Uploaded by imam susanto

mekanika-teknik-2-statika-dan-kegunaannya

advertisement
t^
I
1*,
't:
),
i l?t
\!
!
"
"*t*rg*i,r,V,:t..i,
qk)
Qmr
.fi
z-
7*,'
4-
MEKANIKA
TEKNIK
2
STATIKASKEGUNAANNYA
,-i
!r
it
BALOK TERUSAN
KONSTBUKSI PORTAL STATIS TIOAK TERTENTU
PERUBAHAN BENTUK EIASTIS'
GARIS PENGARUH
PERBAIKAN
BUKU RUSAK
{trH. l9e7 11995
/'1\
JV)
YJV
PENERBIT KANISIUS
lr. HEINZ FRICI(
Mekanika Teknik
-
Statika dan Kegunaannya 2
02801 8
Kata pengantar
O Kanisius 1979
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 88783, Teleks 25243, Fax (0274) 63349
Kotak Pos 1125Nk, Yogyakarta 55011
Cetakan perlama 1979
Cetakan kedua 1981
Cetakan ketiga 1982
Cetakan
Cetakan
Cetakan
PERPUSTAKAA..I DAERAH
Cetakan
Cetakan
1991
J {W q, Til\{U;{
Cetakan
1e88
ISHO
MILIK
* statika dan kegunaannya ini mencakup sebuah Pengantar ke dalam Metode perhitungan sistim statis tidak tertentu dan sebuah
bab tentang garis pengaruh. Lampirannya dengan jumlah tabel-tabel yang cukup luas
juga dapat mengisi kekosongan dalam bidang ini di pasaran buku statika. Di samping
itu tabel-tabel itu akan berguna sekali dalam praktek. Buku ini ditutup dengan daftar
kependekan, daftar istilah penting dan pustaka.
Atas dasar kenyataan, bahwa di lndonesia nilai ukuran-ukuran seperti kg, kgi cm2. t,
tm dsb. masih berlaku, maka tidak digunakan nilai ukuran-ukuran yang baru seperti N
(Newton), KN (Kilonewton) dan MN (Meganewton). Untuk kebutuhan konversi dapat
digunakan petunjuk berikut:
Gaya-gaya : dasarnyaialahkN (kilonewton) : 1'000 N :0.001 MN
Beban : kN/m dan kN/m2
Momen : kNm
Jilid kedua buku llmu mekanika teknik
Tegangan
:
N/mm2
Dasar-dadbr Newton dihasilkan dari Fisika, yang menentukan kecepatan jatuh g :
9.80665 rirls2. Diatifrkan dalam bidang pembangunan, yang men{hitung dengan
faktor keamanan yang besar. maka 9: 10.0 m/s2 boleh dikatakan cukup teliti.
Untuk konversi dapat dikatakan, bahwa:
1kg:1kP=t0N
atau 1t : 1Mp : 10kN
:
0.01 MN dsb.
Ucapan banyak terima kasih saya sampaikan pertama-tama kepdda VEB-Verlag f0r
Bauwesen di Berlin, Jerman Timur, yang telah menyerahkan dengan cuma-cuma
copyright bab 8. (Perubahan bentuk elastis) dan 9.'(Garis pengaruhl, serta B.G.
Teubner Verlag di Stuttgart, Jerman Barat. Kemudian pengajar statika saya, lr. Adam
Magyar'di Z0rich, Swis, yang telah memperkenalkan kepada saya rahasia-rahasia
statika pada tahun 1962-65, Wakil Pimpinan Pendidikan lndustri Kayu Atas (PIKA)
Semarang, Sdr. l. Susmadi, sebagai korektor bahasa lndonesia dan lr. Mlodzik dari
Biro lnsinyur Fietz + Leuthold AG di ZUrich, Swis, yang telah rnenyediakan diri
meneliti semua rumus dan menghitung kembali contoh-contoh.
Perlu ditambahkan di sini, bahwa baik dalam pemelihan bahan maupun dalam susunan kepustakaan diusahakan selengkap mungkin. Semoga buku ini akan bermanfaat sekali bagi para mahasiswa dan para arsitek dalam praktek dan mendapatkan
sambutan seperti yang saya harapkan dan yang memberikan kekuatan kepada saya
untuk menyelesaikan tugas ini. Kebahagiaan akan memenuhi hati saya menerima imISBN 979-413-345-0
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun,
termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
balan jasa itu.
I
Kami menantikan saran dan usul ke arah perbaikan, yang pasti akan timbul setelah
penggunaan buku ini, dengan tangan terbuka dan senang hati. Terbitan pertama ini
dimungkinkan oleh subsidi yang kami terima dari Liechtenstein Development, Vaduz,
Principality of Liechtenstein.
Semarang, Maret 1978
lsi buku:
1.
lr. Heinz Frick
Jilid l, halaman:
Pengetahuan dasar tentang statika
13
1. 1
13
Pengetahuan dasar
1. 1. 1 Pembangunan pada konstruksi batang dan rangka
1. 1. 2
1. 1.3
batang
Beban pada konstruksi batang dan rangka batang
Tumpuan pada konstruksi batang dan rangka
't4
batang
17
1. 1. 4 Sifat-sifat
2.
bahan bangunan
19
1. 2 Gaya
1. 3 Mengumpulkan dan membagi gaya dalam satu bidang
1. 3. 1 Ukuran dan jurusan pada gaya
1. 3. 2 Gaya-gaya dengan titik tangkap bersama
1. 3. 3 Poligon batang tarik
"l. 3. 4 Pembagian satu gaya R pada tiga garis kerja
1. 4 Momen
1: 4. 1 Momen satu gaya
1. 4. 2 Momenkumpulangaya
1. 4. 3 Gayaganda
1. 4. 4 Pindahan sejajar dari satu gaya
1. 5 Syarat-syarat keseimbangan
1. 6 Penggunaan syarat-syarat keseimbangan pada perhitungan
20
21
21
23
26
32
35
35
35
37
38
38
40
konstruksi batang dan rangka batang
1. 6. 1 Perhitungan reaksi pada tumpuan
N
1. 6.
1. 6.
Gaya dalam
B
Pdrjanjian tanda
44
2
3
llmu inersia dan ketahanan
46
2. :l Besaran-besaran lintang
2. 1. 1 Titik berat pada bidang t'.'
2. 1. 2 Momen lembam dan momen sentrifugal
M
bidang
2. 1.
2. 1.
2. '1.
tv
16
46
pada
3 Momen lemban pada sistim koordinat berpindah
4 Momen lembam pada sistim koordinat terputar
5 Lingkaran Mohr
49
50
52
55
2. 2 Tegangan normal
2. 2. 1 Ketentuan keseimbangan
2. 2. 2 Ketentuan perubahan bentuk
2. 2. 3 Hubungan antara masing-masing tegangan
2. 2. 4 Garis sumbu nol
2. 2. 5 Gaya tekarr dan gaya tarik
2. 2. 6 Momen lentur
2. 2. 7 Momen tahanan
2. 2. 8 Besaran inti
2, 3 Tegangan geser
2. 3. 1 Tegangan geser oleh gaya lintang
2. 3. 2 Tegangan geser oleh gaya torsi
2. 4 Fegangan-tegangan
2. 4. 1 Tegangan linear
2. 4. 2 Tegangan dalam bidang
2. 5. Penggunaan dan keamanan
2. 5. 1 Keamanan
2. 5. 2 Beban yang berulang-ulang
2. 5. 3 Teori-teorititik patah
2. 6 Tekukan
2. 6. 1 Macam-macam tekukan
2. 6. 2 Contoh-contoh
2. 6. 3 Tekukan pada topang ganda
2.7
2. 8
3.
97
98
101
3. 1 Pengetahuan dasar
3. 2 Balok tunggal
3. 2. 1 Balok tunggal
101
dengan satu gaya
Balok tunggal dengan beberapa gaya
Balok tunggal dengan beban merata
Balok tunggal dengan beban merata terbatas
103
103
105
108
110
dengan satu gaya pada ujung yang bebas
3. 2 Konsole dengan beberapa gaya
3. 3 Konsole dengan beban merata
3. 4 Konsole dengan gaya horisontal
3. 5 Konsole dengan macam-macam beban dan gaya
Balok tunggal dengan konsole
3. 4. 1 Balok tunggal dengan satu konsole
3. 4. 2 Balok tunggal dengan dua konsole
Balok tunggal bersudut
3. 5. 1 Pengetahuan dasar
3. 5. 2 Balok tunggal bersudut siku
3. 5. 3 Balok tunggal bersudut miring
3. 5. 4 Balok tunggal dengan lengkungan miring
6 Balok rusuk Gerber
3. 6. 1 Pengetahuan dasar dan kemungkinan-kemungkinan
pemasangan engsel pada Balok rusuk Gerber
3. 6. 2 Contoh-contoh
87
Kontruksi batang
3. 2. 2
3. 2. 3
3. 2. 4
3.
86
96
120
120
3. .1 Konsole
3. 5
81
93
95
96
96
117
Konsole
3. 4. 3 Contoh-contoh
81
91
Syarat Mohr
Penentuan lendutan menurut Mohr secara grafis
Contoh-contoh
3. 4
115
3. 2. 7 Contoh-contoh
3.
3.
3.
3.
3.
B1
91
2. 8. 2
2. 8. 3
2. 8. 4
3. 3
63
63
64
65
69
69
72
73
73
76
79
79
79
fekukanex-sentris
113
dan
gaya
61
2. 7. 1
2. 7. 2
2. 7. 3
Tiang terbengkok
Tiang yang tertekan ex-sentris
Tiang dengan beban lintang
Perhitungan lendutan dan garis elastis
2. 8. 1 Pengetahuan dasar
3. 2. 5 Balok tunggal dengan beban segitiga
3. 2. 6 Balok tunggal dengan macam-macam beban
57
57
59
60
3. 7 Konstruksi portal tiga ruas dan konstruksi
3. 7. 1 Pengetahuan dasar
3. 7. 2 Konstruksi portal tiga ruas
3. 7. 3 Konstruksibusurtiga ruas
4.
Konstruksi rangka batang (vakwerk)
4. 1 Pengetahuan dasar
4.
2
4. 3
Pembangunan konstruksi rangka
busur tiga ruas
123
123
127
129
134
134
134
143
152
153
153
158
160
160
161
168
V
176
176
178
178
batang
4. 2. 1 Ketentuan statis
4. 2. 2 Kestabilan konstruksirangka batang
4. 2. 3 Pembangunan dan bentuk konstruksi rangka
121
121
121
122
180
batang
181
183
Penentuan gaya-gaya batang
4. 3. 1 Perhitungan gaya batang menurut
4. 3. 2 Perhitungan gaya batang menurut
Cremona
Cullmann
4. 3. 3 PerhitungangayabatangmenurutA. Ritter
183
185
186
4. 4 Tambahan pengetahuan tentang konstruksi rangka batang
belah ketupat dan konstruksi rangka batang berbentuk
4. 5
Contoh-contoh
K
188
190
vil
5. Perhitungan alat-aiat sambungan
5.
1 Alat-alat sambungan baja
5. 2
203
203
5. 1. 1
5. 1. 2
5. 1. 3
207
212
5. 2. 1 Gigitunggal
226
226
Sambungan keling dan baut pada konstruksi baja
Sambungan las
Contohsambungan-sambunganbaja
Alat-alat sambungan kayu
5.2.2
6.
6.
6.
6.
203
Paku
5. 2. 3 Baut dan baut pasak khusus
5. 2. 4 Pasak cincin, bulldog connector dan plat paku
5. 2. 5 Konstruksi berlapis majemuk dengan perekat
5. 2. 6 Contoh sambungan-sambungan kayu
227
230
235
239
241
6. 1 Balok terjepit
6. 1. 1 Pengetahuan dasar
6. 1. 2 Gaya-gaya pada balok
6. 1. 3 Lendutan
6. 1. 4 Balokterjepitsebelah
6. 2 Balok terjepit elastis
6. 2. 1 Pengetahuan dasar
7. 2. 2 Pengaruh atas titik simpul yang goyah
7. 2.3 Contoh-contoh
7. 2. 4 Konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul
terjepit
6. 2. 2 Sistim titik potong
6. 2. 3 Jarak penting pada titik potong
6. 2. 4 Macam-macamjepitan
6. 3 Sistim titik potong pada balok terusan
6. 3. 1 Pengetahuan dasar
6. 3. 2 Menentukan titik potong
6. 3. 3 Gaya-gaya pada balok terusan
6. 4 Persamaan tiga momen (Clapeyron)
6. 5 Sistim Cross pada balok terusan
6. 5. 1 Pengetahuan dasar
6. 5. 2 Perjanjian tanda pada sistim Cros
6. 5. 3 Momenjepitan
6. 5. 4 Momen pada titik simpul
6. 5. 5 Momen jepitan dan momen distribusi yang disalurkan
vil
yang goyah
253
253
253
2il
262
2U
265
265
266
270
271
274
274
275
277
282
286
286
287
287
28
289
engsel
distribusimomen
Cara distribusi momen menurut Cross
Contoh-contoh
Balok terusan dengan ujung pada
Persiapan cara
7. Konstruksi portal statis tidak tertentu
7. 1 Konstruksi portaldengan titik simpulyang kaku
7. 1.'l Pengetahuandasar
7. 1. 2 Cara distribusi momen menurut Cross
7. 1. 3 Contoh-contoh
7. 2 Kontruksi portal dengan titik simpulyang goyah
7. 2. 1 Penurunan tumpuan pada balok terjepit
Jilid ll, Halaman:
6. Balok terusan
5. 6
5. 7
5. 8
5. I
8.
Perubahan bentuk elastis
8. 1 Pengetahuan
dasar
8. 2 Teoriter,tang kerja virtual
8. 2. 'l Kerja virtual
8. 2. 2 Persamaan kerja pada konstruksibatang
8. 2. 3 Persamaan kerja pada konstruksirangka batang
8. 2. 4 Hasil pOng-integral-an pada kerja virtual
8. 3 Syarat-syarat brikatan pada perubahan bentuk elastis
8. 3. 1 Syarat Betti
8. 3. 2 Syarat Maxwell
8. 3. 3 Syarat Castigliano
8. 3. 4 Syarat Mohr
8. 3. 5 Ringkasan
8. 4 Contoh-contoh
8. 4. 1 Pergeseran dan'perputaran pada konstruksi batang
8. 4. 2 Pergeseran pada konstruksi rangka batang
8. 5 Garis elastis pada konstruksi batang
8" 5. 1 Pengetahuan dasar
8. 5. 2 Penentuan bobot-beban W
8. 5. 3 Penentuan garis elastis dengan bobot beban W pada
konstruksi batang
290
292
292
293
304
304
304
304
305
322
322
324
326
82
u2
342
343
343
345
350
351
354
3il
355
356
357
358
359
359
369
372
372
372
374
ix
8.
6
Garis elastis pada konstruksi rangka batang
379
8. 6. 1
8. 6. 2
379
8.6.3
8.6.4
Pengetahuan dasar
Penentuan garis elastis dengan bobot beban W pada
konstruksi rangka batang
Ringkasan
Contoh
9. Garis pengaruh
9. 1 Pengetahuan dasar dan penggunaan garis pengaruh
9. 1. 1 Pengetahuan dasar
9. 1. 2 Penentuan garis pengaruh
9. 1. 3 Penggunaangarispengaruh
9. 1. 4 Ringkasan
9. 2 Garis pengaruh pada balok tunggal
9. 2. 1 Garis pengaruh pada reaksi tumpuan
9.
9.
9.
9.
9.
9.
9.
3
2. 2 Garis pengaruh pada gaya lintang
2. 3 Garis pengaruh pada momen lentur
2. 4 Beban yang tidak langsung
2. 5 Garis pqngaruh pada lendutan
2. 6 Ringkasan
2. 7 Contoh-contoh
4
5
6
384
384
389
389
389
390
391
393
393
393
9.
6. 2
9.
6. 3
9. 6. 4
l. 1
Rumus-rumus yang penting
l. 1. 1
l. 1. 2
l. 1. 3
l. 1. 6
407
l. 1. 7
409
410
l.
1.
8
Garis pengaruh pada busur tiga ruas
415
415
l.
1.
I
Perhitungan dengan beban yang tetap
4. 2 Garis pengaruh pada reaksi tumpuan
4. 3 Garis pengaruh pada momen lentur
4. 4 Garis pengaruh pada gaya normal dan
4. 5 Ringkasan
4. 6 Contoh,
gaya lintang
Garis pengaruh pada konstruksi rangka batang
9. 5. 1 Pengetahuan dasar
9. 5. 2 Konstruksi rangka batang dengan tepi sejajar
9. 5. 3
411
418
419
421
421
424
424
425
l. 2. 6
Konstruksi rangka batang dengan batang tepi tidak
sejajar
429
terusan
Rumus-rumus yang penting pada bab: Konstruksi
portal statis tidak tertentu
Rumus-rumus yang penting pada bab: Perubahan
bentuk elastis
Rumus-rumus yang penting pada bab: Garis peng-
Tabel-tabel
l. 2. 1 Penentuan titik berat pada bidang yang datar
l. 2. 2 Penentuan momen lembam dan momen tahanan
l. 2. 3 Nilai-nilaibahan baja profil
l. 2. 4 Nilai-nilaibalok kayu segiempat
l. 2. 5
459
461
462
462
Rumus-rumus yang penting pada bab: Balok
aru h
l. 2
I
459
,lumus-rumus yang penting pada bab: Perhitungan
alat-alat sambungan
406
459
Rumus-rumus yang penting pada bab: Konstruksi
rangka batang
l. 1. 5
2106
452
452
Rumus-rumus yang penting pada bab: Konstruksi
batang
l. 1. 4
399
399
450
Rumus-rumus yang penting pada bab: llmu inersia
dan ketahanan
398
49
49
Rumus-rumusyang penting pada bab: Pengetahuan
dasar
395
396
437
rB8
459
411
4: 1
Pengetahuan dasar
9.6.1
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan yang statis berlebih
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, momen lentur
dan gaya lintang
Penentuan garis.garis pengaruh secara grafis
Lampiran
394
Gerber
konsole
balok tunggaldengan konsole
balok rusuk Gerber
Garis pengaruh pada balok terusan
9. 3. 5 Contoh-contoh
9.
9.
9.
9.
9.
9.
9.
9.
379
Garis pengaruh pada konsole, pada balok tunggal dengan
konsole dan pada balok rusuk
9. 3. 1 Garis-pengaruh pada
9. 3. 2 Garis pengaruh pada
9. 3. 3 Garis pengaruh pada
9. 3. 4 Ringkasan
9.
9. 5. 4 Ringkasan
9. 5. 5 Contoh-contoh
462
4U
464
465
467
467
470
472
484
Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk baja
ST 37
87
Faktor tekuk yang diperkenankan untuk kayu kelas
I s/d lV
/l88
xi
l. 2. 7
Penentuan tegangan
l. 2. I
maksimal pada konstruksi batang
Penentuan momen dan reaksi tumpuan pada balok
rusuk Gerber
l. 2. I
o
maksimal dan lendutan
f
499
505
2.12 Penentuan bagian beban pada syarat persamaan
tiga momen menurut Clapeyron
Penentuan momen dan reaksi tumpuan pada balok
terusan
l. 2.'14 Hasil peng-integral-an pada kerja virtual
t. 3 Daftar kependekan
t. 4 Daftar istilah penting
t.
496
Penentuan momen jepitan pada balok terjepit dan
pada balok terjepit sebelah
t.
Balok terusan
494
Nilai-nilai alat sambungan kayu seperti paku, baut,
baut pasak khusus, pasak cincin, bulldog connector
dan pelat paku
l. 2.11
6.
Nilai-nilai alat sambungan besi seperti keling, baut
dan las
l. 2.10
rtg3
509
2.13
512
516
518
6.
6.
1. Balok teriepit
1.1. Pengetahuan dasar
Jepitan pada suatu balok terjadi kalau sudut putar tumpuan o dan B lebih
kecil daripada balok tunggal garis elastis mengubah lengkungan makin keras penjepitan makin lebih dekat pada pertengahan balok terjepit.
Jepitan maximal terjadi kalau sudut o dan l) : 6.
Oleh karena balok terjepit merupakan tiga kali statis tidak tertentu, maka kita tidak
dapat berhasil menggunakan syarat-syarat perseimbangan.
Yang sebetulnya harus kita cari ialah:
M,; Mrdan H
520
t. 5 Pustaka
Gambar6. 1. 1. a.
Pada umumnya gaya H boleh dihapuskan, jikalau digunakan sistim tumpuan jepitan
seperti berikut, tinggallah perhitungan M, dan Mr.
Gambar6. 1. 1. b.
xI
253
6.1.2. Gaya-gaya pada balok terjepit
Kita memilih suatu sistim dasar yang serupa dengan sistim yang kita
punyai, kita terapkan untuk balok terjepit dengan panjang (lebar bentang) / kita
memilih satu balok tunggal dengan lebar bentang /.
Pada sistim dasar ini kita pasang semua gaya dan beban yang ada dengan tambahan momen M, dan Mr.
Dengan menentukan sudut putar tumpuan (pada contoh ini a = D : 0l kita bisa
t, b-asl'[]r-$-Adoz
tYtt-w
Mz:
(0
Pada contoh di atas dengan sudut putar tumpuan
menentukan syarat-syarat elastis dan selanjutnya dengan superposisi perhitungan
statika dengan menggunakan persamaan elastis.
llol ' at
-
or'
o
:
Dz
[]
:
- la - ool' At
- 0t' az
(6.2.)
o momen jepitan M ,; M,
menjadi:
Mr
b-3-t-:-a-F^ '
rvr: at'P2^
Pl'02
/
y1.
'
!t-!tl-o-:t
: or'
0z
- At' az
(6.3.
)
Cara.perhitungan sudut putar tumpuan:
Cara paling mudah untuk mencari sudut putar tumpuan ialah dengan membebani
sistim dasar dengan diagram (bidang) momen yang direduksikan dengan faktor
Perubahan bentuk
t/E.
pada sistim dasar:
oleh gaya dan beban
aJ 0o sudut
a., dan B,
putar
tumpuan
olehM,:1
dti A1 sudut
t.
(
Sistim dasar
A
putar
tumpuan
Diagram momen
\----..\
pt,-1
t'
Bidang momen yang
dibebani
:
oleh M,
1
a2; ll2putar tumpuan
Gambar 6. 1. 2. b.
Gambar 6. 'l. 2. a.
Dengan superposisi bagian-bagian dari sudut putar tumpuan kita mendapat persamaan elastis seperti berikut:
e : eo * M.,.a, -f Mr.a,
A=0"+M.,.A1 +M2.A2
254
(6.1)
'l
['
at:
I
3Er
0r:#
(6:4.
)
255
I
Untuk mencari M,dan Mryang sebenarnya kita hanya harus mencari ao dan Bo.
ardan l),
Mencari ao dan
fi6.
Sebagai dasar dapat dikatakan, bahwa oo dan Bo bisa didapat dengan membebani
sistim dasar dengan M,diagram (bidang) momen yang direduksikan dengan faktor
I / E.tl.
Contoh beban merata:
i
Diagram momen
|,
Sistim dasar
E
tsidang momen yang
dibebani
I
t.l
Gambar 6.
I
lJz =
3Et
I
a2 =
6Et
Diagram momen
I
1
.
2. c.
I
Bidang momen yang
(6.5.)
I
dibebani
Gambar6. 1.2. d.
l'l
Hasil tentang
ai 0i
A1
az; 02
il
= []t
0, =
oo
=
Ao
= Ra = Rrdari bidang momen yang dibebani
(6.6.)
Ra=Re:+
az
i t#t
do=
ao=f,
(6.9.)
Dengan hasil ini kita bisa mengisi persamaan elastis. Maka:
u, =
rv,
=
ltzo
ltzB
-
fit
-
- at
Dan pada contoh dengan
Mr= -t2os-fist
Mz=
eos
- Bryf .4t
tztt,
.Tt
o
- "d)
: [] : o - M,;
+
Sekarang momen jepitan M, dan M, dapat dihitung:
M,=-P#,-#;lT',
$.7.1
Mrmenjadi:
,'l
Mt= Mz=
Mr=Mz
(6.8.)
karena sistim symetris
-qi'z
(6.10.
-(2Bs-asl'+
I
256
)
257
,t
-r:i-rl
:-"-:':-
',J
irr
'$i.r,
iifl.Anl
i
I
l
Ir
Contoh gaya Pusa t:
P
Sistim dasar
P.a
ao: [Jo: E.l ',
,r4
4,
4z
v
m,=-lz
=4./
ffi
l-
- -a-P'l
qo-Po4El
dan untuk
Mt =
M,= -1,
4
P.
l1
16El
P.a
E.t
a
z
- P.a
0o:fi0:
Z.f t(a+c)
(6.13.
)
(6.14.
)
dan untuk M, = Mz
Dlagram momen
P'
+
lfi u+c) - lfi o*a)
l
2Et
I
P'a (a
+ c)
Mt: Mz -
Bidang momen yang
dibebani
Gambar 6. 1. 2. e.
Contoh dengan beberapa gaya:
oo=
fio:
P.12
16El
I
(6.11.)
Sistim dasar
Mz
+# -
P. l' | 2El
16Et '' t
Mt= Mz=
-+
(6.12.
)
Diagrap momen
Contoh dua gaYa Yang simetris:
Bidang momen yang
dibebani
Gambar6. 1.2. g.
Sistim dasar
Diagram momen
Bidang momen Yang
dibebani
Gamb'ar 6. 1. 2. f .
288
Mencari bidang M menurut bab. 3. 2.2. Mekanika teknik - Statika dan kegunaannya jilid l"
Selanjutnya dibebani sistim dasar dengan bidang M"yang dibagi dengan f . /.
Selanjutnya menentukan reaksi tumpuan ao dan Bo.
Menentukan diagram momen dan diagram gaya lintang
Untuk memungkinkan gambaran diagram momen kita menggarBbar diagram
momen Mr, diagram momen jepitasn M, dan M, dan selanjutnya semua disuperposisi. Hasil sekarang menjadi momen dari balok terjepit.
259
Harus memperhatikan tanda (+,-) dari M, dan Mr. Biasanya gaya lintang yang
lebih besar harus berada pada tumpuan dengan momen jepitan yang lebih besar.
Dengan rumus tentang gaya lintang bisa juga ditentukan reaksi tumpuan seperti
berikut:
Sistim dasar
x
I
I
Rt:
Diagram momen
l+
\
I
lr(
H, ll
uX'
Diagram momen oleh
,
l'1,
--/1
'l
Mt
.I
t,,
Diagram momen oleh
M2
rt
N
t/2
yang disuperposisi
Gambar6.
tllHl
momen
l.2.
i*', I
(perhatikan tanda ( +,
-)
A
L!,
I
dtiiltY
q.l?
MF-r,
q-
=
12
2l
Gambar 6.
--t
1
z
A
:
Qokarena M,
Mol
Ra: Ra: RAo:
- Mt =
2. k
A
R1n
Balok terjepit dengan gaya pusat
(6.15.
Diagram.momen:
)
p.l
T
Untuk menggambar diagranr gaya lintang kita
P.
T
tambah On dari sistim
dasar dengan M, - M,
t
Momen, gaya lintang, tumpuan:
Gambar 6. 1. 2. i.
MFmar:
260
'l .
(6.18.)
24
h.
lt
q.
B
pada momen M, dan Mrl
Rumus untuk menentukan O
)
1T
Momen, gaya lintang, tumpuan:
Momen pada titik x adalah:
M=Mo+Mr.
(6.17.
tM'
Contoh-contoh:
Balok terjepit dengan beban merata
Diagram momen:
A
Diagram
tlt
n'll
oleh Mo
I
I
Re: Ran +
Rao
a:ao+ryiM'
(6.16.
)
!*
:+
I
Gambar6. 1.2.
I
(6.19)
A=
.Mol
Rt:
Aokarena
Re
Mr- Mt:0
= RAo:
Rao
261
d 1.3. Lendutan
Contoh gaya pusat:
Perhitungan lendutan pada balok teriepit didapat dengan superposisi dari
lendutan-lendutan pada sistim dasar:
Gaya-gaya dan beban pada sistim dasar
fo
memperlakukan lerrdutan sebesar .
Jepitan atau momen jepitan pada sistim
., f
dasar memperlakukan lendutan sebesar
Lendutan pada balok terjepit adalah
(6.20.)
,
superposisi lfo- f^l
Re=
.
fo
= Ra,* *
,
5
#,
q'lo
'": 3f4'E.r
*.-,e
a
Ro:+*
l' _ q'lo
8 96.8/
q-P
'm 12'E'l
t:-
I
8ft
P.
Contoh beban merata:
Re=Ra=+#
ilo
ro: Ratt
- 1l'
t
'o--
q'ln
5
384: E.l
.
-
g.12
12.
E-l
Gambar6. 1.3. b.
- 4p'P p'P
'?=
4aEt ilEl
q.
l2
I
lo
6.
, _ P'P
'192Et
16.?21
1.4. Balok terjepit sebelah
%.El
Seperti pada balok terjepit, kita pilih juga satu sistim dasar, yaitu balok
tunggal.
d
t2tt
Gambar6. 1.3. a'
Gambar6. 1.4. a.
4g'lo
5q.lo
r=
'naE - 3tqr|
=
', -
Q' lo
38/.-Et
(6.21.
)
Pada sistim dasar ini kita pasang semua gaya dan beban yang ada dengan tambahan M,.
Kita menentukan selanjutnya, bahwa sudut putar tumpuan o
= 0.
Syarat-syaratelastis: q= eo+
Mr=-00
A1
Mr =
262
q-:o
A7
(kalau a
=
(kalau a
)
0)
0)
M,.a,, =
0
:
(6.23.)
$.24.1
263
6.2.
Contoh beban merata:
q.
Mo*r. -.
12
6.2.
8
Mri ao=
q.
t.
Balok terjepit elastis
Pengetahuan dasar
It
24.E1
I
or=__TEl_
o.13 3El
- t
Mr=-zlr--t
Gambar 6. 2. 1 . a.
(6.25)
E,="#l
pada besarnya momen jepitan.
o:= -rr'Mradalah jephan elastis
jepitan
r:3
r---;-l
*
llt
I
l'*'=
nAo
(6.26.
)
|
Hanya pada tumpuan dengan
momen M -- 0.
Gambar6. 1,4. b.
Suatu ujung balok pada umumnya terjepit elastis jikahu sudut putar tergantung
pada tumpuan sebelah kiri. e, adalah ukuran
pada tumpuan sebelah kiri dan sudut pada tumpuan yaryg terpotong dari
balok terjepit pada momen M r =
- 1.
ll = - e7' M2adalahjepitan elastis pada tumpuan sebelah kanan.
e 2 adalah ukuran jepitan pada tumpuan sebelah kanan.
a = - €l,' Mr dan B = - ez' Mz adalah syarat-syarat elastis pada baloil< terjepit
elastis. Atas rfasar ini kita juga bisa menggunakan sebagian dari persamaan elastis
yang sudah ditentukan pada bab 6. 1. Balok terjepit.
catatan: persamaan elastis hanya boleh digunakan untuk konstruksi balok di atas
tiang yang kaku dan bukan di atas tiang yang goyah atau tumpuan yang bisa
mengalami penurunan.
Persamaan elastis yang baru adalah:
M,_M,
A = ao+ --T-'
A=Ao+
A:Oo+\l
a
Ra
M
I
=
,^=
l6.Tt.l
Reol-
#
+
+
:
ao
*
M1' a1 * M2' a2=
+
Mt'
+
Mz'
flz=
0 = Ao
At
-
Reaksi pada tumpuan:
Gaya lintang:
g.l
as
8
*
M1(a,
*
e1)
*
M2' o2 =
Q
0o+Mr'0r+Mrlfi2+ql=0
Atas dasar persamaan elastis ini kita bisa mencari momen jepitan
M,
dan M,
menurut rumus berikut:
(6.28.)
2U
Ez. Mz
atau:
,^=Y
rr:3#
et' Mr
Mt=
(a1
fio'az- o61fi, + e
* e1) (82+ e2l - o2
(6. 29.)
265
Mz=
ao' Dt
(a1
*
e1)
-
lB,
Be
+
(a1
+
erl
-
Mr. llt + Mrlp, + er) = O
e1)
az'
Dt
(
6.29.
alau,
)
M'=Mt
Dt
fiz*
ez
menurut Gambar 6.2.2.b.:
M2
Kita memilih satu balok terjepit sebelah tanpa gaya dan tanpa beban,
hanya dengan momen sebelah tumpuan sendi. Atas dasar ini balok akan
melengkung dan kita bisa menggambar diagram momen.
\ n,
,,
\
'
Gambar 6.2.2.b.
Dengan persamaan elastis atas
dasar ao : o kita boleh berkatat
b:
dan selanlutnya:
M{a1
*ql+Mr'qz=0
atau:
?
Gambar6.2.2. a.
Oleh karena diagram momen adalah satu garis lurus, kita bisa menghitung tempat
per-
bandingan dengan momen M,dan Mr'.
M2
atau:
dan selanjutnya:
t_b
llt t
Ao'a'b-ao'a(l-b)
a2'd'l
i6,32.)
Mz=
(6.30
e1
a
'a'B-lJo(l*a)b
o2' d' I
)
Pada bagian kanan kita bisa menggunakan perhitungan yang sama dengan hasil
seperti berikut:
(K menjadi titik potong sebelah kanan dengan jarak bl
266
lt2+Ez:
Menurut rumus (6.29. ) kita boleh menghitung M1 dan M2*bagai;
Er
a.' I
ot+ a2+
(6.31.l
-a
ar + et= o, I-Z-
az
ar+Er =l-l-a
o, : bAz*ez l-b
Mt=
l-a
a:a2
qr+
l-a
Dt'l
B1+p2+e2
Dengan perhitungan ini kita mempelajari bahwa: Jarak titik potong a.dan b tidak
bergantung pada besarnya momen M,dan Mr.
Dengan menggunakan pengetahuan ini kita bisa mencari M,dan Mrseperti berikut:
#: -;i,
titik potong J. Boleh dikatakan jarak a untuk titik potong J adalah suatu
b
Mr -_ l-b
atau: A' - b
lJt* tz l-b
6.2.2. Sistim titik potong
Kalau kita menarik garis siku-siku dengan balok pada titik potong J dan titik potong
K (garis titik potong). garis titik potong itu menentukan momen titik potong sebesar
M,dan M*. Keuntungan pada M,dan Mradalah bahwa mereka dapat dihitung lebih
mudah daripada M, dan Mz dan pada bagian besar M, dan Mrbisa juga ditentukan
secara grafis:
267
Jarak titik potong untuk / tetap menurut rumus (6' 30.) dan (6. 31. ):
,,1
az'I
I
d1
r'
+ aZ+
'= t.
I
aet
I
-+
3Et
t1
---] o"**,u
t1
6fl+
b=
M*=-+ x
az
,*ry
.2.2.c.
Momen pada titik potong untuk / tetap menurut rumus (6. 33. )
Mi: y!#ry
Atau dengan bantuan rumus (6. 32. ) hasilnya M ,dan M
rseperti berkut:
Mt=-'r'oo
I
"f
(6.35.)
I
I
Mi=Mr'+.urI
M*= Mt
1* *, Lf
I
M, = -a---!o
'loz
(6.33.)
=
6' a' E' l'
an
(6.36.)
ta
Mx:-y!+ru
Hasil ini berdasarkan pada konstruksi sederhana yang dinamakan garis bersilang
dan potongan garis bersilang:
IK-Mx
M,.t
a
a
I
''' -
at
b
^tK'=M,
atau: K't-
Contoh beban merata:
I
ao.l
a2a
t--
Mt
q'a'l
dan selanjutnya:
K':-'o
a2l0tI x=--o
(6.34.)
c'b'l
Gambar 6. 2. 2. d.
Dengan pengetahuan tentang titik potong dan garis bersilang dan pada balok
dengan momen lembam / tetap kita bisa menentukan garis penutup pada segala
diagram momen pada balok terjepit dan balok terusan secara grafis.
Untuk balok dengan momen lembam / yang tetap adalah beberapa hubungan yang
memudahkan perhitungan jarak titik potong dan momen titik potong seperti
berikut:
268
Bukti dari gambar:
Mi
q.t2:, J
82
tvt, --
o'a'l
'
I
(sama juga untuk M*)
269
Jarak titik potong pada balok tunggal:
Contoh gaya P dengan jarak c dan c':
I
oz' I
(6.39.)
a1+d2+81
I
@
garis penutup
Gambar 6. 2. 3. b.
6. 2.
4. Macam-macam iepitan
Pada suatu
titik simpul kita bisa menerangkan persoalan:
.\.-.\.
_a_:u'.t-!
M,'
l2
p.c/!j
Gambar 6. 2. 2. e.
c')
4
6.l.El
Qo
p.u."J--!!L-!'
Mi:
,r=
' tt
_ P.b ,:_J!l_9)
Bukti dari gambar:
a
K'I=u.
Gambar 6. 2. 4. a.
Mi :u(l:"')
Mo
12
Mi= P'a
Batang 1 yang dihubungkan dengan kaku pada batang-batang2s/d 4 menerima
momen M.
P.c.c'
Y!- t
K' i+c'
Kejadian ini menimbulkan dua pertanyaan:
1. Bagaimasna besarnya bagian momen M padabatang-batang2s/ d 4.?
2. Berapa besarnya ukuran jepitan batang 1 terhadap batang-batang2s/d4?
Di bawah akibat momen M semua batang-batang memutar dengan sudut a karena
hubungannya yang kaku. Kita mengambil salah satu batang, umpamanya batang 2,
dan memperhatikan kejadian itu dengan teliti:
Andaikata sudut putar a - E' M' alau dengan kata lain, sudut putar a adalah
perbandingan dengan bagian momen pada batang 2. Ukuran jepitan e ' adalah sudut
pada ujung atas 2 atas momen M' : 1.
6.2.3. Jarak penting pada titik potong
Jarak titik potong pada balok ter.iepit kaku:
olehkarenaa
270
,
0
-
El = €2
:'0
|I b: llr't
'
a= az'l
at+q2 I ^_ fir+Az
Gambar 6. 2. 3. a.
bagi / tetap
:
d-
6-E.l
lt 1_
3.E.t ' 6.E.t
(6.37.)
Pendapat ini bisa digunakan juga pada batang-batang lainnya. Ukuran jepitan
menentukan daya pencegah terhadap putaran oleh momen pada batang 1.
Ukuran dan besarnya ukuran jepitan pada hal ini hanya tergantung pada momen
lembam /, modul elastis E dan macam tumpuan pada ujung bawah. Atas dasar ini
maka disebut ukuran jepitan sendiri.
Kebalikan dengan ukuran jepitan pada batang 1 yang hanya tergantung pada
:b
(6.38.)
momen lembam /, modul elastis Edan macam tumpuan pada ujung bawah batangbatang 2 sld 4, dan bukan pada momen lembam / dan modul elastis Fsendiri. Atas
dasar ini maka disebut ukuran jepitan asing.
271
Perhitungan ukuran jepitan sendiri
l. Jqitan pada ujung bwah yang sudah diketahui:
a- pada ujung bawah sebagaijepitan elastis berhku p€rsamaan
a=My|ar*M2'a2
11,
Az=
1.
fl
0.r
b.
:
01+
hh
02 =
6Ej
a2
;
i
E1
=
oz-f;.a,
I
q = at - ---:
al +E2
_
(6.,!0.)
c.
,,' =-!4
E
I
pada ujung bawah sebagai engsel berlaku persamaan elastis berikut:
h l0
hr
t':3'r-l,n'u6,1
'
4
llihat juga rumus {6. 42.)l
3Et
Perhitungan ukuran jepitan asing dan pembagian momen pada titik simpul
Persamaan momen pada titik simpul adalah:
dan selanjutnya:
M
dan selanjutnya:
: M'+ M" + M"'(11
oleh karena semua berputar dengan sudut a, maka dapat dikatakan:
G.42.)
a = M.Er=
M'.e': M".e":M".t"'
M'=!!--!'
; M":AL'
E.
2.
a.
dan selaniutnya:
llihat juga rumus (6. 41 . )l
3
o.2
t2=g
at =
lEi
a1
(6.44.)
h3h
tt= 3Ert- -3t'aCt
o - h .o - h
t'2'3El,Pr-6El
t
pada ujung bawah sebagai engsel berlaku persamaan
erastis berikut:
E2: a
I 2b -3a
6El t-a
'
pada ujung bawah sebgai jepitan yang kaku berlakrr persamaan elastis berikut:
et.=
oz
dan selanjutnya:
I
:
a=E7
(6.43.)
dan selanjutnya:
pada ujung bawah sebagai jepitan yang kaku
berlaku persamaan elastis berikut:
El=01-:=
c.
2.
Dz= ot
Gambar 6. 2. 4. b.
b'
lal *
,, :
t_i Alt
3 Et
o:Mt'ot-Mt.A'az
'llz+q
untukMl=1'
0,': att
',
elastis berikut:
fr = Mt'h + Mz'h= -,82.M2
dari2 : Mt' h =
- M2lE2 + lt2)
diisi dalam 1.
I
I
3Et
Titik potong pada ujung bawah yang sudah diketahui:
pada ujung bawah sebagaijepitan elastis berlaku persamaan
l2l
hasil ini dimasukan ke dalam (1):
elastis berikut:
,o=00+Mr'0t+Mz'[]z
\
' )n'=l i.o=o (karenatirjakacia
M=M.\
*u
LI,L
'-,',
1
E1
E'L
T
*M +,
Et =
't
t'L
beban)
Gambar 6. 2. 4. c.
272
Mz: -1;Mr= t a- ra.ner: -fi
1_1_1€1
t
1
t
t
(6.45)
273
Hasil ini melihatkan, bahwa kebalikan ukuran iepntan asing ialah jumlah kebalikan
ukuran jepitan sendiri.
Kita tadi sudah melihat bahwa
M' : M' il t' dan M' = M' 4/ e"
Bisa dikatakan bagian momsn M', M" dsb. bisa ditentukan dengan momen yang
dikalikan dengan satu perbandingan. Perbandingan ini kita tentukan dengan pr
(
Gambar6.3. 1. a.
koef isien distribusi).
Artinya: ukuran jepitan asing pada batang yang dibebani dibandingkan dengan
ukuran jepitan sendiri pada batang yang tidak dibebani.
Pada dua batang selalu ada dua perbandingan 1r (koefisien distribusi), dengan
memperhatikan batang yang mana yang dibebani. Sebagai keterangan, koefisien
distribusi p selalu diberi tanda panah seperti terlihat pada contoh berikut.
Sebagai sistim dasar kita memi!ih beberapa balok tunggal dengan momen tumpuan
yang disuperposisi pada sistim dasar.
Persamaan elastis dengan pengertian bahwa garis elastis berjalan harmonis,
adalah:
[]:-o'
Contoh perhitungan koefisien distribusi ir.
A':-o"
Atas dasar pengetahuan ini kita langsung bisa menentukan sebagai persamaan
rt= +
F,: ?
'1
(batanglyang
elastis syarat persamaan tiga momen (lihat bab. 6. 4.)secara analitis atau bisa juga
menggunakan cara graf is.
dibebani)
(batang 2yang
dibebani)
t1
pr+= q
,x:
E3
E1
dsb.
Kita memikirkan balok terusan hanya menerima beban pada satu bagian antara dua
tumpuan sebagai balok terjepit elastis dengan:
Gambar6.2.4. d.
Dengan rumus yang tadi (6.45.) digunakan untuk menghitung ukuran jepitan
asing, kita bisa menentukan p hanya dengan menggunakan ukuran jepitan sendiri
seperti terlihat pada rumus berikut:
Ez' El
_ : -----1
E2l.- L3
a
lt2
:
E3
E2*
E3
-
6.
3.
6. 3.
Gambar6.3. 1. b.
Sistim titik potong pada balok terusan
1. Pengetahuan dasar
Sistim atau konstruksi balok terusan terjadi kalau suatu balok lurus
menumpu tiga kali atau lebih. Balok terusan di atas tumpuan itu boleh berputar
bebas akan tetapi tumpuan itu menjadi kaku, dengan maksud agar tidak bisa turun
a:*tr.M,
D:*cz.Mz
Sekarang semua bagian balok terusan sebelah kiri dari bagian yang kita
memperhatikan adalah suatu sistim yang terjepit sebelah kiri dengan momen
sebelah kanan seperti dibicarakan pada bab 6. 1. 4. (balok terjepit sebelah).
Titik momen nol ada pada titik potong J"
Pada bagian balok terusan yang sebelah kanan dari bagian yang
Dengan cara ini ditentukan bagian per bagian dari balok terusan yang diperhitungkan. Sesudah ditentukan semua diagram momen pada semua bagian balok
terusan tinggal disuperposisi saja.
6.
3.2. Menentukan tatik potong
atau naik tempatnya. Lihat juga
bab7.2.'l . (penurunan tumpuan pada balok
terjepit). Pada konstruksi bangunan rumah syarat atau ketentuan ini biasanya boleh
Penentuan secara analitis:
digunakan.
momen lembam
274
kita
memperhatikan adalah suatu sistim yang terjepit sebelah kanan dengan momen
sebelah kiri dan titik momen nol ada pada titk potong K.
Ukuran iarak a dan b untuk titik potong
/
J
dan K pada balok dengan
tetap, telah kita tentukdn pada bab 6. 2. 2. dan 6. 2.
3.
275
I
pada balok terjepit:
Rumus-rumq5nya ialah seperti berikut:
1
.
pada balok yang terjepit elastis:
d-
b:
2.
pada balok terjepit:
l'
5+ 6 E ll't1
z+t,sl
3+1,5V
3.
3+ 6El'ez
I
d=b=
b'=
I
(6.47.)
pada balok tunggal dengan tumpuan yang bebas pada putaran:
a'=
I
r
,*'i
; b=
f
,* 7
(6.2t8.)
3
Penentuan secara graf is:
3.
pada balok tunggal dengan tumpuan yang bebas pada
Cara grafis hanya boleh dilakukan pada balok dengan momen lembam / tetap.
putaran: ? - jJ
Ukuran jarak a'dan b' untuk titik potong berikutnya J' dan K'pada balok dengan
momen lembam /tetap, kita menentukan atas dasar rumus (6.30.) rumus-rumus
berikut:
Gambar 6. 3. 2. a.
6.3.3. Gaya-gaya dan momen pada balok terusan
1.
pada balok yang terjepit elastis:
l'
/
lebar bentang dari bagian
Yan9 diperhatikan
lebar bentang dari bagian
YanO diperhatikan
/
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.3.3. a.) dengan beban merata
t/m ditentukan momen-momen dan diagram masing-masing momen dengan
superposisinya.
t*+tz--:rl
l'
lebar bentang bagian kanan
dari
1:
8.5
lebar bentang bagian kiri
dari
l'
Contoh
(
6.46.
)
r
3. +1r- *bl
l'
Gambar6" 3.3. a.
276
277
Contoh
2:
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.3.3.c.) dengan beban merata g =
5.2.t/m dan gaya-gaya Pt : 15.0 t dan Pz = 20.0 r ditentukan motnen-momen
dengan masing-masing diagram momen dan superposisinya dan diagram gaya
lintang dan reaksi pada masing-masing tumpuan.
,'T = 5.'z Llm
a = 5.6<.
I U= 2.9.
a-3.o
I
h,'-;1rc
Gambar 6.3.3.c
Diapram momen beban
B
E
s
rl
N
C-D
iagram momen
disuperposisi
penutup masing-ma
diagram momen gaYa P,
-
-\-
Gambar 6.3.3.d
;5
t
o
p
I
o'
ol
;t
279
F.
u
\t
"2
2-o
Menentukan masing-masing reaksi tumpuan secara grafis:
Q,
qr' 26'ot
!s.2a I l?' trot
Qr'
16.4 €
diagram momen beban
-+
diagram momen beban
Gambar situasi (dibagi sebagai 3 balok tunggal)
O : resultante g pada masing-
masing bagian.
*--/
Gambar gaya (1 cm
:
10
t)
Gambar 6.3.3.f
.
Menentukan diagram gaya lintang:
Dengan bantuan masing-masing reaksi tumpuan, kita dengan mudah
bisa
menggambar diagram gaya lintang seperti berikut:
-BiBt
Gambar 6.3.3.e
280
Gambar 6.3.3.9.
6.
4. Syarat persamaan
Kita perhatikan dua bagian
tiga momen (Clapeyron).
Untuk
memudahkan
kependekan berikut:
I dan l'yang berturut-turut pada suatu balok
terusan:
l.+
sebagai ,
+
I
sebagai
lc
4
perhitungan, maka biasanya digunakan kependekan-
Seoagar
6E 'ao
f
6E
n sebagai ,
' lJ,
Persamaan tiga momen menurut Clapeyron kemudian kita tentukan sebagai:
llr
11j
142
Gambar 6. 4. a
M1l" + 2M2(le + /[,) + M34
= -8'
l"
- 9'4
(6.49.)
Persamaan elastis yang berlaku pada tiap-tiap tumpuan adalah:
l.2.
momen, pada lampiran.
o' = qo' * Mz' .ar' + Mr'ar'
dan oleh fi + a' : 0
dan ,8 ini pada umumnya dapat kita tentukan menurut tabel
persamaan tiga
12. Tabel-tabel untuk menentukan bagian beban pada syarat
E
Bagian beban
D=Ao+Mt'pr+M2.02
Bagian beban pada beberapa balok terusan yang sering timbul:
kemudian kita dapat:
Mr'At + Mr(Jr+
o1'l
+ M.'at' *
Do *
l.
a6'
=
Balok terusan dengan beban merata:
Q
Pada persamaan elastis ini ada tiga nilai yang belum diketahui, yaitu tiga momen
pada tiga tumpuan yang berturut-turut. Oleh karena itu persamaan elastis ini boleh
dinamakan persamaan tiga momen atau dalil tiga momen, ditemukan oleh
Clapeyron pada tahun 1857.
Persamaan tiga momen ini berlaku untuk semua kemungkinan seperti momen
lembam / tidak tetap, macam-macam gaya dan beban dan macam-macam lebar
bentang (l dan l'tidak sama).
Pada balok terusan dengan / tetap, dan dengan menggunakan nilai sudut putar
tumpuan o dan B yang sudah diketahui dapat kita tentukan:
M,.
+H *
M/+ * #,
*
*,.*-: *
oo'
-
fio
atau pada balok terusan dengan momen lembam / tidak tetap:
w' + + 2Mz. rr. l+ r lt+
M,t'+
:-
6Eoo'
? - u*, ?
Kita melihat, bahwa perbandingan momen lembam harus ditentukan demikian
rupa, sehingga /" menjadi momen lembam suatu bagian sembarang pada balok
terusan ini dan / menjadi momen lembam bagian balok terusan yang lain masingmasing.
Dalam persamaan tiga momen ini bagian kanan menjadi bagian beban oleh karena
hanya bagian ini yang mengalami perubahan oleh beban pada balok terusan.
282
Gambar6.4. b.
q' 13
ao: Do= Zq.et
dan kemudian dapat kita tentukan bagian beban sebagai:
e
=sF"6=#
n
=+0,=+
2.
Balok terusan dengan gaYa Pusat:
P
P
\-1J
Ltz
I
I
t
\V.
I
!t"
t!/,
I
Il
Gambar 6. 4. c.
283
P.
12
oo: Ilo=
lAf t
t: f,.e'. r
3.
Menerrtukan mcxren:
dan kemudian
dan
r:*
o' 12
Mor=Li=
-P.1.
6.5.
4.22
:14.3tm
6.5 . 5.32
:22.8tm
,
o' 12
M*=-;=
,
Balok terusan dengan satu gaya sembarang:
J \-
P_
t,
M, + Mtl + ZMrll+l'l + Mrl'
Ir+-l
4.2+5.3 0
0
!i,t
09.50
c
P
b
ffi
,
g" l'2
,,
Jyf+.2 _. 6.5r5'3', s.a
Gambar6.4. d.
a
12
44
I
t
,o=
q'
E
a
t
:-lnt-s,t'
\q#
+
rt
dan
o'o=l-3-!' b'
:
2.M2-t951
Momen tumpuan B lMzl
+ l'l
-
MB =
-
19.0
362.3
tm
Diagram momen:
dan kemudian dapat kita tentukan bagian beban sebagai:
n=Y
.., = l" i:r'o' ft, + t,)
* : T'0" 4.
''1r'b r, +
Gambar 6. 4.
Balok terusan dengan bentuk beban yang lain bisa dilihat pada tabel l.
2.
12.
pada lampiran
Menentukan masing-masing reaksi tumpuan:
q I
MB 6.5' 4.2_n=
^
RA
=t_i=-__,
'
Contoh:
(6.4. e.) dengan beban merata q =
dengan bantuan syarat persamaan tiga
Pada balok terusan menurut gambar berikut
6. 5
f.
a)
t/m ditentukan momen tumpuan
I
momen menurut Clapeyron. Selanjutnya kita menentukan tumpuan masing-masing
untuk menggambar diagram gaya lintang. (Momen lembam / tetap).
q'
^
19.0
MB 6.5'4.2 19.0
I
e.2t
r
l' + MB= 6.5' 5.3* 19.0= 20.8
I t
',
-t
S:
q't' ue :6.5:! _ I: = 13,6 t
^
Hs=2-r:2-53:'
q'
^
RBkun"n
=f
Rs
=
Re*iri
*
RBk"rrn
=
18'2 + 20'8
=
39'0 t
Dengan bantuan reaksi tumpuan masing-masing kita bisa menggambar diagram
Gambar 6. 4. e.
284
gaya lintang seperti berikut:
285
6.5.2. Perjanjian tanda pada sistam Cross
Perjanjian tanda pada sistim Cross hanya digunakan untuk melakukan
distribusi momen. Pada semua perhitungan dan penentuan yang lain kita menggunakan perjanjian tanda yang sudah diketahui dan yang ditentukan pada bab
1.6.3.
Perjanjian tanda pada sistim Cross adalah:
Momen jepitan adalah positif ( + ) jikalau momen jepitan akan berputar
pada suatu titik simpul searah jarum jam, dan menjadi negatif (-)jikalau
akan berputar berlawanan arah jarum jam.
Gambar 6. 4. g.
Misalnya:
Pada tempat gaya lintang menjadi nol {x1 dan x2) kita bisa menentukan momen
maximal Mrldan Mr, menurut rumus (6.26.)
Ro
q
,,' :
:
= :+
6.5 + 1.42m;
13.6
x, = R^ - -:-: + Z.O9m;
'q6.5
-
6.
5.
6. 5.
y
Y
13.0
+
6.5 tm
R",
13.62
2q
13.0
+
14.2 tm
Mxr
'r'xt =
- 2q =
MxZ =
#
trL
* [
ffi
Sistim Cross pada balok terusan
\
1. Pengetahuan dasar
Jikalau pada suatu balok terjepit elastis kita mengetahui nilai momen
jepitan. Kita dengan mudah bisa menghitung gaya-gaya yang timbul, menurut
-
rumus (6. 15.) dan (6.16.) misalnya:
M= Mo+Mt-l**r-1
L1:
tl^-i-
"t
. Mr-M,
Padahal jepitan kaku momen jepitan dapat dihitung dengan cepat atau dapat diambil dari tabel-tabel (lihat lampiran 9.2.6.).
Sistim Cross menggunakan keuntungan ini dengan ketentuan. bahwa pada suatu
balok terusan yang semua bagian-bagian berada dalam keadaan terjepit kaku
sebelah-menyebelah. Momen jepitan yang akan timbul pada tumpuan-tumpuan
pada umumnya bukan menjadi nol, melainkan timbul suatu momen jepitan pada
tiap jepitan yang ditentukan. Dengan sistim Cross kita sekarang melepaskan satu
demi satu jepitan dan momen jepitan yang timbul akan disalurkan pada balok
terusan.
Cara ini dapat dilakukan sampai pada tiap-tiap titik simpul atau tumpuan momen
jepitan menjadi nol, atau hampir nol (distribusi momen).
286
Gambar 6.5.2.a.
Dengan menggunakan perjanjian tanda pada sistim Cross ini, pada balok terusan
misalnya momen pada satu tumpuan sebelah kiri dan sebelah kanan tidak mempunyai tanda yang sama, melainkan mereka bertanda ( + ) dan (- ). Oleh karena itu
cara distribusi momen baru mungkin kalau jumlah momen suatu titik simpul menjadi nol.
Akan tetapi untuk menentukan diagram momen misalnya. kita harus melakukan
perjanjian tanda dari bab 1.6.3.
6.5.3. Momen jepitan
Pada balok terusan dengan lembam /tetap dan dengan beban sembarang
momen jepitan boleh ditentukan seperti berikut:
Mt: -l2ao-lrrrT'
Mz: -(2Ao-.rrT'
2a7
Sesudah sudut putar tumpuan oo dan fi,, ditentukan, momen jepitan pada balok terjepit kaku bisa dihitung atau diambil pada tabel-tabel {lihat lampiran 9.2.6.).
.6.5.4.
atau:
Mn:
"tt
Mr: M2: Ms:............
