Uploaded by Maulana Arif

Skripsi Revisi 5

advertisement
Likuiditas, Return on asset dan Sales Growth terhadap Penghindaaran Pajak
dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2017-2021
Disusun Oleh :
Maulana Arif Lubis (18101155110316)
Dosen Pembimbing 1 :
RONNI ANDRI WIJAYA, SE, M.M
Dosen Pembimbing 2 :
RAMDANI BAYU PUTRA, SE, M.M
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar
besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dipihak pemerintah dianggap sebagai
penerimaan,sedangkan di pihak perusahaan menjadi sebuah pengeluaran,
perusahaan yang memiliki tujuan untuk medapatkan profit akan menekan segala
pengeluarannya, termasuk juga pengeluaran pajaknya.
Pandemi Covid-19 mempengaruhi segala aspek kehidupan, salah satunya
penerimaan pajak. Pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp.1.072,1 triliun, kontraksi
sebesar 19,6% dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 (Masdi, 2021). Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya melambatnya profitabilitas badan
usaha serta munculnya insentif perpajakan. Disatu sisi Insentif perpajakan
bertujuan untuk membantu pelaku usaha dan menggerakkan ekonomi, tetapi
terdapat penyalahgunaan insentif, Fa’iq (Barid & Wulandari, 2021) dalam
penelitiannya menemukan adanya peningakatan penghindaran pajak di masa
pandemi yang berujung pada turunnya penerimaan pajak.
Penghindaran pajak terjadi hampir diseluruh penjuru dunia. Barclays salah
satu bank Inggris terlibat skema penghindaran pajak yang merugikan negara
1
sebesar £ 181 juta melalui VAT grouping dan penggunaan cabang perusahaan di
luar negeri (bloombergtax.com, 2022).
Tidak saja melakukan penghindaran pajak untuk kepentingan entitas,
beberapa
perusahaan
bahkan
memfasilitasi
nasabah
untuk
melakukan
penghindaran pajak. Bank HSBC terjerat kasus penghindaran pajak karena
mendorong nasabahnya untuk menyembunyikan aset di negara tax haven, atas
kasus ini HSBC didenda $ 192 Juta (icij.org, 2019).
Didalam negeri, perusahaan multinasional Google terjerat konflik dengan
otoritas perpajakan karena belum adanya peraturan yang mewajibkan perusahaan
multinasional untuk melaporkan jumlah pajak yang dibayarkan pada negaranegara berkembang (Bbc.com, 2020). Pada tahun 2017 tercapai kesepakatan
untuk pajak periode tahun 2016, tapi pemerintah tetap mengejar Google untuk
periode 5 tahun sebelumnya yang total nya dapat mencapai Rp. 6 Triliun rupiah
(Reuters.com, 2017). Mengikuti kasus ini, pada tahun 2021 muncul kesepakatan
OECD yang menetapkan tarif pajak minimal perusahaan multinasional sebesar
15% (Cnn.com, 2021).
Pada tingkat perusahaan dalam negeri, terdapat contoh kasus penghindaran
pajak pemeriksaan ulang hasil pajak bank Panin untuk tahun 2016 yang
menyatakan kurang bayar sebesar Rp. 926 M, tetapi terjadi penyuapan pejabat
pajak sehingga pajak yang harus dibayarkan hanya Ep. 300 M (cnnindonesia.com,
2021).
2
Usaha menekan pengeluaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan penghindaran pajak (Tax Avoidance).Menurut Mardioasmo
(2009) dalam Ardyaksa & Kiswanto (2014) Penghindaran pajak adalah suatu
usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada.
Penghindaran pajak merupakan suatu masalah bagi pemerintah, meski tidak
terjadi pelanggaran pada undang-undang pajak, penghindaran pajak tetap
mengurangi potensi penerimaan pajak negara.
Penghindaran pajak dilakukan melalui skema-skema yang rumit dengan
mengambil keuntungan dari kelemahan dalam ketentuan perpajakan. Tapi pada
umumnya terdapat 3 metode umum yang digunakan oleh Bank, yaitu (i)
penerimaan pinjaman dari pihak afiliasi; (ii) dividen yang ditahan; (iii)
pembukaan cabang di negara tax heaven country yang umumnya dilakukan oleh
pihak bank sebagai pelaku Tax Avoidance (Dr. Titi Muswati Putranti et al., 2015).
Terdapat banyak faktor yang mendorong suatu perusahaan melakukan
penghindaran pajak contohnya likuiditas, return on asset, dan Sales Growth.
Likuiditas merupakan penilaian terhadap tingkat kemampuan likuiditas entitas
dengan membandingkan aset lancar dengan utang jangka pendek (Maskami et al.,
2022). Suatu entitas yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
baik dapat dikatakan memiliki likuiditas yang baik, begitu juga sebaliknya.
Menurut Syaprida Hani (2015) dalam Novianto (2021) Likuiditas adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial yang dapat
segera diperoleh, dicairkan, atau jatuh tempo. Likuiditas menyangkut kemampuan
3
perusahaan
dalam
memindahkan/mencairkan
asetnya
untuk
menghadapi
kewajiban yang dapat muncul dalam waktu pendek. Kasmir (2011) dalam
Novianto (2021) menyatakan bahwa Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk menjalankan usaha, memenuhi kewajiban jangka pendek yang
akan jatuh tempo, baik kewajiban terhadap internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan. Likuiditas dapat dihitung dengan membandingkan aset lancar dengan
utang jangka pendek.
Return on asset (return on asset) adalah suatu alat ukur peforma
perusahaan, bagaimana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada (Puspita & Febrianti, 2018). Semakin tinggi nilai return on asset suatu
perusahaan maka semakin tinggi pula peforma keuangan dan laba bersihnya,
semakin tinggi laba bersihnya semakin matang pula perencanaan pajaknya. return
on asset dapat dihitung dengan membandingkan penerimaan bersih dengan total
aset lancer.
Sales Growth menjadi salah satu alat ukur keberhasilan suatu perusahaan,
semakin tinggi Sales Growth maka akan semakin tinggi pula profit yang didapat.
Semakin tinggi profit yang didapat maka akan semakin tinggi pula opportunity
cost untuk melakukan penghindaran pajak.Menurut Oktamawati (2017) dalam
penelitiannya menemukan adanya pengaruh Sales Growth terhadap penghindaran
pajak. Hal ini juga didukung oleh temuan yang sama pada peneletian yang
dilakukan Dewinta & Setiawan (2016).
4
Ukuran perusahaan adalah ukuran atau skala besar kecilnya suatu
perusahaan berdasarkan jumlah aset, penjualan, nilai modal dan lainnya. Ukuran
perusahan yang besar menandakan jumlah aset yang tinggi dan memiliki berbagai
opsi yang tidak dimiliki oleh perusahaan ukuran kecil dalam menghadapi masalah
keuangannya. Oktamawati (2017) menemukan adanya pengaruh positif pada
ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak. Temuan ini juga didukung oleh
Dewinta & Setiawan,(2016).
Terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang membahas penghindaran
pajak dengan menggunakan variable-variabel yang terkait. Trisanti (2021) serta
Hidayat (2018) dalam penelitian mereka menemukan bahwa return on asset
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pengindaran pajak, semakin
tingginya return on asset yang diukur semakin tinggi pula kemampuan dan
kemauan perusahaan untuk membayar pajak mereka.
penelitiannya
tidak
menemukan
adanya
pengaruh
Rozak (2017)
likuiditas
dalam
terhadap
penghindaran pajak, tetapi hasil ini dipengaruhi oleh kesepakatan perusahaan
sampel untuk menjaga tingkat likuiditas yang sama. Novianto (2021) menemukan
adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap penghindaran pajak.
Bagi variabel Sales Growth ,Deanna Puspita & Febrianti (2018) dalam
penelitiannya menemukan bahwa Sales Growth memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak.Temuan ini juga didukung oleh penelitian Honggo &
Marlinah (2019) yang menemukan adanya pengaruh Sales Growth dan ukuran
perusahaan terhadap penghindaran pajak.
5
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
pernelitian yang berjudul “Likuiditas, Return on asset dan Sales Growth
terhadap Penghindaaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan sebagai
Variabel Intervening Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BURSA
EFEK INDONESIA Periode Tahun 2015-2018”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di identifikasi beberapa
masalah.
1.
