Industrial Relations Update Prasetya Mulya, 28 Juli 2023 Iftida Yasar Dewan Pengawas BPJS Kesehatan 20212026 – Unsur Pemberi Kerja Pengalaman Kerja: • Direktur Utama PT Perdana Perkasa Mandiri • Founder dan Ketua Umum Pertama serta Penasihat Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia • Wasekum DPN APINDO 2010 – 2017 • Direktur Apindo Training Center 2010 – 2019 • Advisor Apindo Training Center 2109 - Sekarang • Pengurus Nasional Kadin Indonesia, IWAPI, PERWATUSI • Penulis Buku dan Pengajar • Delegasi Indonesia, International Labour Conference ILO – Geneva 2006 – 2017 • Delegasi UN Woman – New York 2018 - 2019 New Book Tantangan Ketenagakerjaan Masa Depan Indonesia • Pekerjaan dengan resiko tertinggi hilang akibat disrupsi, diantaranya sector hotel dan restaurant, retail, konstruksi dan manufaktur • Pekerjaan dengan resiko rendah akan hilang akibat disrupsi , diantaranya pelatihan dan Pendidikan, Kesehatan dan pekerjaan sosial. • Lapangan kerja bertambah secara agregat tapi skill set pekerja yang dibutuhkan sangat berbeda. • Transformasi bisnis disesuaikan dengan situasi saat ini Industrial Relations Update Recruitment Tenaga Kerja Asing Digitalisasi Cuti Bersama Alih daya / Outsourcing Vokasi - Kartu Pra Kerja PKWTHubungan Kerja Perjanjian Kerja Bersama Konvensi ILO BPJS UU Cipta Kerja Tabungan Perumahan Rakyat Covid 19Dampak terhadap Ketenagakerjaan 4 Recruitment • Penekanan pada softskill calon pekerja • Remote dan hybrid work, Offering a hybrid model benefits companies in terms of recruitment and retention, which helps boost employee productivity and support healthy company culture. • Positive Candidate Experience, Companies must do more to attract and impress candidates during all stages, not only the actual interviews but also email and phone communications, along with other preparations. • Employer branding, how you communicate the entirety of the employment experience – including an employer’s reputation as a place to work, their employee value proposition, and additional reasons for their popularity among current employees. Digitalisasi memerlukan persiapan kompetensi • Era digital akan merubah bisnis model dan management. • Hubungan kerja akan lebih fleksibel terhadap status pekerja, tidak hanya sebatas PKWT dan PKWTT. Melainkan part time, hubungan kerja berdasarkan satuan hasil dan adanya upah per jam • Kompetensi yang menunjang perlu dipersiapkan • Digitalisasi memperluas kesempatan kerja terhadap bisnis baru • Tidak semua pekerjaan bisa digantikan robot – Contoh Hotel pertama di Jepang yang mempekerjakan robot untuk receptionis, pengantar koper dan customer service kembali lagi menggunakan manusia 6 Alih Daya / Outsourcing • Merupakan tren global dan bukan perbudakan modern. • Banyak terjadi kesalahan dalam implementasinya • UU 13 Tahun 2003 – Alih Daya dibedakan menjadi Pemborongan Pekerjaan dan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan • UU No 11 Tahun 2020 – Alih Daya dapat diberikan pada pekerjaan manapun • UU No 6 Tahun 2023 – Alih Daya Kembali menjadi di pisahkan antara Pemborongan Pekerjaan dan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan • Diatur dalam UU No 6 Tahun 2023 dan Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 Penentuan Core dan Non Core • Ditetapkan oleh Perusahaan • Disertai dengan analisa dan pembuatan alur pekerjaan. • Dalam menentukan kriteria pekerjaan itu dikelompokan sebagai pekerjaan “non core”, biasanya jika memenuhi salah satu dari kriteria ini; Resiko pekerjaan kecil, Nilai pekerjaan itu sifatnya un skilled atau rendah , sesuai dengan Visi Misi, tidak ada dalam rencana pengembangan karir, dapat dilakukan oleh mesin, dilakukan oleh yang lebih ahli, sesuai dengan peraturan yang berlaku ,sesuai dengan ketetapan asosiasi, dsb • Putusan MK tidak mengatur Core dan Non Core, hanya mengatur jaminan kelangsungan bekerja Alih Daya / Outsourcing Permasalahan yang sering terjadi : • Adanya peraturan Pemda yang berbeda dengan adanya otonomi daerah. • Vendor belum berbadan hukum • Pembayaran BPJS Ketenaga kerjaan yang masih belum 100 persen, pembayaran premi BPJS yang mengacu kepada UMP bulanan walau hanya bekerja kurang dari sebulan untuk pekerja harian • Kontrak yang terus menerus dengan status PKWT • Jika berganti vendor ada pembayaran BPJS Kesehatan yang lama proses penerbitan kartu baruapakah bisa BPJS Kesehatan mandiri • Adanya hutang pajak Ppn yang tidak dibayarkan vendor • Pembayaran yang lama PKWT – Hubungan Kerja Mengacu pada PP Nomor 35 Tahun 2021, pelaksanaan PKWT saat ini : PKWT Jangka Waktu (dapat dibuat paling lama 5 tahun termasuk perpanjangannya dan dihitung sejak terjadinya PKWT) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama Selesainya suatu pekerjaan tertentu (didasarkan kesepakatan dalam Perjanjian Kerja yang memuat: a. ruang lingkup dan batasan waktu suatu pekerjaan dinyatakan selesai; dan b. lamanya waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan selesainya suatu pekerjaan). Pekerjaan yang bersifat musiman Musim atau cuaca Pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan Kondisi tertentu (merupakan pekerjaan tambahan guna memenuhi pesanan/target tertentu) Pekerjaan yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan, serta pembayaran upah Pekerja berdasarkan kehadiran (dapat dilakukan dengan Perjanjian Kerja Harian) Pekerjaan yang sekali selesai Pekerjaan yang sementara sifatnya Jangka waktu pelaksanaan PKWT maksimal 5 (lima) tahun. Setiap pengakhiran PKWT, pekerja akan diberikan Uang Kompensasi Jaminan Kehilangan Pekerjaan – PP No. 37 Tahun 2021 Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 1. Merupakan program baru dari BPJS Ketenagakerjaan yang timbul atas pertimbangan pemberian unemployement insurance 2. Dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan skema iuran sebesar 0,46% 1. Diambil dari iuran Pemerintah sebesar 0,22% 2. Rekomposisi JKK dan JKM 3. Peserta wajib di daftarkan. (peserta harus didaftarkan 4 program dulu baru bisa mendaftarkan program JKP) 4. Pemberian manfaat tunai, manfaat pelatihan, dan manfaat informasi kerja BPJS KESEHATAN Beberapa update mengenai pelaksanaan Program BPJS Kesehatan saat ini : a. Program REHAB ini merupakan program pembayaran iuran secara bertahap untuk Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) yang menunggak iuran lebih dari 3 bulan (4 sampai 24 bulan) dengan pendaftaran melalui Mobile JKN dan Call Center 165 dan dapat dilakukan sampai dengan tanggal 28 bulan berjalan b. Memaksimalkan program COB, dua atau lebih perusahaan penanggung (BPJS Kesehatan dan asuransi swasta) menanggung orang (nasabah) yang sama untuk manfaat asuransi kesehatan yang sama. Tujuannya mengoptimalkan manfaat yang diberikan kepada nasabah. c. KRIS BPJS Kesehatan, sistem baru yang digunakan dalam pelayanan rawat inap BPJS Kesehatan di rumah sakit. pengganti layanan Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan secara merata tanpa melihat besaran iurannya. d. FKTP dan RS di kawasan industry, mengoptimalkan FKTP di beberapa Kawasan industry dan bekerja sama dengan beberapa RS yang dekat dengan Kawasan industry. Potensi Masalah BPJS Kesehatan Potensi Masalah BPJS Ketenagakerjaan • Perusahaan secara optimal belum memberlakukan BPJS Kesehatan. • Masih banyak kendala di lapangan – pendaftaran, pelayanan dan minimnya sarana pendukung • Transisi pekerja yang pensiun ke BPJS Kesehatan • Adanya Pembayaran Ganda (double payment) bagi perusahaan dan kewajiban pengajuan klaim ganda (double claim) bagi tenaga kerja –bagi suami istri • Penyesuaian Polis Asuransi (Review Perjanjian Asuransi) dan Perjanjian Kerja – COB • Fasilitas Kesehatan Tingkat 1 di Klinik Perusahaan • Beberapa rumah sakit menolak kerja sama Perusahaan menggunakan COB atau inacbgs › Perusahaan belum mendaftarkan Jaminan Pensiun bagi karyawan karena sudah mempunyai Dana Pensiun baik DPPK maupun DPLK › Iuran Jaminan Hari Tua tidak diperhitungkan sebagai perhitungan prosentasi tunjangan yang diterima pekerja › Jika terjadi ketidak cukupan dana , maka masa iur diperpanjang atau jumlah iuran dinaikkan › Dicairkannya JHT dengan alasan PHK membuat kekuatan JHT dan JP menjadi rentan TAPERA –Tabungan Perumahan Rakyat CUTI BERSAMA Apindo didukung Kadin dan dunia usaha serta SP/SB menolak TAPERA Hanya berlaku untuk PNS atau ASN Tidak jelas peruntukannya bagi pekerja Memberatkan Pekerja dan Pengusaha Maksimalkan MLT- Manfaat Layanan Tambahan BPJS TK buat perumahan karyawan Hanya Rekomendasi bagi swasta tidak harus Menurunkan produktifitas Mengganggu pelayanan Umum SKB dibuat tanpa memperhatikan kepentingan dunia usaha dan masyarakat 13 Konvensi ILO yang telah diratifikasi lndonesia • • • • • • • • Convention, 1930 (No. 29) - Convention concerning Forced or Compulsory Labor. Konvensi ini mengatur tentang tentang Kerja Paksa atau Kerja Wajib. Konvensi ini dibuat pada tahun 1930 dan diratifikasi pada tahun 1933 (Nederland staatsblad 1933 No: 26 jo 1933 No: 236) serta dinyatakan berlaku bagi Indonesia dengan Indonesia staatsblad 1933 No: 261. 