Momen pada titik simpul
Jikalau kita menjumlahkan semua momen jepitan pada suatu titik simpul.
jumlah momen jepitan tidak menjadi nol. melainkan jumlah itu menjadi resultante
momen jepitan (momen residu). Selanjutnya kita melepaskan titik simpul yang kita
perhatikan dengan jepitan kaku pada titik simpul sekeliling. Sebagai keseimhangan
pada titik simpul yang kita perhatikan kita pasang sekarang salu momen distribusi
dengan nilai yang sama dengan resultante momen jepitan tetapi dengan tanda ( + )
(-)terbalik. Oleh akibat ini momen distribusi (M,ratau M) titik simpul akan
berputar dengan sudut o seperti sudah ditentukan pada bab 6.2.4. (macam-macam
jepitan).
atau
!+t
lt
oF,'' ' 4El! ,............4Eb
lz
l, ' ""' ' ln
ketentuan ini boleh diperpendek lagi dengan 4 E dengan penentuan
kekakuan batang seperti berikut
l,
ln
- u
h=x'
t:r'
/<
sebagai angka
(6.50.)
boleh kita katakan:
Mr: M2: M,
=
........
1y1n
=
atau:
/]
Mt:M'*r,r,:M
hln
il1
f
perbandingan angka kekakuan batang.
Sebagai koefisien distribusi p pada titik simpul yang kita perhatikan kita boluh
berkata:
Gambar 6.5.4.a
Pada bab macam-macam jepitan itu kita tentukan ukuran jepitan e' sebagai sudut
putar a dengan momen M = 1 pada ujung batang itu. Oleh karena pada titik simpul
yang kita perhatikan semua batang berputar dengan sudut a yang sama. kita bisa
menulis:
-* Mz.tz =
Ms.4........ :
Mn.en
dan sebagai persamaaan momen pada titik simpul itu:
M
: Mr + M2 + M, + ............ M,
selanjutnya:
Mr:
Mr:
(6.51.)
yaitu: momen distribusi Ml atau M dapat membagi batang masing-masing menurut
ilt
l, l,
: Mt.tt
bu
Mq
et
tt
a
*i Mz=r'bu, *,:*
€-t'. t.z
k1
t,|=Et
ur= >k
2
bagi batang 1, dan
bagibatang2dsb.
6.5.5. Momen jepitan dan momen distribusi yang disalurkan
Momen Mn yang berada sebagai bagian momen distribusi pada batang n
pada titik sinrpul yang kita perhatikan sebagai 'lepas' menyalurkan Momen /1,7',
kepada ujung batang, yang dijepit kaku.
Sebagai koefisien induksi y kita menentukan perbandingan antara momen distribusi
yang disalurkan dan dengan momen distribusi pada batang n.
atau:
111
',r
-:
€1 €2 €3
.........En
{6.52.}
Ukuran jepitan c, s/d e, pada momen lembam / yang tetap.dan dengan ujung balok
terjepit menjadi'
ln
4Eln
288
Gambar6.5.5.a.
289
M', boleh diperhitungkan menurut bab 6.1.4. (balok terjepit
seperti berikut:
Pada umumnya
sebela
h)
M'n: -
lZ
Ir
30
a1
jikalau momen lembam I tetap pada baloknya:
oo= Mn'l
6Er
Akan tetapi momen jepitan pada balok terjepit sebelah bisa juga dihitung dengan
menggunakarr ketentuan tentang balok terjepit, misalnya:
;
q1:
I Hr
Gambar 6"5.5.c
N
Hrh
3Ei
Ms:Mr+0.5Ml
dengan hasil seperti berikut:
*;:t
(6.M.)
,,
(6.53.
Ma:
)
, - ) adalah sa'ma untuk M, dan M'n.
Hasil ini juga bisa kita cari dengan menggunakan metode atau sistim titik potong
dengan jarak titik potong a = l/3 seperti ditentukan pada batang yang terjepit kaku
sebelah dan dengan momen lembam /tetap (lihat juga bab6.2.3.).
Momen jepitan dan momen distribusi yang disalurkan harus diperhatikan nanti
kalau kita akan menentukan nromen jepitan pada titik simpul berikutnya.
M, +
0.5 M2
perlu diperhatikan, bahwa tanda ( +
6.5.6.
Harus diperhatikan, bahwa Ml dan M2mendapat tanda ( + , -, ) yang sama. Momen
lepitan ini sekarang bisa beraksi pada titik sirnpul.
Angka kekakuan k':
Pada distribusi momen kita harus memperhatikan juga perobahan angka kekakuan
batang (k1 pada batang yang punya tumpuan rol atau engsel sebelah:
Batang dengan engsel pada ujungnya
ukuran jepitan pada tumpuan rol
ukuran jepitan pada jepitan
Gambar 6.5.6. a
menjadi: €r :
menjadi:
,' :
I
*r
01,
,
Pada bab 6.5.4. (Momen pada titik simpul), rurnus (6.50.) kita menentukan semua
Kalau kita melihat batang AB yang disambung kaku pada titik B dan
punya tumpuan rol atau engsel pada u.lung,4 perhitungan dapat dimudahkan sekali
kalau kita tidak memakai cara balok terjepit, melainkan langsung menggunakan
ketentuan tentang momen jepitan dan momen distribusi yang disalurkan, tentang
angka kekakuan batang dan tentang koefisien induksi.
M e nentu ka n momen jepita
n
:
Pada umumnya digunakan pengetahuan rumus (6.23.)
M.:'
untuk batang yang punya tumpuan rol atau engsel sebelah kita
harus
memperhatikan perbandingan Ildengan X' yang menjadi 3i4. (angka kekakuan
batang k').
Pada perhitungan angka kekakuan batang k' kita harus menghitung kali 0,7b
untuk mendapat k'pada batang yang punya tumpuan rol atau engsel sebelah:
k'
lto
:
0.75
'
I
-7
(6.55.)
fi,
Gambar 6.5.6.b
290
4Et
Dengan cara itu kita memudahkan perhitungan angka kekakuan batang k. Tetapi
Gambar 6.5.6.d.
291
Oleh karena tumpuan ro{ atau engsel tidak bisa menyalurkan momen apa pun koefisien induksi y menjadi nol.
6.5.9. Contoh-contoh
Contoh
(6.56.)
dan dengan momen lembam
6.5.7. Persiapan cara distribusi momen
l.
ln
ln
:kn
....
pada
Q. l+/m
tbptiap batang
pada tiaptiap titik simpul
2k
Gambar 6.5.9.a
....
pada tiap-tiap batang
Semua nilai ini kita isi pada gambar (lihat contoh-contoh bab 6.5.9.).
Perbedaan antara sistim titik potong dengan cara distribusi momen menurut Cross
adalah, bahwa dengan sistim Cross bisa digunakan momen lembam / yang berbeda
pada tiap-tiap bagian balok terusan.
2.
I
Kita menentukan momen jepitan pada balok terjepit atau balok terjepit sebelah
pada tiap-tiap bagian balok terusan yang dibebani dan mengisi hasil juga bersama
tanda ( + , - ) pada gambar (iihat contoh-contoh pada bab 6.5.9. )
I
0.?08 .0.75
-
0.167
0.
0.t56
IK
Menentukan momen jepitan:
6. 5.
&ban merara I t/m
/ yang tetap, ditentukan momen-mornen maximal
pada tumpuan dan pada bagian masing-masing. (oleh karena nilai I jikalau momen
lembam / tetap, tidak penting, karena sebenarnya hanya perbandingan, kita boleh
menggunakan nilai / = 1.)
Menentukan nilai-nilai bagi batang masing-masing:
kn
ln
1:
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.5.9.a.) dengan
k
{x
0.
95
0.529 0.471
. 07s
r39
*
0.1?5
0.
G4
o.527 0.473
Y
-2.88 +4.32
@ -0.76 -0.68
+0.M
-4.32
-0.34
+0.08
+ 4.50
+0.6
o
8. Cara distribusi momen menurut Cross
Cara distribusi momen mulai dengan resultante momen jepitan (momen
residu) terbesar. Selanjutnya momen distribusi yang sama besarnya dengan
resultante momen jepitan tetapi dengan tanda (+,-) terbalik disalurkan pada
batang-batang yang dihubungkan pada titik simpul itu, dan kepada titik simpul
berikutnya. Momen yang disalurkan harus diperhatikan pada perhitung€n momen
distribusi pada titik simpul berikutnya menurut koefisien induksi. Dengan menggunakan begitu persiapan pada titik simpul itu pada permulaan tidak seimbang dan
harus dikoreksi dengan perobahan momen distribusi sampai perhitungan ini cukup
teliti. (Jikalau dihitung dengan tm sampai satu angka sesudah koma).
Momen pada ujung batang masing-masing sekarang boleh digunakan untuk menggambar diagram momen dengan perhatian pada perjanjian tanda yang lama (lihat
bab 1.6.3.).
292
293
Perhitungan momen Mmax BC pada bidang 8C:
kita boleh menggunakan rumus yang baru seperti berikut:
Perhitungan momen jepitan Mo:
(lihat juga pada tabel-tabel bab 9.2.6.)
Momen
Momen
: -
2.88 tm
!'L2' : 12
4.32 tm
: -
4.32 tm
Bp;r;
Momen 9k"run
Momen
M.u,:
-0
Momen A
:
--
_
Momen B6nrn
Cp;r;
Cku,run
q't: :
12
= -
g:_!'
8
=_
'r
.6.0,
8
=
Momen jepitan yang terkecil
beban merata
Menurut rumus (6.17.) kita bisa menentukan reaksi tumpuan Ba
-* 4.50 tm
4.32: .+ 1.44tm
: t:tfie ' Fi,= - 1.44'0.529 : - 0.76 tm
AMa *i,i
LMB krnun : LMa pz
|-t.*,= - 1.44' 0.471 : - 0.68 tm
:
@ ttMc
-4.66 + 4.50: -0.16tm
AMcxi,i : AMc'Fz': * 0.16'0.527: + 0.08tm l
+0'16tm
f,Mckunun : AMc'j"r: ='f 0.16'0.473: +0.8&tm |
Perhitungan momen Mmax AB pada bidang l8:
menurut rumus (6.26.) kita boleh menentukan Mmax AB = Raz/2 g dengan reaksi
-- 2.88 -r
A4t-
!,
RB
:
Rau
=
RB
: Rao* M,:
I
Distribusi rnomen menurut Cross:
LMa
(6.57)
di dalam rumus ini, masing-masing bagian berarti:
Rc : Reaksi pada tumpuan dengan momen jepitan yang terkecil
Mc :
Momen D
O
1t _ *,
Reo
q.l
2
MmaxBC=
*
I
=2t. 7.2 = + 3.6t
M,
*Ma=ry -
*
3.66 + 4.58
: +3.6
= +4.06t
3.66: +4.satm
Contoh 2:
'l
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.5.9'b. ), lihat juga contoh pada bab
6.3.3. kita menggunakan cara distribusi momgn menurut Cross, kemudian kita
menentukan semua reaksi pada masing-masing tumpuan untuk menggambar
diagram gaya lintang dan menentukan maximsl pada masing-masing bidang.
q
:
total 8.5tm
lz
:
6.0O m
tumpuan Rapada tumpuan rol atau engsel, dan menurut rumus (6.17.)kita menentukan R4 itu sebagai:
:q-'-t *tvtq-:1i-1f
R"
IlA"7--l__-{-43_-
,*", o,
: H'
- ljq:+1.641
Gambar 6.5.9.b
1.642
: + 1.34tm
.)
Perhitungan momen MmaxcD pada bidang CD.'
menurut perhitungan momen Mmax Co kita tentukan:
=,;' -ry=
RD
Mmax
294
CD
-
ryp'
2q
T-T:1224'
2.242
--{
lc = 5,00 m
:
I
k= 7
:k =
k
Y: rtk
1
1
1
1
(k')0.167
0.167
0.500
(k') 0.150
0.667
0.500
0.500
0.250
0.750
0.769
231
+ 2"50 tm
295
-
21.25
25.50 - 25.W + 2.83 - 2.83 + 26.56
- 9.12 - - 18.25 - 5.48
3.92 * + 7.95 + 23.4 - + 11.92
- 9.17 2,!5
+ 1.72
0.57 * + 1.14
4.37
* +
* + 0.4
0.98 0.73 * + 0.37
0.14 * -- 0.28
0.18 * + 0.09
12
@
MomenC
Momen 017
g.12
Momen Dpru,
1.6i
@*
o.2o
0.25
0.10
0.06
12
Momen
0.11
: -2.83tm
8.5 . 5.02
8
1
0.12 * +
0.20 * +
8.5-2.0'
=
2.83tm
2.18
0.55
_ g.l'
C6r",
Momen
E
=
26.ffitm
0
Distribusi momen menurut Cross:
o
Perhitungan momen jepitan Mo:
(lihat juga pada tabel-tabel bab 9. 2. 6.)
@
Momen/
o
0
MomenB*i,i--+=-!.5#g
=-
21.25tm
@
LMo
+26.56-2.83= +23.73tm
aMo *iri
LMo'rr: -
LMD kurun :
LMo'y= *23.73.0.231 : -5.8tm
aMc
-
LMc riri
LMc kunun :
LMo' u :
LM"'tr:
LMo
+ 11.92tm
LMo *iri
LMo'
kurr, = LMo. t, =
LMc
-
LMc k"nrn
Momen
296
- t#:
--9'5#g'
= - 25.fi tm
C*;;= MomenB = -25.50tm
@
y-
LMD
aMc xi,
Momen Bkanan:
25.50
aMa
aB kiri
LMa'P
23.73.0.769:
6.29
: -
31.79
+ 31.79'0.750
18.25tm
-
tm
:
+ 23.4tm
+31 .790.250: +7.95tm
: .52 .A.231 : -
-'11.92.0.769
-
'l
1
9.17 tm
2.75 tm
+
31.79
tm
-
11.92
tm
4.58 tm
LMc'y = +4.58.0.750= +3.4tm
: LM"' t, : + 4.58. 0.250 = + 1.14 tm
*21 .25 + 29-99: + 8.74tm
La. t, = - 8.74. 0.500 : * 4.37 tm
-
- 23.73 tm
8.74. 0.500
=-
4.37 tm
+
4.58 tm
-
8.74tm
dsb. "....
297
Menentukan momen maximal pada rnasing-masing bagian balok:
Menentukan masing-masing reaksi tumpuan:
Re
Ab 19.13 5.76 = 13.371
l'
211
: 9-!-L + M| = 19.13 + 5.76 = 24.Bgt
2t
=
RA
*iri
R B k"nun
R c
*iri
Rckrru,
RD
RD
RE
uri
kur*
q'
t
-- Q.lt
'
lz
2 *ryL--n4,
_
- Q.lr
2
Mc
- Mo =
lJ
MD
Q.lq + ---::
2
lo
:
a.n + o.1o = 8.60t
B.Eg
-
* Q'lq - YL :
lo
2
=
1,57 m)
MmaxDE=
(xpo=-'R. =
q
2.'l6m)
32.75t
*
=+19'74tm
- -;
- i - Mc : 34.31 - 17.80 = + 16.51tm
MmaxcD : rf, *Ma :+ 4.18 - 17.60: + 13.45tm
MmaxBC
R1^
Dengan hasil ini kita bisa menggambar diagram momen:
I
Gambar 6. 5. 9. d
0.10 = 8.60 t
32.58
=
t*as
51.741
Q'lz
: zs.il+ 1"35 = 26.851
I
211*ryt-Mc
_ ryE--itc : 25.s0 - 1.3b :24.1st
- Q.tz
l,
2
I
-
R"
MntaxAts:*=+10.521m
t1
^ .24 + 2.93
:
2r.2s,, 2.93 :
Us
I
24.1.81
18.32
-fte
t
t
+
Dengan hasil ini kita menggambar diagram gaya lintang:
Pada contoh 2 ini kita perlu memperhatikan dengan khusus momen maximal pada
tumpuan I yang dengon -25.85 tm jauh lehih besar daripada momen terbesar
berikutnya (bidang DE, + 19.74 tm.) Kemungkinan untuk mengawasi kejadian ini
tergantung pada bahan bangunan yang dipilih:
1.
a.
Konstruksi beton bertulang:
Pada konstruksi beton bertulang ada dua kemungkinan:
dengan merendahkan ketinggian puncak momen pada tumpuan I jikalau tiang
beton bertulang yang menjadi tumpuan I cukup lebar, kita boleh menggunakan rumus berikut:
Ms':Ms*
ms-4LAt
2
*, =Li * hlt4 ln
Gambar6.5.9. c
298
(6.58.
)
Gambar 5.5.9.e.
299
Perhitungan momen jepitan Mo:
Momen A,
A'
:0
Momen D
Momen Bp;,;
_q_'
l'
5.2. 6.42
:
l-
8
-26.62 tm
=
-
Momen D'
=
Momen Ckurun
P' a2' b
-21.23 tm
t, :-- LU =-l1.5qj!
20.32 . 4
: -
Momen D
35.92 tm
Distribusi momen menurut Cross:
Momen
B'p11
P'a.b
(t1al=
= --t,
15'3.6.28
2.e+
' to =
-
Momen B*i,i
-
18.46 tm
@ LMe
AMakiri
*45.08tm
aMc
_
Momen C1;
g'12
'LM,
12
=
Momen Bsrnu,
= -10.83
tm
+
10.83 ..
_
34.?q
u
- LMs.y- +34.2s 0.369: + l2.Mtnr
AMBkur", = LMe U=*34.25 0.63 1 = +21.61 tm
@ aMc
Momen 8.Kanan
45.08
@
xirt
rrrun
aM a xiri
aM I
-0.02+40.82= - +o.agll
AMc'y - *40.80'0.583 =
-23.79tm
AMc y =-40.80.0.417- +17.01 tm
=-
aMa
krnun
+ 34.25 tm
1'l
..
40.80 tm
+
11.90tm
.90 rm
tMe.p = + 11.90.0.369
AMe s = + 11.90.0.631
tnr
= +
4.39
= +
7.51 tm
)
|
dsb...... ......
Momen
C6r*
Momen C'kr*n
*
_
___tg' 12
5.2. 7.02
=__/__=
_ ._P.a.bz_ 20.3.4,
12 -- 7^0,
Momen C6n.n
--21 .23 tm
=
-
19.59 tm
-
t10.82
Menggambar diagram momen dan diagaram gaya rintang bisa rihat pada
contoh 2
bab 6.3.3. (gaya-gaya dan momen pada balok terusan).
tm
302
303
selanjutnya melepaskan satu per satu titik simpul sampai semua momen pada satu
titik simpul menjadi seimbang. atau boleh dikatakan resultantenya menjadi
7.
Konstruksi Portal statis tidak
tertentu
7.1. Konstruksi portal dengan titik simpul yang
kaku
7. 1.
4.
1. Pengetahuan dasar
sistim cross yang digunakan untuk perhitungan statika pada balok
pada sudut
terusan pada bab 6 juga dapat digunakan untuk menentukan momen
pada konstruksi porral, jikalau titik simpul tidak bisa bergerak, walaupun boleh
memutar.
(tidak
Titik simpul atau titik sudut pada konstruksi portal menjadi kaku
bisa
gaya horisontal
bergerak), iikalau misalnya konstruksi portal itu bisa menyalurkan
kepadalotengbetonatausuaianginhorisontaldankepadadindingbangunanyang
kaku. Akan tstapi hafrls dikatakan bahwa pada banyak konstruksi portal titik simpul tidak boleh dinilai sebagai kaku.
Misalnya pada konstruksi portal dua ruas dengan
gaya Fo (lihat gambar 7.1- 1. a. sebelah kanan) titik
simpul (titik sudut) dengan pasti akan bergerak di
bawah gaya Fo. Soal-soal seperti itu kita namakan
konstruksi porial dengan titik simpul yang goyah
nol.
Semua batang harus dihitung sebagai balok terjepit atau terjepit sebelah. Selama
pada satu titik simpul resultante momen belum menjadi nol kita harus memasang
satu momen distribusi seperti pada balok terusan.
Perhitungan momen boleh digunakan menurut urutan berikut:
1. Perhitungan momen iepitan pada ujung kiri dan kanan batang masing-masing
sebagai balok terjepit atau balok terjepit sebelah'
2. Menentukan resultante momen jepitan lLMl pada titik simpul masing-masing'
3. Membagi momen distribusi menurut angka kekakuan batang pada batang
5.
masing-masing
(zt) ke
Menyalurkan momen jepitan (momen residu) menurut koefisien induksi
titik simpul berikutnya.
Menentukan resultante momen jepitan (AlV) pada titik simpul berikut dan
seterusnYa menurut 2' s/d 4'
Memperhatikan perjanjian tanda ( +
bab 6. 5. 2.
,
-
) pada sistim Cross seperti dibicarakan pada
7.1.3. Contoh-contoh
contoh
1: Konstruksi portal dengan titik simpul yang kaku, lihat Gambar 7. 1. 3. a.
berikut.
Dicari: Mirmen-momen pada tumpuan. titik simpul dan pada batang, reaksi tumpuan-tumpuan dan diagram gaya normal dan gaya lintang'
2
Fo
(lihat bab 7. 2.).
GambarT' 1' 'l ' a'
gaya
Pada perhitungan momen pada sudut portal pengaruh atas gaya normal dan
lintang boleh pada prakteknya dihapuskan'
portal menurut cross boleh digunakan hanya pada
Perhitungan konstruksi
konstruksi portal dengan momen lembam
/
pada masing-masing batang meniadi
tetap.
7.1.2. Cara distribusi momen menurut Gross
DenganmenggunakansistimCrosspadakonstruksiportalkitabisa
akan bisa
menentukan momen piaa suout-sudut. Dengan momen itu kita
normal dan gaya
menentukan reaksi tumpuan, momen pada batang-batang,'gaya
lintang.
MenurutCrosskitatentukansemuatitiksimpulsebagaikakudandenganbegitu,
batangmasing.masingmenjadibalokterjepit.Sepertipadabalokterusankita
304
Gambar 7. 1. 3. a.
6
Momen lembam /:
batangl
batang2
batang3
batang4
batang3
-3\*
- 4| +
-4 +
5
-6
- +
B, H,
l=-=
'12
=
67'500 cm{
/ = 686'6O0 cma
I = 416'000cma
/ = 160'000cma
305
batano4
uatanJ5
-
7I
| = 312'5oo4cm4
- 8l-
Perhitungan momen jepitan:
q = 4tlm
Angka kekakuan batang k:
batangl-3
batangz-4
batang3 - 4
batang4 - 5
batang3 - 6
i::ffi;_;
*,, I
krn I
k..
ko.,
kr"
I[]
Koefisien distribusi p:
Titik simpul3:
=
L"
= . 981
Lr.u
= 320 cm3
- 1'465.75 cm3
rkg
168.75 cm3
cm3
981 cm3
832 cm3
320.cm3
=
625 cm3
#Mqs=M?.q="
batang
3-l
batang 3.-4
batang
-,
:
g.,:
-, yrn:
3-6 -. pr3_u:
rq6e7s =
981
1469.75
320
=
= Sl
cm3
batang
4-3
=
1.0(X)
:
0.376
zooo.Ts =
batang
kn-s
832
cm3
ko-z
625
cm3
4-5 -, po_u: 832 = 0.319
2606j5
625
batang 4-7 -, po., =
= 0.240
1O4O
tcm
-6
+1
f-T7jd1
_t9
GamLrar 7. 1. 3. b.
oo
:H:]I;H
tE8
:-,
**l**NBlBgs
=1
l-196
H:tlffiiq
r273
F] r+lt{l+tt++t
I I l**:
LLlt
3
+ ll
eooo iZ
I
eoo
+369
+17
:_3.
L{!9J
0.065
zooo7s =
.
&r
k4€
= &12
cm3
[ratang
5-4 -, p5-o=
Lr{
= 625
cm3
batang
5-8 -,g5"=
:lq
=
cm3
832
u57
625
1457
f;td
.6
3t)
-+l17
t:iid
zoooTs
-19
-t7E
=
1.000
=
0.570
'I
koefisien distribusi p:
1'457
:
batang
2'606.75 cm3
Titik simpul 5:
12 = -10'40tm=
- 104O tcm
L2261
168.75 cm3
=
12
5.0 . 5.02
t.J0t
168.75
4-2 -, yo_r=
Mq.s
-
-35/,
981
..,r4_3:
Ms,c=
0.667
(5)
koefisien distribusip
_q'l'=
-'Y'3'4=-12=
0.1'15
0.218
raogTs =
rFs
Mq,s-
Distribusi momen menurut Cross:
168.75
\n
:&
306
=
=
=
: -16.3[ttm=
- 1G33 tcm
- 1633 tcm
---=;-tz
3
-
Titik simpul4:
k3.
67',500
= 400 = 1€i8.75 cm
koefisien distribusip
k,_r
4.0 .7.02
p1.,_*9_!,
.
&s = I.000
-+8
+
/65
Kita mulai dengan distribusi momen pada titik simpul dengan resultante momen
jepitan aM yang terbesar, pada contoh I ini, dengan titik simpul 3. Resurtante
jepitan LMrpada titik simpul 3 ini nrenjadi + 1,633.tcm, yang akan
Tomen
dibagi sebagai momen distribusi kepada batang 1 _ 3, batang 3 _ 4 dan
batang 3
= 0.€0
r.10a
-
6 menurut koefisien distribusi g:
AM3= + 1633tcm.
AM31 ..
- 1633 0. 115 : - 188tcm
LMro- -- 15i!3.ttE7 - -108gtcm
AMs'= -1633.0,218= - 356tcm
l
J
-
^M.=-1633tcm
307
Momen distribusi ini .akan disalurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang
berikut menurut koefisien induksi y:
kepadatitiksimpul 1:- 188.0.5=
kepada titik simpul4 : - 1089 . 0.5 :
kepadatitiksimpul6 : - 356. 0.5 :
2. AMq = -
1633
-
545
+
10210
94tcm
-
=-
tcm
178tcm
545
Disitribusi momen berikut dilakukan pada titik simpul 3 dengan AM, : 1 214
- 216 : + 168 tcm dsb. sampai distribusi momen kesepuluh (sampai semua
resultante momen jepitan pada titik simpul masing-masing menjadi nol).
Menggambar diagram momen :
Pertama kita tentukan tanda (+,-) dari momen-momen yang baru diteniukan
dengan sistim Cross.
1138tcm
= + 1138' 0,376 = + 428tcm
AMq,z= + 1138'0,065 = + 74tcm
LMq,s = + 1138' 0,319 = + 363tcm
AMqt = + 1138'0,240 = + 273tcm
LMq,s
5.
t
I
AMq
=*
Momen pada batang-batang yang horisontal adalah positif ( + )jikalau ada
gaya tarik pada sisi bawah dari batang horisontal itu, dan menjadi negatif
(- ) sebaliknya.
Momen pada batang-batang yang berdiri adalah posisif (+ ) jikalau ada
gaya tarik pada sisi dalam (pada portal) atau sisi kanan (pada tiang tengah)
dari batang vertikal itu, dan menjadi negatif (- ) sebaliknya.
1138rtcm
Momen distribusi ini akan disalurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang
berikut menurut koefisien induksi y:
kepada titik simpul 3 '. + 428. 0.5 :
kepada titik simpul 2 : + 74 .0.5 :
kepadatitiksimpul 5:+ 363.0.5
kepada titik simpul 7 : + 273. 0.5
3.
+
+
=+
=+
214 tcm
37
Atas dasar perjanjian tanda
tcm
182tcm
137
Pada
tcm
- - 1040 + 182: - 858tcm
LMs,o: +858.0,57: +489tcm
AM5
LMs,= +858.0,43: +369tcm
)
l
t
-L
Mu
= + 858tcm
: + 245tcm
8: + 369.0.5: + 185tcm
kepadatitiksimpul4 : + 489. 0.5
titik simpul 3:
batang3-4=-6.02tm
batang3-1: +2.O8tm
batang3-6= -3.96tm
Pada
Momen distribusi ini akan disalurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang berikut menurut koefisien induksi y:
kepadatitiksimpul
(+,-!
ini kita boleh menentukan tanda-tanda momen
seperti berikut:
titik simpul4:
batang4-3*-18.82tm
batang4-2= - 0.61 tm
batang4-5=-15.95tm
batang4-7 = + 2.26tm
titik simpul 5:
batang5 - 4 : - 3.83tm
Pada
batangS*8: -3.83tm
Padatumpuanl
= -1.04tm
Pddatumpuan2: - 1.30tm
Padatumpuan6: + 1.98tm
PadatumpuanT
=-
1.13tm
PadatumpuanS: + 1.92tm
-1,04
4.
Distribusi momen sekarang mulai lagi pada titik simpul dengan resultante
momen jepitan yang terbesar. pada contoh 1 ini, pada titik simpul 4:
LMA: + 245tcm
LM^.s: -- 245 .0,376 : - 92 tcm
AMo.z= *245.0,065: - 16tcm
-245tcm
: *
AMo., : *
AMq,s
: 245. 0,240 : 245.0,319
78tcm
I
59tcm
I
- ^M4=
Momen distribusi ini akan di5alurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang berikut menurut koefisien induksi y:
kepada
kepada
kepada
kepada
titik simpul
titik simpul
3:
2:
titiksimpul5 : titik simpulT : -
92. 0.5
16. 0.5
78. 0.5
59 . 0.5
: ==: -
3,04
tcm
tcm
39tcm
30 tcm
46
8
299
2
Gambar 7. 1 . 3. c.
+1,98
308
Mpn
309
(Penentuan momen maksimal pada bidang masing-masing lihat selanjutnya
sesudah penentuan reaksi tumpuan dengan gambarT. 1. 3. h.).
Menentukan gaya lintang (O):
Oleh momen iepitan pada ujung-ujung batang dan bebanan pada batang itu kita
bisa menentukan ukuran gaya lintang menurut rumus (6. 16.) berikut:
Rs,q=-14.92+5,0'5,0
^.,u=H#&=1,le*
dengan Oo : Gaya lintang oleh beban pada sistim dasar (balok tunggal)
Untuk menerangkan momen pada ujung batang masing-masing untuk perhitungan
gaya lintang kita gambar sistim statis dari portal tsb. dengan ukuran dan jurusan
momen:
I
86 = 1,19t*
,0,,
M".M
= 10,08
AsA=
-
10'08t
..".Os,0-Oo=-1,191
I
=ulii4:0,68t*
I
R7 = 0,68t*
""'Ql-Q7=+0'68t
I
,r.r=E*W=1,15t*
I
Rs = 1,15t -
OO)
tl
I
Hasil digambar pada sistim statis dari portal tsb:
.
GambarT. 1.3. d.
Untuk perhitungan gaya lintang pada batang yang vertikal dan yang tanpa beban
kita hanya perlu menentukan reaksi pada tumpuan dengan hasil berikut:
Gaya lintang:
Reaksi pada tumPUan:
R1
_ 1,M + 2,08:
R?,.r
=
4,0
0.78t
*
0.78tt
Rq,z
= 0,23t *
Rs,t
-
4,0.7,0
2'
Dengan menentukan tanda ( +
gambar diagram gaya lintang.
I
...C,2:O.q,z- -0,231
I
6,02
-
18,82
7,0
12,17
tt
Q,+
=+
-
) dari gaya
.l.3.
e.
lintang seperti berikut. kita bisa meng-
Gaya lintang pada batang yang horisontal adalah positif ( + ) jikalau
batang sebelah kiri dari satu potongan sembarang akan naik ke atas, dan
menjadi negatif (- ) sebaliknya.
Gaya lintang pada batang yang berdiri adalah posisif (+ ) jikalau balok
sebelah bawah dari satu potongan sembarang akan bergerak ke kiri, dan
menjadi negatif ( - ) sebaliknya.
Pada gambar diagram gaya lintang kita perhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
15,83
t
t
O+,s
=-
15'831
5,0 ' 5,0
x+s=
2 -
14.92
t
I
Q,s
=+
14,921
310
,
GambarT.
12,17t
Rq,s=-12,17+4,0'7,0
15,95 -'3,83
5,0
2s=1.1s
.....O1 :Os,r:-0,78t
I
:0,23t-
R2
I
PrQm
Pada batang yang horisontal gaya lintang yang positif ( + ) cligambar sebelah atas
dari batang itu, dan yang negatif (- ) sebaliknya. Pada batang yang berdiri gaya lintang yang positif ( + ) digambar pada sisi luar (pada portal) atau sisi kiri (pada tiang
tengah) dari batang vertikal itu, dan yang negatif ( - ) sebaliknya.
311
a78I
Gambar 7. 1. 3. g.
q68
l0tt
1,15
Gambar 7.
1
. 3. f
.
Gaya pengikat horisontal pada titik simpul (Fr):
Konstruksi portal dengan titik simpul yang kaku pada contoh 1 ini menjadi kaku
Menentukan reaksi-reaksi tumpuanr
Dengan ketentuan momen-momen jepitan, gaya lintang dan gaya normal dan gaya
pengikat horisOntal pada titik simpul 3 sebetulnya semua 14 reaksj tumpuan sudah
diperhitungkan.
Reaksi tumpuan tsb. adalah:
oleh pengikatan horisontal pada titik simpul 3.
Reaksi tumpuan horisontal {Fr} adalah:
padatumpuanl:
o,nt
b uett
pada tumpuan
+
+
A23
+
q8
+
u,f
ZH = 0 = - 161*0,78 + 1,'19 + 0,23 - 0,68 Fs= 1,42-2,61 = - 1,19t(gayatekan)
1,15
Menentukan gaya normal (lV):
Pada konstruksi portal seperti pada contoh 1 ini gaya normal bisa ditentukan
sesudah gaya lintang ditentukan.
Menurut gambar 7, 1. 3. e. dan perhitungan reaksi tumpuan pada titik simpul 3 kita
bisa menentukan pada bdtang-batang yang horisontal:
Nr.o
-
No.s=
1.,19
- 1,19 = - l,60t
1,60-0,23+0,68:
-1,15t
-
Q,'78-
dan pada batang-batang vang berdiri:
Ns.o= -12,17t
Net= - 15,&3- 14,92= -30,75t
N s.a =
- 10,08 t
R,n = -
M1
2: Rrn =
M2 =
padatumPuan6: F. =
padatumpuano: nru =
8'n =
Mo =
padatumpuanT: R* =
R-ln =
M7
padatumpuanS: 8ru =
8rn
MB =
0.78
1
1.O4tm
+ 0.23 t
- 0'30tm
+ 1.19t
- 12.17t
$ 1'19t
$ 1'98tm
-30.75t
-
+
0'68
1
tm
10.08t
1.'13
1.15
t
1'92tm
Pemeriksaan m€nurllt syarat-syarat perseimbangan
:
2V = 4,0.7,0 + 5,0. 5,0 - 12,17 -30,75 - 10,08 = 28 + 25- 52,0 = 0
2H = *0,78 + 0,23 + 1,19 + 1,19*0,68- 1.15 = -2,61 + 2,61 = 0
Reaksi pada tiap-tiap tumpuan:
t&'tm
Gaya normal diperhitungkan gaya tarik sebagai positif (+ ) dan gaya tekan
sebagai negatif (-).
Pada gambar diagram gaya normal kita perhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
Pada batang yang horisontal gaya normal yang positif (+ ) digambar sebelah bawah
dari batang itu, dan yang negatif (- ) sebaliknya.
Pada batang yang berdiri gaya normal yang positif (+ ) digambar pada sisi dalam
(pada portal) atau sisi kanan (pada tiang tengah) dari batang vertikal itu, dan yang
negatif (- ) sebaliknya.
312
GambarT. 1.3. h.
t!fr
Menentukan momen maximal lMrdan M*l:
Momen maximal bisa ditentukan seperti pada
balok terusan pada rumus (6. 57):
313
rumus (6.57.)i
yaitu:
M^r,
R-2
Angka kekakuan batang
i--Mc
12.172
Mx
*#-3.&l-
+ 6.32tm
Ukuran x dan xr dapat ditentukan pada tempat gaya lintang menjadi nol:
A,
batans't
-2'
ki,r=
!]- = 3 lgp
14h,45O0
batang3
- 4t
ki," =
14hr4m
-b'!- =g'
Z.q.O-6.02:+12.5tm
M,,
batans2-3*
k;r=+
Koefisien distribusi
12.17-4.0'x:0
f:
kr,z
. t'-;
t6
=,.:],",",2eemdaritianstensah)
x dan x,dapat diukur dari tumpuan dengan
reaksi iumpuan verfikal yang terkecil
(lihat gambar 7. 1. 3. h. dan diagram momen 7. 1. 3. c. ).
Contoh 2: Konstruksi portal dua ruas. Dengan suai angin konstruksi menjadi kaku
pada titik simpul (sudut). Menentukan momen jepitan untuk beban konstruksi atap
(loteng) dan untuk beban horisontal oleh tekanan angin.
:
kz.r
=
Ekz =
:
= #=?fficnf
koefisien distrilcusi p:
batang 1
24O cm3
batang
2'?fscm3
- 2- ur,., =ffi=0.095
2-3*ur.r:ffi:qS
ZPz
2'520 cm3
titik simpul 3:
koefisien distribusi p:
kr.r
batang 2
=
2,2&) cm3
=
Ik, :
2OI cm3
ke,r
2'431
201 cm3
p:
titik simpul 2:
or' = -10;G
1073P
= 240cm3
=
- 3* nr., :#=0.920
batans3-4*r.,.=ffi=o-.P
&s:
"* '
Perhitungan momen jepitan:
momen jepitan oleh beban merata (konstruksi atap) g
M,: M,:
1'000
- # : -i#
:
1'000
:
4.0
t/m
-21,33tm
Distribusi momen menurut Cross: (diperhitungkan seperti biasa)
oooo@@
6 Ed66rbNr6brcoi**lJo]
Gambar 7. 1. 3. i.
Momen lembam
-296
/:
'batangl-2 - /: 1e_l{' :
12
34it4'
batang2
-3
/=
batang3
-4
:
l: 3,0:ry'
12
3t4
:BEESIPTF\I I IISI
I *1'1*,1* ,l* ,l* 'l*,lL!
12
=
_lJ
=
't6,00 dma
182,@dma
10,72dma
=
=
16O(XX) cma
---J
-t
trT7d
qts *rs qrsqET
lEllrotq
l{t
t\Eh6N5tqsts.
15il
I
I
tNNN+tqr
I rll+ rl+ rl+ rl+ rl+ rl+
eocooe
1.r71
l;m
;-5
@
1822000cma
10710 cma
GambarT. 1.3. k.
315
Menggambar diagram momen:
Pada permulaan contoh 2 ini kita menentukan bahwa konstruksi portal dua ruas ini
dengan memperhatikan perjanjian tanda kita bisa menggambar diagram momen
oleh beban merata (konstruksi atap)
o=
boleh dihitung dengan titik simpul sebagai kaku oleh konstruksi suai angin.
Sekarang kita harus memeriksa, apakah suai angin betul cukup kuat untuk
4.0 tl m seperti berikut:
menerima gaya horisontal oleh tekanan angin.
Menentukan gaya lintang (O):
Untuk perhitungan gaya lintang pada.batang yang vertikal kita hanya perlu menentukan reaksi horisonlal pada tumpuan masing-masing.
ZMz= o = Rn's.oo +
Rtt
Gambar7.1.3.1.
Perhitungan jepitan momen jepitan:
momen jepitan oleh beban (tekanan) adgin
w = 1.2t/
M2=
^ -375
(l)+
36
-
+--2
r--2.
l-d291
-ry{
=
-*(1!_!g
12'!t
+
M2l
*
m"
=-3,0+
tf
1.2'5.02 0+3.29
xzl=
z - s.o
m
=
-12y
Mz- Mz ^
n2'3=8po =-
= _3,75tm
Rs,z
=11
-J
=
3,29
-
0,18
= * z,ut
-01
= + 3.66
=42
1
=+0'431
8po
+ 0.43t
)
Mz
0,1R
^Re,q: - ?,
= -rn = -o,ost
E,!J
Distribusi momen menurut Cross:
fiqA=
I
-o.ost
I
Gaya pengikat horisontal pada titik
=Q2's
=
o,,o
simgul2lF):
Dengan memperhatikan catatan di bawah gambar 7. 1.3. n. reaksi gaya pengikat
horisontal F, harus disalurkan oleh suai angin: (pada perhitungan kita memilih
jurusan F, dari kirl ke kanan)
Gambar 7. 1. 3. m.
Menggambar diagram momen:
dengan memperhatikan perjanjian tanda kita bisa menggambar diagram momen
oleh beban (tekanan) angin w = 1 .2t/ m seperti berikut:
Fz:
R2,.,
*
Be,o
Tanda minus
=-
(-)
3,66
1-
0.05 1
=-
3.71
t
menentukan bahwa pilihan jurusan
F,
dari kiri ke kanan
sebetulnya salah, dan F, berjurusan dari kanan ke xiri, yaitu gaya tarik.
Menentukan gaya normal
(y't/):
N,,r= Or,r= +0.213t
Ns.a=
-Qz,s: -0.43t
Nz,s:Fz*O2,,= -3.71 + 3.66=-0.05t
Menentukan reaksi-reaksi tumpuan:
reaksi tumpuan masing-masing oleh tekanan angin (w) adalah:
R,* = -2.!ll
R'u = -0'43t
pada tumpuan 2 : F, =
- 3.71t (oleh suai angin)
padatumpuan4: Rou = +0.€t
Ro* = -0'05t
padatumpuanl:
Gambar7.1.3.
316
n.
-
317
Koefbien distdrusi p:
titik simpul 1:
Menentukan momen maximal dsb. menurut contoh. 1.
Contoh 3:
Konstruksi portal bertingkat menurut garnbar 7. 1. 3.
pengikat horisontal Fo, dan
o. Dengan pertolongan gaya
d,, kita bisa menentukan sistiminisebagai
kaku.
Dicari: Momen-momen menurut Cross.
tot
3p0
q=\0t'/n
Fot
tot
25/35
For
4
2s/60
-25/65
2s/45
25/t
batangl
-2
-
r1,2= 1251 = 0.762
batangl
-4
-
111,4=
titik oimpul2:
koefisien distribwi p:
I
a
s
krz =
L. zh =
g(Dcnf
2S crf
l'198crrP
=450000crd
fficnf
kr,
kr, = 953 cnf
kt, = 474crr?
Ik = 1'725"*r
batang3 -2 +
batang3
25.46
It"
La
|!*
q"
:\
= 189600 cma
/s,s : 260000 crna
/a,z
=
=
=
=
318
r.,r=
batans4._S -
batans4-1
-7'
p4.1
=#=0.173
Fr,s
=
#
= 0.552
ret
=
ffi
=-!.ns
'+4
cnf
2'e+z
cnf
batang 5
-
6
batang 5
-
8
900crYf
batanss
-
*
F5,6=
ku = So"t
L, = Ecrnr
k'u-e = 250 cnr3
:\ = 1',r148 cnf
= 1'([0
=0.32i!
=o.ru,
# =0.*
P5,8=ffi=o.u
IPs
titik simpul6:
1'000
ffi -o'^t
651
444cnf
=
:
-4 + rr.o= #
batanss -2 + ,r.r= #
953 cnr3
:953cms
I :- s7?W
600
kr,, t
batangl-2
kr,rdanks,o:900cms
batang2 - 3danbatang5 - 6
k,.o dan k..u -- 298 cm3
batang 1 - 4 dan batang 3 - 6
batang2-5 kz_s=444cm3
batang4-7 ko,:474cnf
batangS-8 ks.s =650cm3
batango-e ,'o, : 1_ffi = 25ocm3
'+2
koef isien distribusi p:
Angka kekakuan batang k:
i
yz.t=
koefisien dbtribusi p:
titik simpul 5:
= l.(trO
+ F3.6: M :_ j!1s
- 6
iiss
:re = l.(trO
batans4
25 - 353
=_0!s
# = o.oto
batans2-3 + ,".r= ffi:0.$2
batans2-s * ,r,u=#-iJg
ko€f isien distribusi,r
titik simpul3:
titk simpul4:
25.653
batang4-5 + ko,u
:rr
1-
batans2-
Momen lembam /:
lz,z: ls,a=25'a603
2S
1%1
6
0
Gambar 7. 1. 3. o.
.
953
kr-, = 963 crnl
kr. = fficrna
Ek, = 1'251
"rP
9tB cnf
L-, =
l9:. : 900 cnf
t-. = 444cm3
z\= 2'an cms
+
koefisien distribusi p:
= l'GD
koefisien distribusi p:
+ ,.,u= #
batang6*3 + r.,.= ffi
batans6-9 4 ,r,r=ffi
batans6-5
-O.V2
=0.Z)6
=-o.y
:+t6 =
1'000
319
--\
Perhitungan momen jepitan:
pada titik simpul3
Mt,t= Mz,t= -4r!gj!{eu =
Mz) =
M\t=
Mt,s
Ms,n
Ms,a=
=
-'o'H#'*
-
-
-
1o'o 'l-Lq' 5'0'?
-
1,0)
padatitiksimpul
=
-
8,ootm
15,0 . 6.0
8
15,0' 6.0
=-
M,s= -18'oo- 5'oo=
-
=-
18,19 tm
=-
12,64 tm
1l,25tm
Distribusi momen menurut Cross:
Menggambar diagram momen
TIT]T]B
-303
:rra
+78
;Ti|
+41
ft-rTit
;t0
+l
fiia
oo
Pl
t:
2.48tm
=
=
=
=
=
=
=
=
=
+ 4.37 tm
-* 9.10tm
4.73 tm
16.61
tm
- 'l
+
+
5.14
0.95
0.52
4.55
2.80
tm
tm
tm
tm
tm
1.75 tm
:
GTBa-l
o@o
-1
-10
+210
-291
-t
1
I
_Jl
+8
l-12d
+12
2
6
+180
+21
-,
-o
-
oo@
@o@
sxE$Br**NI
Nqtn$t
i * ,l * rl* .l[*]
Enil,
batang 3
batang 3
4: batang4batang 4
- 5
batang 4
- 7
pada titiksimpul5 : batang 5
- 4
batang 5 - 6
batang 5 - 2
batang 5 - I
padatitik simpul6 : batang6 * 5
batang 6 - 3
batang 6 - 9
pada tumpuan 7:
= + 2.37 tm
pada tumpuan 8:
= - 0.26 tm
12,otm
(5,0
:
+00
52
-463
lEll'9sEle*
+l
lPll rl+
I rl+r
=-0
-1
Lltr+
r
@oo
l-4731
l-uitr*qrqqs
*lB*i
lsllr +l+ +
lLl
oo
+175
@
r
I
Gambar 7.
1
.
3. p.
Atas dasar perjanjian tanda ( +, - ) bagi momen-momen kita dapat menentukan
tanda-tanda momen seperti berikut:
1: batangl-2 \
batangl-4 t
pada titiksimpul2 : batang2
padatrtiksimpul
1
batang2
batang
320
2-
3
5
= - 4.28 tm
- 13.95tm
= - 12.57 tm
= + 1.38 tm
321
7"2. Konsiruksi portal dengan titik
simpul yang goyah
7.2.1. Penurunan tumpuan pada balok terjepit
Gambar 7. 2. 1. c.
Jikalau pada satu balok terjepit satu tumpuan mulai turun vertikal ke
bawah, penurunan tumpuan itu mengakibatkan momen jepitan pada dua tumpuan
jepitan yang mempunyai ukuran dan tanda (+,-) yang sama sebelah kiri dan
sebelah kanan. Besarnya ukuran tergantung pada ukuran penurunan tumpuan d
(yang selanjutnya dinamakan sebagai koefisien pergoyangan) dan pada angka
kekakuan batang. Pada balok terjepit dengan momen lembam / tetap, momen
jepitan (Mn) menjadi:
Mix=
=u*',0 r
dsn.k: l/l
3E. l.d
4E'd
--tk'
dgn.
k'
=
3t
4l
, ='u;:" :
3
ffi000 cm{
Angka kekakuan batang k'.'
3 880000 :
k'tz: 4
800
- 3
k'z-r--
3 880000
?'
600
:
825 cm3
1100 cmr
Koefisien distribusi:
terusan misalnya atau konstruksi portal menurut sistim Cross.
=
koefisien distribusi:
825 cm3
batangl
-2
Ft.z*
ki-: = 1'100 crn3
Ik, : 1'925.'n'
batang2
- 3
Fz,t=
k'r-t
0.2.t
ditentukan, kita selanjutnya bisa mencari momen masing-masing pada balok
825
1925
1
100
1925
Zp,
=
A,4fr3
=__qtr
-
1,000
Perhitungan momen koreksi pergoyangan (M4):
Gambar balok terjepit
dengan penurunan tumpuan
Mi*z,t =
Gambar7.2. 1.
sebelah L
-
titik simpul 2:
Sesudah momen jepitan (M,rl oleh ukuran penurunan tumpuan d pada balok terjepit
Gambar balok teriepit
batang 1 -- 2dan batang2
batang2
(7.1.1
dan pada balok terjepit sebelah momen jepitan (M,rl menjadi:
1t
/-'
batangl-2
+6+d
Mi*: +
Momen lembam
a
!:f*!
Mikz,t:Ll-!
k,t.z
: 4-?1#ryj
k,z-t
:
B2s
=
2600000 kscm
1'219009'3 1r00
-
4620000kscm = 46,2tm
=
26,00 tm
Distribusi rnomeft menurut Cros6:
+Hi*
dengan penurunan tumpuan rol
+
|
0,42s
|
l+
Ek.ts2s I a2y 0.572
Gambar7.2. 1. b.
Contoh: Pada balok terusan dari beton bertulang tumpuan 8 mengalami
penurunan tumpuan sebesar 3 cm oleh karena pondasi di bawah tiang itu tidak
cukup kuat. (E : 210'000 kg/cm2).
Dicari: Momen koreksi pergoyangan lM,rl yang timbul oleh penurunan tumpuan I
itu.
322
Contoh ini memperlihatkan dengan Mix = - 34.65 tm suatu tegangan yang tihggi
sekali pada sistim statis tidak tertentu oleh suatu turunan tumpuan yang agak kecil.
323
,/
7.2.2. Berpengaruh atas titik simpul yang goyah
Momen jepitan Mopada konstruksi portal yang terjepit dan dengan titik simpul yang
Seperti berulang kali ditentukan sistim cross sampai sekarang hanya
boleh dilakukan kalau titik simpul pada waktu mendistribusi momen menjadi kaku.
Ketentuan ini pada banyak hal tidak betul. Tanpa misalnya loteng dari beton bertulang atau konstruksi suai angin yang khusus, hampir semua konstruksi portal
kaku adalah:
menjadi goyah.
Mo.r: *
Mo., -* *
Mo,z =
Mo,t- *
contoh: Konstruksi portal yang terjepit. Untuk memudahkan perhitungan ini kita
tentukan, bahwa angka kekakuan batang k : 1 untuk semua batang. Atas dasar
itu, koefisien distribusi F : o.s untuk semua batang. Harus diperhatikan, bahwa
Momen jepitan dengan tanda (index) Mo menentukan, bahwa momen jepitan itu
ditentukan pada konstruksi portal dengan titik simpul yang kaku. lni hanya mungkin
oleh gaya Fyang menerima gaya horisontal pada batang 2
3.
koefisien induksijuga menjadi
y:
2.69tm
5.38 tm
4.22tm
2.11tm
-
0.5 seperti biasa.
Suatu gaya pengikat horisontal (F) menjadi positif (+ ) jikalau jurusannya
ke kanan, dan menjadi negatif (- ) sebaliknya.
Untuk menerangkan momen jepitan pada tiap-tiap ujung batang pada perhitungan
gaya pengikat horisontal (fl kita menggambar sistim konstruksi portal yang rer.jepit
dengan masing-masing momen.
Gambar7.2.2.
Perhitungan momen jepitan
a
:
Mt,z : -
P' a'
bz
t?
P'
Mt,z : *
a2' b
t,
12,0:?,9_-:,0' _ _
8 64
9,0,
Gambar-l
,3t;_9.4=_5,76tm
Perhitungan gaya pengikat horisontal F0:
Gaya pengikat horisontal Fo = gaya lintang A.,.,
ZMt =
Distribusi momen menurut Cross:
ocoe
rll
Q
= Qr,z' 4,0 + Msj +
c
*
ArA
Ms,2
At.z: -114(Mo,j+ Ms,2l: -114
ZM4 = 0 = O:,q' 4,0 - Mo,s
- Mo,q
(2,69
+ 5,38) = -2,02r
As,q: 1/4(MsB + Mo,ql = 114A,22 + 2,11r,: 1.58t
Fo= -2,02+1,58: -0,44t
BBlagRe**tm
6+R
I
ldl
* ' + r+ r+
.2.2.
t_
il
Atas dasar perhitungan ini kita lihat, bahwa gaya pengikat (Fo)jurusannya ke kiri.
Tanpa gaya pengikat horisontal (Fo) konstruksi portal yang terjepit bergerak ke
kanan dan perlu diperhitungkan lagi sebagai konstruksi portal dengan titik simpul
yang goyah dengan koefisien pergoyangan d. Koefisien pergoyangan d mengakiGamt:ar7.2.2.tt
324
batkan momen jepitan M,* sebagai tambahan bagi momen jepitan Mo yang bisa kita
tentukan dengan cara distribusi momen menurut Cross.
t
325
Jalan lain sebotulnya lebih berguna. Kita memilih suatu koefisien pergoyangan J
(ukuran bergerak) dan menentukan momen jepitan M;p menurul bab 7. 2. 1. Oleh
momen jepitan Mp pada batang vertikal kita mendapat suatu gaya pengikat
horisontal F;1
Oleh karena gaya pengikat horisontal Fo pada konstruksi portal dengan titik simpul
yang goyah harus menjadi nol kita memilih koefisien pergoyangan J {ukuran
bergerak ) begitu, supaya :
Fo-i'F*=O
atau n=-
F9
(7.3.)
Fik
Selanjutnya momen jepitan Mp oleh kcefisien pergoyangan
dengan fektor oengikaf g. Momen jepitan Makhirnya menjadi
d harus
Perhitungan gaya pengikat horisontal (F;1i;
3,00tm
r\
1l-
2M.r:0
400 tm
I
J-i- J*
!00
tm
400 tm
Fik' 4,0 + 3,0 + 4,0 + 3,0 + 4,0 = 0
- = 3,0+4,0+3,0+40
t*
=
q,o
Gambar 7. 2. 3. c.
dikalikan
menurut rumus (7. 3.) kita boleh menentukan
M
:
Mo + F' Alli*
3.5t
v.4.t
Lebih mudah lagi momen jepitan M bisa kita tentukan jikalau kha tidak memilih
J, rtelainkan langsung memilih momen jepitan /1,f1.
koef isien pergoyangan
7.2.3. Contoh-contoh
Contoh 1: Konstruksi portal vang terjepit, lihat gambar 1.2.2. a. mengalami
pergerakan sebesar d (koefisien pergoyangan). Pergerakan d menjadikan momen
Mp.1 ,2danM;p43sebesar + Stmpadabatang 1-2dan mornen M,y1,1 danMp3.4
sebesar "+ 5 tm pada hratang 3-4.
t,: . #
:0,126
I
dengan:
(F" lihat pada gambar 7 .2.2. d.l
menurut rumus (7. 4.) kita boleh menentukan momen jepitan M seprti berikut (Mo
lihat di bawah gambar 7. 2.2. b.l:
M : Mo + i' M, = Mo* 0,126 tm
Mt: Mo,t+ y'Mr,, : + 2,69 -0,126'4,0
Mz: Mo,z+i'Mt,z: - 5,38+0,126'3,0
Mz: Mo,z+y'Mt,t - - 4,22-0,126'3.0
Ma : Mo,o + y' Mr,o = + 2,11 + 0,126' 4,0
:
:
:
:
+ 2,'l9tm
- 5.00 tm
- 4,60tm
+ 2,6'l tm
Contoh 2: Konstruksi portal yang terjepit seperti pada contoh 1, tetapi dibebani
oleh gaya horisontal P
=
3.0 t pada tiang 1-2.
Angka kekakuan batang * = 1 untuk semua batang. Atas dasar ini koefisien
distribusi g = 0.5 untuk semua batang.
Gambar 7. 2. 3. a
Distribusi momen (Ma) menurut Cross:
Hasil momen Mipadalah:
Mi*.t =
Mi*.2 :
Mi*,s =
Mi*.q =
-4.0tm
+3.0rm
-3.0tm
+ 4.0tm
Gambar 7
326
2.3.
b
Gambar 7. 2. 3. d
321
Perhitungan momen jepitan
M, "
:
h
88 = -3-.9_-4'0 = -
P'
: M,. = -
1,Stm
Distribusi momen menurut Cross:
s .. b,i<-
';',i -l:
Hasil momen jepitan Mo adalah:
t5a
Mo.r = - 1.9tm
Mo.z = -0.7tm
Mo,r = +0'2tm
Mo,a : - 0.1tm
t5-
"a:a
Catatan: Pada contoh 1 dan 2 momen Mp oleh pergerakan d (koefisien pergoyarrgan) adalah simetris (panjangnya dan momen lembam yang sama pada dua
kaki konstruksi portal, batang 1-2 dan batang 3-4) oleh karena itu angka kekakuan
batang k1.2dan k3-a menjadi sama juga.
Tetapi misalnya pada contoh konstruksi portal dua ruas dengan tumpuan berengsel
atau terjepit menurut gambar 7.2.3 g. dan h. momen M;pberlainan pada batang
1-2dan batang 3-4.
Gambar 7. 2. 3- e.
g.
7. 2. 3. g.
Gambar7.2.3.
Gambar
Perhitungan gaya pengikat horisontal (Fo):
A7
tm
Menurut rumus (7. 1.) kita boleh menentukan momen jepitan Mpseperti berikut:
A2 tm
(lihat gambar 7. 2. 3. h)
lMro-g
co
P
s
i
N'
3t
Fo'4,0 + 3,0.2,0 + 0,7 - 1,9 + 0,2 + 0,1
I
sa
-+'
J
I
\J
5
S
"
I
I
4
s-
:0
6,0-0,7+1.9-0.2-0.1
4,0
_.t
Ql tm
1,9tm
Gambar 7. 2. 3. f
Perhitungan momen lMipl seperti pada contoh
1
oleh
d-:
-
1,275 + t1 3,5 = 0
Menurut rumus (7.