Permasalahan negara dalam mengungkap penghindaran pajak oleh sektor
bank dikarnakan adanya prinsip bank secrecy dalam menjaga informasi
keuangannya.
2.
Meningkatnya persentase penghindaran pajak.
3.
Maraknya penyalahgunaan Insentif pajak.
4.
Masih rendahnya realisasi pajak.
5.
Marakya manipulasi data keuangan.
6.
Maraknya kasus penyuapan pejabat pajak.
7.
Maraknya penggunaan offshore account dan tax haven.
8.
Maraknya skandal pengindaran pajak pada perusahaan mega korporasi.
9.
Penghindaran pajak merupakan tindakan illegal dimata hukum dan
merugikan negara.
10. Perusahaan menginginkan laba dengan jumlah yang tinggi tetapi tidak
ingin menanggung pajak yang tinggi juga sehingga perusahaan akan
6
melakukan cara agar laba terlihat kecil sehingga dapat mengurangi beban
pajak.
1.3. Batasan Masalah
Dikarnakan batasan waktu,usaha, dan materi peneiliti membatasi
penelitian ini hanya pada Bank yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA
pada periode 2015-2018. Variabel yang digunakan yaitu Likuiditas,return on
asset, Sales Growth sebagai variabel X1 X2 dan X3, serta ukuran perusahaan
sebagai variabel Z.
1.4. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh likuiditas terahadap penghindaran pajak pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh return terahadap penghindaran pajak pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh Sales Growth terahadap penghindaran pajak pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia?
4. Bagaimanakah pengaruh likuiditas terhadap ukuran perusahaan pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia?
5. Bagaimanakah pengaruh return on asset terhadap ukuran perusahaan pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia?
7
6. Bagaimanakh pengaruh Sales Growth terhadap ukuran perusahaan pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia?
7. Bagaimanakah pengaruh likuiditas melalui ukuran perusahaan terhadap
penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia?
8. Bagaimanakah pengaruh return on asset melalui ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia?
9. Bagaimanakah pengaruh Sales Growth melalui ukuran perusahaan terhadap
penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia?
10. Bagaimanakah pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Ukuran Perusahaan
pada Perusahaan Perbankan di Indonesia?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengatehui:
1. Pengaruh likuiditas terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia.
2. Pengaruh return on asset terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia.
3. Pengaruh Sales Growth terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia.
4. Pengaruh likuiditas terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia.
8
5. Pengaruh return on asset terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia.
6. Pengaruh Sales Growth terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia.
7. Pengaruh likuiditas melalui ukuran perusahaan terahadap penghindaran
pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia.
8. Pengaruh return on asset melalui ukuran perusahaan terahadap
penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia.
9. Pengaruh
Sales
Growth
melalui
ukuran
perusahaan
terahadap
penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia.
10. Pengaruh penghindaran pajak terahadap ukuran perusahaan pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
peneliti
mengenai
penghindaran pajak serta dapat mengembangkan pengetahuan peneliti
untuk direalisasikan pada dunia kerja.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai pertimbangan atau masukan bagi perusahaan mengenai akuntansi
perpajakan serta informasi tambahan bagi perusahaan dalam menjalankan
dan membuat kebijakan yang akan diterapkan dimasa mendatang
9
3. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan referensi atau bahan masukan bagi pihak lain yang akan
melakukan penelitian.
10
BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA FIKIR.
PENGEMBANGAN HIPOTESA DAN HIPOTESA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
Untuk membahas teori agensi, perlu diketahui lebih dahulu apa itu agensi.
Menurut Mitnick (2019), suatu hubungan agensi terjadi ketika satu pihak, si
“agen”, bertindak untuk pihak lain, si “prinsipal”. Sedangkan Ross (1973) dalam
Mitnick (2019) menyatakan suatu hubungan agensi muncul antara dua (atau lebih)
pihak muncul ketika, salah satu pihak ditunjuk sebagai agen yang bertindak untuk,
atas nama, atau sebagai perwakilan dari pihak lain yang ditetapkan sebagai
principal dalam cakupan pengambilan keputusan dalam.
Berdasarkan pandangan diatas maka dapat disumpulkan, agensi adalah
hubungan antara 2 pihak (atau lebih) dimana salah satu pihak (agen) bertindak
bagi pihak lainnya (principal) dalam pengambilan keputusan. Pada hubungan
agensi ini terdapat 2 pihak, yaitu agen dan principal yang saling memiliki tujuan
masing-masing. Hubungan agensi antara principal-agen dapat dilihat di semua
bidang, seperti dokter-pasien, stakeholder-manager, pengembang-mandor dan
sebagainya. Hubungan agensi bisa dikelompokkan pada tiga jenis, berdasarkan
apakah agensi melibatkan pihak ketiga atau tidak:
1. Primary or Reflexive Agency
Agen bertindak untuk dirinya sendiri; Agen dan Prinsipal bertepatan
di pihak yang sama.
11
2. Secondary or Self-Sufficient Agency
Agen bertindak untuk principal tanpa adanya keterlibatan langsung
pihak ketiga (contoh: dokter-pasien).
3. Tertiary or Social Agency
Agen bertindak untuk principal dengan adanya keterlibatan langsung
dari pihak ketiga (contoh: duta konsulat)
Teori Agensi membahas tentang penyelesaian masalah yang timbul dari
hubungan agensi. Masalah agensi yang muncul pada hubungan agensi terbagi dua,
yang pertama (a) masalah yang muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara
agen dan principal dan (b) dan principal tidak bisa/sulit dalam memastikan
tingkah laku agen. Masalah yang kedua yaitu masalah pembagian resiko yang
muncul ketika principal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko
yang muncul, sehingga terjadi perbedaan keputusan yang dilakukan (Eisenhard
dalam Solomon et al. 2021) .
Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam Mitnick (2019), hubungan
agensi merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
menunjuk orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas name mereka yang
mana meliputi pendelegasian kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen.
Jika kedua pihak ingin memaksimalkan kepentingan nya masing-masing, maka
dapat diasumsikan pihak agen tidak akan selalu bertindak sesuai kepentingan
pihak principal. Untuk mengatasi masalah-masalah diatas, pihak principal dapat
12
menyediakan insentif-insentif kepada agen dan meningkatkan biaya pengawasan
pada tingkah laku agen.
2.1.2. Penghindaran Pajak (Y)
2.1.2.1. Pengertian Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak diasumsikan
sebagai berbagai upaya dalam
mengurangi kewajiban pajak yang dimiliki suatu entitas. Dalam penelitian ini
diperlukan pembatasan definisi penghindaran pajak agar mendapatkan hasil yang
jelas.
Hanlon & Heitzman (2010) dalam (Satyadini et al., 2019) mendefinisikan
penghindaran pajak secara luas dimana penghindaran pajak adalah pengurangan
pajak yang jelas. Baik itu pengurangan secara conforming maupun nonconforming yang terkait dengan segala transaksi yang berpengaruh terhadap
kewajiban pajak perusahaan . Pandangan ini mengikuti pandangan Dyreng et al.
(2008) dalam Satyadini et al. (2019) mendefinisikan penghindaran pajak sebagai
segala sesuatu yang mengurangi cash effective tax rate perusahaan dalam jangka
waktu yang panjang. Kedua pandangan ini menyatakan bahwa Tax Avoidance
mencakup segala upaya untuk mengurangangi kewajiban pajak suatu entitas, baik
itu secara legal menggunakan aturan dan kebijakan yang ada maupun secara
illegal.
Pada peneletian ini, peneliti mendefinisikan penghindaran pajak sebagai
segala upaya pengurangan pajak. Metode pengukuran pengindaran pajak yang
peneliti gunakan adalah metode effective tax rate (ETR) .
13
𝐸𝑇𝑅 =
𝑻𝒂𝒙 𝑬𝒙𝒑𝒆𝒏𝒔𝒆
𝑷𝒓𝒆𝒕𝒂𝒙 π‘°π’π’„π’π’Žπ’†
2.1.3. Likuiditas (X1)
2.1.3.1. Pengertian Likuiditas
Likuiditas secara umum adalah kemampuan suatu entitas untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Hal ini diukur melalui jumlah aset lancer yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada periode tertentu dibandingkan dengan
kewajiban jangka pendeknya
Menurut Wardiyah (2017) Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo.
