.216 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
214
Ibid., Ps. 105.
Ibid., Ps. 106.
216
Ibid., Ps. 127.
215
dimaksud, Deputi Bidang Pengkajian dan Materi
menyelenggarakan fungsi217:
a. perumusan arah kebijakan pembinaan ideologi
Pancasila;
b. penyusunan garis-garis besar haluan ideologi
Pancasila dan peta jalan pembinaan ideologi
Pancasila;
c. pengkajian
pelaksanaan
pembinaan
ideologi
Pancasila;
d. perumusan standardisasi materi dan bahan ajar
metode pembinaan ideologi Pancasila;
e. pelaksanaan identifikasi nilai ideologi Pancasila
dalam kebijakan, program, dan kegiatan lembaga
tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan
daerah, organisasi sosial politik, dan komponen
masyarakat lainnya;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila;
g. penyerapan pandangan dan penanganan aspirasi
masyarakat dalam rangka perumusan kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan.
7. Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai
tugas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
pembinaan ideologi pancasila.218 Dalam melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud,
Deputi
Bidang
Pendidikan dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi219:
217
Ibid., Ps. 128.
Ibid., Ps. 149.
219
Ibid., Ps. 150.
218
a. penyusunan rencana dan program pendidikan dan
pelatihan pembinaan ideologi Pancasila;
b. penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan
pembinaan ideologi Pancasila;
c. penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan
pembinaan ideologi Pancasila;
d. penyelenggaraan
pendidikan
dan
pelatihan
pembinaan ideologi Pancasila bagi aparatur negara,
organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat
lainnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan.
8. Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi
Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi mempunyai
tugas melaksanakan pengendalian, pemantauan, dan
evaluasi dalam pelaksanaan kebijakan pembinaan
ideologi Pancasila.220 Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud, Deputi Bidang Pengendalian
dan Evaluasi mempunyai fungsi221:
a. pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi
Pancasila;
b. pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi
kebijakan pembinaan ideologi Pancasila;
c. pelaksanaan pengukuran pelembagaan Pancasila
dalam
kebijakan,
regulasi,
dan
praktik
strategi
untuk
penyelenggaraan negara;
d. pengusulan
langkah
dan
memperlancar pelaksanaan pembinaan ideologi
Pancasila; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan.
220
221
Ibid., Ps. 171.
Ibid., Ps. 172.
9. Pusat
Pusat
Data
dan
Informasi
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan data dan informasi dan
pengembangan sistem informasi berbasis kemajuan
teknologi dalam penyelenggaraan pembinaan ideologi
Pancasila.222 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud,
Pusat
Data
menyelenggarakan fungsi
a. penyusunan
223
dan
Informasi
:
kebijakan
teknis
di
bidang
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi,
sistem informasi, dan tata kelola data dan
informasi;
b. pelaksanaan
kebijakan
teknis
di
bidang
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi,
sistem informasi, dan tata kelola data dan
informasi;
c. koordinasi dan kerja sama pengelolaan data dan
penyajian informasi;
d. pelaksanaan pengamanan dan pemeliharaan data,
sistem, perangkat, jaringan portal, dan infrastuktur
teknologi informasi; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Pimpinan.
10. Kelompok Ahli
Kelompok Ahli di Lingkungan BPIP, yang disebut
Kelompok Ahli adalah Tenaga Ahli yang berdasarkan
pengetahuan
dan
keahliannya
diangkat
untuk
memberikan dukungan sesuai dengan kompetensi
keilmuannya dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
222
223
Ibid., Ps. 188.
Ibid., Ps. 189.
BPIP.224
Kelompok
Ahli
mempunyai
tugas
menyelenggarakan penelaahan dan analisis untuk
membantu tugas dan fungsi BPIP dan melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.225
Dalam Bab VII diatur Tata Kerja BPIP. Dalam pasal 55
ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2018 Tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila menyatakan
bahwa, setiap usulan rekomendasi kebijakan wajib terlebih dahulu
dibahas bersama Dewan Pengarah. Setiap rekomendasi kebijakan
yang disampaikan kepada Presiden wajib mendapat persetujuan
Ketua
Dewan
Pengarah.
Kepala
dan/atau
Wakil
Kepala
melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden melalui Ketua
Dewan Pengarah paling sedikit 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) bulan
atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.226
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
yang terdiri dari kebijakan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 dan Peraturan Presiden
Nomor 7 tahun 2018, tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP) serta berbagai Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis
yang dikeluarkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) lingkup BPIP, merupakan dasar dalam
pelaksanaan program/kegiatan BPIP.227
3.1.3
Lembaga-Lembaga yang Memiliki Kewenangan Beririsan
dengan Penafsiran Pancasila
224
Indonesia, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Peraturan Badan Pembinaan Ideologi
tentang Kelompok Ahli di Lingkungan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Perban No. 2 Tahun
2018, Ps. 1 ayat (6).
225
Ibid., Ps. 5.
226
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Perpes
No. 7 Tahun 2018, Ps. 56.
227
Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila,
Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Tahun Anggaran 2019, (Jakarta:
Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, 2019), hlm.1.
Dalam ketatanegaraan di Indonesia ada lembaga-lembaga yang
didirikan bukan dimaksudkan sebagai lembaga khusus pembinaan
Pancasila, namun karena kewenangannya lembaga-lembaga tersebut
memungkinkan untuk melakukan tugas Penafsiran terhadap Pancasila.
Tugas ini tidak terlepas dari pandangan atas hubungan UUD NRI 1945 dan
Pancasila. Oleh karena itu akan dibahas terlebih dahulu pandanganpandangan mengenai relasi tersebut.
3.1.3.1
Teori Penafsiran Konstitusi (Hubungan UUD 1945
dan Pancasila)
Memperhatikan
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), kita dapat menemukan
adanya rumusan dari Pancasila dalam Pembukaan UUD NRI 1945
yang merupakan Konstitusi Negara Indonesia. Memandang akan
penempatan Pancasila di dalam Pembukaan UUD NRI 1945
tersebut, patut kita pertanyakan apakah Pancasila merupakan
bagian dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 atau tidak. Terhadap pertanyaan ini, hingga saat
sekarang ini telah berkembang dua pendapat umum atau disebut
Dualisme Pancasila, yaitu:
1. Pancasila bukan bagian dari UUD NRI 1945 karena sudah lahir
lebih dulu, lebih tinggi kedudukannya dari UUD NRI 1945;
dan
2. Pancasila adalah bagian dari UUD NRI 1945.
3.1.3.1.1
Pandangan Pancasila sebagai rechtside/ groundnorm/
weltanschauung
Untuk melihat kedudukan Pancasila maka kita dapat
mengacu ke Penjelasan UUD 1945 naskah asli angka III berbunyi:
“Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan di dalam pasal-pasalnya. Pokokpokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini
mewujudkan cita hokum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar
negara, baik yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum
yang tidak tertulis. Undang-Undang Dasar menciptakan ini di dalam
pasal-pasalnya.
Jika kita mengartikan bahwa ‘pokok-pokok pikiran yang
termaktub di dalam Pembukaan UUD NRI 1945’ sebagai Pancasila,
maka Pancasila merupakan perwujudan dari suatu cita hukum
(rechtsidee) yang melingkupi keseluruhan dari Batang Tubuh UUD
NRI 1945 yang kemudian diejawantahkan ke dalam pasal-pasal
yang berada di dalam Batang Tubuh UUD 1945. Pancasila adalah
Norma Fundamental (Staatsfundamentalnorm) yang menjiwai UUD
1945 dimana poin-poinnya terdapat di dalam pembukaan UUD
1945. Hal ini menjadikannya dasar dan sumber bagi Aturan Dasar
atau Aturan Pokok Negara (Verfassungnorm) yaitu Pasal-Pasal atau
Batang Tubuh UUD NRI 1945.228 Dalam pandangan demikian,
mengacu kepada sistem norma hukum Negara Republik Indonesia,
kedudukan Pembukaan UUD 1945 seyogyanya lebih utama
daripada Batang Tubuh UUD 1945, dimana Pancasila sebagai
pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD
1945 kemudian dijadikan dasar dan sumber bagi pasal-pasal dalam
Batang Tubuh UUD 1945.