4. )
!
dengan:
F=1ff
=0,3M
kita boleh menentukan momen jepitan M seperli berikut:
M - Mo + 0,364 Ml
Mt = - 1,9 + 0,364(-4,0) = - 1,9 * 1,456 = - 3,356 tm
Mz : - 0,7 + 0,364'3,0 : * 0,7 + 1,092
+ 0,392 tm
M,= +0,2+0,364(-3"01 = -0,892tm
Mn: - 0,1 +0,364.4,0 = + 1,356tm
328
3-4 Ul *
Mi*,, =
6!:!Ld :61'
ht'
&:d
hr
-d = y+!f!6 E' kt
6!.!r.d _6E.kr-d A utu_h,
h,,
h,
6E.k,
oleh karena d parla titik simpul 2 dan d pada titik simpul 3 harus sama. kita boleh
menulis:
Yu h, = Y-t&t:L
68.k,
berikut:
Menurut rumus (7. 3. ) kita boleh menentukan
F,k
M*
t=
"tK't
Atas dasar pengetahuan ini, kita bisa menentukan perbandingan antara Mik,l
(momen jepitan sebelah kiri) dan M6., (momen jepitan sebelah kanan) seperti
Perhitungan gaya pengikat horisontal (Fa)seperti pada contoh 'l : F;1 = 3.51.
y.
pada batang
_ztn
-
pada batang 1
6E.kt
Mrk,l -. 4.0 rm
Mir.,z : +3.0tm
Mtr,r : -3.0tm
Mit,q : +4'0tm
Fo +
Gambar7.2.3. h.
W-kr.k,
Mi*.,
ht '
(7.5.)
h,
pada konstruksi portal dengan dua ruas dengan tumpuan berengsel lihat pada gam-
bar7.2.3. g. kita menentukan:
w=ki.k"
Mi*,, ht h,
(7.6.
)
Jikalau pada konstruksi portal dua ruas satu kaki tertumpu engsel dan kaki kedua
terjepit seperti pada gambar 7.2. 3. i. berikut, kita menentukan momen jepitan M;p
oleh pergerakan d (koefisien pergoyangan) menurut rumus berikut:
329
Gaya pengikat horisontal Fo* bagi tekanan angin sudah ditentukan di muka dengan
i:2 .,. 3.71 t.
Gambar7.2.3.
i.
Seka!'i:in;J kita memilih suatu pergerakan d (koetisien pergoyangan) yang mengakibatkan satu momen Mi*,2 = 10 tm. Jikalau titik simpul 2 bergerak oleh M7r,2
sebesar d, ritik simpul 3 bergerakjuga sebesar d; menurut rumus (7. 6.) kita boleh
(
nrenurut rumus (7. 1.) dan (7. 2.) momen jepitan M;1 adalah:
pada batang 1 -2Ul
padabatang3-4(r)
-
Mi*.r
-
Mi*.,
=
-
6+?d :
4+d
-
9!#j
4 E'
-
a=
menentukan:
Ua.t!,
fl
uu :
{}.L.
Mi*.r=
*,*,,
!il :
Mi*,, hr,z hr,o
!"' d * a = Ut*t!,,
kemudian:
o#:
2Q . 201
'
1o,o
_
400
500
o,€
0,503
'# : 'to,zt6tm
oleh karena pada titik simpul 2 dan d pada tkik simpul 3 d harus sama kita bisa
menentukan perbandingan antara rnomen jepitan M;p1dan M;p,rseperti berikut:
w:3kt.2k,'
'
Mi*,,
hr
h,
Distribusi momen Mik menurut Cross:
17.7.t
c
'i*+1000
-01
+5
kita
+26
tidak mencari gaya pengikat horisontal Fpada konstruksi portal dengan titik simpul
yang kaku, melainkan dihitung sebagai konstruksi portal dengan titik simpul yang
ffi
contoh 3: Pada contoh 2 (konstruksi portal dua ruas) lihat gambar 7. 1. 3. i.
'^ tm
( .\_
gBTtm
9.37
r'i'
(IIII:Ii:FiFT
lT) (--) (+,
rN
goyah.
r__l
q=40t/m
3,75
tm
Ql3tm
ss
Ti
J
k.
Garflbar 7.2"
Garnbar
7.2"3.
3. k
I'l
i_l*
Gambar 7. 2. 3. l.
-Mo.z: Mo.s = -
3.75tm
3. 13 tm (lihat gambar 7.3.2. l.l
Gaya pengikat horisontal Fobagibeban merata:
3,13
_ 3,75
Fa:-.
_-_ *
"
- =-0,75+0,78=+0,03t
5,0 4,0
330
GambarT" 2.3.
m.
Momen M,radalah:
Gambar7.2.3. n.
Mix.z: + 9.37tm
M*.s:-9.87tm
Gaya pengikat horisontal F,1 oleh momen Mik:
Fx
Ukuran konstruksi portal, beban merata, tekanan angin, angka-angka kekakuan
batang dan koefislen distribusi dsb. diambil dari contoh 2, bab7. 1.3.
Momen Mo adalah:
7
: +ffi . ffi
=
1,874 + 2,47 =
4,s4t
Menurut rumus (7. 3.) kita bisa menentukan rl:
u --
-
F./Ft^
,t=- 0.03
4,U
=-0,0069=0
Oleh karena r: (hampir) nol pergoyangan pada konstruksi porta{ dua ruas ini karena beban merata (konstruksi atap) boleh dikata.kan tidak ada.
Akan tetapi pergogyangan ada oleh beban (tekanan) angin. Menurtrt rumus (7. 3.)
kita blsa menentukan pr:
u=-
(-3.7)
454 ==+0,85
3['1
E
Momen Mo sudah ditentukan pada gambar 7. 1. 3. m. dan 7. 1. 3. n. dengan:
'tr.t
Mo,z= -3,29tm
= + 0,18tm
FI
Mo,t
Menurut rumus (7. 4. ) kita bisa menentukan momen M2dan M, seperti berikut:
M = Mo+ l'Mix
Mt= -3,29+ 9.37'0,85: -3,29 + 7,96: + 4,67tm
Mt: + 0.18-9,87'0.85: +0,18-8,39= -8,21tm
Gambar
Gambar7.2.4. a.
dan rumus (7. 4. ) seperti berikut:
Ft,o
Ftt.,
t lrt' Ft,, + w'
*
irr ' Ftt..
Ft,z
+
:
+ ttz' Ftt,z:
dengan faktor pergoyangan
N
b
I-r1
0
(7.8.
0
(7.9.)
3,00 w7
lt< |
o
c)
iW+
..l+
t3,5
iil
7.38
2,48
l;-'1,I'
11,l*- q95 *
437
tm
4,
/J
+,.\-
o
it'
Fto
14
I
I
J--
2,80
Gambar7.2.4. d.
t
5,00,
Gambar7.2.4. c
332
428
,u
<!)'
Sistim perhitungan pada konstruksi portal dengan titik simpul yang goyah
menjadi lebih sulit jikalau ada beberapa gaya pengikat horisontal (Fo). Misalnya
pada konstruksi portat bertingkat pertama kita menggerakkan tingkat satu dengan
koefisien pergoyangan d-1. Selanjutnya kita memperhatikan tingkat satu sebagai
kaku dan menggerakkan tingkat dua dengan koefisien pergoyangan J,, dsb. Pada
prakteknya kita mulai perhitungan pada tingkat teratas dan menurun tingkat demi
tingkat ke bawah.
(7.10.)
Contoh: Pada contoh 3, konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul yang kaku,
Iihat gambar 7. 1. 3. o., kita tidak mempunyai lagi gaya pengikat horisontal Fo.1 dan
Fo,11 melainkan suatu tekanan angin W, ..- 1.5 t dan Wo: 3.5 t.
Ukuran portal, beban merata dsb., angka kekakuan batang dan koefisien distribusi
masing-masing diambil juga pada contoh 3 bab 7. 1. 3. Gambar situasi dan gambar
dengan momen masing-masing diperingatkan sebelah bawah:
2.3. o
goyah
)
dan p, kita boleh menentukan M seperti berikut:
M = Mo + yi Mt + yz'Mz
7.2.4. Konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul yang
2. 4. b.
Dengan memperhatikan perhitungan secara ini, kita boleh memenuhi rumus (7.3.)
Perhatikan perobahan besar bagi momen ini kalau dibandingkan dengan momen
Modari portal dua ruas dengan titik simpul yang kaku.
Menggambar diagram momen-(Mo + y.Mll oleh tekanan angin:
Gambar 7.
7.
J,._
tm
?,37
a52
t,
ls-
1,75
lo
l,* l'*
0,26
Gambar7.2.4.
e.
333
Gaya pengikat horisontal F1,o dan
F;1,o
Fs1.o oleh gaya dan beban yang vertikal menjadi:
oleh momen jepitan dari batang 1-4,2-5 dan 3-6 menurut Gamhrar 7.2. 4. d.
M11
menurut Cross:
o(9o
-,-- =- *0,vl7t
- 4,28 * 4,37 + 1,8 + 0,95 + 2*9t 39
3,00--:*-
Fu,o
Fq,o
Distribusi momen
eo@
*l3gP-llpl
sRtB;t*lisl
ll+
rl+lLIl
rlt
+r
I+lLrl
oleh momen jepitan dari batang 4-7 ,5-B dan 6-9 menurut gambar 7 .2. 4. e.
Fr,o: + 0,347 +
-
4,73
2,37 + 0,52 + 0,26
-
+
4,00
1,15
=-
0,796
,rLLo
+26-
t
@oo
Gaya pengikat horisontal Fyyl,o dan F1ry11,o oleh gaya (tekanan) angin. Oleh karena
tekanan angin W, dan Wo membebani konstruksi portal ini pada titik simpul 'l dan 4,
tekanan angin tidak mengakibatkan momen pada konstruksi portal ini, Gaya
Ganl
pengikat horisontal
-_-J
-9
I
- l2t
-83
Fwrr,u
: -
F,,ry1,o
dan
F*,,
1,5t
F1ry'1.o
: -
menjadi sama dengan WrdanWo.
3,5t
Perhitungan rnomen M1 dan Mnoleh pergerakan (koefisien pergoyangan) d, dan d,,
sembarang:
Atas penentuan koefisien pergoyangan d1 yang sembarang bagi tingkat satu pada
konstruksi portal bertingkat ini, kita juga harus mencari koefisien pergoyangan ,11
untuk tingkat dua untuk menentukan momen Mldan Mupada akhirnya.
Setindak demi setindak kita bisa menghitung seperti berikut:
+1000
lEllt*ro+iG
lNq+6
I
l+N
Llllr+ll+lt
lHll
lA[
@
-96
Penentuan momen Mil:
Koefisien pergoyangan d', sembarang pada titik simpul 1 rnengakibatkan pada
batang 1-4 suatu momen M6,rdan Mi*,. : +
Menurut rumus (7. S.)tita boleh menghitung:
'10
hz,s
Atas dasar distribusi momen menurut Cross momen-momen Mn rneniadi:
pada titik simpul
hr,o
kz
s
-Miu,, - kr,.o
tvtik'2. -= M.1.. !-]-L
-M,
'vt*'r k*
Menurut contoh 3 pada bab 7 . 1 . 3. angka kekakuan batang kr-r
zlzl.t[,
Mix,,
=
10.0. 444/298
:
:
298 dan
kr-, =
14,90 tm
Oleh karena angka kekakUan batang 3-6 sama dengan batang 1-4 kita boleh menentukan, bahwa Mi*,. = M;1,6 juga menjadi 10 tm seperti juga Mip,rdan M;p.0.
334
2l
7.54tm
3 2\
batans3-6t
pada titik simpul 4: batang 4
batang 4
- 5
batang 4 - 7
pada titik simpul 5: batang 5
- 4
batang 5 - 2
batang 5 - 6
batang 5 - 8
pada titik simpul 6: batang 6
- 5
batang 6 - 3
batang 6 - 9
6.37 tm
6.13 tm
12.50 tm
pada titik simpul3: batang
s6l66jrr16ya kita menentu kan
Mi*,r:
1: batang 1 -
batang 1 - 4l
pada titik simpul2: batang 2
- 1
batang 2
- 3
batang 2 - 5
oleh karena h2 5 soma dengan hj_4 kita menentukan:
W
Garnbar 7. 2. 4. f.
tm.
Mir.r-&;-.luMix.,
r
CIo@
7.34tm
7.78tm
1
+
5.72
2.06
5.17
12.6'l
+ 5.30
tm
tm
tm
tm
tm
2.14tm
+
+
6.19 tm
7.49 tm
1.30
tm
335
-v
7: : +
rumpuan
Distribusi momen M7 menurut Cross:
1.03tm
: + 1'07 tm
\r6a rumpuan 8:
, oengikat horisontal Fx,2dan
o@e
@eo
\ad'
sr-:t**li{l
+1 I r1+ rll +t
* ctr do cJls-l
Nq
t$l
+|lr.lrqt+l
F1,2oleh My:
Gay'"'
12.5
-41
734
4'li-\-\2-
i\-
{u-
tnt
1,03
1,30
tr
J,* I,*
l,
7,49
12,61
.rnin
2,14
2,06
1,07
Gambar 7. 2. 4. h.
-n67.2.4.9-
E@
+2
+6
G|f'-
:.-T
.rrrut gambar
7
.2.4. g. gaya pengikat horisontal
F11,2
meniadi:
-txtt
lle"'l
z
-140nurut
+1380
- t!!
Bl. l.,i-Tlrl il5
e@oo +7
-
3'oo
Ft,,
[.r r;al
gambar7. 2. 4. h. gaya F1,2menjadi:
dlt'
2.06
-
il-.--18,42*ff
-
1.03
-
2,14
-
1,07
momen Mi.
*.]13!
^ooilan
p0r'l-1sn
pergoyangan d1 sembarang pada titik
yoe"no4_7 pada titik simpul 4 dan 7 suatu momen
= _ 20,31
4 mengakibatkan
Mi*,a - M*.7 - + '10 tm.
simpul
bat'',irtrumus (7. 5.) dan rumus (7. 7.) kita boleh menghitung:
t\,lEI'"
M,r.o
tril,b,
[*]l**1.:lesisl
+ 7J8 + 12,fi + \2,61 + 7,34 + 7,49 _ .a
lg'azA.r +t
,il
,*,
:1o,oo
2 k6.g
3 kq.t
'
H:
,o,oo
13,8
?:ffi=
tm
3.5tm
Gambar7.2.4.
pada
i
Atas dasar distribusi momen menurut Cross. momen-momen Ml meniad|.
padatitiksimpul 1: batangl
-2\=
4t
pada titik simpul 2:
1 =
batang2-3 =
batang2-5 =
pada titik simpul 3: batang 3 - 2
I=
batang 3 - 6,
padatitiksimpul4: batang4-1 batang4-5 batang4-7 pada titik simpul 5: batang 5
-4 =
batang5-2 =
batangS-6 =
batang5-8 =
pada titik simpul 6: batang 6 .. 5 =
batang6-3 =
batang6-9 =
batang 1 batang 2 -
_
+
*
+
+
+
+
+
0.57tm
0.46 tm
0.25tm
0.71tm
0. 17
tm
1.35tm
6.35tm
7.70tm
5.84 tm
l.60tm
3.94tm
+ 11.38rm
- 2.fXl tm
-* 0.35tm
3.18tm
337
pada tumpuan
pada tumpuan
7: :
8: :
Mornen pada titik simpul 1:
bratang 1-2 =- 4,28+0,1094'(*
8.85 tm
12.59 trn
batang
Gaya pengikat horisontal
057
F11.1
Q7t
tt;-
batang 2*1
batang 2 * 3
batang 2*5
t,
1,60
k.
GambarT' 2.4. l.
a,57
-
0,71
-
0,17 - 1,35
3,00
-
F11,1
4,',r3
tm
4,13 tm
= -13.95+0,'1094'(+ 0,46) + 0,0282'(- 6,37) =
= - 12,57 + 0,i094' {- 0,25) + 0,0282'( + 6,131 =
- + 1,38 + 0,1094'(- 0,71) + 0,A282 '(+ 12,501 =
-* 14.08 tm
12,43tm
+'l ,65tm
+1,8+
7,70
+
11,38 + 3.18 + 8,85
+
12,59
4,m
3-2 : 3-6 = -
0,17) + A,0282'(- 7.34) "=
2,M +0,'1094'(+ 0,17) + A,0282'l-- 7,&l =
2,48 +0,1094'{+
Momen pada titik simpul 4:
Eo .i
- 0,35 : .r.CO
1,60
batang
batang
-
2,67 tm
2,67 tm
menjadi:
4*1 : +
4--5 = batang 4-7 = -
batang
batang
dan menurut gambar 7. 2.4.1. gaya F;.1 menjadi:
FLr=
+0,0282'(+ 7,54l=
+0,0282'(+ 7,541 -
0,35
menurut gambar 7. 2. 4. k. gaya pengikat horisontal
il.t -
0,57)
0,57)
Momen pada titik simpul3:
Gambar7.2.4.
,
+0,1094'(-
Momen pada titik simpul2:
,1,* *lr- ,]r.-
l,J|tm
4,28
clan F1,1 oleh Mp
An
ri-
1*4:*
=+
12,51
4,37 +0,1C8)4'("r9.10 + 0,1094'(+
4,73+ 0,1094'(+
'1,35) + 0,0282 '
6,35) + 0,0282'
7.7 l .+ 0.0282'
(- 7,78) = +
(+ 5,721 = { - 2.06i = -
4,30 tm
8,24 tnt
3,95 tm
t
Penentuan faktor pergoyangan tr1 dan 1t2i
Faktor-faktor pergoyangan 1,lt dan p2 bisa diperhitungkan dengan penggunaan
rumus (7.8.)dan rumus (7.9.)seperti berikut:
+ ltr' Ft,, + irr' Ft,z :O
Ftt,o + lrr ' Flt,, + lrz' Ft,z: O
Momen pada titik simPul 5:
batang 5*4 = * 16,61 + 0.1094'(batang 5 -- 2 = -- 0,95 + 0,1094'( +
batang
batang
5-O :
5-8 :
5,84) + 0,0282' (- 5,171 =
1,6 ) +" a,0282 '(-- 12,61) =
+0,1094'(+
3,9'4) + 0,0282' (+ 5.30) =
-15,14
+ 0,52 + 0,1094'(+ '11,38) + 0,0282 ' (-. 2,14) =
* 17,40 tm
-* 1,13tm
14,56tm
+ 1,70 tm
Ft,o
Momen pada titik simpul6:
a) dengan hasil pada gaya dan beban vertkal:
- 0,796 + lL'12,51 + lz' l- 20,3) : 0
- 0,U7 + lrr'(- 1,58) + lz'18,42:0
b) dengan
Fr = 0,1094
yz'(- 20,3) :
'l
- ,5 + lr''(- 1,58) + ttz'18.42:
0
O
6-5 : 6-3 : +
6--9 : -
4,55 + 0,1094't- 2,83) + 0,0282 '{- 6,19} = - 5,03tm
2,80 + 0,1094'(-' 0,35) +0,0282'lt'7,491 =+ 2,97tm
1,75 + 0,1094' (- 3,18) +0,0282'(+ 1,30)=- 2,06tm
lz= 0,0282
Momen pada tunrpuan 7:
hasil pada gaya (tekanan) angin:
3,5 + itt'12,51 +
batang
batang
batang
lVl.r
t\:
,=
+
2,37 + 0,1094.
(*
8,85)
+0,0282.{+
1"03}
= + 1,43tm
A,0282.1+
1,07)
=-
O,479
b:0,123
Momen-momen oleh beban vertikal sebetulnya bisa ditentukan menurut
17. 10.1 seperti berikut:
Momen pada tumpuan 8:
Me: * 0,26+ 0,1094. (*
12,59) +
1.61tm
M = Mo+ ltt'Mr + iz' Mt
Momen Mo diambil pada contoh 3 di bawah gambar 7. 1. 3. p.
338
339
Gambar diagram momen oleh gaya dan beban vertkal:
Momen pada titik simpul 4:
batang4-1:0,479'l+
batang4- 5 = 0,479.(+
batang4-7:0,479'(+
s
r'
6
t\
lo
3's{'
Momen pada titik simpul 5:
batang
batang
batang
batang
5555-
4 = 0,479' (2: 0,479 . (+
6 : 0,479 . (+
8 = 0.479' (+
Momen pada titik simpul 6:
batang
batang
batang
Ir;ii
+ 0,123.1*
+lO,tZS.l+
7,70t. +0,123.(1,35)
6.35)
6- 5=
6- 3=
6- I =
5,84)
1,6
)
3,94)
11,38)
+ o,'t23 . (- 5,17) =
+ 0,123 . (- 12,61 ) =
+ 0,123 . (+ 5,3 ) :
+ 0.123 l- 2,141 =
. l. l. (-
2,831
0,35)
3,18)
+ 0,123 . (+ 0,123 . l+
+ 0,123 . (+
6,19)
0,479 (-
8,85)
+
' (+
1,03)
0,479
0,479
0,479
Momen pada tumpuan 7:
Mz =
Momen pada tumpuan 8:
Ma
:
= -0,31 tm
= + 3,74tm
2,06) = +3.2t4tm
7,781
5.721
0,479
0,123
. (_ j2,S9t + 0,123 . (+
- 3,42 tm
- 0,78 tm
+ z,il tm
+ 5.18 tm
: - 2,"12 tm
7,491 = + 0,75 tm
'1.3 ) =
- 1,S tm
: -
1,07) =
-
4,10 tm
5,89 tm
Gambar diagram momen oleh gaya (tekanan) angin:
(o
(o
Gambar7.2.4. n.
?+r,20
_
Gambar7.2.4.m.
Momen-momen oleh tekanan angin yang sebetulnya bisa ditentukan juga menurut
rumus (7. 10). perlu hanya diperhatikan. bahwa Mo : O.
Momen pada titik simpul
batang
1:
1-2 =0,479'l-
batangl-4=+0.62tm
0,57)
+ 0,123'l +
7,5a1
= + 0,65tm
Momen pada titik simpul 2:
batang2-1=0,479 '(+ 0,46) + 0,123'l+ 6,37) = -0,56tm
batang2-3:0,479 '(-0,25) + 0,123'(+ 6,13) = + 0.63tm
batang 2 - 5 = 0,479' l- 0,711 + 0,123' (- 12,50) = + 1,20 tm
Momen pada titik simpul 3:
batang
batang
340
3 - 2: 0,479'l+
3-6 : -0,73tm
0,171
+ 0,123'l-
7,231
: -
0,82 tm
341
Dengan pengetahuan yang ada sampai sekarang kita hanya bisa menentukan len-
dutan pada balok tunggal menurut bab 2.8. (Perhitungan lendutan dan garis
elastis). Untuk perhitungan lendutan pada konstruksi rangka batang misalnya
Perubahan bentuk elastis
8.
belum ada pengetahuan dasar.
Pada bab-bab berikut kita menentukan cara untuk memperhitungkan perubahan
bentuk elastis tidak hanya pada konstruksi batang dan rangka batang melainkan
juga perubahan titik simpul pada tiap jurusan sembarang'.
8.1.
Pengetahuan dasar
8.2.
Teoritentang keria virtual
Pada bab 2. (llmu inersia dan ketahanan) sudah ada beberapa ketentuan
dan rumus tentong perubahan bentuk. Dengan pengetahuan itu, terutama bab 2. 3.
8.2.1. Kerja virtual
2. (Gaya torsi) dan 2. 8. (Perhitungan lendutan dan garis elastis), kita bisa
menghitung lendutan dan putaran pada konstruksi batang dengan garis sumbu
yang lurus. Pada perhitungan perubahan bentuk untuk konstruksi rangka batang
dan untuk konstruksi derrgan sistim statis tidak tertentu kita dalam bab ini mencari
metode-metocje untuk menentukan perubahan bentuk pada konstruksi-konstruksi
Asas tentang kerja virtual ditemukan oleh Lagrange pada tahun 1788.
Tetapi harus dikatakan, bahwa pada prinsipnya kerja virtual sudah diketahui lebih
dahulu. Mengenai asas kerja virtual kita mengakui bahwa ini bukan satu ketenttlan
atau perjanjian, oleh karena dalam beberapa hal asas ini tidak mungkin dibuktikan.
Akan tetapi dari penggunaan dan pengalaman kebenaran asas tentang kerja virtual
dalam bidang. Selanjutnya kita terutama memperhatikan perubahan bentuk elastis,
sedang hubung6n hubungan teoretis hanya ditrerikan sedikit saja, menurut keoerluan dan secara umunl.
Teori-teori tentang perubahan bentuk elastis yang lebih luas dan lebih dalam membr.rtuhkan keluasan studi/mata kuliah jurusan arsitektur.
Berikut daftar perubahan bentuk dalam alasan yang bisa mengakibatkannya:
Gaya normal
perubahan suhu seragam
Momen lentur
ba-
wah pada suatu konstruksi batang
Pada konstruksi batang dan rangka batang momen torsi tidak timbul, karena itu
selanjutnya kita membatasi diri pada pembicaraan tentang pemutaran. Juga pada
bab 2. (llrnu inersia dan ketahanan), kita telah mempelajari, bahwa pengaruh gaya
lintang pada lebar bentang dan ukuran balok yang biasa, pada umumnya kecil
sekali. Karona itu selanjutnya kita juga mernbatasi diri pada pembicaraan tentang
hal itu dalam buku ini. Fada umumnya kita hanya memperhatikan gaya normal,
momen lentur dan perbedaan suhu untuk menentukan perubahan bentuk, dan
terutarna yang harus diperhatikan ialah lendutan.
342
menerangkan seluruh Statika atas dasar asas tentang kerja virtual, kebalikan
dengan misalnya buku ini, yang menerangkan dasar-dasar statika atas jajaran
(belah ketupat) gaya-gaya.
Selanjutnya penerangan mengenai asas kerja virtual langsung mulai pada
konstruksi batang dan rangka batang dalam bidang. oleh karena bagi kita dalam
buku ini yang penting ialah prakteknya. Oleh karena itu asas tentang kerja virtual
pada suatu titik atau suatu benda dalam ruang kita terbatas.
Kata 'virtual' dari bahasa latin = virtus : kemungkinan, kemampuan, mengandung maksud, bahwa pergeseran/pergerakan dalam jurusan sembarang harus
mungkin. akan tetapi hubungan antara bagian-bagian konstruksi batang atau
rangka batang tidak boleh terusakkan.
Gaya lintang
Suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi
sebetulnya sudah cukup dibuktikan. Ada beberapa buku ilmu mekanika teknik yang
Sebagai keterangan kita membayangkan suatu konstruksi batang atau rangka
batang dikenai gaya-gaya P1 dan momen-momen M1.
Gaya-gnya dan momen-momen ini menjadi satu kumpulan yang seimbang. Kita
boleh rnengntakan:
trr-o tr*r* t*r=o
Dalam rumus ini ry menjadi jarak siku-siku dari gaya Ppdan suatu titik kutub sembarang. Perubahan bentuk pada konstruksi batang atau rangka batang mengakibatkan pergeseran d dan perputaran (p, pergeseran titik simpul k yang bertepatan
dengan jurusan gaya-gaya P1 disebtltkan sebagai d1.
Selanjutnya kita membayangkan beban konstruksi batang atau rangka batang oleh
suatu kumpulan gaya virtual. Untuk gaya-gaya virtual dan momen-momen virtual
ini kita boleh juga mengatakan:
343
4F* =
o
itrrrr
* |Mx:
O
Selanjutnya kita menyebutkan sernua g6ya, mom€n, ukuran atau nilai yang
berhubungan dengan kumpulan gaya virtual dengan garis melintang di atas hurufnya. oleh kumpulan gaya virtual titik simpul k mengalami suatu pergeseran virtual
d1. Tergantung pada bentuk dan cara konstruksi batang atau rangka batang dan
menurut besarnya kumpulan gaya virtual, pergeseran virtual bisa amat kecil.
Batasan ini sebetulnya suatu keharusan supaya jurusan gaya-gaya p1 tidak mengalami perubahan.
Pada gambar (8.2. 1. a.) berikut kita melihat suatu titik simpul
k
pada suatu
konstruksi batang atau rangka batang dikenai gaya-gaya p1 (resultante). oleh
beban kumpulan gaya virtual titik simpul k mengalami pergeseran ke k-. Karena
penggeseran lurus v1 menjadi amat kecil kita juga boleh mengatakan, bahwa penggeseran itu menjadi satu sektor lingkaran dengan jari-jari ek, atau dengan kata-kata
lain, tiap pergeseran yang amat kecil boleh juga ditentukan sebagai suatu putaran O
pada suatu titik kutub O.
\
Gambar8.2.1.a.
Pada persarnaan keseimbangan di atas titik kutub masih sembarang.
Pada gambar 8.2. 1. a. dipilih titik kutub O dan boleh dikatakan:
so<p
d1-vlcosW
&: qrcosV
6] = p^a*cos V=
n
2Ppi 1+ \Mptp = g
*
0
momen virtual) menjadi nol.
Antara gaya-gaya P1 dan momen-momen Mkyang diterima oleh konstruksi batang
atau rangka batang, dan gaya virtual P1 dan momen virtual Mptidak ada hubungan.
Hanya dasar-dasarnya yang sama yang menentukan bahwa jumlahnya harus seimbang.
Giliran ini boleh juga dibalik, sehingga pertama kumpulan kerja virtual meng,enai
konstruksi batang atau rangka batang, dan pergeseran diakibatkan oleh kumpulan
gaya Ppdan momen M1. Ketentuannya tidak diubah, dan hasilnya seperti berkut:
+
lMr*=s
(8.2.)
Rumus (8. 2.) boleh digunakan untuk menentukan konponen perubahan bentuk
oleh suatu kejadian perubahan bentuk yang tertentu dan oleh suatu kefadian
perubahan bentuk sembarang. lsi rumus ini dinamakan sebagai asas kerja virtual.
Rumus ini menjadi dasar $erhitungan-perhitungan perubahan bentuk pada sistim
statis tidak tertentu.
Sebagai kebalikan dari dasar itu kita bisa mengatakan selanjutnya:
tadi, maka rerdapat rumus (8. l.):
(8.1.1
1
Menurut ketentuan ilmu alam suatu hasil kali di bawah satu angka jumlah r adalah
suatu kerja. Oleh karena kerja ini diakibatkan oleh suatu kumpulan gaya virtual kita
menamakan kerja ini kerja virtual.
344
beban. gaya dan momen menjadi seimbang, seharusnya jumlah pergeser-
an oleh kerja virtual yang amat kecil (jumlah gaya virtual dan jumlah
gaya menjadi nol, gaya-gaya itu berarti dalam keseimbangan.
hasil-hasil ini bisa diiskan pada rumus ZM
1
Jikalau suatu konstruksi batang atau rangka batang yang menerima
Jikalau pada suatu pergeseran virtual sembarang pada suatu konstruksi
batang atau rangka batang jumlah semua pekerjaan dan junrlah semua
r*tp
rk= {r
q
=
n
Rumus (8. I.) menentukan, bahwa jumlah semua kerja virtual menjadi nol, atau
dengan kata-kata lain:
iPkdk
,
tr :
Jikalau gaya virtual dan pergeseran berjurusan sama atau momen virtual
dan perputaran jurusannya sama, kerja virtual menjadi positif (+ ) jikalau
krorlawanan menjadi negatif (-).
8.2.2. Persamaan keria pada konstruksibatang
Pandangan-pandangan dari bab 8. 2. 1. yang umum kita lanjltkan pada
konstruksi batang. Pada bab 8.2.'l . ditentukan, bahwa jumlah gaya dalam dan
gaya luar seimbang. Juga pada konstruksi batang jumlah kerja virtual harus menjadi nol. lni berarti, bahwa kerja virtual luar 4, menjadi sama dengan kerfa virtual
dahmA;.
345
selalriutnya kita perhatikan kerja virtual luar. sampai pada saat ini belum ada ketentuan apa pun bagi gaya virtual baik banyaknya maupun ukurannya. sebetutnya
srr€ttu gaya
Fatau yang berhubungan dengan satu
mo{yleR &ddengan reaksi-reaksi
tumpuannya sudah mencukupi untuk penentuan nihi beban virtual. pada umurnnya dianggap F
=
1.0 atau M
=
1.0 maka kita katakan:
Ai
dengan Pk = 1,0
Aa = f,O,px + ZCc: Ao, dengan Mk : 1,0
Aa
=
t,Oa* + ZCc:
2. lVlomen lentur
Oleh pembebanan dengan momen lentur maka batang akan melengkung.
Perubanan J:entuk oleh sudut putar rp pada garis elastis boleh ditentukan seperti
berikut:
A:,J"'-i
: 41-
2Cc
1,4 qk
= Ai
M
-ds
EI
keria virtual dalam oleh momen lentur boleh kita tentukan sebagai berikut:
Nilai dpada penentuan ini meniadi reaksi tumpuan oleh beban virtual dan c meniadi
pergeaeran tumpuan pada arah (jurusan) reaksi tumpuan. Penentuan ini b&h
iuga
dirrbah dengan hail berkut:
1,0 dk
,^- q--) (
oan
!=A.].Y.'rq--M
- Et 'G--E/
Aiw =
rMM o"
(8.4.)
) -pT
- tCc
Pergeseran pada titik simpul k sebetulnya adalah kerja virtual dalam, dikurangi
dengan kerja virtual tumpuannya. Kemudian kita harus menentukan kerja virtual
dalam. oleh karena kerja virtual luar menjadi hasil kali gaya virtual luar dan penggeseran yang sebenarnya. Atas dasar ini boleh kita katakan, bahwa kerja virtual
dalam seharusnya hasil kali beban virtual dan perubahan bentik yang sebenarnya.
Selanjutnya kita menentukan kerja virtual dalam oleh pengaruh masing-masing.
1. Gaya normal
Perubahan memanjang pada suatu batang oleh gaya normal dapat ditentukan
3. Perubahan suhu seragam (t"l
Perubahan paniangnya batang oleh perubahan suhu seragam adalah:
As
- 4/ss
t'
atau: As - J
or'rds
kerfa virtual dalam oleh perubahan suhu seragam boleh kita tentukan sebagai
berkut:
r rly'a,tds
Ao,: J
(8.5.)
dengan:
As=
N
4. Suhu yang berbeda.pada sisi atas dan sisi bawah pada konstruksi
EF'
betang (Atl
Baiklah kita meneliti rumus ini obh karena mernilng mungkin gaya normal (rv) atau
luas batang (F) tidak menjadi tetap pada selr.rruh paniang (s) dari batarlg itu, rnaka
kita menulis:
a": Joa" :
I !, o'
346
f
8rro,
melengkung. Perubahan bentuk oleh sudut putar
tukan sebagai berikut:
1
1 _ d<p dan
p ="_4f
h'a
ds
kerja virtual dalam obh gaya normal bobh kita tentukan sebagai berikur:
o,r=
Oleh suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi bawah maka batang akan
q= )
p
pada garis elastis boleh diten-
(o.At
, d"
kerja virtual dalam oleh suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi bawah boleh kita
tentukan sebagai berikut:
(8. 3.)
a,o,=
{ nff
a'
(8.6.)
347
5. Gaya lintang
Walaupun kita menentukan atas dasar bab 8. 1., bahwa pengaruh gaya lintang
terlalu kecil dan boleh diabaikan, kita menentukan selanjutnya kerja virtual dalam.
Pergeseran pada garis sumbu oleh gaya lintang adalah:
w= )
(xA
*
ds
kerja virtual dalam oleh gaya lintang boleh kita tentukan sebagai berikur:
a,o-Jffa"
(8.7.)
Dengan begitu kita sudah mengetahui masing-masing bagian dari kerja virtual
dalam. Persamaan kerja pada konstruksi batang dibaca seperti berikut:
t,odr=
I#a"+ J !,
o,:
I#
a"--
f N,s,a,+ J u ff
a,->cc
(8.8.)
'l
Sebetulnya faktor. .O pada sebelah kiri boleh dihapuskan oleh karena tidak ada
pengaruh atas hasil persamaan kerja ini, walaupun kita tidak boleh lupa, bahwa
faktor il6 sebelah kiri menjadi kerja virtual luar.
Pada persamaan kerja pada konstruksi batang ini masing-masing bagian berarti:
M, N, Q
Momen. gaya normal. gaya lintang pada titik x oleh beban yang
Dengan bantuan rumus (8.8.)kita bisa menentukan pergeseran d* pada suatu titik
pada satu konstruksi batang di bawah pengaruh momen lentur, gaya normal,
gaya lintang dan perubahan suhu. Selanjutnya kita menentukan masing-masing
diagram gaya lintang, gaya normal dan momen oleh beban sebenarnya (dasar) dan
selanjutnya kita tentukan diagram masing-masing tsb. oleh gaya virtual Fr = 1.0.
Pada waktu itu gaya virtual F1 = 1.0 bekerja pada titik dan jurusan pergeseran d1
yang dicari.
Jikalau kita mencari perputaran 91 garis sumbu batang pada titik k kita juga boleh
menggunakan rumus (8.8.). Sekarang hanya kita pasang momen virtual ilr = l.g
pada titik dan jurusan putaran yang dicari. Bagi beban ini kita menentukan diagram
masing-masing tersebut.
Momen, gaya normal dan gaya lintang berhubungan dengan suatu bagian batang
yang amat kecil (ds) pada suatu titik sembaran S. M, N, Q dan il, y'rl, O menentukan
nilai-nilai pada titik x pada suatu konstruksi batang. Pada perhitungan integral
fungsi-fungsi pada tiap-tiap gaya harus dikalikan sebelum diintegralkan. Pengintegralan berhubungan dengan seluruh panjangnya konstruksi batang. Pengintegralan
itu mula-mula kita rasa agak sulit. Akan tetapi pada pembebanan yang biasa timbul,
kita mempunyai tabel-tabel yang sudah diintegralkan pada lampiran l. 2. dan penggunaannya dapat diterangkan pada bab 8. 2. 4. (Hasil pengintegralan pada kerja
virtual).
Persamaan kerja pada konstruksi batang (8. 8. ) diisi semua kemungkinan
pembebanan pada konstruksi batang dalam bidang. Suatu perubahan tumpuan
k
tidak terjadi selalu, dan pengaruh pada .suatu perubahan suhu
Atas dasar ini, selanjutnya tinggallah suatu rumus yang jauh lebih sederhana:
sebenarnya
M, N,
d
c
t
Af
h
s
ds
I, F, E,
G
at
x
348
A
Momen, gaya normal, gaya lintang pada titik x oleh beban virtual
= 1.O atau M* = 1.Q pada titik ke arah d1 atau dengan sudut p1
Fp
Reaksi tumpuan oleh beban virtual
Pergeseran sebenarnya dari titik tumpuan dalam jurusan reaksi tumpuan (pada umumnya menjadi nol)
Perubahan suhu seragam
Perbedaan suhu antara sisi atas dan sisi bawah pada suatu batang
Tinggi balok (batang)
Panjangnya balok (batang)
Sebagian dari batang yang amat kecil
Momen lqpbam, iuas batang dan modul elastis pada batang
Modul pergeseran (lihat bab 2. 3. 1.)
1 /oC angka penguluran suhu
faktor koreksi (kappa) bagi gaya lintang, oleh karena gaya lintang
sebetulnya tidak tetap pada tingginya bentuk batang. Nilai tergantung
pada bentuk (m,isalnya bagi bentuk segiempat sejajar x = 1.2)
biasanya
diperhitungkan terpisah. Pengaruh pada gaya normal dan gaya lintang, seperti
sudah dikatakan pada bab 8. 1. (Pengetahuan dasar) blasanya boleh diabaikan.
1,Odk:
f uart
) :; a"
Jikalau kita perhatikan momen lembam / yang tidak tetap, kita isikan suatu perbandingan momen lembam l./ I ke dalam rumus yang tadi seperti pada syarat persamaan tiga momen (Clapeyron) (6. zl9.) atau pada bab 2. 8. (Perhitungan lendutan
dan garis elastis) dan menghasilkan:
l,oEtcau:
ft
)uula"
{8.9.}
Biasanya digunakan hanya persamaan kerja pada konstruksi batang ini untuk
menentukan pergeseran pada konstruksi batang. Pada bab8.4. 1. (Pergeseran dan
perputaran pada konstruksi batang) kita mendapatkan beberapa contoh yang
menggunakan persamaan kerja pada konstruksi batang (8. 8) dan (8: 9.).
8.2.3. Persamaan kerja pada konstruksi rangka batang
8.2.4. Hasil pengintegralan pada keria virtual
Atas dasar pengetahuan persamaan kerja pada konstruksi batang kita
bisa dengan mudah menentukan persamaan kerja pada konstruksi rangka batang.
Pada konstrukei rangka batang tidak ada momen lentur dan gaya lintang. Gaya normal, pada konstruksi rangka batang ditentukan sebagai gaya batang S dan .S menjadi tetap pada seluruh panjangnya batang s, dan oleh karena itu tidak perlu lagi
menghitung dengan integral. Selanjutnya cukup jikalau dihitung dengan I (jumlah)
batang dan beban.
Maka persamaan kerja pada konstruksi rangka batang dibaca sebagai berikut:
Pertama kita menghitrng pergeseran dengan bantuan persamaan kerja
pada konstruksi batang pada suatu contoh sederhana. Kita akan menentukan lendutan pada pertengahan suatu balok tunggal dengan momen lembam / tetap dan
beban merata S. (lihat gambar 8. 2. 4. a.l .
Pada contoh ini kita mendapat momen lentur dan gaya lintang, yang pada contoh
ini kita abaikan. oleh karena pada contoh ini tidak ada perubahan suhu
atau
penurunan tumpuan kita boleh menggunakan persamaan kerja pada konstruksi
batang {8. 9.). Gaya virtual P = 1.0 kita tempatkan pada tempat dan jurusan
pergeseran yang dicari.
Loa*
=:H
"
+ :s-a,rp-
Ic"
Contoh:
(8. 10.)
Beban yang sebenarnya
dengan bidang momen M
Pada persamaan kerja pada konstruksi rangka batang ini masing-masing bagian
berarti:
S gaya normal pada batang vang sebenarnya
5 gaya normal pada batang oleh beban virtual P1 = I.0 pada titik simpul t pada
jurusan pergeseran d1
s panjangnya batang masing-masing
Bagien-bagian yang lain sama seperti pada bab 8. 2.. 2. Persamaan kerja pa(a
konstruksi batang (8. 8.). Oleh karena sekarang kita memperhatikan konstruksi
rangka batang kita lmrus mengawasi, bahwa gaya virtual P : 1.0 tidak bekerja lagi
pada suatu titik k sembarang, melainkan pada suatu titik simpul *.
Untuk menentukan pergeseran dp, kita pertama-tama dengan bantuan Cremona
atau Cullmann-Ritter mencari gaya batang S masing-masing yang se[enarnya.
Selanjutnya sekali lagi untuk mencari gaya batang S masing-masing oleh gaya virtual P: 1.0 pada titik simpul k, yaitu pada titik simpul yang akan kita cari pergeserannya d1. Kemudian kita meng-superposisikan-kan dua hasil ini pada batang
masing-masing.
Seperti sudah ditentukan pada bab 8. 2. 2. (Persamaan kerja pada konstruksi
batang) kita boleh menyederhanakan persamaan kerja pada konstruksi rangka
batang (8. 10.) Eeperti berikut:
W
oleh
_E
1,OEFc6k: ).SS
Pada bab 8.
4.2.
;:
s
(8. 11.)
dan(8. 11.).
350
M,
-
Garnbar 8. 2. 4. b.
g!2,
10.)
*
*.
*,
oler,F =1,0,
fr, -
]rl* -ull
oleh karena batang pada contoh ini menjadi lurus dengan morlen lembom / tetap
kita boleh mengatakan, bahwa ds = dx dan kemudian I = lcdan l"/t
- 1.
t/2
Etd:2[(qrr- *,) la^
4
t/2
=
*
! (* -
*,1 a, =
Et6=*('rz-"1
(Pergeseran pada konstruksi rangka batang) kita mendapat con-
toh yang menggunakan persamaan kerla pada konstruksi rangka batang (8.
q:
lk?
W
Gambar 8. 2. 4. a
Et6
_
Bebanvirtual P= t.O
dengan bidang momen
:#
*1, €
- iL;
denoan
-
6 =5
3!:-
wEt
Hasil ini sudah kita ketahui dari bab 2. 8. (Perhitungan lendutan dan garis elastis)
hanya penentuannya dengan cara ini lebih sulit. Akan tetapi hasil ini boleh kita ubah
lagi seperti berikut:
Etd-*r,= fr+[r="unrr
351
r
Perhitungan f./.d pasti akan lebih sederhana lagi jikalau kita m€ngetahui nilai c. M
dan M menjadi ukuran momen maximal yang sebenarnya dan oleh beban virtual F
: 1.0. c menentukan bentuk-bentuk dari tiap-tiap bidang (diagram) momen yang
akan dikalikan.
Selanjutnya kita menentukan beberapa persamasn untuk kombinasi b€ntuk bidang
momen masing-masing. Ordinat-ordinat bagi bidang momefl kemudian ditentukan
dengan i dan k dengan s sebagai panjangnya batang. Pada persamaan berikut kita
litrat, bahwa E/.d,1 meniadi sama dengan integral JMi M* ds oleh bidang momen
M;dan Mppda paniangnya batang s.
1. Trapesium
*
3. Trapesium - bidang segiempat:
Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejadian
kt - k2 -- k.
ke2dengan
Eldik
-
Ul
{r,a*
+
ir3kl
Etr);p:)t,,*,.t*,
c=1
1
(8. 14.)
bidang sembarang:
Gambar 8. 2. 4. e.
,,ffi]ilIflffiflu
.,;i
Mi=itf
ss
rs
Etdip=)Utr*o,:
0
4.
Bidang segiempat
gf un*a,
*lr*'**
00
-
segiempat:
Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejaCian
ke 3 dengan i1 = i2 = i.
Gambar 8. 2. 4. c.
lntegral pada rumus ini berarti momen pada bidang motren M1 dibandingkan pada
ordinat sisi kanan fi) dan ordinat sisi kiri (77i. Selanjutnya dapat kita katakan:
El6ik=
2.
!liry,+
Trapesium
-
Eld,r = ;11"
)
Gambar 8. 2. 4. f.
trapesium:
Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejadian
ke 1.:
.
Etdik=
a
El6ik
=
5.
Bidang segitiga
-
segiempat:
Kejadian, ini merupakan suatu kelanjutan clari kejadian
|t1t,"3"***o]") *f tlr,"{"*
|
El6ik=
Wr*,
f
+
irk,
+ i2& + 2i2k2l
t,;fr*,+k2) + irlkr+2k)l
Gambar8.2.4.
ke3dengan i7
= il6nir:
Q
.''flffilffirm**,,-,
] *, f"t
*rt
(8.13.)
tt,:,r:Iifs
Gambar8.2.4.
c:1
1
(8. 16.)
g
d
FUI''ilGAS
352
(8. 15.
l
k,'k
(8. 12.)
iryll
c=
T. A.
t9,.'7 I i*98
353
6.
Bidang segitiga
-
segitiga searah:
Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejadian
ke2 dengan it = i: iz - O; kt : k dan kz : O
*'fill.llllmffirrrrTn,, ,-,
Etr\;1,=fuz**ot
rns,r
: ! *s
Bidang segitiga
*
I, u o *, - In ,
o;,
(8.2.Ikita tentukan, bahwa giliran kumpulan gaya s,),renarnya dan kumpulan gaya virtual boleh juga bolak-balik sehingga kita jugla boleh
Pada rumus (8. 'l .)dan
berkata:
.:+
(8.17.)
A, I*r 4u.rJ oo
q'GF*
jrn4r,
jikalau kita memperbandingkan rumus,47 dengan rumus 4; kita boleh menentukan,
:
bahwa A,
A,.
Kerja virtual luar pada ,'{ menjadi A" = Z P.J (lihat juga rumus (8. 1. )) ctan kerja luar
pada,4i menjadi Aa >P.a ttifratluga rumus (8. 2.)).
Dengan ini syarat Sefti berbunyi:
:
GambarB.2.4. h.
7.
o,: JN * i'r r
segitiga berlawanan:
Keladian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejadian
ke2dengan it = i;iz: O;kr: Odan kz= k
Jumlah kerja virtual oleh gaya F pada pergeseran d oleh P menjadi sarna
dengan jumlah gaya P pada pergeseran J oleh gaya virtual P.
Et(tik=f,t**oi
tu,r
: !o i*s
c=
1
6
(8. 18. )
Gambar 8. 2. 4. i.
Pada semua kemungkinan yang lain bisa digunakan tabel-tabel 1.2. 14. (Tabel-tabel
hasil pengintegralan pada kerja virtual) pada lampiran buku ini. Biasanya hanya
dikerjakan dengan menggunakan tabel-tabel itu. Harus dipe;hatikan, bahwa tabeltabel itu hanya boleh digunakan jikalau momen lembam / tetap. Contoh-contoh
pada bab 8.4. 1. (Pergeseran dan perputaran pada konstruksi batang) menerangkan penggunaan tabel-tabel itu.
8.3.
(8.19.
'P.d:>P,F
Syarat-syarat berikatan pada perubahan
bentuk elastis
8.3. 1. Syarat dari Betti
Betti menentukan pada tahun 1872 tentang ikatan pada perubahan
bentuk elastis:
Kita perhatikan hasil kerja virtual dalam oleh suatu gaya normal N, gaya lintang O
dan momen M dengan gaya-gaya virtual oleh Pyang menjadi N; A dan ili. Menurut
rumus (8.3.); (8.4.)dan (8.7.)kita boleh berkata:
)
Syarat ini juga boleh digunakan jikalau tidak ada gaya P dan gaya virtual P,
melainkan momen M dan momen virtual M. Pergeseran d dapat diganti dengan
sudut putaran rp dan Jdengan 9.
8. 3.
2. Syaratdari Maxwell
Maxwell menentukan pada tahun '1864 tentang keterikatan pada perubahan bentuk elastis sesuatu yang sebetulnya menjadi suatu kelanjutan dari syarat
dari Betti.
Jikalau kita menentukan, bahwa:
d1o menjadi pergeseran titik k pada jurusan gaya Pp ,= 1.0 oleh beban yang
sebenarnya.
dri menjadi pergeseran titik k pada jurusan gaya Pp: 1.0 oleh gaya Pi : 1.0
pada titik
dir
L
menjadi pergeseran titik i pada jurusan gaya P;
=
1.0 oleh gaya P1
:
1.0
pada titik k.
dsb.
.
....
Selanjutnya bidang momen yang akan diintegralkan mendapat indizes yang sama
seperti d, maka misalnya:
rlIX
,
rM
J
M,
I - "
EI
ds
atau
,\*o:
rM, M
) -ff
dt
354
355
r
Pada rumus ini bagian masing-masing berarti:
Mi = bidang momen oleh gaya P : 1.0 pada titik i
Mr : bidang momen oleh gaya P : 1.0 pada titik k
Mo : bidang momen oleh beban yang sebenarnya
Sebagai fungsi dari Pi kita tentukan:
. 1^. 1 Pi
Ar:iPi6ir:Z
c
pr : 1.0 dan oleh
Selanjutnya diintegralkan.
Untuk menentukan misalnya d1; bidang momen yang harus kita cari sebetulnya
sama jalannya seperti tadi (gaya Pi : 1.0 dan gaya virtual e* : 1.91
Kemudian seharusnya hasil masing-masing menjadi sama, atau dengan kata-kata
lain syarat dari Maxwellberbunyi:
Untuk menentukan d,1 kita mencari bidang momen oleh gaya
gaya virtual Pi
dan
A1x
kemudian
lo?
A": i a* *o,
= 1.0
Pergeseran suatu titik i oleh gaya P : 1.0 pada titik
dengan pergeseran titik k oleh gaya P : 1.0 pada titik i.
=
(kerja pada jurusan pergeseran)
(kerja tidak pada jurusan pergeseran)
Pld1n
1P;,\,,1
dengan memperhatikan, bahwa P;tidak terganrung dari Ax boleh kita tentukan:
JAa _
k menjadi sama
OPi
P
;
*o
*'lill
=rl/l +{J/tt:t\i'
(i) = derivasi)
dengan hasil yang menjadi syarat dari Castigliano:
0A.
lPi
(8. 20)
1Ai
8.21.t
aP,
Syarat ini boleh dilakukan pada konstruksi batang maupun konstruksi rangka
batang.
8. 3.
8.
3. Syarat dari Castigliano
Syarat yang ditentukan Castigliano pada tahun 1879 tentang perubahan
bentuk elastis sebetulnya bisa berguna pada konstruksi batang dan konstruksi
3.4. Syarat dari Mohr
Syarat yang ditemukan Mohr pada tahun 1868 menentukan perubahan
bentuk. oleh karena mudah digunakan, syarat Mohr pada umumnya paling disukai.
Penggunaannya terbatas pada balok tunggal.
rangka batang tetapi syarat dari castigliano jauh lebih rumit daripada sistim yang
lf ..-# *
lain yang lebih mudah dan merupakan kelanjutan pada praktek.
(t)
Atas dasar lengkungan k pada suatu balok boleh kita tentukan:
Pada suatu balok tunggal dengan gaya P; kita
*:1=
tambahkan beban dengan suatu kumpulan
a
s/d Pr. Kita boleh mengsuperposisikan dua beban ini untuk menerima
gaya P1
jumlah kerjaluar A,.
__y:_
..,,,,
y'z1t1z r
11
+
8.22.t
Gambar 8. 3. 4. a.
Oleh karena itu kita selanjutnya boleh menentukan untuk suatu potongan balok
yang melengkung menurut gambar 8. 3. 4. a.:
k-it--f::-
ds
lr+tr)
Gambar8.3.3. a. s/d c.
Atau dengan bentuk lain,4, menjadi:
Aa,=Ar+A1 +Alt.
=
1161q=
jy
Persamaan pada garis elastis kemudian terbaca:
dq'l
,ir=;=Y
,,M
=- rt
(8. 23.
)
356
357
a
Selaniutnya kita menentukan hubungan-hubungan seperti berikut:
tetap. Jikalau tidak. kita boleh menggunakan suatu momen lembam dengan per-
r
M-Mo+)Odx,
dMr
,1, -o
o' )odx'
d2M
0x'
bandingan l"/1.
Pada konstruksi rangka batang persamaan kerja menjadi suatu jumlah, dan oleh
karena itu penggunaannya tidak mengalami kesulitan.
5. Syarat dari Maxwell menentukan, bahwa pergeseran dp suatu titik i oleh gaya P
: 1.0 pada titik k menjadi sama dengan pergeseran dki titik k oleh gaya P : 1.0
4.
pada titik
8.24.)
tl
Jikalau kita menrbandingkan persamaan (8. 23.) dan (8. 24"1 kita bisa melihat,
bahwa mereka beiarti berkeluarga.
'\
dx'
,l
I
M
Ll
dall
d2M
;;(, x'
Persamaan ini menjadi dasar syarat Mohr yang bisa selanjutnya digunakan secara
grafis atau secara analitis seperti sudah diterangkan pada bab 2. 8. (perhitungan
lendutan dan garis elastis).
8.3. 5. Ringkasan
Contoh-contoh
Dasar perhitungan adalah rumus (8.8.) dan yang dipersingkat (8.9.).
Rumus (8. 8.) kita tambah dengan perbandingan momen lembam /. dan tiap-tiap
bagian dengan perbandingan luas batang F" seperti berikut:
1,oEt"dr
=
I *n j
o,
atau
rangka batang yang dibebani, ada dalam keadaan seimbang (termasuk reaksi
pada tumpuan masing-masing) dan konstruksi ini rnenerima suatu pergeseran oleh
suatu kumpulan gaya virtual, kita boleh mengatakan, bahwa jumlah kerja virtual
oleh gaya itu menjadi nol.
Jikalau kita membalik urutan ini, kita mendapat asas tentang kerja virtual. Asas ini
menjadi dasar untuk perhitungan perubahan bentuk.
2" Pergeseran pada suatu titik pada suatu konstruksi batang atau rangka batang
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan kerja dengan menggunakan
satu gaya vitual Pp: 1.0 atau satu momen Mr : 1.0. Kerja virtual luar ini menjadi
sama dengan kerja virtual dalam, dikurangi oleh pergeseran reaksi tumpuan yang
biasanya menjadi nol.
+
pada
umumnya dengan menggunakan tabel-tabel tentang hasil peng-integral-an di
mana bentuk-bentuk dan kombinasi-kombinasi yang sering timbul sudah ditentukan sebagai nilai integral JW,Wods.
JW,Wrds menunjuk bahwa tabel-tabel tentang hasil peng-integral-an tidak hanya
berlaku untuk bidang (diagram) momen, melainkan juga untuk bidang gaya normal
dan gaya lintang, walaupun biasanya pengaruh pada gaya lintang dan gaya normal
boleh dihapuskan.
oleh karena itu pada umumnya pada tabel-tabel hasil peng-integral-an digunakan
nilai integral I M;Mrds.