Sedangkan menurut Kasmir (2011) dalam Novianto (2021) Likuiditas
didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menjalankan usaha,
memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo, baik kewajiban
terhadap internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.
Likuiditas memiliki makna kecairan, bagaimana suatu usaha dapat
memindahkan aset lancarnya untuk memenuhi tuntutan jangka pendek. Likuiditas
berguna untuk mengetahui apakah suatu usaha dapat membiayai hutang jangka
pendeknya pada saat jatuh tempo.
2.1.3.2. Tujuan dan Manfaat Likuiditas
Menurut Kasmir (2015) dalam Adeline (2020) tujuan dan manfaat rasio
likuiditas adalah:
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek.
14
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek tanpa memperhitungkan persediaan.
3. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang
ada dengan modal kerja perusahaan.
4. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
5. Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya
8. Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap
perusahaan dalam menilai keputusan perusahaan agar dapat
meningkatkan saling percaya.
2.1.3.3. Metode Pengukuran Likuiditas.
Rasio likuiditas dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara menurut
Kasmir (2015) dalam Adeline (2020) yaitu:
1. Rasio lancar
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih.
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΄π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž πΏπ‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π½π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜
15
2. Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio uji cepat yang menunjukan
kemampuan peruasahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.
π‘„π‘’π‘–π‘π‘˜ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
(π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΄π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž πΏπ‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ − π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘‘π‘–π‘Žπ‘Žπ‘›)
π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π½π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜
3. Rasio kas (cash ratio) merupakan alat untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
πΆπ‘Žπ‘ β„Ž π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
πΎπ‘Žπ‘  + π‘†π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž πΎπ‘Žπ‘ 
π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π½π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜
4. Rasio perputaran kas (cash turn over) bermanfaat untuk mengukur
tingakat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan.
πΆπ‘Žπ‘ β„Ž π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘› π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ π‘…π‘Žπ‘‘π‘’ =
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž − π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž πΎπ‘Žπ‘ 
5. Inventory to net working capital merupakan rasio yang mengukur atau
membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal
kerja perusahaan.
πΌπ‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘¦ π‘‘π‘œ π‘π‘ŠπΆ =
6.
π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘‘π‘–π‘Žπ‘Žπ‘›
𝐴𝑠𝑒𝑑 πΏπ‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ − π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π½π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜
Loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio yang membandingkan
antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Sesuai ketentuan Bank Indonesia, batas ideal loan to
deposit ratio adalah 78%-100%.
16
Pada penelitian ini rasio yang digunakan adalah loan to deposit ratio .
πΏπ‘œπ‘Žπ‘› π‘‘π‘œ π·π‘’π‘π‘œπ‘ π‘–π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΎπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π·π‘Žπ‘›π‘Ž π·π‘’π‘π‘œπ‘ π‘–π‘‘
2.1.4. Return on Asset (X2)
Return on Asset awalnya dicetuskan oleh Donaldson Brown pada
perusahan DuPont dalam laporan efisiensi internalnya. Return on Asset digunakan
untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Rasio ini mengukur
profitabilitas perusahaan seberapa besar pendapatan bersih dibandingkan dengan
total aset yang dimiliki. Rasio ini penting bagi manajemen dalam mengukur
efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya
(Davidson, 2020).
Menurut Almira & Wiagustini (2020) Return on Asset (return on asset)
adalah rasio profitabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Return on asset adalah rasio
antara pendapatan bersih dan total aset pada akhir suatu periode, yang digunakan
sebagai indikator kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba (Sonia
& Suparmun, 2019). Kraft (2014) dalam Sonia & Suparmun (2019) menyatakan
ketika profitabilitas tinggi, perusahaan cenderung melakukan Tax Avoidance,
salah satu alasannya adalah perusahaan merasa terlalu besar untuk membayar
pajak ketika profitabilitas tinggi.
Untuk menghitung return on asset, Metode
yang digunakan adalah
metode yang dicetuskan oleh Donaldson Brown (1914) dalam (Flesher & Previts,
2013) :
17
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 =
𝑁𝑒𝑑 πΌπ‘›π‘π‘œπ‘šπ‘’
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑
2.1.5. Sales Growth (X3)
Penjualan adalah sumber utama dari pendapatat suatu entitas, baik itu
penjualan barang jadi maupun barang jasa. Sales Growth mencerminkan
kesuksesan suatu perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya
untuk menghasilkan pertumbuhan laba yang menggambarkan adanya peningkatan
kemampuan operasional, dan memiliki potensi menjadi keuntungan bagi
perusahaan (Kim & Im, 2017) .
Menurut Sonia & Suparmun (2019) , Sales Growth mencerminkan
kesuksesan investasi periode sebelumnya dan ini bisa dijadikan prediksi untuk
pertumbuhan periode selanjutnya. Peningkatan Sales Growth ini cenderung
menyebabkan peningkatan laba perusahaan, laba perusahaan yang meningkat
menyebabkan meningkat juga beban pajak perusahan. Sesuai pernyataan
sebelumnya mengenai return on asset, profitabilitas atau keuntungan yang tinggi
membuat perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak, karena semakin
besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Pada perusahan bank Sales Growth menghitung pertumbuhan penghasilan
utama perusahaan,
yaitu pendapatan bunga bersih. Untuk menghitung
pertumbuhan pendapatan bunga bersih maka digunakan rumus berikut:
πΊπ‘Ÿπ‘œπ‘€π‘‘β„Ž =
π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Ž π‘›π‘’π‘‘π‘‘π‘œπ‘‘ − π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Ž π‘›π‘’π‘‘π‘‘π‘œπ‘‘−1
π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Ž π‘›π‘’π‘‘π‘‘π‘œπ‘‘−1
2.1.6. Ukuran Perusahaan.
18
Menurut Mahdiana & Amin (2020) Ukuran perusahaan merupakan suatu
pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan, dan
dapat menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka transaksi
yang terjadi akan semakin kompleks dan memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan celah-celah yang ada agar bisa melakukan tindakan Tax
Avoidance dari setiap transaksi (Jasmine et al., 2017).
Menurut Machfoedz (1996) dalam Pradnyandari & Astika (2019), ukuran
perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
lain-lain). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan
perusahaan kecil (small firm).
Berdasarkan pernyataan diatas, ukuran perusahaan terbagi atas beberapa
kategori dengan karakter masing-masing:
Jenis-jenis Perusahaan Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang
usaha Kecil, perusahaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Perusahaan Kecil. Perusahaan kecil merupakan badan hukum yang
didirikan di Indonesia yang:
a. memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp 20 miliar;
b. bukan merupakan afiliasi dan dikendalikan oleh suatu perusahaan
yang bukan perusahaan menengah/kecil;
19
c. bukan merupakan reksadana.
2.
Perusahaan Menengah/Besar. Perusahaan menengah/besar merupakan
kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan usaha. Usaha ini meliputi usaha nasional (milik
negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan di
Indonesia.
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro
dan menengah, perusahaan dibagi dalam empat jenis, yaitu:
1.
Usaha mikro, adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
2.
Usaha kecil, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3.
Usaha menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
20
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undangundang ini.
4.
Usaha besar, adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kriteria Ukuran Perusahaan Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008
tentang usaha kecil, mikro dan menengah, berdasarkan ukuran nilai kekayaan
bersih dan hasil penjualannya, perusahaan dibagi menjadi tiga kriteria usaha,
yaitu:
1.
Usaha mikro
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2.
Usaha kecil
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau.
21
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3.
Usaha menengah
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua
milyar
lima
ratus
ribu
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Sedangkan menurut Badan Standarisasi Nasional, ukuran perusahaan
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
Perusahaan besar. Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan
bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun.
2.
Perusahaan menengah. Perusahaan menengah adalah perusahaan yang
memiliki kekayaan bersih Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan
bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 Milyar dan
kurang dari Rp. 50 Milyar.
3.
Perusahaan kecil. Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan
bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun.