Selain
daripada
itu,
Penjelasan
UUD
1945
juga
menyebutkan istilah ‘cita-cita hukum (Rechtsidee). Istilah ‘cita-cita
hukum (Rechtsidee) di dalam Penjelasan UUD 1945 ini menurut A.
Hamid S. Attamimi dikatakan kurang tepat oleh oleh karena istilah
‘cita-cita’ itu berarti keinginan, kehendak, suatu harapan, sedangkan
istilah ‘Rechstidee’ sendiri lebih tepat kalau diterjemahkan dengan
Cita hukum. Cita hukum ialah terjemahan dari Rechsidee.
Selanjutnya
dikemukakan
bahwa
“Kelima
Pancasila
dalam
kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara secara positif
merupakan “bintang pemandu” yang memberikan pedoman dan
228
Maria Farida Indrati Indrati, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: PT Kanisisus
Yogyakarta: 2007), hlm. 58.
bimbingan dalam semua kegiatan memberi isi kepada setiap
peraturan perundang-undangan, dan secara negatif merupakan
kerangka yang membatasi ruang gerak isi peraturan perundangundangan tersebut. Dengan uraian tersebut jelaslah bahwa Pancasila
sebagai Norma Fundamental dan sekaligus sebagai Cita hukum
merupakan sumber dan dasar serta pedoman bagi Batang Tubuh
UUD 1945 sebagai Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara
(Verfassungnorm) serta peraturan perundang-undangan lainnya.229
Dilihat dalam konteks sejarah, sebenarnya Pembukaan lahir
terlebih dahulu dari Proklamasi dan Batang Tubuh. Bahkan apabila
kita baca alinea/paragraf pertama pembukaan, maka jelas hal itu
dilaksanakan
dalam
proklamasi.
Sebagai
konsekuensi
dari
pandangan bangsa Indonesia itu, maka lahirlah kemerdekaan
Indonesia,
Indonesia”.
dan
sebagai
Pendapat
ini
konsekuensi
lahir
ditegaskan oleh
pulalah
Negara
Prof. Mr.
Drs.
Notonagoro, dalam Pidato Dies Natalis Universitas Airlangga yang
pertama (10 November 1955) tentang Pemboekaan OendangOendang Dasar 1945 (Pokok Kaidah Fundamentil Negara
Indonesia) mengatakan:
Nampaknya kepada saya tidak ada lain yang lebih tepat
untuk dipelajari daripada Pemboekaan Oendang-Oendang
Dasar 1945, yaitu penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan
Bangsa Indonesia pada waktu pembentukan Negara
Indonesia.230
Susunan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jika diteliti
secara seksama maka terdiri dari 4 (empat bagian:
1. Bagian pertama, seperti telah dikemukakan, berisi pernyataan, yaitu
bahwa
kemerdekaan
adalah
hak
segala
bangsa,
yang
konsekuensinya penjajahan di atas dunia harus dihapuskan;
229
Ibid., hal.59.
Sri Soemantri, “Undang-Undang Dasar 1945 Serta Artinya” dalam Buku Bunga
Rampai Hukum Tata Negara Indonesia (Bandung: Penerbit Alumni, 1992), hlm. 81
230
2. Bagian kedua, berisi pernyataan tentang berhasilnya perjuangan
Kemerdekaan Indonesia;
3. Bagian ketiga adalah pernyataan tentang Kemerdekaan Rakyat
Indonesia;
4. Bagian keempat mengikrarkan pernyataan pembentukan Pemerintah
Negara dengan dasar kerokhanian negara yang dinamakan
Pancasila.231
Menurut Notonegoro, dilihat dari isinya di antara bagianbagian itu dapat diadakan garis pemisah. Bagian pertama, kedua,
dan ketiga merupakan pernyataan, vang tidak ada hubungan organis
dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dapat dikatakan bahwa tiga,
bagian yang pertama mengenai keadaan atau peristiwa yang
mendahului terbentuknya Negara Indonesia. Dan yang terakhir yaitu
bagian yang keempat berkenaan dengan keadaan setelah Negara
Indonesia ada dan oleh karena itu mempunyai hubungan kausal dan
organis dengan (Batang Tubuh) Undang-Undang Dasar 1945.232
Dalam penjelasan pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan
dijelaskan “Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menempatkan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar
filosofis
negara,
sehingga
setiap
materi
muatan
Peraturan
Perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai
yang terkandung dalam Pancasila”.
231
Ibid., hlm. 82 mengutip Notonegoro, Pembukaan Oendang-Oendang Dasar 1945,
Pokok Kaidah Fundamnetil Negara Indonesia, [s.l.; sn, 1995], hlm, 4.
232
Ibid., hlm. 83.
Berdasarkan
berbagai
peraturan
perundang-undangan,
Pancasila masih diakui sebagai sumber pembentuk (rechtsidee)
hukum positif di Indonesia, sehingga konkretisasi nilai-nilai
Pancasila harus tercermin dalam substansi peraturan perundangundangan di bawah konstitusi. Bahkan pengaturan materi konstitusi
juga harus mengacu secara konsisten terhadap nilai-nilai Pancasila
yang termaktub pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Konsistensi
penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam batang tubuh
konstitusi merupakan tuntutan konsistensi penerapan norma secara
sistemik, sehingga terdapat relasi fungsional antara nilai-nilai
Pembukaan dengan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.233
Dalam
paradigma
yuridis-filosofis
terumuskan
suatu
keyakinan, bahwa: hakikat konstitusi merupakan hasil kesepakatan
luhur segenap komponen bangsa demi melaksanakan kehidupan
ketatanegaraan. Kesepakatan
luhur tersebut diwujudkan dalam
Pancasila sebagai dasar negara yang dirumuskan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
selanjutnya berdasarkan paradima ini diyakini, bahwa: “undangundang dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya”, sehingga tiap pasal dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
niscaya merupakan hasil transformasi sila-sila Pancasila yang
tertuang sebagai Pokok-pokok Pikiran dalam Alinea Keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sekaligus merupakan embanan terselenggaranya fungsifungsi negara.234
233
Ibid., hlm. 115-116.
Mochamad Isnaeni Ramdhan,”Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Sebagai Pengawal Pancasila Dalam Sistem Hukum Nasional”, Jurnal Legislasi Indonesia 6 No. 3
(September 2009), hal. 116.
234
3.1.3.1.2 Pandangan Pancasila sebagai bagian dari konstitusi
UUD 1945
Untuk menjustifikasi Pancasila sebagai bagian dari
Konstitusi maka dapat dilihat rumusan Pasal II Aturan Tambahan
UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa UUD NRI 1945 terdiri atas
Pembukaan dan Pasal-pasal. Dari ayat ini dapat dipandang bahwa
Pembukaan UUD NRI 1945 dan Pasal-pasalnya merupakan satu
kesatuan.
Prof. Dr. Sri Soemantri dalam Buku Bunga Rampai Hukum
Tata Negara Indonesia menjelaskan apakah Pembukaan itu bagian
dari Undang-Undang Dasar 1945 atau berada di luar Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945 sebab nemilih salah satu membawa
beberapa konsekuensi. Apabila pembukaan itu berada di luar
Batang Tubuh, maka Pasal 37 tidak akan mengenai isi Pembukaan.