Pada batang atau bagian batang yang diperhatikan seharusnya momen lembam /
rr"l
J
*
t
No,t,as
J
-*
*I
| o, * ff,j.oo';*
n
-f
(8.25.)
as-:cc ]
Dengan rumus (8.25.) ini kita bisa menentukan d* dengan memperhatikan segala
pengaruh dan kemungkinan. Menurut keperluan, kita juga bisa menggunakan
bagian masing-masing dari rumus (8.25.)ini.
Dalam perhitungan kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan sistim statis, gaya dan beban dengan diagram momen (M"1, gaya
normal (/U.) dan gaya lintang (O,i.
2. Menentukan momen lembam / (jikalau belum tentu kita memilih suatu momen
lembam taksiran) atau menentukan perbandingan momen lembam pada
3. Ferhitungan kerja virtual dalam pada konstruksi batang bisa dilakukan
358
4.
8.4.1. Pergeseran dan perputaran pada konstruksi batang
q
1. Asas tentang kerja virtual menentukan: Jikalau suatu konstruksi batang
8.
/.
masing-masing batang.
3.
4.
5.
6.
Jikalau perlu menentukan panjangnya batang s. atau /" dengan perbandingan
momen lembam /" seperti ditentukan pada syarat persamaan tiga momen
(ClaPeYron) lc : l' lc/1.
Menentukan pergeseran dan perputaran yang akan dicari dan memasang gaya
virtual P = 1.0 atau momen vitual M = 1.0 pada tempatnya.
Menentukan diagram momen M, dan jikalau perlu juga diagram gaya normal rV
dan gaya lintang O.
Memperhitungkan pergeseran atau perputaran dengan rumus (8. 25.) dan
dengan bantuan tabel-tabel hasil pengintegralan pada kerja virtual pada lampian 1.2. 14.
359
I
Contoh 1: Pada konstruksi portal dua ruas dengan momen lembam / tetap (lihat
gambar Lrerikut) dicari:
E;
El
t-
Fertanyaan 1: Pada tempat dan jurusan d6 kita menempatkan gaya virtual P
dan menentukan diagram momen M berikut:
tlcm2
:P
E
w -1.0t/ n
46- 1,0 t
I
MS
Gambar 8. 4- 1 . a
1.
2.
3.
1.0
diagram M
(nilai dalam t)
300'000 cma
200 cm2
2'1OO
=
Pergeseran tumpuan b oleh beban angin w : 1.0 t/m dengan memperhatikan
pengaruh momen lentur.
Pergeseran titik simpul (sudut) c oleh beban angin w dengan memperhatikan
pengaruh momen lentur dan gaya normal.
sudut perputaran garis elastis kaki a-c pada tumpuan a dengan perhatian
pengaruh-pengaruh seperti pada titik 2.
Penyelesaian:
Menurut ketentuan untuk perhitungan titik 1 s/d 6 kita sudah mengetahui titik 1,
sistim statis. Titik 2 dan 3 tidak perlu diperhatikan oleh karena momen lembam I
sudah diketahui dan menjadi tetap. Akan tetapi kita harus menentukan diagram
momen Mo dan diagram gaya normal y'y'o menurut ketentuah pada bab 7. (Konstruksi portal statis tidak tqrtentu) kita mendapat hasil berikut:
Momen-momen digambarkan pada sisi yang menerima gaya tarik. Penentuan tan(+,-) sebetulnya tidak perlu, yang penting hanya penentuan ordinat masingmasing dan bentuk bidang (diagram) momen.
Selanjutnya kita dapat menghitung dengan urutan kaki kiri, batang horisontal, kaki
da
kanan:
1,0
1l
Et)t,o i24,0 6,0 ' 6,0 r 4,Ol2' 24,0' 6,0 ' 24,0'4,0 '
U
148,0.4,0
-q,o
2
4,ot .
4.0
1,0 Ehbo
El(\ bo
diagram
=
.
tJbo
,\
diagram M
(nilai dalam tm)
Gambar 8. 4. 1 . c.
tt
650,67 t2nrl
650,67 tmr
650,67
2,1 . 101 . 3,0'
-
8,0 . 6,0 '
10-3
-
0,0103 m
1,03 cm
y'V
(nilaidalam t)
Pada perhitungan ini pada kaki kiri kita mengintegralkan segitiga-segitiga, pada
batang horisontal trapesium-trapesium, dan pada kaki kanan parabol
segitiga.
-
Jikalau dua bidang (diagram) momen berada pada sisi batang yang sama,
hasil pengintegralan menjadi positif ( + ), jikalau tidak hasilnya menjadi
negatif ( - ).
Gambar 8
36C)
4.1
b
Jikalau hasil pengintegralan men.jadi positif ( + ), maka jurusan gaya virtual P menjadi sarna dengan jurusan rj.
Pada pertanyaan2: Pada tempat dan jurusan d. kita menempatkan gaya virtual P =
1.0 dan menentukan diagrarn momen dan diagram gaya normal
361
P =10
diagram
Tl,5
lu
M
diagram
rV
GambarS. 4. 1. d.
Kita menentukan pergeseran d. oleh tiap-tiap akibat tersendiri:
pengaruh oleh momen lentur (lihat gambarS. 4. 1. b.dan d.):
11 '6,0'6,0
+ 6 4,0'6,02'
i24,0
24,0 + 8,0) + 0
E16", :2gg + 224:5'l2tms
.
512
d"M
=
.lO7
2."1 .
dcrvr
=
0,814 cm
.35.
,,0-3
=
diagram
fi
0,00814 m
kita menentukan perputaran <pa oleh tiap-tiap akibat tersendiri:
pengaruh oleh momen lentur (lihat gambar 8. 4. 'l . b. dan e. ):
a)
11
'1,0
- 6 4,0.1,0.2
Elq'uy
=
Elqupl
= *72,0-37,3 - *i09,3tm
QaM '=
b)
b)
fr
Gambar 8. 4. 1 . e
a)
EldcM =
diagram
224,0
6,0
_ 109,3
,-1_TO, :"0. rOa =
24,0 + 8,0)
-
0
0,00174
pengaruh olch gaya normal (lihat gambar 8. 4. 1. b. dan
e. ):
pengaruh oleh gaya normal (lihat gambar8. 4. 'l . b. dan d.):
- -i,0' 4,0' 0,25' 6.0-1,0' 4,0' 0,25. 4,0,. -10,0t
, 10,0
,paN =,
1 . 10?. ) o. 1,,,2= -0,00002
EFgpuu
= 1,0' 4,0' 1,5'6,0' : 0 - 1,0'4,0"1,5'
EFI"N = 36.0+24,0= 60,0tm
EFdcN
.
d"N
=
,r"*
-
c)
60,0
,j. ,pa:10,:
4,0
o,ooo14m
c)
perputaran gs, diterima oleh superposisi:
(Pao
:
eao
: -0,00176Pq
0,014 cm
pergeseran d" diterima oleh superposisi:
r\ro: r\", + drN = 0,814 + 0,014 = 0,828cm
Dengan hasil ini kita sudah membuktikan, bahwa pengaruh pada pergeseran oleh
gaya normal biasanya begitu kecil maka kita boleh mengabaikan perhitungan.
Pada pertanyaan 3: Pada tempat dan jurusan rpu kita tempatkan momen vitual M
: 1.0 tm dan kita tentukan diagram momen dan diagram gaya normal
-0,00174-0,00002
-
-0,00176
= -0,'lo
Tanda negalif (-) menunjukkan, bahwa perputaran rpa berlaku terhadap jurusan
momen virtual M. Dengan hasil ini kita juga membuktikan, bahwa pengaruh pada
perputaran oleh gaya normal biasanya begitu kecil, sehingga kita boleh mengabaikan perhitungan.
Contoh 2: Pada rusuk 'Gerber' berikutnya dicari lendutan di tengah bagian balok
yang tergantung antara engsel dan tumpuan C. Beban merata sebesar q = 1.0 tl m;
nrodul elastis E = 2'100 t/cm2 dan laa : lec: 9'800 cma.
362
363
r
A-B -
Selanjutnya kita dapat menghitung (dalam urutan; bagian balok
- bagian balok tergantung):
El6mo
:
0
+
111
a4,0.
1,0.5,0 +
1
34'0.1'0.2'O
diagram momen Mo
Penyelesaian:
Diagram momen Mo sudah ditentukan pada gambar 8. 4. 1. f. Oleh karena dengan
menggunakan tabel-tabel hasil pengintegralan kita dengan bidang momen Mo ini
tidak dapat ditemukan, kita akan membagi diagram momen pada empat bebanan
dasar, yaitu: momen pada bagian balok yang tergantung, gaya pada engsel,
,4
-I
1,0.5,0
f,r,0.'t,0.2,0
-
+o*
T3,125.
]z,o
1,0.5,0 + 0
+
.1,0.4,0.f, +o+o+o
Eldmo = 11,78 tm3
Gambar8.4. 1. f
momen pada konsole dan momen pada balok
+
i2,0.
konsole
seperti berikut:
11,78 . 105
s_
vm|
- z,t .ror.s3. to, = 0,572 cm
Contoh 2 ini menerangkan, bahwa pada diagram (bidang) momen agak rumit kita
boleh membagi diagram momen itu ke dalam beberapa diagram momen yang agak
sederhana supaya kita bisa menggunakan tabel-tabel hasil pengintegralan pada kerja virtual {r1.2. 14.1.
diagram momen oleh beban merata
Contoh3: Pada konstruksi portal berikutdengan dt
pada bagian balok yang tergantung
/=
150'000 cma;
h
:
:
1
12' 10-6Srd
;
70cm dan E = 2'100tlcm2 menurut gambarS. 4. f . i.
diagram momen oleh gaya yang timbul pada engsel
diagram momen oleh beban merata
pada bagian konsole
diagram momen oleh beban merata
pada bagian .4
-I
Gambar 8. 4. 1. g.
Untuk menentukan lendutan maksimal pada tengah-tengah bagian balok yang.
tergantung, kita memasang satu gaya virtual P = 1.0 pada tempat dan jurusan lendutan yang dicari, dan menentukan diagram momen
fr
menurut gambar berikut:
Gambar8.4. l.
Dicari:
1.
2.
Pergeseran vertikal pada
1.0
t/m
pada batang
Pergeseran vertikal pada titik 1 oleh suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi
1
dan 2-b oleh At = 20o.
-2
Penyelesaian:
diagram momen M
Gambar8.4. 1. h.
364
:
2-b.
bawah pada batang
fi;tooo-4,*:.
titik 1 oleh beban merata e
i.
Penentuan bidang (diagram) momen oleh beban merata dan oleh gaya virtual
1.0 t pada titik 1 seperti berikut:
P:
365
dicari:
P=fit
1.
2.
3.
diagram momen Mo
- - !n,s.4,0.
Etdlo
dro =
1o,o
=
-
=
-
0.53 cm
166,7. 106
-.10t.
2,'t
150.
103
Pergeseran vertikal pada engsel c oleh perubahan suhu pada sisi atas batang
horisontal dengan tr : 40o dan pada sisi bawah tZ : 10".
Perputaran garis sumbu pada tumpuan b oleh perubahan suhu seperti
diterangkan pada titik 2.
Penyelesaian:
Gambar8.4. 1. k.
Pada pertanyaan 1:
Pergeseran vertikal pada engsel c oleh beban angin w.
Penentuan bidang momen oleh beban angin w pada batang (kaki) kiri:
166,7tm1
diagram M (tml
Pada pertanyaan 2: Atas dasar rumus (8. 8.) dan rumus (8. 25.) kita dapat menentukan pergeseran oleh perbedaan suhu seperti berikut:
o,=
Gambar8.4. 1. m.
Init":H Jno"
Untuk telitinya pengertian kita menggambar pada batang vertikal sebelah kiri
lntegral ini menentukan bidang momen M oleh gaya virtual P.
12.10'6.20 'l
,
ot
=
+ 4,0) : 0,0096m
diagram momen oleh beban angin w, dan diagram momen oleh reaksi tumpuan a
yang horisontal sebelah kanan. Selanjutnya kita tentukan momen lembam perbandingan seperti berikut:
drr = 0,96 cm
l" = l"
O,
Hasil integral
Z4,O(10,4
f Mlf
ds menjadi positif (+ ) jikatau pembengkokan garis sumbu
oleh perbedaan suhu berjurusan sama dengan beban virtual P yang dipilih sembarang, dan bagian konstruksi batang yang lebih panas adalah juga pada sisi yang
menerima beban virtual.
contoh 4: Pada konstruksi portal tiga ruas menurut gambar berikut dengan s
sebagai tiang (batang) yang vertikal dan rg sebagai batang yang horisontal dengan
nilai-nilai berikut /n = 100'000 cma; /" = 120'000 cma; f = 2'1@ tlm2; hs: 50 cm;
h" = 60 cm dan at = 12.10-6/grd.
4:L+=
th
: tn
k
:
u,o
1-3i1910,
=
7,2 m
5,0 m
Pada pertanyaan 1: Pada tempat dan jurusan d" kita menempatkan gaya virtual P:
1.0 dan menentukan diagram momen, dan untuk penyelesaian pertanyaan 2 juga
langsung diagram gaya normal.
diagram momen M
q
I
I
diagram gaya normal
1,,
t,ut
366
ltoo
Gambar 8. 4.
l.
l.
ff(=
tt
Gambar8.4. 1. n.
367
r
Selanjutnya hasil pengintegralan menjadi:
Et"6"s: 11
412,5.1,5.5,0 - 5 18,75.1,5.5,0 +- 3
Elcdco = 23,4 -46,9 + 15,6 :
-7,9tm3
1
- 7,9 . 106
6co =
.
2,1 103 . 1.2. 10s
=-
Oleh karena bidang momen pada batang yang horisontal sebelah kiri dan kanan dari
engsel meniadi sama besarnya dengran tanda (+,-) berlawarian, maka jumlah
bidsng momen itu meniadi nol. Selaniutnya kita hanya perlu memperhatikan
6,25. 1,5.5,0
diagram gaya normal untuk menentukan
qot :
96.0
0,0314 cm
Oleh karena hasil menjadi negatif (-) maka kita ketahui, bahwa jurusan d"oterhadapjurusan gaya virtual P, atau dengan kata lain, berjurusan dari bawah ke atas.
Pada pertanyaan 2: Perubahan suhu itu kita bagi atas: a) Perubahan suhu seragam
ts : 10o dan b) Perbedaan suhu pada sisi atas dan sisi bawah batang sebesar At
=
30o.
Menurut rumus (8.25.)kita dapat menentukan:
a,=
f
No,t,arn
I
,
dcts :
qt t" f ruAs
dan
J -
(*
6rar:a,Lt
T )
Mds
lntegral ini menentukan diagram (bidang) momen M dan diagrarn gaya normal
oleh gaya virtual P(lihat juga gambar8.4. 1. n.).
: - 12' 10 9' 10'0,3'600 : - 0,02cm
._, = 12. 10 6.30 22
- 1 150.300
: + 0,27 cm
dcLt
dcrs
d"t : -4,02 + 0,27 : + 0,25cm
Pada pertanyaan 3: Pada tempat dan putaran qpo kita memasang suatu momen virtual:M 1.0 dan menentukan bidang (diagram) momen dan diagram gaya normal:
:
Gambar8.4. 1. o
368
O,OO72
0,130
1.
4.
Penentuan gaya batang masing-masirrg oleh beban sebenarnya dengan
meGggiunaka n cara Cremona atau Cu Jlman- R itter.
Penentuan gaya batang Smasing-masing oleh beban virtual P * 1.0 denE;an
cara grafis (Cremona) atau analitis (Cultrnann-Bitter).
Mencari haeil dengon menggunakan persamaar'! kerja pada konstruk$i rangka
batang. Perhitungan oleh beban atau perutlahan suhu iebih baik dilaksanakan
5.
ly'
:
Daaarnya pacJa perhiturrgan adalah rumus {8. 10.}dan rumus (8. 11.). Untuk mencari hasilnya kita bekerja setapak demi setapak seperti berikut:
Fenentuan paniangnya s dan luas batang Fbagi tiap-tiap batang. Pengurangan
luas bateng oteh lobang baut atau alat sambungan lain tidak usah diperhatikan.
3.
Oleh karena perubahansuhu ini hanya dialami batangyang horisontal (R) kita dapat
menentukan bagi ts dan At masing-masing d",. dan d"41 berikut:
' 10-5' 10'0,10'600
8.4.2. Fergeseran pada konstruksi rangka batang
2.
nrffa,
:
12
rp61"
masing-masing tersendiri.
Menjumlal*an hasil pada semua batang pada konstruksi rangka hatang'
Perhiturygan ini pada umumnya dilalwanakan dengan beban dalam f dan ukuran
dalarn cm sebagai tabel seperti terlihat pada eontoh-contoh berikut.
Pada
prakteknya persamaan kerja pada konstruksi rangka batang digunakan dalarn bentuk berikut:
6d(
:
:SSi-
(8.26")
Contoh 1: Pada konstruksi rangka hatang berikutnya dicari pergeseran pada titik
sinrpul m. Ukuran masing-masing batang terlihat pada tabel berikut. E -= 100'000
kg/cm2:
Gambar 8.4.2.a.
369
Penyelesaian:
Pada titik simpul dan jurusan d- kita tempatkan suatu gaya virtual P
terlihat pada gambar 8. 4.2. b. berikut.
=
1
,0 seperti
At-
15,0
t
GambarB.4.2. c.
Penyelesaian:
Gambar8.6.4.
Padatitiksimpul sdan jurusandskitaternpatkansuatugayavirtual P
b
Dengan mengunakan sistim Cremona atau Cullmann-Ritter kita menentukan gaya
batang S oleh beban sebenarnya dan gaya batang S-oleh beban virtual, dan mengisi hasilnya pada tabel berikut.
Perlu diperhatikan, bahwa pada jumlahan batang 1 sld 4 bersifat ganda (kiri dan
kanan) maka batang 5 hanya timbul satu kali.
batang
s
F
s/F
s
s
Dlm.
Icml
lcm2l
[1/cml
(t)
(t)
I
600
360
1m
+ 4,5
+
360
360
160
6,00
2,25
2,25
120
3"00
-
-*
-0
2.
3
4
160
>1....7
211....4
5
Edn
400
100
4,00
+
5,4
3,6
1,8
2,
(t/cml
0,75
0,90
0,90
+ 1,0
20,25
10,92
7,28
0,00
370
F
s/F
s
s
SSs/F
lcml
lcm2l
[1/cm]
(t)
(t)
(t/cm)
24,6
38,4
29,3
15,6
29.0
+
720
600
400
7
'r3,8
2....7
-
18,0
15,0
10.0
+
-
1,8
1,5
1,0
950
351
290
1591
d",=ffi:o,76cm
Pada pertanyaan 2: Perubahan suhu hanya dialami batang 1 dan 2, dan oleh karena
Contoh 2: Pada konstruksi rangka batang berikutnya dicari penurunan titik simpul s
1.
2.
3.
s
1,2
perhitungan, kita bisa memudahkan perhitungan dengan menentukan pertama
2'100t/ cm2, a1: 12.10-6 grd'1 , F1 = Fz:24.6cm2,
13.8 cm2, oleh:
Gaya P = 10 t pada titik simpul s
Perubahan suhu t : 20" pada batang 1 dan2
Pergeseran tumpuan a sebesar ca : 1.0 cm ke kanan
batang
3,4
84.90
-
: fi:
Pada pertanyaan 1: kita gunakan tabel seperti berikut:
8,00
semua batang nol.
F7:
dan .93
Gambar8.4.2. d
38,45
76,90
Oleh karena tiap batang yang tidak punya gaya batang (batang nol) tidak ikut dalam
cm2,
t =S
= l.0seperti
SSs/F
u,9
.
d*o=
,Oa =0,85cm
dengan E
terlihat pada gambar 8. 4.2. d. berikut.
Pada beban ini batang 5 dan 6 menjadi batang nol, dan
Ft: Fq:
38.4
itu persanraan kerja pada konstruksi rangka batang hanya perlu pada dua batang
itu. Oleh karena batang'l dan2 nrempunyai beban Syang sama, perhitungan dr,
kemudian menjadi:
d"1 : sa1f"s : 1,8-12. 10 6 .20 .720 = 0,31 cm
Fada pertanyaan 3: Pergeseran ca pada tumpuan a berjurusan ke kanan. Oleh
karena reaksi tumpuan A6oleh beban virtual F - l.O berjurusan ke kiri, kerja virtual
menjadi negatif (* ):
An = 1,gr
cu = 1,0cm
e, =- 1,5.1,0= -1,5tcm
t,od. = ->Ci
ds: + 1.5cm
371
8.5.
Garis elastis pada konstruksi batang
8.5. 1. Pengetahuan dasar
Gambar 8. 5. 2. a
2.8.
(Perhitungan lendutan dan garls
elastis) pada bab ini tidak dikemukakan pengetahuan baru, melainkan bersifat
memperdalam pengetahuan yang sudah-sudah.
Sebagai peringatan kita selanlutnya mengatasi setindak demi setindak penentuan
garis elastis menurut syarat Mohr (lihat bab 2.8.2. dan 8. 3. 4.):
Seperti telah dikatakan pada bab
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
8.
Penentuan reaksi tumpuan dan diagram momen oleh beban sebenarnya.
Pembebanan konstruksi batang pada titik 1. dengan diagram (bidang) momen
itu yang dinegatifkan (-).
Perhatikan perubahan momen lembam .dengan mempereduksikan diagram
momen yang sepadangnya.
Pemotongan diagram momen itu ke dalam bagian-bagian. Garis batas diagram
momen yang lengkung dengan begitu dapat diluruskan pada bagian masingmasing. Penentuan titik berat pada bagian masing-masing.
Pembebanan konstruksi batang dengan gaya-gaya yang menjadi resultanteresultante pada bagian masing-masing diagram momen.
Penentuan reaksi tumpuan oleh bebanan titik 5. itu. Reaksi tumpuan ini menjadi
sudut putar tumpuan (o,p) dikalikan dengan F. /.
Penentuan diagram (bidang) momen oleh bebanan titik 5. itu. Garis batas
diagram momen sekarang menjadi garis elastis dikalikan dengan E /.
Penentuan momen maximal oleh bebanan titik 5. itu, pada tempat dengan gaya
lintangnya menjadi nol. Momen maksimal itu menjadi lendutan maksimal
dikalikan dengn E /.
Penentuan garis elastis menurut syarat Mohr ini tidak rnenjadi sulit. Oleh karena
pelrentuan secara analitis memerlukan banyak waktu, biasanya digunakan cara
graf is.
Yang menjadi paling sulit pada perhitungan itu, yalah penentuan titik berat dari
bagian masing-masing dari bidang momen.
Selaniutnya kita menentukan suatu persamaan yang mernungkinkan perhitungan
tsb. tanpa menentukan titik berat masing-masing bagian bidang momen dahulu.
Dengan menggunakan persamaan yang baru ini, kita bisa memudahkan titik 3 s/d 5
pada perhitungan garis elastis menurut syaral Mohr.
8. 5.
2. Penentuan bobot-beban W
Kita memperhatikan suatu balok tunggal yang dibebani oleh suatu dia-
gram (bidang) momen seperti berikut:
372
Suatu potongan sembarang, kita tontukan dengan
k, potongan di samping
kiri
dengan k-1 dan yang di samping kanan dengan k+1. Jarak k*1 sld k kita tentukan dengan,{p dan jarak k sld k+ 1 dengan ,i1 * 7 dsb. Ukuran atau iarak bagiarrbagian diagram momen ini menjadi sembarang. Akan tetapi seharusnya momen
lembam / menjadi tetap pada satu bagian.
Ukuran dan luas pada bagian-bagian bidang momen ditentukan begitu, maka gaya
sebagai resultante bagian bidang momen tidak bekeria pada balok tunggal pacia
titik beratnya, melainkan pada tempat potongan, misalnya & k + 1 dsb'
aza:--\-
r; t
-*i,--
<*- t'l
f?
Gambar8.5.2. b
Gaya-gaya ini ditentukan dengan E. lr. Wp. Nilainya ditentukan sebagai reaksi
tumpuan pada dua balok tunggal dengan lebar bentang,Il dan,l1* 7. Dengan gayagaya E. l"' Wx ini kita membatasi lagi balok tunggal dari gambar 8. 5. 2. a. dan
mendapatkan garis elastis sebagai diagram momennya. Namanya bobot-beban W
Perhitungan E. lc. Wk dilakukan dengan meratakan bagian bidang mon'len yang
sebenarnya melengkung. Kita mendapatkan trapesium yang bisa dibagi dalam dua
segitiga. Nilasi We ditentukan seperti berikut:
1
t-2 * lrrr^r*,
1
l^
El"Wp=rMrr^rii*
iM*),* i 5
'l
Et".wp
*i
= [ tr*r, + 2Ml li + QMp + M1,ar),\i ]1l
* irr.,^0,,
il;
18.27.1
dengan penentuan, bahwa:
ti:I*
l^
i
dan trirt:
LL,r,'l;q,,
?B
----
Pada tumpuan sebelah kiri dapat kita katakan, bahwa ,(
itu ,\1* 1 : ,tr. Bobot-beban Wo menjadi pada titik itu:
Elcwo =
,\i
6
=
0 dan ,l*
:
0 dan karena
(8.28.)
12Mo + Mrl
diagram gaya lintang O
Sebaliknya pada tumpuan sebelah kanan kita tentukan
,1, dengan bobot-beban W,:
Etcwn- * rr,r+2Mnt
k = nl ,lr* r =
o dan 11 =
Au= Qu-i-
(8.29.)
Jikalau misalnya semua bagian dari suatu bidang momen sama lebarnya dan
momen lembam / dari balok tunggal menjadi tetap kita bisa menyederhanakan
M*= Mx, + O1l1
rumus (8. 27.) seperti berikut:
Etwk
:t
Px.t
Gambar8.5.3.
rrr., + 4M*
-+
Mk+lt
a.
(8.30.)
Persamaan kedua tentang diagram momen bisa kita tentukan juga dengn kata-kata
Selanjutnya pada tumpuan kiri bobot-beban Wo menjadi:
Etwo:IOmo*u,t
(8. 3'r.)
berikut:
Momen lenlur Mp pada suatu titik sembarang k pada suatu balok tunggal
menjadi sama dengan momen lentur M2-1 pada titik k-l sebelah kiri, ditambah dengan hasil kali gaya lintang Oft antara titik
dan kemudian pada tumpuan kanan bobot-beban W, menjadi:
Etwn: tr*,,,+2M,)
(8. s2.)
k dan titik k-l
dengan jarak 11.
Contoh 1: Pada balok tunggal A-B berikut dicari garis elastis dengan menggunakan bobot-beban W. lo : 24'0O0 cma; l, = 4,W cma dan E = 2'100 t/ cm2.
20
t/m
8.5.3" Penentuan garis elastis dengan bobot beban W pada
konstruksi batang
Pada bab 8.5.2. tadi kita rentukan persarnaan yang membantu kita pada
perhitungan pembebanan oleh diagram mornen dengan gaya-gaya yang dikalikan
dengan E.l. Pada bab ini kita mencari jalan untuk menentukan garis elastis dengan
cara yang paling mudah. Kita ingat konstruksi diagram gaya lintang dan diagram
momen, dengan ketentuan seperti berikut:
374
Gambar8.5.3.
b.
Penyelesaian:
Beban merata dibagi sembarang seperti misalnya pada gambar
dan reaksi tumpuan Radan R6dapat ditentukan sebagai:
berikut8.5.3' c.,
375
uo =
i_ror,oo.
,, = #2,0.
5,10. 7,6b = 7.65t
E,10 " 2,58
:
2,sEt
8lrl
1l'
I
eIE
co
aN
I
Gambar8.5.3. c.
t\
rl
ro
Sebagai perbandingan momen lemban kita memilih /1 oleh karena /1 sudah berada
pada bagian besar pada balok tunggal ini. Selanjutnya ditentukan:
lc:lt
l: =r
l1
t^
i-
ltl1300
24000
o
= 1,*5
Pada perhitungan ini kita menggunakan suatu tabel seperti berikut. Baris 1 s/d 6
berisikan data-data dari beban yang sebenarnya. baris 7 s/d 1'l berisikan data-data
untuk penentuan bobot-beban W, baris '12 dan 13 brerisikan data-data yang
diperlukan untuk reaksi tumpuan R; dan fr6 yang rnenjadi sudut putar tu{tlFxren o,
B dikalikan dengan E.l dan baris 14 sld 17 berisikan data-data dari beban oleh
bobot-beban W"
1r'
(o
ti
I
376
E
o
l-
l.
Bobot-beban Wditentukan menurut rumus (8. 27.):
:
lMr-, +
6
ElcWk
6
ElcWk: mk + nk
Elcwk =
2 Mkl
+
*,-r
8.6.
lk + Q Mk + Mp11l ),iaa1
npl
8. 6.
Misalnya pada titik 4:
6ElcW4: lMt+2M4ll'4+ (2M4+ Msli's: m4+
mq
:
{'12,N +
2'
na
=
12' 14,36
+ 14,50)'0,90 :
ElcW4:
1
6137,2
Penentuan R a dan
14,361.'
196
n4
38,9tm2
1m2
seperti berikut:
1
Rr=
+ElZW4;: Et">wi +
Ra =
E
l"LWi
-
Re
= ElcZWi
1. Pengetahuan dasar
Pada konstruksi batang garis elastis menjadi garis surnbu batang yang
melengkung. Pada konstruksi rangka batang ketentuan ini tidak lagi benar, oleh
karena perubahan bentuk berasal dari perubahan panjangnya batang masingmasing, dan pergeseran titik simpul masing-masing selanjutnya.
Pada konstruksi rangka batang kita menentukan suatu garis elastis pada batang
tepi bawah. Garis elastis ini tidak merupakan suatu garis melengkung, melainkan
suatu poligon. Semua batang pada suatu konstruksi rangka batang harus tetap
0.90 = 37,2tm2
+ 38,9) :12,7
Garis elastis pada konstruksi
rangka batang
- E t">Wi I;
Hasil masing-masing boleh digambar seperti berikut sampai kita mendapat garis
elastis:
diagram momen lentur (tm)
menjadi lurus, karen mereka menerima gaya normal saja dan bukan momen lentur.
Garis elastis pada suatu batang tepi menjadi tentu sesudah pergeseran masingmasing titik simpul rnenjadi tetap.
Dengan diagram pergeseran Williot kita mengetahui secara grafis untuk menentukan pergeseran titik simpul pada konstruksi rangka batang, walaupun dalam
rangka buku ini, kita tidak bisa mempelajari diagram pergeseran Williot tsb. di atas.
Pada konstruksi rangka batang dengan hanya beberapa titik simpul dan bentuknya
simetris kita bisa menggunakan rumus jumlahan, yang akan diterangkan pada bab
ini. Hanya jarrglan meremehkan keluasan kumpulan angka-angka.
Pada konstruksi rangka batang dengan banyak titik simpul kita selanjutnya menentukan suatu perhitungan atas dasar perhitungan garis elastis pada konstruksi
batang.
8.6.2. Penentuan garis elastis dengan bobot-beban W pada
konstruksi rangka batang
Penentuan garis elastis pada konstruksi batang dilaksanakan dengan
bobot-beban W. Bobot-beban W itu yang dikalikan dengan E' / menjadi suatu
bagian dari diagram momen. Kita mengerti, bahwa kejadian ini tidak mungkin pada
konstruksi rangka batang, oleh karena pada konstruksi ini hanya tirnbul gaya normal dan bukan momen lentur. Berdasarkan atas pengetahuan ini kita harus menentukan pertama bobot-beban W pada konstruksi rangka betang dengan rumus-
bobot-beban W (tm2)
rumus yang baru. Sesudah bobot-beban
garis elastis (ukuran dalam cm)
W ditentukan, baru kita
boleh
menyelesaikasn perhitungan seperti pada konstruksi batang.
Atau dengan kata-kata lain kita memilih suatu balok tunggal sebagai sistim dasar
dan membebani sistim dasar ini dengan bobot-beban W yang ditentukan secara
baru dan kemudian menggambar diagram momen yang menentukan garis elastis
8. 5.3. d.
378
konstruksi rangka batang itu.
379
Selanjutnye kltaraenentulan bobot-bebon W pada konstnlksi rangka
bat4:
l6p
d*
-
6p.)
tr**,
- 6x-,
= {d,+r -
11
dx-,
-
+ Wrl**,
d1)
d*
T':-^i;;;-"**
wk:6\y,-dq#
(8.33.)
Pada rumus (8. 33.) ini hubungan antara bobot-beban W dengan orclinat garis
elastis sudah ada, walaupun rumu6 ini belum dapat digunakan untuk p€rhitungan
nilai bobot-beban Wp.
Selanjutnya kita mengubah rumus (8. 33. ) sebagai berkut:
wk:i d1,wx
Gambar8.6.2. a.
Pada gambar
8.
: * lr
6* .
€tk _ lk
ak"Fr-- l--
-lk*r_--o**'
oki
dan selaniutnya:
a*: dx-6x-,
dk+t: dk+r: 6**r-
dp
* bpal
Jikalau kita kemudian membandingkan segitiga yang diarsir pada gambar situasi
dan gambar gaya (lihat gambar 8.6.2. a.). Oleh karena semua tiga sisi meniadi sejajar kita boleh mengatakan segitiga-segitiga itu menjadi sebangun dan per-
dkn,
dk
&-ln_rt,rn-or,+ (
*
+
r**1,)
a*
-,r,**1,d**,
Rumus ini terdiri dari hasil kali faktornya yang meniadi pergmeran sebenarnYa.
Kalau kita mengetahui 1ii1 dan 1/11*1 sebagai beban virtual dengan haEilnya,
bahwa bobot-beban Wsebetulnya menjadi kerja virtual luar. Pada bab 8. 2. 2. lPersamaan kerja pada konstruksi batang) kita sudah menentukan, bahwa keria virtual
luar lA,l meniadi sama dengan keria virtual dalam (,4/.
Atas dasar pengetahuan ini kita boleh menentukan bobot-beban yy
6.2. a. teb. di atas kha lihat suatu bagian konstruksi rangka batang
dengan garis elastb pada batang tepi bawah. Garis elastis dapat ditentukan dengan
gambar poligon batang iarlk oleh bobot-beban W. Atas dasar pengertian konstruksi grafis ini kita boleh menentukan perbandingan-perbandingan berikut:
,
sebagai:
(8.34.)
Dalam rumus (8. 34.) ini As menjadi perubahan panisngnya batang s oleh bebon
yang sebenarnya. S menjadi gaya oleh beban virtual 1/i1 dan 1l)q*1. Padegnmbar 8. 6. 2. b. kita melihat beban keria virtual yang harus kita pasang pada titik simpul k untuk menentukan bobot-beban W. kita juga melihat, bahwa jurnlah beban
menjadi seimbang. Harus dikatakan di sini, bahwa beban virtual tidak selalu harus
menjadi P-: 1 .0 t.
Gambar8.2.6. c.
Gambar 8. 2. 6. b
bandingan dibaca seperti berikut:
bu-, : W,
't'
:^*'
Ak+t
17
dan
b*+t: W*l*n,
Kita selaniutnya mengisi hasil a1;
jikalauH =
a1
1
11d6r1 bpl1 ke dalam rumus tsb. di atas
dengan tujuan menentukan hubungan antara bobot-beban Wdengnn ordinat garis
elastis:
r?,-**,,
380
381
I
I
Oleh karena kumpulan beban virtual menjadi seimbang mereka tidak menyebabkan
reaksi-reaksi tumpuan. Oleh karena itu hanya batang-batang antara titik simpul
1 dan k + I menerima beban S. Tanda I dalam rumus (8. 34. ) selanjutnya hanya
berisi bagian konstruksi rangka batang tsb. di atas. Jikalau kita pada kumpulan
gaya virtual menentukan dimensi sebagai (1/dimensi panjangnya) kita mendapat
bobot-beban W tanpa dimensi.
Bobot-beban W pada konstruksi rangka batang pada umumnya ditentukan menurut gambar 8. 2" 6. b. dan c. seperti berikut:
Gaya virtual S menurut gambar 8. 2. 6. b.:
k-
Op
= Oo*,
=.
*'
hpcosy
U*:U*+r:0
p
rkr
ur,:-*
vr=o
|tnur
+ Auk+r)
- #-*rw.,Mr_ nr"#.,^dk+l
o**;,
v*+t=**,
+
+,L)av*
Ak+1
(8.36.)
Dengan rumus (8.35.)dan rumus (8.36.)ini kita bisa menentukan bobot-beban W
pada konstruksi rangka batang. Harus diperhatikan tanda ( + , - ) pada perobahan
panjangnya As pada batang masing-masing.
Pada konstruksi rangka batang dengan batang tepi atas dan bawah sejajar dan
masing-masing bagian dengan ukuran yang sama kita boleh menentukan:
gt: tpr+1: q:
y*:0
It:lr+t:,\=konstant
ht: h = konstant
D*,t= *
Dr= +
+
konstanttetap)
Gaya virtual S menurut gambar 8. 2. 6. c.:
,|
U*
= U**t
^
h pcos
Vqa:0
Op:Qo*.'t=g
ht
<p
p.1
Vk=
Dqx*t: *
hpcostPpll
GambarS. 2. 6. e.
GEmbar 8. 2. 6. d.
11
lp lq**r
vqt*t
-* o
Selanjutnya pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang naik (gambar 8.
Selanjutnya pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang naik (gambar 8.
2.6. d.), kita boleh menentukan bobot-beban Wsebagai:
2.6. b.), kita boleh menentukan bobot-beban Wsebagai:
wt: -|toor*
*r = -E*ru(ao1,
+ Ao111)
*
a**rodk
+ hk*,pk-
Lo1,ai*
fi-*tur+
Ad111)
-]ror*,
+ avk+r)
Ldr*t
(8.37.
1
dan pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang turun (gambar 8.2.6. e. ),
bobot-beban Wmeniadi:
-;Avk1-i-Ayr,.t
Ak
Ak+1
(8.35.)
dan pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang turun (gambar 8. 2. 6.
c. ),
382
bobot-beban I4lmenjadi:
)
*r = +
tLup
+
^uk+1t
-
fi*toru + adp,"1l * |
or*
(8.38.
)
383
Penyelesaian:
Pada pertanyaan 1: Karena sistim menjadi simetris kita hanya harus menentukan
beban pada batang masing-masing yang sebenarnya So dan beban oleh gaya virtual P = 1.0 pada titik simpul 1,2dan 3 pada batang masing-masing (51, 52 dan
se).
Penentuan ini boleh dilakukan dengan empat kali menggunakan cara grafis
(Cremonalatau cara analitis (Cullmann-Ritter). Oleh karena Oz = Ozdan O'2: g',
dan U1 = Uzdan U's = U3,dan U'2 = U'lmempunyai gaya yang masing-masing
sama, tabel 1 dijadikan satu batang dengan panjangnya s misalnya 02 + 03 dsb.
a) Beban virtual P : 1 .O pada titik simul 1 (nilaiSl ):
Ukuran dan sebagainya seperti pada gambarS.6.4. a.
Ssudah kita menentdRafi bobot.beban W kita membebani suatu balok tunggal
sebagai rbJim dasar dengan bobot-beban Witu dan mendapat garis elastis dengan
orclinat yang di*alikan derqnn F.
8.6.3. Ringkastrt
1. Sebagai goris elastis
pada konstruksi rangka batang pada umumnya kita
tentukan garis eta'stie pada batang tepi bavrmh. Garis elastis menjadi suatu
poligon bukan garis lengkung, oleh karena batang masing-masing tidak mebngd<ung, hanya berubah panjangnya. Oleh perubahan pada titik simpul ma-
2.
3.
4.
5.
sing-masing kita tentukan gario elastis itu.
Pada konstruksi rangka batang dengan beberapa titik simpul saja kita boleh
menggunakan rumus jumlahan yang berulang kali digunakan.
Pada konstruksi rangka batang dengan banyak titk simpul kita menentukan
gnrie elastis dengan bmntuan bobot-beban W.
Kita nnenentukan bobot-beban wmenurut rumus (8.35.) s/d rumus (8.38.).
Untuk itu kita memerlukan peru.lcahan panjangnya batang masing-masing oleh
beben yang sebenarnYa.
Dengnn bobot-beban w kita membebani sistim dasar
dan menerima garis elastis sebagai diagram rnomen'
-
suatu balok tunggal --
Gambar 8. 6. 4. b
b)
Beban virtual P
=
1.0 pada titik simpul2 (nilai52):
8.6.4. Contoh
Pada ksnstruksi rangka batang berikut dengan beban yarq tentu dan
: 2'lC{Jllem2 harus ditentukan garis elastis menurut/dengan:
bantuan rumus iurnlahan
dengran E
1
.
2. bafiuanbobot-beban W
I A';',- qtost
I
c)
Gambar 8. 6. 4. a.
384
Beban virtual P
Gambar 8. 6. 4. c.
=
1.0 pada titik simpul 3 (nilai 53):
Gambar8.6.4. d.
385
Tabel 1:
Pergeseran vertikal pada titik simpul 1 s/d 3 menurut rumus jumlahan moniadi:
Baris 1 s/d 4 berisikan data-data konstruksi rangka batang, baris 5 s/d 8 berisikan
gaya batang masing-masing oleh beban sebenarnya dan oleh beban virtual dan
baris9s/d 1l menjadi hasil rumus jumlahan, yaitu SoSl s/F: E. d1 dan SoS2s/F
: E.dzdan SoS3s/F = E.6t.
,i.'
1?J g:0,725cm
:
2100
3172,1
r].:
'
gaya batang
s
tang
F
s/F
E. d,
E. 6,
E' dt
Itl
(t/cm)
(t/cm)
(t/cm)
I
9
10
l1
so
sr
s2
sr
(cm tl It)
(t)
(t)
6
7
lcm)
lcn|)
2
3
4
oI
424 60,0
7,07
-26,7 -1,237
o ,o,
912 70,0
13,03
-29,6 -0.587
o io;
912 70,0
13.03
oI
424 60,0
7,07
U ,U,
700 20,2
34,65
5
-29,6 -o,242
,1,000
-0,701
-1,370 -0.968
*0,562
-0,968
-26.7 -0.177 -0,410 -o,707
+ 18,9
+ 0.875
U,ui
1000
24.6
N,70
+28,8
U ;U;
7N
20,2
34.65
+ 18.9 +0.125
+ 0,333
+ 0,708
+ 0.500
+0,778 + 1,333
+ 0,290
+ 0,500
D
s(n 12,63 39,65
+ 12,9 -0,309
+ 0.800
+ 0.569
D3
673
9.67
70,00
+ 0,54
+ 0,772
-0.509
D:
673
9,67
70.00
+ 0,54
-0,128 -0,301
D
500
12,63
39,65
+ 12,9
+0,141
300
9.60
31.25
0,0
+ 1,00
8,1
0,00
0.00
0,0
0,00
8,1
0,0
2
367 31,0
3
450
9.60
V"7
367 31.0
V:I
300
Jumlah
:
11
,82
-
't6,90
11,U
9,60 31,25
-
+ 0.332
+
+
+ 0.569
0,00
0,00
226,5
+ 188,5
+ 529,0
+ 217,0
+ 77,3
+ 93,2
+ 33,4
+ 573.5 + 463.0
+ 390,0 + 912,0
+ 81,8 + 189,8
+
188.8
+
410,0
12,5
+
29,2
+
167,7
4,8
-0,509
+ 0.328
233,0
+
72,1
11,4
+
+ 327, 5
+ 291,0
_ 19. 2
291,0
0
0
0
0
0,00
1.000
0
0
0
0,00
0,00
0,00
0
0
0
0.00
0,00
0.00
0
0
0
+ 3775.2
Cm
cm
'l
= 0,00333
'l
19. 2
0
:34].2 = 1 8o
21ffi
1',|
"
i,, aOO
+ 1563, 0
+
=1.51
Pada pertanyaan 2'. Pada penentuan garis elastis dengan bobot-beban W kita
menentukan pertama perobahan paniangnya batang masing-masing As = So s/F.
Karena itu kita tentukan gaya batang So oleh beban sebenarnya. Semua dihitung
sebagai tabel pada tabel 2 yang berikut. Karena konstruksi rangka batang pada contoh ini menjadi simetris kita hanya memperhatikan satu bagian saia.
Penentuan E. W1 dan E. W3 leriadilah dengan rumus (8. 36.) dan E. Wz dengan
rumus (8.35.). Sebagai pendahuluan kita menentukan beberapa nilai yang akan
diperlukan.untuk menentukan E. W1 sl d E. W3:
+ 373,5
+ 373 5
+ 133, 3
+ 327, 5
0,00
}3172
'
133, I
0
+ 1521.9
,\-
2'too
i-
0,0[,0472
300'0,707 --
tp,
1',I
ircot,4r, -
367 '0,743
h2cos
4so:0,743
:
0,00417
:
0,00367
=
0.00299
= 0,00222
1
1
hrcosyl
11
h, cos rp1
11
300 ' C),800
1
4rlo
h2cosy2
11
hrcos rp2
1
367'0,987
367 ' 0,800
-
0.00276
0.00341
Misalnya penentuan W, menurut rumus (8.35.):
11111
'
h2cosyt
h2copq2 '
hrcosrpl '
)2
il
dan selanjutnya:
386
EW2
= -0,00276 (-385,0) + 0,00341
EW,
-
+'l ,062+ 1,745+0,139
:
' 512,0 + 0,00367 ' 37,9
2,946t/cm'?
3Bl
Tabel 2:
s
F
s
EAs
EW,
Icm1
lcm2
Icml
It/ cml
It/ cm|l
2
3
4
6
6
or
424
60,0
-26,7
-
Orot
912
70,0
-29,6
-385.0
U,U,
700
20,2
+ 18,9
+ 655,0
500
24,6
+28,8
+ 586,0
D
500
12,6
+ 12,9
+512,0
D2
673
9.6
+ 0,*
+ 37,9
I
300
9,6
0
2
367
31,0
3
450
9,6
batang
Dimensi
I
3
-
188,8
-
0
[t/
cm21
Y2EW!
7
8
9. 1. Pengetahuan dasar dan penggunaan
+1,62
+ 1,745
-2,135
+0,139
9. 1.
-0,114
0
0
+ 0,953
+ 2.946
0
+ 1.188
Dengan bobot-beban W yang baru ditentukan pada tabel 2 kita akan membebani
sistim dasar (balok tunggal) pada/dalam tabel 3. dan mendapat garis elastis dengan
pergeseran d pada titik simpul masing-masing.
Tabel 3:
EW*
i
[t/ cmzl
lcml
k
Dim.
Sp.
1
2
.
E.o
E.O.l
EM
d
[t/ cm2l
It/ cml
[t/ cml
Icm)
3
4
a
1
0.953
400
2
4,134
500
1.188
5
6
0
0
1526,1
0,725
1653,6
2,9tt6
1. Pengetahuan dasar
Dengan ketentuan-ketentuan statika yang kila ketahui sampai sekarang,
kita dapat menentukan reaksi tumpuan dan gaya batang pada. suatu konstruksi
95,8
0
batang atau rangka batang dan kemudian menentukan ukuran batang, tegangantegangan yang timbul dan perubahan bentuk elastis. Penentuan-penentuan ini selalu berdasarkan atas beban dan gaya yang tentu dengan nilai, jurusan dan titik
tangkapnya. Pada beban merata kita memperhatikan berat sendiri beserta beban
berguna, yang walaupun bergerak dan tidak tetap, dihitung juga seperti beban
tetap. Akan tetapi pada banyak konstruksi bangunan timbul beban bergerak
misalnya jembatan lalu lintas, jembatan kereta api, rel derek dsb. dengan titik
tangkapnya yang selalu beralih-alih. Pada umumnya beban bergerak ini bekerja sejajar anting dan pada bab ini kita hanya memperhatikan beban yang berjurusan sejajaranting. Kemudian juga beban bergerak ini berjarak.tetap.
Pada beban yang tetap (mati) walau gaya-gaya dalam suatu batang berubah. pada
tiap-tiap potongan tertentu ada juga gaya-gaya dalam tertentu. Pada beban yang
bergerak nilai gaya dalam berubah pada tiap-tiap gerakan beban itu. Untuk menentukan ukuran-ukuran batang selanjutnya kita harus memperhatikan nilai reaksi
tumpuan dan gaya batang yang maksimal dan yang minimal pada potongan
mming-masing. Untuk penentuan nilai-nilai maksimal dan minimal ini,kita menggunakan garis pengaruh'
Gambar g. 1. 1. a.
7-gaya-gaya
3179,7
1,51
3773,7
1,80
p
beban merata
-to.r t/h
2,376
Hasil-hasil ini menjadi sama dengan hasil-hasil pada pertanyaan 1, walaupun pekeriaan
2 (dengan mengunakan bobot-beban Wl jauh lebih sederhana
daripada dengan penggunaan rumus jumlahan.
pada pertanyaan
388
qr-
t0.0 t /n
594,0
A00
3
garis
pengaruh
+1,n2
+1,fi2
+2,18
0
tal
9. Garis pengaruh
It/ cmzl
+ 0,88,
0
8,1
Ewz
------+--
=32500
-
Garis pengaruh harus kita tentukan untuk semua nilai statika seperti reaksi tumpuan, gaya lintang atau lendutan pada suatu titik tertentu, dan menjadi suatu garis
dengan sifat khusus masing-masing. Penentuannya hanya menjadi satu bagian dari
389
soal-soal yang timbul tetapi penggunaannya terletak pada penyelesaian yang
Untuk menentukan ordinat-ordinat 4 salah satu garis pengaruh kita menggulingkan suatu gaya P : 1 .0 (t) pada seluruh konstruksi batang.
Pada titik tangkap masing-masing oleh gaya P = 1 .0 ini kita menentukan
pengaruh atas nilai statika yang dicari dan menentukan hasil ini sebagai
ordinat 4 di bawah titik tangkap itu. Ujung-ujung ordinat 4 masing-masing
menentukan gaya-gaya dalam yang dicari.
sebagai gaya-gaya P kita menentukan misalnya roda-roda suatu kereta api dsb.
dan beban merata menjadi misalnya lalu lintas mobil dsb. seperti dilihat pada gambar 9. 1.
9.
I
a. di atas.
yang dihubungkan dengan suatu garis kita tentukan sebagai garis
1.2. Penentuan garis pengaruh
pengaruh dan luasnya sebagai bidang pengaruh.
Pada perhitungan statika pada suatu konstruksi batang atzu rangka
batang dengan gaya-gaya dan beban mati kita menentukan suatu potongan sembarang untuk penentuan gaya-gaya dalam. Juga pada gaya-gaya dan beban yang
bergerak kita harus tahu di mana potongan sembarang bermanfaat dan untuk gaya
dalam yang mana kita harus menentukan garis pengaruh. Dengan pengetahuan ini
kita dapat menentukan titik tangkap dari gaya atau beban yang kita perlukan pada
penentuan gaya dalam yang maksimal dan yang minimal. walau nilai maksimal dan
minimal ini mungkin tidak menjadi nilai maksimal dan minimal pada batang yang
diperhatikan, nam!n menolong menentukan garis pengaruh dan titik tangkap yang
bersangkutan.
P
Catatan: Pada beberapa buku statika lain untuk kependekan ordinat garis pengaruh
juga digunakan I atau y.
Ordinat-ordinat pada suatu garis pengaruh dapat meniadi positif atau negatif.
Selanjutnya kita menentukan, bahwa ordinat yang positif kita gambar ke bawah
dan ordinat yang negatif kita gambar ke atas dari suatu garis dasar dengan titik
batasan (n = 0) antaranya. Walaupun suatu garis pengaruh digambar pada seluruh
konstruksi batang, pengaruhnya tergantung hanya pada satu titik yang di-
perhatikan (misalnya tumpuan ,4). Garis pengaruh meniadi terlepas/bebas dari
gaya-gaya atau beban yang bekerja pada konstruksi batang dan dapat juga ditentukan tanpa memperhatikan beban yang bekerja pada konstruksi batang itu.
pada titik tangkap
1,2dan3
9.
1.3. Penggunaan garis pengaruh
Keterangan-keterangan berikut membicarakan satu gatis pengaruh pada
reaksi tumpuan sebagai contoh. Caranya sebenarnya dapat iugn dilakukan pada
garis-garis pengaruh yang lain.
t1r' A pada titik tangkap
112'
11r'
I
A pada titik tangkap 2
A pada titik tangkap 3
Gambar
9.1.2.a.
untuk menentukan garis pengaruh kita menggulingkan suatu gaya p pada seluruh
panjangnya konstruksi batang dan menentukan pada tiap-tiap
titik tangkap
pengaruhnya atas reaksi tumpuan atau gaya dalam.
sebagai keterangan kita perhatikan gambar g. l. 2. a. di atas. Gaya p pada bagian
kiri dari balok terusan itu menyebabkan reaksi tumpuan A yang positif (+ ). Reaksi
tumpuan 4 ini makin besar makin dekat gaya ppada tumpuan,4. Jikalau gaya p
misalnya bekerja pada bagian kanan, maka reaksi tumpuan.4 menjadi negatif (-).
Nilai reaksi tumpuan A oleh gaya P yang bergerak kita tentukan sebagai ordinat
4
pada titik tangkap masing-masing. Hubungannya dapat kita lihat pada gambar
9. 1.2. a. Garis itu sebetulnya sudah menjadi suatu garis pengaruh pada reaksi
tumpuan 4.
390
Ordinat 4' A untuk gaya P' 1,0 pada
titik tangkap A' P1q1 * P242 + Ptnt
Gambar 9. 1.3. a.
Suatu gaya P = 1 .0 (t) mengakibatkan pada tumpuan 4 suatu gaya (reaksi tumpuan) sebesar (1. 0) 4. Oleh karena itu, satu gaya sebesar Pmengakibatkan suatu
reaksi tumpuan sebesar P. 4 .
Jikalau pada konstruksi batang di atas bekerja suatu kumpulan gaya dengan n gaYa
P, tiap-tiap gaya P; mengakibatkan reaksi tumpuan Pi.ei.
391
Reaksi tumpuan dapat kita tentukan:
Ra =
t
l=n
i+1
Fini
9.
1.4. Ringkasan
1.
{9. 1.}
I
I
Sebagai penentuan reaksi tumpuan Fa dengan bantuan garis pengaruh kita dapat
menentukan: tiap=tiap gaya P1 harus dikalikan dengan ordinatnya 4i dengan
memperhatikan tanda (+, -)kemudian hasil kali masing-masing dijumlahkan. Fa
maksimal kita dapatkan dengan memasang kumpulan gaya itu pada bagian dengon
ordinat garis pengaruh 4 yang positif, dan Ra minimal dengan memasang kumpulan
gqya itu pada bagian konstruksi batang dengan ordinat garis pengaruh 4 yang
negatif . Gambar garis pengaruh membantu kita dalam pencarian titik-titik yang paling jelek dan yang paling ideal.
Nilai maksimal kita dapatkan dengan memasang gaya-gaya yang terbesar
pada tempat dengan ordinat garis pengaruh 4 yang terbesar.
Jikalau kita atas dasar ketentuan ini belum dapat menentukan titik-titik tangkap
kumpulan gaya, kita harus mendorong kumpulan gaya itu demikian rupa, eehingga
gaya berikut bekerja pada titik dengan 4r"r.
d,
2.
I
l
l
Garis pengaruh kita gunakan untuk penentuan nilai maksimal dan minimal pada
reaksi tr-rmpuan dan gaya dalam pada beban yang bergerak.
Dengan mernperhatikan bentuk garis pengaruh dapat kita menentukan cara
pembebanan pada suatu konstruksi batang atau rangka batang supaya beban
itu mengakibatkan reaksi tumpuan atau gaya dalam yang maksirnal atau yang
mimimal.
Garis pengaruh dapat kita gambar dengan satu gaya P = 1 .0 (t) yang kita gulingkan pada seluruh panjangnya konstruksi batang atau rangka batang.
4. Pada penggunaan garis pengaruh kita membebani hanya bagian-bagian dengan
ordinat 4 yang positif atau yang negatif saja. Pada beban merata kita mengalikan beban dengan bidang pengaruh. Pada gaya atau kumpulan gaya kita
mengalikan gaya masing-masing dengan ordinatnya 4 dan menjumlahkan hasil
kali itu.
Nilai maksimal kita dapatkan dengnn memasang gaya-gaya yang terbesar padg
tempat, yang ordinat garis pengaruhnya 4 terbesar.
3.
9.2. Garis pengaruh pada balok tunggal
9.2. 1. Garis pengaruh pada roaksitumpuan
Gambar
9.1.3.
b.
Beban merata akan kita bagi atas potongan dx yang kecil. sehingga beban itu
bekerja sebagai satu gaya P. Hasilnya dapat diringkaskan menurut rumus (9. 1.)
dan gambar 9. 1. 3. b. di atas sebagai:
nn
rr
Ra = ) Q dx 4 = s) n dx :
mm
eF(m.n)
Seperti telah dibicarakan pada bab 9. 'l . 2. garis pengaruh pada misalnya
tumpuan .4 dapat kita tentukan dengan menggulingkan suatu gaya P = 1,0 (t) pada
seluruh panjangnyo lebar bentang 1 pada balok tunggal yang diperhatikan. Pada
tumpuan A gaya P = 1,0 mengakibatkan suatu reaksi tumpuan sebesar I a = 1,0
yang menentukan ordinat 4 garis pengaruh sebagai n = 1 ,0.' Jikalau gaya P = 1,0
bekerja pada tumpuan I reaksi tumpuan pada tumpuan 4 menjadi nol (Ro = 91.
Oleh karena itu, ordinat 4 garis pengaruh pada tumpuan I menjadi n : 0 juga.