22
Untuk mengukur ukuran perusahaan pada penelitian ini, menggunakan
logaritma natural dari aset tetap perusahaan untuk mengetahui seberapa besar
perusahaan melalui aset tetap yang dimilikinya:
(Ukuran Perusahaan = 𝐿𝑛(π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐹𝑖π‘₯𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑))
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat diperlukan guna sebagai tambahan referensi
dan sebagai bahan pemikiran bagi peniliti dalam penelitian ini. Penelitian ini
mengacu pada penelitin terlebih dahulu yang berhubungan dengan variabelvariabel yang sama.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
no
1
Nama
Peneliti
Rachel
Adeline
(2020)
2
Ary
Novianto
&
Sugianto
Yusuf
(2021)
3
Honggo
&
Marlinah
(2019)
Judul Penelitian
Pengaruh
Profitabilitas
Dan
Likuiditas terhadap
Tax Avoidance (Studi
Pada Perusahaan Sub
Sektor Makanan dan
Minuman
yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Periode 2014-2018).
The Influence Of
Liquidity
And
Profitability On Tax
Avoidance
(Case
Study
On
Consumption Goods
Industry Registered
On The Idx 20152019)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Umur
Perusahaan, Dewan
Komisaris
Independen, Komite
Audit, Sales Growth,
Variabel
Penelitian
Independen
-Profitabilitas
-Likuiditas
Dependen
-Tax Avoidance
Metode
Penelitian
Penelitian
Kuantitatif.
Independen
-Profitabilitas
-Likuiditas
Dependen
-Tax Avoidance
Penelitian
Kuantitatif
Likuiditas dan
Profitabilitas
(return on asset)
secara simultan
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
Tax Avoidance.
Variabel Independen
-Likuiditas
-Profitabilitas (return
on asset)
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Ukuran
Peruahaan
-Umur
Perusahaan
-Dewan
Penelitian
Kuantitatif
Ukuran
perusahaan, dan
Sales
Growth
memiliki
pengaruh
terhadap
Variabel Independen
-Sales Growth
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
23
-
Hasil Penelitian
Likuiditas dan
Profitabilitas
(return on asset)
berpegaruh
secara simultan
terhadap
Tax
Avoidance.
Variabel Penelitian
yang Sama
Variabel Independen
-Likuiditas
-Profitabilitas (return
on asset)
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
no
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
dan
Leverage
Terhadap
Penghindaran Pajak
4
Jasmine
et
al.,
(2017)
5
Kim &
Im,
(2017)
6
Mahdian
a
&
Amin,
(2020)
7
Oktama
wati,
(2017)
Pengaruh Leverage,
Kepelimikan
Institusonal, Ukuran
Perusahaan,
dan
Profitabilitas
terhadap
Penghindaran Pajak
(Studi
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun
2012-2014)
The Study on The
Effect
and
Determinants
of
Small-and MediumSized
Entities
Conducting
Tax
Avoidance
Variabel
Penelitian
Komisaris
Independen
-Komite Audit
-Sales Growth
-Leverage
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Leverage
-Ukuran
Perusahaan
-Kepemilikan
Institusional
-Profitabilitas
Dependen
-Tax Avoidance
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Penelitian
yang Sama
penghindaran
pajak.
Penelitian
Kuantitatif.
Ukuran
Perusahaan dan
Profitabilitas
(return on asset)
berpengaruh
terhadap
Tax
Avoidance.
Variabel Independen
-Profitabilitas
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Penelitian
Kuantitatif.
Profitabilitas
(return on asset)
ukuran
perusahaan dan
Sales
Growth
berpengaruh
positif terhadap
Tax Avoidance.
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
-Sales Growth
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage, Ukuran
Perusahaan,
dan
Sales
Growth
terhadap
Tax
Avoidance
Maria
Independen
-Ukuran
Perusahaan
-Return on Asset
-Leverage
-Operating cash
flow
-Capital
Intensity
-Sales Growth
-R&D Intensity
-Export Rate
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Profitabilitas
-Leverage
-Sales Growth
-Ukuran
Perusahaan
Dependen
-Tax Avoidance
Penelitian
Kuantitatif
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
-Sales Growth
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Pengaruh
Karakter
Eksekutif,
Komite
Audit,
Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Pertumbuhan
Penjualan,
dan
Independen
-Karakter
Eksekutif
-Komite Audit
-Ukuran
Perusahaan
-Leverage
Penelitian
Kuantitatif.
Profitabilitas
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
Tax
Avoidance,
sedangkan Sales
Growth
tidak
berpengaruh.
Sales
Growth
dan
profitabilitas
berpengaruh
negatif terhadap
Tax Avoidance.
24
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
-Sales Growth
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
no
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Profitabilitas
terhadap
Avoidance.
Tax
8
Puspita
&
Febrianti,
(2018)
Faktor-Faktor yang
Memengaruhi
Penghindaran Pajak
pada
Perusahaan
Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia
9
Rozak,
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas,
Likuiditas,
dan
Leverage
terhadap
Tax Avoidance
10
Sonia &
Suparmu
n, (2019)
Factors Influencing
Tax Avoidance
11
Trisanti,
(2021)
Determination
Causes
of
Tax
Avoidance
on
Indonesian
Manufacturing Firms
with Capital Intensity
as
Intervening
Variabel
Penelitian
-Pertumbuhan
penjualan
-Profitabilitas
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Ukuran
Perusahaan
-Profitabilitas
-Sales Growth
-leverage
-Intensitas
Modal
-Komisaris
Independen
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Profitabilitas
-Likuiditas
-Leverage
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Kepemilikan
Institusional
-Profitabilitas
-Komisaris
Independen
-Kepemilikan
Manajerial
-Ukuran
Perusahaan
-Leverage
-Sales Growth
-Intensitas
Modal
-Intensitas
Persediaan
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Profitabilitas
-Likuiditas
-Ukuran
Perusahaan
-Intensitas
Modal
25
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Penelitian
yang Sama
Penelitian
Kuantitatif
Profitabilitas
(return on asset)
dan
Sales
Growth
berpengaruh
negatif
terhadap
penghindaran
pajak.
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
-Sales Growth
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Penelitian
Kuantitatif
Profitabilitas
(return on asset)
berpengaruh
negatif terhadap
penghindaran
pajak
dan
Likuiditas tidak
berpengaruh.
Return on Asset
berpengaruh
signifikan
terhadap
Tax
Avoidance,
sedangkan Sales
Growth
tidak
berpengaruh.
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
-Likuiditas
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Return on Asset
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
Tax
Avoidance.
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
Penelitian
Kuantitatif
Penelitian
Kuantitatif
Variabel Independen
-Profitabilitas (return
on asset)
-Sales Growth
Variabel Dependen
-Tax Avoidance
no
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variables
12
Meiliani
(2017)
13
Ikhsan
Abdullah
(2020)
Analisis
Pengaruh
Rasio
Likuiditas,
Leverage,
dan
Profitabilitas
terhadap
Dividend
Payout Ratio (DPR)
dengan Firm Size
Sebagai
Variabel
Intervening
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Periode Tahun 20122016
Pengaruh Likuiditas
Dan
Leverage
Terhadap
Penghindaran Pajak
Pada
Perusahaan
Makanan
Dan
Minuman
Variabel
Penelitian
Dependen
-Tax Avoidance
Independen
-Profitabilitas
-Likuiditas
-Leverage
-Ukuran
Perusahaan
Dependen
-Dividen Payout
Ratio
Independen
-Leverage
-Likuiditas
Dependen
-Tax Avoidance
26
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Penelitian
yang Sama
Penelitian
Kuantitatif
Likuiditas
berpengaruh
signifikan
positif terhadap
ukuran
perusahaan,
sedangkan
return on asset
berpengaruh
signifikan
negatif
Variabel Independen
-Likuiditas
-Return on Asset
Variabel Intervening
-Ukuran Perusahaan
Penelitian
Kuantitatif
Likuiditas
berpengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak.
Variabel Independen
-Likuiditas
Variabel Dependen
-Penghindaran pajak
2.3. Kerangka Pikir
Likuiditas, Return on asset dan Sales Growth terhadap Penghindaaran Pajak
dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA Periode Tahun 20152018
Likuiditas
H4
H1
H7
Ukuran
Return on
H5
asset
Perusahaan
H8
H9
H10
Penghindaran
pajak
H2
H6
Sales Growth
H3
Gambar 2.1
Kerangka Pikiran
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1. Likuiditas terhadap Penghindaran Pajak
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Dengan
kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
sampai berapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.