Dengan demikian isi Pembukaan tidak akan mungkin dapat diubah
oleh Maielis Permusyawaratan Rakyat. Oleh karena Pembukaan
bukan bagian dari Undang-Undang Dasar 1945 (sebagai bagian
hukum positif), apa yang terdapat di dalamnya tidak akan mungkin
dilaksanakan atau diwujudkan dalam kehidupan nyata, Palingpaling isi Pembukaan akan merupakan landasan moral dalam
hidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.235
Hal ini berbeda dengan, apabila Pembukaan merupakan
bagian Undang-Undang Dasar 1945 atau merupakan bagian dari
hukum positif di Indonesia. Apa yang tercantum di dalamnya akan
dapat
dilaksanakan
dalam
kehidupan
bernegara
Bahkan,
pelanggaran terhadapnya akan dapat dikenakan sanksi. Akan tetapi
sebaliknya, karena Pembukaan merupakan bagian hukum positif,
maka apa yang tercantum di dalamnya akan terkena pasal
perubahan undang-undang dasar. Dari kedua kemungkinan itu,
235
Sri Soemantri, “Undang-Undang Dasar 1945…,” hlm. 81-82.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dalam Ketetapannya
No. XX/MPRS/1966 telah memilih alternatif yang kedua.236
.
3.1.3.2 Lembaga Penafsir Konstitusi
Setelah bahasan pada sub bagian di atas terdapat dua
lembaga
yang
dapat
menafsirkan
Pancasila
yaitu
Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Mahkamah Konstitusi.
3.1.3.2.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sebelum Amandemen UUD 1945, terdapat Ketetapan MPR
No.
II/MPR/1978
tentang
Ekaprasetia
Pancakarsa
yang
menjabarkan kelima asa dalam Pancasila menjadi 36 butir
pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
Dari 5 asas yang normatif abstrak kemudian dikonkretkan kedalam
36 butir yang dijadikan sebagai bahan doktrinasi Orde Baru.237
Dengan tujuan untuk memudahkan pelaksanaan penghayatan dan
pengamalan Pancasila dirasa perlu suatu pedoman, yang dapat
menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku
setiap manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan
kehidupan
bernegara.
Oleh
karena
itu
lahirlah
Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang dituangkan dalam
rumusan sederhana dan jelas, yang mencerminkan suara hati nurani
manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dan yang mampu secara
terus-menerus
menggelorakan
semangat
serta
memberikan
keyakinan dan harapan akan hari depanyang lebih baik, sehingga
Pedoman itu dapat mudah diresapi, dihayati, dan diamalkan.238
Setelah Amandemen UUD 1945, di dalam Pasal 3 ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan “Majelis Permusyawaratan
Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang
236
Ibid., hal.83.
Ghunarsa Sujatnika, “Penafsiran dan Kedudukan Pancasila dalam Sistem Hukum
Indonesia,” Makalah disampaikan pada Web Diskusi PSHTN FH UI dan Pusako Unand: Pancasila
(titik), dilaksanakan pada 1 Juni 2020.
238
Lihat Pendahuluan Pendoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila bagian
Pendahuluan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978.
237
Dasar”. Dari rumusan pasal ini MPR berhak untuk menafsirkan
Pancasila karena MPR memandang Pancasila berada di Pembukaan
UUD 1945. Jika berbicara UUD 1945 disebutkan bahwa UUD
1945 adalah Pembukaan dan Batang Tubuh sebagai satu kesatuan.
Hal ini mengacu pada Pasal II Aturan Tambahan UUD NRI 1945
menyebutkan bahwa UUD NRI 1945 terdiri atas Pembukaan dan
Pasal-pasal.
Jika penafsiran nilai-nilai Pancasila dipandang sebagai
Haluan Negara maka perumusan hukumnya dapat dituangkan di
dalam Ketatapan MPR. Hal ini didukung pendapat Prof. Jimly
Asshiddiqie tentang konstitusionalisme haluan negara (directive
principles of state policy): “Perumusan haluan negara dapat berisi
nilai-nilai dan prinsip yang bersifat fundamental, dan dapat pula
bersifat instrumental dan operasional. Karena itu, perumusannya
dapat disusun dalam bentuk garis-garis besar dan dapat pula
terjabarkan
secara
lebih
rinci
dan
elaboratif.
Untuk
itu
penuangannya dalam perumusan hukum dapat dimuat dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) ataupun di luar UUD dalam bentuk
Ketetapan MPR dan/atau Undang-Undang.”
3.1.3.2.2 Mahkamah Konstitusi
Sistem ketatanegaraan yang diatur dalam konstitusi suatu
negara dan dalam format politik yang demokratis serta sistem
pemisahan kekuasaan negara dan checks and balances tidak
terlepas dari adanya prinsip dan pelaksanaan wewenang untuk
menguji atau pengujian peraturan perundang-undangan (judicial
review).239 Konsep judicial review itu sendiri sebenarnya dilihat
sebagai hasil perkembangan modern tentang sistem pemerintahan
demokratis yang didasarkan atas ide-ide negara hukum (rule of
law), prinsip pemisahan kekuasaan (separation of power), serta
perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia (the protection of
239
Nanang Sri Darmadi, “Kedudukan Dan Wewenang Mahkamah Konstitusi dalam
Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Hukum 16 No. 2 (Agustus 2011), hlm. 669.
fundamental rights)240. Pada dasarnya juicial review hanya dapat
dijalankan sebagaimana mestinya dalam negara yang menganut
supremasi hukum dan bukan supremasi parlemen. Dalam negara
yang menganut sistem supremasi parlemen, produk hukum yang
dihasilkan tidak dapat diganggu gugat, karena parlemen merupakan
bentuk representasi dari kedaulatan rakyat.241
Judicial review atau contitutional review di dalamnya
terdapat 2 (dua) cakupan tugas pokok yang meliputi : Pertama,
menjamin berfungsinya sistem demokrasi dalam hubungan
perimbangan peran antara kekuasaan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif supaya tidak terjadi pemusatan kekuasaan oleh satu
cabang kekuasaan terhadap cabang kekuasaan lainnya; Kedua,
melindungi setiap individu warga negara dari penyalahgunaan
kekuasaan oleh lembaga negara yang merugikan hak-hak dasar
yang dijamin dalam konstitusi.242 Pengujian Konstitusional dalam
arti “judicial review on the constitusionality of law” atau pengujian
judisial atas konstitusionalitas undang-undang baru kita adopsikan
mekanismenya ke dalam sistem ketatanegaraaan kita dengan
diterimanya ide pembentukan Mahkamah Konstitusi dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Peran Mahkamah Konstitusi yang disebutkan dalam beberapa pasal
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI 1945) menunjukkan pentingnya adanya lembaga negara
yang khusus dibentuk untuk mengawal konstitusi, salah satunya
dengan pengujian konstitusional.243
240
Ibid., Nanang Sri Darmadi, “Kedudukan Dan Wewenang…” mengutip Herbert
Hausmaninger, The Austrian Legal Sistem,Wien, hlm. 139 dalam Jimly Asshiddiqie, Model-model
Pengujian Konstitutional di Berbagai Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 8
241
Zainal Arifin Hoesein, Judicial Review di Mahkamah Agung RI, Tiga Dekade
Pengujian Peraturan Perundang-undangan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) ,hlm.. 52-53
242
Jimly Asshiddiqie, Model-model Pengujian Konstitutional di Berbagai Negara,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 8
243
Jimly Asshiddiqie, Sambutan dalam Buku Ahmad Syahrizal, Peradilan Konstitusi,
Suatu Studi Tentang Adjudikasi Konstitusional Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Normatif, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2005), hlm. viii.