11. Convention, 1957 (No. 105) - Convention concerning the Abolition of Forced Labour. Konvensi ini mengatur tentang Penghapusan Kerja Paksa. Konvensi ini dibuat pada tahun 1957 dan diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1999. Convention, 1947 (No. 81) - Convention concerning Labour Inspection in Industry and Commerce. Konvensi ini mengatur tentang Inspeksi Ketenagakerjaan. Konvensi ini dibuat pada tahun 1947. 7. Convention, 1948 (No. 87) - Convention concerning Freedom of Association and Protection of the Right to Organise. Konvensi mengatur tentang tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi. Konvensi ini dibuat pada tahun 1948 dan diratifikasi pada tahun 1998. › Convention, 1948 (No. 88) - Convention concerning the Organisation of the Employment Service (Entry into force: 10 Aug 1950) › Konvensi ini mengatur tentang Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja. Konvensi ini dibuat pada tahun 1948. › Convention, 1949 (No. 98) - Convention concerning the Application of the Principles of the Right to Organize and to Bargain Collectively. › Konvensi ini mengatur tentang Penerapan Azas-azas Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama. Konvensi ini dibuat pada tahun 1949 dan diratifikasi dengan Undang-undang nomor 18 tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No: 98 mengenai Berlakunya Dasar-dasar dari pada Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama (Lembaran Negara No: 42 tahun 1956). › 10. Equal Remuneration Convention, 1951 (No. 100). › Konvesi ini mengatur tentang Pengupahan yang Sama bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya. Konvensi ini dibuat pada tahun 1951 dan diratifikasi dengan Undang-undang nomor 80 tahun 1957. 14 Konvensi ILO yang telah diratifikasi lndonesia ● 12. Convention, 1957 (No. 106) - Convention concerning Weekly Rest in Commerce and Offices. ● Konvensi ini mengatur tentang Istirahat Mingguan dalam Perdagangan dan Kantor. Konvens ini dibuat pada tahun 1957 dan diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 3 tahun 1961. ● 13. Convention, 1958 (No. 111) - Convention concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation. ● Konvensi ini mengatur tentang Diskriminasi dalam Kerja dan jabatan. Konvensi ini dibuat pada tahun 1958 dan diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1999. ● 14. Convention, 1964 (No. 120) - Convention concerning Hygiene in Commerce and Offices. ● Konvensi ini mengatur tentang Kebersihan di Tempat Dagang dan Kantor. Konvensi ini dibuat pada tahun 1964 dan diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 3 tahun 1969. 15. Convention, 1973 (No. 138) - Convention concerning Minimum Age for Admission to Employment. Konvensi ini mengatur tentang Batas Usia Minimum untuk Bekerja (Minimum Age for Admission to Employment). Konvensi ini dibuat pada tahun 1973 dan diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1999. 16. Convention, 1976 (No. 144) - Convention concerning Tripartite Consultations to Promote the Implementation of International Labour Standards. Konvensi ini mengatur tentang Konsultasi Tripartit untuk Mempromosikan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional (Tripartite Consultations to Promote the Implementation of International Labour Standards). Konvensi ini dibuat pada tahun 1976 dan diratifikasi oleh Indonesia dengan Keputusan Presiden No: 26 tahun 2006. 17. Convention, 1999 (No. 182) - Convention concerning the Prohibition and Immediate Action for the Elimination of the Worst Forms of Child Labour. Konvensi ini mengatur tentang Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak. Konvensi ini dibuat pada tahun 1999 telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 2000 18. Seafarers' Identity Documents Convention (Revised), 2003 (No. 185) Convention revising the Seafarers' Identity Documents Convention, 1958 (Entry into force: 09 Feb 2005). Konvensi ini mengatur tentang Dokumen Identitas Pelaut. Konvesi ini direvisi pada tahun 2003 dan diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 2008. 15 SARANA HUBUNGAN INDUSTRIAL • Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja, dan pemerintah. • Tujuan dari hubungan industrial adalah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan harmonis. B. ORGANISASI PENGUSAHA A. SERIKAT PEKERJA D. LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT C. LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT E. PERATURAN PERUSAHAAN G. PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN KETENAGAKERJAAN F. PERJANJIAN KERJA BERSAMA H. LEMBAGA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DASAR HUKUM TERKAIT PERJANJIAN KERJA Secara lex generalis dasar hukum perjanjian kerja adalah: 1. Pasal 1601, Pasal 1601a s.d. Pasal 1601y, Pasal 1602, Pasal 1602a s.d. Pasal 1602y, Pasal 1603, Pasal 1603a s.d. Pasal 1603d, Pasal 1603e s.d. Pasal 1603z KUH Perdata Indonesia (Burgerlijk Wetboek);1) 2. Pasal 395 KUH Dagang (Wetboek van Koophandel). Sedangkan secara lex specialis dasar hukum perjanjian kerja diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan, antara lain: 1. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU 13/2003”), khususnya Pasal 50 s.d. Pasal 66; 2. UU Nomor 6 Tahun 2023 Mengenai Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 menjadi Undang-undang ; 3. Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (“PP 35/2021”); 4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (“Permenaker 28/2014); 5. Berikut juga dalam beberapa UU terkait dan peraturan turunannya, termasuk peraturan otonom, yakni Peraturan Perusahaan (“PP”) atau Perjanjian Kerja Bersama (“PKB”). 1) Secara yuridis formil kedudukan BW (KUH Perdata Indonesia) tetap sebagai undang-undang sebab BW tidak pernah dicabut dari kedudukannya sebagai undang-undang. Namun, pada waktu sekarang BW bukan lagi sebagai KUH Perdata yang bulat dan utuh seperti keadaan semula saat diundangkan (Riduan Syahrani, 2004: 27). SYARAT-SYARAT PERJANJIAN KERJA Kesepakatan Para Pihak Subjektif Kecakapan Melakukan Perbuatan Hukum SSPK Adanya pekerjaan yang dijanjikan Objektif Tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan, ketertiban umum dan kesusilaan AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT No. Tidak Memenuhi Disebabkan Karena Akibat Hukum Dasar Hukum (1) (2) (3) (4) (5) 1. Syarat subyektif Para pihak tidak sepakat dan tidak cakap. 2. Syarat obyektif Obyek perjanjian tidak ada (tidak jelas) dan Perjanjian yang dibuat BATAL DEMI Pasal 52 ayat (3) UU bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan HUKUM. 13/2003. peraturan per-UU-an yg berlaku. 3. Syarat formil a. Perjanjian yang DIBATALKAN. dibuat DAPAT Pasal 52 ayat (2) UU 13/2003. Bertentangan dengan peraturan perusahaan, Berlaku ketentuan yang lebih tinggi Pasal 54 ayat (2) UU perjanjian kerja bersama dan peraturan per-UU-an derajatnya (sesuai dg asas lex superior 13/2003 juncto Pasal yang berlaku. derogat lex inferior). 7 ayat (2) UU 12/2011. b. PKWT dibuat tdk tertulis serta tidak berbahasa PKWT demi hukum menjadi PKWTT. Indonesia dan huruf latin.7) Pasal 57 ayat (2) UU 13/2003. AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT (1) 4. Tidak Memenuhi Disebabkan Karena Akibat Hukum Dasar Hukum (2) (3) (4) (5) Masa percobaan kerja yang dipersyaratkan BATAL DEMI HUKUM dan masa kerja tetap dihitung. Pasal 58 ayat (2) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 14 UU 11/2020). Syarat materiil a. PKWT mensyaratkan masa percobaan kerja. b. Bertentangan dengan ketentuan Pasal 59 ayat (1) dan (2) PKWT demi hukum menjadi Pasal 59 ayat (3) UU UU 13/2003 (Pasal 81 angka 15 UU 11/2020), yakni PKWTT 13/2003 (Pasal 81 bukan jenis dan sifat atau kegiatan yang selesai dalam angka 15 UU waktu tertentu dan pekerjaan yang bersifat tetap. 11/2020). 