Pada penelitian Abdullah
(2020) ditemukan adanya pengaruh signifikan antara Likuiditas terhadap
27
Penghindaran Pajak, hal ini didukung oleh temuan Novianto (2021). Berdasarkan
uraian diatas maka didapat hipotesis berikut:
H1: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak
2.4.2. Return on Asset Terhadap Penghindaran Pajak
Return on Assets (return on asset) merupakan salah satu indicator yang
mencerminkan performa keuangan perusahaan. return on asset berkaitan dengan
laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk Wajib Pajak
Badan. Pengukuran kinerja dengan menggunakan return on asset dapat
menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan laba. Dapat diargumentasikan bahwa semakin tinggi
nilai return on asset, maka semakin tingginya jumlah pajak yang dibebankan serta
semakin banyak pula sumber daya yang dapat digunakan dalam perencanaan
pajak. Hal ini didukung oleh Adeline (2020) dan Novianto (2021) dalam
penelitian mereka yang menemukan adanya pengaruh return on asset terhadap
penghindaran pajak. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut:
H2: Return on asset memiliki pengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak.
2.4.3. Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak
Sales Growth
merupakan indikator peningkatan penjualan suatu
perusahaan. Semakin tingginya Sales Growth maka penjualan pun akan
meningkat. Penjualan yang merupakan sumber utama penerimaan perusahaan
akan berperan besar pada total pajak yang harus dibayarkan. Sesuai pernyataan
28
Kraft (2014) dalam (Sonia & Suparmun, 2019), perusahaan akan merasa enggan
untuk membayar pajak ketika dirasa memiliki laba yang besar. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Honggo & Marlinah (2019) dan (Kim & Im, 2017) yang
menemukan adanya pengaru Sales Growth terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut:
H3:Sales Growth memiliki pengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak.
2.4.4. Likuiditas Terhadap Ukuran Perusahaan.
Likuiditas (Loan to Deposit Ratio) merupakan kemampuan perusahaan
untuk membayar kembali kewajiban bank terhadap nasabah. Semakin besar rasio
LDR, maka akan semakin rendah kemampuan bank dalam mengembalikan
kewajibannya kepada simpanan nasabahnya. Semakin besar rasio LDR juga
berarti semakin banyak pula pinjaman dana yang dilakukan oleh bank, dengan
pengharapan naiknya pendapatan bunga. Berdasarkan uraian diatas maka didapat
hipotesa berikut:
H4: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahaan.
2.4.5. Return on Asset Terhadap Ukuran Perusahaan.
Return on asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
melalui penggunaan aset yang dimilikinya. Semakin besar ukuran perusahaan
semakin besar pula jumlah aset yang dimilikinya. Aset pada return on asset
digunakan sebagai denominator, sehingga semakin besar aset yang dimiliki maka
akan semakin kecil pula nilai return on asset suatu perusahaan. Hal ini didukung
oleh penelitian Meiliani (2017) yang menyatakan adanya pengaruh return on asset
29
terhadap ukuran perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa
berikut:
H5: Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahaan.
2.4.6. Sales Growth Terhadap Ukuran Perusahaan.
Sales Growth merupakan ukuran penjualan dan kinerja perusahaan,
semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka semakin banyak penjualan yang
dilakukan, semakin banyak pula pendapatan yang didapatkan. Pendapatan ini
nantinya akan dapat digunakan untuk investasi masa depan perusahaan, seperti
perluasan usaha, penambahan tenaga kerja dan sebagainya. Berdasarkan uraian
diatas maka didapat hipotesa berikut:
H6:Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahaan.
2.4.7. Likuiditas Melalui Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak.
Ukuran perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan baik dalam
sisi keuangan maupun manajerial. Perusahaan yang berukuran besar akan
memiliki opsi-opsi pendanaan yang lebih banyak daripada perusahaan yang
relative kecil, dengan banyaknya alternative yang dapat dilakukan maka banyak
pula kesempatan pada perusahaan untuk menghindari pajak. Berdasarkan uraian
diatas maka didapat hipotesa berikut:
H7: Likuiditas melalui Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
Penghindaran Pajak
30
2.4.8. Return on Asset melalui Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak
Return on asset menilai kinerja pendapatan yang dihasilkan melalui aset
yang dimiliki, semakin besar nilai ini maka perusahaan dikatakan sukses dalam
menggunakan aset yang tersedia. Perusahaan yang sukses atau memilik return on
asset yang tinggi akan memiliki dana untuk melakukan pengembangan usahanya.
Pada pengembangan usaha ini memakan biaya yang signifikan dan terus menerus,
sehingga muncul perbedaan prioritas antara melakukan investasi dan membayar
pajak yang dibebankan. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis berikut:
H8 :Return on Asset memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
dengan ukuran perusahaan sebagai variabel intervening
2.4.9. Sales Growth Melalui Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak
Sales Growth yang tinggi dapat menjadi indikasi pertumbuhan perusahaan,
semakin bertumbuhnya perusahaan maka akan semakin besar aset dan biaya yang
dikelola. Sehingga muncul konflik prioritas antara menghasilkan laba dan
memenuhi kewajiban yang dimiliki. Berdasarkan uraian diatas maka didapat
hipotesis berikut:
H9 : Return on Asset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak dengan ukuran perusahaan sebagai variabel intervening
31
2.4.10. Penghindaran Pajak terhadap Ukuran Perusahaan.
Penghindaran pajak memang dapat meringankan beban pajak yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Tetapi pajak merupakan pemotongan terhadap
penghasilan bersih yang diterima perusahaan.sehingga biaya bagi kegiatan operasi
tidak terganggu oleh pembayaran pajak. Jika perusahaan ditemukan menghindari
pajak secara illegal, bukan saja sanksi dari pemerintah tapi kepercayaan
masyarakat juga akan turun. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa
berikut:
H10 : Penghindaran pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Ukuran
Perusahan.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut (Zuhdi et al, 2019) tujuan penelitian adalah untuk memperoleh
data dengan tujuan tertentu dan menggunakan hal-hal yang obyektif, valid dan
reliable dari berbagai variabel. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Desain Penelitian
Menurut (Chusaeri et al., 2017) desain penelitian yang digunakan yaitu
dengan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, artinya penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen atau variabel bebas
terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Tujuan utama penelitian asosiatif
adalah untuk menemukan bukti sebab akibat dari suatu penelitian sehingga dapat
diketauhi mana yang akan mempengaruhi variable dan mana variabel mana yang
akan dipengaruhi. Variabel independen pada penelitian ini adalah Likuiditas,
Return on Asset dan Sales Growth, sedangkan variabel dependen adalah
Penghindaran Pajak dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel Intervening.
3.3.
Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2016) dalam (Fajri et al., 2022) adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini mencakup semua
33
Bank yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA. Adapun periode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2017-20121.
3.3.2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2016) dalam (Fajri et al., 2022) adalah adalah
bagian dari jumlah dan karak-teristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel
disebut sebagai per-wakilan harus mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang
terdapat dari populasi.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling, yaitu sampel dipilih dengan menggunakan pilihan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan beberapa kriteria seperti,
1. Perusahaan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA dan
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2017-2021.
2. Perusahaan memiliki data yang lengkap selama periode pengamatan pada
tahun pengamatan 2017-2021.
3. Perusahaan
yang
sahamnya
diperdagangkan
di
BURSA
EFEK
INDONESIA.
Tabel 3.1 Kriteria Penarikan Sampel
No
Kriteria
1
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Jumlah
57
selama tahun 2017-2012
2
Perusahaan Perbankan yang hanya memperdagangkan obligasi
34
12
saja di Bursa Efek Indonesia
Jumlah Perusahaan
45
Jumlah Sampel Selama 5 tahun
225
Dari Tabel diatas dapat diliat bahwa dari jumlah perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, setelah dilakukan penarikan sampel dan
kriteria pemilihan sampel maka didapat hasil sampel yang berjumlah 45
perusahaan.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kode
AGRO
AGRS
AMAR
ARTO
BABP
BACA
BBCA
BBHI
BBKP
BBMD
BBNI
BBRI
BBSI
BBTN
BBYB
BCIC
BDMN
BEKS
BGTG
BINA
BJBR
Nama Perusahaan
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk.
Bank IBK Indonesia Tbk.
Bank Amar Indonesia Tbk.
Bank Jago Tbk.
Bank MNC Internasional Tbk.
Bank Capital Indonesia Tbk.
Bank Central Asia Tbk.
Bank Harda Internasional Tbk.
Bank Bukopin Tbk.
Bank Mestika Dharma Tbk.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Bisnis Internasional Tbk.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Bank Neo Commerce Tbk.
Bank JTrust Indonesia Tbk.