Jikalau gaya P: 1.0 bekerja pada titik tangkap sembarang dapat kita tentukan
reaksi tumpuan 4 sebagai Fn = 1,0 . z'/l dengan ordinat 11 garis pengaruh sebagai
4=
z'/l' 1,0.
Hasil ini menjadi persamaan suatu garis lurus, dan berarti, bahwa kita
hubungkan titik ordinat 4 = 1,0 pada tumpuan
dengan titik ordindt
tumpuan seperti terlihat pada gambar 9.2. 1. a. berikut:
/
I
b&h meng4 = 0 pada
Nilai lntegral ini menjadi luasnya bidang pengaruh antara titik m dan titik n..
t9.2.t
Pada beban merata kita harus mengalikan ordinat g dari beban merata dengan
luasnya bidang pengaruh di bawah beban merata itu.
Nilai maksimal juga kita dapatkan dengan memasang beban merata pada tempat,
yang ordinat garis pengaruhnya 4 terbesar.
392
DAI
Gambar 9.2. 1.
--i
a
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4
Garispengarur",#
393
Jikalau kita ingin menggambar garis pengaruh pada reaksi tumpuan I kita dapati
ordinat 4 garis pengaruh pada tumpuan B sebagai 4 - 1,0 dan pada tumpuan.4
sebagai 4= 0. Lihatjugagambar9.2. 1.a. di atas (Penggunaangarispengaruh).
Maka pada penentuan reaksi tumpuan oleh kumpulan gaya yang tertentu, dan be-
Kita dapat menggambar garis pengaruh pada gaya lintang pada suatu potongan
sembarang dengan menentukan ordinat 4 garis pengaruh pada tumpuan ,4 sebagai
kerja pada bagian garis pengaruh dengan ordinat 4 besar kita dapat menentukan reaksi tumpuan 4 sebagai jumlah gaya-gaya yang dikalikan dengan ordinat 4 masingnrasing seperti juga terlihat pada gambar 9.2. 1. b. berikut:
barang.
Ra=2P;4i =2P1
zi
i : j
'l
1,0 dan pada tumpuan I sebagai n :
- 1,0.
Hubungan vertikal antara dua garis ini dapat kita gambar pada potongan sem-
n=
Penggunaan garis pengaruh pada gaya lintang kita lakukan dengan mengalikan
bagian ordinat 4 yang positif dengan O dan bagian ordinat 4 yang negatif dengan
gaya lintang O.
>P,'i
9.2.3. Garis pengaruh pada momen lentur
Gambar9.2. 1. b.
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan,4
9.2.2. Garis pengaruh pada gaya lintang
Gaya lintang sebetulnya jumlah semua gaya yang bekerja siku-siku pada
garis sumbu batang (balok tunggal) sebelah kiri atau yang dalam hubungan yang
sama sebelah kanan pada suatu potongan. Jikalau suatu gaya P : 1.0 bekerja
sebelah kanan dari potongan c maka gaya lintang Q" = Ra.
Oleh karena itu pada suatu gaya P = 1.0 yang bekerja antara potongan c dan tumpuan I garis pengaruh gaya lintang menjadi juga garis pengaruh reaksi tumpuan ,4.
Jikalau gaya P = 1.0 bekerja sebelah kiri dari potongan c maka gaya lintang O" :
RA - 1.0 = - Ra.Oleh karena itu pada suatu gaya P = 1.0 yang bekerja antara
tumpuan ,4 dan potongan c garis pengaruh pada gaya lintang menjadi juga garis
pengaruh pada reaksi tumpuan 8 yang negatif . Lihat gambar 9 .2.2. a. berikut:
Sudah kita ketahui, bahwa suatu gaya P = 1,0 pada suatu balok tunggal
pada tumpuan masing-masing tidak rnengakibatkan suatu momen. dan karena itu
ordinat 4 garis pengaruh pada momen lentur pada tumpuan masing-masing men-
jadia
:
g.
Jikalau kita memperhatikan suatu potongan c pada balok tunggal ini dan gaya P :
1,0 bekerja pada titik potong c, maka gaya P = 1,0 mengakibatkan suatu momen
sebesar M : 1,0. x. x' /1.
Hasil ini berarti bahwa ordinat 4 pada garis pengaruh pada titik potong c juga menjadi 4 : 1,0. x. x' /1. Jikalau gaya P = 1,0 bekerja di sebelah kanan potongan c
sembarang, maka momen itu menjadi M = R a. xdan ordinat 4 = R a.i. Hasil ini
berarti, bahwa garis pengaruh ini menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan .4
yang dikalikan dengan x, dan menjadi suatu garis lurus.
Gaya P = 1.0 yang bekerja di sebelah kiri potongan c sembarang mengakibatkan
momen M = R6. r. dan ordinat n : Re. x,yang menjadi garis pengaruh pada
reaksi tumpuan I yang dikalikan dengan x ' . Lihat gambar 9. 2. 3, a. berikut:
Garis pengaruh pada momen /U
---.-.il
Garis pengaruh pada gaya lintang O"
--J-j
Garis pengaruh pada gaya lintang O7
Gambar
9.2.3.a.
Kemudian kita dapat menentukan garis pengaruh pada momen lentur dengan
= x . x' /l padatitik c dan menghubungkan nilai ini dengan
titik tumpuan A dan B.
menentukan ordinat 4
395
Cara lain dapat iuga kita lakukan dengon nrenggenrbar ukuran x di banreh tunpuan
Pada beban yang tidak langsung garis pengaruh harus menjadi suatu garis
di bawah tumpuaR 8, hubungkan titik-titik ini dengan titik tumpuan yang di depan, dua garis lurus ini harus rnerptrn1lai tit& potoflg cli bawah
potongan cdan ordinatnya harus n - x. x'/1.
lurus.
,4 dan ukuran
x'
9.2.4. Beban yang tidak langsung
Selanjutnya kita perhatikan satu balok tunggal dengan beban yang tidak langsung
menurut gambar 9.2. 4. c. berikut. Dicari: garis pengaruh pada tumpuan A, pada
gaya lintang O dan momen lentur M.
Pada banyak jenis konstrukei bangunan, terutama pada konstruksi jembatan beban berguna diterinra oleh balok tunggal yang melintang dan yang duduk
di atas konstruksi batang utama. Kejadian ini kita namakan beban yang tidak
Gambar9.2.4. c
hrqsung.
Beban yang tidak langsung
GarSar 9.2.4.
Suatu gaya P yang bekerja antara titik m-ldsrn titik rn rnengakilratkan
simgrl dengan konstruksi batang utama suatu beban sebesar:
P-', = P'T
Garis pengaruh pada reaksi
tumpuan,4
a.
@a titik
P-= P:
Pada penyelesaiannya gaya Psebenarnya harus menjadi sama dengan jurntah gaya
dan P.-1 dan kita dapat menentukan:
is
I
L--
P-:t4m-1 *Pm4m
h = Pfn,-.r*elnc'
14n-1
Garis pengaruh pada momen
lentur M"
c'
* T4-=4o*4u
Sebagai keterangan bisa dilihat gambar 9. 2. 4. b. berikut:
Gambar9.2.4. b
Ordinat 4 di bawah gaya P sebenarnya terdiri dari dua komponen 4o dan 4r.
Nilainya ditentukan dengan garis hubungan ordinat garis pengaruh 4* dan 4._1 .
Hasil ini dapat kita tulis sebagai:
396
Garis pengaruh pada gaya
lintang O,
P,
h =
__-1
Kita dapat menggambar garis pengaruh masing-masing pada beban yang tidak
langsung seperti garis pengaruh biasa. Kemudian kita menggambar garis hubungan
yang lurus antara ordinat 4 pada titik rn dan 4 pada titik rr-1, seperti terlihat pada
gambar 9. 2.4. c. di atas.
Dengan menggunakan cara ini kita dapat melihat, bahwa pada garis pengaruh pada
reaksi tumpuan tidak ada perubahan. Pada garis pengaruh'pada gaya lintang kita
dapatkan suatu garis penghubung miring dan pada garis pengaruh pada momen
lentur dapat kita potong titik puncak di bawah gaya P.
Pada penyelesaian penentuan ordinat-ordinat pada beban yang tidak langsung
sebaiknya kita menghitung dengan perbandingan-perbandingan berikut.
Pada beban merata yang tidak langsung garis pengaruh pada gaya lintang menjadi
agak sulit karena titik n = 0 tidak sama dengan titik potong c.
Untuk memudahkan perhitungan kita menentukan luasnya bidang ( + , - ) fi dan
dari bidang pengaruh dan luasnya bidang pengaruh seluruhnya'F seperti berikut:
F2
397
Dengan superposisi pengaruh masing-masing kita dapatkan:
2-1
I
I
(n
hl
:
drs: Pir + P2dD +
1,0)
Prdr,
+ ... +
Pndrn
Atau menurut syarat dari Maxwell llihat bab 8. 3.
lh
dn:
I
L
I.,
Gambar9.2.4. d.
P.f... + Pr6r,
+
13d31
2. )
dapat kita tentukan:
+ ... + Pndnl
Hasil ini berarti, bahwa d4menjadi lendutan atau dengan kata lain ordinat garis
elastis pada titik
1,2,3, ....., n oleh gaya P :
1.0 pada titik 1. Ordinat garis elastis
ini kita kalikan dengan nilai gaya P sebenarnya. Jumlah hasil kali masing-masing
Ft:-ln,t"+r,t
clic=hr:lhr+hrl
F,-
cr
-!nll,""*l
q, P2, P3, . .. .. . . , Pn
Karena ketentuan ini menjadi sama dengan ketentuan garis pengaruh pada lendutan, dapat kita tentukan:
menjadi lendutan pada titik 1 oleh gaya
h,:h!
h,=h1
a
- " a+b
Garis pengaruh pada lendutan titik
1 a2 a+b+c
2" I a+b
,!
_--
-
garis elastis oleh gaya P
ha2
-Z
'
2 a+b
F=fi+Fz:
F
:
Ft
'tF-:-- 2 a+b
h b2*a2
z
a+b
+ Fr: Iw-ul
(9. 3.
)
+ al
a+b
3.
(9.4.)
4.
5.
9.2.5. Garis pengaruh pada lendutan
Atas dasar pengetahuan pada bab 2. 8. (perhitungan lendutan) dan bab 6.
(Lendutan) kita perhatikan suatu balok tunggal yang dibebani dengan
beberapa gaya. Lendutan pada suatu titik 1 sembarang oleh beban yang sebenar-
1.3.
nya kita tentukan dengan kependekan d16.
= 1.0 yang bekerja pada titik 1 mengakibatkan lendutan pada titik
sebesar d11 dan kemudian oleh gaya P1 lendutan pr . d.1.
Suatu gaya P = 1.0 yang bekerja pada titik 2 mengakibatkan lendutan pada titik
sebesar d.12dan kemudian oleh gaya P2 lendutan pz. dn.
suatu gaya P
Seterusnya kita mendapatkan lendutan Ps.d asld
398
pr.
.0 pada
k
titik
sembarang menjadi sama seperti
rt sembarang.
9.2.6. Ringkasan
1. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4 mempunyai pada titik tumpuan 4
ordinat I : 1.0 dan pada titik tumpuan I ordinat 4 : 0 dan menjadi suatu garis
2.
h lb-allb
1
"+b
dan selanjutnya
-ha2_hb2
l-:-
=
61n.
lurus.
Garis pengaruh pada gaya lintang terdiri dari garis pengaruh pada reaksi
tumpuan A yang positif dan garis pengaruh pada reaksi tumpuan I yang
negatif dengan garis pengubung vertikal pada titik potong c. Garis pengaruh
pada gaya lintang menjadi negatif pada bagian balok tunggal sebelah kiri dan
menjadi positif pada bagian yang kanan.
Garis pengaruh pada momen lentur mempunyai nilai (ordinat) n = x . x'/l pada
titik potong c dan ordinat n : 0 pada titik tumpuan A dan 8. Antara titik-titik
tertentu ini garis pengaruh menjadi garis lurus.
Garis pengaruh pada beban yang tidak langsung harus menjadi garis lurus.
Garis pengaruh pada lendutan pada titik k sembarang menjadi sama seperti
garis elastis oleh gaya P = 1.0 pada titik k sembarang.
9.2.7. Contoh-contoh
Contoh 1: Pada gambar 9. 2. 7. 1. a. berikut kita melihat suatu balok tunggal (jem
1
1
batan) dengan suatu kumpulan gaya (kereta api). Jikalau dua kumpulan gaya itu
satu per satu atau bersama bisa lewat jembatan ini, dapat kita tentukan dengan
bantuan garis pengaruh nilai-nilai seperti berikut:
1. Reaksi tumpuan A maksimal
2. Momen maksimal pada titik potong c dengan jarak x
:
5.0 m
399
Contoh 2: Suatu balok tunggal {jembatan} dengan lebar bentang / = 25'00 m
dengan balok melintang dengan jarak = 5.00 m dibebani secara tidak langsung
oleh kumpulan gaya (kereta api) atau kumpulan gaya (gerbong). Berat sendiri
'konstruksi batangini menjadi g=1.5tlm, lihatjugagambar9.2.7.2'a,berikut.
Tempat kereta api dan gerbong menjadi sembarang. Nilai-nilai yang dicari:
1. Reaksi tumpuan ,4 maksimal
2. Momen maksimal pada titik potong c dengan iarak x = 10.0 m
3. Pada titik potong c itu ditentukan gaya lintang
4. Gaya lintang yang maksimal dan yang minimal pada titik potong c'dengan
jarakx = 6.00m.
Roda pertama dari kumpulan gaya (kereta api) kita pasang tepat di atas tumpuan A
dan kereta api kedua kita pasang sedekat mungkin (lihat gambar 9.2.7.2. b.l.
Penyelesaian kita pisahkan atas berat sendiri (g) dan kumpulan gaya (P seperti
berikut:
10.0 m:
x
:
10.0 m menjadi sama dengan titik tumpuan
pada beban yang tidak langsung rnenjadi suatu ganis lurus, hasil gaya lintang pada
potongan kiri atau kanan dari titik potong c harus menjadi sama (lihat gambar 9. 2.
7.2. e. dan f . berikut). Pembebanan harus sama seperti ditentukan pada gambar L
2.7.2.
anr
= 10,0(1.00 + 0.94 + 0,88 + 0,88 + 0,82 + 0,76 + 0,70 + 0,46
+ 0,210 + 0,34 + 0,28 + 0,22 + 0,161
Re
-
:
69,6
d"
=
10.0 m:
Karena kita pasang kumpulan gaya demikian rupa, sehingga salah satu gaya P
bekerja pada titik potong c kita tidak usah memotong puncak garis pengaruh pada
momen lentur dan ordinat 4 pada titik potong c dengan jarak x = 10.0 m dapat kita
tentukan sebagai:
10,0.15,9_
2ro
-
: t,s1)
tl5,0
as,= 1,5Tn
o,o
t
Penentuan momen maksimal pada titik potong c dengan x
n= xx'
r :
x=
18,75t
Rap
2.
Penentuan gaya lintang atas dasar beban tadi pada titik potong c dengan jarak
Selanjutnya kita dapatkan hasil gaya lintang sebagai:
1
Rnc: gF:1,521,0.25,0 =
1A,0. 6,96
3,
balok melintang (tiap-tiap 5.0 m) kita hanya dapat menentukan gaya lintang
sebelah kiri (/) dan sebelah. kanan(r) dari titik potong c itu. Karena garis pengaruh
Penentuan reaksi tumpuan ,A maksimal:
p
(0,60 + 1,50 + 4,2o + 5,10 + 6.00 + 5.40 + 4,80
+ 4,20 + 2,N + 1,80 + 0,20) : 10,0.36.20 = 362.0tm
Mp:10,0
Karena titik potong c dengan jarak
Penyelesaian:
1.
Karena kita tidak tahu apakah ini betul-betul men.iadi momen Mp maksimal, kita
harus juga memeriksa kemungkinan gerbong sebelah kiri dan sebelah kanan dari
kereta api itu (lihat gambar 9.2,7.2. d.) dan mendapatkan nilai yang sedikit lebih
tinggi dari nilai yang tadi:
Qp1
5,0) = 7,s t
-
1o,o) = o
= 1Q,Q(*0,04 -
0,10 + 0,12 + 0,36 + 0,60 + 0,54 + 0,48 + 0,42
+ 0,24 + 0,18 +
0,021
Ap1: 10,0.2,82 = 28,2t
Oo,
:10,0{-
0,04
-
0,10
+ 0,24 + 0,18 +
6,00
=
=o'(ru
Selanjutnya kita pasang kumpulan gayd (kereta api) demikian rupa, sehingga
bekerja pada titik potong c dengan jarak x = 10.0 m. Sebelah kanan kita tempatkan
-
Ao,
=
10,4
{-- 0,48} =
-
- 0,28* 0,34 -
0,40
*
0,16 + 0.08 + 0,32
0,02)
4,80 t
suatu kereta api lagi dan sebelah kirl suatu gerbong sedekat mungkin (lihat gambar
9.2.7.2. c. berikut) dan terdapat nilai-nilai seperti berikut:
Ms
:
1
225,O.
6,0. 1,5
:
112,5tm
Mp= 10,0(0,60 + 1,il + 4,20 + 5,10 + 6,0 + 5,40
+ 4,80 + 4,2O + 1,80 + 0,60)
Mp
402
=
10,0 .35,40
=
354,0 tm
Gambar situasi
Gambar 9.
2.7.2.
a.
403
tso t50 150 t'o
%tm_
150
-,150,t50,150 ts7
150
Garis pengaruh pada gaya lintang
0",
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4
s)
|
c)
_-r-
l
l
----
Garis pengaruh pada gaya lintang
t50
t0
Garis pengaruh pada momenlentur M"
A",-",
__
t50
i--r-
2000
h)
450
--.J:.1 -
100
-1
d)
Garis pengaruh pada gaya linlang Q",
4.
Garis pengaruh pada momenlentur M"
404
Gambar9.2.7.2. b. s/d e.
x=
6.0 m:
Menurut gambar 9. 2.7.2. g. kita mendapatkan Q",
-r, dengan memasang kereta
api dan satu gerbong pada bagian garis pengaruh yang positif. Kita mendapatkan
hasil:
:
1,sT
Apmax
=
10,0(0,36 + 0.@ + 0,54 + o.zl8 +o,42 + 0,36 + 0.18 +o,121
Apmax
=
10,0.3,06
os
Garis pengaruh pada gaya lintang O"7
Gambar 9.2.1.2. f. s/d h.
Penentuan gaya lintang yang maksimal dan yang minimal pada titik potong c'
dengan jarak
----1
-i,
tls,o
:
- s,o) = 7,s t
30.61
405
Selanjutnya menurut gambar 9.2.7
.2. h. kita dapatkan
Ar,
-6
dengan memasang
sebagian dari kereta api pada bagian garis pengaruh yang negatif.
dapatkan hasil:
Qpmin
9.3.
=
=
10,0
10,0
(-
(-0,440)
0,020
0,080
=-
-
4,40
0,140
t
-
Kiu
men-
(+.-)
garis
pengaruh pada gaya lintang domikian rupa, sehingga gaya lintang menjadi positif
jikalu tumpuan
iit.t", tr.puan konsole berada di sebelah kiri dan menjadi negatif
konaole berada di sebelah kanan.
0,200)
Garis pengaruh pada konsole, pada balok
tunggal dengan konsole dan pada balok
rusuk Gerber
9.3. 1. Garis pengaruh pada konsole
Penentuan garis pengaruh pada konsole sebenarnya tidak ada kesulitan-
9.3.2. Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole
: 1'0 bergprak
Jikalau pada suatu balok tunggal dengan konsole gaya P
pengaruh
antara tumpuan.4 dan 8, konsole itu tidak mempengaruhi bentuk garis
ankonsole
dengan
atau dengan kata-kata lain: garis pengaruh pada balok tunggal
pada
tunggal.
pengaruh
balok
garis
tara tumpuan A dan B harus sama seperti
Jikalau gaya F: 1.0 bergerak pada konsole yang sebelah kiri, reaksi tumpuan R1
akan.tumbuh linearsampai gaya P = 1.0 bekeria pada ujung konsoleyang bebas
dengan nilai:
nya.
Jikalau gaya P = 1.0 bekerja pada suatu titik sembarang reaksi tumpuan juga menjadi Ra: 1.0, dan garis pengaruh pada $uatu titik sembarang juga harus mempunyai ordinat n : 1.0 maka garis pengaruh ini menjadi suatu segiempat menurut
gambar 9. 3. 1. b.
Gaya lintang hanya timbul jikalau P : I.0 bekerja pada ujung konsole yang bebas,
yaitu pada gambar 9. 3. 1. a. sebelah kanan dari potongan sembarang z'. Gaya lintang selalu menjadi O = 1.0 tidak terikat pada titik tangkap gaya P: 1.0 selama
titik tangkap itu berada antara potongan yang kita perhatikan dan ujung konsole
yang bebas. Garis pengaruh pada gaya lintang juga menjadi suatu segiempat antara
potongan z'yang diperhatikan dan ujung konsole yang bebas, seperti terlihat pada
garnbar9.3.
1. c.
Garis pengaruh pada momen lentur hanya timbul jikalau gaya P = 'l .0 bekeria antara titik potong z'yang kita perhatikan dan ujung konsole yang bebas. Antara tumpuan dan titik potong z'orclinat n garis pengaruh menjadi n : 0. Dari titik potong z;
ke kanan ordinat 4 tumbuh linear sampai gaya P = 1.0 bekerja pada titik ujung konsole yang bebas dan mengakibatkan suatu mornon sebeear M -= 1,0. z dengran ordinat 4 : z, seperti terlihat pada gambar 9. 3. 1. d. berikut:
al
Gambar9.3. 1. a. s/d d.
A
-t-
"--]-:ru-4,
at
406
Perlu diperhatkan, bahwa tempat tumpu'an menentukan tanda
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan
4
Garis pengraruh pada gaya lintaqg Or,
RA:
a.+l
t-
1,0--!
Jikalau gaya P = 1.0 bergerak pada konsole yang sebelah kanan, reaksi tumpuan
86 akan tumbuh linear juga dan kita dapat menentukan pengaruh atas tumpuan ll
sebagai:
RA
a.
: - 1,0;
pada
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4 berbentuk selanjutnya seperti terlihat
gambar 9. 3. 2. b. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan I kita dapatkan secara
kiasan (lihat gambar 9. 3' 2. c.).
Gayalintang-padatitikpotongcmenjadi samapadaP= l.0sebelahkiri dari titik
poiong c, dengan reaksi tumpuan RB yang negatif' Pada P : 1 '0 sebelah kanan
garis
dari titik porong c sama dengan reaksi tumpuan Ba' Kejadian ini menentukan
berikut'
gambar
pada
9 '3'2"d'
pengaruh pada gaya lintang O" seperti terlihat
p
Moien lentur pada titik potong c menjadi negatif jikalau gaya : 1 .0 bekerja pada
sebagai:
tentukan
kita
dapat
ordinat
atau
Hasil
4
salah satu konsole.
M:-Rsx'=-
Ir
M: - R4x: -
?,
pada konsole sebelah kiri, dan
pada konsole sebelah kanan.
gambar
Penentuan garis Pengaruh pada momen lentur dapat kita lihat pada
9. 3. 2, e, berikut:
Garis pengaruh pada momen lentw M,.
407
--1-)
Garis pengaruh oleh gaya P = 1.0 terhadap potongan z, atau 2,, sembarang pada bagian konsole dapat kita tentukan seperti pada konsole
Lriasa pada bab 9. 3. 1. (Garis pengaruh pada konsole).
Gambar 9. 3. 2. a. s/d g.
Garis pengaruh pada
reaksi tumpuan 4
9.3. 3. Garis pengaruh pada balok rusuk Gerber
Pada penentuan garis pengaruh pada balok rusuk Gerber kita perhatikan
balok rusuk Gerber menurut gambar 9. 3. 3. a s/d h. berikut. perhitungan balok
rusuk Gerber dengan beban yang tetap dapat dilakukan menurut bab 3. 6. (Balok
rusuk Gerber).
Garis pengaruh pada
reaksi tumpuan
I
lngat, bahwa bagian balok yang bergantung (tumpuan A s/d engsel 91 ) pada
perhitungan menjadi suatu balok tunggal. Ketentuan ini dapat kita lakukan juga
pada penentuan garis pengaruh. Jikalau suatu gaya bekerja sebelah kanan dari
engsel 91 maka gaya itu tidak berpengaruh atas tumpuan
A,
gaya lintang O maupun
momen lentur M.
Garis pengaruh pada
gaya lintang Oc
Garis pengaruh pada
momen lentur M"
Garis pengaruh pada
gaya lintang Qr, dan Q.r.,
el
il',
Garis pengaruh pada
momen lenlur Mz,dan Mz
Kesimpulan: garis pengaruh pada bagian balok rusuk Gerber yang bergantung
hanya menerima pengaruh oleh gaya-gaya pada bagian yang bergantung itu. Lihat
juga gambar 9. 3. 3. a., c. dan d.
Pada penentuan garis pengaruh bagian balok rusuk Gerber yang menjadi balok
tunggal dengan konsole pada kedua ujung (antara engsel g 1 dan 92) kita perhatikan
dahulu bab 9. 3. 2. (Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole). Jikalau
misalnya gaya P: 'l .0 melewati engsel gt pada jurusan ke tumpuan A, maka
pengaruhnya atas tumpuan 8 makin lama makin kecil. Jikalau gaya p: 'l .0 bekerja
pada tumpuan A gaya P itr: tidak mengakibatkan reaksi lagi pada bagian balok
rusuk Gerber antara engsel-engsel g1 dan 92 maka ordinat garis pengaruh n : O.
Atas dasar kejadian ini dapat kita tentukan garis pengaruh pada bagian balok rusuk
Gerber antara engsel-engsel 91 dan 92pada reaksi tumpuan RB, gaya lintang O2
atau momen lentur M2, seperti pada balok tunggal dengan konsole. Kemudian dari
ujung konsole yang menjadi engsel 91 atau 92 kita hubungkan titik itu dengan titik
tumpuan A atau D, masing-masing karena ordinat n = 0. Lihat juga gambar 9. 3. 3.
b., e.,t., g. dan h. berikut.
Pada balok rusuk Gerber dengan beban yang tidak langsung. ketentuan-ketentuan
dapat kita lihat pada bab 9. 2. 4. (Beban yang tidak langsung).
Akhirnya dapat kita tentukan:
1.
Atas dasar gambar 9. 3.2. b. s/d e. dapat kita tentukan:
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, pada gaya lintang dan pada momen
fentur pada suatu potongan c antara tumpuan A dan B kita dapatkan dengan garis pengaruh pada balok tunggal yang diperpanjang lurus sampai
ujung konsole masing-masing.
2.
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, pada gaya lintang dan pada momen
lentur terdiri dari garis-garis yang lurus.
Garis pengaruh pada semua tumpuan mendapat ordinat
kekecualian misalnya tumpuan
A
n : 0
dengan
pada garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4
dsb.
Garis p,engaruh pada tiap-tiap titik engsel mengubah jurusan (titik engsel
patahan garis pengaruh).
:
titik
408
409
Gambar 9. 3. 3. a'
s/d
h.
Garis pengaruh
pada reaksi tum-
puan.4
Garis pengaruh
pada reaksi tumpuan
I
Garis pengaruh
pada gaya
tang
lin-
O1
Garis pengaruh
pada
momen
lentur M1
Garis pengaruh
pada gaya iintang A2
Garis pengaruh
pada
momen
lentur M2
Garis pengaruh
pada gaya
lin-
tang O1
3
Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole pada reaksi tumpuan, pada
gaya lintang dan pada momen lentur pada suatu potongan sembarang antara
dua tumpuan balok tunggal ini kita dapatkan dengan memperpanjangkan lurus
garis pengaruh pada balok tunggal sampai ujung konsole masing-masing.
Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole pada reaksi tumpuan, pada
gaya lintang dan pada momen lentur pada suatu potongan sembarang pada
bagian konsole, dapat kita tentukan seperti pada konsole biasa.
4. Garis pengaruh pada bagian balok rusuk Gerber yang bergantung, dapat kita
tentukan seperti pada balok tunggal biasa.
Garis pengaruh pada bagian balok rusuk Gerber di antara dua engsel, dapat kita
tentukan seperti pada balok tunggal dengan konsole dan kemudian menghubungkan titik ujung garis pengaruh pada engsel dengan titik tumpuan berikut
dengan ordinat 4 = 0 dengan garis lurus.
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, pada gaya lintang dan pada momen
lentur terdiri.dari garis-garis yang lurus (pada semua konstruksi batang yang
statis tertentu) dan selalu mengubah jurusan pada suatu titik engsel. Garis
pengaruh kemudian mendapatkan pada semua tumpuan ordinat 4 = 0 kecuali
pada tumpuan yang ditentukan dengan garis pengaruh pada reaksi tumpuan
itu.
2.
9.3.5. Contoh-contoh
Contoh 1: Pada suatu rel sebagai balok rusuk Gerber berjalan dua derek menurut
gambar 9. 3. 5. a. berikut (tekanan derek dalam kurung menjadi beratnya derek
sendiri). Dicari:
1. Reaksi tumpuan R4, Rsdan R6
2. Momen lentur pada pertengalun bagbn,4-B
3. Momen lentur pada pertengahan bogian engsel grC
4. Momen tumpuan M6
5. Gaya lintang pada tumpuan I
Garie pengnruh
pada
momen
lentur M1
9.3.4. Ringkasan
1. Garis pengaruh pada konsole membentuk
410
Gambar9.3.5. a.
Penyelesaian:
pada reaksi tumpuan dan pada gaya
pada
lentur suatu segitiga dengan titik
momen
persegi
dan
empat
lintang suatu
puncak di atas ujung konsole yang bebas dan titik ordinat4 = 0 pada potongan
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan masing-masing yang maksimal dan yang
yang diPerhatikan'
minimal dapat dilihat pada gambar 9. 3. 5. b. berikut.
1.
Penentuan reaksi tumpuan Ra, Rsdan Rg;
411
Pada tumpuan,4 kita dapatkan nilai maksimal dan minimal seperti tergambar pada
gambar9. 3. 5. b. sebagai:
RA*", = 10,0(1,075 + O,U2l + 14,0$,741 + 0,4751 :36,2t
RA-i,: 10,0 (- 0,100 - 0,333) + 14,0 (-0,300 0,211) =
Pada tumpuan
I
-
-
:
:
11,51
maksimal dan kemudian dapat ditentukan:
14,0 (1,333 + 0,9fl7l = 54,7 t
+
Nilai minimal kita dapati dengan memasang derek pada bagian garis pengaruh yang
negatif karena pada derek kiri satu roda masih berdiri pada bagian garis pengaruh
yang positif (lihat gambar 9. 3. 5. b. ), maka kita menentukan, bahwa derek itu menjadi kosong (tidak bekerja) dan yang diperhatikan hanya berat sendiri. Nilai minimal
selanjutnya menjadi:
RB
-in =
5,0
(-0.075 + 0,158) +
14,0 (0,033
-
0,3221
: -
Penentuan momen lentur pada pertengahan bagian A_ B:
Kita menentukan ordinat 4 garis pengaruh pada titik potong di pertengahan bagian
,4
kita dapatkan nilai maksimal dengan memasang dua derek ini
pada tempat dengan ordinat 4
RB-u* 10,0 (1,000 + 1.233)
2.
3,635
-I
'
sebagai:
xx'
I
6,0'6,0
12,0
Kemudian dapat kita gambar garis pengaruh seperti terlihat pada gambar 9. 3. 5. c.
berikut. Nilai-nilai Mmax A_B dan M*;n 4-s kita dapat kita tentukan sebagai:
:
Mmin A-B :
Mmax
10.0(1,000 +2,4ol0)
A_B
+
14,0(3,000+ 1,4O0)
:
95,6tm
10,0(-0,600-2,000) + 14,0(-1,800-"t,2671:
-69,0tm
2W 2M t20
3m
Garis pengaruh pada momen
lenlur M^.r4_s
Garis pengaruh pada momen
lentur
t
Pada tumpuan C kita hanya dapat menentukan nilai maksimal. karena tidak ada
pengaruh yang negatif dan yang bisa menentukan nilai minimql. Selanjutnya nilai
maksimal menjadi:
Rc-"r= 10,0Q,ilz
+ 0,876) +
14,0 (0,975
+
1,2421
:
46,2t
Rc-in=o
Garis pengaruh
pada reaksi tumpuan
4-r,
Garis pengaruh
pada reaksi tumpuan.4n.';n
Gambar9.5.3. c.
3.
Penentuan momen lentur pada pertengahan bagian g-C..
Garis pengaruh dapat kita tentukan seperti pada titik 2. dan seperti terlihat pada
gambar 9. 5. 3. d. berikut. Pada penentu an M^lng-c kita mendorong satu derek ke
bagian kiri yang tidak mempengaruhi bagian g-i. Kemudian dapat kita tentukan
nilai M^rr*g dan M^inn-6 seperti berikut:
Garis pengaruh
Mmax
pada reaksi tum-
Mmin
puan
8-",
Mm6A-B
s*c =
s-c =
10,0(1,0O0
+2,4001.+ 14,0(3,000+ 1,40/ll. = 95.6tm
14,0(+0,150-1,450)
= -18,2tm
Garis pengaruh pada momen lentur
Mmarg-c
Garis pengaruh
pada reaksi tumpuan 8r;n
Garis pengaruh
pada reaksi tum-
puan
Cr*
Gambar9.3.5. b.
4't2
Garis pengaruh pada
momen lentur M.;nn_g
Gambar 9. 3. 5. d.
413
4.
Penentuan momen tumpuan 8:
Kita menggambar garis pengaruh pada momen tumpuan I pada bagian konsole
s€belah kanan dari tumpuan L Ujung konsole (engsel g) kita hubungkan dengan
garis lurus dengan tumpuan C fi - O) dan sampai ujung konsole yang di sebelah
kanan dari tumpuan C, seperti terlihat pada gambar 9. 3. 5. e. berikut. Nilai-nilai
M^r* gdan M,6n Bdapal kita tentukan sebagai:
= 10,0(-1,200-4,m0) + 14,0(-3,600-2,533) = -137,8tm
M.n a = 14,0(-0,100 + 0,967) = 12,15tm
MtmxB
Garis pengaruh pada momen
tumpuan Mmax B
Gambar 9. 3. 5. f.
Garis pengaruh pada gaya
lintang A^a*
B,
Garie pengaruh pada filornen tumpuan MminB
Gember 9. 3. 5. e.
5.
Penontuan gaya lintang pada tumpuan 8..
Karena pada titik potong yang kita perhatikan (titik tumpuan 8) ada bekerja suatu
gaya (reaksi tumpuan 8); maka kita harus menggambar garis pengaruh pada gaya
lintang sebelah kiri (4 dan sebelah kanan (r) dari tumpuan-B itu seperti terlihat pada
gambar 9. 3. 5. f. dan 9., dan kemudian kita dapatkan nilai O.u, dan Or;n juga
dengan nilai sebelah kiri (4 dan sebelah kanan (r) sebagai Amax Bt Amax B, Amin Bt
d6n O]n;n,sr seperti berikut:
=
Amax Br =
Amax B, =
Amin Br =
Amin
414
Bt
10,6'0,4@-0,63A + 14,0(-0,733-l,m) = -34,6t
5,0(+0,075-0,158) + 14,0(-0,088+0,081) = +0,6t
10,0(1,000+1,000)
Garis pengaruh pada
lintang Am6 Br
Gambar9.3.5. g.
9.4.
+ 14,0(1,000+0,733) = +4,25t
14,01+0,025-0,242)
= -3,04t
9. 4.
Garis pengaruh pada busur tiga ruas
1. Perhitungan dengan beban yang tetap
'
Sebagai dasar pada penentuan konstruksi busur tiga ruas dengan beban
yang tetap kita perhatikan penentuan-penentuan bab 3. 7. 3. 2. (Konstruksi busur
tiga ruas dengan gaya-gaya pada dua bagian busur), terutama penyelesaian secara
analitis (lihat gambar 3.7 . 3. f . pada jilid satu buku ini).
Atas dasar ketentuan-ketentuan itu dapat juga kita tentukan garis pengaruh pada
beban yang tetap.
4't5
Dangan v7 sebagni resultante semua gaya yang vertikal pada bagian konstruksi
busur tiga ruas yang sebelah kiri dari potongan $crnbarang x. y menjadi positif
iikalau berjurusan ke atas.
Hl rneniadi resultante semua gaya yang horisontal pada bagian konstruksi busur
tiga rllas yang sebelah kiri dari potongan sembarang x. l/ menjadi positif
iikalau berjurusan ke kanan.
Rurnus (9. 5.) dan rumus (9. 6.) hanya dapat digunakan pada konstruksri busur tiga
ruas dengan beban yang tetap.
9.4.2. Garie pengaruh pada reaksi tumpuan
Gambar9.4. 1. a.
Reaksi tumpuan R4 dan Rs dan kita bagi atas komponen 'horisontal' H'a dan H's
dan komponen vertikal, yaitu 8a, dan 86, menurut rumus berikut:
RAn
:
I
re,u, orn
Ra, =
I
Pada beban tetap reaksi tumpuan R4n dan ff6, menjadi sama pada
konstruksi busur tiga ruas dan pada sistim dasar (balok tunggal dengan lebar bentang = 0. Oleh karena itu garis pengaruh pada reaksi tumpuan )rang vertikal harus
menjadi sama $eperti pada garis pengaruh pada reaksi turnpuan pada balok tunggal
(lihat garnbar 9. 4. 2. a. dan b. ).
Komponen horisontal H pada beban yang tetap dapat kita tentukan tlengan rnorren
pada erqsel pada si$tim dasar, yang dibagi dengan tingginya titik puncak (cian
engsel) f pada konstruksi busur tiga ruas. Garis pengaruh komponerr horisontal
R4, dan R6, menentukan juga reaksi tumpuan pada sistim dasar, yaitu suatu balok
tunggal dengan lebar bentang I seperti terlihat pada gambar 9. 4. 1. a. di atas.
momen lentur pada sistim dasar (lihat bab g. 2. 3.) dengafl ordinatnya rnasing- masing dibagi dengan tingginya titik puncak f.
Jr.#OrO;nat garis &ngarr;4 pada engsel g kern"rudian menjadi: ,n
:
Kemudian komponen horisontal H menjadi:
H = Hn =
He:
H'4coso
=
H'Bcosa =
I/
dapat kita gambar demikion rupa. sehingga kita gambar garis pengaruh pada
ze'",
(lihat.iuga ganrbar 9. 4. 2. c.).
,,"o", ='fo
Garnbar 9. 4. 2. a.
s/tl c.
Dengan M* sebagaimomen lentur pada sistim dasar pada titik engsel g dan dengan fsebagai tingginya engsel dari garis penghubung tumpuan 4 dan tumpuan 8.
Momen lentur pada potongan sembarang x dapat kita tentukan sebagai:
Mr: Mw- HY
o'
Dengan M, sebagai momen pada titik x sembarang pada sistim dasar flihat juga
gambar 9. 4. 1. a.).
Pada penentuan gaya normal dan gaya lintang kita menggunakan rumus-rumus
dan pengetahuan dari bab 3. 7. 3.2. dan menentukan pada potongan x sembarang:
- N, =
Ax
416
-
IVTsin
2Vtcos
<p
<p
-
+ ZHlcostp
2H1sin
<p
L-ls
L--"''-
------]:=:"o
Garis pengelruh pada
reaksi tumpuan rt?7,
Garis pengaruh pada
reaksi tumpuan frp,
(9.5.)
(9.6.)
Garis pengaruh oleh
komponen horisontal H
417
Gambar9.4.3. a. s/d
e.
Garis pengaruh pada
reaksi tumpuan 4
#toro
Garis pengaruh pada
reaksi tumpuan 8
Gambar 9.
Garis pengaruh pada momen
4.2. d. dan e.
lentur Mo,
Penentuan garis pengaruh pada reaksi tumpuan .4 dan I dapat kemudian kita
lakukan dengan superposisi garis pengaruh pada reaksi tumpu?n Rqv atau Rs,
dengan garis pengaruh oleh komponen horisontal H seperti terlihat pada gambar 9.
4.2. d. dan e. di atas.
Jikalau tumpuan
A
dan
I
tidak berada dalam satu dataran maka kita
Garis pengaruh oleh komponen horisontal H yang dikali-
c)
kan dengan ukuran y
harus
Garis pengaruh pada momen
lentur M, yang di-superposisi-
memperhatikan pengaruh sudut a. Atau dengan kata-kata lain garis pengaruh oleh
komponen horisontal H harus dikalikan dengan tan a sebelum di-superposisi-kan
menurut gambar 9. 4.2. d. dan e. di atas.
kan
Garis pengaruh pada momen
lentur M, yang di-superposisi-
9.4.3, Garis pengaruh pada momen lentur
kan
Pada penentuan garis pengaruh pada momen lentur dengan beban tetap
perhatikan
rumus berikut:
kita
Mr: Mor- HY
seperti pada garis pengaruh pada reaksi tumpuan, garis pengaruh pada momen
lentur terdiri dari suatu kombinasi dua garis pengaruh .yang sudah kita ketahui.
Garis pengaruh pertama ialah garis pengaruh pada momen lentur pada suatu titik
9.4.4. Garis pengaruh pada gaya normal'dan gaya
Kita memperhatikan rumus
-
xx'
garis pengaruh kedua ialah garis pengaruh oleh komponen horisontal H yang
negatif dan yang dikalikan dengan ukuran y. Y ialah tingginya busur pada titik sembarang x ilihat gambar 9. 4. 3. a. berikut). ordinat 4s di bawah titik engsel I kemudian menjadi:
N, = IVTsin
<p
*
pada
ZHlcosQ
Karena sebenarnya Hr
:
H dapat kita tulis:
- Nr= (Ra*2P7)sinP
RA :
Y
+ Hcosp
Ra, + //tan a
Jikalau kita men-superposisi-kan dua garis pengaruh ini kita dapatkan garis
pengaruh pada momen lentur seperti terlihat pada gambar 9. 4. 3. d. berikut
dan kemudian:
(bidang yang diarsir). Boleh juga menggambar garis pengaruh pada momen lentur
ini seperti terlihat pada gambar 9. 4. 3. e. berikut.
-
I
418
x
Menurut bab 9. 4. 2. dapatkita tentukan. bahwa
lrl,
n= tf
pada titik
konstruksi busur tiga ruas dengan beban tetap yang berbunyi:
sembarang x pada sistim dasar (lihat juga bab 9. 2. 3. ) dengan ordinatnya:
n: l
(9.5.) gaya normal
Iantang
N,
:
(Ra,
+
Htana
- ZP/sinq + H cosP
419
Pada rumus ini R4,
- EPt meniadi gaya lintang Oq, pada suatu balok tunggal
dengan lebar bentang = I oprda titik sembarang x:
Garis pengaruh oleh komponen horisontal l/ yang dikali-
- Nr= Osrsinrp + Htanasinrp + Hcostp
- N, = Osrsin 9 * ;;;
H
(sino sin rr
*
kan dengan
faktor
sin (rp-o)
COs
cosa cosp)
-'l
t
o
Garis pengaruh pada gaya lin-
tang O, yang disuperposisikan
cos(P
* N. = Qorsing * ,
*
o)
(9.7.)
COs a
e)
Garis pengaruh pada gaya lin-
tang Oor yang dikalikan
\
ngon sin
E
Penentuan gaya lintang atas dasar rumus (9. 6.) pada titik x ssmbararp pada
konstruksi hrsur tiga ruas dengan bebon tetap kha lakukan demikian ruia.
sehingga:
Garb pengaruh oleh komponen horisontal H yang dikali-
f)
kan dengan
=
Oorcos
a, =
- *"
aorcosp
-,
(sin rp cos a
sinlq
-
- o),
cos a
Gambar9. 4. 4. c. s/d g.
cos rp sin o)
9.4.5. Ringkasan
(9.8.)
Jikalau tumpuan A dan B berada dalam satu dataran, maka a = 0.
Rurnus (9. 7.) dan rumus (9. 8.) dapat kita tulis seperti berikut:
-
N, = Osrsinrp +
Q,
coe(r+r'o)
Garis pengaruh @a gaya normal fl, yang di-zuperposisi-kan
q + Htanoc,osg - Hsinq
ox = oorcos.
f6119;
cos o
Or=IYTcoeq-ZH1sin9
Ox
de-
<p
Penentuan garis pengaruh pada konstruksi busur tiga ruas berdasarkan
rumus-rumus penentuan reaksi tumpuan, !'nomen lentur, gaya norrnal dan gaya lintang pada konstruksi busur tiga ruas dengan beban tetap.
Kita dapot menggambar garis pongaruh pada konstruksi busur tiga ruas selalu
dengan men-superposisi-kan dua komponen dengan garis pengaruhnya yang
dikalikan dengan satu faktor.
Hcos<p
= Aorcosp - Hsinq
9.4.6. Contoh
Suatu konstruksi busur tiga ruas yang berbentuk parabol menurut gambar
9. 4. 6. a. berikut. Dengan bantuan garis pengaruh masing-masing kita cari: reaksi
tumpuan, momen lentur, gaya lintang dan gaya normal pada titik x oleh berat senGambar9.4.4. a. dan b.
\--------L-
ili
420
diri gr
=
1.0
1/mdanbobanq = 3.0t/m.
1,
Garis pengaruh pada gaya lin-
tang Qo, yang dikalikan
dengan cos
rp
Gambar 9. 4. 6. a.
421
Penyelesaian:
Penentuan nilai y dan rp menurut ilmu ukur:
=
en'
t=12,@m f=4,00m x=3,00m x,=9,00m
11
= lr=
t
menurut persamaan parabol dapat kita tentukan:
y
=
y' =
#,il - x) = \#3,0.s,0
#
tan(p =
Gambar9.4.6. d.
^s'
6,00m
u
-2x) =
)#
Garis pengaruh pada gaYa lintang
A, = QorcosP - Hsinrp Padax : 3'00 m
oleh Osrcosrp * 4, = l,Ocosrp = 0,882
oleh Hsin e - rlg= 0,750'0,555 = 0,416
= 3,oom
fi2n -2.3,0) = 0,667
0,667 p = 33,7o
sin(p =
\
s
9,5,55 cosp = 0,832
R
E.'
5B.
Penentuan garis pengaruh masing-masing:
Gambar 9. 4. 6. b. dan c.
Gambar 9. 4. 6. e.
Garis pengaruh pada gaya normal
Garis pengaruh pada reaksi
tumpuan i9a dengan 4, : t,@
Garis pengaruh oleh komponen
horisontal H dengan
nc:
lrl,
6,0.6,0
=ffi:0,750
-V
-
N, = Osrsinrp + HcosrpPadax:3.0m
oleh Oo, sinp * nr: l,Osine = 0.555
oleh Hcos q * Hg: 0,750.0,t1i]2 = 0,@4
Hasil oleh penentuan garis pengaruh:
Pada reaksi tumpuan masing-masing:
1
RA-"r=
Garis pengaruh pada momen lentur
M, = Mo, H.y pada x = 3.0 m
-
xx' 3,0.9,0
4ox: ,:6=2,250
ns =
t.l.
iv:
0,750.3,00 =
T
1
H-a, =
2
1,0.12,0(1,0+3,0) =24,0t
0,75.12,0 (1,0
+ 3,0) = 18,0t
Pada momen lentur:
2,2fi
Titik dengan momen nol kita dapatkan pada titik 4.&) m dari tumpuan ,4 menurut
gambar 9. 4. 6. c. di atas. Luasnya bidang momen yang negatif dan yang positif
selanjutnya meniadi:
1
F1: ,4,ffi.125:
422
+2,70
423
1
r_ = z 7,2O.0,7W= _2,70
F =F++F =0
Karena beban oleh berat sendiri selalu ada pada seluruh konstruksi busur tiga ruas
yang pada contoh ini meniadi simetris dengan garis / -- 8 yang horisontal dapat kita
tentukan: Ms =
A.
iJntuk menentukan nilai batasan pada momen lentur oleh beban q kita membetrani
hanya bagian dengan bidang pongaruh yang positif atau yang negatff, yaitu:
= + 2,70.3,00
Mpma'
Mpn* =
-
2,70.3.00
= 8,10tm
= - 8,10tm
Pada gaya lintang:
Os=0
Aon,,,
=*
Ool-iri= *-
0,416.3,0.3,0
1,87
* 't,87 t
1
Pada gaya normal:
= --1,0 r+ 12,0.0,6a4 -*a,o.o,rss *
]s,o.o+ror
Ns= - 1,0.5408 = -5,408t
Mrma = -- 3,0.5,rm = - 16,224t Nrr*o = O
N min= -21,53t
Ns
A. Ritter). Persamaan-petsarnaan itu memperlihatkan. bottwa
gayi, hdt,fitng dapat ditentukan dengan molnen lentur dan gaya lintang pada suatu
srstirn d{}s,ar (balok tunggal} dengan suatu faktor menurut bentuk korxstruksi rangka
batang rrnaring-masing. Karena itu garis pengaruh pada gaya batang {unpa faltorfaktor itu) biasanya meniadi sanxr saperti garis pengaruh pada ggya lintang dan
[rarang merurrut
mornen lentur pada balok tunggal. Kadang-kadang garis perqaruh hanrs disup6rp(,sisi-kan seperti pada konstruksi busur tiga rua$.
Pada dasar-dasar konstruksi rangka batang telah kita tentukan, bahwa gaya-gsy8
hanya dapar bekerja mda titik simpul masing-masing. Jikalau kernudian timbul
gaya-gaya yang bekerja antara dua titik simpul, kita harus memperhatikan
pengotahuan tentang beban yang tidak langsung {lihat bab 9. 2. 4. ).
Pada penentuan garis pengaruh pada konstrukai rangka baung harue kita
pertrotikan batang tepi yang menerima beban. Pada umumnya batang topi itu ditandai dengan garis putus.
9.5.2. Konstruksi rangka batang dengon batang tepi ceisiar
Fersarnaan gaya batang pada konstruksi rangka batang dengan batang
tepi seiajar menurut pengotahusn dacar A. Bitter (lihat bab 4. 3. 3.) dapat kita to{ttukan:
Pada batang tepi atas (O) dan bawah (U):
(9.9.1
ParJa
Garis pengaruh pada konstruksi rangka
9. 5.
batang
9.5.
f.
Pengetahuan dasar
Tidak mungkin dalam bab ini kita memperhatikan sernua kemungkinan
mengenai garis-garis pengaruh pada konstruksi rangka batang yang statis tertentu.
(ita akan membatasi diri pada beberapa macam konstruksi rangka batang yang
psnting. Ketentuan-ketentuan pada konstruksi rangka batang itu iuga dapat
digunakan pada konstruksi rangka batang yang lain.
Reaksi tumpuan pacia suatu konstruksi rangka batng biasa menjadi sama seperti
pada suatu balok tunggal dengan lebar bentang yang sama. Oleh karena itu juga
garis pengaruh menjadi sanra dan kita mengabaikan konstruksi garis pengaruh pada
reaksi tumpuan pada konstruksi rangka batang selan.iutnya.
Pada pener"ltuan garis pengaruh pada gaya batang kita menggunakan gmrsamaan
pada beban yang tetap yang telah kita pelajari pada bab 4. 3. 3. (Ferhitungan gaya
424
D
batang diagonal (O):
-
a
+'----:*-(p
(9.10.)
Sln
Pada batang vertikal ( V):
V=l:PalauV=OatauV=tA
(9. 1r.
)
Garis pengaruh pada gaya batang tepi dapat i(ita gambat dengan penentuan geris
pengaruh pada momen lentur lxda sistim dasar (balok tunggal) dengan ordinatnya
n yang dibagi atas ketinggian h konstruksi rangka batang itri (lihat iuga gambar
9. 5. 2.
a.
s/dc").
Garis pengaruh pada gaya batang diagonal dapat kita gambat dengan penentuan
garis pengaruh pada gaya lintang pada sistim dasar dengan ordinatnya 4 yang
425
dibagi atas sin g (dengan 9 sebagai miringnya diagonal menurut gambar 9. 5.2. a.,
d.dane.) 4 = l.0menjadi 4 = 1/sin<p.
Garis pengaruh pada gaya batang vertikal tergantung pada cara pemasangan
diagonal sebelah kiri dan sebelah kanan. Bisa garis pengaruh pada gaya batang vertikal seluas satu bagian sebelah kiri dan sebelah kanan dari titik simpul yang
diperhatikan, atau menjadi nol (lihat juga gambar 9. 5. 2. a. dan f.), atau garis
pengaruh pada gaya batang vertikal menjadi sama dengan garis pengaruh pada
gaya lintang (lihat juga gambar9. 5.2.5.,l. dan m. berikut).
Sebagai keterangan kita perhatikan pertama suatu konstruksi rangka batang
dengan batang tepi sejajar dengan diagonal yang turun naik seperti terlihat pada
gambar 9. 5. 2. a. berikut:
Gambar9.5.2.a.sldl.
Pada garis pengaruh pada gaya batang diagonal kita pertama menentukan garis
pengaruh pada gaya lintang dengan ordinat n : 1/sin rp.
Dua titik ujung diagonal yang diperhatikan kita hubungkan dengan dua garis
pengaruh itu (lihat gambar 9. 5. 2. d. dan e. di atas), Pada penentuan garis
pengaruh pada konstruksi rangka batang dengan beban yang tidak langsung kita
perhatikan rumus (9. 3.)dan rumus (9, 4.). Tanda (+,-) pada garis pengaruh pada
gaya batang diagonal menentukan juga tanda gaya batang masing-masing.
Pada penentuan garis pengaruh pada gaya batang vertikal kita pasang ordinat 4 =
1.0 di bawah batang vertikal itu (lihat juga gambar 9. 5. 2. f. di atas). Jikalau gava p
= 1.0 bekerja pada suatu titik simpul pada samping batang vertikal V1 yang kita
perhatikan, maka tidak ada gaya batang dan karena itu ordinat 4 = Q.
Pada konstruksi rangka batang dengan batang tepi bawah yang dibebani seperti
misalnya dapat dilihat pada gambar 9. 5. 2. a. di atas batang vertikal V6 dan Vp*1
menjadi batang tanpa gsya (batang noll dan karena itu juga ordinat goris pengaruh
4:0'
Sebagei kamungkinan keduc klta perhatikan suatu kon8trukei rangka batang
dengan diagonalnya naik (atau turun) semuanya, menurut gambar g. 5. 2. g.
berikut:
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi bawah U1
Gambar9. 5.2. g. s/d l.
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi atas
Garis pengaruh pada
A1
gaya batang
bawah
Garis pengaruh pada
gaya batang diagonal
Dp
Garis pengaruh pada
gaya batang diagonal
tepi
V1
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi atas
,7 /'fL,-.;Ela#
O1
Garis pengaruh pada
gaya batang diagonal
Dk*t
Dp
Garis pengaruh pada
gaya batang vertikal
Garis pengaruh pada
V*
gaya batang vertikal
Vp dengan batang
Garis pengaruh pada gaya batang tepi dapat kita gambar rnenurut ketentuan tadi
(lihat gambar 9. 5. 2. b. dan c.). Karena titik k yang kita perhatikan menjadi juga
suatu titik simpul, garis pengaruh menjadi suatu garis lurus sebelah kiri dan sebelah
kanan dari titik k itu. Tanda (+,-) pada garis pengaruh pada gaya batang tepi
menentukan juga tanda gaya patang masing-masing.
tepi bawah yang me-
-
nerima beban atau
pada V*-'r dengan ba-
tang tepi atas yang
menerima beban
426
427
,
//t
E.l
Garis pengaruh pada
gaya batang vertikal
Vp dengan batang
tepi atas yang menerima beban atau pada
V1*1 dengan batang
tepi bawah yang menerima beban
sama timbul pada u,iung masing-masinS pada konstruksi rangka batang ini yang
dapat kita lihat pada gambar 9. 5. 2. a. di atas.
Sebagai kemungkinan ketiga perhatikan suatu konstruksi rangka batang dengan
batarrg tepi sejajar dan dengan diagonal saja seperti terlihat pada gambar 9. 5. 2. p.
berikut:
Gambar 9. 5. 2. p. s/d s.
tr-l-.-
Garis pengaruh pada
gaya batang V**2
Garie perpnruh pada
gaya batang tepi bawah Up dengan pe-
dengan batang tepi
bawah yang
mene-
ngaruh beban
rima beban
o/
IN
Gambor 9. 5. 2. m. e/d o
Garis pengaruh pada
gaya batang vertikal
Vo dengan batang
tepi atas Yang menerima beban
Penentuan garis pengaruh pada batang tepi dan pada gaya batang diagonal
,rrerrurut gambar 9. 5. 2. h. s/d k. di atas tidak mengalarni kesulitan dan dapat
dilakukan seperti pada contoh konstruksi rangka batang dengan diagonal yang
turun naik pada gambar 9. 5. 2. a. dsb.
Penentuan garis pengaruh pada gaya baung vertikal harus seimbang dengan gaya
lintang Oseperti ditentukan pada rumus (9. 11.). Batang vertikal Vsekarang berdiri
pada suatu titik simpul yang fuga menerirna beban. Fada titik itu gaya lintang O iuga
mengubah nilainya. Timbul sekarang pertanyaan apakah pilai gaya lintang sebelah
kiri atau sebelah kanan dari tltik itu berpengaruh. Jawaban pertanyaan ini pada
konstruksi rangka batang dengan semua diagonal turun atau naik menjadi penting
setali dan hanya mungkin jikalau batang tepi yang menerima beban sudah ditentukan.