Sejak tahun 2001, secara resmi Amandemen Ketiga
Undang Undang Dasar 1945 (melalui Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001) menerima masuknya
Mahkamah Konstitusi di dalam Undang-Undang Dasar tersebut.244
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga kekuasaan kehakiman di
samping Mahkamah Agung yang khusus menangani peradilan
ketatanegaraan atau peradilan politik245 merupakan lembaga yang
dibentuk setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tujuan semula untuk
menghindarkan putusan sepihak dalam memutus perkara-perkara
ketatanegaraan, seperti contoh permakzulan (impeachment) yang
selama ini hanya diserahkan pada lembaga politik (baca: Majelis
Permusyawaratan Rakyat), sedangkan banyak pertimbangan
hukum dikesampingkan. Kedua, peran Mahkamah Konstitusi
diharapkan mampu menjaga norma-norma yang ditetapkan oleh
konstitusi sebagai pedoman bagi pengaturan lebih lanjut dalam
undang-undang. Bahwa pengujian materil inipun merupakan salah
satu bentuk penegakan masyarakat berbudaya konstitusi.246
Keberadaan Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk menjaga
terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil, dan juga
merupakan koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan
di masa lalu yang ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap
konstitusi.247
Sebagai organ konstitusi, Mahkamah Konstitusi didesain
untuk menjadi pengawal dan penafsir undang-undang dasar melalui
putusan-putusannya. Dalam menjalankan tugas konstitusionalnya,
244
Moh.Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi,( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 133.
245
Moh. Mahfud MD, Reformasi Peradilan Harus Dituntaskan, dalam Komisi Hukum
Nasional Newsletter Vol.8 No.4, Juli-Agustus 2008. Hlm. 9.
246
Mochamad Isnaeni Ramdhan, Catatan Perihal Rancangan Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi. Makalah Disampaikan pada saat Rapat Dengar Pendapat Umum Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Jakarta, 2003).
247
Bambang Sutiyoso, Pembentukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia, dalam Jurnal Konstitusi Volume 7 Desember Nomor 6, (Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010), hlm. 29.
Mahkamah
Konstitusi
kelembagaannya,
yakni
berupaya
tegaknya
mewujudkan
konstitusi
dalam
visi
rangka
mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi demi kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. Visi tersebut
menjadi pedoman bagi Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan
kekuasaan kehakiman yang diembannya secara merdeka dan
bertanggung jawab sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi
membuka diri untuk menerima permohonan dari masyarakat yang
merasa hak-haknya dan kewenangan konstitusionalnya dilanggar
akibat berlakunya suatu undang-undang.248
Dari penjelasan tersebut menunjukkan dalam sebuah
negara
hukum
dibutuhkan
adanya
mekanisme
pengujian
konstitusional. Hal tersebut didukung dengan adanya gagasan Hans
Kelsen untuk membentuk lembaga uji konstitusional tersendiri
yang
memiliki
wewenang
untuk
menjalankan
tugas
uji
konstitusional. Tugas uji tersebut akan dijalankan oleh hakim
konstitusi yang perlu menerapkan prinsip kekuasaan kehakiman.
Dengan demikian, dibutuhkan terdapat adanya Mahkamah
Konstusi mekanisme pengangkatan hakim konstitusi yang bisa
mengakomodir jalannya tugas uji konstitusionalitas tersebut.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 menyatakan
bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 (sembilan) orang
anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan
Presiden. Pasal 5 UU No. 24 Tahun 2003 tentang MK hakim
konstitusi adalah pejabat negara. Dengan demikian Hakim
konstitusi adalah 9 (sembilan) orang pejabat negara yang bekerja
dalam Mahkamah Konstitusi yang berwenang untuk mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk:
248
Nanang Sri Darmadi, “Kedudukan Dan Wewenang…,” hlm. 677.
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. memutus
sengketa
kewenangan
lembaga
negara
yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik; dan
d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Mahkamah Konstitusi dalam mengemban salah satu
tugasnya bagi pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar telah menerapkan Hakim Mahkamah Konstitusi sebagai
Pengawal Pancasila dengan gemilang, meskipun belum secara utuh
diterapkan. Oleh karena itu, dalam perkembangan ke depan
Mahkamah Konstitusi juga harus mampu menguji Undang-Undang
Dasar apabila bertentangan dengan Nilai-nilai dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum nilai-nilai
Pancasila mengingat Pancasila masih diakui sebagai cita hukum
(Rechtsidee) bagi penyusunan undang-undang di Indonesia.249
Mahkamah Konstitusi pernah menafsirkan Pancasila
ketika Pembukaan UUD 1945 dijadikan batu uji dalam pengujian
Undang-Undang
Partai
Politik
pada
tahun
2013
dimana
didalamnya terdapat Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Dalam
Putusan MK Nomor 100/PUU-XI/2013 Mahkamah Konstitusi
menafsirkan:
Pancasila memiliki kedudukan yang tersendiri dalam
kerangka berpikir bangsa dan negara Indonesia berdasarkan
kosntitusi yaitu sebagai dasar negara, juga sebagai dasar
filosofi negara, norma fundamental negara, ideologi negara,
cita hukum negara, dan sebagainya. Oleh karena itu
menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar dapat
249
Mochamad Isnaeni Ramdhan, “Hakim Mahkamah…,” hlm.112
mengaburkan posisi Pancasila dalam makna yang demikian
itu.250
Selain
itu
dalam
No.140/PUU-VII/2009
Putusan
perihal
Mahkamah
Pengujian
Konstitusi
Undang-undang
No.1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama Pengujian menggunakan tolok ukur Sila
1 Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”.251
Kemudian pada contoh kasus lainnya, yakni perluasan
pasal zina dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
yang diujikan ke MK, Amar Putusan MK tersebut tidak
mengabulkan permohonan. Hal yang menarik dalam putusan
tersebut adalah adanya pandangan berbeda (dissenting opinion)
dari empat hakim MK yang menyatakan perlunya untuk
memperluas cakupan makna zina dari sekadar yang sudah menikah
menjadi meliputi juga orang-orang yang belum menikah. Keempat
hakim MK tersebut mendasarkan pandangannya pada Pancasila.
Keempat hakim MK itu dalam dissenting opinion dalam Putusan
MK menyatakan bahwa:
Dalam Pancasila, nilai ketuhanan dibaca dan dimaknai
secara hierarkis. Nilai ketuhanan merupakan nilai tertinggi
karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai
kebaikan diturunkan dari nilai ini…. Konsepsi ini
menegaskan bahwa peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus senantiasa sejalan dan sama sekali tidak
boleh bertentangan dengan dasar Ketuhanan Yang Maha
Esa dan nilai agama…. 252
250
Mahkamah Konstitusi Repulik Indonesia, Putusan No. 100/PUU-XI/2013), Paragraf
[3.12.4], hlm. 85.
251
Mahkamah Konstitusi Repulik Indonesia, Putusan No. 140/PUU-VII/2009), Paragraf
[3.34.4] dan [3.34.5], hlm. 273.
252
Mahkamah Konstitusi Repulik Indonesia, Putusan No. 46/PUU-XIV/2016, hlm. 454455.
3.2.
Pengaturan Model Pembinaan Ideologi di Beberapa Konstitusi
Negara Lain
Beberapa konstitusi negara di dunia memiliki muatan mengenai ideologi
yang terletak baik di dalam Pembukaan maupun Pasal-Pasalnya. Berikut ini
beberapa muatan materi ideologi dalam beberapa konstitusi negara di dunia:
TABEL 3.1.1 MUATAN MATERI IDEOLOGI DALAM BEBERAPA
KONSTITUSI NEGARA DI DUNIA
NO. KONSTITUSI
NEGARA
MUATAN
MUATAN IDEOLOGI
IDEOLOGI
DALAM PASAL
DALAM
PREAMBULE
(PEMBUKAAN)
1.