Bank Danamon Indonesia Tbk.
Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk.
Bank Ganesha Tbk.
Bank Ina Perdana Tbk.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
35
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
3.1.
BJTM
BKSW
BMAS
BMRI
BNBA
BNGA
BNII
BNLI
BRIS
BSIM
BSWD
BTPN
BTPS
BVIC
DNAR
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
NISP
NOBU
PNBN
PNBS
SDRA
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk.
Bank QNB Indonesia Tbk.
Bank Maspion Indonesia Tbk.
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank Bumi Arta Tbk.
Bank CIMB Niaga Tbk.
Bank Maybank Indonesia Tbk.
Bank Permata Tbk.
Bank BRIsyariah Tbk.
Bank Sinarmas Tbk.
Bank Of India Indonesia Tbk.
Bank BTPN Tbk.
Bank BTPN Syariah Tbk.
Bank Victoria International Tbk.
Bank Oke Indonesia Tbk.
Bank Artha Graha Internasional Tbk.
Bank Mayapada Internasional Tbk.
Bank China Construction Bank Indonesia Tbk.
Bank Mega Tbk.
Bank OCBC NISP Tbk.
Bank Nationalnobu Tbk.
Bank Pan Indonesia Tbk
Bank Panin Dubai Syariah Tbk.
Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk.
Variabel Penelitian Dan Defi nisi Variabel Penelitian
3.1.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitin ditentukan oleh peneliti dengan berbagai cara sehingga
dapat dipelajari untuk memperoleh informasi tentang hasil tersebut, sehingga
dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono dalam Fajri et al., 2022).
Peneliti melakukan penelitiannya dengan menggunakan 3 variabel sebagai
berikut :
36
1. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi hasil dari suatu variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian
ini adalah Penghindaran Pajak.
2. Variabel Intervening adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen tapi variabel
intervening sendiri tidak dapat diukur atau diamati. Variabel moderasi pada
penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan.
3. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau menyebabkan perubahan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Likuiditas (X1), Return on Asset (X2), dan Sales Growth (X3)
3.3.2 Defenisi Variabel Penelitian
3.3.2.1 Penghindaran Pajak (Y)
Menurut Hanlon & Heitzman (2010) dalam (Satyadini et al., 2019)
penghindaran pajak adalah pengurangan pajak yang jelas. Baik itu pengurangan
secara legal maupun ilegal. Begitu juga menurut Dyreng et al. (2008) dalam
Satyadini et al. (2019) yang mendefinisikan penghindaran pajak sebagai segala
sesuatu yang mengurangi cash effective tax rate perusahaan dalam jangka waktu
yang panjang. Kedua pandangan ini menyatakan bahwa Tax Avoidance mencakup
segala upaya untuk mengurangangi kewajiban pajak suatu entitas, baik itu secara
legal menggunakan aturan dan kebijakan yang ada maupun secara illegal. Tax
Avoidance dapat diukur melalui berbagai metode, pada peneltian ini digunakan
Cash Effective Tax Ratio.
37
(𝐸𝑇𝑅 =
𝑻𝒂𝒙 𝑬𝒙𝒑𝒆𝒏𝒔𝒆
)
𝑷𝒓𝒆𝒕𝒂𝒙 π‘°π’π’„π’π’Žπ’†
3.3.2.2 Return On Asset
Return on Asset adalah suatu Rasio yang mengukur peforma perusahaan
dalam menggunakan aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.
(𝑅𝑂𝐴 =
𝑁𝑒𝑑 πΌπ‘›π‘π‘œπ‘šπ‘’
)
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑
3.3.2.3 Sales Growth
Sales Growth adalah pertumbuhan penjualan perusahaan dari satu periode
ke periode tertentu, diukur dengan memandingkan jumlah penjualan dari tahun ke
tahun. Pada perusahaan perbankan maka akun yang diambil adalah sumber
pendapatan utama perusahaan, yaitu pendapatan bunga bersih.
(πΊπ‘Ÿπ‘œπ‘€π‘‘β„Ž =
(π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘‘ − π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘‘−1 )
)
π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘‘−1
3.3.2.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan indicator yang dapat menunjukan suatu
kondisi dan karakteristik suatu perusahaan dimana terdapat beberapa parameter
yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan,
seperti banyaknya jumlah karyawan yang digunakan oleh perusahaan untuk
melakukan dalam menjalankan aktivitas perusahaan, jumlah aset yang dimiliki
perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu (Ayu Yuni Astuti, Elva Nuraina, 2017)
Ukuran perusahaan adalah skala dari besar kecilnya suatu perusahaan
salah satunya dapat dilihat dan diukur berdasarkan pada total aset perusahaan
38
yang mengendalikan kegiatan usahannya. Hal tersebut sangat penting bagi
investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang
dilakukan. Total aset mampu memperlihatkan kekayaan yang dipunyai perusahaan
tersebut sehingga perusahaan dapat dinilai dalam kategori perusahaan kecil atau
perusahaan besar.(Indriyani, 2017). Untuk mengukur ukuran perusahaan
digunakan metode berikut:
(𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛(π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑))
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode documenter, yaitu teknik pengambilan data dengan
cara mengumpulkan, mancatat dan menganalisa data sekunder yang berupa
laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh BURSA EFEK
INDONESIA dan dilengkapi dengan informasi tambahan yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan idx.com, serta dari berbagai
sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini
3.6 Alat Analisis
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2018) dalam (Rosdiani & Hidayat, 2020) analisis
statistic deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness. Analisis ini memberikan informasi mengenai data yang
dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis.
39
Analisis
statistic
deskriptif
digunakan
untuk
menyajikan
dan
menganalsisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperoleh keadaan
dan karakteristik data yang bersangkutan. Mean menunjukan nilai rata-rata data
yang bersangkutan. Maksimum menunjukkan nilai terbesar, sedangkan minimum
menunjukkan nilai terkecil. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui sebarapa
besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
Program yang digunakan adalah Eviews 10.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memperoleh hasil regresi yang
bisa dipertanggung jawabkan. Dari pengujian tersebut asumsi-asumsi yang harus
dipenuhi terdiri atas.
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji
normalitas juga bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memilii distribus nornmal. Uji normalitas pada Eviews
10 menggunakan uji Jarque-Bera. Uji Jarque-Bera adalah uji statistic untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk mengukur
skewness dan kurtosis data dan dibandingkan apabila data bersifat normal.Untuk
menguji data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan dua macam cara,
yaitu:
40
1.
Jika nilai Jarque-Bera (J-B) < χ2 0,05 dan probability > 0,05 (lebih besar
dari 5%), maka data dapat dikatakan terdistribusi normal.
2.
Jika nilai Jarque-Bera (J-B) > χ2 0,05 dan probability < 0,05 (lebih kecil
dari 5%), maka dapat dikatakan data tidak terdistribusi normal.
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Salah satu cara untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada satu model regresi adalah dengan
melihat nilai tolerance dan Variance Inflating Factor (VIF). Jika nilai tolerance >
0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas pada penelitian
tersebut.
3.6.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
pada pengganggu period t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2017). Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji breusch – godfrey.
Berikut ini adalah dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi:
1.
Jika nila probability > 0,05 maka tidak ada autokorelasi
2.
Jika nilai probability < 0,05 maka terdapat autokorelasi
3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2017) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
41
pengamatan lainnya berbeda, maka model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dalam pengamatan ini untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan cara uji Glejser. Uji Glejser dalah meregresikan nilai absolute
residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2018:137). Dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1. Jika nilai p value ≥ 0,05 maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat
masalah heteroskedastisitas.
2. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya terdapat masalah
heteroskedastisitas
3.6.3. Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel yang didefinisikan menggabungkan teknik
regresi antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section), maka
penelitian ini memakai analisis regresi data panel dikarenakan sampel dari
berberapa data perusahaan selama beberapa tahun (Basuki, 2016 :276). Ghozali
(2018: 195) menerangkan bahwa data panel adalah berjalannya dari satu waktu
kewaktu berikutnya pada beberapa perusahaan sampai seluruh data panel disebut
regresi data panel. Pada regresi data panel, terdapat 3 model yang diuji, yakni
common effect model (CEM), fixed effect model (FEM) dan random effect model
(REM).
Model common effect model (CEM) bertujuan untuk memperhatikan
dimensi individu maupun waktu sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar
42
individu sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya mengkombinasikan
data time series dan cross section dalam bentuk pool, mengestimasinya
menggunakan pendekatan kuadrat terkecil atau pooled least square.