Pada penentuan kita perhatikan potongan l-l menurut A. Ritter seperti digambar
pada gpmbor 9. 5. 2. g. di atas. Potongan l-l itu kena batang vertikal V1. Gaya lintsng yanq borpengaruh ada pada bagian yang potongannya l-l dikenai batang tepi
yang mone.fona beban.
Jikalau batang tefi yang menerima beban menjadi batang tepi bawah. maka garis
pongaruh pada gaya batang vertikal Vs dapat dilihat pada gambar 9. 5,2. 1. di atas.
Garis penganrh ini menjadi sama dengan garis pengaruh pada gaya batang vertikal
Vpl pada batang tepi atas yang menerima beban.
Pada keiadian yang berlawanan kita perhatikan gambar 9. 5. 2. m. Pada batang vertikal V1*2 yeng di tengah-tengah konstruksi rangka batang ini kita perhatikan
ketentuan-ketentuan pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang naik
turun dan mendapat hsil seperti terlihat pada gambar 9. 5. 2. n. Pendapatan yang
428
yang
tidak langsung
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi atas
,
D---i;.,,
Q*
*2[-]-----.__,!
V-
I
fr I
___J
Garis pengaruh paoa
gaYa batang diagonal
Dk
Pada penentuan garis pengaruh pada batang tepi bawah pada konstruksi rangka
batang ini harus diperhatikan pengaruh oleh beban yang tidak langsung, seperti
dibicarakan pada bab 9.2."4. Atas dasar ketentuan itu garis pengaruh antara titik
sirnpul
k-
1
dan k +
t
harus menjadi garis lurus, seperti terlihat pada gambar 9. 5. 2.
q. di atas.
Pada penentuan garis pengaruh pada gaya batang diagonal O1 kita juga
menghubungkan dengan garis lurus suatu bagian yang ada antara dua titik simpul
pada batang tepi bawah. Karena itu garis pengaruh pada gaya batang diagonal
Dp* 1 menjadi sama dengan tanda ( +, - ) berlawanan.
9.5.3. Konstruksi rangka batang dengan batang tepi tidak
seiajar
Penentuan garis-garis pengaruh pada konstruksi rangka batang dengan
batang tepi tidak sejajar berdasarkan atas persamaan-persamaan penentuan gaya
batang oleh beban yang vertikal dan yang tetap (mati).
Kemudian kita perhatikan suatu bagian konstruksi rangka batang dengan batang
tepi tidak sejajar seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. a. berikut. tlagian konstruksi
rangka batang kita potong menurut potongan yang ditentukan dalam gambar 9. 5.
3. a. dan perhatikan bagian sebelah kiri potongan itu.
429
-r;-t.,
menurut rumus (9. 12.) dapat kita tentukan:
/
U cos0 --
ff o^"
ocosy =
-+
dan kemudian kita dapatkan:
Dcosy +
Gambar9.5.3.
a
Kita tentukan gaya batang tepi dengan syarat keseimbangan 2M : 0 dan sebagai
titik kutub kita pilih titik potong dua gaya batang yang lain seperti telah ditentukan
pada bab 4. 3. 3. Jumlah momen semua gaya luar selanjutnya kita tentukan sebagai
M dengan index , pada batang tepi atas dan dengan index , pada batang tepi
bawah.
Kita dapat menentukan:
Mo-Uro:Q
Mr+ Orr=g
rodan rrdapat kita tukar dengan:
ro = hocosA
r,,
=
hucosy
kemudian persamaan pada gaya batang tepi dapat ditulis demikian rupa, sehingga:
.MoMoM,
ro ho cos[t
ru
Mu
hu cosy
o:
i*
(eo,
(9.12.
)
berhadapan. Sebetulnya rumus (9, 9.) menjadi suatu bentuk khusus pada rumus (9.
12.)dengan A = 0,T - Odanr : h.
Atas dasar pengetahuan ini dapat kita tentukan, bahwa penentuan gaya batang
tepi pada konstruksi rangka batang dengan tepi yang sejajar dan dengan tepi yang
tidak sejajar menjadi sama, hanya dengan memperhatikan jarak r yang menggantikan ketinggian konstruksi rangka batang h.
Gaya batang diagonal dapat kita tentukan dengan syarat keseimbangan ZH : 0
dengan hasil seperti berikut:
(9.13.)
Atas dasar rumus (9. 13.) kita lihat, bahwa garis pengaruh pada gaya batang
diagonal menjadi suatu superposisi atas dua garis pengaruh yang sudah diketahui
seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. e. berikut.
Karena penentuan dan gambaran garis pengaruh ini menjadi agak rumit, maka
dapat kita hitung gaya batang diagonal dengan cara lain juga.
Kita memperhatikan gambar 9. 5. 3. b. berikut dengan potongan yang telah ditentukan. Dengan titik potong i bagi dua batang tepi konstruksi rangka batang ini
sebagai titik kutub kita menentukan syarat keseimbangan ZM, : g.
Jikalau sekarang suatu gaya P: 1.0 membebani bagian konstruksi rangka batang
yang sebelah kanan dari potongan kita dapat menentukan syarat keseimbangan
pada bagian kiri (tanpa beban) konstruksi rangka batang ini sebagai:
D*: - RA+
,dk
ra*:O
Garis pengaruh pada gaya batang diagonal Dppada bagian kanan konstruksi rangka
batang ini sebenarnya menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan RA yang
negatif dan yang dikalikan dengan
a
p/ r4p.
Jikalau gaya P: 1.0 membebani bagian konstruksi rangka batang yang sebelah
kiri potongan. maka kita dapat menentukan persamaan pada bagian kanan (tanpa
beban) dari konstruksi rangka batang ini sebagai:
-
Rebr + Dr6r
-
Q
Dx:
+ RB
-l!L
yang menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan RB Yang dikalikan dengan
bp/r6p, seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. f. berikut. Pada bagian beban yang
tidak langsung kita hubungkan garis pengaruh dengan suatu garis lurus.
Konstruksi garis pengaruh pada gaya batang diagonal Dp dapat diperiksa karena
dua garis miring dari garis pengaruh harus mempunyai titik potong pada titik kutub i
dengan bukti seperti berikut:
dp : ak:
bp
fa*
430
- *l
-Raar:Pr
Jikalau kita sekarang membandingkan rumus (9. 12.) ini dengan rumus (9.9) kita
melihat, bahwa sebetulnya kita hanya mengganti ketinggian konstruksi rangka
batang h dengan jarak yang siku-siku r antara titik simpul (kutub) dan batang tepi
Dcos<p+Ucosfi+Ocosy=Q
Mo M,
ho hu
fa*
-:
Dk
431
Sedang pers{rmaan penentuan gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang
dengan batang tepi seiaiar berbeda menurut benruk diagonalnya maka penentuan
gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengnn batang tepi tidak sejajar menjadi lebih rumit lagi. Biasanya gaya batang vertikal hanya dapat ditentukan
dengan suatu potongan lingkaran, keliling tilik simpul yang diperhatikan, seperti
terlihat pada gambar 9. 5. 3. g. berikut. Persamaan percntuan gaya batang vertikal
terdiri dari beberapa bagian yang berarti, bahwa garis pengaruhnya kita dapatkan
dengan superposisi.
Pada penentuan gaya batang yang vertikal, sebagai keterangan kita perhatikan per-
tama suatu konstruksi rangka batang dengan diagonal yang turun naik rnenurut
Gambar 9. 5. 3. S. berikut:
i---#\:-
v;t/'
Gambar 9. 5. 3. g
Menurut persamaan keseimbangan
dengan suatu potongan lingkaran:
Vx
-
P*
-
U1 sin
A*
IV = 0 dapat kita tentukan
+ U**rsin p1*,
:
0
V*- Px* UlcosfltanDk + Upllcosfipartanpl*, :
0
Menurut rumus (9. 12.) dapat kita tentukan:
Garis pengraruh pada
gplm batang tepi ba-
tuf
lJpcosBl =
wah U
vx = P*
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi atas
o
dua kemungkinan
menggambar garis
pada titik simpul k
*
lJp,,1cos{}pa, =
+
(9. 14.)
tang1,n1l
$r"nB1-
Jikalau kita memperlakukan penyelesaian ini pada titik simpul t- / kita dapatkan:
-
e)
Vx.,
-
A*.rsin y1-, + Olsin 7* = g
P*-,
Vkl + Pk-l f
01-1 CoS),1-1
pengaruh pada gaya
batang diagonal D
o1-1 cosy/<.r
l.hr'w1q
V*-,
:-
= -- +*h*-,
P*-,
+
#
-
tan y1-1 - O1 cos yk tanyk = 0
Op cos yk
:
(tan 7u-, -- tan y1 )
-!&'L
h*-,
(9. 15.
)
Dr
,a
Gambar9. 5. 3. b. s/d f.
432
Jikalau tidak ada gaya yang bekerja pada titik simpul yang kita perhatikan P = 0
rumus (9. 14.)dan (9. 15.)menjadi rumus (9. 11.)jikalau batang tepi menjadi sejajar, karena Dr = O, |x-r : 0,/t-r : 0 dan y1 = 0. Ketentuan ini mernbuktikan,
433
r
bahwa garis pengaruh pada gaya batang vertikal betul-betul menjadi suatu superposisi dari dua garis pengaruh yang sudah diketahui.
Jikalau kita perhatikan kemudian suatu konstruksi rangka batang dengan diagonal
berarah sama seperti terlihat pada gambar g. s. 3. h. berikut dan dengan batang
tepi bawah yang menerima beban, dapat kita tentukan:
k
RA- Z
Pp
+
opsinyp
R.q-lPx t A*nrsinyl*, +
or
-
&o t6n ytr*1
* ff
U1 sin
rrnr1x
-
Dr-
vt
:
V*
=0
o
* Uk*rsinpl*, + Vk:O
1
A**, *
Okcosy*tan yk
* lJ*+tcospl*ltanpp*, + Vk:
O
Gambar 9. 5. 3^ i.
Jikalau batang tepi atas menerima beban, maka kita harus memperhatikan gaya lintang 01*1 pada bagian kanan konstruksi rafigka batang yang terpotong. persamaan gaya batang vertikal V1 kemudian dapat kita tentukan seperti berikut:
Gambar9.5.3.
h.
Batang tepi atas
yang menerima beb,an: V1 =
Menurut rumus (9. 12. ) dapat kita tentukan:
Ol,cosyp=
okr,-
t)p,1cosfi1,.r=+
-+
ffru"yr
*
&t
rtanB1*t
+ vk:
* ak*,.
Batang tepi bawah
yang menerima beban: V1 = + ok +
ff
+
ftan Br
Ur. fip
*
-tan
y111)
tany1,*
(9.17.)
1l
o
Jikalau batang tepi atas menerima beban, maka beban ,,0"* ,"rp"ngaruhi bagian
kiri konstruksi rangka batang yang terpotong. Kemudian gaya lintang bagian kanan
itu o1 menggantikan o1* 1 . Persamaan gaya batang vertikal v1 kemudian dapat kita
tentukan seperti berikut:
Kemungkinan-kemungkinan superposisi garis pengaruh menurut rumus (9. .l4. ) s/d
rumus (9. 17.) dapat kita perhatikan pada gambar g. 5.3. k. berikut. Karena
penyelesaian pada gambar itu dapat dilakukan pada konstruksi rangka batang
dengan batang tepi sejajar maupun tidak sejajar kita memilih sebagai sistim dasar
suatu balok tunggal seperti terlihat pada bagian atas gambar 9. 5. 3. k. berikut.
Sistim dasar
Batang tepi bawah
yang menerima beban: V1 =
Batang tepi atas
yang menerima beban: V*
-
ak
*,
: - At +
.
+
Mk
hk
(tan y1
(tany1
-
-
tan B1.,
Garis pengaruh pada
1)
(9. 16.
gaya batang vertikal
)
tanBl*1)
-fftorD,
iantt,.,1
V1 menurut
rumus-
rumus:
(9.14.)
Jikalau kita memperhatikan selaniutnya suatu konstruksi rangka batang dengan
diagonal berarah sesama seperti terlihat pada gambar g. S. 3. i. berikut dan dengan
batang tepi bawah yang menerima beban, dapat kita tentukan:
434
(9. 15.1
435
r
(9. 16.1
At
dengan batang tepi
bawah yang menerima beban
---.*.--J
(9. 16.)
dengan batang tepi
atas yang menerima
Itan 7, - tan Br-r)
,*
0,!
EI
Garis pengaruh pada gaya batang vertikal V1
dengan batang tepi bawah yang menerima
beban
beban
{tdn lr\ - toh
h.t)
I
{9. 17.}
dengan batang tepi
atas yang menerima
beban
l\'tmy,.,1
i
(9.17.)
L**----
dengan batang tepi
bawah yang meneri-
Gambar9. 5.3. k.
ma beban
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang vertikal pada konstruksi rangka
batang dengan batang tepi tidak sejajar dan dengan semua diagonal yang turun
atau naik, dapat kita lakukan menurut pengetahuan A. Ritter seperti pada penentuan garis pengaruh pada gaya batang diagonal.
P: 1.0 bekerja pada bagian kanan dari konstruksi rangka batang
yang terpotong penentuan dapat kita lakukan pada bagian kiri yang tidak dibebani:
Jikalau gaya
- R4ap- V1 rv*:0
V*:-R^+
Garis pengaruh pada gaya batang vertikal V1
dengan batang tepi atas yang menerima
(9. 18. )
beban
Gambar91 5.3.
Kita lihat, bahwa penentuan garis pengaruh pada goya batang vertikal menjadi
sebenarnya garis-garis pengaruh pada reaksi tumpuan masing-masing yang
dikalikan dengan faktor masing-masing. Harus diperhatikan ketentuan batang tepi
yang mana yang menerima beban seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. 1. di atas'
9.5.4. Ringkasan
1.
2.
Jikalau gaya P : 1.0 bekerja pada bagian kiri dari konstruksi rangka batang yang
terpotong penentuan dapat kita lakukan pada bagian kanan yang tidak dibebani:
-RBbk+Vk rv*=0
Vt-- + Ro
br
fvk
3.
(9. 19.)
1.
Penentuan garis pengaruh pada reaksi tumpuan pada konstruksi rangka batang
menjadi sama seperti pada balok tunggal dengan lebar bentang yang sama.
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang kita lakukan atas dasar pengetahuan penentuan gaya batang menurut A. Ritter dsb. yang kita dapatkan dari
garis pengaruh pada momen lentur dan piada gaya lintang pada bakck tunggal
dengan lebar bentang yang sama.
Pada konstruksi rangka batang dengan batang tepi sejajar dapat kita tentukan:
Garis pengaruh pada gaya batang tepi kita dapatkan dengan membagi garis
pengaruh pada momen lentur dengan ordinatnya 4 oleh tingginya konstruksi
rangka batang h tsb. Garis pengaruh pada gaya batang diagonal kita dapatkan
dengan membagi garis pengaruh pada gaya lintang dengan ordinatnya 4 oleh
sin rp.
Pada penentuan garis pengaruh pada gaya batang vertikal kita
Sistim dasar
436
harus
memperhatikan cara pemasangan diar cnal-diagonal. Pada konstruksi rangka
batang dengan diagonal yang naik turun batang vertikal menerima gaya vertikal
menerima gaya vertikal pada titik simpul. Pada konstruksi rangka batang
dengan diagonal semua naik atau semua turun batang vertikal menerima gaya
lintang pada bagian kiri atau kanan dengan tanda (+.-) berlawanan dengan
437
r
diagonal. Pada konstruksi rangka batang dengan diagonal saja kita harus
4.
memperhatikan beban yang tidak langsung. Garis pengaruh menjadi suatu garis
lurus antara dua titik simpul.
Pada konstruksi rangka batang dengan tepi tidak sejajar dapat kita tentukan:
Garis pengaruh pada gaya batang tepi kita dapatkan dengan membagi garis
pengaruh pada momen lentur dengan ordinatnya 4 dengan jarak r yang sikusiku antara titik simpul (kutub) dan batang tepi berhadapan. Garis pengaruh
pada batang diagonal kita dapatkan dengan superposisi dua garis pengaruh
yang sudah diketahui atau dengan bantuan penentuan gaya batang menurut A.
Ritter.
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang vertikal menjadi beraneka warna
menurut cara pemasangan diagonal-diagonal, menurut batang tepi yang mana
yang rnenerima beban dsb. Hanya pada konstruksi rangka batang dengan
diagonalnya yang turun semua atau naik semua, dapat kita menggunakan
pengetahuan penentuan gaya batang menurut A. Ritter.
1.
Penentuan garis-garis pengaruh pada gaya batang tepi bawah (lihat gambar
9. 5. 5. 'l . b. s/d e. berikut):
Batang Uldan U7 menjadi batang nol. Pada U2dan U3 momen pada tumpuan ,4
yang berpengaruh. Garis pengaruh pada gaya batang Uq, Usdan U6 berdasarkan
pada momen lentur pada sistim dasar pada titik simpul yang berhadapan. Juga
pada batang Uc, Us dan U6 harus kita perhatikan pengetahuan tentang beban
yang tidak langsung.
batang Uz
4o: -
= Ut:
a1
n,
batang Uo
_:j
=
= _2,000
:
xqX'q
6.0.15.0
=
lh
21,0.3.0
9.5..5. Contoh-contoh
Contoh 1: Pada suatu derek berkonstruksi rangka batang portal menurut gambar
9. 5. 5. 1. a. berikut dicari garis-garis pengaruh pada gaya batang
masing-
masing.
4o
= - 4a: -
= 1,428
1,428
h: 1,428ffi : o,zr+
tto:
-1,428#:
ns:
1,428H:
-0,286
't,141
batang Ur:
qe
12,0.9.0
:-ifx{'a =ffi
4o=
-i,714f,-:
ry= 1,714#=
=1,714
-0,857
4ro=
-1,714#:
-0,571
n,=1.714#=1,142
1,2tA
batang Ur:
x{'a
Gambar 9. 5. 5. 1 . a.
th
Penyelesaian:
Karena kita hanya memperhatikan gaya-gaya yang sejajar anting, reaksi tumpuan
masing-masing menjadi vertikal dan reaksi tumpuan H = O dan karena itu gaya
batang D : Ojuga.
438
4o=
=
#f,:f,
-0,*#=
= 0,8s8
-0,286
4ro
=-
0,858
439
b)
Garis pengaruh pada gaya batang lJz
= lJi
n,.-ry:;*=1,0s2
batang
O2:
n,=+=#=1.ooo
c)
Garis pengaruh pada gaya batang Ua:
4r=0
batang Ot
=
4r=0
0e:
4r=- *=-HH:-o,Bse
batang Os
d)
4,=
-
O7:
-1.714
O6:
# = -#f# = -t,4zl
batang Oe
:
O16:
n,n=f=*3 =t,*
Garis pengaruh pada gaya batang U6:
)
Garis pengaruh pada gaya batang O1:
g)
rll
Garis pengaruh pada gaya batang 02:
f
Gambar9.5. 5. l. b. s/d e.
?.
Ao:
n!:
=
'" - !#t
lh = --9'0-'12'0
21,0.3,0
Garis pengaruh pada gaya batang Us:
batang
e)
=
Penentuan garis-garis pengaruh pada gaya batang tepi atas (lihat gambar
9. 5. 5. f. s/d l.
berikut):
Pada batang O1 dan O2\ang berpengaruh adalah momen lentur pada titik simpul 1
pada konsole. Garis pengaruh pada gaya batang O3 s/d 06 berdasarkan pada
momen lentur pada sistim dasar, dan batang O9 dan 01g kita perhatikan momen
pada tumpuan 8.
I
h)
Garis pengaruh pada gaya batang 03
=
Oa,:
batang Or:
COSY
440
=
3.0
/tot+
1,o-
=
0,95 r = hcosy:3,0.0.95 :2,85
Gambar9.5.5.1. f. s/d
h.
441
i)
Garis pengaruh pada gaya batang 05
=
06:
batang D2:
D=
= stn
-l! g
srn (p
=:=
= 1,414 4o: 4t = 1,414 4r :
o
Antara titik simpul 1 dan titik simpul 2 harus kita perhatikan beban yang tidak
langsung.
k)
Garis pengaruh pada gaya batang Ot
batang Dss/d Ds:
=
Pada semua garis pengaruh pada gaya batang diagonal ini dapat kita tentukan:
Oe:
4a =
- 4r:;;;
1,0
*-
r/T: t,+t+
cp
=
45o
,,:nol=1,414ffi=o,4o4
l)
Garis pengaruh pada gaya batang O9
:
tto=*af=r,u+#=0,fr2
O16:
batang D1s:
I
1.0
4ro:--::-=-1,414
srn (p
Gambar9. 5. 5.
l.
i. s,/d
L
m)
3.
Penentuan garis-garis pengaruh pada gaya batang diagonal (lihat gambar
9. 5. 5. 1. m. s/d
4g=0
s.):
Garis pengaruh pada gaya batang diagonal D1 dapat kita tentukan menurut rumus
Garis pengaruh pada gaya batang D7:
IN
l: _\ \
lr
(9. 13.) dan pada garis pengaruh pada gaya batang diagonal yang lain kita
perhatikan rumus (9. 10.). Pada batang diagonal D2dan D1s kita gunakan garis
pengaruh pada gaya lintang konsole dan pada batang diagonal yang lain garis
n)
pengaruh pada gaya lintang pada balok tunggal.
Garis pengaruh pada gaya batang D2i
batang D1:
1 I M,
Mo
o= cos(p
hu - ho
'
r____v
I
'
1 = \raTi@-:1,2o
g
cos
Garis pengaruh pada gaya batang D3:
3,0
karena mornen lentur Mo
=
---;
:r
0 dapat kita tentukan:
o=*+ ,,=*l H=
M2
o)
R
sl
-1,20H=-1,200
:.1
L--
Gambar9.5.5.1. m. s/d o.
443
p)
Garis pengaruh pada gaya batang
-Dt = Dd
Karena batang tepi atas tidak menerima beba'n, rnaka Pl
= 0 dan kemudian
iuga
Iz=0danselanjutnYa:
:l
ffant, tanrr = $ =
4o= - {f o.rea= -0,333 4r=o
vr=
e
L
q)
Garis pengaruh pada gaya batang
-
Do
= Dl
O,aSa
batang Y3:
4a=-1,@0
4o=
_r,mo#=_1,2{t
batang Y8:
41e
r)
Garis pengaruh pada gaya batang
-
Da
=
t)
Ds:
=
1.000
4g=0
Garis pengaruh pada gaya tratang V
1:
u) Garis pengaruh pada gaya batang y2:
;[-->__
_
?
Garis pengaruh pada gaya batang D1o:
v)
Garis pengaruh pada gaya batang y3:
w)
Garis pengaruh pada gaya batang V6:
Gambr9. 5.5. 1. p. s/d s.
4.
Penentuan garis-garis pengaruh pada gaya batang vertikal (lihat gambar 9. 5.
berikut):
5. 1. t. s/d w.
Gaya batang vertikal V l dan Vs menjadi sama dengan beban pada titik simpulnya.
Gaya batang vertikal V3 menjadi sama dengn reaksi tumpuan,4. Batang vertikal l/2
menerima beban oleh batang tepi atas yang mengubah jurusannya pada titik sirnpul
l,
tetapi batang vertikal Vas/d V7 menjadi batang nol.
batang
Gambar9.5.5.
4o
t. s/d
w"
menurut rumus (9. 15.)
'
Vz
jembatan kereta api berkonstruksi rangka batang dengan
diagonal saja menurut gambar 9. 5. 5. 2. a. berikut, tentukanlah gayabatang u, o
dan D oteh berat sendiri S : 2-O t/m dan oleh kereta api seperti ditentukan pada
gambar 9. 1. 1. a. dan gambar 9. 5. 5. 2. b. dan c. Titik simpul pada batang tepi atas
Contoh 2:
= 1,000 4r = 0
batang Y2:
444
1.
t/1:
=-
Pr
*
ff
,ru"y,
-
tan y2).
Pada suatu
berada pada suatu garis Parabol.
M5
2.
hs
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang O:
:
7,56
cos/=
12
+
12 (8,0
-
7,56)
-+=:V 4.02 + 0.442
:
7,78m
ts = hs cos y
=0.904
:
7,78.O,W = 7,73 m
xi's n,0.28,0
4s=- rh =Asra?,n=-r'5r
tt00 -4000
Gambar 9. 5. 5. 2. a.
1
og= -2,0 ,1,51
Penyelesaian:
2.
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang U:
ht =
hq
ho
x4x'o = 4,0
= 4,@ + 3,56 =
xex'o
h,=
- th, -
+
Op
= -72,5t
+ 0,423 + 0,W + 0,664 + 0,785)
11
-5,2 18,02(0,905 + 1,51) + ,1,51.28,01
=-
ffi16,0.32,0
7.56 m
.48,0
12,5 |.0,302
Or= -12,5.2,718 -5,2(9.66 +21,14l,:
16,0'32,0
-
194,0t
1'41
4a,0.7,fi- =
Karena pada batang
u
harus kita perhatikan pengaruh oleh beban yang tidak
langsung, maka kita tentukan:
nt: r,arffi= 1,058
n5=
5.?0
1,41ffi='t,ztz
Selanjutnya kita harus mencari penempatan kereta api yang paling tidak menguntungkan sistimnya. Kita memilih jarak-jarak tsb. seperti terlihat pada gambar g. 5. 5.
2. b. berikut.
-1
Uo= 2,01
1,058 +
712,0.
Uc = 2.0 (6,35 + 9,16 +
Up :
Up
8,0,11fi,058 + i2i2t + ,28,0.1,232t
17,24t = 2,0.32,75: 65,6t
12,5(0,352 + 0.49t + 0.635 + 0J76 + 0,917)
+ 5,2(9,16 +
12,5.3,174
+
=
5,2. 26,4 = 39,6 + i37,2 = 176,8 t
17,241
Garis pengaruh pada gaya batang
3.
446
b.
Gambarg.5. S.2. c.
gambar
Kita tentukan pertama titik potong batang tepi bawah dan batang tepi atas dan
jarak siku-siku titik potong itu ke batang diagonal D yang kita perhatikan.
hz
Gambar9.5.5.2.
O
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang D (lihat juga
9. 5. 5. 2. d. sld f. berikut):
a::ho=
Garis pengaruh pada gaya batang U
t/m
:
ai=
la1
ho
+ll:h,
* lt;!t rr*z:
4,0.8,0
2,22
di =
4,0 +
:14,4m
bi
hoA
hr4.
ho
4.O
48fr,
:
ai + I
8,0'210,0
=
14,4 +
:
6,22m
€,0 + uE,0:62,4m
M7
Jarak 16 dapat kita tentukan dengan mudah karena dua segitiga yang di-arsir pada
gambar 9. 5. 5. 2. d. menjadi sebangun. Karena itu r4 rnenjadi 15.5 m. Ordinat-
ordinat 4 pada reaksi tumpuan masing-masing kemudian menjadi:
d;
qo=
a=
14'4
15,5
=
9.6.
n,=*=W=4,02
o.g3o
Penentuan penempatan kereta api yang paling tidak menguntungkan sistimnya
dapat kita lihat pada gaya batang D maksimal (gambar 9, 5. 5. 2' e. ) dan pada gaya
batang D minimal (gambar 9. 5. 5. 2. f . )
Ds = z,o( o,sss ' 6.ao
|
=
Dpmin =
Dpnnx
-:-
}
o,osz ' 41,60}
12,5(0,067 + 0,201 + 0,335 + 0,1121
-
*26,84 t
= +8,941
+ 0,666 + 0,636 + 0,605)
-12,51O,4g7 + 0,697
Garis pengaruh pada balok terusan
9.6.
1.
Pengetahuan dasar
Sampai saat ini kita hanya
memperhatikan dan menentukan garis
pengaruh pada sistim statis tertentu. Sesudah kita ketahui beberapa ordinat 4 yang
penting, maka garis pengaruh sudah dapat digambar.
Garis pengaruh pada sistim statis tidak tertentu menjadi bukan garis lurus, melainkan garis bengkok. Penentuan ordinat-ordinat 4 pada urnumnya nremerlukan
banyak pekerjaan dan perhitungan sampai garis pengaruh itu dapat digambar.
Pada gambar9.6. 1. a. berikut dapat dilihat garis-garis pengaruh pada suatu balok
terusan. Kita melihat, bahwa terutama pada bagian balok terusan dengan nilai yang
kita cari, bentuk garis pengaruh, walaupun melengkung, meniadi sebangun dengan
garis-garis pengaruh pada balok tunggal. Oleh karena itu, pengetahuan garis-garis
pengaruh pada balok tunggal dapat membantu tanggapan kita pada penentuan
garis pengaruh pada balok terqsan.
1
-2,0 129,6'0,s74
Dpmin
=
-12,5'3,101
-
17,0
.)n
V7,.
'////z
72.
Gambar
9.6.
1. a
77.
D
= -55,8t
Garis pengaruh r:'ada
reaksi tumpuan,4
Garis pengaruh pada
reaksi tumpuan B
_.=Il
+.t?.5
Garis pengaruh pada gaYa batang
t
D-r,
e)
Garis pengaruh pada
momen lentur M pada titik sembarang m
Garis pengaruh pada gaya batang Dmin
48
:
Gambar
9.5.5.2. d^ s/d f
Garis pengaruh pada
gaya lintang O pada
titik sembarang n
449
Garis pengaruh pada
momen pada tumpu-
anB
Karena penentuan garis-garis pengaruh pada balok terusan sering diperlukan
walaupun penentuan menjadi agak rurnit maka biasanya digunakan tabel-tabel.
Tabel-tabel itu pada balok terusan dengan jarak tumpuan masing-masing menjadi
sama dan dengan momen lembam / tetap ditentukan ordinat-ordinat 4 pada titiktitik sepersepuluhan lebar bentang /. Tabel-tabel itu ditemukan oleh misalnya:
A n g e r- T ra m, Zel lerer, Ka pf erer atau K le i nl og el.
Penentuan garis-garis pengaruh pada balok terusan dengan beban tidak langsung
masih tetap berlaku seperti pada balok tunggal dsb., maka oleh itu garis-garis
pengaruh bukan lagi menjadi garis lengkung r'nelainkan gar'is poligon'
penentuan garis-garis pengaruh pada balok tefusan dapat dilakukan secara analitis
atau secara grafis dengan bantuan sistim titik potong, lihat bab 6' 3'
Dalam rangka buku ini garis pengaruh pada balok terusan kita bicarakan hanya
pada prinsipnya dan tanpa contoh-cgntoh karena penyelesaian terlalu luas untuk
tujuan buku ini.
9.6.2. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan yang statis ber'
lebih
Garis-garispengaruhpadareaksitumpuan,momenlenturmaupungaya
lintang pada suitu sistim statis tidak tertentu berdasarkan pada garis pengaruh
pada reaksi tumpuan yang statis berlebih. Karena'itu pertama kita tentukan garis
pengaruh itu'
Sebagai keterangan kita perhatikan suatu balo,k t"rrr"n terletak di atas lima tumpuan, seperti terlihat pada gambar 9 .6.2. a. berikut.
Kemudian kita menentukan reaksi tumpuan vertikal Ra, RC dan Lgp,sebagai reaksi
tumpuan yang statis berlebih dengan nilai X,, X, dan X.. Pada beban yang mati
(tetap) dapat kita tentukan tiga persamaan berikut untuk mencari tiga nilai yang
statis berlebih , Xr, Xrdan Xr:
6rrXr+dnX2+d,,X3--d.,
62rXr
+
d22X2
+ dpX3 = -
6ro
=*
63s
6rrX, + drrX, +
d31X3
Pada rumus-rumus ini d1; misalnya menjadi pergeseran titik k oleh gaya X7 Bagian
beban d1o rnenjadi p"ig"rerrn titik k oleh beban yang sebenarnya. Semua
pergeseran ditentukan pada sistim dasar, yaitu pada balok tunggal'
450
bo
Gambar 9" 6.2. a.
Pada penentuan garis pengaruh beban atau cara pembebanan pada sistim statis
biasanya belum diketahui. Karena itu nilai d1o belum dapat kita tentukan dengan
suatu angka tertentu. Jikalau kita menggulingkan suatu gaya P = 1,0 pada seluruh
panjang balok terusan ini nilai dp, berubah pada tiap-tiap pergeseran gaya P itu.
Jikalau kita menentukan pergeserart dro dengan P : 1,0 sebagai ordinat di l r:wah
tiap-tiap titik tangkap gaya P itu, maka d16 sebetulnya menjadi garis pengaruh pada
lendutan'pada titik 1 pada sistim dasar yang statis tertentu. Sama saja dapat kita
tentukan pada d2s dan d36 Menurut bab 9. 2. 5. garis pengaruh pada lendutan rnenjadi garis elastis oleh suatu gaya F = 1,0 pada titik 1,2atau 3. Nilainya dapat kita
tentukan dengan cara-cara yang sudah diketahui, dan yang kita tentukan sebagai
d*..
Selanjutnya kita memperhatikan tiga persamaan di atas. Sebagai nilai dr* d2- dan
kita ketahui garis-garis pengaruh pada lendutan pada titik 1,2 dan 3 yang menjadi identik dengan garis elastis pada sistim statis tertentu oleh gaya P : 1.0 pada
titik 1.2 atau 3. Bagian kanan pada tiga persamaan d1., dz. dan dr,, itu pada tiaptiap titik sembarang pada balok terusan ini berisi suatu nilai. Karena itu pada Xr, X,
dan X, kita mendapatkan nilai-nilai yang tergantung dari titik tangkap gaya P : 1,0
dan yang rnenjadi ordinat-ordinat pada garis pengaruh pada reaksi tumpuan yang
statis berlebih.
Karena nilai-nilai 6kntidak menjadi tetap kita belum menrlapatkan hasil pada tiga
persamaan ini. Tetapi karena d,1 rnenjadi pergeseran suatu titik i oleh x1 : 1"0 pada
titik k. Dengan d1- kita menentukan garis elastis oleh gaya P = 1 ,0 pada titik k.
Jikalau kita memperhatikan ordinat garis elastis pada titik i yaiig menjadi d,1 yang
pada saat ini menjadi juga dp, (Lihat juga rumus (8. 20.), Syarat dari Maxwell).
Pada sistim $tatis tertentu dengan satu nilai yang statis berlebih, perhitungan ini
menjadi mudah karena kita hanya membagi ordinat garis elastis d1p atas d11 dan
mendapat ordinat garis pengaruh pada X7.
dr-
451
bab 6. 3. 3. contoh 2 (lihat gambar 6. 3. 3. f. dan 9. 6. 4. 1. d.) dan dengan hasil
reaksi tumpuan masing-masing dapat digambar diagram gaya lintang (lihat gambar
6. 3. 3. g. dan 9. 6. 4. 1. e. berikut):
Atas dasar penentuan-penentuan di atas dapat kita menentukan garis elastis pada
reaksi tumpuan yang statis berlebih X t , X z , - . X n ' Tinggallah kemudian penentuan garis pengaruh pada reaksi tumpuan, momen lentur dan gaya lintang.
9.
6.3. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, momen lentur dan
gaya lintang
Pada balok teRlsan dengan beban tetap (mati) dapat kita tentukan reaksi
tumpuan, momen lentur dan gaya lintang dengan bantuan reaksi tumpuan yang
. Xn dengan superposisi:
statis berlebih Xr, Xz
R,rlo +
XrRa, + X2RA2 +
M
Mo
+
o
Qo
+
X,M,
XrA,
Ra
+
XrM,
+
+
Xra,
+
+
X*Mr + ...'.
XrQ* + ....
XpRap
*
+
+
XnR4n
XnMn
XnAn
Pada penentuan garis-garis pengaruh kita gunakan cara yang sama. Garis pengaruh
pada reaksi tumpuan ,4 kita dapatkan oleh superposisi ordinat garis pengaruh ,94p.
dengan Ra1, \anQ dikalikan dengan ordinat garis pengaruh pada X1, dengan Ra2
yang dikalikan dengan ordinat garis pengaruh pada X2 dsb. Pada penentuan ini Ra7
menjadi reaksi tumpuan oleh X7 -- 1.0, Rnz menjadi reaksi tumpuan oleh X2 : 1'0
dsb. Sebagai ringkasan dapat kita katakan, bahwa garis-garis pengaruh pada balok
terusan atau pada sistim statis tidak tertentu yang lain terdiri dari bagian-bagian
seperti berikut:
1. ordinat garis pengaruh pada sistim dasar (balok tunggal dsb.) dengan nilai
/-J
r=r:1"
Ra6, Asdan Ms.
2. Ordinat garis pengaruh pada reaksi tumpuan yang statis berlebih Xt, Xz
.. . Xndanyangdiakibatkan olehXT = 1'0, Xz: 1.0, .'..' Xn : 1'0pada
titik yang kita perhatikan dan yang harus dikalikan dengan Rnr, Raz, ..."
R4naldu Mr, Mz, . Mnatau Q1, Qz, ..... Qu'
Kita melihat bahwa pemborosan perhitungan untuk penentuan garis-garis
-:
pengaruh pada sistim yang statis tidak tertentu menjadi besar sekali.
$
Akan tetapi kalau kita memperhatikan cara perhitungan ini kita dapat melihat,
bahwa caranya menjadi sebetulnya sama seperti pada perhitungan balok terusan
secara grafis dengan menggunakan slstim titik potong (lihat bab 6.3.).
9.
1.
"l':
/t
Hfr,
-1,_l
a
6.4. Penentuan garis-garis pengaruh secara grafis
Penentuan momen lentur dan gaya lintang pada balok terusan dengan
beban yang tetap (mati):
Pada suatu balok terusan dengan macam-macam beban dan gaya seperti terlihat
pada gambar 9. 6. 4. 1. a. berikut kita tentukan titik potong menurut bab 6. 3. 2'
(lihatgambar9.6.4. L b.)dan kemudian dengan superposisi dapat kita menggambar diagram momen menurut bab 6. 3. 3. (lihat gambar 9. 6. 4. 1 . c. ). Kemudian kita
menentukan masing-masing reaksi tumpuan secara grafis seperti diterangkan pada
452
Yz'
I
{
t
Gambar9. 6. 4. 1. a. s/d e.
453
2.
Penentuan garis-garis pengaruh pada balok terusan dengan beban yang
tadak tetap (bergerak):
Supaya penentuan garis-garis pengaruh yang menjadi garis lerigkung menjadi
seteliti mungkin, biasanya bagian balok terusan masing-masing dibagi sepuluh.
Pada contoh berikut, lihat gambar 9. 6. 4. 3. a. s/d g. kita hanya membagi empat
supaya gambar tidak menjadi terlalu rumit.
Seperti pada beban tetap kita pertama menentukan titik potong J,
a/
AQ2-auqk0r
rlJ
I
Qz-+
J',6
utk0u
H7
7
y'
Q2:a'utl.<
6'
bt
S,
J"'4'
H
K
J,
4
1t3'utk
ct'qr:r,utk ll,
n2-4
J', J'dsb.
/Q2:a'utk0r
Ht-
r
llt Ia
dan
K, K', K'dsb. (lihat garnbar9.6.4. 1. b.). Kemudian kita menggulingkarr suatu
gaya P - 1.0 pada seluruh panjangnya balok terusan ini. Gaya P = 1.0 selalu
berhenti sebentar pada msing-masing titik yang kita tentukan tadi. Pada tiap-tiap
perhentian ini kita menggambar diagram momen Mo (lihat gambar 9. 6. 4. 3. a. dan
b.). Diagram momen itu dapat digambar dengan bantuan potongan garis bersilang, lihat juga gambar 6.2.2. c. pada bab 6. 2. 2.
Karena contoh ini menjadi simetris, cukup jikalau digambar garis pengaruh pada
bagian pertama dan kedua.
3. Garis pengaruh pada mornen lentur:
Jikalau kita mau menggambar garis pengaruh pada momen lentur pada titik sembarang 3 (M3) kita rnengukur dari diagram momen pada titik 3 semua nilai42sld4a
yang sebagai ordinat garis pengaruh kita gambar pada tiap-tiap titik. misalnya 42
pada titik 2, 16 pada titik 3 dsb. Ujung-ujung ordinat ini dihubungkan dengan garis
lengkung dan mendapat garis pengaruh pada momen lentw M3 (lihat gambar 9. 6.
4. 3. a. dan c.)
Cara ini berlaku pada bagian balok terusan yang diperhatikan. Pada bagian-bagian
yang lain kita mengukur nilai ordinat 46 si d 49 antara garis sumbu balok terusan dan
garis penutup dari diagram momen (lihat gambar 9. 6. 4. 3, b. dan c.). Karena balok
terusan pada contoh ini menjadi simetris nilai ordinat 42'sld
'.i4'dan 46's/d 49'
dapat diambil pada titik 3'sebelah kanan (lihat gambar 9. 6. 4. 3. a. dan b.).
Maka dapat kita lakukan penentuan garis pehgaruh pada momen lentur M7.
Kita lihat, bahwa penentuan momen maksimal kita dapatkan jikalau semua beban
berada pada satu bagian dari balok terusan, dan bagian sebelah kiri sena bagian
sebelah kanan tinggal kosong. Pengaruh suatu gaya atau beban atas bagian ketiga
sudah hampir menjadi nol.
Yang harus kita perhatikan dengan khusus ialah suatu titik sembarang (9) yang
berada antara suatu titik potong (K) dan suatu tumpuan (C2l seperti terlihat garis
pengaruhnya pada gambar S. 6. 4. 3. a. berikut. Nilai momen maksimal kita
dapatkan pada suatu beban merata terbatas. Sebagai garis putus pada gambar itu
dapat dilihat garis pengaruh pada momen lentur pada titik potong K'.
Pada penentuan garis pengaruh pada momen tumpuan Mlkita dapat mengukur 42'
s/d qa' dan 46' s/d qe' pada C3 (lihat gambar 9. 6. 4. 3. f.). Pada penentuan garis
pengaruh pada momen tumpuan Mil kita dapat mengukur semua ordinat 4 pada
tumpuan C2 (lihat gambar9. 6.4. 3. a., b. dan g.).
Kita lihat. bahwa penentuan momen maksimal kita dapatkan iikalau semua beban
berada pada bagian sebelah kiri dan kanan pada tumpuan yang kita perhatikan.
Bagian-hagian sesudahnya sebaiknya ditinggalkan kosong.
454
/Qsts'utkQ5
15'-n,utkl,ft
\
Z'
45:-s'utk ll7
tl zioislo'
utk l/3
knt4e-eutku'
il,S*,s
s
'S-s +x:
Garis pengaruh pada momen lentur M3
Garis pengraruh pada mornen lentur lVfi
Garis pengaruh pada momen lentur M9
455
7
89t0g',g',
' ./;
Garis pengaruh pada momen tumpuan
Mg
+
+
Garis pengaruh pada momen tumpuan
4.
{a 1 !
ls
Gambar 9. 6. 4. 3. a- s/d g.
M11
Garis pengaruh pada gaya lintang O3
$
{<
\
R-'
Garis pengaruh pada gaya lintang:
Pada penentuarr garis pengaruh pada gaya lintang (lihat gambar 9. 6. 4. 4. a. s/d
f
s.
mengingat, bahwa dua momen tumpuan menurut perbandingan nilainya dan tanda
(+,-) mengakibatkan suatu tambahan atau kurangan pada gaya lintang atau
reaksi tumpuan menurut rumus (6. 16.) dan (6. 17.) yang kemudian dapat ditulis
seperti berikut:
:
oo(Ras) * ta--lm1 =
Qo
t
Perbedaan AO dapat kita tentukan secara grafis dengan mudah. Seperti terlihat
misalnya pada contoh 2. gambar 6. 3. 3. f . pada gambar gaya dapat kita tentukan
dengan suatu garis sejajar dengan garis penutup s yang kena titik kutub, nilai reaksi
tumpuan kiri atau kanan. Pada poligon batang tarik menurut gambar 9. 6. 4. 3. a.
dan b. garis penurut menjadi garis horisontal. Perbedaan antara garis horisontal dan
garis sejajar pada garis penutup masing-masing kiri dan kanan pada suatu tumpuan
menentukan nilai AO pada garis pengaruh pada gaya lintang, seperti terlihat pada
gambar 9. 6. 4- 4" g. berikut.
Karena pada bagian pertama pada balok terusan ini semua garis penutup naik ke kiri
dan
kurangan-kurangan pada bidang gaya lintang yang negatif. Jarak antara dua garis
ini selalu harus menjadi 1 (lihat gambar9. 6. 4. 4. b dan c.).
Karena pada bagian-bagian yang kita perhatikan hanya timbul momen pada tumpuan dapat kita tentukan ordinat-ordinat untuk garis pengaruh dengan mengukur
ukuran H (jaraktitik kutub pada gambar gaya) dari titik potong J ke kanan atau K ke
kiri. Pada titik itu kita dapat mengukur siku-siku pada garis sumbu balok terusan
sampai garis penutup rnasing-masing.
Jarak titik kutub H dapat kita tentukan dengan menggambar garis sejajar dari
poligon batang tarik pada bagian balok terusan yang diperhatikan oleh p 1.Q pada
ujung-ujung gaya P = 1.0 itu. Jarak H sebenarnya selalu harus menjadi sama
karena P : 1.0 juga selalu sama.
456
Garis pengaruh pada gaya lintang 07
-t/
Ao
kita terima tambahan-tambahan pada bidang gaya lintang yang positif
\
RS
\
.
berikut) kita sebaiknya mernperhatikan suatu balok tunggal (lihat bab 9. 2. 2.1 dan
o(RA)
s
Re
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan
4
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan
C1
s
RS
+
&
RS
{
s,
Rl
t
+
g
R{?
ll*
s
R9
t
Re
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan C2
Gambar 9. 6. 4. 4. a. s/d f.
Gambar 9. 6. 4. 4. g.
457
I
5.
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan:
Penentuan garis pengaruh pada reaksi tumpuan menjadi sebetulnya suatu garis
pengaruh pada gaya lintang pada suatu titik tumpuan. Garis pengaruh pada reaksi
tumpuan sebetulnya juga dapat ditentukan dengan melankaui tumpuan yang
diperhatikan, dan memasang suatu gaya P = 1.0 yang membebani balok terusan
pada titik tumpuan itu. Sekarang kita tentukan garis elastis pada balok terusan itu
dan garis elastis ini menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan itu. (Syarat dari
Land. ).
I
8
I
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan,4
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan Cr
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan C2
Gambar9.6.4.5.
a.
[*ampiran
l.
1.
Rumus-rumus yang penting
1.1.1. Rumus-rumus yang penting pada bab 1. Penge
tahuan dasar
Nomor:
Uraian rumus:
(1.1.)
Penghubung antara tegangan yang timbul dan tegangan yang
diperbolehkan
Syarat Hook
20
11.2.1
Penentuan dasar suatu gaya P
Penentuan dasarsuatu gaya P
22
22
Hubungan antara nilai dari ilmu ukur dan nilai dari mekanika teknik
(statika)
Penentuan resultante pada dua gaya
Penentuan resultante pada dua gaya
Syarat tangkai pengungkit
Fersamaan momen pada gaya yang sejajar
Penentuan resultante pada beberapa gaya yang tidak sejajar
Tiga persamaan untuk membagi suatu resultante r9 atas tiga garis
22
24
25
30
30
32
kerja
33
(1. 3.)
(1.4.)
(1.5.)
6.)
7.)
8.)
)
. 0. )
(1.
(1.
(1.
(1. 9.
(1
1
(1.11.)
11
Halaman:
. 12.1 Syarat persantaan momen Ritter
(1. 13.l
(1. 14. )
(1. 15.)
(1. 16.)
Momen dari satu gaya
Momen dari kumpulan gaya
Syarat-syarat keseimbangan gaya
Syarat-syarat keseimbangan momen
11 . 17.1 Syarat-syarat keseimbangan gaya dan molnen
20
v
35
36
38
39
39
1.1.2. Rumus-rumus yang penting pada bab 2. llmu inersia
dan ketahanan
,2.
1.1
12.2.1
{2.3.)
12.4.1
(2.
458
5.)
Ketentuan jarak titik berat pada umumnya
Ketentuan jarak titik berat pada trapesium
Penentuan momen lembam pada umumnya
Penentuan jari-jari lembam pada umumnya
Momen lembam oleh jari-jari lembam dan F
6
I
49
50
50
r
Momen lembam pada sistim koordinat berpindah
Momen lembam pada sistim koordinat pada titik berat
Momen lembam pada segiempat pada titik berat (x, y)
Momen lembam pada segiempat pada sisi-sisi (x', y')
(2. 10.) Momen lembam pada segitiga
(x1
Q.'11 .l Momen lembam pada trapesium pada sisi bawah
(x)
12. 12.1 Momen lembam pada trapesium pada titik berat
(u, v)
12. 13.1 Koordinat u dan v pada sistim koordinat terputar
(u,
v)
terputar
pada
koordinat
sistim
lembam
12. 14.1 Momen
(2. 15. ) Momen lembam pada sistim koordinat terputar (u, v)
(2. 16. ) Sudut putar a pada sistim koordinat terputar
12. 17.1 Momen lembam utama /1 dan /2
(2. 18.) Syarat-syarat perseimbangan gaya luar dan gaya dalam
(2. 19.) Persamaan penguluran pada potongan yang datar
12.2O.l Tegangan o pada penguluran yang datar dan Etetap
Q.21 .l Persamaan penentuan gaya normal N
12.22.1 Tegangan o pada sistim koordinat bertitik tangkap pada titik
(2.23.1 Tegangan o pada sistim koordinat terkonyungsi
12.24.1 Persamaan garis sumbu nol
50
)
Q.7.1
(2.8.\
(2. 9. )
(2. 6.
n.l
berat
-
U.l
.l
12. N.l Tegangan utama dalam bidang
,.2.
41.1 Hubungan antara gaya tekuk dan lendutan batang tekuk
.2.42.1 Penentuan pelengkungan pada batang tekuk
12.43.1 Penentuan pelengkungan pada batang tekuk a ( 1
12. M.l Penentuan gaya tekan Psryang bahaya
12.45.1 Penentuan gaya tekan PpfanQ bahaya
.2. 6.1 Penentuan tegangan o17 |on$ bahaya
12.47.1 Penentuan tegangan okr pada sepenjangkanan plastis pada baja
460
37
61
6'l
61
61
62
63
63
63
64
64
.)
ST
Q.5"t.l
55
58
59
60
60
Rumus garis sumbu n<ll linear
Tegangan o pada gaya tarik dan gaya tekan
Tegangan o pada sistim koordinat terkonyungsi
(2. 30.) Tegangan o oleh momen lenlur Mr, Mrsaja
(2. 31
Tegangan o oleh momen lentur M, saja
Q.32.1 Tegangan omaxpada sisi atas dan sisi bawah
(2. 33.) Penentuan besaran inti k
Syarat keseimbangan tegangan geser
Q.
(2. 35.) Syarat keseimbangan tegangan geser
(2. 36.) Penentuan omaxpada segiempat sejajar
(2. 37
Penentuan o -urpada prof il baja berbentuk /
(2. 38.) Tegangan linear
(2. 39.) Tegangan dalam bidang
(2.50.)
51
t2.52.t
(2.53.)
il
il
terkonYungsi
Q.
5'l
52
52
53
53
,.2.26.1 Tegangan o pada sistim koordinat terkonyungsi
Q.28.1
M.t
Q.49.1
51
Q.25.1 Koordinat xn dan yn dari garis sumbu nol dengan garis sumbu
12.27.1
t2.
51
65
67
70
71
71
72
74
n
77
82
82
82
83
u
u
Penentuan ),iapada topang ganda konstruksi
baja
Penentuan t4pada topang ganda konstruksi kayu
Penentuan tegangan omax pada tiang terbengkok
Hubungan antata a* yang sebenarnya dan orft yang diperbolehkan
pada tiang terbengkok
Hubungan antara o,1 yang sebenarnya dan or1 yang diperbolehkan
pada tiang yang tertekan eksentris
Hubungan antara o6 yang sebenarnya dan or1 yang diperbolehkan
pada tiang dengan beban lintang
Nomor:
Uraian:
(3.1.)
Reaksi tumpuan pada balok tunggal dengan satu
)
)
(3.4.)
(3.5.)
(3.6.)
(3.7.)
o2
95
)
(3.9.)
(3. 10.)
(3.11.)
13.12.1
halaman:
gaya
Momen maksimal pada balok tunggal dengan satu gaya
Reaksi tumpuan pada balok tunggal dengan gaya pusat
Momen maksimal pada balok tunggal dengan gaya pusat
Reaksi tumpuan pada balok tunggal dengan beberapa gaya
103
103
104
105
105
Reaksi tumpuan pada balok tunggal dengan dua gaya Pyang simetris 107
Momen makimal pada balok tunggal. dengan dua gaya
simetris
(3. 8.
92
Rumus-rumus yang penting pada bab 3.
Konstruksi batang
t.1.3.
(3. 2.
(3. 3.
88
90
92
P
yang
merata
dengan beban merata
Fleaksi tumpuan pada balok tunggal dengan beban
Momen maksimal pada balok tunggal
Momen pada titik x sembarang pada balok tunggal dengan beban
107
108
108
merata
108
Momen maksimal pada balok tunggal dengan beban merata terbatas
Momen maksimal pada balok tunggal dengan beban segitiga yang
111
simetris
113
(3. 13.)
Momen maksimal pada balok tunggal dengan beban segitiga yang
(3. 14.)
114
satu hadap saja
Momen maksimal pada konsole dengan satu gaya pada ujung yang
bebas
(3.
(3.
(3.
(3.
(3.
15.)
16.)
17.)
18.)
19.)
(3.20.)
Momen maksimal pada konsole dengan beban merata
Momen maksimal pada konsole dengan gaya horisontal
Gaya normal dan gaya lintang pada balok tunggal yang miring
Tegangan amaxpada balok tunggal dengan lengkungan miring
Momen maksimal yang bercita-cita pada balok rusuk Gerber
Jarak engsel yang bercita-cita pada balok rusuk Gerber
120
121
122
144
152
155
156
85
461
1.1.4.
Rumus-rumus yang penting pada bab 4.
Konstruksi rangka batang
(4. 1.)
14.2.t
Persamaan keseimbangan pada rangka batang
(4.3.)
(4.4.)
(4.5.)
Penentuan
Penentuan
Penentuan
!.1.5.
(5.
1.)
(5.2.)
(5.3.)
(5.4.)
{5. 5. )
(5. 6. )
(5.7.)
Penentuan
konstruksi rangka batang yang statis tertentu
gaya batang tepi atas O menurut Rhter
gaya batang tepi bawah U menurut Rifter
gaya batang diagonal D menurut Ritter
179
179
187
187
188
Rumus-rumus yang penting pada bab 5.
Alat-alat sambungan
Beban yang diperkenankan satu keling atau baut terhadap tegangan
geser
204
Beban yang diperkenankan satu keling atau baut terhadap tekanan
dinding lobang
204
Gaya lintang A6pada topang ganda dari baja
223
Gaya pergeseran fpada topang ganda dari baja
?23
Momen M pada topang ganda dari baja
224
Tegangan normal o6 pada gigi tunggal
227
Tegangan geser r pada gigi tunggal
227
(6. 16.)
(6. 17. )
(6. 18.)
(6. 19. )
Balok
Balok
Balok
Balok
(6. 20.
Balok
(6. 21 .
Balok
{'6.22.1 Balok
(6. 23.
Balok
i6.24.1 Balok
(6. 25.
Balok
teriepit dengan beban merata: momen maximal
terjepit derorgan gaya pusat: mo{nen maximal
terjepit: menentukan lendutan f
)
terjepit dengan beban merata: lendutan maxirnal
)
terjepit dengan gaya pusat: lendutanmaxirnal
terjepit sebelah: momen jepitan kalau a = 0
)
terjepit sebelah: momen jepitair kalau a ) 0
terjepit sebelah dengan beban merata:
)
momen jepitan
(6. 26. ) Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
momen maximal
i.6.27.1 Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
gaya lintang
(6. 28. ) Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
(6.29.)
(6.30.)
(6.31.)
(6.32.)
(6.33.)
(6.34.)
(6. 35.
t. 1.6.
Nomor: Uraian rumus:
(6.1.)
Balok terjepit: persamaan elastis
(6. 2. )
Balok terjepit: momen jepitan
(6.3.)
(6.4.)
(6. 5. )
(6. 6. )
(6.7.)
(6.8.)
(6.9.)
(6. 10.)
(6. 11.)
(6.12.)
(6. 13. )
(6. 14.)
(6.15.)
462
2il
:
oleh Mt :
Perhitungan sudut tumpuan
Perhitungan sudut tumpuan oleh M2
Persamaan sudut tumpuan
Balok terjepit: momen jepitan
Balokterjepit: momenjepitan a = 0
Balok
Balok
Balok
Balok
Balok
Balok
Balok
(6. 37.
halaman:
Balokterjepit: momenjepitan o = D
0
1
=l
=
0
terjepit dengan beban merata: sudut tumpuan
terjepirdengan beban merata: momen jepitan
terjepit dengan gaya pusat: sudut tumpuan
terjepit dengan gaya pusat: momen jepitan
terjepit dengan dua gaya: sudut tumpuan
terjepit dengan dua gaya: momen jepitan
terjepit: menentukan momen pada titik x
)
(6.36.)
Rumus-rumus yang penting pada bab 6.
Balok terusan
255
255
255
)
(6.38.)
t6.39.)
(6.40.)
(6.41.)
$.42.t
(6.43.)
(6. 44.
(6. 45.
)
256
256
(6.46.)
