Likuiditas, Return on asset dan Sales Growth terhadap Penghindaaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2017-2021 Disusun Oleh : Maulana Arif Lubis (18101155110316) Dosen Pembimbing 1 : RONNI ANDRI WIJAYA, SE, M.M Dosen Pembimbing 2 : RAMDANI BAYU PUTRA, SE, M.M JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG 2022 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dipihak pemerintah dianggap sebagai penerimaan,sedangkan di pihak perusahaan menjadi sebuah pengeluaran, perusahaan yang memiliki tujuan untuk medapatkan profit akan menekan segala pengeluarannya, termasuk juga pengeluaran pajaknya. Pandemi Covid-19 mempengaruhi segala aspek kehidupan, salah satunya penerimaan pajak. Pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp.1.072,1 triliun, kontraksi sebesar 19,6% dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 (Masdi, 2021). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya melambatnya profitabilitas badan usaha serta munculnya insentif perpajakan. Disatu sisi Insentif perpajakan bertujuan untuk membantu pelaku usaha dan menggerakkan ekonomi, tetapi terdapat penyalahgunaan insentif, Fa’iq (Barid & Wulandari, 2021) dalam penelitiannya menemukan adanya peningakatan penghindaran pajak di masa pandemi yang berujung pada turunnya penerimaan pajak. Penghindaran pajak terjadi hampir diseluruh penjuru dunia. Barclays salah satu bank Inggris terlibat skema penghindaran pajak yang merugikan negara 1 sebesar £ 181 juta melalui VAT grouping dan penggunaan cabang perusahaan di luar negeri (bloombergtax.com, 2022). Tidak saja melakukan penghindaran pajak untuk kepentingan entitas, beberapa perusahaan bahkan memfasilitasi nasabah untuk melakukan penghindaran pajak. Bank HSBC terjerat kasus penghindaran pajak karena mendorong nasabahnya untuk menyembunyikan aset di negara tax haven, atas kasus ini HSBC didenda $ 192 Juta (icij.org, 2019). Didalam negeri, perusahaan multinasional Google terjerat konflik dengan otoritas perpajakan karena belum adanya peraturan yang mewajibkan perusahaan multinasional untuk melaporkan jumlah pajak yang dibayarkan pada negaranegara berkembang (Bbc.com, 2020). Pada tahun 2017 tercapai kesepakatan untuk pajak periode tahun 2016, tapi pemerintah tetap mengejar Google untuk periode 5 tahun sebelumnya yang total nya dapat mencapai Rp. 6 Triliun rupiah (Reuters.com, 2017). Mengikuti kasus ini, pada tahun 2021 muncul kesepakatan OECD yang menetapkan tarif pajak minimal perusahaan multinasional sebesar 15% (Cnn.com, 2021). Pada tingkat perusahaan dalam negeri, terdapat contoh kasus penghindaran pajak pemeriksaan ulang hasil pajak bank Panin untuk tahun 2016 yang menyatakan kurang bayar sebesar Rp. 926 M, tetapi terjadi penyuapan pejabat pajak sehingga pajak yang harus dibayarkan hanya Ep. 300 M (cnnindonesia.com, 2021). 2 Usaha menekan pengeluaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan penghindaran pajak (Tax Avoidance).Menurut Mardioasmo (2009) dalam Ardyaksa & Kiswanto (2014) Penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Penghindaran pajak merupakan suatu masalah bagi pemerintah, meski tidak terjadi pelanggaran pada undang-undang pajak, penghindaran pajak tetap mengurangi potensi penerimaan pajak negara. Penghindaran pajak dilakukan melalui skema-skema yang rumit dengan mengambil keuntungan dari kelemahan dalam ketentuan perpajakan. Tapi pada umumnya terdapat 3 metode umum yang digunakan oleh Bank, yaitu (i) penerimaan pinjaman dari pihak afiliasi; (ii) dividen yang ditahan; (iii) pembukaan cabang di negara tax heaven country yang umumnya dilakukan oleh pihak bank sebagai pelaku Tax Avoidance (Dr. Titi Muswati Putranti et al., 2015). Terdapat banyak faktor yang mendorong suatu perusahaan melakukan penghindaran pajak contohnya likuiditas, return on asset, dan Sales Growth. Likuiditas merupakan penilaian terhadap tingkat kemampuan likuiditas entitas dengan membandingkan aset lancar dengan utang jangka pendek (Maskami et al., 2022). Suatu entitas yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik dapat dikatakan memiliki likuiditas yang baik, begitu juga sebaliknya. Menurut Syaprida Hani (2015) dalam Novianto (2021) Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial yang dapat segera diperoleh, dicairkan, atau jatuh tempo. Likuiditas menyangkut kemampuan 3 perusahaan dalam memindahkan/mencairkan asetnya untuk menghadapi kewajiban yang dapat muncul dalam waktu pendek. Kasmir (2011) dalam Novianto (2021) menyatakan bahwa Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menjalankan usaha, memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo, baik kewajiban terhadap internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Likuiditas dapat dihitung dengan membandingkan aset lancar dengan utang jangka pendek. Return on asset (return on asset) adalah suatu alat ukur peforma perusahaan, bagaimana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada (Puspita & Febrianti, 2018). Semakin tinggi nilai return on asset suatu perusahaan maka semakin tinggi pula peforma keuangan dan laba bersihnya, semakin tinggi laba bersihnya semakin matang pula perencanaan pajaknya. return on asset dapat dihitung dengan membandingkan penerimaan bersih dengan total aset lancer. Sales Growth menjadi salah satu alat ukur keberhasilan suatu perusahaan, semakin tinggi Sales Growth maka akan semakin tinggi pula profit yang didapat. Semakin tinggi profit yang didapat maka akan semakin tinggi pula opportunity cost untuk melakukan penghindaran pajak.Menurut Oktamawati (2017) dalam penelitiannya menemukan adanya pengaruh Sales Growth terhadap penghindaran pajak. Hal ini juga didukung oleh temuan yang sama pada peneletian yang dilakukan Dewinta & Setiawan (2016). 4 Ukuran perusahaan adalah ukuran atau skala besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan jumlah aset, penjualan, nilai modal dan lainnya. Ukuran perusahan yang besar menandakan jumlah aset yang tinggi dan memiliki berbagai opsi yang tidak dimiliki oleh perusahaan ukuran kecil dalam menghadapi masalah keuangannya. Oktamawati (2017) menemukan adanya pengaruh positif pada ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak. Temuan ini juga didukung oleh Dewinta & Setiawan,(2016). Terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang membahas penghindaran pajak dengan menggunakan variable-variabel yang terkait. Trisanti (2021) serta Hidayat (2018) dalam penelitian mereka menemukan bahwa return on asset berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pengindaran pajak, semakin tingginya return on asset yang diukur semakin tinggi pula kemampuan dan kemauan perusahaan untuk membayar pajak mereka. penelitiannya tidak menemukan adanya pengaruh Rozak (2017) likuiditas dalam terhadap penghindaran pajak, tetapi hasil ini dipengaruhi oleh kesepakatan perusahaan sampel untuk menjaga tingkat likuiditas yang sama. Novianto (2021) menemukan adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap penghindaran pajak. Bagi variabel Sales Growth ,Deanna Puspita & Febrianti (2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa Sales Growth memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.Temuan ini juga didukung oleh penelitian Honggo & Marlinah (2019) yang menemukan adanya pengaruh Sales Growth dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak. 5 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan pernelitian yang berjudul “Likuiditas, Return on asset dan Sales Growth terhadap Penghindaaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA Periode Tahun 2015-2018”. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di identifikasi beberapa masalah. 1. Permasalahan negara dalam mengungkap penghindaran pajak oleh sektor bank dikarnakan adanya prinsip bank secrecy dalam menjaga informasi keuangannya. 2. Meningkatnya persentase penghindaran pajak. 3. Maraknya penyalahgunaan Insentif pajak. 4. Masih rendahnya realisasi pajak. 5. Marakya manipulasi data keuangan. 6. Maraknya kasus penyuapan pejabat pajak. 7. Maraknya penggunaan offshore account dan tax haven. 8. Maraknya skandal pengindaran pajak pada perusahaan mega korporasi. 9. Penghindaran pajak merupakan tindakan illegal dimata hukum dan merugikan negara. 10. Perusahaan menginginkan laba dengan jumlah yang tinggi tetapi tidak ingin menanggung pajak yang tinggi juga sehingga perusahaan akan 6 melakukan cara agar laba terlihat kecil sehingga dapat mengurangi beban pajak. 1.3. Batasan Masalah Dikarnakan batasan waktu,usaha, dan materi peneiliti membatasi penelitian ini hanya pada Bank yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA pada periode 2015-2018. Variabel yang digunakan yaitu Likuiditas,return on asset, Sales Growth sebagai variabel X1 X2 dan X3, serta ukuran perusahaan sebagai variabel Z. 1.4. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh likuiditas terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaruh return terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 3. Bagaimanakah pengaruh Sales Growth terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 4. Bagaimanakah pengaruh likuiditas terhadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 5. Bagaimanakah pengaruh return on asset terhadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 7 6. Bagaimanakh pengaruh Sales Growth terhadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 7. Bagaimanakah pengaruh likuiditas melalui ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 8. Bagaimanakah pengaruh return on asset melalui ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 9. Bagaimanakah pengaruh Sales Growth melalui ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 10. Bagaimanakah pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengatehui: 1. Pengaruh likuiditas terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 2. Pengaruh return on asset terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 3. Pengaruh Sales Growth terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 4. Pengaruh likuiditas terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 8 5. Pengaruh return on asset terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 6. Pengaruh Sales Growth terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 7. Pengaruh likuiditas melalui ukuran perusahaan terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 8. Pengaruh return on asset melalui ukuran perusahaan terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 9. Pengaruh Sales Growth melalui ukuran perusahaan terahadap penghindaran pajak pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 10. Pengaruh penghindaran pajak terahadap ukuran perusahaan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai penghindaran pajak serta dapat mengembangkan pengetahuan peneliti untuk direalisasikan pada dunia kerja. 2. Bagi Perusahaan Sebagai pertimbangan atau masukan bagi perusahaan mengenai akuntansi perpajakan serta informasi tambahan bagi perusahaan dalam menjalankan dan membuat kebijakan yang akan diterapkan dimasa mendatang 9 3. Bagi Pihak Lain Dapat dijadikan referensi atau bahan masukan bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian. 10 BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA FIKIR. PENGEMBANGAN HIPOTESA DAN HIPOTESA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Untuk membahas teori agensi, perlu diketahui lebih dahulu apa itu agensi. Menurut Mitnick (2019), suatu hubungan agensi terjadi ketika satu pihak, si “agen”, bertindak untuk pihak lain, si “prinsipal”. Sedangkan Ross (1973) dalam Mitnick (2019) menyatakan suatu hubungan agensi muncul antara dua (atau lebih) pihak muncul ketika, salah satu pihak ditunjuk sebagai agen yang bertindak untuk, atas nama, atau sebagai perwakilan dari pihak lain yang ditetapkan sebagai principal dalam cakupan pengambilan keputusan dalam. Berdasarkan pandangan diatas maka dapat disumpulkan, agensi adalah hubungan antara 2 pihak (atau lebih) dimana salah satu pihak (agen) bertindak bagi pihak lainnya (principal) dalam pengambilan keputusan. Pada hubungan agensi ini terdapat 2 pihak, yaitu agen dan principal yang saling memiliki tujuan masing-masing. Hubungan agensi antara principal-agen dapat dilihat di semua bidang, seperti dokter-pasien, stakeholder-manager, pengembang-mandor dan sebagainya. Hubungan agensi bisa dikelompokkan pada tiga jenis, berdasarkan apakah agensi melibatkan pihak ketiga atau tidak: 1. Primary or Reflexive Agency Agen bertindak untuk dirinya sendiri; Agen dan Prinsipal bertepatan di pihak yang sama. 11 2. Secondary or Self-Sufficient Agency Agen bertindak untuk principal tanpa adanya keterlibatan langsung pihak ketiga (contoh: dokter-pasien). 3. Tertiary or Social Agency Agen bertindak untuk principal dengan adanya keterlibatan langsung dari pihak ketiga (contoh: duta konsulat) Teori Agensi membahas tentang penyelesaian masalah yang timbul dari hubungan agensi. Masalah agensi yang muncul pada hubungan agensi terbagi dua, yang pertama (a) masalah yang muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara agen dan principal dan (b) dan principal tidak bisa/sulit dalam memastikan tingkah laku agen. Masalah yang kedua yaitu masalah pembagian resiko yang muncul ketika principal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko yang muncul, sehingga terjadi perbedaan keputusan yang dilakukan (Eisenhard dalam Solomon et al. 2021) . Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam Mitnick (2019), hubungan agensi merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) menunjuk orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas name mereka yang mana meliputi pendelegasian kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen. Jika kedua pihak ingin memaksimalkan kepentingan nya masing-masing, maka dapat diasumsikan pihak agen tidak akan selalu bertindak sesuai kepentingan pihak principal. Untuk mengatasi masalah-masalah diatas, pihak principal dapat 12 menyediakan insentif-insentif kepada agen dan meningkatkan biaya pengawasan pada tingkah laku agen. 2.1.2. Penghindaran Pajak (Y) 2.1.2.1. Pengertian Penghindaran Pajak Penghindaran pajak diasumsikan sebagai berbagai upaya dalam mengurangi kewajiban pajak yang dimiliki suatu entitas. Dalam penelitian ini diperlukan pembatasan definisi penghindaran pajak agar mendapatkan hasil yang jelas. Hanlon & Heitzman (2010) dalam (Satyadini et al., 2019) mendefinisikan penghindaran pajak secara luas dimana penghindaran pajak adalah pengurangan pajak yang jelas. Baik itu pengurangan secara conforming maupun nonconforming yang terkait dengan segala transaksi yang berpengaruh terhadap kewajiban pajak perusahaan . Pandangan ini mengikuti pandangan Dyreng et al. (2008) dalam Satyadini et al. (2019) mendefinisikan penghindaran pajak sebagai segala sesuatu yang mengurangi cash effective tax rate perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Kedua pandangan ini menyatakan bahwa Tax Avoidance mencakup segala upaya untuk mengurangangi kewajiban pajak suatu entitas, baik itu secara legal menggunakan aturan dan kebijakan yang ada maupun secara illegal. Pada peneletian ini, peneliti mendefinisikan penghindaran pajak sebagai segala upaya pengurangan pajak. Metode pengukuran pengindaran pajak yang peneliti gunakan adalah metode effective tax rate (ETR) . 13 πΈππ = π»ππ π¬ππππππ π·πππππ π°πππππ 2.1.3. Likuiditas (X1) 2.1.3.1. Pengertian Likuiditas Likuiditas secara umum adalah kemampuan suatu entitas untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini diukur melalui jumlah aset lancer yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada periode tertentu dibandingkan dengan kewajiban jangka pendeknya Menurut Wardiyah (2017) Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. Sedangkan menurut Kasmir (2011) dalam Novianto (2021) Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menjalankan usaha, memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo, baik kewajiban terhadap internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Likuiditas memiliki makna kecairan, bagaimana suatu usaha dapat memindahkan aset lancarnya untuk memenuhi tuntutan jangka pendek. Likuiditas berguna untuk mengetahui apakah suatu usaha dapat membiayai hutang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. 2.1.3.2. Tujuan dan Manfaat Likuiditas Menurut Kasmir (2015) dalam Adeline (2020) tujuan dan manfaat rasio likuiditas adalah: 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. 14 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan persediaan. 3. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 4. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 5. Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas. 6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. 7. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya 8. Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap perusahaan dalam menilai keputusan perusahaan agar dapat meningkatkan saling percaya. 2.1.3.3. Metode Pengukuran Likuiditas. Rasio likuiditas dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara menurut Kasmir (2015) dalam Adeline (2020) yaitu: 1. Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. πΆπ’πππππ‘ π ππ‘ππ = πππ‘ππ π΄ππ‘ππ£π πΏπππππ ππ‘πππ π½πππππ ππππππ 15 2. Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio uji cepat yang menunjukan kemampuan peruasahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. ππ’πππ π ππ‘ππ = (πππ‘ππ π΄ππ‘ππ£π πΏπππππ − ππππ ππππππ) ππ‘πππ π½πππππ ππππππ 3. Rasio kas (cash ratio) merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. πΆππ β π ππ‘ππ = πΎππ + πππ‘πππ πΎππ ππ‘πππ π½πππππ ππππππ 4. Rasio perputaran kas (cash turn over) bermanfaat untuk mengukur tingakat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. πΆππ β ππ’ππ ππ£ππ π ππ‘π = πππππ’ππππ ππππ πβ π ππ‘π − πππ‘π πΎππ 5. Inventory to net working capital merupakan rasio yang mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. πΌππ£πππ‘πππ¦ π‘π πππΆ = 6. ππππ ππππππ π΄π ππ‘ πΏπππππ − ππ‘πππ π½πππππ ππππππ Loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Sesuai ketentuan Bank Indonesia, batas ideal loan to deposit ratio adalah 78%-100%. 16 Pada penelitian ini rasio yang digunakan adalah loan to deposit ratio . πΏπππ π‘π π·ππππ ππ‘ π ππ‘ππ = πππ‘ππ πΎπππππ‘ πππ‘ππ π·πππ π·ππππ ππ‘ 2.1.4. Return on Asset (X2) Return on Asset awalnya dicetuskan oleh Donaldson Brown pada perusahan DuPont dalam laporan efisiensi internalnya. Return on Asset digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Rasio ini mengukur profitabilitas perusahaan seberapa besar pendapatan bersih dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Rasio ini penting bagi manajemen dalam mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya (Davidson, 2020). Menurut Almira & Wiagustini (2020) Return on Asset (return on asset) adalah rasio profitabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Return on asset adalah rasio antara pendapatan bersih dan total aset pada akhir suatu periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba (Sonia & Suparmun, 2019). Kraft (2014) dalam Sonia & Suparmun (2019) menyatakan ketika profitabilitas tinggi, perusahaan cenderung melakukan Tax Avoidance, salah satu alasannya adalah perusahaan merasa terlalu besar untuk membayar pajak ketika profitabilitas tinggi. Untuk menghitung return on asset, Metode yang digunakan adalah metode yang dicetuskan oleh Donaldson Brown (1914) dalam (Flesher & Previts, 2013) : 17 π ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘ = πππ‘ πΌπππππ πππ‘ππ π΄π π ππ‘ 2.1.5. Sales Growth (X3) Penjualan adalah sumber utama dari pendapatat suatu entitas, baik itu penjualan barang jadi maupun barang jasa. Sales Growth mencerminkan kesuksesan suatu perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan pertumbuhan laba yang menggambarkan adanya peningkatan kemampuan operasional, dan memiliki potensi menjadi keuntungan bagi perusahaan (Kim & Im, 2017) . Menurut Sonia & Suparmun (2019) , Sales Growth mencerminkan kesuksesan investasi periode sebelumnya dan ini bisa dijadikan prediksi untuk pertumbuhan periode selanjutnya. Peningkatan Sales Growth ini cenderung menyebabkan peningkatan laba perusahaan, laba perusahaan yang meningkat menyebabkan meningkat juga beban pajak perusahan. Sesuai pernyataan sebelumnya mengenai return on asset, profitabilitas atau keuntungan yang tinggi membuat perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak, karena semakin besarnya pajak yang harus dibayarkan. Pada perusahan bank Sales Growth menghitung pertumbuhan penghasilan utama perusahaan, yaitu pendapatan bunga bersih. Untuk menghitung pertumbuhan pendapatan bunga bersih maka digunakan rumus berikut: πΊπππ€π‘β = ππππππππ‘ππ π΅π’πππ πππ‘π‘ππ‘ − ππππππππ‘ππ π΅π’πππ πππ‘π‘ππ‘−1 ππππππππ‘ππ π΅π’πππ πππ‘π‘ππ‘−1 2.1.6. Ukuran Perusahaan. 