Andorra’s
Title II Chapter III Article 11
Constitution of
point 1
1993
The Constitution guarantees the
freedom of ideas, religion and
cult, and no one is bound to
state or disclose his or her
ideology, religion or beliefs.
(Konstitusi menjamin kebebasan
ide, agama, dan penyembahan,
dan tidak ada yang terikat untuk
menyatakan
atau
mengungkapkan ideologi, agama
atau kepercayaannya.)
2.
Belarus’s
Section 1 Article 4
Constitution of
The ideology of political parties,
1994
religious
with
or
other
public
Amandments
associations, social groups may
through 2004
not be made mandatory for
citizens.
(Ideologi partai politik, agama
atau asosiasi publik lainnya
maupun kelompok sosial tidak
diwajibkan bagi warga negara.)
3.
Bolivia
Part I Title II Chapter I Article
(Plurinational
14 Point 2
State
The State prohibits and punishes
of)’s
Constitution of
all
forms
of
2009
based on sex, color, age, sexual
orientation,
origin,
discrimination
gender
culture,
identity,
nationality,
citizenship, language, religious
belief,
ideology,
political
affiliation or philosophy, civil
status,
economic
or
social
condition, type of occupation,
level of education, disability,
pregnancy,
and
any
other
discrimination that attempts to
or results in the annulment of or
harm to the equal recognition,
enjoyment or exercise of the
rights of all people.
(Negara
melarang
menghukum
dan
segala
bentuk
diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin,
warna
kulit,
usia,
orientasi
seksual,
identitas
gender,
asal,
budaya,
kebangsaan,
bahasa,
kewarganegaraan,
kepercayaan
agama,
ideologi, afiliasi atau filosofi
politik,
status
sipil,
kondisi
ekonomi atau sosial , jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan,
kecacatan,
kehamilan,
dan
diskriminasi apa pun lainnya
yang
berupaya
atau
mengakibatkan pembatalan atau
membahayakan
pengakuan,
kenikmatan, atau pelaksanaan
hak-hak semua orang secara
setara.)
4.
Bulgaria’s
Chapter I Article 11 point 2
Constitution of
No political party or ideology
1991
shall be proclaimed or affirmed
with
Amandments
as a party or ideology of the
through 2015
State
(Tidak ada partai politik atau
ideologi yang akan dinyatakan
atau ditegaskan sebagai partai
atau ideologi Negara.)
5.
Cape
Verde’s
Part II Title II Chapter I Article
Constitution of
27 point 3
1980
No one may be forced to declare
with
Amandments
his
ideology,
through 1992
political or union affiliation.
(Tidak
seorang
dipaksa
untuk
religion,
pun
or
dapat
menyatakan
ideologinya, agama, atau afiliasi
politik atau perserikatannya.)
6.
Cuba’s
Title I Chapter I Article 13
Constitution of
The State's essential objectives
2019
include the following:
[…]
g. To strengthen and preserve
the ideology and the ethics
inherent to our socialist society;
(Tujuan
penting
Negara
meliputi:
[...]
g.
Untuk
memperkuat
dan
melestarikan ideologi dan etika
yang melekat pada masyarakat
sosialis kita;)
7.
Czech
Chapter of Fundamental Rights
Republic’s
And Basic Freedoms Chapter 1
Constitution of
Article 21
1993
Democratic values constitute the
with
Amandments
foundation of the state, so that it
through 2013
may not be bound either by an
exclusive ideology or by a
particular religious faith.
(Nilai-nilai
merupakan
demokrasi
fondasi
negara,
sehingga tidak dapat diikat oleh
ideologi eksklusif atau oleh
agama tertentu.)
8.
Dominican
Preamble
Republic’s
We, representative
Constitution of of the Dominican
2015
people, freely and
democratically
elected, assembled
in
the
National
Revisory Assembly,
invoking the name
of God, guided by
the ideology of our
Founding Fathers,
Juan Pablo Duarte,
Matías
Ramón
Mella
and
Francisco
del
Rosario
Sánchez,
and the heroes of
the Restoration of
establishing a free,
independent,
sovereign
and
democratic
Republic,
inspired
by the examples of
the struggles and
sacrifices
of
immortal
and
propelled
our
heroes
heroines,
by
the
selfless work of our
men and women,
ruled
by
the
supreme values and
the
fundamental
principles of human
dignity,
liberty,
equality, the rule of
law,
justice,
solidarity,
and
fraternal
coexistence, social
well-being,
ecological
equilibrium,
progress and peace,
essential factors for
social cohesion, we
declare our desire
to promote the unity
of the Dominican
Nation, for which in
an exercise of our
free determination
we
adopt
proclaim
and
the
following
(Kami, perwakilan
rakyat
Dominika,
dipilih secara bebas
dan
demokratis,
berkumpul
Majelis
di
Revisi
Nasional, memohon
nama
Tuhan,
dipandu
oleh
ideologi
Bapak
Pendiri kami, Juan
Pablo
Duarte,
Matías
Ramón
Mella
dan
Francisco
del
Rosario
Sánchez,
dan para pahlawan
Pemulihan
untuk
mendirikan
Republik
yang
bebas,
mandiri,
berdaulat,
dan
demokratis,
yang
diilhami
oleh
contoh-contoh
perjuangan
dan
pengorbanan
para
pahlawan
dan
pahlawan
abadi
kita, yang didorong
oleh
kerja
pamrih
pria
tanpa
dan
wanita kita, yang
diperintah
oleh
nilai-nilai tertinggi
dan prinsip-prinsip
dasar
manusia,
kebebasan,
martabat
kesetaraan,
supremasi
hukum,
keadilan,
solidaritas,
dan
koeksistensi
persaudaraan,
kesejahteraan
sosial,
keseimbangan
ekologis, kemajuan
dan
perdamaian,
faktor-faktor
penting
untuk
kohesi sosial, kami
menyatakan
keinginan
kami
untuk
mempromosikan
persatuan
Bangsa
Dominika, di mana
dalam pelaksanaan
tekad bebas kami,
kami
mengadopsi
dan
menyatakan
sebagai berikut)
9.
Ecuador’s
Title II Chapter 1 Article 11
Constitution of
The exercise of rights shall be
2008
governed
with
Amandments
principles:
through 2015
[…]
by
the
following
2. No one shall be discriminated
against for reasons of ethnic
belonging, place of birth, age,
sex, gender identity, cultural
identity, civil status, language,
religion,
ideology,
political
affiliation, legal record, socioeconomic condition, migratory
status, sexual orientation, health
status, HIV carrier, disability,
physical difference or any other
distinguishing feature, whether
personal
or
collective,
temporary or permanent, which
might be aimed at or result in
the diminishment or annulment
of recognition, enjoyment or
exercise of rights. All forms of
discrimination are punishable by
law.
(Pelaksanaan hak akan diatur
oleh prinsip-prinsip berikut:
[...]
2. Tidak seorang pun akan
didiskriminasi
karena
alasan
kepemilikan etnis, tempat lahir,
usia, jenis kelamin, identitas
gender, identitas budaya, status
sipil, bahasa, agama, ideologi,
afiliasi politik, catatan hukum,
kondisi sosial ekonomi, status
migrasi , orientasi seksual, status
kesehatan,
pembawa
HIV,
kecacatan, perbedaan fisik atau
fitur pembeda
lainnya, baik
pribadi atau kolektif, sementara
atau permanen, yang mungkin
ditujukan
pada
mengakibatkan
atau
berkurangnya
atau dibatalkannya pengakuan,
kesenangan
atau
hak-hak.
Semua
pelaksanaan
bentuk
diskriminasi dapat dihukum oleh
hukum.)
10.