256
$.47.t
256
258
(6.
(6.
(6.
(6.
258
(6.52.)
259
259
(6. s3.)
(6. s.)
(6. 55. )
257
257
2ffi
terjepit: menentukan gaya lintang
terjepit: menentukan reaksi pada tumpuan
48.
49.
)
)
)
s0.)
51.)
tumpuan
jepitan
Jarak titik potong a
Jarak titik potong b
reaksi pada
Balok terjepit elastis: momen
Perhitungan momen jepitan dengan jarak titik potong
Perhitungan momen pada titik potong J dan K
Potongan K dan K' pada garis bersilang
Jaraktitikpotong adanb
dengan/tetap
Perhitungan momen pada titik potong dengan /tetap
Jarak titik potong pada balok teriepit
Jarak titik potong pada balok terjepit dengan / tetap
Jarak titik potong pada balok tunggal
Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan elastis
Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan yang kaku
Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada engsel
Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan elastis
Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan elastis
Perhitungan ukuran jepitan asing
Jarak titik potong a' dan b' pada balok terjepit elastis
Jarak titik potong a' dan b' pada balok terjepit
Jarak titik potonq a' dan b' pada balok tunggal
syarat persamaan rrga mornen (clapeyron)
Penentuan angka kekakuan batang k
Perhubungan antara momen distribusi dan angka kekakuan batang
Penentuan koefisien induksi y
Penentuan koefisien induksi y pada balok dengan /tetap
Perhitungan momen jepitan pada balok terjepit sebelah
Penentuan angka kekakuan batang k' pada balok terjepit sebelah
2@
261
261
261
b2
2f,2
263
263
243
2U
2U
2M
2U
265
ffi
267
267
28
268
269
269
270
270
271
272
272
272
273
273
273
276
277
277
283
289
289
289
290
291
291
463
r56.)
(6.57.)
(6.
292
Penentuan koefisien induksi y pada balok terjepit sebelah
Balok terusan dengan beban merata: momen maksimal pada satu
295
bagian
(6.58.)
1.1.7.
17.
1.1
17.2.1
(7.3.)
17.
4.1
(7.5.)
(7.6.)
(7.7.1
(7.8.)
(7.9.)
(7.
r.
10.)
1.8.
)
)
)
(8.4.)
(8. 5. )
(8. 6)
(8.
1.
(8. 2.
(8. 3.
(8. 7)
(8. 8)
(8.9.)
(8. 10.)
(8.11.)
Merendahkan ketinggian puncak momen pada momen yang negatif
299
(
- ) di atas tumpuan pada konstruksi beton bertulang.
Rumus-rumus yang penting pada bab 7.
Konstruksi portal
Momen jepitan M;ppada penurunan tumpuan pada balok
Momenjepitan Mppadatumpuanpadabalokterjepitsebelah
Faktor pengikat t' pada gaya pengikat horisontal pada konstruksi
322
322
panjangnya kaki berbeda dan yang terjepit sebelah dan
berengsel
menYebelah
330
Penentuan gaya pengikat horisontal rl = 0 pada konstruksi portal
333
bertingkat pada tingkatsatu
:
portal
pada
konstruksi
0
Penentuan gaya pengikat horisontal Frr
333
bertingkat pada tingkat dua
333
Penentuan momen M pada konstruksi portal bertingkat
(8.20.)
(8.21.)
8.22.1
(8.23.)
t8.24.t
(8.25.)
(8.26.)
t8.27.t
(8.28.)
(8.29.)
(8.30.)
(8.31.)
(8.32.)
(8.33.)
(8.34.)
(8.35.)
(8" 36.)
(8.37.)
(8.38.)
Rurnus-rumus yang pentang pada bab 8.
Perubahan bentuk elastis
Hasil pengintegralan pada kerja virtual:
Bidang limas - bidang sembarang
Bidang limas - bidang limas
Bidang limas - bidang segiempat
Bidang segiempat - bidang segiempat
Bidang segitiga - bidang segiempat
Bidang segitiga * bidang segitiga sejajar
bidang segitiga tidak sejajar
Bidang segitiga
-
dari Betti
dari Maxwell
dari Castigliano
dari Mohr tentang lengkungan k
dari Mohr tentang persamaan garis lengkung
dari Mohr
Pergeseran dan perputaran pada konstruksi batang
Persamaan kerja pada konstruksi rangka batang pada prakteknya
Penentuan bobot-beban W I pada konstruksi batang
Bobot-beban Wopada tumpuan kiri
Bobot-beban Wnpada tumpuan kanan
Bobot-beban Wppada momen lembam /tetap
Bobot-beban Wopada /tetap, pada tumpuan kiri
Bobot-beban Wrpada /tetap, pada tumpuart kanan
Bobot-beban Wppada konstruksi rangka batang
Bobot-beban W p pada konstruksi rangka.batang
Bobot-bieban Wppada diagonal yang naik
Bobot-beban Wppada diagonal yang turun
Bobot-beban Wp pada diagonal yang naik pada konstruksi rangka
batang dengan tepi sejaiar
Bobot-beban Wp pada diagonal yang turun pada konstruksi rangka
batang dengan tepi sejajar
Syarat
Syarat
Syarat
Syarat
Syarat
Syarat
352
352
353
353
353
354
3il
355
356
357
357
357
358
3s9
369
373
374
374
374
374
374
381
381
382
383
383
383
344
Persamaan keseimbangan kerja virtual
Persamaan keseimbangan kerja virtual dengan giliran terbalik
Kerja virtual dalam oleh gaya normal
Kerja virtual dalam oleh momen lentur
Kerja virtual dalam oleh perubahan suhu seragam
345
346
r. 1. 9.
u7
u7
Kerja virtual dalam oleh suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi
u7
bawah
3A
Kerja virtual dalam oleh gaya lintang
Persamaan kerja pada konstruksi batang
349
Persamaan kerja yang diperpendekkan pada konstruksi batang
350
pada
rangka
batang
konstruksi
Persamaan kerja
w
Persamaan kerja yang diperpendekkan pada konstruksi
(8.15.)
(8.16.)
(8.17.)
(8. 18.)
(8. 19.)
326
yang goyah
perhatikan
faktor
yang
goyah
jepitan
dengan
pada
konstruksi
Momen
326
pengikat!
Perbandingan antara momen jepitan pada konstruksi portal dengan
panjangnya kaki berbeda dan yang terjepit pada tumpuannya 329
Perbandingan antara momen jepitan pada konstruksi portal dengan
panjangnya kaki berbeda dan yang berengsel pada tumpuannya 329
Perbandingan antara momen jepitan pada konstruksi portal dengan
batang
M
terjepit
18.12.t
(8. 13.)
(8. 14.)
rangka
350
(9.1.)
(9.2.)
((9.3.)
Rumus-rumus yang penting pada bdb 9.
Garis pengaruh
392
Reaksi tumpuan oleh kumpulan gaya P dengan garis pengaruh
392
Reaksi tumpuan oleh beban merata g dengan bidang pengaruh
Luasnya bagian (+)atau bagian (-) pada bidang pengaruh pada
398
beban yang tidak langsung
(9.4.)
Luasnya bidang pengaruh seluruhnya pada beban yang tidak
(9.5.)
Gaya normal pada titik
langsung
beban
tetap
398
x
pada konstruksi busur tiga ruas dengan
416
465
(9.6.)
(9.7.)
(9.8.)
Gaya lintang pada
bebasan tetap
t.2.
titik x pada konstruksi busur tiga ruas dengan
Gaya normal pada titik
416
x
pada konstruksi busur tiga ruas dengan
420
beban tetap
Gaya lintang pada titik x pada konstruksi busur tiga ruas dengan
421
425
sejajar
(9.11.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan
tepi
sejajar
425
1.9.12.1 Gaya batang tepi pada konstruksi rangka batang dengan tepi tidak
seja.jar
13.)
(9.
14.)
(9.
15.)
(9.
16.)
(9.
(9.
17.)
18.)
(9.19.)
Gaya batang diagonal pada konstruksi rangka batang dengan tepi
tidak sejajar
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan diagonal
turun naik dan tepi tidak sejajar
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan diagonal
turun naik dan tepi tidak sejajar
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua
diagonal berarah sesama dan tepi tidak sejaiar
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua
diagonal berarah sesama dan tepi tidak se.iaiar
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua
diagonal naik atau turun dan tepi tidak seiajar
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua
diagonal naik atau turun dan tepi tidat< sejajar
430
431
433
433
434
435
Persegi-empat
ESH
,ffi
*ffi
,/\
,f"\ I
"//\ \ i
ti
_ n:m.n
F: a+b.
2
r
h'+h"
: ---z
--'s
L-:_rl
-
A-:--
h a+2b
3 a+b
S pada titik F"rotong garis
FJ dan Glt, F dan G
men jadi titik tengah
diagonal ,a,C dan BD,
cian jarak Cll - AE dan
DJ = BE.
Segitiga
/,{
r,{flfl
h
"= i
Trapesiurn
Segiempat sembarang
.d1\
.e
e:,
F=a2
F:a'h
n : /6t-.t
436
436
F:a'b
dengan sama sisi:
Jajaran
t#i:s\
466
jarak titik berat e
luasnya F
Bentuk
420
beban tetap
) Gaya batang tepi pada konstruksi rangka batang dengan tepi sejajar
(9. 10.) Gaya batang diagonal pada konstruksi rangka batang dengan tepi
(9. 9.
(9.
Penentuan titik berat pada bidang yang datar
1.
I
F=,
9-:I'
:' l-:lu
h
h = b.siny
467
Bentuk
iarak titik berat e
-
Segi-banyak sama sisi
u U_--
n' R2
__qi64
p;
^u
= n.r..tg
I
n
3
4
5
6
1.132
1.414
R
R
2r
r,176
R
1,453 r
1R
r
1t
I
0.8678R
0,7654R
9
'to
0,6840R
0,6180R
7
3,4M
0,5635R
0.51 76R
0,39028
0.3129R
0,5774s
0.7071s
0,8506s
'ls
0,9631 r
1
0,8284r
0,7279r
0.6498r
1.307 s
1,462 s
1,6',t8 s
0.5873r
0,5359r
0,3979r
0.3'r67r
1.775 s
1.932 s
.152
2r
seperempat lingkaran
r
180
-n
0,5
0,5
s
0,7071
1s?
0.6882s
0,8660s
0,8090
0.8600
s1
2,598 s'
1,038 s
1,207 s
s
0,9010
0,9239
0.9397
s
0,9511
1.035r
1,703 s
1,866 s
1,O20r
2,514
2.563r
'1,012 s
0.9595
0,9659
0.9809
0,9877
1
.1
1
,'l
55r
55r
,374
1,539
1
1,O42r
s
0,4330s'
1,772
3,634 s2
4,828 sl
6,182 s?
7.694 s']
9,366 s'
11,20
20,11
31
,57
1,299R,
5,1961
3
412
4
2,378R1
3,633r?
2.599R'
3,4&r2
5
6
2F'2
2.736R'
3,371rt
1
2.82tiqt
3,314tt
2.893R'
2,939R'
3,27612
8
q
2,974R7
3.23012
sz
3R,
s2
3,061R'
s1
3.090R1
s =30 mm
R -- 0.8506 30 = 25.52 mm
r - 0,6882 30 . 20.65 mm
F -1.72A 30, = 1548 mm,
conloh2:
'
3,24612
10
3,1831
3.1 681
R 75 rnrn
n 12
r = 0,9659 '15 = 72,44 mm
s =0,5176 75 =.38,82 mm
F ,3. 75'? ..16875 mnr'l
4
,2.-
z
=d2
8
e," =--r
F,
:
rz(1-
= 0,2234?
o,urcr,
it:
Sektor lingkaran
r
e' =
12-3n'
luasnya F':
b : t2 n'ao
-t =
2
360- =o'0a87266' qo'
. 2'F = roo'n :0,017453 . (
o =;
qo
-1808t-s ) co < 900
_
- 3 le(1500
e' :# = s7,2s69
2s
"3b
2
12inr
= 0.7766 r
2 sino
- 3 ' arc,
12
12' s
=3.F
sektor
e
=-2n
sektor
600
900
4\[2
I
8:-^-
r
Jn
:0,6002
= 0,6366 t
segmen lingkaran
rz,qo'n
-
u'd
Setengah lingkaran
= 0,5756 r
3,215t
Lingkaran
F =r2.r=Or+
= 0,4244 r
'10*.3r
'
contohl;n -5
JN
4
180
n
180
n
e
e2: 3n-4
^-r
Jtr
4
€r::_l'
F=r2'n
n
2vrR'?
0.2887s
o,414r
lstn-
180
- r,: 2 R "in
s
- cos180
=H
n =2 ctg
banyaknya sudut
s
2.563 s
2.563 s
:
S
jarak titik berat
0o :180-,,
cos
u
= n'S2
o_ "rn,
:
n
R=-
2
Eentuk
360
r{b-s, +s.h
2'180
s2h
th2+r'ao'n
b
:
s
= 2. r. sn
h
:
186-
2
sl
2
"- l2r
r3
' sin3 o
3
-- 0,017453r.q00
f
=
r ( 1 -cos+
zr/
l :r
uzr-nl
- vC=
1,
tso
=ts$
=
il=
Elips
er= *r:0,4244r
ez
3n-4
= Jn- :
=
,lt -";o - v/ibl
0,5756 r
468
469
r
1.2.2. Penentuan momen lembam dan mornen tahanan
Mornen I
Momen
tahanan Ut/
Momen
fid1
flt'
:
:
*
J
:
-
0,7854 ra
0,05
A-
d.
19t-a:y
64
e:---
4
4
lx:
12
6bllJrirlb-"
2b * br
32
: !-l
b trl
h2 6b2+6b_b1+b12
!dt
64
momen tahanan t/l/
momen lembam /
0,7854 r3
0,1 d3
H4
tt
-n
D4
lt
R4
-ra
-n-hl
H1
t/.
ltz
Pada pipa dengan dinding yang tipis:
-
_ ha
: 0.1179 I: H
12H
_H4
l:W'R
0,1'1785 hr
"- lrfr
-BI! :--!
0,1098 ra
bh2
qn!{,
2
ls
3
a
J-., :
st/t
:
:
9,525.,
0,0549
rr
l))* o'"" "
:
lss :
lxy
r{
0,0165 r{
-
0,865
5vl
0,5413 ra
r3
-J-16
: 0,54'13 rr
2,598 rz
ls
r
:
et: 0.42:44 r
er :0,5756 r
0,125
0,0075
lxy :
l5s s
0,125
.l:a.:-
+ g}1
et
ez
:
:
w
:
w:
Bll3-bh3
-;.H
B-[ -t ! !1
6H
Be,3-bh3+ae23
e1
3
1
2
aH2*bd2
aH+bd
'
ez: H -et
rr
l))- o,'' "
j1
12
a:rvi
16
F
I
:
ll t
2- t'
17
Wt - 0,2587 rr
w2 : 0,1908 r!
et :0,4244 r
ez :0,5756 r
h".
H
e:
w:T- q.[,.(+)']
n,
-h4
5H
-d1
D
4
_Ii
17
3b+2br
h 3b+2bl
3 2b+bl
W:
:
0,2234 r
0,7766
r
11
Q,@{'( ;a
1+2]/2
___-_
r.
6
:
:
L
0,6906 rr
0,5381 r'.
:
:
0,8758 er
0,0547 a{
e
0,8758 c:
0,1095 a3
:0,974 r
4
-
Lb
b^,
0,7854 b a:
4
:
",
0,7854 b a,
471
'-1e2
1.2.3. Tabel nilai-nilai pada bahan baja profilmasing-masing
1. 2. 3. 1. Tabelnilai-nilaiprofilbaja I NP
Sx
-_-
:
mom€n statis pada separuh luasnya profil
= {i jarak titik berat pada bagian ta!'ik dan tekan
momen lembam
., -- l, -ux
^,
momen statis pada sayap
Jx
S,.
1
a
It :
momentembam
: +[2b.
tr + (h - 2t]s3l
torsi menurut
rumus A. F6ppl
Bentuk
ukuran-ukuran
h
41lt
lo
lmm
t
r2
mm
mm
35
40
42
3,75
3,9
qg
7,3
100
170
50
4,5
5,8
)1
58
5,1
11+O
66
8,6
3,4
74
87
90
6,3
6,9
20
160
180
200
2t
770
9B
8,1
12,2
24
2A
740
750
260
280
30
32
34
36
300
320
340
360
125
143
13
3B
a0
380
400
4211t
42'5
14,4
15,3
6
60
80
t0
I
12
14
l5
t8
25
76
qq
10,4
4,1
11 ,3
4,5
4,9
106
8,7
13,1
9
13,6
113
119
14,1
10,8
'1
1,5
45
454
149
155
163
170
tt?1lt
4t5
118
50
55
60
500
550
600
185
472
7,1
1'10
131
137
200
215
cm2
4,7
5,9
7,58
10,6
14,2
'18,3
3,7
4,6
5,95
't7,9
21,9
26,3
46,1
31,1
1tt,1
36,7
39,0
41,9
15,2
6,1
61,1
48,O
16,2
17,3
18,3
19,5
6,5
6,9
??
69,1
54,2
77,8
86,8
61,1
68,1
7,8
97,1
76,2
20,5
71,6
8,2
8,6
107
1't8
132
24,3
9,7
17,1
1B
'19
25,6
27,0
30
32,4
10,3
10,8
41 0
13
81r,0
92,6
104
147
180
713
754
34,1
77,8
8,32
11,7
14,4
72,8
77,9
33,5
39,5
q?Z
15,3
141
167
199
328
573
iy
cmalcmll.-
cm4
49,7
23
garis sumbu y-y
ry I wy'l
lx
5,4
5,6
16,)
21,6
garis sumbu x-x
berat
6,8
11,4
19,5
'1,8
34,2
54,7
81,9
4,O1
12,2
4i81
I t,)
5,61
35,2
54,7
o. )
935
117
1 450
161
2 140
3 060
214
4 750
4 970
354
5740
7 590
442
9 800
12 510
15 700
19 610
653
923
1090
24
79
35
45
278
397
3,6
5,9
6,29
7,4
3,20
6,40
7,20
8,00
8,80
117
162
2,0
3,0
3,00
0,87
0,96
4,88
4,73
6,79
11,4
3,67
5,02
6,84
1,07
't,23
19,9
o<?
10,7
't,40
47,7
12,0
14,8
19,8
26,0
JJ, I
1,55
'l,v1
1,87
q?1
68,0
13,7
15,5
17,7
18,9
2,20
2,27
2,37
2.45
98,4
114
7,56
2,67
2,80
2.90
7,41
9,59
10,0
10,4
't1,1
221
288
364
41,7
46,5
51,0
61,7
11,9
12,7
13,5
451
72,2
756
lobang
Sxls*ls',
cm3 l.-1.-
0.91
ana
'10,3
125
162
706
231
?57
316
20,6
21,5
17,4
14,6
4,66
16,8
19,1
21.1
7,08
10,3
14,6
23.4
20,1
16,t
2:t,o
31,3
27
76
30
34
38
44
46
57
56
11
14
14
17
17
I
78
4'l
59
0,210
0,2s7
0,304
5
75
92
109
0,370
o,439
0,502
125
0,575
142
0,640
l6
l8
159
175
0,709
o,775
20
22
o,877
0,906
715
0,966
23
26
28
20
241
1,03
30
2A
257
274
'1,09
t2
290
1,21
36
1,27
1,33
't,41
38
40
4211t
1,48
1.5
1,55
1,63
1,80
't,92
50
55
50
457
27,4
540
638
29,1
32,4
34,6
36,9
-?0,7
39,1
61,2
78,2
97,5
173
64
70
74
74
41,4
43,6
46,5
150
183
233
288
80
84
86
92
26
26
305
373
343
363
354
449
618
875
96
100
110
120
16
76
26
26
444
485
74',1
3?,4
34,1
970
850
203
3,30
3,43
857
1020
1 200
56 480
68 740
99 180
1 39 000
2380
2750
361 0
4630
18,6
19,6
?1,6
23,4
2090
2090
7480
2480
235
768
349
434
3,50
3,72
4,07
4.30
1m
1670
2120
2730
36,2
49,1
40,4
42,4
46,8
50,9
52,1
54,6
60,0
66,5
u
o,844
1E 7
3,1 3
!0
l2
l4
200
208
481
3,02
I
19?.
58
149
176
4112
17
17
20
20
62
't31
4674
1,72
mzlm
36,1
975
60
1440
r 730
.490
'10,2
mm
47,8
15,0
15,7
16,7
17,7
r1
0,488
0,552
0,928
U
30,1
1160
1460
1740
7040
010
3,94
5,68
6,93
bentuk
h1
27,8
't4,2
210
cm4
w
ldrmax
mmlmm
14,U
s55
674
818
782
l1
20
23
1?
23
384
404
't,15
?t
47112
473
1.2.3.2. Tabel nilai-nilai profil baia U NP
Sx
= momen statis pada separuh luasnya profil
I
S, : * jarak titik berat pada
Jx
)^= E:
bagian tarik dan tekan
tekan momen lembam
momen statis pada sayaP
:
[2b.t3 + (h-2t)
It =
momen lembam
6:
torsi menurut rumus A. FoPPI
jarak yang menentukan lr2 = lv2
+
: 2l'
s3]
pada dua prosil
baia U NP
Bentuk
'.l'l
E
-
8
t0
12
5
i
'. T-.;
rot
lool
120 I
55
l4oleol
tt
'160 I es
rol
lsol
200 7s
l4
16
I
t8
20
27
I rol
240 I ,,
2601 901
I
220
24
76
I
2Boj gsl
3oo I roo
B
30
12
35
38
40
T-
t
320
350
100
100
381
102
400
1'10
I
mm
mm
ev]r,
F
cm2
o"'I
6
8
6
7
7
8,5
9
10
7q
10,5
8
11
11 ,5
8,5
9
9,5
10
10
10
14
14
13,3
14
4
4,5
4,5
5
5,5
5,5
,0
13,5
17,0
20,4
11
24,O
17,5
6.5
28,0
32,2
37,4
13
14
15
16
6,5
47,3
7
48,3
8
s8.8
17,5
16
'16
18
6
8,75
o
11,2
9
75,8
77,3
79,7
91,5
a,s+
la
::l :l-
| t,+s
I
106
10,511,ss1206
13,4 1 1,60 364
ta.o : t;ts I 605
92s
18,8 I 1,84 |
zz.o 't t,gz J I :so
1910
25,3 2,0',1
29,4 2,14 | 2690
37,2 2,73 | 3600
37,9 2,35 i 4870
41.8 \ 2.53 I 6280
46,2 z,to | 8o3o
s9,5 I 2,50 I 10 870
60,6 2,40 | 17840
ez,o i z,ts I rsz:o
zr,alz,eslzotso
I - --:11t''i1::n'"'*r1*n11"":11"1-l--l l-l :-i ;TT EJff l- l: I
-1
fw
t05.
tg5.
mmmm]
rl
cm3
ty
cm4
*r]iy
cm3 i
26,5
3,10
19,4
41,2
3,91
29,1
60,7
86,4
4,62
5,45
43,2
11 ,1
62.,7
14,8
813
16,3
'115
6,2',1
150
191
114
245
6,95
1,70
8,48
197
300
9,22
248
37'.i.
9.,99
317
399
495
148
448
s35
10,9
11,7
679
734
12,1
826
14,1
597
570
613
1 020
14,9
846
1?,9
6,36
8,49
2?-,4
s'x
cm
.*r | .-
cm
cm4
1,33
1"47
1 ,59
41<
15,9
24,5
36,3
51,4
6,65
8,42
10,0
11,8
7,41
9,61
'12,0
2,74
't,89
v,o?
r'r8,8
13,3
dl,6
r3,r
16,4
18,8
21,3
23,5
9,98
12,6
17,0
75,9
28,2
30,2
32,3
20,8
23,7
33,2
40,6
35,4
40,2
45,9
46,9
69,2
63,2
11.',l
33,6
7,14
2,30
39,6
47,7
57,7
67,8
7,42
2,56
2,74
2,90
179
221
80,6
75,0
2,81
413
459
505
618
2'1,0
78,4
102
235. 90
300. 7s
300. 78
474
105
65
145
bU
235
300
300
90
78
8
2,77
7,78
3,04
I
10
10
10
I
12
10
13
5
5
5,5
42,4
42,8
47,6
266
316
16,8
18,5
24,1
21,8
23.6
75,4
7'6,3
?.8,6
3't,1
32,9
14,1
l1
i
+ar+
"
lxfifx
ll-ll wrdlin,
I '
^'
I lobano,
I
l_-La_]+l
t,Y6
4,30
6,02
7,81
67,1
85.2
zB
U
mA:
1.. l-.i.,,:"J
ttL
I - I,zslt+
mm
m2/m
+o
o,312
o,377
0,434
t0
a,489
t4
42l',to4 130114
64
s51120i30117
s2
70 I 14A I 3s I 17 I 98
8211s6135120111s
96t174'401201133
io8 I rqo +o I z: I rsr
'tLz I 208 I 45 I 23 167
134 i 724 I 45 I 26 )184
146121+olsol26i200
160 I 262 I 50 26 I 716
174 I 282 | ss ) ?6 1232
182 I 286 5s I 26 I 246
204 | 300 I ss I 26 1282
230 I 324 I s5 | 26 1312
240 I 346 I 60 I 26 1324
Profil baja dengan ukuran khusus
8
12
o,546
16
0,6't1
0,661
zo
0,718
22
o.775
24
26
28
30
0,834
0,890
0,950
0,982
1,05
1,11
1,18
bangunan
i8
t2
35
38
40
I tt
I ":
f \i,
Profil baja dengan ukuran khusus bangunan
--l -'-
4,07
5.43
8
xliEx
s*1,,
Profil baja dengan ukuran knusus kereta api
65
60
t
gans sumbu y-y
garis sumbu x-x
berat
ukuran-ukuran
9,00
10,7
11,1
61,2
53,it
272
145
209
't3,2
11,9
40,5
24,2
34,7
l--l-'- 4,18
,,,ur]rr,.'r,rol,o,o
8,80 | 10,4 Iio,',,
-- 1 -- r---t36 i ',,2 I ,, |
36
t.
I 49,2 1i,9 I 15,8 4,76 68 't?.8 '
2,s3 i 17s ,1e,2 12s,8 t1e,s eB ] raa I
1,84 i204 1241 40,6 116,1 182 t 242
z,'to t, zlt
24,7 :e,r I z:,0 raz ] zs4
1,6s
ilirr:r
35 i
-r----
I ,o
,0,
1o,o:.
17 | 111 |
so I ze I ro:
A
23 I 257
40 ' 23 j z+s i
105. 65
0,494
t45.
o,zas
235.
0,857
300.
o,esa
300. 78
60
r5
'0
475
T
1.2.
3.3. Tabel nilai-nilai profil baja
L
lxy - momen sentrifugal
It :
momen lembam
:
-0
J9
12u-.1
,'
!
torsi menurut rumus A. F6PPel
-11
12 =,
jarak garis sumbu
Bentuk
L
1. a.
s
mm
15.3
t5.'4
3,5
20. 20' 3
I
5
30.
t0.
3
4
5
35.35.{
6
10. 40.
{
5
a
0,48
1,05
0.51
0,60
o,64
1,12
1,45
4
25.25.3
0,82
3,5
1,42
1,85
2,26
1,12
1,45
1,77
0,73
0,76
0,80
1,74
2,27
2.75
't,36
1,78
2,18
0,84
0,89
0,92
ajo
1,00
1,08
2,67
3,87
3,08
3,79
4,48
3,04
2,42
2,97
3,52
0,67
0,73
1
,41
1,77
2,47
l1
wx
lX
t(
cm4
cm3
cm
0,t5
0,15
0,19
o,43
o,42
0,19
0,39
0.48
0,28
0,35
0,59
0,58
1,03
1,08
o.79
1,'13
1,1I
u,45
0,58
0,69
0,75
o,74
o,77
1,18
1.24
1.30
1,41
0,65
0,86
1,O4
0,90
0,89
0,88
1,42
1,53
7,96
4,14
1,18
1,05
't,71
1,O4
0,85
0,90
1,O1
1,8'l
2.16
4.48
5,43
6,33
't,56
1,97
7,43
't0,4
2,43
1,98
't1,o
1,51
2,2',1
14,6
17,9
3,05
3,6'l
4,15
5,20
1.56
1,64
1,72
2,71
17,3
4.&
1,66
2,32
22,1
'1,64
2.,43
25,3
5.72
6,97
1,69
1.77
1,85
2,39
2,50
2,62
22,8
1,85
1,93
2,62
2,73
2,83
1,12
1,16
2,83
1,58
1,64
't,70
'1,20
bentuk
garis sumbu x-xdany-y
,
4,30
1o,50.5
4,80
3,Tt
6
,
)
5,69
6,56
8.24
4,47
5,15
6,47
53'tt.6
6,31
4,95
6,46
8
t0
40. 60. a
t
t0
63.6t''
,
1o.70
fi
-,
)
tl
13.,5-'
t
t0
l2
3,38
5,86
4,60
8,23
10,1
7,90
6,91
5,42
9,03
7,@
1',t,1
8,70
11,0
13,2
9,40
11,9
14,3
10,r
ll,5
14.1
15.7
8,69
6,83
8,62
10,3
't,28
1,36
3,18
1,40
1,45
1,49
1,56
3,54
2,@
1,8',1
7,O4
7,1',|
7,38
9,34
11,2
1,97
2,05
2,11
2,79
2,90
7,94
2.@
9.03
2,13
2,95
3,Ol
3,12
3,24
11,1
11,1
2.2'l
2,79
3,0'1
,t2,8
hl
tfl
cm4
cm
cm4
cm
115
139
161
29,6
35,9
43,0
181
3,06
3,03
3,00
2,96
1,55
1,54
1,53
1,54
184
3,45
47,8
218
3,4',1
57,1
1,75
68,2
80,9
250
3,39
55,9
1,7 4
92,1
280
3,82
3,80
3,77
328
372
3,31
34,9
8,4',1
33,4
7,18
4',1,3
9,W
66,4
,95
86,7
98,3
1,95
1,94
98,6
116
133
2.,16
140
10,7
16,8
12
14
23
?3
26
0"351
t0. 90. I
ii
23
23
76
0,390
100. t00. t0
0,430
t3
'14
701
10,1
16,5
186
7,34
23
26
26
0,469
232
264
5,00
4,97
4,94
194
223
751
2,54
2,51
278
14,1
0,508
2,t2
354
31,0
23
26
76
5,38
5,36
5,33
262
2,74
2,73
2,72
376
475
19,4
79,5
76
o,547
1150
1 280
1340
510
1670
5,77
5,74
5,70
347
438
750
950
2140
6,15
5,13
6,10
453
506
558
705
4,62
4qq
4,56
750
857
959
10',10
2,15
2,14
'10,8
1,35
1,33
1,50
1,49
1,47
298
334
25,1
11
1
rr0. tt0.
)3
10
17
14
76
t20. t20' t!
t3
t5
t30. t30.
12
l4
!6
t&0. tgo. t3
42,6
1,82
1,80
1,78
1.96
1,94
1.91
1
1
1
2690
2,C8
3260
6,96
6,93
6,90
7',1,4
9,67
11,0
13,5
82,4
'15,8
1,78
2,76
2,25
2.72
3740
50
4540
7,78
7,75
7,7?
)970
41
391
558
498
25,9
38,4
617
54,3
3,14
648
34,0
3,13
211
722
49,1
791
68,1
2,94
2,93
I q?
t6
t8
4,625
l9
46,5
65.8
89,8
400
51 ,9
o.185
550
73,5
100
3,50
3,49
3,49
943
050
11 60
3,91
1
3,90
3.89
1
1
690
t60. t60. t5
11
0,705
619
757
830
1
0,586
180. t80. t6
18
20
200 . 200. 't6
t8
20
477
476
72
1,62
2,'t2
2,10
8,43
162
8
l0
2.35
541
4,',l8
140
164
80. 80.
20
23
23
23
23
4,21
12,7
58,9
59,0
2,57
4,95
8,44
13,2
6,93
11,9
18,7
4,73
'1o,6
5?.,4
'l
42,7
,6
51
186
379
444
s05
2,2e
79,1
42.4
52,6
61,8
48,6
a.a'5
1,91
5,29
6,88
48,8
L
rl:71
i€
675
45.15.5
t -e
garis sumbu x-x dan Y-Y
Bentuk
I
a. a.
lxlWt
S
cm
mm
8tt" 80.
crh
2.42
102
115
12,6
15,5
18,2
20,8
116
18,0
2,74
138
158
21.6
7,72
25,1
2,69
171
241
23s
24,7
29,2
33.s
3,M
30,1
41,O
3,36
3,34
3.32
72.3
87.5
3,20
15,1
9,66
11,9
2,26
2,34
l2
t4
17,9
14,1
2,41
20,6
'16,1
2,49
,0. ,0. ,
il
12,7
14,7
17,1
2,54
2,62
2,74
3,59
3,70
t3
15,5
18.7
71,8
t00. 100. l0
'19,2
15,1
2,82
l2
22,7
lt1
26,2
17,8
20,6
2,90
2,98
3,99
4,10
fio- lr0.l0
21,2
16,6
4,34
75,1
29,O
'19,7
3,07
3,15
/+,45
239
280
22,8
3,21
4,54
3'19
25,4
29,7
33,9
19,9
23,3
26,6
3,36
3,44
341
3,5'.1
4.75
4,86
4,96
30,0
34,7
39,3
73,6
27,2
30,9
3,64
3,72
3,80
5,15
5,76
5,37
4"12
35,0
40,0
45,0
27,5
31,4
3s,3
3,92.
40,3
45,7
51,0
31,6
35,9
4.21
4,29
4,36
36,7
0
12,3
t0
l7
l4
t20. r20-
li
l3
t5
t30. 130.
12
lt
t6
3,31
3,41
3,51
3,81
4,21
ix
.-'
cm{ I
394
446
54
605
rf
35,7
2,41
7,39
2,36
e
cm4
t6
t8
q,1
4,00
4,08
10,6
15
46,1
l7
s13
q,7
57,5
45,1
43,5
48,6
s3,7
5,02
5,10
5,18
12,7
70
55,4
61,9
68,4
la
61,8
48,5
54,3
59,9
5,52
5,50
5,68
14,1
l,
rto. lEo. 16
!8
200. 200 -
39,5
46,0
52,5
3,66
3,64
3,63
50.4
58,2
55,8
3.97
3,94
3,92
63,3
72.3
91,2
4,27
4,75
4,23
5,95
78,7
6,17
845
949
1050
88,7
99,3
4,58
4,56
4,54
6,35
6,46
5,58
1100
1 230
1 350
95,5
108
118
4,88
4,86
4.84
7,11
1
680
1870
130
5,51
5,49
7040
145
164
162
181
6,15
6,13
t0
fr
478
69,1
76,4
199
6.1',|
7,80
7,92
8,04
7340
2600
2850
1,,
cm4 I ..
cm
a.a.s
mmlmmlmm
66.4
2,51
4,95
8.44
13,7
68,2
4.',t1
80,9
7,47
,55
47,1
1,54
1,53
1,54
51 ,6
mm
3.45
47,8
218
250
3,41
57,1
3,3e
55,9
280
328
3,82
3,80
3.77
7?'l
104
86,2
98,3
121
137
10,7
15,8
)3
379
444
505
4,?.3
6,93
11,9
18,1
23
59,0
1,16
1,75
1,74
92,1
12.1
6,21
80.80.8
20
184
48,6
1
t0
23
23
13
'14
0,351
98,6
I tb
7,16
140
4,71
4,18
'133
2,14
186
23
0,390
2,
201
10,1
162
134
232
1
6,5
185
2,34
260
25,1
76
26
750
857
959
s,00
4,97
4,94
194
2,54
2,53
278
14,1
010
50
1 280
11
762
5,38
5,36
5,33
298
334
2,11
)ai
19,4
)qq
25,9
38,4
612
54,3
3,14
3,13
648
34,O
3,12
791
68,1
3,50
3,49
000
1+6,5
1110
830
3,49
1210
65,8
89,8
943
050
1 160
3,91
1
400
51 ,9
3,90
1
550
73,5
3.89
1
690
5,77
341
5,74
5,70
391
438
750
950
2140
6,15
5,13
6.10
506
558
2690
7970
3260
6,96
6,93
5,90
3740
4150
4540
7,78
7,75
7.72
453
679
2,93
2,93
tt0.tt0.t0
17
ll.
23
26
26
o.469
0,508
o,541
t5
17
0,586
t50.t50.t4
t6
t8
t6 I
0,625
t60.160.15
17
49,1
1
5,4'l
1
0,430
42,6
498
558
1340
1510
1670
1
33,0
316
475
l2
26
140
-154
r00.100.t0
)3
4,62
4,59
4,56
317
9
It
1q
625
70s
l5
l7
i3
)6
2l
541
90. t0.
73
3,00
638
723
805
7,22
7,33
wllwrldr
181
161
1
t60. t50.
4,49
4,57
4,65
tn -rl
79,6
35,9
43,0
3,4;i"
5,54
5,66
5,77
6,O7
L
1l
3,06
3,03
3,00
2,96
115
139
1
t40-l{0.ll
t5
l,
.
ll
lso
t50.
bentuk
-t if
t9
0,705
t80. t80. t6
t8
20
0.78 5
200. 200. t6
IE
20
100
4t9
U
1.2.3.4. Tabel momen lembam I dari bagian badan dari profil baja
1.2.3.5. Tabel nilai-nilai pipa air
,t
I
i
Momen lembam / pada badan dengan tebalnya
dalam tabel berikut dapat kita menggunakan nilai
saja, yang dikalikan seperlunya.
f tidak ada
t = 10 mm
1
E
o
!
o
G
:
f
txh
mm
50
60
70
/, (cma) dengan t (mm):
8
8,&t
14,4
22,5
10
10,4
18,0
28,6
15
12,5
21,6
34,3
51,2
72,9
15,6
27,0
42,9
64,0
125
166
144
100
133
173
80
90
34,1
42,7,
48,6
60,8
100
66,7
88,7
115
8it,3
110
120
12
111
h
mm
500
550
600
650
700
9'1,1
130
147
1
Stit
220
216
275
140
1&t
229
274
343
750
800
850
900
950
/,
(cma) dengan
8
83&!
10/.17
13865
18000
11092
14400
18i,08
22885
22ffi7
28s8tit
28125
35r56
34r38
42667
tr1177
40942
48600
57158
60750
71448
225
457
572
200
533
617
710
667
210
273
328
389
281
341
&t8
409
486
491
772
24A
922
887
1014
1152
2fi
1042
1172
1312
146it
1626
1302
1 465
1640
1829
2032
1800
2250
1986
24A3
2731
2995
3275
220
230
811
422
512
614
729
857
410
583
686
800
926
1065
1000
1158
1217
1331
1521
1382
1728
563
1758
1968
2't 95
2439
1
2700
2979
3277
3594
3930
3375
3724
4096
4492
4913
428€
5359
5832
1000
1050
11 00
1 150
1200
06067
77175
8873ii
't 01392
1 I 5200
r250
1300
1350
1400
1450
130208
146467
164025
182933
203242
500
1550
1600
1650
1 700
225000
248258
273066
299475
327534
281250
310323
341333
374344
I 750
357292
388800
422108
457266
494325
44061
1
260
270
280
290
300
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
425
450
475
2185
2396
2620
2858
3110
3377
3658
3955
4267
5118
6075
7145
3573
3888
4221
4573
4943
5333
6397
7594
8931
954
2197
2460
2744
3048
1
10.2
13,6
6,2
8,9
17,4
2
2,35
2,35
2,65
2,65
0,410
0,654
0,858
1,43
1,59
2,46
3,17
3,65
5,17
6,63
8,64
12,4
't6,7
19,8
inch
tlt
15625
20797
27000
u328
tls'
lz'
,ll
1tL'
42875
11lt'
5273/
21lz'
64000
76766
17,1
v,4
21,6
33,8
42,4
48.4
60,2
27,2
36,0
41,8
76,O
68,6
3,25
3.25
3.25
3.65
3,65
88.8
80,6
105
130
156
4,05
4,50
4,85
4,85
4666
5065
5487
5932
6400
7677
9113
10717
632
6859
7415
8000
9596
1
1391
13396
1800
1850
1900
1950
244141
219700
246038
274400
304863
274625
307547
343000
42',1875
mm I
465484
614125
7 II
869922
729000
8
9
5615'.16
0,888
1423828
101391 7
1520875
490
2W0
81 1 133
8651 92
921600
980408
1
olr
F
dm3/m
0,407
0,650
0,8s2
1,22
1,58
0,515
0,302
0.0302
0,831
o,622
o,0622
1,@
1,56
'1,21
2,O2
3,66
o,121
0,204
0,366
2,44
3,14
3.1',1
4,00
'1o,2
3,61
4,&
13,8
5,10
6,49
8,29
27,O
6,51
10,8
15,5
20,s
24.4
8,47
12,',|
't6,2
19,2
2,M
5,83
37,0
0,583
1,02
1,38
2,20
3,70
51,1
5,'11
86,7
133
190
8,67
13,3
19,0
nilai-nilai sta trs
wl,
I
.-, I
6275 | cm.
o"o:zol o.o<l
o,uttl
I
o.'nt
cm
.;l
.;
o.zozl
o.qoo
o.os:rl o.ro+l o.:ssl o.sze
o.oezzl o,zool o.esal o.eeg
o,os4sl i,so I r,rz I o.aoz
ttt
o.roel r.eol z.rzlr.oe
o:ttz I t.tt, | :,es I r.rs
I
I
o.rszlrr.a
ojag lzai
o,z:r s+,:
I
o,ztglso,s
o,:sglz::
0,43e 467
0,s1e
i785
a.ezlr.oo
s.eo
I
z.or
lt+,2 | z,se
lzr,e l:.oo
l+o,a lr,ee
i se,r
I o,tt
es.2
|
|
s,67
,@
:__
i-l
_l
'
1_-.__
| r _l :_ l
l_tl
0,78s,
0,e82
1,57
2,26
3,08
1,71
2.54
3,46
l
1,964
2,827
3,848
I
4,02
5,09
6,28
6,79
9,24
7,92
9,05
I
4,52
5,73
5,O21
6,362
7,8s4
7,O7
4,02
ilo.l
'10,8
8,04
'12,3
1
10,1
3.9
1
12,"1
14,1
16,',|
18,1
20.11
t8
2,00
2,47
2,98
20,4
22,0
26,6
25,1
27,9
28,3
14,2
25,45
31,42
119.0
15,3
18,8
22,8
.17,8
7,60 11',1,4 115,2
38.01
17,1
31,7
37.2
35,2
43,1
49,!
44,7
47,8
55,4
45,24
53,09
61,58
63,6
72,4
81,7
70,69
80,42
90,79
N
t
x
u
B
1622234
1382400
I 728000
30
1225510
1302083
't470613
1
8it8266
r953125
t2
g
*
38
480
> o-lj:.o
1,58
1297784
1562500
o
o
G
t6
ll
152000
I 081
co
r,r: i r,+r
1,s4 | 1,e2
r,o, l r.r.,
z,sl I :.ra
t,st i z,to I t:rt 3,e3
,,r, l r,r, lo,r, lr.r,
:,ooln,ez{r,rslz,zo
0.302
l2
39062
1216700
.a laq
G
C
cm2
o.r, i o,rr, |
o,s6s o.a+a
o,nol1.1s )I
i,or l r,r.r l
'r,zt I t,gt I
0,222
857375
926859
r57625
o
luasnya dalam cm2 total
o,rsl
to
1242297
1331000
-o
cm2
kg/m
791453
1 1
r
1I
0,395
o.499
o,617
949219
795375
s6 I
512000
8873i13
2230
717921
771750
8281 98
.g
.o
G
Banyaknya besi beton
dlc
1000000
1076890
6 ls,
e l:s
€ 8lE E
c
o
o.
'd.
1.2.3.6. Tabel besi beton
38t078
800000
861 51 3
926100
993838
1064800
533331
574342
61 7400
662558
709867
1041667
195313
1830&t
666667
2000
2050
2100
2150
2200
2350
2400
2450
2500
162760
535938
583200
633163
685900
741482
53,O
12s000
114704
216000
5
486000
527635
571583
617906
16,1
46,9
114
1@
125
101172
00000
1 576:l
40941 7
o
kg/m
16538
337500
372388
409600
449212
491 300
o
-o
mm
172800
254052
E
o)
mm
166375
190109
22ffi67
G
o)
o
93
C:
69 Po
o6'
-oE -Oo
mm
133100
152088
205031
.9.
o
o
er)
ke/m
1001 7
126740
144000
c
.9.
J- -o
gE
g2)
1
1
o)
c
=
s
83i|33
96469
1
o
c
E
f
dii)
165
150
160
170
180
190
T
G
o)
o
o'o
c
ar)
12500
91
o)
o
sc',
CD
1D
t
12188
51200
61413
72900
8s738
G
G
=)
15
21600
27463
34300
a
f
!
th3
t(mm):
l2
10
c
E
i
0
1,71
6,03
I
,.,
1r,., 1,0,, lrr.,
6,28 19.42 l't2.6 t1s.7
118,1 122,6
'to,6 1113,6
15,9 171,7 1 26,5
12,3 118,s 124,6 l:O,s
14,1 12',t,2 128,3 135,3
16,1 i74.1 132,2 14o,2
18,2 :l17,2 136,3 l+S,q
|,r,o
|
I
I 22.7 I 34,0 | ts,e I| ss.z
12s.1 137.7 1s0.3 67,a
9,O5
3,55
4,17
4,83
5,55
6,3'l
7.13
7,99
8,90
9,86
|
10,2
11,3
12,6
,,r *., L.,
31,9
36,9
i
I
I
30,4
41,5
4L,4
49,5
48,3
56,3
64,3
54,5
63,6
72,6
6',1,'l
71,3
79,4
88.0
68,0
75.4
56,5
81,4
90,7
101
91,6
11,31
5,39
101,8
102
1',13,4
113
125,7
1.2.3.8. Tabel nilai-nilai profil kanal
C berkembar
-+- I
I
garis sumbu Y-Y
u kuran-ukuran
hb
mm mm
l00x50x20
c
s
mm
mm
125x50x20
l, IW, li,
cm4l cm3 I cm
2.3
3.2
5.17i 4.06 1.86 80.7 16.1 3.95 19.01 6.06 | 1.92
7.01 I 5.50 1.86 107 21.3 3.90 24.51 7.81 | 1.87
4.0
4.5
8.551 6.71
9.4t1 7.43
1.86
1.86
2.3
3.2
4.0
5.75 4.51
7.81 6.13
9.55 7.50
a.32
1_69
4.5
125 x
50
6.321 rq6
8.61 | 6.76
11.71 9.2A
3.2
4.
4.0
150x75x20
1&x75x26
3.2
4.0
I
| 7.01
i
I
217
238
l
|
sl
1.il
I
5.50 2.121
't.51 2.11
i
9.571
l rr al
9.22
2.11
lrozl
8.01
2.51
lrz.ol
9.85 2.51
11.0 2.50
4.5
I
3.2
4.0
l,nul
ra.o
6.33 l 1.86
8.19 1.81
J 55I
I
I
3.2
1.68
6.22 1.89
21.9 4.88
8.02 1.85
29.0 4.U
34.7 4.77 33.1 9.38 1.81
38.0 4.74 33.5 10.0 1.78
181
1.81
4.9s 11.s5 1379 21.9 4.88 20.6 6.22 1.89
6.76 I 1.54 181 29.0 4.82 26.6 8.02 1.85
9.55 7.s0 | 1.86 217 34.7 4.71 33.1 9.38 1.81
10.0 1.78
38.0 4.74 33
10.6 8.32 I 1.86
2.J
65
1.ffi|
137
3o.el 9.82 |
8.61
4.5
150 x
I
I
25.4 3.85
27.7 3.82
hbc
mm mm
s
mm
mm
I
lrs.ol
4.5
Ir+al
3.2
I rr.el
4.0
4.5
I ro.z
8.27 2.66
10.2 2.65
11 .3 2.85
10.5
1
1.75
9.37 2.42
12.2 2.37
'14.5 2.32
20
2.3
3.2
10.34
't4.01
8.12
11.0
214
2.3
3.2
11.rNl
9.02
274
15.60
12.3
garis sumbu y-y
ty I wri
i
17.8 2.76
21.3 2.72
23"3 2.69
zfix75x25
4.5
l,o,
23.8 2.62
I
I
l,utl
14.9
150x130x
200x150x
20
20
140
28.0
3.90
187
37.4
43.8
58.0
4.88
4.82
167
255
33.4
45.0
3.81
362
66.1
351
il.0
476
73.2
5.00
4.99
834
1',t1
5.94
2.3
3.2
19.14
11.0
15.0
496
6An
88.6
5.94
5.89
3.2
23.62
18.5
1432
1zl3
7.79
14.O2
3.68
3.65
3.38
2.82
tl.J
20.6 2.78
22"5 2.75
3.2 | ,,,1 9.52 12.33
4.0 lrs.ol 11 .1 lz.sz
4.5 I ro.z I i3.1 lz.zz
12.7
20
3.95
19.8 2.66
2@x75x25
I
125x100x
32.2
42.8
161
15.3 2.74
1A.2 2.69
z.rs
lra.sl
L
9.27 12.19
11 .4 lz rg
100x100x
|
I
15.8 2.61
18.9 2.62
20.6 i.m
200x75x20
garis sumbu x-x
Ukuran-ukuran
6.32
2.3
3.2
4.0
50 x20
1.68
i
28.71 9.131 1.83
121
135
483
482
I
Ukuran-ukuran
hbc
mm mm
100x100x
125x100x
garis sumbu y-y
mm
20
20
mm
2.3
10.34
8.12
16't
2.,
32.2
3.94
73.8
14.01
1'1.0
214
42.8
3.91
97.5
2.3
3.2
11.49
15.60
't4.02
9.02
274
43.8
74.1
12.3
362
58.0
4.88
4.82
x
20
2.3
3.2
200x150x
20
3.2
130
lv IW, I
S
19.14
23.62
11.0
15.0
18.5
14.8
19.4
2.67
14.9
19.4
2.55
2.U
2.fi
't45
22.3
88.6
5.95
5.89
193
29.7
3.22
3.18
144
7.81
297
39.6
3.54
496
66.1
6&
1442
97.2
i
4.2.4. Tabel nilai-nilai balok kayu segi empat
Momen
I
'Y
lsa
wx
ly
ly
wv^
tY
cm4
cm3
cm
cm4
cmJ
cm
m3/m
2.4
4.8
11.5
22.1
9.2
1.39
qtr
4.6
5
15
31.3
12.5
'1.45
11.3
AF
0.69
0.87
0.0012
3
4
6
169
24
42
66
95
129
1.73
8
24
32
40
71
4
4
2.31
32
43
21
2.89
3.47
u
18
72
1925
214
4.62
5.20
5
8
40
213
53
2.31
83
33
1.M
0.0040
6
6
36
108
36
1.73
108
8
2,31
144
60
72
36
48
60
72
1,73
1,73
1,73
1,73
1,13
1,73
1,73
1,73
1.73
0,0036
0,0048
0,0060
2,31
2,31
2,31
2,31
0,m64
0,m80
0,m96
2,31
0.0128
0,0144
0,0160
0,0176
0,0192
14
56
W, =
lembam i,
6
4
1.'16
43
4t]
1
16
96
20/,8
256
4,62
28
18
108
324
5,20
324
108
120
132
400
6
20
22
2916
4000
5324
4U
5,77
6,35
360
396
120
132
8
8
8
64
80
y1
85
't0
6
6
6
6
6
12
I
12
()6
8
14
112
128
144
16
't76
10
100
12
120
10
10
0,289 b
3l
u
'10
8
8
: rf +F = 0,289 h
u
75
85
96
14
6
12
6
169
4.U
53
256
500
864
1372
18
bh'
0.m24
0.0032
0.0040
u
4
20
22
24
12
aa
0.00'15
16
't2
I
hb3
32
1.16
1 .16
1 .16
1.16
16
V
333
570
906
1352
10
4
4
4
4
8
:
1..:/i
YF
4U
F
cm2
bh3
*rY
Jari-jari
h
CM
I
lembam l^ =
Mom.en penahan
b
CM
y1
160
't92
426
106
192
512
128
1829
261
4,U
597
149
2730
3888
5333
7098
9216
u1
ffi2
170
192
533
645
768
4,62
5,20
5,77
6,35
6,93
833
144o
2N
2286
'160
10
20
10
10
22
2@
220
3413
4860
6666
8873
't0
260
284
96
2,89
3,46
140
10
u
2,31
14
1
4,M
180
85
16
't8
2N
196
216
252
133
10
24
26
28
2,89
3,46
666
1152
10
10
180
144
100
1520
14646
18293
432
166
326
426
540
666
806
960
1126
1306
2,89
3,46
768
853
938
1024
213
2U
2fi
233
26
2,W
300
333
2,89
2,89
2,89
2,89
2,89
2,89
166
200
7,51
2000
2166
8,08
2333
400
433
466
4,U
2,31
2,31
2,31
2,31
2,89
2,89
2,89
833
1000
1 166
1333
1500
1666
1833
4,62
5,20
5,77
6,35
6,93
.16
1.16
366
0.0@8
0.0056
0.0064
0.c072
o,@72
0,m84
0,0096
0,0108
0,0120
0,0r32
0,0112
0,0100
0,0120
0,0140
0,0160
0,0180
0.0200
0,0220
0,0240
0,0260
0.0280
I
l. 2.5. Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk baia ST 37
lx
b
h
CM
cnl
F
crn2
12
12
1M
1724
12
14
168
12
16
192
1?
1B
12
20
216
240
2144
4096
5832
8000
12
Zil
10&8
12
22
24
12
26
cm4
3824
17516
288
312
1
wx
a
CMJ
512
4,62
5,20
5,17
6,35
6,93
7 tr1
2304
2592
1568
8.08
4032
o/t
3,46
3,46
3,46
3,46
3,46
3,46
3,46
3,46
J,40
451
597
4.O4
3201
4,62
5,20
5,77
6,35
6,93
/,51
8,08
3658
4116
457
E11
4,U
4,U
4,62
5,20
648
800
968
1152
14
196
224
3201
)q1
6804
9333
12422
156
16128
344
'20
14
22
14
24
14
26
28
14
280
308
338
3&
20,
933
129
20505
25610
577
829
5461
682
t6
t8
256
16
288
7116
16
)n
320
L roooo
It)
22
1)
16
BM
26
384
416
Il2uu
/o
M8
zszos
066
1290
1 536
1 802
2090
8748
o)a
16
24
16
16
I
I
rargz
tusz
0,01441
28
1128
14
l4
V
m3/m'
201 6
21952
14
ty
CM
4,U
336
16
wY^
CMJ
3,46
28
14
ly
cm4
288
392
12
4778
tX
crn
1
336
384
432
2880
31 68
3456
480
37M
624
0,02u
0,0288
0,0312
0.0336
/*
0.0196
0,0224
o,0252
itL:
4,u
7U
4,U
849
914
4,U
5461
682
6144
6826
7509
768
853
838
1024
4,62 | 0,0256
4.62 I 0,0288
4.62 lo.032o
q,oz lo,ozsz
4,62 | 0,0384
4,62 10,0416
4.62 | a,o448
5030
5488
5945
MO2
6,35
6,93
576
B
192
1,51
8874
1
109
8.08
9557
1
194.
4,04
4,M
4M
ro
,18
18
20
?2
324
360
396
18
18
1B
26
2A
468
504
i2000
15972
20136
26364
32928
JJJJ
1200
1452
1728
2028
2352
333
5,20
6.35 I 10692
2A
24
480
17746
23040
20
20
26
520
29293
an(c
7,51
AQ
560
36586
2613
8,08
aa
1')
M
19521
22
25344
32222
40245
6,35
6,93
26
28
528
572
616
1114
2112
2478
2874
24
24
576
27&,8
24
24
26
624
672
22
28
rs6o8
3333
1 4666
16000
1 7333
1 8666
5,77
6,35
6,93
MO
22
18B
1512
22
920
1
e,oe I
20
1
080
r296
20
1613
r
6,s3 I I r6M
t ,51 | 12636
20
1
all
8748
sr I stzo
400
I
I
1
1404
333
1466
t600
r 733
r866
19521
1714
1936
7,51
21296
23070
8,08
248M
23M
6,93
276/€
351 52
27M
7,51
43904
31
36
8.08
:
2097
alaQ
l2w
29952 I 24%
322s6 I 2683
5,20
5,20
5,20
5,20
5,20
5,24
5,77
5,71
Raa
5,77
5,17
6,35
6,35
6,35
6,35
6,93
6.93
6,93
:
panjang tekung
:
menurut Euler
0,0280
0,0308
1,.
=
i
2t
t
0.7
Pada gaya batang S atas
dasar beban tetap (induk) H
0,4324
0,0360
0,0396
0,0432
0,M68
"
;;
|
I
'
t
q
10
20
30
1400
I 330
40
50
60
1180
regangan vang diizinkan dalam
't2&
11m
1030
0,0440
0,0480
0,0520
0.0560
0,04&l
0,0528
0,0572
0.0616
0,0576
0,0624
o.C512
1380
I 310
1230
1380
1 300
1720
1370
1290
60
1090
1020
1't60
1080
1010
1150
1080
1000
1140
1
1170
1100
1020
1't
't220
1070
992
m
+I
kg/cm2
"
-
't340
'1340
1270
1200
1
120
1040
1970
't110
827
895
820
745
887
812
737
670
662
350
1280
1200
360
1 280
1210
1
1140
1060
985
1130
1050
910
835
n2
'r
9'n
260
1190
'1040
962
70
80
90
955
880
805
947
9Q
,32
925
g'.t7
872
855
857
850
842
797
790
782
Tt5
767
760
752
100
730
722
715
707
700
692
685
6n
1r0
655
649
637
626
604
594
584
120
130
140
555
546
456
s:z
528
61s |
s20 I
512
+ra
503
432
496
426
488
420
480
414
0,0504
0.0400
390
1 320
124o
1400
1320
1250
t
tie" \
}
0.0392
kelanosrnoan
^--
0.5
L
I
!
angkakelangsingan
!