18 Menurut Mahdiana & Amin (2020) Ukuran perusahaan merupakan suatu pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan, dan dapat menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka transaksi yang terjadi akan semakin kompleks dan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada agar bisa melakukan tindakan Tax Avoidance dari setiap transaksi (Jasmine et al., 2017). Menurut Machfoedz (1996) dalam Pradnyandari & Astika (2019), ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Berdasarkan pernyataan diatas, ukuran perusahaan terbagi atas beberapa kategori dengan karakter masing-masing: Jenis-jenis Perusahaan Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang usaha Kecil, perusahaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Perusahaan Kecil. Perusahaan kecil merupakan badan hukum yang didirikan di Indonesia yang: a. memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp 20 miliar; b. bukan merupakan afiliasi dan dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil; 19 c. bukan merupakan reksadana. 2. Perusahaan Menengah/Besar. Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha. Usaha ini meliputi usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan di Indonesia. Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro dan menengah, perusahaan dibagi dalam empat jenis, yaitu: 1. Usaha mikro, adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 2. Usaha kecil, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Usaha menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih 20 atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undangundang ini. 4. Usaha besar, adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Kriteria Ukuran Perusahaan Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro dan menengah, berdasarkan ukuran nilai kekayaan bersih dan hasil penjualannya, perusahaan dibagi menjadi tiga kriteria usaha, yaitu: 1. Usaha mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha kecil Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau. 21 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha menengah Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus ribu rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Sedangkan menurut Badan Standarisasi Nasional, ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Perusahaan besar. Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun. 2. Perusahaan menengah. Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar. 3. Perusahaan kecil. Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun. 22 Untuk mengukur ukuran perusahaan pada penelitian ini, menggunakan logaritma natural dari aset tetap perusahaan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan melalui aset tetap yang dimilikinya: (Ukuran Perusahaan = πΏπ(πππ‘ππ πΉππ₯ππ π΄π π ππ‘)) 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat diperlukan guna sebagai tambahan referensi dan sebagai bahan pemikiran bagi peniliti dalam penelitian ini. Penelitian ini mengacu pada penelitin terlebih dahulu yang berhubungan dengan variabelvariabel yang sama. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu no 1 Nama Peneliti Rachel Adeline (2020) 2 Ary Novianto & Sugianto Yusuf (2021) 3 Honggo & Marlinah (2019) Judul Penelitian Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas terhadap Tax Avoidance (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018). The Influence Of Liquidity And Profitability On Tax Avoidance (Case Study On Consumption Goods Industry Registered On The Idx 20152019) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Sales Growth, Variabel Penelitian Independen -Profitabilitas -Likuiditas Dependen -Tax Avoidance Metode Penelitian Penelitian Kuantitatif. Independen -Profitabilitas -Likuiditas Dependen -Tax Avoidance Penelitian Kuantitatif Likuiditas dan Profitabilitas (return on asset) secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap Tax Avoidance. Variabel Independen -Likuiditas -Profitabilitas (return on asset) Variabel Dependen -Tax Avoidance Independen -Ukuran Peruahaan -Umur Perusahaan -Dewan Penelitian Kuantitatif Ukuran perusahaan, dan Sales Growth memiliki pengaruh terhadap Variabel Independen -Sales Growth Variabel Dependen -Tax Avoidance 23 - Hasil Penelitian Likuiditas dan Profitabilitas (return on asset) berpegaruh secara simultan terhadap Tax Avoidance. Variabel Penelitian yang Sama Variabel Independen -Likuiditas -Profitabilitas (return on asset) Variabel Dependen -Tax Avoidance no Nama Peneliti Judul Penelitian dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak 4 Jasmine et al., (2017) 5 Kim & Im, (2017) 6 Mahdian a & Amin, (2020) 7 Oktama wati, (2017) Pengaruh Leverage, Kepelimikan Institusonal, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014) The Study on The Effect and Determinants of Small-and MediumSized Entities Conducting Tax Avoidance Variabel Penelitian Komisaris Independen -Komite Audit -Sales Growth -Leverage Dependen -Tax Avoidance Independen -Leverage -Ukuran Perusahaan -Kepemilikan Institusional -Profitabilitas Dependen -Tax Avoidance Metode Penelitian Hasil Penelitian Variabel Penelitian yang Sama penghindaran pajak. Penelitian Kuantitatif. Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas (return on asset) berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Variabel Independen -Profitabilitas Variabel Dependen -Tax Avoidance Penelitian Kuantitatif. Profitabilitas (return on asset) ukuran perusahaan dan Sales Growth berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance. Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) -Sales Growth Variabel Dependen -Tax Avoidance Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Sales Growth terhadap Tax Avoidance Maria Independen -Ukuran Perusahaan -Return on Asset -Leverage -Operating cash flow -Capital Intensity -Sales Growth -R&D Intensity -Export Rate Dependen -Tax Avoidance Independen -Profitabilitas -Leverage -Sales Growth -Ukuran Perusahaan Dependen -Tax Avoidance Penelitian Kuantitatif Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) -Sales Growth Variabel Dependen -Tax Avoidance Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, dan Independen -Karakter Eksekutif -Komite Audit -Ukuran Perusahaan -Leverage Penelitian Kuantitatif. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tax Avoidance, sedangkan Sales Growth tidak berpengaruh. Sales Growth dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance. 24 Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) -Sales Growth Variabel Dependen -Tax Avoidance no Nama Peneliti Judul Penelitian Profitabilitas terhadap Avoidance. Tax 8 Puspita & Febrianti, (2018) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 9 Rozak, (2017) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Tax Avoidance 10 Sonia & Suparmu n, (2019) Factors Influencing Tax Avoidance 11 Trisanti, (2021) Determination Causes of Tax Avoidance on Indonesian Manufacturing Firms with Capital Intensity as Intervening Variabel Penelitian -Pertumbuhan penjualan -Profitabilitas Dependen -Tax Avoidance Independen -Ukuran Perusahaan -Profitabilitas -Sales Growth -leverage -Intensitas Modal -Komisaris Independen Dependen -Tax Avoidance Independen -Profitabilitas -Likuiditas -Leverage Dependen -Tax Avoidance Independen -Kepemilikan Institusional -Profitabilitas -Komisaris Independen -Kepemilikan Manajerial -Ukuran Perusahaan -Leverage -Sales Growth -Intensitas Modal -Intensitas Persediaan Dependen -Tax Avoidance Independen -Profitabilitas -Likuiditas -Ukuran Perusahaan -Intensitas Modal 25 Metode Penelitian Hasil Penelitian Variabel Penelitian yang Sama Penelitian Kuantitatif Profitabilitas (return on asset) dan Sales Growth berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) -Sales Growth Variabel Dependen -Tax Avoidance Penelitian Kuantitatif Profitabilitas (return on asset) berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak dan Likuiditas tidak berpengaruh. Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance, sedangkan Sales Growth tidak berpengaruh. Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) -Likuiditas Variabel Dependen -Tax Avoidance Return on Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tax Avoidance. Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) Variabel Dependen -Tax Avoidance Penelitian Kuantitatif Penelitian Kuantitatif Variabel Independen -Profitabilitas (return on asset) -Sales Growth Variabel Dependen -Tax Avoidance no Nama Peneliti Judul Penelitian Variables 12 Meiliani (2017) 13 Ikhsan Abdullah (2020) Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan Firm Size Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 20122016 Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Variabel Penelitian Dependen -Tax Avoidance Independen -Profitabilitas -Likuiditas -Leverage -Ukuran Perusahaan Dependen -Dividen Payout Ratio Independen -Leverage -Likuiditas Dependen -Tax Avoidance 26 Metode Penelitian Hasil Penelitian Variabel Penelitian yang Sama Penelitian Kuantitatif Likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap ukuran perusahaan, sedangkan return on asset berpengaruh signifikan negatif Variabel Independen -Likuiditas -Return on Asset Variabel Intervening -Ukuran Perusahaan Penelitian Kuantitatif Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Variabel Independen -Likuiditas Variabel Dependen -Penghindaran pajak 2.3. Kerangka Pikir Likuiditas, Return on asset dan Sales Growth terhadap Penghindaaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA Periode Tahun 20152018 Likuiditas H4 H1 H7 Ukuran Return on H5 asset Perusahaan H8 H9 H10 Penghindaran pajak H2 H6 Sales Growth H3 Gambar 2.1 Kerangka Pikiran 2.4. Pengembangan Hipotesis 2.4.1. Likuiditas terhadap Penghindaran Pajak Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Pada penelitian Abdullah (2020) ditemukan adanya pengaruh signifikan antara Likuiditas terhadap 27 Penghindaran Pajak, hal ini didukung oleh temuan Novianto (2021). Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis berikut: H1: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak 2.4.2. Return on Asset Terhadap Penghindaran Pajak Return on Assets (return on asset) merupakan salah satu indicator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan. return on asset berkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk Wajib Pajak Badan. Pengukuran kinerja dengan menggunakan return on asset dapat menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Dapat diargumentasikan bahwa semakin tinggi nilai return on asset, maka semakin tingginya jumlah pajak yang dibebankan serta semakin banyak pula sumber daya yang dapat digunakan dalam perencanaan pajak. Hal ini didukung oleh Adeline (2020) dan Novianto (2021) dalam penelitian mereka yang menemukan adanya pengaruh return on asset terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H2: Return on asset memiliki pengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. 2.4.3. Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak Sales Growth merupakan indikator peningkatan penjualan suatu perusahaan. Semakin tingginya Sales Growth maka penjualan pun akan meningkat. Penjualan yang merupakan sumber utama penerimaan perusahaan akan berperan besar pada total pajak yang harus dibayarkan. Sesuai pernyataan 28 Kraft (2014) dalam (Sonia & Suparmun, 2019), perusahaan akan merasa enggan untuk membayar pajak ketika dirasa memiliki laba yang besar. Hal ini juga didukung oleh penelitian Honggo & Marlinah (2019) dan (Kim & Im, 2017) yang menemukan adanya pengaru Sales Growth terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H3:Sales Growth memiliki pengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. 2.4.4. Likuiditas Terhadap Ukuran Perusahaan. Likuiditas (Loan to Deposit Ratio) merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali kewajiban bank terhadap nasabah. Semakin besar rasio LDR, maka akan semakin rendah kemampuan bank dalam mengembalikan kewajibannya kepada simpanan nasabahnya. Semakin besar rasio LDR juga berarti semakin banyak pula pinjaman dana yang dilakukan oleh bank, dengan pengharapan naiknya pendapatan bunga. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H4: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahaan. 2.4.5. Return on Asset Terhadap Ukuran Perusahaan. Return on asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui penggunaan aset yang dimilikinya. Semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula jumlah aset yang dimilikinya. Aset pada return on asset digunakan sebagai denominator, sehingga semakin besar aset yang dimiliki maka akan semakin kecil pula nilai return on asset suatu perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Meiliani (2017) yang menyatakan adanya pengaruh return on asset 29 terhadap ukuran perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H5: Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahaan. 2.4.6. Sales Growth Terhadap Ukuran Perusahaan. Sales Growth merupakan ukuran penjualan dan kinerja perusahaan, semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka semakin banyak penjualan yang dilakukan, semakin banyak pula pendapatan yang didapatkan. Pendapatan ini nantinya akan dapat digunakan untuk investasi masa depan perusahaan, seperti perluasan usaha, penambahan tenaga kerja dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H6:Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahaan. 