Hungary’s
FOUNDATION
Constitution of Article U 1
2011
The
form
of
Amandments
government
through 2016
on the rule of law,
based
established
in
accordance
with
the
will
of
the
nation through the
first free elections
held in 1990, and
the
previous
communist
dictatorship
are
incompatible.
The
Hungarian Socialist
Workers' Party and
its
predecessors
legal
and
the other political
organisations
established to serve
them in the spirit of
communist ideology
were
criminal
organisations, and
their leaders have
responsibility
without statute of
limitations for:…
(Bentuk
pemerintahan
berdasarkan aturan
hukum,
yang
dibentuk
sesuai
dengan
kehendak
bangsa
melalui
pemilihan
bebas
pertama
yang
diadakan
pada
tahun
1990,
dan
kediktatoran
komunis
sebelumnya
cocok.
Pekerja
Hungaria
tidak
Partai
Sosialis
dan
pendahulunya yang
sah dan organisasi
politik lainnya yang
didirikan
untuk
melayani
mereka
dalam
semangat
ideologi
adalah
komunis
organisasi
kriminal, dan para
pemimpin
mereka
memiliki tanggung
jawab
tanpa
undang-undang
pembatasan
untuk:…)
11.
Iran
(Islamic Preamble
-An
Republic of)’s Ideological Army
Constitution of In
the
formation
1979
and equipping of
Amandments
the
through 1989
defence forces, due
country's
attention must be
paid to faith and
ideology
as
basic
criteria.
Accordingly,
the
the
Army of the Islamic
Republic
and
the
of
Iran
Islamic
Revolutionary
Guards Corps are
to be organized in
conformity with this
goal, and they will
be responsible not
only for guarding
and preserving the
frontiers
of
the
country, but also
for
fulfilling
the
ideological mission
of jihad in God's
way;
that
is,
extending
the
sovereignty
of
God's
law
throughout
the
world (this is in
accordance
with
the Qur'anic verse
"Prepare
them
against
whatever
force you are able
to
muster,
and
strings of horses,
striking fear into
the enemy of God
and your enemy,
and others besides
them" [8:60]).
Pembukaan Tentara
Ideologis
Dalam
pembentukan
dan
memperlengkapi
kekuatan
pertahanan negara,
perhatian
harus
diberikan
kepada
iman dan ideologi
sebagai
kriteria
dasar. Oleh karena
itu,
Tentara
Republik Islam Iran
dan
Korps
Pengawal Revolusi
Islam akan diatur
sesuai
dengan
tujuan
ini,
mereka
dan
akan
bertanggung jawab
tidak hanya untuk
menjaga
dan
melestarikan
perbatasan negara,
tetapi juga untuk
memenuhi
misi
ideologis
jihad
dengan cara Tuhan;
yaitu, memperluas
kedaulatan hukum
Allah
di
seluruh
dunia
(ini
sesuai
dengan
ayat
Alquran
"Persiapkan
melawan
mereka
kekuatan apa pun
yang dapat Anda
kumpulkan,
dan
untaian
kuda,
serang ketakutan ke
musuh Allah dan
musuh Anda , dan
lainnya
selain
mereka "[8:60]).
12.
Korea
.Preamble
(Democratic
Comrade
People's
Sung and Comrade Republic of Korea is guided in
Chapter I Article 3
Kim
Il The
Democratic
People’s
Republic of)’s Kim Jong Il were its activities by the Juche idea
Constitution of geniuses
1972
of and the Songun idea, a world
with ideology
and outlook centred on people, a
Amandments
theory, masters of revolutionary
through 2016
the leadership art, achieving the independence of
ever-victorious
ideology
for
the masses of the people.
iron-willed brilliant
commanders, great (Republik Rakyat Demokratik
revolutionaries and Korea
dipandu
dalam
statesmen,
and kegiatannya oleh gagasan Juche
great men.
dan gagasan Songun, pandangan
dunia yang berpusat pada rakyat,
(Kamerad Kim Il sebuah
ideologi
revolusioner
Sung dan Kamerad untuk
mencapai
kemandirian
Kim Jong Il adalah massa rakyat).
para jenius ideologi
dan teori, ahli seni
kepemimpinan,
komandan
brilian
berkemauan
keras
yang
selalu
menang,
revolusioner besar
dan negarawan, dan
orang-orang hebat.)
13.
Moldova
Title I Article 52
(Republic of)’s
No ideology may be instituted as
Constitution
official ideology of the State.
1994
with
Amandments
(Tidak ada ideologi yang dapat
through 2016
dilembagakan sebagai ideologi
resmi Negara.)
14.
Namibia’s
Chapter 3 Article 23 point 1
Constitution
The
1990
discrimination and the practice
with
practice
of
racial
Amandments
and ideology of apartheid from
through 2014
which the majority of the people
of Namibia have suffered for so
long shall be prohibited and by
Act
of
Parliament
such
practices, and the propagation
of
such
practices,
may
be
rendered criminally punishable
by the ordinary Courts by means
of
such
punishment
as
Parliament deems necessary for
the purposes of expressing the
revulsion
of
the
Namibian
people at such practices.
(Praktik diskriminasi rasial dan
praktik serta ideologi apartheid
yang
telah
lama
diderita
mayoritas rakyat Namibia akan
dilarang
dan
Undang
oleh
Undang-
Parlemen,
praktik
semacam itu, dan penyebaran
praktik
semacam
itu,
dapat
dijatuhi hukuman pidana oleh
Pengadilan-pengadilan
biasa
melalui hukuman yang dianggap
perlu
oleh
Parlemen
untuk
tujuan mengungkapkan kejijikan
orang-orang
Namibia
pada
praktik-praktik semacam itu.)
15.
Nepal’s
Part 3 Article 18 point 2
Constitution
There shall be no discrimination
2015
in the application of general
with
Amandments
laws on the grounds of origin,
through 2016
religion, race, caste, tribe, sex,
physical conditions, disability,
health condition, matrimonial
status,
pregnancy,
condition,
geographical
economic
language
or
region,
or
ideology or any other such
grounds.
[…]
The state shall not discriminate
among citizens on grounds of
origin, religion, race, caste,
tribe, sex, economic condition,
language
or
geographical
region, ideology and such other
matters
(Tidak akan ada diskriminasi
dalam penerapan hukum umum
dengan alasan asal, agama, ras,
kasta,
suku,
kondisi
jenis
fisik,
cacat,
kelamin,
kondisi
kesehatan, status perkawinan,
kehamilan,
kondisi
ekonomi,
bahasa atau wilayah geografis,
atau
ideologi
atau
alasan
lainnya.
[...]
Negara
tidak
boleh
mendiskriminasi warga negara
dengan alasan asal, agama, ras,
kasta,
suku,
jenis
kelamin,
kondisi ekonomi, bahasa atau
wilayah geografis, ideologi, dan
hal-hal lainnya.)
16.
Nicaragua’s
Title IV Chapter I Article 29
Constitution
Everyone
1987
freedom
with
has
of
the
right
conscience
to
and
Amandments
thought and to profess or not
through 2014
profess a religion. No one shall
be
the
object
of
coercive
measures which diminish these
rights
or
be
compelled
to
declare his/her creed, ideology
or beliefs.
(Setiap
orang
memiliki
hak
untuk bebas dari hati nurani dan
pikiran dan untuk mengaku atau
tidak mengaku agama. Tidak
seorang pun akan menjadi objek
tindakan
paksaan
yang
mengurangi hak-hak ini atau
dipaksa
untuk
akidah,
menyatakan
ideologi,
atau
kepercayaannya)
17.
Pakistan’s
Part
Constitution
Composition, etc., of Islamic
1973,
Council
Reinstated
1. There shall be, constituted
2002,
with
IX
Article
228
within a period of ninety days
Amandments
from the commencing day a
through 2018
Council of Islamic Ideology, in
this part referred to as the
Islamic Council.