0,0336
0,0364
I
't8
Kondisi-kondisi tekuk
o,a2N
588
b5J
718
4573
5,7V
528
0,0168I
0,0192
0.0216
473
408
150
170
180
190
m
I|
4s8
jembata
k max Pa( ,a
452
35s
312
3s1
309
273
244
219
746
LZ1
200
210
270
165
230
151
240
138
181
I
l:+e
lur
iembatan lalu linta
386
337
380
333
375
329
370
324
365
320
360
316
I
I
|
I
286
255
229
206
?83
280
249
D6
2U
224
186
169
155
185
163
153
141
130
183
,tk max pada
776
2m
41,6
564
kereta at
t$7
40713971391
I 397
391
'140
150
160
I
,t1
304
301
797
293
2X)
270
267
238
2&
261
233
258
231
208
190
173
158
145
133
188
241
217
214
236
a1a
1?4
176
160
147
135
1?2
174
15?
146
134
vo
E2
NI
max pada bangunan
198
179
163
150
t5t
196
162
148
136
17'.|
156
143
't32
142
131
't66
15?
1Q
129
!
Pada gaya batang S atas dasar
beban tetap dan hidup (HZ)
r'lz
t.
i" - i
rl4
= angkakelangsingan
Tegangan yang diizinkan dalam kg/cm2
10
20
30
1
600
1510
1
590
1500
1
580
1
1420
1420
1490
1410
't
40
50
60
1
70
80
90
1080
1000
1080
915
906
340
1
1260
1170
330
1
1250
1't
320
1244
't150
60
"t070
983
898
9r1
560
1480
390
1310
1230
I 310
"t220
1140
1110
1060
974
889
1050
881
804
796
966
1
550
1470
1
380
540
15{o
'1520
1460
1450
1430
370
1370
1
280
1 200
1
1
350
129t)
1200
1
12@
1120
1110
1180
1090
1030
1030
9Q
872
949
864
855
101o
923
838
787
Tt9
7:10
753
13@
1210
1130
1040
957
Faktor tekuk
itt
(o
745 I
110
7301ti 717 I
705
62s | 5141 604l se4
53215241516'509
't20
130
140
459
l1 max paoa lembatan kereta
150
160
351 ik max pada
160
110
180
190
200
zu
'185
230
't70
?40
155
558
549
4T'
472
434
379
428
422
46
410
3'14
370
:t55
3@
339
334
330
326
322
319
304
3m
297
290
265
139
287
257
2U
268
293
763
236
232
229
225 Ik max pada bangunan
220
567
486
343
2771274127',1
24912461244
210
493
540
45
405
3s6
iembatan lalu lintas
347
307
2m
576
501
apr
4ool14s31447144o
rssl:asl:s4
1/tO
585
?41
223
202
2n
218
2@
198
216
196
184
168
1g?.
181
179
167
165
14
153
152
't 51
1y
214
194
1n
162
149
7&
2v
211
192
176
't61
148
2v
315
280
1v'l
1
8[]
173
158
187
171
157
147
1$
145
untuk kayu
Kondisi-kondisi tekuk
&
488
=
panjang tekung
menurut Euler =
5
o
1,U
4
7
1,05
8
o
1,06
10
1,07
1.08
L
0.7
L
'1,06
13
1,09
1,09
14
1.10
'15
45
45
45
44
44
44
43
43
43
43
127
126
126
125
124
123
122
121
120
1t9
119
118
83
83
82
82
81
80
80
79
79
78
78
77
77
59
59
58
58
58
57
57
57
56
56
55
55
55
u
il
75
75
74
74
73
53
53
52
52
52
'111
73
51
110
109
72
5l
71
108
71
1,21
107
70
70
50
50
50
117
116
115
114
19
1,14
1,15
113
20
1,15
113
21
1,16
112
22
23
24
25
26
27
28
29
1
17
u
u
76
,11
1,12
1,13
16
30
2l
'1,0'l
1,02
1,03
1,03
18
1.2.6. Faktor tekuk dan tegangan tekuk yang diperkenankan
60
60
129
128
12
174
'r60
85
130
227
206
IV
kg/cm2
1,00
11
2S
ilt
kg/cm2
i,01
752
210
il
kg/cm2
1
3
64$
I
kg/cm2
0
.)
't00
Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu
dengan kelas kuat:
1
,17
1,18
1,19
1,20
1,22
107
1,23
106
1,24
105
1,25
104
69
69
68
49
49
48
I
42
42
41
41
41
41
N
N
Q
39
39
39
38
38
38
38
37
37
37
36
36
0.5 t
ZE9
T\
Faktor tekuk Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan
kelas kuat:
lr
trtt
G)
31
32
33
u
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
B
1,26
1,27
1,28
1,29
1,30
1,32
1,33
1,4
1,35
1,36
1,38
1,39
1,40
1,42
1,43
1,4
1,46
1,47
50
1,49
1,50
51
1,52
52
53
1,53
1,55
1,56
1,58
1,60
49
u
55
56
57
58
1,61
59
60
1,65
1,67
1,69
1,70
1,72
1,74
1,76
1,79
61
62
63
&l
65
66
67
68
69
Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan
kelas kuat;
't,63
1,81
1,83
1,85
1,87
I
il
ilt
IV
kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2
103
67
102
102
67
66
66
65
48
47
47
47
46
46
45
45
36
35
35
35
35
101
100
99
98
97
96
95
94
gt
u
u
63
63
62
62
61
93
92
61
91
59
59
58
58
57
90
89
88
87
86
85
85
u
83
82
81
81
80
79
78
77
77
76
75
74
73
72
71
70
70
60
57,
56
56
55
55
il
53
53
52
52
4
4
4
33
33
33
32
41
31
41
31
40
40
39
39
38
30
30
30
29
29
29
38
28
38
28
28
28
27
39
51
50
50
36
35
49
49
35
35
v
I
u
47
33
33
32
46
46
45
v
43
43
42
42
42
37
37
36
36
B
u
u
a,
32
32
31
31
27
27
26
26
26
26
25
25
25
24
24
Faktor tekuk
(,
71
1,90
1,92
1,95
1,97
I
il
kg/cm2
kg/cm2
69
45
44
68
67
66
65
72
73
74
75
2,N
re
2,O3
77
78
79
2,05
2,11
63
62
80
2,14
61
81
2,17
82
83
84
85
86
87
88
89
90
2,21
60
59
2,08
2,24
2,27
58
2,31
56
56
55
54
53
52
2,v
2,38
2,42
2,46
92
2,fi
2,9
2,8
93
2,63
95
2.68
2,73
91
gl
64
63
5l
98
2,8
99
101
2,91
3,00
3,07
102
3,14
41
103
104
105
106
3,21
41
100
107
108
'r09
110
3,28
3,35
3,43
3,50
3,57
3,65
3"73
q
39
39
38
37
37
36
36
35
.35
v
3'r
47
31
46
45
44
43
30
30
29
28
28
27
26
26
25
25
24
24
23
23
42
N
39
38
37
36
36
35
23
23
23
31
29
28
28
N
33
32
32
97
24
31
41
50
I
32
30
33
49
49
kglcm2
43
43
42
42
5'r
2,78
2,83
96
4
lll
kg/cm2
30
30
29
IV
23
22
22
22
21
21
28
21
27
27
26
20
20
26
26
25
25
24
20
20
19
19
19
18
24
18
24
23
22
22
22
22
18
21
21
17
17
17
17
16
16
'16
20
20
15
20
15
15
19
14
19
14
18
14
18
'r3
18
13
17
13
17
13
16
12
16
12
Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan
kelas kuat:
,Itr
Faktor tekuk
(n
I
il
ilt
IV
kg/cm2
kglcm2
kg/cm2
kg/cm2
22
22
16
15
12
11
1t1
112
3,81
u
3,89
33
'113
3,97
21
15
114
4,05
4,13
33
32
21
15
32
21
15
't1
4,21
31
11
30
30
20
20
19
14
14
11
14
10
29
29
19
13
10
120
4,29
4,38
4,46
4,55
19
13
't0
121
4,U
18
13
122
123
124
125
126
4,73
4,82
28
28
18
13
10
10
27
27
18
12
9
17
17
17
12
12
12
25
25
16
12
16
't1
24
24
16
11
16
11
I
23
'15
11
a
115
116
117
118
119
4,91
5,00
128
129
5,09
5,19
5,28
5,38
130
5,48
127
131
132
133
1y
5,57
5,67
5,77
135
136
137
138
139
5,88
5,98
6,08
6.19
6,29
6,40
140
6,51
141
6,62
142
143
144
145
6.73
6,84
6,95
7,07
7,18
146
147
7,30
14€!
7,41
149
150
7,53
7,65
26
26
4.2.7. Penentuan tegangan
omax
pada konstruksi batang
Gaya luar seperti P dan Q diisi dalam f
Panjangnya /, ukuran c dan x, tingginya batang h dan lendutan /diisi dalam cm.
Tegangan o,r dan modul elastis Ediisi dalam t/cm2,lpadabaja E : 2' 100t/ cmzl,
momen lembam / : cma dan momen tahanan W : cm3
12
'11
Pl!
:
3,17
qt1
:
2,3s
-
9,794
:
3,r7
8EI
Pt3
aEt
I
9
I
I
9
8
i
I
9I"t l'
iel
t"il
8Et
q.3r
r1
r1
'1
o-Y
9M
12
,;
cr cr r;
:r,rgd'1*r'')
h
I
23
23
15
11
15
10
8
8
22
22
15
14
10
10
8
8
21
14
10
21
14
10
21
14
r0
20
20
20
13
9
7
7
7
7
7
7
7
19
13
13
13
19
12
19
12
18
12
18
18
18
12
17
17
12
1',I
'11
11
I
9
o
I
I
9
I
8
8
I
8
7
6
6
6
b
6
6
6
I t ti t.+ 3l\:
I| 3Er\ 2.t
Ol
sQl3
8W
Pada
A'B
'
384Et
r.1romar(c.
o,ee2
F 1'5-l)g
h
,.)
qIgI-I1 !)
h
pada
c.
3/
2w'r I -L lor, 1s 5c +5
-(
(;)i.(;)
,.
:)']
lzaerlre-zr
^
' I
.1,;(.-.)
o
lvv \ 4
,
i
I
Qr3-.
ar] c l=1600Et
,.1;1.:t^^^-.
K€rtoUc:o.2o7t:* o)*1
Pada,a
3pr
j
I
16W
I
A = 11 p/16';'t: t rl1, |
pada,i
QI
A:5Q/8;
8w
B::Q/a
paOa,
I
oj13I
11 1)
x:0,447t
,,,
+e[s'tt
I p.dr,,:or;
QI'
I
e,26s
raser
s,473
o:!11P- 1)
h
g.a12
9-u !
h
1)
('r
5
(o
5
(0
5
I
il11
9i
il
NNN
DDO
ll
Y
3
!
.
gsE
nIn
l++
ooo
b60@
b'o
1:
ES
o@
[il
-o
'oL
6+
il
N
B
il
N
NNN
o:o
)
l++
IJXUX 6xil!
r€ElrH *cl
I
a
IECA3
Elqra bqlaH qN]t!
, l.FgtH r,Rr g
l-ll-
o+-{fl.^.
i- fl li'ti-
/
0,1250 /
0,1465 /
c,1250 /
0,1465 /
,
1 0.1465 /
2 0,1?fl I
))= o,*u
o
:
o
3
o
CL
3
o
tac
!O
Oo
o
*o
o3
*6
LA
0,4142
1,1090
0.9768
1,0000
1,0625
0,4375
/
/
/
q /
q /
q I
q'
q
q
q 2
q 2
q 4
q E
Mcl =-0,0858 q 2
Mc24=*0,0025 q 2
C)
Cj
C2
Cl
A.B
0,4375
1,0625
1,0000
13 = 1,66
I1 =1,79
M3 /
1,79 Ml /
13 = 1,66 M3 /
t2=1,66M2/
It =
/
[41 /
M3
M1
1=s641=6
200
L
Momen lembam I
untuk lendutan
Ir,
,lll3
{
€
lq
-o
T
-t
-t
Sl-
I2 =
1,66 lv13 /
r1 = 1,90 M1 /
I1 = 1,90 M1 /
M1 =+0,0957'q 2
M2 =M3=+0,0625q I
Mcl 3
=-0p625q n 13 = 1,66 M3 i
M1 = +0,@58 q 2
M2 = +0.051 t q 2
M3 = +0.0625q (
Mcl =-0,0858q/2
Mc2-3=-0'0625qP
q i Mr ='0,0951 q R
q / MZ =+A,0625 q 2
q / Mc1 z= -0.0625 ' q 2
0,4375 q. /
1,0625 q /
1,0000 q /
cr =r,1o9o a /
c2 =0,9768q/
c3 =l,ooooq/
A=B=0,4142q./
lx
g-
,llt!l
€
@
lq
-o
N
T
-t
ml--
Blo
ul
Mt =MA=+0,0957 q I l1 = 1,90
M2 =Mg= +0,0625 q I
l!'1cr-4 =-0,06.25 q /, 13 = 1,66
Mt =+0,0858
M2 =+0,0511
N43 =+a.0625
M4 =+0.0957
A.=B =0,4375q/ Ml =+0,0951 q 2
Cr
= 1,0625 q'/ M2 =+0,o625"q 2
C2
=1.0000q/ Mc1 2= -0,0625 q P
A =B =0,4375q/
Ct=Ca=1,0625q/
Cz=C:=i,m00q/
B
Ca
C4
Cl
a2
A
m
0r_
6'
l
a
=
o-
c-&
Gt^
th
J
x;
ot
qr'
a(o
q,
M= kgm,L=
m
o
ET
o
o
q = kg/m,L:
'1
a\
L*
o6
J=
9e
c trf
o ola
c J
r
0)
Oa
=3
Ny'omen maxrmal
3
!
.'^81-;g
f
l
il tr E<
c-3
q -l
36
-
-O
@>
fe
<i
il:
1l
>o
3)
F
.,
@
CL
!,0) !q.
@o,
NE
Tumouan
-
!
@
il
NN
oo
ss
B8
l+
ilx
?Y
!l
0,1570 i
0'1465 i
0.1250 '
C,2035
In
JO
'-$
lt
o
P
O@
0.2035 /
= A,1570 /
X3 .01465 /
-
=
.
x1
x2
x2
x1
iiI
(t \2 .13 =
x4 -
Jarak engsei
!
@
ll
NNN
ooo
888
gsg
-o.o.o
ilil|
8r
9*
lo
-o
I
O@
ll
--o
l
"lr'
1++
ooo
HEH
oo!
*Pt'|l
Aaratrdrdt6rc,l t.+'i'
!CEJ
I t-
IH 't-i-iti
'1-
lt ill
AO
BS
o@
ilil
JO
9el.AI{ J(AqH 6EX,P,
ICB|H clts 5
M uata n
Bs
oJ
Ill
EE
N,NNNNN
oo!or@
!40000
8888S8
tuNON-O
|
oooooo
ooSoNJ
<<<3<<
f,nrrrr
!++++
DOOOO
;388S
@ooo>
[[nnil
-o--o:r-o
o6!or
---
ooo
!
NOO
@
I
9
n
9
tlt il
.o.o I
ll I
N J\,N
oo!
o aD
8 88
-o -o.o
l++
[
gNol
ooD
88&
8Bd
il ill
:--.o
O@
o o>
nil
83
--
9-o
+JLr-
n[ffi1.
:i+i
&
t. 2. 9. Nitai-nilai alat sambungan besi seperti keling, baut dan
las
1. Penentuan garis tengah d dari keling atau baut menurut tebalnya
t
;n terkecil
Daftar faktor reduksi fpada barisan-barisan baut atau keling:
banyalnya
keling/baut
18 ...20
kg/cm2
23l' zsl za
11 I,rlnL,'t
MnlMelMrclM20 M22lM25lM27
1ut00
1330
1858
3180
4850
5820
8620
6870
tetap dan hidup
angin dsb.)HZ
1600
1521
2120
3630
5540
terhadap
o lobang (keling) dan o baut dalam mm
11
dengan:
kglcm2
2800
3080
rc lM 20 lM 22lM
3@0
4760
5880
6/40
7000
lM
496
3520
0"321
4,22m
0,m0
o,278
0,2381
0,N2
0,245
0,219
0,2143
0,1944
0,267
0,227
0,198
0,175
o,x7
0,1s
AjTE
0.1 57
0.1ix}3
0,321
s
0,533
10
o,'t91
0,ru
0,zts
0,r80
0,1636
0,142
o,1xt7
1t
0,r85
0,227
0,1410
13
14
0,4,8
0,qcl
0,212
0,r98
0,1im
0,120
0, I 139
o,4B
0,165
0,153
0,1 51 5
12
0,280
0,239
0,1t12
0,
t3t9
0,111
0,09*r
0,371
0,350
0,208
0,1
0,1ait
0,1338
0.r93
0,175
0,124
0,1 167
0,181
0,165
0,157
0,1 17
0.1 103
0,0929
0,0€r/6
0.0827
17
0,331
0,3'14
0,103
0,097
0,00'l
0,11
o,glu
0,296
0,284
0,1048
0,@94
0,@47
0,@
18
19
0,81
0,0746
a,on
0,071
20
0,1rS
?2
0,271
0,260
0,249
B
0,29,
0,1
0,0679
0,0650
0,0623
0,0598
24
25
0.230
0,1D.
o,).,
0.1
0,800
7
0,643
7UO
5.
0,714
0,8&r
0,171
0,162
0,154
0,1
86
4t)
0,139
0,133
28
l8
0,1
1
06
o,142
0,t00
0,136
0,130
0,0s
0,091
0,0905
0;0866
0,073
0,070
0,r25
0,087
0,ffip
0,m7
0,120
0,0&,
0,crc,
r5
0,m
0,044
0,06'l
0,111
0,0n
0,0m7
0,onts
0,1
0,0s
0,1786
0,1607
0,1.s8
0,1058
1
0,0sr5
0,0584
Daftar bataesn togangan pada bahan baia:
4160
54/;0
6720
7360
8000
8960
Jenis baja
Tegangan
o dan
3200
0.3t 00
0,2667
0,44
27
gaya batang .S
atas dasar beban
tetap dan hidup
(angin dsb. ) HZ
0,25m
0,375
0,320
0,5m
0,500
0,450
0,400
0.357
,l)
I ''s I 't, I ,, I ,, I ,u24 I ,t
M n lM plM
gaya batang .S
atas dasar beban
tetap (induk) H
0,2500
0,400
0,5m
6
6
21
tekanan dinding lobang pada plat baja setebal 10 mm:
pada bangunan
0,5m
0,333
1,m
r,0@
0,m0
9850
7850
3. Daftar beban yang diperkenankan dalam kg per keling atau baut
0,33tr1
t,0m
,
0,800
0,e43
0,533
0,455
0,396
0,350
0,314
r6
6650
,p
fry
?
3
15
gaya batang S
atas dasar beban
fry
hv
f,
I
gaya batang S
atas dasar beban
tetap (induk) H
ompdt barts
6-d
n
4
o lobang (keling) dan 0 caut dalam mm
dengan:
tiga baris
dahm
2. Daftar beban yang diperkenankan dalam kg per keling atau baut terhadap pergeseran (tampang satu, iikalau tampang dua boleh mengambil dua kali tampang
satu):
pada bangunan
dua baris
satu boris
yang
msk6im6l
poda baris
pada plat baja:
t ...5 5 ... 8 7 ...12 1o ... 14 12...20 14 ...20
d1l172123252831
4.
o+
t/7
sT37 I
+ "r!, masing-masing
'/7+4
950 kg/cm2
1350 kg/cm2
Sr52
l2([
kg/cm2
1700 kg/cm?
497
6.
!.2. 10. Nilai-nilaialat sambungan kayu
Daftar tegangan-tegangan yang diperbolehkan pada bahan baia:
1. Daftar beban yang diperkenankan per paku untuk kayu dengan berat ienis
rata-rata 0.5 gr/cm3 kering udara:
Pada bahan baja ST 37 dan ST 52
Jenis
tegangan
Bentuk
sambungan las
1r
5'/
il
o=tr
Semua
I
nn
tetap (induk) H
ST 37
tekanan
lentur
1600
sambungan
@
paku
mm
mm
kg/cmz
1800
kg/cm2
ST 52
2400 kg/cm2
ST 52
ST 37
ST 37
1600 kg/cm2
2700kglcmz
*)
1800 kg/cm2
*)
ST 52
ST 52
22100
27C/:.kglcm2*l
kg/cm2 *)
ST 37
Tekanan dan
tekanan lentur,
Tarikan dan
tarikan
lentur
1350
ST 37
kg/cm2
1500
ks/cm2
ST 52
ST 52
1700'kglcm2
1900
ST 37
ST 37
1350
kg/cm2
St52
1700
1500
i
kglcmz
kg/cm2
kg/cmz
3"BWG
10
3%" BWG I 4".BWG
I
4%" BWG
5" BWG 6
6
4.19
5.20
5.20
63
73
89
102
114
130
20
25
30
35
40
40
31
40
80
50
100
61
94
94
62
122
188
r88
keperluan ukuran sambungan per paku min. cm2
6.2
8.0
10.0
12.2
18.8
18.8
Jumlah paku kira-kira
per kg
2W
185
r30
93
53
47
Kekuatan 1 paku
tampang satu
tampang dua
kg
kg
paku
2.
ptg
Daftar beban yang diperkenankan per baut untuk k6yu dengan beral
jenis rata-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
Baut garis tengah O
Garis tengah di dalam
drat/snail
mm
Cincin minimum g
Cincin segiempat
Cincin tebalnya
mm
mm
mm
Ukuran kayu rhinimal
dengan satu tarisan
Papan pengapit
Kayu tengah
ST 37
1500
kg/cmz
1700
kg/cm2
ST 52
1900
kg/cm2
mm
12
14
1/2"
1900 kg/cm2
'1350
kg/cmz
sampai mm
ST 52
ST 37
ST 52
Kekuatan
1
9
16
18
5/8"
r05
12.5
14
58
63
68
74
50/50
55/55
5.5
60/60
65/65
5
6
N
22
7
16
18
80
o')
70/70 80/80
I
,E
t"
3/4"
I
20.5
105
95/95
I
bar t:
cm
cm
3.6/B 4.5/ 10 5/ 10
8/8 10/10 10/10
6/
6112
6/12
12/ 12
12/ 12
14/14
't6i 16
il4
626
t11
856
1088
1253
1096
1422
1244
1713
952
816
940
1067
1499
1285
l5@
2W
2500
3200
14]|
6/
1A
baut
g =0o
kg
308
384
463
kg
kg
kg
615
538
768
461
576
925
809
694
kg
625
850
12m
Kekuatan 1 baut
tampangdua
9 = 0'
9=45(
9=90'
672
Sambungan las sudut K bersela, jikalau mungkin diabaikan
Kekualan
498
11
3.76
tampangsatu
*)
2Yz" BWG
3.05
3.40
papan tebalnya
ST 37
Tarikan dan
tarikan
lentur siku
dengan jurusan
sambungan
Pergeseran
Ukuran paku
Paku garis tengah
Panjangnya
Dapat digunakan untuk
Tekanan dan
Tarikan dan
tarikan
lentur siku
dengan jurusan
gaya batang S
atas dasar beban
tetap dan hiduP HZ
gaya batang S
atas dasar beban
gaya tarik
I baut untuk
3.Daftarbebanyangdiperkenankanperbautpasakkhususuntukkayu
berat.ienis rata-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
d
mm
tampang dua dan lebih
pada batang tengah
d
tampang satu
tet ral kayu a dalam :m
tebal kayu a dalam cl n
4 I 6 | 8 I roi',
14
16
18
I
8
128
147
147
147
147
147
147
147
10
160
2n
230
2n
23t)
230
2n
2n
4
6
8
lol
12
t4
16
18
326
326
326
3fr
3il6
326
12
192
248
331
3:}t
381
331
33t
272
326
331
8
10
340
5lo
510
510
510
510
510
5ro
t4
224
3i:16
44
450
450
450
450
450
12
4(}8
612
7U
7v
7v
7U
7y
?vl
l6
266
384
512
589
589
589
589
589
t4
476
714
952
1(m
tflx)
1(m
1fi)O
t(m
w
t8
288
432
576
7n
745
745
745
745
16
816
1088
13(m
13{E
138
r3(D
r3(E
320
480
640
8m
920
920
920
920
612
918
1224
r530.
1652
1652
1652
1652^
20
18
20
680
r020
13fl)
17m
2M
2fiO
2(XO
2Dt()
22
352
52f3
7M
880
r056
113
1113
tlt3
x2
78
tlzt
t4$
187O
2,24,4.
2&
2468
2tm
24
384
576
768
960
1
325
1325
24
816
1224
1632
20{0
24{/8
2456
2938
2938
x)
416
624
832
n
884
1826
t768
2it10
m52
c,o4
34/t8
3|{8
896
1
t9(x
2Ag8
3UB
3m
672
142tr
3gIr
4$
952
xm
28
8
ro:lo
?550
nEo
3570
txE
tl8)
c)
'180
9d)
1530
v040
720
3t}
tl[n
r
152
r325
1
lorto
124a
1456
1555
1
120
1344
1
568
1792
1803
1200
144D
1680
1920
2070
555
pada papan p6ngarrit
tel ral kayu
d
8
dalam :m
4
6
I
10
12
t4
r6
t8
176
211
211
211
211
?11
211
211
3:n
10
2?f)
330
3[n
3A)
33)
f,p
an
12
2A4
396
478
475
4t5
475
175
475
14
308
62
6r6
u7
ill
ill
u7
u:t
16
352
524
7M
845
845
845
845
845
t8
3S
594
792
9g)
1(89
1069
1(E9
1(f,g
20
m
660
8g)
nm
r320
r320
t32()
r320
?2
Qtl
7m
968
1210
1452
r597
r507
1697
r848
1901
1901
2231
24
528
7gt
1056
r320
r5B4
26
572
858
114,.
lrlil0
1716
Zffit
zB1
2A
616
924
1232
r5|{)
1848
2156
24li,
2fi87
660
gso
23ro
zffi
29'tO
3)
1320
1650
r9€D
501
500
4.
5.
Daftar beban yang diperkenankan pada pasak cincin untuk kayu dettgm
berat jenis rata-rata 0.5 grlcm3'kering udara:
Pasak geris
tengah
6 luar Dl
a dalam Dd
Bulldoglconnector
@
Pasak lebarnya b
Baut pegang tengah
Cincin segi empat
Cincin tebalnya
6
mm
mm
mm
60
mm
mm
mm
12
52
18
1N
160
88
120
108
1X
22
26
30
14
14
16
80
70
100
50/5( IJl
OL
5
6
200
14
180
164
36
zm
46
50
16
18
18
to/7c t0l7c t0t7(
7
7
7
Daftar beban yang diperkenankan per Bulldog Connector untuk kayu
dengan berat ienis rata-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
7
7
lU
n
VA
8
Garis tengah D
Tingginya
Tebal
seng
b
s
Baut pegang tengah
Cincin segiempat
mrn
mm
mm
mm
mm
50
62
75
10
17
19
1.3
1.3
1.3
12
16
't6
50/50
95
25
r.3
't6
117
30
1.5
n
140
31
1.5
n
165
33
'1.8
25
60/60 70/70 70t70 80/80 90/90 lm/100
Ukuran kayu minimal:
Ukuran kayu minimal:
Papan pengapit
I = s/d 30o
I = lebih dari 30o
cm
cm
6/12 6/14 6/1t 6t 2t 8t22 8t 24 \J/ J\J 10/32
6/10 611i BlU 6/ 1€ 8/18 6l N 8/24 8t26
=
I:
s/d
30o
lebih dari 30o
cm
cm
8/12 8114
Jarak antara baut dan ujur rg
kayu (kayu muka) cm
v
Jarak antara dua
baut
Jarak antara pinggir
Pasak dan tepi kayu:
yang dibebani
a
yang tidak dibebani
Diperkecilnya luas
kayu tanpa baut
I
i
502
6/ 10
6/12
6/12
6/8
6/ 10
6/ 10
6/14
6/12
8/ 18
10/20
8/ 18
10/24
8/16
Bl20
10/24 r0/m 10t32
8118 gl20 tot24 rcl26
8t2{ 10/22
ule
Jarak antara baut dan
ujung kayu, dan antara
dua baut
cm
12
12
14
14
17
20
23
kg
kg
kg
350
300
550
475
400
7W
1000
1350
17fl
24C0
650
875
1175
1525
21n
550
750
1000
1300
1800
Kekuatan 1 Bulldog
I
12
15
18
21
24
27
30
.n
24
28
32
3
3
2
4
2
4
4
2
2
2
cm?
4.3
7.1
1'-t.2
't5.6
22.3
28.4
kg
kg
kg
420
315
210
7W
1140 1620 2m 2880 3780 4600
855 1215 1695 21ffi 2835 3450
570 810 1 130 1M 1890 2m
36
40
4
6
6
2
.,
3
9=0o
9:45'
? =96o
2N
i
]
i
Kekuatan 1 pasak
9:0o
9:45o
9:9go
8llt
8t'ti 8llt
16
cm
b
8/1A
t2
cm
cm
I
Kayu tengah
9
I = s/d 30o
i = lebih dari 30o
585
3m
37.3 45.0
503
6.
Oaftbr beban yang diperlenankan per plat paku-paku untuk kayu
dengan berat jenis rota-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
Pelat paku-paku
let'arnya
paniangnya
cm
cm
'l
Kepsrluan tekanan untuk pasang
kg
50
kekuatan terhadap penc&utan
kg
Ukuran kayu minimal:
tebalnya
0o
i=90o
5
10
5
10
10
1250
25m
5m0
16
ll()0
800
16m
cm
3
3
3
3
kg
kg
10
250
5m
lm
r88
375
760
7.5
Kekuatan tampang
dua ?=
0o
9=30o
9=69o
?=90o
kg
kg
kg
kg
Xt
6m
18.5
$2
17
4N
3E
15
Tabel untuk monentukan iepitan pada bolok tar-
iopit sebelah
5
1
Kekuatan tampang
satu 9 =
1.2. 11. 1.
lm
m
925
8S0
1850
1700
750
l6m
r.-l
Momen japitan
r'l- rj
ffi
ffi
Mao
fia
u,=
*l; - *l "
*,= 1k*
iln
*r**L,
Mr=t#s
ffi
*,*
*(,-$l "
Ma=
!u
NB=
-1,5lr:'ft
Perubahan suhu
504
o
t=
L--Hrart.r
to,lo
w
W
ffi
w
ffi
ffi
1.2. 11.2. Tabel untuk menentukan momen iepltan pada balok torlopit
Momen jepitan
,f
*r=+
,,=+(r-+l
ffi
L,*L-,,
Ma=
qc''
8
(r*f)'
u,=*k-+l
IP IP
t
t
! ,
M^=#
J
IP
t*,**i
u,=sk* rt
Ma
-
Mn:
,r:#
io ,,,
Me= Ma=
Ma=Ma=prlr-+l
I
uu:
"ffi
Momen jepitan
Ma
=
"l**'u ,
Me:'i;r'
,^-#(+-)
,
'= +(t-t' - 'l
Perubahan suhu
w::;,
Ma=Me=-r,o'io'
MA=
{ rze- nr
llB -
]
rzn
-sr
,rffin,
tu
Momen jepitan
Persamaan tiga momen menurut Clapeyron:
12
.,rl,rfrfu.
LJ*-.-J-dJ
n
Bidangmomen M
un=#tBc'2+4cc'+c)
l-r_-l-.J
nd.rl"
b.,,h
l-l-l
Mtlc + 2Mzltc + l'"1 +
M1= ft4, = s!:
fuw
fuw
l-i .l i-t
%.
1.2.12. Tabel-tabel untuk menentukan bagian beban @a eyarat
persamaan tiga momen (Chpsyronl dan luasnya bidang
momen ili
*, = #(4cc'+
Mzl'c: -9
M
r-+r:.l-o*--b--1
l--z
c2)
* 8' l'"
= i M,' x' dx
Beban:
I
' l"
8
[tm2]
tub
ffo
?
---_-{
2
H1
3
u,**0,,
tult
-
al
ffu*"t
"fih
LLI
',nw
#Bt -
Ma=Me*#t ,-#
L'.1
U".,rqrffnff,n,*.,l
b- |t)
tL.P
M4=Mr=
M^=*
*
d*ffi
0,,
Jfa
'fi
fia
fin
Hh- *l
nil, - |,1
nil, - )l
Tl,.*l
nih. *l
a ih.';Fl
{u,-,'t
{v,-",t
n,
D
i u'- c'l
ffi
t0
la*-b-4
b_ L-------4
*
-,1
ffa
9
*r=#
3+v
ftn,
6
zct
$a
tn
J
Ma =
ffo+n
!a
Ma=Ma=#(3/,-c)
Me:
ltml
f,n,
4
W,
*,t
f,n
I
mn=Sot
n
ttml
,{ro-
hanyapadan = godil
ll
'fro
l,'-o'- f",
' ,?'"
(u-"- f
"'
"r)
5@
M
beban
tt
B
ttmrl
p4
P12
ar. za
$
pl'3
r3
t1
DC
'
24
.
l3ab- c'l
pflltnud?
a5
-
et
fr
ct'
(3/2
24
r6
-
c2)
I
of,l''-o' *{)
l3lt
13
13
Dl5
17
ffiilflll fiilfltte
?w*us*wi
F-! ------r
r8
r9
L
fiinm fiilllhr
I
l-Lt2-?-112-i.
p
Pc 1911'-ut1*"
12
c
13 lt?
pl'
L
60'
!:'
l2l - cl
24
P"'
2i,
24
l4t
-
g"l
pcl
a2l
-
u
'f
lZJ
-
al
37 p2l
L h'-u *
4
i)
*..r*
L
(,,
4
-2a2
.+t
t2
lP'
+
Pzl
fit
o,*ros
*
(7P, + 8Pr)
-
czl
-
3r
2al
c
t2
D[3(/2-a2)-c2l
'41
I
ffil*,-.ou,*,ri
ffi12
ol'/
3
(frt2 -15ic +3c
SG,-' ";r
v
, \a-b\
ll2
l+
r
35
q(6n)xt
-l--, ----l
ffi;;
rgElro
!,
-
3b2\
ff w'-
M
M
0
4
4
I*,
M
luz*uz4
60'
3c2)
M
M
r.fnr\fl
+*
)D pt'
.eL
,01, n
,rt
zMr +
r'r
2M
Mz
6Et
V (vz- vi
M, + 2M,
6El (Y,
l7
-
Yrl
f
z3
510
-21a2 + a3l
+
#,*r,
15
l3l
2t
pcz
-
9
il'
I
A
l3
Dl.
ail
ot'
(10/2
6012
:,*
"l
108'
$,n-*'
Pqt
-
-
*'
24
2l
Dlt
It3
12
19
13
Lor
ot3
162',
n
czl
-
-
ffe,-*t
TLc.l
I.c,lt
l*a4
-P" lgl'_
at
108'
--324'
ttml
^r2
g2 u'
ffw-"t
or*,r
!) s, * o,t
'f,("*u'- "')
4
4
8l
*
0,,
n
64 Pl'
t,
pc
pc
32
$'
28
r5
ltml
3
pl'
f*uz-lttz-l
l---:- L
s
---{
El
czl
,,,
*
24
-
,rtz
#
M [tm!l
beban:
ltml
p4l1
lz
1t
l,
n
ttml
*,,,
TP
Lo*-t--l
l-- t -----l
ffv'+aot
*
$(,.f)
0,,
G-t'oi
*0,,
fft,.11t,-'S
t
,il
,(
suhu
rrubahan
'
ruH
-htb
SElo,Lt
3ElarLt
h
h
511
l. e" 13.
Pensntran rekei
t
mpuan dan momen pada belok
2.
Balok terusan dengan gaya pusat
torusan
Momenmax.=MPl
lvluatan
1. Batot teruean dengan b€ban m€iata
Ml
rft';
Momnmor - Mql2
.rdrth
J--tt
).
M3
M4
l55i ),1562
).2031
1751
).162t
.L-J_
.Lr,-+
),1697
J--
512
0,6875
0,6875
-
0.0938
o.M2
0,5s€8
0.@88
0,6500
0,5000
-
0.0750
-
0,0750
0,425(
115i.
-
0.0750
-
0,0750
),137t
-
0,1750
-
0,0500
-
0,1m0
+ 0,0250
-
0,1607
-
0,1071
-
-
0.0804
*
0.0536
-
0.1808
-
-
0.053[
-
-
-
I 161
l16l
),1697
),183(
,1596 ),1462
1428
.1998
).2065
.'t42t
c kiri
kiri
0,312t
0,3500
),212t
B
0,1875
0,1500
1130
0,5715
0.3715
A
-
,2W
.-r-r-
MD
-
17y.
A+'+-++
MC
MB
0,1 500
),100c
).2121
-+J-I--
M2
Tumpuan
I
c
P
D kiri
D
kdnan
0,3125
-
0,0938
0,50m
0.3500
0,6500
0,5750
0
0
0.5750
0.075r
0,0750
0,5000
0,5000
0,0750
-
0,0750
o,325/.
0,6750
0,6250
0.3750
0.0500
-
0,05m
0,40J
0,6000
0,1250
0,1607
0.3391
0,6607
0,5536
-
0,@0
0_419(
0,5801
0,0268
0.0268
-
0.0871
0,319i
0,1m7
-
0.05&
0.1001
+ 0,0268
-
0,006
o,o737
-
-
0,G01 + 0.0201
-
0.053(
0,3s9(
-
o.o737
-
0,1250
0,0250
0,0250
0,5636
0,6607
o,4404
*
0,0268
0,5268
0.0804
0,4732
0,3460
-
0,m7r
),392€
0,m71
-
0,3929
0,0536
o,1272
0,03t6
0,c836
0,0067
0,0737
0,5067
c,4*,3
0,1m5
0.3393
-
0,0603
0.5871
0.mG3
),053(
),6@4
),1272
o,4m
4,4&
);680€
).654C
E
-*
0,1m6
0,0201
o,Bot
0,4129
-
0,0636
-
0.m67
0,0201
513
\
I
3. Balok terusan dengan dua gaya yang simetris
4.
Belok terusan dengan beban merata dengan jarak tumpuan yang
berlainan
Momnmax.=MPl
Muatan
M,
M2
Mg
Tumpuan
Md
M4
MC
I riri
MD
B
kanan
/+tr
o,2/.
-
0,333
0.666;
"$-
),2771
-
0,r667
0_83r
C+rtlrih
-qm1 -
t,2444
-
),28&
J-rl--
0, t333
-
0,866;
0_1333
-
0,1333
-
0,133
-
0,311
-
0,G89
1
0,739
0,m67
-
0.133(
0,6888
c
r,3133
r.3333
1,1667
0,r667
=
...
P
D
kanan
D
tia
E
kaMn
0_6667
-
0,1667
1,M7
1,0000
1,m00
1,2ffi1
0
1,'1333
0
1,m00
t.0m
0,1333
1,3111
0.7778
1.2222
0.0889
loll
Reaksi tumpuan
(kg)
0,4
A - - 0,0375.q.t
8 = 0,40fi.q.t
0,8667
t.1333
),'t333
perbandingan
0.733
-
0.1333
-
0,0889
0,5
rll,...*
d\#Jts
),238r
.il--Jt--
t,2ffii
#JIJ{
--axJfn
t't 1'l
514
,,2381
J.m
),r94
174t
J-.-.
-*-
lltt
),19&
).2811
1741
-
o,17n + 0,U44
-
0.2857
-
o.w2 1,1718
).2U
0.2857
-
0,1429
0.857r
-
0,u76 -
0.154a
0,6786
0,0052
*
0,2857
-
0,0952
-o.w2
-
0,1786
+ 0,0476
-
0,01 19
0,4214
-
0,1310
-
0,1906
0,142s
-
0,0962
-
0.3214
-
0.1423 + 0.0357
-
1.2S57
-
-
-
o_7143 't,G52
-
0.1310
1,r421
),u7i
1,3214
1.273E
-
0,2222
o.0444
o,M44
0,9048
0,9048
1.0952
1.2857
0,c471
0,9523
1,0/77
o,1429
0,7
o,1072
2
o.'1o72
l.1548
,,@5'
1,1905
),8094
1,r905
0,80s5
0,0s62
,
r786
t,2262
-
0,05s5
0.2262
0.0595
,1310
1,0tt9
,9881
0,1 786
0,01
-
l9
0,1786
0,0357
=
A=
8=
C=
C
A
0,7143
0,6
-
0.1429
0,u52
0,7
0.0952
-
0,01 19
0,035i
0,8
Mlkgml
Mr4 M,
Mz
=
O,0[l2O'q'12
1,0325.q.t
M"= *0,0950'g'lr
0,625.q.t
Mr
Mt
=
=
0,00'195.q./
0,4ffi3.s.t
M"= -0,W7'q'lz
0,1420.q.t
Mr
0,40fi.q.l
=
Mt-
C
1,0530.q./
Mc=
0,2f00'q.t
0,4o10.q.t
1,0900.q./
Mr=
Mt=
Mc=
A
0,26fi.q.t
Mt
B
0,3950.q'l
Mz
1,13fi.q.t
=
=
Mc
=
=
A=
B=
-
=
=
C=
2
0,828'q'l'2
1,0312.q.t
fl =
C
-
=
Momen maksimal
'q'l z
0,ff]2o'q'lz
0,0101
-
0,0950'g'/z
0,02t8'q't
-
z
0,0805 'q'l I
0,09X).q.t z
0,0362'q'l z
0,0980'q'/ I
0.1050'g'/z
515
-'(r'
'1
|
.2.14, Tabel-taber hasil peng-integrat-an pada kerja virtual
Segiempat
,r.
IIIIIIIIIII,.
Segitiga
sM;Mp
@
ffiffi
l-r<l
|sm;mp
#
lsMiup
fsfr
lsuiml,
t:*'*r
fs{r
fsfr + alM1M1
+ M;,t M1
tor,,
+ 2M;,t
M1
lrsutux
lsuiu2
!su;ur
lsuiup
i"MiMx
#,u- o-rtlwink
frsfr+
keuo+sMizr
tz
$au^ + tM;2r M1
lrsM;Mr'
*'u'*r
#,,,r
ftsuu2
nsMiM*
#*,'r
i"Mi
lms + 3 Mp2l
lsu;rttp
ftsu1up
{su1u1
,lr't'
(3 Mp + Mp2l
I su1ul
lsuiup
$suiul
Ml,
lstul,.
r M21Mp2l
lrsuPl
?r'*r'r
lsu1,Mp
+ alMiM1,
{smfiuy, + M22t
+ 0l MiMk
lsmlmp
t'',u1
I
tt*rr11 + fi) Mi,
+
11
+ al Mi,l
Parabel
ftsu;tvrl
,1sts- 0-0\tt,rttr
f,suiup
*Ou-
a-o2tM1Mp
Parabel
lsmiup
lsu;rvrl
,1s{t
+o*
{ urura,
lsniux
sMpMp
$sm;nt1,
lsupup
frsfr + P+B2lM;Mp
lstaeup
]s{r
+ oB)M;Mp
a*o2lsM1M1
+ M;rMp
+ M;rMp1
+ 2Mi,Mpl
*^r^
+
M;2r M1
Mk
13
-
Mr, + 5 Mprl
|'ut
1'
I
a2lM1M1
Parabel
4h,r'r
+ olM*zl
$Mp + 3Mpl
lsm1u1,
$r
M21
1
Parabel
,&tlliT,nrr*
fi
+ {lt
t
sQsM1,Ms,
';sMi
''
lsu;rttp
-4
tsu1u1
Trapesium
trr,,
+ Mr,l
sMlMy, + 2Mp2l
+
lsu;u1
4ffffn,
fi:[tttfr+
lsu;up
Segitiga
c,tfirrflT-flla,,
@'
lsu1u1
tsMlMp
Segitiga
,r@L
a,1fiil,fffltrr,
Parabol
lsu1u1
I
lsuiup
Parabol
lsMitup,
Segitiga
tt
Parabol
Segitiga
Segiempat
,,W,
Trapisium
517
l.
3. Daftar kependekan
D
E
F
G
H
HZ
lK
N
M
o
P
o
R
s
T
U
V
w
z
abd
f9hik-
tgsuv-
xY_
batang diagonal pada konstruksi rangka batang
modul elastis
gaya pengikat horisontal
modul pergeseran
gaya horisontal
penentuan beban atas dasar beban tetap (induk)
penentuan beban atas dasar beban tetap dan hidup (angin
dsb.
momsn lembam
titik potong pada sistim titik potong
titik potong pada siatim titik potong
gaya normal
momen lentur, momen jepitan
batang tepi atas pada konstruksi rangka batang
gaya, gaya pusat, gaya tekan, gaya tarik
gaya lintang
A
delta
sigma
diferensi
jumlah
q-
alpha
beta
sudut putar tumpuan
sudut putar tumpuan
koefisien induksi
T_
av*
6)
reEultante
gaya batang pada konstruksi rangka batang
momen torsi
batang tepi bawah pada konstruksi rangka batang
gaya vertikal, batang vertikal pada konstruksi rangka batang
momen tahanan, bobot-beban
momen sentrifugal
gamma
delta
€
epsilon
4
x,
eta
kappa
I
lambda
my
'l-
aoT_
q
pi
rho
sigma
tau
phi
w
psi
@
omega
pergeseran
ukuran penurunan tumpuan
lendutan pada batang atau konstruksi rangka batang.
ukuran jepitan. ukuran penguluran
ordinat garis pengaruh
faktor koreksi pada gaya lintang
angka kelangsingan
jarak balok melintang pada beban yang tidak langsung
koefisien distribusi
faktor pergoyangan
faktor3.
14159
jarr-jari lingkaran pada kerja virtual
tegangan normal
tegangan geser
sudut antara dua batang
sudut pada penentuan kerja virtual
faktor tekuk
farak titk potong J
jarak titik potong K
dalamnya gigi tunggal, garis tenEah paku, baut, pasak dsb., suatu
potongan yang sangat kecil, muatan gempa
lendutan
berat atau bobot sendiri
tingginya batang atau konstruksi rangka batang
besaran inti
angka kekakuan
panjangnya batang, lebar batang
beban merata. beban berguna
panjangnya batang pada konstruksi rangka batang
sistim koordinat terputar
sistim koordinat terputar
tekanan angin
koordinat yang horisontal
koordinat yang vertikal
lsndutan ke samping pada tiang teklk
518
519
-'
:
,(
1" 4. Daftar istilah penting
Gambar, situasi 23
-, kayu 226
Arigka, kelangsingan 84
'-, kekakuan k 291
gaya 23
Garis bersilang 268
Garis olastis, 96, 372
Balok teriepit, 102, 253
* . sebelah 2&3
- , elastis 265
Balok terusaR, 103,253
, garis pengaruh zl49
Balok tunggal, 102, 103
*, dengan gaya 103, 105
- , dengan beban merata 108, I
, dengan beban segitiga 1 13
-,
-,
*,
, dengan konsole 123,407
, bersudut 134. 143
, dengan lengkungan miring 152
, garis pengaruh 333
Batang dengan engsel pada uiungnya 290
Baut, 203,230
pasak khusus 231
Beban, yang tetap 16
-.,
. yang bergerak
penontuan dengan bobot-beban W 374
pada konstruksi rangka batang 379
Garis kerla 2l
Garis pengaruh, 3&9
-, pen€ntuan 390
- , penggunaan 391
balok tunggal 3!13
-, pada
-, psd€ reaksi tumpuan 393, 417, 452
-', pada gaya lintang 394, 419, 452
t0
l6
berguna 16
. yang berulang-ulang 79
Berat sendiri 16
Bernoulli, Jakob 59
Besaran inti 65
Betti (Syarat) 354
Bobot-beban W 372
Bulldog connector 237
-,
Castigliano { Syarat} 356
Clapeyron, Syarat persamatn tiga momen
ao,
Cremona l83
Cross (lihat: Sistem Cross)
Culmann, Karl 176, 185
Distribusi momen, persiapan 292
-- , menrut Cross 292, $4
-,
-,
-,
, 6rada momen lentur 395, 418,452
, pada beban yang tidak langsung 396
pada
pada
pada
, pada
- , pada
-, pada
--, pada
-, pada
--, pada
lendutan
3S
konsole 406
balok tunggal dengan konsole 407
balok rusuk Gerberzl09
busur tiga ruas 41 5
gaya normal 419
konstruksi rangka batang 424
balok rerusan 449
reaksi tumpuan statis berlebih 450
--, penentuan secara grafis 452
Garis sumbu nol 61
Gaya,20,21
titik tangkap bersama 23
-, dengan
- , yang seiajar 30
--, yang tidak seiaiar 31
-,
-,
-,
-,
-,
-,
-,
ganda 37
tarik G3
tekan 63
lintang 45
, normal 44
dalam
€
torsi 72
yang berbahaya 83
, pengikat horisontal 312,325
Gerber, Heinrich 153
Gigi tunggal 226
Hetzer 239
Hook (Syarat) 20, 59
Engesser 88
Euler, Leonhard 83
520
Mohr, lingkaran 55, 75
-,
-,
p€nentuen lendutan 97
(Syarot) 81,357,372
-,
-,
-,
-,
-,
-,
-,
-,
-,
satu gays 35
kumpulan gaya 35
lentur 45, 63
lembang tt9, 5O, 52
Keamanan 79
Alat sambungan, bafa 203
Balok rusuk Gerber, 103,253
, garis pengaruh 409
Jari-lari lembang 84
Jepitan, sendiri 27 1, 272
- , asing271,273
lnti, besaran 65
Keling 203
Kerja virtual, 343
hasil pengintegralan 351
Koefisien, distribusi 274
induksi 289
pergoyangan 3?2
-,
-,
-,
Konsole, 102,120
dengan gaya l?0, 121
-, dengan
beban merata 121
-, garis pengaruh
406
-,
Konstruksi batang, 14, 101
*, pergeseran dan perputaran 359
Konstruksi berlapis maiemuk dengan perekat
239
Konstruksi bingkai 15
Konstruksi busur tiga ruas 103, lm, 168,415
Konstruksi parabol 109, 110
Konstruksi portal, tiga ruas 103, 160, 161
statis tidak tertentu 304
dengan titik simpul yang kaku 3O4
pertingkct 318, 3lil2
dengan titik simpul yang goyah 322
Konstruksi rangka batang, 15, 176
pembangunan 178
kestabilan 180
bentuk 181
p6n6ntuan gaya batang 1&l
belah ketupat 188
berbentuk K 189
-,
-,
-,
-,
-,
*,
-,
-,
-,
-, pergeseran
369
-, garis pengaruh
424
-,
Konstruksi
tangga 149
Lagrange (Asas tentang kerja virtual) 343
Las (sambungan),207
sudut 207
tumpul 208
tepi 208
--, cekung 207
pipi207
-,
-,
-,
-,
207
-, cembung
kepala 208
-, sela
208
-,
Lendutan, 96,262. Y2
-, penentuan menerut Mohr97
Maxwelt (Syarat) 355
Modul elastis 59
Momen,35
-',
sentrilwal 49
tahanan 64
jepitan 287, 289
distribusi 288)
koreksi pergoyangan 322
residu 288
Navier, Louis 59, 92
Paku227
Pasak cincin 235
Pelat paku 235
Penurunan tumpuan pada baiok terjepit
V')
Perekat 239
Perjanjian tanda tl4
Persamaan kerja, poda konstruksi batang 3{5
pada konstruksi rangka batang 350
Perubahan bentuk, 59
elastis 342, 354
Polygon batang tarik 26
-,
-,
Pytagoras (hukum)
2
Ritter, A", sYarat persamaan momen 34
perhitungan gaya batang 186
-,
Sifat-sifat bahan bangunan 19
Sistim Cross, pada balok terr:san 286
--,
perianiian randa 286
momen 292, 3C$
-, distribu3i
pada konstrukli portal, dengan titik sim-,
pul yang kaku 3&l
- , -, dengan titik simpul yang goyah 324
potong,
Sistim titik
266, 453
--, jarak penting 270
pada balok terusan 274
--, penentuan secara analytis 275
, penentuan secara grafis 277
Stegtrdger 239
Sudut putar tumpuan 255
Syarat, tangkai pengungkit 29, 1 19
keseimbangan 38, tl0, 253
-,
-
-,
-,
-,
elastis 265
persamaan tiga rnornen (Clapeyron) 282
, dari Betti 354
--, dari Maxwell 355
521
t:/
-,
-,
dari Castigliano 356
dari Mohr 357, 372
Tegangan,20,80
-,
-,
-,
-,
normal57, fl)
geser 58, @, 72
linear 73
dalam bidang 76
-,las2G
Tekukan, 81, 87
- , ex-sentris 91, 93
Tetmajer, L. von 85
Tiang terbengkok, 91
dengan beban lintang 95
Titik berat 4,6
-,
Titik patah {teoril 81
Titik simpul, macam-macam jephan 271
momen 288
Topang ganda,8l
konstruksi baia 88
konslruksi kayu 90
Tumpuan, sendi 17
-,
-,
-,
-,
-,
-,
-,
rd
17
1.5. Pustaka
1.
Bochmann, Fritz
iodtan 18,87
Statik im Bauwesen
Jilid 2, edisi ke-9, Frankfurt/Basel 1976
Statik im Bauwesen
Jilid 3, edisi ke-6. Frankfurt/Basel 1977
engsel 87
porhitung€n reaksi 40, 44
Urat nisbi 134
UYilliot (Diagram pergeseranl 379
Statik im Bauwesen
Jilid 1, edisi ke-12, Berlin 1976
2.
Darmawan, Loa W.
Konstruksi Baja ll
2. revised edition, Bandung 1976
3.
Dirdjosapoetro, Soad.
Pengantar menghitung balok gelagar pada
konstruksi bangunan, edisi pertama, Jakarta
1972
4.
Frick, Heinz
5.
Gattnar/Trysna
llmu konstruksi kayu
edisi pertama, Yogyakarta 1977
Htilzerne Dach- und Hallenbauten
edisi ke-7, Berlin'196'l
Harasim. Alfons
Statik
edisi pertama, Wtirzburg 1970
Hempel, G.
Freigespannte Holzbinder, BauFachschriften No. I
edisi ke-10, Karlsruhe 1973
8.
Hirschfeld, Kurt
9.
Hofsteede/ Kramer/ Soemargono
Baustatik
edisi ke-2, Berlin-GOttingen-Heidelberg 1965
llmu Mekanika Teknik
Jilid A, edisi ke-2, Jakarta 1976
llmu Mekanika Teknik
Jilid B, edisi ke-3, Jakarta 1976
llmu Mekanika Teknik
Jilid C, edisi ke-2, Jakarta 1977
10.
H
ofsteede/ Kramer/ Baslim
11.
H
olsteede/ Kramer/Zeiruddin
llmu Mekanika Teknik
Jilid D, edisi ke-2, Jakarta 1977
12.
Johannson, Johannes
r3.
Kaufmann, W.
Das Cross-Verfahren
edisi ke-2, Berlin-Gottingen-Heidelberg 1955
Statik der Tragwerke
edisi ke-4, Berlin 1957
522
14.
Kirchhoff, R.
15.
Ktiderli + Co.
Die Statik der Eauwerke
Jilid 1, edisike-6, 1960
Handbuch l, Tabellen
edisi ke-2, 1963, Ztirich, Basel
E-I
{l
'lB.
I
17.
Mriller_Breslau, H.
18. Salinger, R.
19. Soemono. B.
20.
21
.
I
I
I lCNtrM, Arlrcitslyr;rnci,,s.,l-raf
lirr r[rs Holz
St0ssi, F.
Wagner/Erlhof
I
t
Dokunrerftation Holz
Jilid 2 dan 3 (hiiau), Ztirich .1960
.
Die graphische Statik t
edisi ke-6, Leibzig,rrl"'',rronstruktionen
Praktische.Sfatlk, Wien g5l
I
Statika
I
edisi pertama, Bandung
1g77
Baustatik
I
edisi ke-3, Basel 1962
Praktische Baustatik
Jilid 1, edisi ke-16, Stuttga
rt1975
Piaktische Baustatik
ke_12, Sturtga rt1977
Praktrbche Baustatik
Jilid 3, edisi ke_6. Stuttgart
1977
Jilid2, edisi
22.
Wendehorst/Muth
B a.u te ch n is c h e Za h le
nta
23.
Yayasan Dana Normalisasi
tndonesia
eorsr ke-19,
{
feln
Stuttgart 1976
P::?.tr:gl Konstruksi Kayu tndonesia,
Nt-i
P! K /. I 96 t,
ke_8, Bandung
1 976
Pe:a.t:tra n M-edisi
ua ta n t ndo nesia, Nl_1g
edisi ke-2, Bandung ,l976
(
x
I
_:-
I
I
{
t'
I
I
522
I
(
i
Download