7) Namun ketentuan ini sudah dihapus dari Pasal 57 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 13 UU 11/2020). Apabila dicermati dari perspektif kepentingan para pihak antara pengusaha dan pekerja, akan tampak perbedaan dari ketentuan sebelumnya dalam UU 13/2003. AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT No. Tidak Memenuhi Disebabkan Karena Akibat Hukum Dasar Hukum (1) (2) (3) (4) (5) 5. Syarat formil 8) Dalam a. PKWT tidak dicatatkan oleh pengusaha kepada PKWT demi hukum menjadi PKWTT. instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kab/kota setempat selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sejak penandatanganan.8) Pasal 59 ayat (3) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 15 UU 11/2020). pertimbangan Mahkamah Konstitusi [3.11.1 halaman 26] Putusan Nomor 6/PUU-XVI/2018 disebutkan bahwa: “Dengan adanya Pasal 59 ayat (7) dan ayat (8) UU 13/2003, menurut Mahkamah telah jelas mengenai kewajiban pencatatan PKWT dan akibat hukum dari tidak dicatatkannya PKWT tersebut, yaitu bahwa undang-undang memberikan kewenangan kepada Pemerintah, in casu Menteri yang terkait, untuk mengatur lebih lanjut mengenai aturan pelaksanaan terhadap norma a quo, selain itu norma yang ada, yaitu Pasal 59 UU 13/2003 termasuk Penjelasannya, telah menjadi dasar yang cukup kuat bahwa PKWT wajib dicatatkan dan tidak dicatatkannya PKWT sampai dengan batas waktu yang ditentukan demi hukum berubah menjadi PKWTT.” PEMBAGIAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (“PKWT”) PKWT Jangka Waktu (dapat dibuat paling lama 5 tahun termasuk perpanjangannya dan dihitung sejak terjadinya PKWT) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama Selesainya suatu pekerjaan tertentu (didasarkan kesepakatan dalam Perjanjian Kerja yang memuat: a. ruang lingkup dan batasan waktu suatu pekerjaan dinyatakan selesai; dan b. lamanya waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan selesainya suatu pekerjaan). Pekerjaan yang bersifat musiman Musim atau cuaca Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan Kondisi tertentu (merupakan pekerjaan tambahan guna memenuhi pesanan/target tertentu) Bagaimana status hukumnya, jika penerapan PKWT untuk pekerjaan yang terusmenerus atau bersifat tetap? DEMI HUKUM PKWT menjadi PKWTT (*vide Pasal 59 ayat (3) UU 13/2003 juncto Pasal 81 angka 15 UU 11/2020). Pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap Pekerjaan yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan, serta pembayaran upah Pekerja berdasarkan kehadiran (dapat dilakukan dengan Perjanjian Kerja Harian) Pekerjaan yang sekali selesai Pekerjaan yang sementara sifatnya YANG WAJIB ADA DI DALAM PERJANJIAN KERJA DAN PKWT Pasal 54 ayat (1) UU 13/2003 Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurangkurangnya memuat: a. nama, alamat perusahaan, dan jenis perusahaan; b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; c. jabatan atau jenis pekerjaan; d. tempat pekerjaan; e. besarnya upah dan cara pembayarannya; f. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; g. memulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. Pasal 13 PP PKWT 35/2021 PKWT paling sedikit memuat: a. nama, alamat Perusahaan, dan jenis usaha; b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat Pekerja/Buruh; c. jabatan atau jenis pekerjaan; d. tempat pekerjaan; e. besaran dan cara pembayaran Upah; f. hak dan kewajiban Pengusaha dan Pekerja/Buruh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau syarat kerja yang diatur dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama; g. mulai dan jangka waktu berlakunya PKWT; h. tempat dan tanggal PKWT dibuat; dan i. tanda tangan para pihak dalam PKWT. BAGAIMANA HALNYA JIKA PKWT DIBUAT DALAM BAHASA ASING? Dalam hal PKWT dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, yang berlaku PKWT yang dibuat dalam bahasa Indonesia [Pasal 57 ayat (2) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 13 UU 11/2020)]. “DEMI HUKUM” PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWT Berdasarkan Putusan MK No. 7/PUU-XII/2014 bahwa frasa ‘demi hukum’ Pasal 59 ayat (7) UU 13/200310) bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai “pekerja/buruh dapat meminta pengesahan nota pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan kepada Pengadilan Negeri setempat dengan syarat: a. telah dilaksanakan perundingan bipartit namun perundingan bipartit tersebut tidak mencapai kesepakatan atau salah satu pihak menolak untuk berunding; dan b. telah dilakukan pemeriksaan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan berdasarkan peraturan perundang-undangan.” 10) Sekarang menjadi Pasal 59 ayat (3) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 15 UU 11/2020). “DEMI HUKUM” PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWT Dengan merujuk Putusan MK No. 7/PUU-XII/2014 tersebut, maka perubahan PKWT menjadi PKWTT tidak bersifat otomatis, tetapi terlebih dahulu harus melalui prosedur sebagai berikut: a. perundingan bipartit; b. apabila perundingan bipartit gagal, maka dilakukan pemeriksaan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan berdasarkan peraturan perundang-undangan; c. meminta pengesahan nota pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan oleh Pengadilan Negeri setempat. “DEMI HUKUM” PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWT Pasal 10 PP 35/2021 Dalam hal Pekerja/Buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka Perjanjian Kerja harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi tidak berlaku dan Hubungan Kerja antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh demi hukum berubah berdasarkan PKWTT. PKWT demi hukum berubah menjadi PKWTT Pasal 10 Ayat (4) Yang dimaksud dengan “demi hukum” adalah bahwa pada saat Per-janjian Kerja harian tidak berlaku akibat terpenuhi ketentuan dalam ayat ini, Hubungan Kerja antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh tidak memerlukan perjanjian tertulis atau keputusan tertulis lainnya. Pertanyaannya, perubahan tersebut OTOMATIS atau tidak? PERMASALAHAN PASAL 59 AYAT (3) UU 13/200311) PASAL 81 ANGKA 15 UU 11/2020 1. Penggunaan kata “dan” dalam demi hukum perubahan PKWT menjadi PKWTT →semestinya menggunakan kata “atau” karena bersifat alternatif12) sebagaimana Putusan MK No. 6/PUUXVI/2018.13) 2. Penerapan “demi hukum perubahan PKWT menjadi PKWTT” yang tidak bersifat otomatis →masih memerlukan prosedur perundingan bipartit, pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan (PPK) jika perundingan bipartit gagal dan pengajuan pengesahan nota PPK ke PN setempat (Putusan MK No. 7/PUUXII/2014). 3. Pada Penjelasan Pasal 10 ayat (4) PP 35/2021 terdapat frasa “tidak memerlukan perjanjian tertulis atau keputusan tertulis lainnya.” → “demi hukum” berlaku otomatis. 11) Sebelum berlakunya UU 11/2020 adalah Pasal 59 ayat (7) UU 13/2003, yang kemudian diubah. 12) Lihat Lampiran II Bab I Bagian C Butir 88 UU 12/2011 menyatakan bahwa “Jika rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian alternatif ditambahkan kata “atau” yang diletakkan di belakang rincian kedua dari rincian terakhir.” Lihat juga ketentuan Pasal 185, Pasal 186, Pasal 187, Pasal 188, dan Pasal 190 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 63, 64, 65, 66, dan 67 UU 11/2020). 13) Ternyata ada saling pertentangan antara Putusan MK No. 6/PUU-XVI/2018 dan Putusan MA No. 1005K/Pdt.Sus/2010. PERJANJIAN KERJA HARIAN “LEPAS” (“PKH”) 1. PKWT dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan yang jenis dan sifat/kegiatannya bersifat tidak tetap berupa pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta pembayaran upah pekerja berdasarkan kehadiran (*vide Pasal 10 ayat (2) PP 35/2021). 2. Pelaksanaan pekerjaan < 21 hari per bulan (*vide Pasal 10 ayat (3) PP 35/2021). 3. Jika > 21 hari selama 3 bulan berturut-turut, maka PKH DEMI HUKUM menjadi PKWTT (*vide Pasal 10 ayat (4) PP 35/2021). 4. Perjanjian kerja harus dibuat secara tertulis dan dapat dibuat secara kolektif dan paling sedikit memuat: a. nama/alamat Perusahaan atau pemberi kerja; b. nama/alamat Pekerja; c. jenis pekerjaan yang dilakukan; dan d. besarnya Upah (*vide Pasal 11 ayat (1) dan (2) PP 35/2021). 