(Akan ada, yang dibentuk dalam
periode sembilan puluh hari
sejak hari dimulainya Dewan
Ideologi Islam, di bagian ini
disebut sebagai Dewan Islam.)
18.
Panama’s
Title III Chapter 1 Article 19
Constitution of
There shall be no public or
1972
private
with
privileges,
or
Amandments
discrimination, by reason of
through 2004
race,
birth,
handicap,
social
sex,
political ideology.
class,
religion
or
(Tidak akan ada hak istimewa
publik
atau
pribadi,
atau
diskriminasi, dengan alasan ras,
kelahiran, kelas sosial, cacat,
jenis
kelamin,
agama
atau
ideologi politik.)
Title III Chapter 5 Article 94
Educational
institutions,
whether public or private, are
open to all students without
distinction
position,
of
race,
political
social
ideology,
religion, or the nature of the
relationship of the student's
parents or guardians.
(Lembaga
pendidikan,
baik
negeri maupun swasta, terbuka
untuk
semua
siswa
tanpa
membedakan ras, posisi sosial,
ideologi politik, agama, atau
sifat hubungan orang tua atau
wali siswa.)
19.
Paraguay’s
Part I Title II Chapter IIArticle
Constitution of
24
1992
No one may be interfered with
with
Amandments
[molestado],
questioned,
through 2011
forced
give
to
or
testimony
[declarar] by reason of their
beliefs or of their ideology.
(Tidak
seorang
diganggu,
dipaksa
pun
dapat
diinterogasi,
untuk
atau
memberikan
kesaksian
dengan
keyakinan
atau
alasan
ideologi
mereka.)
20.
Portugal’s
Part I Title II Chapter I Article
Constitution of
464
1976
Armed associations, military,
with
Amandments
militarised or paramilitary-type
through 2005
associations and organisations
that are racist or display a
fascist ideology shall not be
permitted.
(Asosiasi
dan
bersenjata,
organisasi
asosiasi
militer,
militerisasi atau paramiliter yang
rasis atau menampilkan ideologi
fasis tidak diizinkan.)
Part I Title II Chapter II Article
51 point 3
Without
prejudice
to
the
philosophy or ideology that
underlies
their
manifestoes,
political parties shall not employ
names that contain expressions
which are directly related to any
religion or church, or emblems
that
can
be
confused
with
national or religious symbols.
(Tanpa mengurangi filosofi atau
ideologi
yang
manifestonya,
mendasari
partai
politik
tidak boleh menggunakan nama
yang mengandung ekspresi yang
berhubungan langsung dengan
agama atau gereja, atau emblem
yang dapat mengacaukan simbol
nasional atau agama.)
21.
Russian
Section I Chapter 1 Article 132
Federation’s
No ideology shall be proclaimed
Constitution of
as
1993
obligatory.
with
State
ideology
or
as
Amandments
through 2014)
(Tidak ada ideologi yang akan
dinyatakan
sebagai
ideologi
Negara atau sebagai kewajiban.)
22.
Rwanda’s
Preamble
Chapter III Article 10
Constitution of COMMITTED
2003
with preventing
to The State of Rwanda commits
and itself to upholding the following
Amandments
punishing the crime fundamental
through 2015)
of
genocide, ensuring their respect:
fighting
genocide
negationism
principles
and
1°. prevention and punishment
and of
the
crime
genocide,
revisionism,
fighting
eradicating
revisionism of genocide as well
genocide
and
ideology as
all
divisionism
discrimination
eradication
its ideology
manifestations,
against
of
and
denial
of
and
genocide
all
its
manifestations;
and
(Negara Rwanda berkomitmen
based on ethnicity, untuk
menegakkan
region or any other prinsip
ground;
dasar
prinsip-
berikut
dan
memastikan rasa hormat mereka:
1 °. pencegahan dan hukuman
(BERKOMITMEN
untuk
dan
atas
kejahatan
genosida,
mencegah memerangi
penolakan
dan
menghukum revisionisme
genosida
serta
kejahatan genosida, pemberantasan
memerangi
genosida
negasiisme
ideologi
dan
semua
dan manifestasinya;)
revisionisme
genosida,
memberantas
ideologi
genosida
dan
semua
manifestasinya,
perpecahan
dan
diskriminasi
berdasarkan
etnis,
wilayah atau alasan
lainnya)
23.
Slovakia’s
Chapter I Part 1 Article 11
Constitution of
The
1992
sovereign,
with
Slovak
Republic
democratic
is
a
state
Amandments
governed by the rule of law. It is
through 2017
not linked to any ideology, nor
religion.
(Republik
Slovakia
adalah
negara berdaulat dan demokratis
yang
diperintah
oleh
aturan
hukum. Negara tidak terkait
dengan ideologi, atau agama.)
24.
Spain’s
Part I Chapter 2 Division 1
Constitution of
Section 161
1978
Freedom of ideology, religion
with
Amandments
and worship of individuals and
through 2011
communities is guaranteed, with
no other restriction on their
expression
than
may
be
necessary to maintain public
order as protected by law.
[…]
No one may be compelled to
make statements regarding his
or her ideology, religion or
beliefs.
(Kebebasan
ideologi,
agama,
dan penyembahan individu dan
komunitas
dijamin,
tanpa
batasan ekspresi apa pun selain
yang diperlukan untuk menjaga
ketertiban
umum
yang
dilindungi oleh hukum.
[...]
Tidak ada yang dapat dipaksa
untuk
membuat
pernyataan
tentang ideologi, agama atau
kepercayaannya.)
25.
Syrian
Arab
Chapter 1 Article 6 point 1
Republic’s
Ideological diversity shall be
Constitution of
recognized in Syria. No ideology
2017
shall be proclaimed as State
ideology or as obligatory. Public
associations
shall
be
equal
ideologis
harus
before the law
(Keragaman
diakui di Suriah. Tidak ada
ideologi yang akan dinyatakan
sebagai ideologi Negara atau
sebagai
kewajiban.
Asosiasi
publik harus sama di hadapan
hukum.)
26.
Tajikistan’s
Chapter 1Article 8
Constitution of
No single ideology of a party,
1994
social
with
association,
religious
Amandments
organization,
movement,
or
through 2016
group may be recognized as the
State [ideology].
(Tidak ada satu ideologi pun dari
suatu partai,
asosiasi sosial,
organisasi keagamaan, gerakan,
atau
kelompok
diakui
sebagai
yang
dapat
Negara
[ideologi].)
27.
Tanzania
Chapter 1PART III Section 3
(United
Article 20 point 4
Republic of)’s
It shall be unlawful for any
Constitution of
person to be compelled to join
1977
any association or organization,
with
Amandments
or for any association or any
through 2005
political party to be refused
registration on grounds solely
the ideology or philosophy of
that political party.
(Adalah ilegal bagi siapa pun
untuk dipaksa bergabung dengan
asosiasi atau organisasi apa pun,
atau asosiasi atau partai politik
mana
pun
pendaftaran
semata-mata
untuk
ditolak
dengan
alasan
ideologi
atau
filosofi partai politik itu.)
28.
Turkmenistan’s
Section I Article 19
Constitution of
An ideology of political parties,
2008
religious organizations, public
with
Amandments
associations and other entities
through 2016
shall not be binding for citizens.
(Ideologi
partai
politik,
organisasi keagamaan, asosiasi
publik, dan entitas lain tidak
boleh mengikat warga negara.)
29.
Ukraine’s
Chapter I Article 15
Constitution of
No ideology shall be recognised
1996
by the State as mandatory.
with
Amandments
through 2016
(Tidak ada ideologi yang diakui
oleh Negara sebagai kewajiban.)
30.