Model fixed effect model (FEM) bertujuan untuk mengasumsikan
perbedaan yang terjadi antar individu. Setiap parameter yang tidak diketahui
dalam model efek tetap akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabel
dummy. Model random effect model (FEM) bertujuan untuk mengestimasi bahwa
ada perbedaan intersep untuk setiap individu dan intersep tersebut merupakan
variabel random. Data panel diuji menggunakan 3 pengujian yaitu, uji chow, uji
hausman, dan uji lagrange multiplier
3.6.3.1. Uji Chow
Uji Chow adalah pemilihan pendekatan yang terbaik untuk mengestimasi
data panel yang dipakai dalam pengujian ini terdapat dua model pendekatan
diantaranya Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM).
Kriteria-kriteria yang mendasari antara lain :
1. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section F ≥ 0,05 (nilai
signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Common Effect Model
(CEM) ialah model yang paling tepat.
2. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section F ≤ 0,05 (nilai
signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Fixed Effect Model (FEM)
ialah model yang paling tepat.
Hipotesis yang dipakai ialah :
43
H0 : Coomon Effect Model (CEM)
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
3.6.3.2. Uji Lagrange Multiplier
Pengertian dari uji lagrange multiplier ialah pemilihan pendekatan terbaik
untuk mengestimasi data panel yang dipakai dalam pengujian ini terdapat dua
model pendekatan diantaranya Common Effect Model (CEM) dan Random Effect
Model (REM). Breusch-pangan mengembangkan Random Effect Model dari
metode OLS, untuk menguji signifikansi yang berdasarkan pada nilai residual.
Kriteria-kriteria yang mendasari antara lain :
1. Apabila nilai cross section Breusch-pangan ≥ 0,05 (nilai signifikan) maka
H0 diterima, maka memakai Common Effect Model (CEM) ialah model
yang paling tepat.
2. Apabila nilai cross section Breusch-pangan < 0,05 (nilai signifikan) maka
H0 ditolak, maka memakai Random Effect Model (REM) ialah model yang
paling tepat.
Hipotesis yang digunakan ialah :
H0 : Common Effect Random (CEM)
H1 : Random Effect Model (REM)
3.6.3.3. Uji Hausman
Pengertian dari uji Hausman ialah pemilihan pendekatan yang terbaik
untuk mengestimasi data panel yang dipaki dalam pengujian ini terdapat dua
44
model pendekatan diantaranya Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect
Model (FEM). Kriteria-kriteria yang mendasari antara lain:
1. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section random ≥ 0,05 (nilai
signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Random Effect Model (REM)
ialah model yang paling tepat.
2. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section random ≤ 0,05 (nilai
signifikan) maka H0 ditolak, maka memakai Fixed Effect Model (FEM) ialah
model yang paling tepat.
Hipotesis yang dipakai ialah :
H0 : Random Effect Model (REM)
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
3.6.4. Uji Hipotesis dan Analisis Jalur
Untuk menentukan pemakaian pengujian pada penelitian ini, peneliti
memakai uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t ), uji signifikansi
parameter simultan (Uji statistik f) dan koefisien determinasi (R2).
Pada penelitian saat ini, akan meneliti pengaruh kinerja lingkungan (X),
terhadap kinerja keuangan (Y), dengan corporate social responsibility (Z) sebagai
variabel intervening. Data yang meliputi terdiri dari cross section (perusahaan
manufaktur industri dasar dan kimia) dan data time series (tahun penelitian yaitu
2017-2019), maka terdapat 100 observasi. Menggunakan kombinasi antara cross
section dan time series atau pendekatan data panel, maka formulasi bentuk rumus
dari model regresi data panel yaitu :
45
(π‘‡π‘Žπ‘₯π΄π‘£π‘œπ‘–π‘‘π‘–π‘‘ = 𝛽0 + 𝛽1 𝐿𝐷𝑅𝑖𝑑 + 𝛽2 𝑅𝑂𝐴𝑖𝑑 + 𝛽3 πΊπ‘…π‘‚π‘Šπ‘‡π»π‘–π‘‘ + 𝛽4 𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑑 + 𝑒𝑖𝑑 )
(𝑆𝑖𝑧𝑒𝑖𝑑 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐿𝐷𝑅𝑖𝑑 + 𝛽2 𝑅𝑂𝐴𝑖𝑑 + 𝛽3 πΊπ‘…π‘‚π‘Šπ‘‡π»π‘–π‘‘ + 𝑒𝑖𝑑 )
Keterangan:
π‘‡π‘Žπ‘₯π΄π‘£π‘œπ‘–π‘‘π‘–π‘‘ = Penghindaran Pajak i pada tahun t.
𝛽0 = Konstanta
𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3 , 𝛽4 = Koefisien Regresi
𝐿𝐷𝑅𝑖𝑑 = Likuiditas i pada tahun t
𝑅𝑂𝐴𝑖𝑑 = π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 i pada tahun t
πΊπ‘…π‘‚π‘Šπ‘‡π»π‘–π‘‘ = πΊπ‘Ÿπ‘œπ‘€π‘‘β„Ž i pada tahun t
𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑑 = Ukuran Perusahaan i pada tahun t
𝑒𝑖𝑑 = π‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘œπ‘Ÿ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘šπ‘  untuk perusahaan i pada tahun t
3.6.4.1. Uji t
Penggunaan uji t adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individual (parsial). Perbandingan thitung dengan
ttable bisa diterapkan pada uji t (Ghozali, 2017). Kriteria pengujian dilakukan pada
tingkat signifikan 5% yaitu :
1. Apabila thitung < ttable dan p-value >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang
maknanya
salah
satu
variabel
bebas
(independen)
tidak
mempengaruhi variabel terikat (dependen) secara signifikan.
2. Apabila thitung > ttable dan p-value < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak,
yang maknanya salah satu variabel bebas mempengaruhi variabel terikat
(dependen) secara signifikan.
46
3.6.4.2. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sebarapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu.
Apabila nilai R2 kecil atau lebih
mendekati nol, artinya kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas atau hubungannya lemah.
Bertolak belakang jika nilai koefisien determinasi R2 lebih mendekati satu, yang
artinya variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen dan bisa dikatakan
hubungannya cenderung kuat.
3.6.4.
Uji Sobel
Uji sobel digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel mediasi yaitu
kepuasan konsumen. Suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel
tersebut mempengaruhi hubungan antar variabel independen dan variabel
dependen. Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang
dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel (Ghozali, 2017).
Menurut (Ghozali, 2017) uji sobel dilakukan untuk menguji pengaruh
tidak langsung variabel X ke Y melalui M. Uji sobel dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
π‘†π‘Žπ‘ = √𝑏 2 π‘†π‘Ž2 + π‘Ž2 𝑆𝑏 2 + π‘†π‘Ž2 𝑆𝑏 2
Keterangan:
Sa =Standart error X-M
47
Sb = Standart error M-Y
a = Koefisien regresi X-M
b = Koefisien regresi M-Y
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu menghitung nilai
t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut :
(𝑑 =
π‘Žπ‘
)
π‘ π‘Žπ‘
Nilai thitung ini dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi. Asumsi uji sobel
memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel kecil, maka uji sobel
menjadi kurang konservatif
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. (2020). Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Penghindaran
Pajak Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Bisnis, 20(1), 16–22. https://doi.org/10.30596/jrab.v20i1.4755
Adeline, R. (2020). PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS
TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI PADA PERUSAHAAN SUB
SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2018). Skripsi, 13.
Almira, N. P. A. K., & Wiagustini, N. L. P. (2020). Return on Asset, Return on
Equity, Dan Earning Per Share Berpengaruh Terhadap Return Saham. EJurnal Manajemen, 45(Supplement), S-102.
Ardyaksa, T. K., & Kiswanto. (2014). Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan
Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi Dan Informasi Perpajakan Terhadap
Tax
Evasion.
Accounting
Analysis
Journal,
3(4),
475–484.
https://doi.org/10.15294/aaj.v3i4.4209
Ayu Yuni Astuti, Elva Nuraina, A. L. W. (2017). PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA.
September.