5. Pengusaha wajib memenuhi hak-hak pekerja termasuk hak atas program jaminan sosial (*vide Pasal 11 ayat (3) PP 35/2021). Dalam PP 35/2021 hanya disebut Perjanjian Kerja Harian (PKH). Tidak ada lagi kata “LEPAS”. *dahulu PKHL (red. Kepmenakertrans No. Kep.100/Men/VI/2004) BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA a. b. c. d. e. Pekerja meninggal dunia; Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; Selesainya suatu pekerjaan tertentu; Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; Adanya keadaan/kejadian tertentu yang dicantumkan dalam PK, PP atau PKB yang mengakibatkan berakhirnya hubungan kerja. PENGATURAN UANG KOMPENSASI • Menurut ketentuan PP Nomor 35 Tahun 2021, pekerja PKWT yang telah berakhir masa kerjanya wajib diberikan uang kompensasi (1) Besaran uang kompensasi diberikan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a. PKWT selama 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus, diberikan sebesar 1 (satu) bulan Upah; b. PKWT selama 1 (satu) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, dihitung secara proporsional dengan perhitungan: masa kerja x 1 (satu) bulan Upah. 12 c. PKWT selama lebih dari 12 (dua belas) bulan, dihitung secara proporsional dengan perhitungan: masa kerja x 1 (satu) bulan Upah. 12 (2) Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran uang kompensasi terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tetap. (3) Dalam hal Upah di Perusahaan tidak menggunakan komponen Upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar perhitungan pembayaran uang kompensasi yaitu Upah tanpa tunjangan. (4) Dalam hal Upah di perusahaan terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tidak tetap maka dasar perhitungan uang kompensasi yaitu Upah pokok. *vide: Pasal 16 PP 35/2021 UANG KOMPENSASI DAN GANTI RUGI Uang Kompensasi Pasal 17 PP 35/2021 Pasal 62 UU 13/2003 Ganti rugi ❑ Dalam hal salah satu pihak mengakhiri Hubungan Kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam PKWT, Pengusaha wajib memberikan uang kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) yang besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT yang telah dilaksanakan oleh Pekerja (*vide Pasal 17 PP 35/2021). ❑ Uang kompensasi diberikan pada saat berakhirnya PKWT (*vide Pasal 15 ayat (2) PP 35/2021). ❑ Bila PKWT diperpanjang, maka diberikan saat selesainya jangka waktu PKWT sebelum perpanjangan PKWT, uang kompensasi berikutnya diberikan setelah perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir/selesai (*vide Pasal 15 ayat (4) PP 35/2021). WAKTU KERJA & DAN WAKTU ISTIRAHAT WAKTU KERJA, ISTIRAHAT DAN LEMBUR 1 2 Waktu Kerja ▪ 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; ▪ 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Waktu Istirahat ▪ Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; ▪ Istirahat mingguan 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. 3 4 Waktu Kerja Lembur ▪ Dinaikan menjadi 4 jam/hari dan 18 jam/minggu; ▪ Tidak termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan. Sektor Usaha/Pekerjaan Tertentu ▪ Selesainya pekerjaan < 7 jam 1 hari dan < 35 jam 1 minggu; ▪ Waktu kerja fleksibel/dapat dilakukan di luar lokasi kerja; ▪ Dapat menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan berdasarkan ketetapan Menteri (al. usaha energi dan sumber daya mineral pada daerah tertentu, kegiatan hulu usaha minyak dan gas bumi, sektor agribisnis hortikultura dan sektor perikanan pada daerah operasi tertentu). UPAH KERJA LEMBUR Upah Lembur Reguler • Didasarkan pada upah bulanan; • Jam pertama 1,5 kali upah sejam; • Untuk jam berikutnya 2 kali upah sejam. Lembur Hari Libur (5 Hari Kerja) • Jam I-VII: 2 kali upah sejam; • Jam VIII: 3 kali upah sejam; • Jam IX-XI: 4 kali upah sejam; Jika libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek penghitungannya: • Jam I-V: 2 kali upah sejam; • Jam VI: 3 kali upah sejam; dan • Jam VII-IX: 4 kali upah sejam. Lembur Hari Libur (6 Hari Kerja) • Jam I-VIII: 2 kali upah sejam; • Jam IX: 3 kali upah sejam; • Jam X-XII: 4 kali upah sejam; KEWAJIBAN PERUSAHAAN Membayar Upah Kerja Lembur Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya Memberikan makanan dan minuman minimal 1.400 kilo kalori bila kerja lembur dilakukan ≥ 4 jam Pemberian makanan dan minuman tidak dapat digantikan dengan uang *Pelaksanaan kerja lembur wajib adanya perintah dari pengusaha dan persetujuan dari pekerja secara tertulis atau melalui media digital dan dapat dibuat dalam bentuk daftar pekerja yang bersedia kerja lembur yang ditandatangani oleh pekerja dan pengusaha. Pengusaha membuat daftar pelaksanaan kerja lembur yang memuat nama pekerja dan lamanya waktu kerja lembur. LEMBUR GOLONGAN JABATAN TERTENTU Pekerja dengan golongan jabatan tertentu tidak mendapatkan upah kerja lembur Yang mempunyai tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana dan/atau pengendali jalannya Perusahaan dengan waktu kerja yang tidak dibatasi dan mendapat upah lebih tinggi Pengaturan golongan jabatan tertentu diatur dalam PK, PP atau PKB Bilamana golongan jabatan tertentu tidak diatur dalam PK, PP atau PKB, maka Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur JAMINAN KEHILANGAN PEKERJAAN DAN PENGUPAHAN JAMINAN KEHILANGAN PEKERJAAN Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) diberikan kepada Pekerja (PKWT dan PKWTT) yang mengalami PHK JKP bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat Pekerja kehilangan pekerjaan. JKP diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial 01 Manfaat JKP berupa uang tunai (diberikan per bulan, maksimal 6 bulan), akses informasi pasar kerja (informasi pasar kerja dan/atau bimbingan jabatan) dan pelatihan kerja 02 03 04 JAMINAN KEHILANGAN PEKERJAAN (2) Peserta JKP Sumber Pendanaan JKP Pekerja yang berhak atas JKP Hilangnya Hak atas JKP Peserta JKP adalah setiap orang yang telah membayar iuran yang telah diikutsertakan oleh pengusaha dalam program jaminan sosial. Bagi pekerja baru, pengusaha wajib mendaftarkannya maksimal 30 hari sejak pekerja mulai bekerja Sumber pendanaan JKP berasal dari modal awal pemerintah, dana operasional BPJS Ketenagakerjaan dan rekomposisi jaminan sosial Pekerja yang mengalami PHK, kecuali atas PHK dengan alasan mengundurkan diri, cacat total tetap, pension atau meninggal dunia Bilamana pekerja tidak mengajukan permohonan klaim selama 3 bulan sejak PHK, telah mendapatkan pekerjaan atau meninggal dunia PENGUPAHAN Penetapan Upah Satuan waktu dan/atau satuan hasil Upah Berdasarkan Satuan Waktu Ditetapkan secara: per jam, harian, atau bulanan Upah Harian Ditetapkan secara bulanan berdarkan jumlah hari kehadiran dengan perhitungan upah sehari: a. bagi pekerja dengan waktu kerja 6 hari kerja dalam 1 minggu, upah bulanan dibagi 25; b. bagi perusahaan dengan waktu kerja 5 hari dalam seminggu, upah bulanan dibagi 21 Upah Bulanan Upah minimum merupakan dasar terendah dan sistemnya dapat didasarkan pada hitungan 25 atau 21 hari kerja yang terdiri dari: a. upah tanpa tunjangan; atau b. upah pokok termasuk tunjangan tetap Upah Berdasarkan Hasil Upah ditetapkan sesuai dengan hasil pekerjaan yang telah disepakati. Penetapan besarnya upah berdasarkan kesepakatan para piha. Struktur dan Skala Upah Pengusaha wajib Menyusun struktur dan skala upah dan wajib diberitahukan kepada seluruh pekerja OUTSOURCING DASAR HUKUM OUTSORCING a. UU RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU 13/2003”) juncto UU RI No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 menjadi Undang-undang b. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (“PP 35/2021”); c. Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 27/PUU-IX/2011 yang dibacakan pada tanggal 17 Januari 2012; d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Alih Daya - PP No. 35 Tahun 2021 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ▪ Outsourcing diatur dalam ketentuan Pasal 64 dan 65 ; penyedia jasa dan pemborongan pekerjaan. ▪ Ketentuan OS dalam Kepmen No. 19 Tahun 2012, diatur 5 jenis pekerjaan. ▪ Persyaratan yang harus di penuhi dalam OS ; a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama/ pokok dan bersifat penunjang; b. tidak menghambat dan berhubungan dengan proses produksi secara langsung; dan c. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2023 ▪ Ketentuan Outsourcing pasal 64 dan 65, ▪ 1. Perusahaan dapat menyerahkan 64 dihapuskan, outsourcing diatur Sebagian pelaksanaan pekerjaan dalam KUH Perdata. kepada Perusahaan lain melalui ▪ Tidak lagi dibatasi hanya kegiatan perjanjian alih daya yang dibuat secara penunjang. tertulis ▪ Tidak lagi dibedakan antara penyedia ▪ Pemerintah akan menetapjan Sebagian jasa dan pemborongan kerja. pelaksanaan pekerjaan sebagaimana ▪ Dititik beratkan pada perlindungan dimaksud pada ayat (1). pekerja. ▪ Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan pelaksanaan pekerjaan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah MANFAAT OUTSOURCING Pemerintah Masyarakat dan Pekerja Perusahaan ▪ Dapat membantu mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan perekonomian nasional. ▪ Alih daya akan mempercepat pertumbuhan industri yang pada gilirannya akan mendorong ekonomi penunjang di lingkungan masyarakat seperti adanya pasar, warung makan, sarana transportasi dan sebagainya. ▪ Meningkatkan fokus perusahaan pada agenda kerja inti. ▪ Sebagai pembinaan dan pengembangan kegiatan perusahaan. ▪ Mengurangi beban pemerintah dalam penyediaan fasilitas umum seperti transportasi, listrik, air dan pelaksanaan ketertiban umum dikarenakan kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan alih daya. ▪ Mengembangkan infrastruktur sosial