Uzbekistan’s
Part I Chapter II Article 12
Constitution of
In the Republic of Uzbekistan,
1992
public life shall develop on the
with
Amandments
basis of a diversity of political
through 2011
institutions,
ideologies
and
opinions. No ideology may be
established as the state.
(Di
Republik
kehidupan
publik
akan
atas
dasar
institusi
politik,
berkembang
keragaman
Uzbekistan,
ideologi, dan pendapat. Tidak
ada
ideologi
ditetapkan
yang
sebagai
dapat
ideology
negara.)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa negara-negara yang memiliki
pengaturan konstitusi memuat tiga (3) materi muatan yaitu:
1. Negara yang tidak memiliki ideologi negara khusus
2. Negara yang menegaskan ideologi negara
3. Negara yang melarang suatu ideologi.
TABEL 3.1.2 TABEL PENGELOMPOKAN NEGARA BERDASARKAN
MATERI MUATAN IDEOLOGI KONSTITUSI
NO.
MATERI MUATAN
NEGARA
IDEOLOGI DI
KONSTITUSI
1.
Tidak
memiliki 1. Andorra’s Constitution of 1993
ideologi negara khusus
2. Belarus’s Constitution of 1994 with
Amandments through 2004
3. Bolivia
(Plurinational
State
of)’s
Constitution of 2009
4. Bulgaria’s Constitution of 1991 with
Amandments through 2015
5. Cape Verde’s Constitution of 1980 with
Amandments through 1992
6. Czech Republic’s Constitution of 1993
with Amandments through 2013
7. Ecuador’s Constitution of 2008 with
Amandments through 2015
8. Moldova (Republic of)’s Constitution
1994 with Amandments through 2016
9. Nepal’s
Constitution
2015
with
Amandments through 2016
10. Nicaragua’s
Constitution
1987
with
Amandments through 2014
11. Pakistan’s Constitution 1973, Reinstated
2002, with Amandments through 2018
12. Panama’s Constitution of 1972 with
Amandments through 2004
13. Paraguay’s Constitution of 1992 with
Amandments through 2011
14. Russian Federation’s Constitution of 1993
with Amandments through 2014)
15. Slovakia’s Constitution of 1992 with
Amandments through 2017
16. Spain’s
Constitution
of
1978
with
Amandments through 2011
17. Syrian Arab Republic’s Constitution of
2017
18. Tajikistan’s Constitution of 1994 with
Amandments through 2016
19. Tanzania
(United
Republic
of)’s
Constitution of 1977 with Amandments
through 2005
20. Turkmenistan’s Constitution of 2008 with
Amandments through 2016
21. Ukraine’s Constitution of 1996 with
Amandments through 2016
22. Uzbekistan’s Constitution of 1992 with
Amandments through 2011
2.
Menegaskan
ideologi 1. Cuba’s Constitution of 2019
2. Dominician Republic’s Constitution of
negara
2015
3. Iran (Islamic Republic of)’s Constitution
of 1979 Amandments through 1989
4. Korea (Democratic People's Republic
of)’s
Constitution
of
1972
with
Amandments through 2016
5. Pakistan’s Constitution 1973, Reinstated
2002, with Amandments through 2018
3.
Melarang
suatu 1. Hungary’s
ideologi
Constitution
of
2011
Amandments through 2016
2. Constitution
1990
with
Amandments
through 2014
3. Portugal’s Constitution of 1976 with
Amandments through 2005
4. Rwanda’s Constitution of 2003 with
Amandments through 2015)
Dari tabel 3.1.1 juga dapat dilihat bahwa muatan konstitusi negara yang
tidak memiliki ideologi negara secara khusus, terbagi atas dua (2) muatan yaitu:
1. Pernyataan tidak ada ideologi negara khusus
2. Pandangan ideologi berkaitan dengan perlindungan hak asasi
TABEL
3.1.3
MUATAN
KONSTITUSI
NEGARA
MEMILIKI IDEOLOGI NEGARA SECARA KHUSUS
NO
MATERI
MUATAN NEGARA
YANG
TIDAK
MENGENAI
IDEOLOGI
1.
Pernyataan tidak ada
ideology negara khusus
1. Bulgaria’s Constitution of 1991 with
Amandments through 2015
2. Czech Republic’s Constitution of 1993
with Amandments through 2013
3. Ecuador’s Constitution of 2008 with
Amandments through 2015
4. Moldova (Republic of)’s Constitution
1994 with Amandments through 2016
5. Russian Federation’s Constitution of 1993
with Amandments through 2014)
6. Slovakia’s Constitution of 1992 with
Amandments through 2017
7. Syrian Arab Republic’s Constitution of
2017
8. Tajikistan’s Constitution of 1994 with
Amandments through 2016
9. Ukraine’s Constitution of 1996 with
Amandments through 2016
2.
Pandangan
berkaitan
ideologi
1. Andorra’s Constitution of 1993 Belarus’s
dengan
Constitution of 1994 with Amandments
perlindungan hak asasi
through 2004
2. Bolivia
(Plurinational
State
of)’s
Constitution of 2009
3. Cape Verde’s Constitution of 1980 with
Amandments through 1992
4. Nepal’s
Constitution
2015
with
Amandments through 2016
5. Nicaragua’s
Constitution
Amandments through 2014
1987
with
6. Panama’s Constitution of 1972 with
Amandments through 2004
7. Paraguay’s Constitution of 1992 with
Amandments through 2011
8. Spain’s
Constitution
of
1978
with
Amandments through 2011
9. Syrian Arab Republic’s Constitution of
2017
10. Tanzania
(United
Republic
Constitution of 1977 with
of)’s
Amandments
through 2005
11. Turkmenistan’s Constitution of 2008 with
Amandments through 2016
12. Uzbekistan’s Constitution of 1992 with
Amandments through 2011
Pada lembaga yang menegaskan ideologi negara secara khusus pengaturan
mengenai ideologi dibedakan menjadi dua (2), yaitu:
1. Negara yang memiliki lembaga untuk menegakkan ideologi
2. Negara yang tidak menegaskan lembaga untuk menegakkan ideologi
TABEL 3.1.4 TABEL LEMBAGA PENEGAKAN IDEOLOGI PADA
NEGARA
YANG
KONSTITUSINYA
MENEGASKAN
IDEOLOGY
NEGARA SECARA KHUSUS
NO
LEMBAGA PENEGAKAN IDEOLOGI
NEGARA
1.
Memiliki lembaga untuk menegakkan ideologi
1. Cuba’s Constitution of
2019
2. Iran (Islamic Republic
of)’s Constitution of
1979
Amandments
through 1989
2.
Tidak
menegaskan
lembaga
untuk
menegakkan ideologi
1. Dominican Republic’s
Constitution of 2015
2. Korea
(Democratic
People's
Republic
of)’s Constitution of
1972
with
Amandments through
2016
3. Pakistan’s
Constitution
1973,
Reinstated 2002, with
Amandments through
2018
3.3.
Perbandingan Pengaturan Ideologi di Konstitusi dengan Indonesia
Konstitusi Indonesia tidak secara langusng menegaskan apa yang disebut
sebagai ideologi negara akan tetapi dalam sejarahnya terdapat perjalanan
mengenai perumusan dasar negara yang disebut sebagai Pancasila. Proses
pemikiran Pancasila sebagai dasar negara yang dimulai sebelum Indonesia
merdeka kemudian dituangkan ke dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai
Pancasila tersebut dituangkan ke dalam alinea keempat. Setelah melalui
amandemen, Pembukaan yang mengandung nilai-nilai Pancasila tidak diubah dan
tetap dipertahankan dalam UUD NRI 1945. Mengenai materi muatan mengenai
ideologi yang dilarang atau lembaga pembinaan ideoogi tidak ada baik di
Pembukaan maupun pasal-pasal UUD NRI 1945.
Download