Barid, F. M., & Wulandari, S. (2021). Praktik Penghindaran Pajak Sebelum dan
Setelah Pandemi Covid – 19 di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi &
Perpajakan
(JRAP),
8(02),
68–74.
https://doi.org/10.35838/jrap.2021.008.02.17
Bbc.com. (2020). Facebook, Google and Microsoft “avoiding $3bn in tax in
poorer nations” - BBC News. https://www.bbc.com/news/business-54691572
bloombergtax.com. (2022). Barclays, HSBC, NatWest Targeted in $745 Million
Tax
Crackdown.
https://news.bloombergtax.com/daily-tax-reportinternational/barclays-hsbc-natwest-targeted-in-745-million-tax-crackdown
Chusaeri, Y., Diana, N., & Afifudin, A. (2017). PENGARUH PEMAHAMAN
DAN PENGETAHUAN WAJIB PAJAK TENTANG PERATURAN
PERPAJAKAN,
KESADARAN
WAJIB
PAJAK,
KUALITAS
PELAYANAN,
DAN
SANKSI
PERPAJAKAN
TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (STUDI
SAMSAT KOTA BATU). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 6(09).
Cnn.com. (2021). Sri Mulyani Kini Bisa Kejar Pajak Google, Facebook, Netlfix.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211009173011-4-282667/srimulyani-kini-bisa-kejar-pajak-google-facebook-netlfix
cnnindonesia.com. (2021). Diperiksa Ulang, Pajak Bank Panin Tahun 2016
Tembus
Rp1,3
Triliun.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211124004032-12725191/diperiksa-ulang-pajak-bank-panin-tahun-2016-tembus-rp13-triliun
Davidson, W. N. (Wallace N. (2020). Financial statement analysis : basis for
management advice.
49
Dewinta, I., & Setiawan, P. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3), 1584–1615.
Dr. Titi Muswati Putranti, M. S., Wismodro Jati, S.Sos, M. I. T., & Maria R.U.D.
Tambunan, S.I.A, M. (2015). Studi Penghindaran Pajak - Kegiatan Jasa
Perbankan
di
Indonesia.
Https://Responsibank.Id/,
45.
https://responsibank.id/banks/studi-kasus/penghindaran-pajak/
Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2008). Long-run corporate tax
avoidance.
Accounting
Review,
83(1),
61–82.
https://doi.org/10.2308/accr.2008.83.1.61
Fajri, C., Amelya, A., & Suworo, S. (2022). Pengaruh Kepuasan Kerja dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Indonesia Applicad. JIIP Jurnal
Ilmiah
Ilmu
Pendidikan,
5(1),
369–373.
https://doi.org/10.54371/jiip.v5i1.425
Flesher, D. L., & Previts, G. J. (2013). Donaldson brown (1885-1965): The power
of an individual and his ideas over time. Accounting Historians Journal,
40(1), 51–78. https://doi.org/10.2308/0148-4184.40.1.79
Ghozali, I. (2017). Analisis multivariat dan ekonometrika: teori, konsep, dan
aplikasi
dengan
eview
10.
http://senayan.iainpalangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=14026
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A review of tax research. Journal of
Accounting
and
Economics,
50(2–3),
127–178.
https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2010.09.002
Hidayat, W. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Manajemen Dan
Bisnis
(JRMB)
Fakultas
Ekonomi
UNIAT,
3(1),
19–26.
https://doi.org/10.36226/jrmb.v3i1.82
Honggo, K., & Marlinah, A. (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Sales Growth, dan
Leverage Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 21(1),
9–26.
icij.org. (2019). HSBC To Pay $192m Penalty For Helping Americans Evade
Taxes - ICIJ. https://www.icij.org/investigations/swiss-leaks/hsbc-to-pay192m-penalty-for-helping-americans-evade-taxes/
Indriyani, E. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap
Nilai
Perusahaan.
10(September),
333–348.
https://doi.org/10.15408/akt.v10i2.4649
Jasmine, U., Zirman, Z., & Paulus, S. (2017). Pengaruh Leverage, Kepelimikan
Institusonal, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Penghindaran
Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bei Tahun 20122014). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 4(1),
1786–1800.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). THEORY OF THE FIRM :
50
MANAGERIAL BEHAVIOR , AGENCY COSTS AND OWNERSHIP
STRUCTURE I . Introduction and summary In this paper WC draw on recent
progress in the theory of ( 1 ) property rights , firm . In addition to tying
together elements of the theory of e. 3, 305–360.
Kim, J. H., & Im, C. C. (2017). The study on the effect and determinants of smalland medium-sized entities conducting tax avoidance. Journal of Applied
Business Research, 33(2), 375–390. https://doi.org/10.19030/jabr.v33i2.9911
Machfoedz, M. (1996). “Akuntansi Manajemen Perencanaan dan Pembuatan
Keputusan
Jangka
Pendek.”
Edisi
Kelima.
Buku
1.
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=machfoedz+1
996&btnG=
Mahdiana, M. Q., & Amin, M. N. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Ukuran Perusahaan, Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi Trisakti, 7(1), 127–138. https://doi.org/10.25105/jat.v7i1.6289
Masdi, A. (2021). Menakar Penerimaan Pajak di Tahun Pandemi.
Kemenkeu.Go.Id.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-danopini/menakar-penerimaan-pajak-di-tahun-pandemi/
Maskami, S., Putra, R. B., & Pondrinal, M. (2022). Bond Prices Through Bond
Ranking As Intervening Variables: Liquidity,. 3(April), 122–142.
Meiliani, L. (2017). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, dan
Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan Firm Size
Sebagai Variabel Intervining Pada Perusahaan Manufaktur yang terdatar di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2016. Jurnal of Management,
3(3), 1–9.
Mitnick, B. M. (2019). Origin of the Theory of Agency: An Account By One of
the Theory’s Originators. SSRN Electronic Journal, May 2019.
https://doi.org/10.2139/ssrn.1020378
Novianto, R. A. (2021). The Influence Of Liquidity And Profitability On Tax
Avoidance (Case Study On Consumption Goods Industry Registered On The
Idx 2015-2019). Turkish Journal of Computer and Mathematics Education,
12(11), 1358–1370. www.cnbcindonesia.com,
Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap
Tax
Avoidance.
Jurnal
Akuntansi
Bisnis,
15(1),
23–40.
https://doi.org/10.24167/JAB.V15I1.1349
Pradnyandari, A. A. I. R., & Putra Astika, I. B. (2019). Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Nilai Saham, Financial Leverage, Profitabilitas Pada Tindakan
Perataan Laba di Sektor Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, 27, 149.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v27.i01.p06
PUSPITA, D., & FEBRIANTI, M. (2018). Faktor-faktor yang memengaruhi
penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.
Jurnal
Bisnis
Dan
Akuntansi,
19(1),
38–46.
https://doi.org/10.34208/jba.v19i1.63
51
Reuters.com. (2017). Indonesia has reached tax deal with Google for 2016,
finance minister says | Reuters. https://www.reuters.com/article/usindonesia-google-idUSKBN1940EM
Rosdiani, N., & Hidayat, A. (2020). Pengaruh Derivatif Keuangan, Konservatisme
Akuntansi dan Intensitas Aset Tetap terhadap Penghindaran Pajak. Journal of
Technopreneurship on Economics and Business Review, 1(2), 131–143.
https://doi.org/10.37195/jtebr.v1i2.43
Rozak, T. S. (2017). PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN
LEVERAGE
TERHADAP
TAX
AVOIDANCE.
3(8),
85–102.
http://clpsy.journals.pnu.ac.ir/article_3887.html
Satyadini, A. E., Erlangga, R. R., & Steffi, B. (2019). Who Avoid Taxes? an
Empirical Study From the Case of Indonesia. Scientax, 1(1), 1–26.
https://doi.org/10.52869/st.v1i1.2
Solomon, S. J., Bendickson, J. S., Marvel, M. R., McDowell, W. C., & Mahto, R.
(2021). Agency theory and entrepreneurship: A cross-country analysis.
Journal of Business Research, 122(September 2020), 466–476.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.09.003
Sonia, S., & Suparmun, H. (2019). Factors Influencing Tax Avoidance. Advances
in Economics, Business and Management Research, 73.
Trisanti, T. (2021). Determination Causes of Tax Avoidance on Indonesian
Manufacturing Firms with Capital Intensity as Intervening Variables.
Wahana: Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 24(1), 100–115.
https://doi.org/10.35591/wahana.v24i1.300
Wardiyah, M. L. (2017). Manajemen Pasar Uang dan Modal.
52
Download