masyarakat, budaya kerja, disiplin dan peningkatan kemampuan ekonomi. ▪ Mengurangi pengangguran dan mencegah terjadinya urbanisasi. ▪ Meningkatkan kemampuan budaya perusahaan di lingkungan masyarakat. ▪ Bagi fresh graduates, alih daya dapat menjadi jembatan untuk belajar berkarir. ▪ Mengurangi risiko bisnis kepada pihak ketiga. ▪ Mengoptimalkan tenaga kerja inti untuk kepentingan bisnis perusahaan. ▪ Efisiensi biaya pengeluaran perusahaan. ▪ Memperoleh sumber daya manusia yang lebih profesional dikarenakan pekerja alih daya biasanya dibekali kemampuan dan keterampilan yang cukup mengenai bidang-bidang yang ditangani. PRAKTIK OUTSOURCING YANG SALAH Kesalahan tipe perjanjian alih daya yang diperjanjikan Kesalahan dalam penetuan kegiatan penunjang perusahaan yang dialihdayakan Kesalahan dalam memilih mitra perusahaan alih daya Tidak dipatuhinya ketentuan normatif terkait syarat-syarat kerja yang memberikan jaminan kelangsungan pekerjaan dan perlindungan hukum yang baik bagi pekerja alih daya Perotasian pekerja alih daya yang tidak memperhatikan etika bisnis Tidak adanya pelatihan kerja bagi pekerja alih daya Kurangnya perhatian atas kebutuhan, performa dan jenjang karir pekerja alih daya Source: Yasar, Iftida. Outsourcing Tidak Akan Pernah Bisa Dihapus. Cet. 4. Jakarta: PT Perdana Perkasa Mandiri, 2018 JENIS PRAKTIK OUTSOURCING Pemborongan Pekerjaan Business Process Outsourcing UU 13/2003 *vide Pasal 64 UU 13/2003 sebelum dihapus Pasal 81 angka 18 UU 11/2020 UU 11/2020 *vide Pasal 66 UU 13/2003 yang diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 Penyedia Jasa Pekerja Manpower Outsourcing Alih Daya Outsourcing PERSYARATAN PERUSAHAAN OUTSOURCING Perusahaan Alih Daya Perusahaan Penerima Pemborongan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja • Berbadan hukum; • Berbadan hukum; • Berbadan hukum; • Wajib Memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. *vide • Memiliki izin dari bertanggung jawab ketenagakerjaan. *vide Pasal 66 ayat (4) UU13/2003 yang diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 Pasal 65 ayat (3) UU13/2003 sebelum dihapus Pasal 81 angka 19 UU 11/2020 instansi yang di bidang *vide Pasal 66 ayat (3) UU13/2003 sebelum diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 PERSYARATAN PERUSAHAAN OUTSOURCING Perusahaan Alih Daya Perusahaan Penerima Pemborongan • Berbadan hukum; ▪ Berbadan hukum; • Wajib Memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. ▪ Memiliki tanda daftar perusahaan; *vide Pasal 20 PP 35/2021 ▪ Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan. ▪ Memiliki izin usaha; dan *vide Pasal 12 Permenakertrans 19/2012 Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja ▪ Wajib memiliki izin usaha penyedia jasa pekerja; ▪ Untuk dapat memiliki izin usaha, Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja mengajukan permohonan kepada Lembaga OSS dan memenuhi persyaratan: a. badan usaha yang berbentuk badan hukum dan didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan serta bergerak di bidang usaha penyediaan jasa pekerja; dan b. memiliki Nomor Induk Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS. *vide Pasal 24 Permenaker 11/2019 SANKSI TERHADAP PERUSAHAAN OUTSOURCING Perusahaan Alih Daya ▪ Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya akan mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah; ▪ Terkait pelanggaran Pasal 66 ayat (4) UU 13/2003 yang diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020. *Vide Pasal 190 UU 13/2003 yang diubah Pasal 81 angka 67 UU 11/2020 Perusahaan Penerima Pemborongan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja Tidak disebutkan dalam Permenakertrans 19/2012 dan Permenaker 11/2019 Sanksi administratif terkait pelanggaran dikarenakan belum mendapatkan bukti pendaftaran dan telah melakukan pekerjaan berupa sebagai berikut: a. Teguran tertulis oleh instansi di bidang ketenagakerjaan provinsi; b. Pembekuan Kementerian. usaha oleh *vide Pasal 23, Pasal 23A Permenaker 11/2019 Namun dalam PP 35/2021 tidak dinyatakan tentang pelanggaran atas sanksi administratif terkait pelanggaran atas pasal yang mengatur mengenai Alih Daya (red. Pasal 18 - Pasal 20 PP 35/2021), khususnya Pasal 20 tentang Perusahaan Alih Daya harus berbadan hukum dan memperoleh perizinan berusaha dari Pemerintah Pusat (*vide Pasal 61 PP 35/2021). kegiatan PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN OUTSOURCING Pemborongan Pekerjaan Penyediaan Jasa Pekerja ▪ Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; ▪ Tidak boleh melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi (*vide Pasal 66 ayat (1) UU 13/2003 sebelum diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020); ▪ Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; ▪ Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan ▪ Tidak menghambat proses produksi secara langsung. *vide Pasal 65 ayat (2) UU 13/2003 sebelum dihapus Pasal 81 angka 19 UU 11/2020 *vide Pasal 3 ayat (2) Permenakertrans 19/2012 ▪ Dilarang menyerahkan pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja lain (*vide Pasal 18 Permenakertrans 19/2012). Catatan: kegiatan jasa penunjang atau tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, meliputi: a. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service); b. usaha penyediaan makanan bagi pekerja (catering); c. usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan); d. usaha jasa penunjang dipertambangan dan perminyakan; dan e. usaha penyediaan angkutan bagi pekerja (*vide Pasal 17 Permenakertrans 19/2012). SYARAT PERJANJIAN KERJA ALIH DAYA Alih Daya Pemborongan Pekerjaan Penyediaan Jasa Pekerja ▪ Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis, baik PKWT maupun PKWTT; ▪ Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis, baik PKWT maupun PKWTT; ▪ Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis, baik PKWT maupun PKWTT; ▪ Menjamin perlindungan pekerja, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya; ▪ Dalam hal hubungan kerja didasarkan atas PKWT, harus mensyaratkan pengalihan perlindungan hakhak bagi pekerja/buruh bilamana terjadi pergantian perusahaan alih daya dan obyek pekerjaannya masih ada *vide Pasal 66 UU 13/2003 diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 *vide Pasal 15 Permenakertrans 19/2012 ▪ Dicatatkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilakukan; ▪ Harus memuat jaminan kelangsungan bekerja, terpenuhinya hak pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan jaminan perhitungan masa kerja bila terjadi pergantian perusahaan alih daya (bila PKWT). *vide Pasal 29 Permenakertrans 19/2012 PERUBAHAN STATUS PEKERJA Alih Daya Pemborongan Pekerjaan Penyediaan Jasa Pekerja Pekerja alih daya merupakan tanggung jawab perusahaan alih daya. Dapat beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan bilamana terjadi hal-hal sebagai berikut: *vide Pasal 66 ayat (2) UU 13/2003 diubah Pasal 81 ▪ Jenis pekerjaannya melanggar ketentuan Pasal 65 ayat (2) UU 13/2003 terdahulu (sebelum dihapus oleh Pasal 81 angka 19 UU 11/2020); dan Dapat beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan bilamana melakukan pelanggaran ketentuan sebagai berikut: angka 20 UU 11/2020 ▪ Perusahaan tidak berbentuk badan hukum (melanggar ketentuan Pasal 65 ayat (3) UU 13/2003 terdahulu/sebelum dihapus oleh Pasal 81 angka 19 UU 11/2020. *vide Pasal 65 ayat (8) UU 13/2003 sebelum dihapus Pasal 81 angka 19 UU 11/2020 ▪ Pasal 66 ayat (1) UU 13/2003 sebelum diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 tentang kegiatan yang boleh dilakukan perusahaan penyedia jasa pekerja; ▪ Pasal 66 ayat (2) huruf a, b dan d UU 13/2003 sebelum diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 tentang syarat perjanjian kerja pelaksanaan penyediaan jasa pekerja; ▪ Pasal 66 ayat (3) UU 13/2003 sebelum diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 tentang perusahaan berbentuk badan hukum dan wajib memiliki izin dari instansi ketenagakerjaan. *vide Pasal 66 ayat (4) UU 13/2003 sebelum diubah Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 TRANSFER UNDERTAKING PROTECTION OF EMPLOYMENT (TUPE) • Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 27/PUU-IX/2011 yang dibacakan pada tanggal 17 Januari 2012, menyatakan bahwa frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 66 ayat (2) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertentangan secara bersyarat dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (conditionally unconstitutional) dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. • Saat ini Pasal 66 ayat (3) UU 13/2013 telah diubah oleh Pasal 81 angka 20 UU 11/2020 dan pada intinya dinyatakan bahwasanya harus ada pengalihan perlindungan hak bagi pekerja bila terjadi pergantian perusahaan alih daya dan pekerjaannya masih ada (dengan perkataan lain ketentuan a quo “MEMPERKUAT PUTUSAN MK RI TERSEBUT DI ATAS”). IMPLIKASI KETENTUAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM UU 13/2003 DAN UU 11/2020 DIHAPUS TETAP 1. P 150 UU 13/2003. DIUBAH 1. 2. 3. 4. 5. P 151 UU 13/2003: P 81 angka 37 UU 11/2020; P 153 UU 13/2003: P 81 angka 40 UU 11/2020; P 156 UU 13/2003: P 81 angka 44 UU 11/2020; P 157 UU 13/2003: P 81 angka 45 UU 11/2020; P 160 UU 13/2003: P 81 angka 49 UU 11/2020. DISISIPKAN 1. P 151A UU 13/2003: P 81 angka 38 UU 11/2020; 2. P 154A UU 13/2003: P 81 angka 42 UU 11/2020; 3. P 157A UU 13/2003: P 81 angka 46 UU 11/2020. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. P 152 UU 13/2003: P 81 angka 39 UU 11/2020; P 154 UU 13/2003: P 81 angka 41 UU 11/2020; P 155 UU 13/2003: P 81 angka 43 UU 11/2020; P 158 UU 13/2003: P 81 angka 47 UU 11/2020; P 159 UU 13/2003: P 81 angka 48 UU 11/2020; P 161 UU 13/2003: P 81 angka 50 UU 11/2020; P 162 UU 13/2003: P 81 angka 51 UU 11/2020; P 163 UU 13/2003: P 81 angka 52 UU 11/2020; P 164 UU 13/2003: P 81 angka 53 UU 11/2020; P 165 UU 13/2003: P 81 angka 54 UU 11/2020; P 166 UU 13/2003: P 81 angka 55 UU 11/2020; P 167 UU 13/2003: P 81 angka 56 UU 11/2020; P 168 UU 13/2003: P 81 angka 57 UU 11/2020; P 169 UU 13/2003: P 81 angka 58 UU 11/2020; P 170 UU 13/2003: P 81 angka 59 UU 11/2020; P 171 UU 13/2003: P 81 angka 60 UU 11/2020; P 172 UU 13/2003: P 81 angka 61 UU 11/2020. IMPLIKASI KETENTUAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM UU 11/2020 DAN PP 35/2021 SUBSTANSI POKOK PHK DALAM UU 11/2020 ▪ PHK sebagai upaya terakhir apabila hubungan kerja tidak lagi dapat dipertahankan. ▪ Mekanisme PHK didahului dengan pemberitahuan mengenai maksud dan alasan PHK kepada pekerja/serikat pekerja dan apabila PHK tidak dapat diterima oleh pekerja, maka ditempuh mekanisme perselisihan PHK sesuai UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. *Pemberitahuan PHK tidak diperlukan: pekerja mengundurkan diri, berakhirnya hubungan kerja berdasarkan PKWT, pekerja mencapai usia pensiun berdasarkan PK, PP, PKB dan pekerja meninggal dunia (vide Pasal 151A UU 13/2003 jo Pasal 81 angka 38 UU 11/2020). ▪ Penyesuaian besaran kompensasi PHK. AMANAT UU 11/2020 YANG DIATUR LEBIH LANJUT DALAM PP 35/2021 ▪ Tata Cara PHK: ➢ Perusahaan melakukan pemberitahuan maksud dan alasan PHK kepada Pekerja/SP maksimal 14 hari kerja sebelum PHK (7 hari kerja untuk PKWTT); ➢ Jika Pekerja/SP menerima Perusahaan melaporkan ketenagakerjaan; PHK ke dimaksud, instansi ➢ Jika Pekerja/SP menolak, maka Pekerja/SP harus membuat surat penolakan beserta alasan (7 hari kerja setelah diterimanya surat pemberitahuan); ➢ Kemudian Bipartit untuk mencapai kesepakatan; ➢ Jika bipartit tidak mencapai kesepakatan menempuh mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial. ▪ Pemberian Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Penggantian Hak dan Uang Pisah. ALASAN-ALASAN PHK Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja atau pengusaha tidak bersedia menerima pekerja; Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan perusahaan atau tidak diikuti dengan penutupan perusahaan yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian; Perusahaan tutup yang disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 tahun; Perusahaan dalam keadaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“PKPU”); Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure); Perusahaan pailit; Adanya permohonan Pemutusan Hubungan Kerja (“PHK”) yang diajukan oleh pekerja dengan alasan pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut: 1. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja; 2. membujuk dan/atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; 3. tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan berturut-turut atau lebih, meskipun pengusaha membayar upah secara tepat waktu sesudah itu; 4. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja; 5. memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan; 6. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan dan kesusilaan pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada Perjanjian Kerja (“PK”); ALASAN-ALASAN PHK Adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan pengusaha tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud huruf g terhadap permohonan yang diajukan oleh pekerja dan pengusaha memutuskan untuk melakukan PHK; Pekerja mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat: 1. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambatlambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri; 2. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan 3. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri; Pekerja mangkir selama ≥ 5 hari kerja berturutturut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara patut dan tertulis; Pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam PK, Peraturan Perusahaan (“PP”), atau Perjanjian Kerja Bersama (“PKB”) dan sebelumnya telah diberikan surat peringatan I, II, dan III secara berturut-turut masing-masing berlaku untuk paling lama 6 bulan, kecuali ditetapkan lain dalam PK, PP, atau PKB; Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana; Pekerja memasuki usia pensiun; atau Pekerja meninggal dunia. Pekerja mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan; DASAR PERHITUNGAN PESANGON, PENGHARGAAN MASA KERJA & PENGGANTIAN HAK UANG PESANGON UANG PENGHARGAAN MASA KERJA a. MK < 1 tahun, 1 bulan Upah; a. MK ≥ 3 tahun, tetapi < 6 tahun, 2 bulan Upah; b. MK ≥ 1 tahun, tetapi < 2 tahun, 2 bulan Upah; b. MK ≥ 6 tahun, tetapi < 9 tahun, 3 bulan Upah; c. MK ≥ 2 tahun, tetapi < 3 tahun, 3 bulan Upah; c. MK ≥ 9 tahun, tetapi < 12 tahun, 4 bulan Upah; d. MK ≥ 3 tahun, tetapi < 4 tahun, 4 bulan Upah; e. MK ≥ 4 tahun, tetapi < 5 tahun, 5 bulan Upah; f. MK ≥ 5 tahun, tetapi < 6 tahun, 6 bulan Upah; d. MK ≥ 12 tahun, tetapi < 15 tahun, 5 bulan Upah; e. MK ≥ 15 tahun, tetapi < 18 tahun, 6 bulan Upah; UANG PENGGANTIAN HAK a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. biaya atau ongkos pulang pekerja dan keluarganya ke tempat dimana pekerja diterima bekerja; dan c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam PK, PP, atau PKB. *vide Pasal 40 ayat (4) PP 35/2021 g. MK ≥ 6 tahun, tetapi < 7 tahun, 7 bulan Upah; h. MK ≥ 7 tahun, tetapi < 8 tahun, 8 bulan Upah; i. MK ≥ 8 tahun, 9 bulan Upah. f. MK ≥ 18 tahun, tetapi < 21 tahun, 7 bulan Upah; g. MK ≥ 21 tahun, tetapi < 24 tahun, 8 bulan Upah; dan *MK: Masa Kerja h. MK ≥ 24 tahun, 10 bulan Upah. *vide Pasal 40 ayat (2) PP 35/2021 *vide Pasal 40 ayat (3) PP 35/2021 *vide Pasal 156 UU 13/2003 jo Pasal 81 angka 44 UU 11/2020 DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON, PMK DAN PH NO. 1. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE JENIS PHK IMPEDIT. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, Perusahaan melakukan CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. penggabungan, peleburan atau pemisahan perusahaan dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan LOREM DOLOR tidak SIT AMET, kerja atauIPSUM pengusaha bersedia CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. menerima pekerja UANG Your Text Here UANG PESANGON Easy to change colors, photos PENGHARGAAN PASAL (PASAL 40 AYATand (2)Text. MASA KERJA (PP 35/2021) PP 35/2021) (PASAL 40 AYAT (3) PP 35/2021) Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. Pasal 41 1X Your Text Here 1X Easy to change colors, photos and Text. UANG $ 64,090 PENGGANTIAN UANG PISAH HAK $124,090 Sesuai Pasal 40 ayat (4) - $234,090 2. Pengambilalihan perusahaan Pasal 42 ayat (1) 1X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 3. Pengambilalihan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan syarat kerja dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja Pasal 42 ayat (2) 0.5X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 4. Perusahaan melakukan efisiensi yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian Pasal 43 ayat (1) 0.5X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 5. Perusahaan melakukan efisiensi untuk mencegah terjadinya kerugian Pasal 43 ayat (2) 1X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 6. Perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus atau tidak secara terus menerus selama 2 tahun Pasal 44 ayat (1) 0.5X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON, PMK DAN PH NO. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE JENIS PHK IMPEDIT. UANG Your Text Here UANG PESANGON Easy to change colors, photos PENGHARGAAN PASAL (PASAL 40 AYATand (2)Text. MASA KERJA (PP 35/2021) PP 35/2021) (PASAL 40 AYAT (3) PP 35/2021) Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. Pasal 44 ayat (2) 1X 1X 7. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, Perusahaan tutup yang disebabkan CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. bukan karena perusahaan mengalami kerugian 8. Perusahan tutup yangSITdisebabkan LOREM IPSUM DOLOR AMET, keadaan (forceIMPEDIT. majeure) CU USUmemaksa AGAM INTEGRE Pasal 45Your ayatText (1) Here 0.5X 9. Dikarenakan alasan force majeure yang tidak mengakibatkan perusahaan tutup Pasal 45 ayat (2) 0.75X 10. Perusahaan dalam keadaan PKPU yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian Pasal 46 ayat (1) 11. Perusahaan dalam keadaan PKPU bukan karena perusahaan mengalami kerugian 12. 13. UANG $ 64,090 PENGGANTIAN UANG PISAH HAK $124,090 Sesuai Pasal 40 ayat (4) - Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 0.5X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - Pasal 46 ayat (2) 1X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - Perusahaan pailit Pasal 47 0.5X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - Dikarenakan alasan adanya permohonan PHK yang diajukan oleh pekerja dengan alasan pengusaha melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf g PP 35/2021 Pasal 48 1X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - Easy to change colors, 1X photos and Text. $234,090 DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON, PMK DAN PH NO. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE JENIS PHK IMPEDIT. UANG Your Text Here UANG PESANGON Easy to change colors, photos PENGHARGAAN PASAL (PASAL 40 AYATand (2)Text. MASA KERJA (PP 35/2021) PP 35/2021) (PASAL 40 AYAT (3) PP 35/2021) Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. 14. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, Dikarenakan alasan adanya putusan CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan pengusaha tidak LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, melakukan perbuatan sebagaimana CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. dimaksud dalam Pasal 36 huruf g PP 35/2021 atas permohonan yang diajukan oleh pekerja 15. Pekerja mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf i PP 35/2021 Pasal 50 - 16. Pekerja mangkir selama ≥ 5 hari kerja berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara patut dan tertulis Pasal 51 17. Pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam PK, PP atau PKB dan sebelumnya telah diberikan surat peringatan I, II dan III secara berturut-turut Pasal 52 ayat (1) Pasal 49 Text Here Your UANG $ 64,090 PENGGANTIAN UANG PISAH HAK $124,090 Sesuai Pasal 40 ayat (4) Besarannya diatur dalam PK, PP atau PKB - Sesuai Pasal 40 ayat (4) Besarannya diatur dalam PK, PP atau PKB - - Sesuai Pasal 40 ayat (4) Besarannya diatur dalam PK, PP atau PKB 0.5X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - - - photos Easy to change colors, and Text. $234,090 DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON, PMK DAN PH UANG NO. 18. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE JENIS PHK IMPEDIT. Pekerja melakukan pelanggaran bersifat LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, mendesak yang diatur dalam PK, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. PP atau PKB dan pengusaha dapat melakukan PHK tanpa pemberitahuan sebagaimana dimaksud Pasal 37 ayat IPSUM DOLOR SIT AMET, (2)LOREM PP 35/2021 Your Text Here UANG PESANGON Easy to change colors, photos PENGHARGAAN PASAL (PASAL 40 AYATand (2)Text. MASA KERJA (PP 35/2021) PP 35/2021) Your Text Here Pasal 52 ayat (2) dan (3) (PASAL 40 AYAT (3) PP 35/2021) Easy to change colors, photos and Text. - Your Text Here - Easy to change colors, photos and Text. CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. $ 64,090 UANG PENGGANTIAN HAK $124,090 Sesuai Pasal 40 ayat (4) UANG PISAH Besarannya diatur dalam PK, PP atau PKB $234,090 19. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf l PP 35/2021 yang menyebabkan kerugian perusahaan Pasal 54 ayat (1) - - Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 20. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf l PP 35/2021 yang tidak menyebabkan kerugian perusahaan (bilamana pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan dan pekerja dinyatakan tidak bersalah, maka pengusaha mempekerjakan pekerja kembali) Pasal 54 ayat (2) dan (3) - 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON, PMK DAN PH NO. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE JENIS PHK IMPEDIT. UANG Your Text Here UANG PESANGON Easy to change colors, photos PENGHARGAAN PASAL (PASAL 40 AYATand (2)Text. MASA KERJA (PP 35/2021) PP 35/2021) (PASAL 40 AYAT (3) PP 35/2021) Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. UANG $ 64,090 PENGGANTIAN UANG PISAH HAK $124,090 LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, Pekerja tidak dapat melakukan CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. pekerjaan selama 6 bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,Pasal sebagaimana dimaksud dalam CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. 36 huruf l PP 35/2021 yang menyebabkan kerugian perusahaan (bilamana pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan dan pekerja dinyatakan bersalah) Your Text Here Pasal 54 ayat (4) 22. Bilamana pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 bulan sebagaimana dimaksud Pasal 54 ayat (2) PP 35/2021 dan pekerja dinyatakan bersalah Pasal 54 ayat (5) - 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 23. Pekerja mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan Pasal 55 ayat (1) 2X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 21. - Easy to change colors, photos and Text. - Besarannya diatur $234,090dalam PK, PP atau Sesuai Pasal 40 ayat (4) PKB DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON, PMK DAN PH NO. 24. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE JENIS PHK IMPEDIT. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, Pekerja mengajukan PHK kepada CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. pengusaha karena alasan pekerja mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja LOREM IPSUM DOLOR dan tidak dapat SIT AMET, melakukan CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan UANG Your Text Here UANG PESANGON Easy to change colors, photos PENGHARGAAN PASAL (PASAL 40 AYATand (2)Text. MASA KERJA (PP 35/2021) PP 35/2021) (PASAL 40 AYAT (3) PP 35/2021) Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. Pasal 55 ayat (2) Your Text Here 2X 1X Easy to change colors, photos and Text. UANG $ 64,090 PENGGANTIAN UANG PISAH HAK $124,090 Sesuai Pasal 40 ayat (4) - $234,090 25. Pekerja memasuki usia pensiun Pasal 56 1.75X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - 26. Pekerja meninggal dunia Pasal 57 2X 1X Sesuai Pasal 40 ayat (4) - ❑ Pengusaha yang mengikutsertakan pekerja dalam program pensiun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun, iuran yang dibayar pengusaha dapat diperhitungkan sebagai bagian dari pemenuhan kewajiban pengusaha atas uang pesangon, penghargaan masa kerja dan uang pisah akibat PHK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 52 dan Pasal 54 sampai dengan Pasal 57 dan pelaksanaannya diatur dalam PK, PP atau PKB (*vide Pasal 58 ayat (1) dan (3) PP 35/2021). ❑ Jika perhitungan manfaat dari program pensiun sebagaimana dimaksud di atas lebih kecil daripada uang pesangon, penghargaan masa kerja dan uang pisah, maka selisihnya dibayar oleh pengusaha (*vide Pasal 58 ayat (2) PP 35/2021). ❑ Pengusaha pada usaha mikro dan kecil wajib membayar uang pesangon, penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan/atau uang pisah terkait PHK dengan besaran ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak (*vide Pasal 59 PP 35/2021). KOMPONEN UPAH PEMBAYARAN HAK PHK LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. $ 64,090 LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. $124,090 Your Text Here Easy to change colors, pekerja photos Dalam hal upah and Text. dibayarkan atas Komponen upah yang LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, digunakan sebagai dasar CU USU AGAM INTEGRE perhitungan uang IMPEDIT. pesangon dan uang penghargaan masa kerja, terdiri atas: 1. upah pokok; 2. tunjangan tetap yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya. Dalam hal penghasilan pekerja dibayarkan atas dasar perhitungan harian, upah sebulan sama dengan 30 kali upah sehari. perhitungan satuan hasil, upah sebulan sama dengan penghasilan ratarata dalam 12 bulan terakhir. Dalam hal upah sebulan lebih rendah dari upah minimum, maka upah yang menjadi dasar perhitungan pesangon adalah upah minimum yang berlaku di wilayah domisili perusahaan. $234,090 PENGUSAHA DILARANG MELAKUKAN PHK LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. NO. Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. $ 64,090 PASAL 153 UU 13/2002 JUNTO PASA 81 ANGKA 40 UU 11/2020 $124,090 Your Text Here Easy to change colors, photos LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. and Text. 1. Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus; Your karena Text Here Easy to change colors, LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya memenuhi kewajiban terhadap negaraphotos sesuai dengan ketentuan peraturan perundang2. CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. and Text. undangan; $234,090 3. Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; 4. Pekerja menikah; 5. Pekerja hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya; 6. Pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam 1 perusahaan; 7. Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus SP, melakukan kegiatan SP di luar jam kerja, atau dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PK, PP atau PKB; PENGUSAHA DILARANG MELAKUKAN PHK LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, NO. CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. Your Text Here Easy to change colors, photos and Text. Your Text Here Easy to change colors, photos PASAL 153 UU 13/2002 JUNTO PASA 81 ANGKA 40 UU 11/2020 and Text. $ 64,090 $124,090 8. LOREM Pekerja mengadukan pengusaha kepada pihak yang pengusaha melakukan tindak pidana kejahatan; Your Textberwajib Here mengenai perbuatan Easy to change colors,yang photos IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. and Text. $234,090 9. Pekerja berbeda paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan; 10. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan. Bilamana dilakukan, maka PHK tersebut BATAL DEMI HUKUM DAN WAJIB MEMPEKERJAKAN KEMBALI PEKERJA YANG BERSANGKUTAN TINDAK PIDANA KEJAHATAN DAN PELANGGARAN LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT. Your Text Here Pelanggaran atas Pasal 156 ayat (1) terkait TIDAK MEMBERIKAN PESANGON dan Pasal 160 ayat (4) terkait TIDAK MEMPEKERJAKAN PEKERJA BILAMANA DINYATAKAN TIDAK BERSALAH OLEH PENGADILAN (SEBELUM 6 BULAN), dikenai sanksi PIDANA PENJARA paling singkat 1 TAHUN dan paling lama 4 TAHUN dan/atau DENDA paling sedikit RP 100 JUTA dan paling banyak RP 400 JUTA. *vide Pasal 185 UU 13/2003 jo Pasal 81 angka 63 UU 11/2020 Easy to change colors, photos and Text. $ 64,090 Pelanggaran atas Pasal 93 ayat (2) terkait TIDAK MEMBERIKAN UPAH, dikenai sanksi PIDANA PENJARA paling singkat 1 TAHUN dan paling lama 4 TAHUN dan/atau DENDA paling sedikit RP 10 JUTA dan paling banyak RP 400 JUTA. *vide Pasal 186 UU 13/2003 jo Pasal 81 angka 64 UU 11/2020 TINDAK PIDANA KETENAGAKERJAAN Tindak Pidana Kejahatan Pasal 183 UUK Dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 5 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00 DIHAPUS Pasal 184 UUK jo Pasal 81 angka 62 UUCK Pasal 185 UUK jo Pasal 81 angka 63 UUCK Dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00 Dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 dan paling banyak Rp 400.000.000,00 Pasal 183 UUK dan Pasal 184 UUK jo Pasal 81 angka 62 UUCK Pasal 183 UUK Larangan mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaanpekerjaan yang terburuk, yaitu: a) perbudakan atau sejenisnya; b) pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; c) produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; dan/atau d) pekerjaan berbahaya untuk kesehatan, keselamatan atau moral anak (vide Pasal 74 UUK). Penjabaran dari Pasal 74 UUK, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Kep.235/Men/2003 tentang Jenis-Jenis Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak dan berlaku sejak tanggal ditetapkan, yakni 31 Oktober 2003 Pasal 184 UUK jo Pasal 81 angka 62 UUCK Bila melakukan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat (5) UUK tentang kewajiban pengusaha untuk melakukan pembayaran uang pesangon sebanyak dua kali, satu kali untuk penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak bagi pekerja yang pensiun apabila pekerja tersebut tidak mengikuti program pensiun yang dipertanggungkan oleh pengusaha. Adapun Pasal 167 UUK tentang pekerja pensiun telah dihapus oleh Pasal 81 angka 56 UUCK. Pasal 185 UUK Pasal 81 angka 63 UUCK Pasal 42 ayat (2) UUK jo Pasal 81 angka 4 UUCK Larangan mempekerjakan Tenaga Kerja Asing bagi pemberi kerja orang perseorangan Pasal 68 UUK Larangan mempekerjakan anak Pasal 69 ayat (2) UUK Persyaratan mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan Pasal 80 UUK Memberikan kesempatan kepada pekerja untuk menunaikan ibadah yang diwajibkan agamanya Pasal 82 UUK Hak istirahat melahirkan/keguguran Pasal 185 UUK Pasal 81 angka 63 UUCK Pasal 88A ayat (3) UUK Kewajiban membayar upah bagi pekerja sesuai dengan kesepakatan Pasal 88E ayat (2) UUK Larangan membayar upah lebih rendah dari upah minimum Pasal 143 UUK Menghalangi pelaksanaan penangkapan/penahanan; hak mogok kerja dan larangan melakukan Pasal 156 ayat (1) UUK jo Pasal 81 angka 44 UUCK Larangan tidak membayarkan uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak bagi pekerja dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (“PHK”) Pasal 160 ayat (4) UUK jo Pasal 81 angka 49 UUCK Mempekerjakan pekerja kembali yang dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan (dalam perkara pidana sebelum masa 6 bulan sejak pekerja tidak melakukan pekerjaan dikarenakan ditahan oleh pihak berwajib) Tindak Pidana Pelanggaran Pasal 186 UUK jo Pasal 81 angka 64 UUCK Dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 bulan dan paling lama 4 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 dan paling banyak Rp 400.000.000,00 Pasal 187 UUK jo Pasal 81 angka 65 UUCK Dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 bulan dan paling lama 12 bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 dan paling banyak Rp 100.000.000,00 Pasal 188 UUK jo Pasal 81 angka 66 UUCK Dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 dan paling banyak Rp 50.000.000,00 Pasal 186 UUK jo Pasal 81 angka 64 UUCK Pasal 35 ayat (2) atau (3) UUK Perlindungan terhadap tenaga kerja dalam pelaksanaan penempatan dan saat mempekerjakan tenaga kerja Pasal 93 ayat (2) UUK Pengecualian upah bagi para pekerja yang tidak dapat melakukan pekerjaan Ketentuan tersebut di atas menghilangkan Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1) UUK yang sebelumnya mengatur tentang hak mogok dan ajakan untuk mogok kerja dengan tidak melanggar hukum dari Pasal 186 UUK jo Pasal 81 angka 64 UUCK. Sebelumnya berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (“MK RI”) Perkara Nomor 012/PUU-I/2003 yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 2004, menyatakan bahwa Pasal 186 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sepanjang mengenai anak kalimat “.… Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1) …” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pasal 187 UUK Pasal 81 angka 65 UUCK Pasal 45 ayat (1) UUK jo Pasal 81 angka 7 UUCK Persyaratan mempekerjakan TKA Pasal 67 ayat (1) UUK Perlindungan kepada tenaga kerja penyandang cacat Pasal 71 ayat (2) UUK Persyaratan untuk mempekerjakan anak Pasal 76 UUK Pekerja perempuan Pasal 78 ayat (2) UUK jo Pasal 81 angka 22 UUCK Kewajiban pembayaran upah kerja lembur Pasal 187 UUK Pasal 81 angka 65 UUCK Pasal 79 ayat (1), (2) atau (3) UUK jo Pasal 81 angka 23 UUCK waktu istirahat dan cuti tahunan Pasal 85 ayat (3) UUK Pembayaran upah kerja lembur pada waktu hari libur resmi Pasal 144 UUK Larangan bagi perusahaan untuk mengganti pekerja dan memberikan sanksi kepada para pekerja yang ikut melakukan mogok kerja Pasal 188 UUK Pasal 81 angka 66 UUCK Pasal 38 ayat (2) UUK Pungutan biaya penempatan tenaga kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu Pasal 63 ayat (1) UUK Kewajiban untuk membuat surat pengangkatan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (“PKWTT”) yang dibuat secara lisan Pasal 78 ayat (1) UUK jo Pasal 81 angka 22 UUCK Persyaratan waktu kerja lembur Pasal 108 ayat (1) UUK Kewajiban pembuatan Peraturan Perusahaan (“PP”) Pasal 111 ayat (3) UUK Pembaharuan PP Pasal 114 UUK Sosialisasi PP Pasal 148 UUK Pemberitahuan tertulis mengenai penutupan perusahaan Pasal 55 UU 24/2011 01 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 02 Pelanggaran atas Pasal 19 ayat (1) dan (2) terkait pemungutan, pembayaran dan penyetoran kepada BPJS. Thank You