2.4.7. Likuiditas Melalui Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak. Ukuran perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan baik dalam sisi keuangan maupun manajerial. Perusahaan yang berukuran besar akan memiliki opsi-opsi pendanaan yang lebih banyak daripada perusahaan yang relative kecil, dengan banyaknya alternative yang dapat dilakukan maka banyak pula kesempatan pada perusahaan untuk menghindari pajak. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H7: Likuiditas melalui Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak 30 2.4.8. Return on Asset melalui Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak Return on asset menilai kinerja pendapatan yang dihasilkan melalui aset yang dimiliki, semakin besar nilai ini maka perusahaan dikatakan sukses dalam menggunakan aset yang tersedia. Perusahaan yang sukses atau memilik return on asset yang tinggi akan memiliki dana untuk melakukan pengembangan usahanya. Pada pengembangan usaha ini memakan biaya yang signifikan dan terus menerus, sehingga muncul perbedaan prioritas antara melakukan investasi dan membayar pajak yang dibebankan. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis berikut: H8 :Return on Asset memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak dengan ukuran perusahaan sebagai variabel intervening 2.4.9. Sales Growth Melalui Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak Sales Growth yang tinggi dapat menjadi indikasi pertumbuhan perusahaan, semakin bertumbuhnya perusahaan maka akan semakin besar aset dan biaya yang dikelola. Sehingga muncul konflik prioritas antara menghasilkan laba dan memenuhi kewajiban yang dimiliki. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis berikut: H9 : Return on Asset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak dengan ukuran perusahaan sebagai variabel intervening 31 2.4.10. Penghindaran Pajak terhadap Ukuran Perusahaan. Penghindaran pajak memang dapat meringankan beban pajak yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Tetapi pajak merupakan pemotongan terhadap penghasilan bersih yang diterima perusahaan.sehingga biaya bagi kegiatan operasi tidak terganggu oleh pembayaran pajak. Jika perusahaan ditemukan menghindari pajak secara illegal, bukan saja sanksi dari pemerintah tapi kepercayaan masyarakat juga akan turun. Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesa berikut: H10 : Penghindaran pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Ukuran Perusahan. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut (Zuhdi et al, 2019) tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu dan menggunakan hal-hal yang obyektif, valid dan reliable dari berbagai variabel. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.2 Desain Penelitian Menurut (Chusaeri et al., 2017) desain penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, artinya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen atau variabel bebas terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Tujuan utama penelitian asosiatif adalah untuk menemukan bukti sebab akibat dari suatu penelitian sehingga dapat diketauhi mana yang akan mempengaruhi variable dan mana variabel mana yang akan dipengaruhi. Variabel independen pada penelitian ini adalah Likuiditas, Return on Asset dan Sales Growth, sedangkan variabel dependen adalah Penghindaran Pajak dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel Intervening. 3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2016) dalam (Fajri et al., 2022) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini mencakup semua 33 Bank yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA. Adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2017-20121. 3.3.2. Sampel Sampel menurut Sugiyono (2016) dalam (Fajri et al., 2022) adalah adalah bagian dari jumlah dan karak-teristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel disebut sebagai per-wakilan harus mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang terdapat dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan menggunakan pilihan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria seperti, 1. Perusahaan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESIA dan mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2017-2021. 2. Perusahaan memiliki data yang lengkap selama periode pengamatan pada tahun pengamatan 2017-2021. 3. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di BURSA EFEK INDONESIA. Tabel 3.1 Kriteria Penarikan Sampel No Kriteria 1 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Jumlah 57 selama tahun 2017-2012 2 Perusahaan Perbankan yang hanya memperdagangkan obligasi 34 12 saja di Bursa Efek Indonesia Jumlah Perusahaan 45 Jumlah Sampel Selama 5 tahun 225 Dari Tabel diatas dapat diliat bahwa dari jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, setelah dilakukan penarikan sampel dan kriteria pemilihan sampel maka didapat hasil sampel yang berjumlah 45 perusahaan. Tabel 3.2 Sampel Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Kode AGRO AGRS AMAR ARTO BABP BACA BBCA BBHI BBKP BBMD BBNI BBRI BBSI BBTN BBYB BCIC BDMN BEKS BGTG BINA BJBR Nama Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. Bank IBK Indonesia Tbk. Bank Amar Indonesia Tbk. Bank Jago Tbk. Bank MNC Internasional Tbk. Bank Capital Indonesia Tbk. Bank Central Asia Tbk. Bank Harda Internasional Tbk. Bank Bukopin Tbk. Bank Mestika Dharma Tbk. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank Bisnis Internasional Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Bank Neo Commerce Tbk. Bank JTrust Indonesia Tbk. Bank Danamon Indonesia Tbk. Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. Bank Ganesha Tbk. Bank Ina Perdana Tbk. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. 35 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 3.1. BJTM BKSW BMAS BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BRIS BSIM BSWD BTPN BTPS BVIC DNAR INPC MAYA MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS SDRA Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. Bank QNB Indonesia Tbk. Bank Maspion Indonesia Tbk. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bank Bumi Arta Tbk. Bank CIMB Niaga Tbk. Bank Maybank Indonesia Tbk. Bank Permata Tbk. Bank BRIsyariah Tbk. Bank Sinarmas Tbk. Bank Of India Indonesia Tbk. Bank BTPN Tbk. Bank BTPN Syariah Tbk. Bank Victoria International Tbk. Bank Oke Indonesia Tbk. Bank Artha Graha Internasional Tbk. Bank Mayapada Internasional Tbk. Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. Bank Mega Tbk. Bank OCBC NISP Tbk. Bank Nationalnobu Tbk. Bank Pan Indonesia Tbk Bank Panin Dubai Syariah Tbk. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. Variabel Penelitian Dan Defi nisi Variabel Penelitian 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitin ditentukan oleh peneliti dengan berbagai cara sehingga dapat dipelajari untuk memperoleh informasi tentang hasil tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono dalam Fajri et al., 2022). Peneliti melakukan penelitiannya dengan menggunakan 3 variabel sebagai berikut : 36 1. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi hasil dari suatu variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Penghindaran Pajak. 2. Variabel Intervening adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen tapi variabel intervening sendiri tidak dapat diukur atau diamati. Variabel moderasi pada penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan. 3. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Likuiditas (X1), Return on Asset (X2), dan Sales Growth (X3) 3.3.2 Defenisi Variabel Penelitian 3.3.2.1 Penghindaran Pajak (Y) Menurut Hanlon & Heitzman (2010) dalam (Satyadini et al., 2019) penghindaran pajak adalah pengurangan pajak yang jelas. Baik itu pengurangan secara legal maupun ilegal. Begitu juga menurut Dyreng et al. (2008) dalam Satyadini et al. (2019) yang mendefinisikan penghindaran pajak sebagai segala sesuatu yang mengurangi cash effective tax rate perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Kedua pandangan ini menyatakan bahwa Tax Avoidance mencakup segala upaya untuk mengurangangi kewajiban pajak suatu entitas, baik itu secara legal menggunakan aturan dan kebijakan yang ada maupun secara illegal. Tax Avoidance dapat diukur melalui berbagai metode, pada peneltian ini digunakan Cash Effective Tax Ratio. 37 (πΈππ = π»ππ π¬ππππππ ) π·πππππ π°πππππ 3.3.2.2 Return On Asset Return on Asset adalah suatu Rasio yang mengukur peforma perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. (π ππ΄ = πππ‘ πΌπππππ ) πππ‘ππ π΄π ππ‘ 3.3.2.3 Sales Growth Sales Growth adalah pertumbuhan penjualan perusahaan dari satu periode ke periode tertentu, diukur dengan memandingkan jumlah penjualan dari tahun ke tahun. Pada perusahaan perbankan maka akun yang diambil adalah sumber pendapatan utama perusahaan, yaitu pendapatan bunga bersih. (πΊπππ€π‘β = (ππππππππ‘ππ π΅π’ππππ‘ − ππππππππ‘ππ π΅π’ππππ‘−1 ) ) ππππππππ‘ππ π΅π’ππππ‘−1 3.3.2.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan indicator yang dapat menunjukan suatu kondisi dan karakteristik suatu perusahaan dimana terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan, seperti banyaknya jumlah karyawan yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan dalam menjalankan aktivitas perusahaan, jumlah aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu (Ayu Yuni Astuti, Elva Nuraina, 2017) Ukuran perusahaan adalah skala dari besar kecilnya suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dan diukur berdasarkan pada total aset perusahaan 38 yang mengendalikan kegiatan usahannya. Hal tersebut sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Total aset mampu memperlihatkan kekayaan yang dipunyai perusahaan tersebut sehingga perusahaan dapat dinilai dalam kategori perusahaan kecil atau perusahaan besar.(Indriyani, 2017). Untuk mengukur ukuran perusahaan digunakan metode berikut: (πππ§π = πΏπ(πππ‘ππ π΄π ππ‘)) 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode documenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengumpulkan, mancatat dan menganalisa data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh BURSA EFEK INDONESIA dan dilengkapi dengan informasi tambahan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan idx.com, serta dari berbagai sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini 3.6 Alat Analisis 3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif Menurut Ghozali (2018) dalam (Rosdiani & Hidayat, 2020) analisis statistic deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Analisis ini memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. 39 Analisis statistic deskriptif digunakan untuk menyajikan dan menganalsisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperoleh keadaan dan karakteristik data yang bersangkutan. Mean menunjukan nilai rata-rata data yang bersangkutan. Maksimum menunjukkan nilai terbesar, sedangkan minimum menunjukkan nilai terkecil. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui sebarapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Program yang digunakan adalah Eviews 10. 3.6.2 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memperoleh hasil regresi yang bisa dipertanggung jawabkan. Dari pengujian tersebut asumsi-asumsi yang harus dipenuhi terdiri atas. 3.6.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memilii distribus nornmal. Uji normalitas pada Eviews 10 menggunakan uji Jarque-Bera. Uji Jarque-Bera adalah uji statistic untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk mengukur skewness dan kurtosis data dan dibandingkan apabila data bersifat normal.Untuk menguji data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan dua macam cara, yaitu: 40 1. Jika nilai Jarque-Bera (J-B) < χ2 0,05 dan probability > 0,05 (lebih besar dari 5%), maka data dapat dikatakan terdistribusi normal. 2. Jika nilai Jarque-Bera (J-B) > χ2 0,05 dan probability < 0,05 (lebih kecil dari 5%), maka dapat dikatakan data tidak terdistribusi normal. 3.6.2.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada satu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflating Factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas pada penelitian tersebut. 3.6.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada pengganggu period t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2017). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji breusch – godfrey. Berikut ini adalah dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi: 1. Jika nila probability > 0,05 maka tidak ada autokorelasi 2. Jika nilai probability < 0,05 maka terdapat autokorelasi 3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2017) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke 41 pengamatan lainnya berbeda, maka model tersebut terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam pengamatan ini untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara uji Glejser. Uji Glejser dalah meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2018:137). Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika nilai p value ≥ 0,05 maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. 2. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya terdapat masalah heteroskedastisitas 3.6.3. Regresi Data Panel Analisis regresi data panel yang didefinisikan menggabungkan teknik regresi antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section), maka penelitian ini memakai analisis regresi data panel dikarenakan sampel dari berberapa data perusahaan selama beberapa tahun (Basuki, 2016 :276). Ghozali (2018: 195) menerangkan bahwa data panel adalah berjalannya dari satu waktu kewaktu berikutnya pada beberapa perusahaan sampai seluruh data panel disebut regresi data panel. Pada regresi data panel, terdapat 3 model yang diuji, yakni common effect model (CEM), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM). Model common effect model (CEM) bertujuan untuk memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar 42 individu sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk pool, mengestimasinya menggunakan pendekatan kuadrat terkecil atau pooled least square. Model fixed effect model (FEM) bertujuan untuk mengasumsikan perbedaan yang terjadi antar individu. Setiap parameter yang tidak diketahui dalam model efek tetap akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabel dummy. Model random effect model (FEM) bertujuan untuk mengestimasi bahwa ada perbedaan intersep untuk setiap individu dan intersep tersebut merupakan variabel random. Data panel diuji menggunakan 3 pengujian yaitu, uji chow, uji hausman, dan uji lagrange multiplier 3.6.3.1. Uji Chow Uji Chow adalah pemilihan pendekatan yang terbaik untuk mengestimasi data panel yang dipakai dalam pengujian ini terdapat dua model pendekatan diantaranya Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM). Kriteria-kriteria yang mendasari antara lain : 1. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section F ≥ 0,05 (nilai signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Common Effect Model (CEM) ialah model yang paling tepat. 2. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section F ≤ 0,05 (nilai signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Fixed Effect Model (FEM) ialah model yang paling tepat. Hipotesis yang dipakai ialah : 43 H0 : Coomon Effect Model (CEM) H1 : Fixed Effect Model (FEM) 3.6.3.2. Uji Lagrange Multiplier Pengertian dari uji lagrange multiplier ialah pemilihan pendekatan terbaik untuk mengestimasi data panel yang dipakai dalam pengujian ini terdapat dua model pendekatan diantaranya Common Effect Model (CEM) dan Random Effect Model (REM). Breusch-pangan mengembangkan Random Effect Model dari metode OLS, untuk menguji signifikansi yang berdasarkan pada nilai residual. Kriteria-kriteria yang mendasari antara lain : 1. Apabila nilai cross section Breusch-pangan ≥ 0,05 (nilai signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Common Effect Model (CEM) ialah model yang paling tepat. 2. Apabila nilai cross section Breusch-pangan < 0,05 (nilai signifikan) maka H0 ditolak, maka memakai Random Effect Model (REM) ialah model yang paling tepat. Hipotesis yang digunakan ialah : H0 : Common Effect Random (CEM) H1 : Random Effect Model (REM) 3.6.3.3. Uji Hausman Pengertian dari uji Hausman ialah pemilihan pendekatan yang terbaik untuk mengestimasi data panel yang dipaki dalam pengujian ini terdapat dua 44 model pendekatan diantaranya Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect Model (FEM). Kriteria-kriteria yang mendasari antara lain: 1. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section random ≥ 0,05 (nilai signifikan) maka H0 diterima, maka memakai Random Effect Model (REM) ialah model yang paling tepat. 2. Apabila nilai probabilitas (P-value) untuk cross section random ≤ 0,05 (nilai signifikan) maka H0 ditolak, maka memakai Fixed Effect Model (FEM) ialah model yang paling tepat. Hipotesis yang dipakai ialah : H0 : Random Effect Model (REM) H1 : Fixed Effect Model (FEM) 3.6.4. Uji Hipotesis dan Analisis Jalur Untuk menentukan pemakaian pengujian pada penelitian ini, peneliti memakai uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t ), uji signifikansi parameter simultan (Uji statistik f) dan koefisien determinasi (R2). Pada penelitian saat ini, akan meneliti pengaruh kinerja lingkungan (X), terhadap kinerja keuangan (Y), dengan corporate social responsibility (Z) sebagai variabel intervening. Data yang meliputi terdiri dari cross section (perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia) dan data time series (tahun penelitian yaitu 2017-2019), maka terdapat 100 observasi. Menggunakan kombinasi antara cross section dan time series atau pendekatan data panel, maka formulasi bentuk rumus dari model regresi data panel yaitu : 45 (πππ₯π΄π£πππππ‘ = π½0 + π½1 πΏπ·π ππ‘ + π½2 π ππ΄ππ‘ + π½3 πΊπ ππππ»ππ‘ + π½4 ππΌππΈππ‘ + πππ‘ ) (πππ§πππ‘ = π½0 + π½1 πΏπ·π ππ‘ + π½2 π ππ΄ππ‘ + π½3 πΊπ ππππ»ππ‘ + πππ‘ ) Keterangan: πππ₯π΄π£πππππ‘ = Penghindaran Pajak i pada tahun t. π½0 = Konstanta π½1 , π½2 , π½3 , π½4 = Koefisien Regresi πΏπ·π ππ‘ = Likuiditas i pada tahun t π ππ΄ππ‘ = π ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘ i pada tahun t πΊπ ππππ»ππ‘ = πΊπππ€π‘β i pada tahun t ππΌππΈππ‘ = Ukuran Perusahaan i pada tahun t πππ‘ = πππππ π‘ππππ untuk perusahaan i pada tahun t 3.6.4.1. Uji t Penggunaan uji t adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual (parsial). Perbandingan thitung dengan ttable bisa diterapkan pada uji t (Ghozali, 2017). Kriteria pengujian dilakukan pada tingkat signifikan 5% yaitu : 1. Apabila thitung < ttable dan p-value >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang maknanya salah satu variabel bebas (independen) tidak mempengaruhi variabel terikat (dependen) secara signifikan. 2. Apabila thitung > ttable dan p-value < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang maknanya salah satu variabel bebas mempengaruhi variabel terikat (dependen) secara signifikan. 46 3.6.4.2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sebarapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila nilai R2 kecil atau lebih mendekati nol, artinya kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas atau hubungannya lemah. Bertolak belakang jika nilai koefisien determinasi R2 lebih mendekati satu, yang artinya variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen dan bisa dikatakan hubungannya cenderung kuat. 3.6.4. Uji Sobel Uji sobel digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel mediasi yaitu kepuasan konsumen. Suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel tersebut mempengaruhi hubungan antar variabel independen dan variabel dependen. Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel (Ghozali, 2017). Menurut (Ghozali, 2017) uji sobel dilakukan untuk menguji pengaruh tidak langsung variabel X ke Y melalui M. Uji sobel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: πππ = √π 2 ππ2 + π2 ππ 2 + ππ2 ππ 2 Keterangan: Sa =Standart error X-M 47 Sb = Standart error M-Y a = Koefisien regresi X-M b = Koefisien regresi M-Y Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut : (π‘ = ππ ) π ππ Nilai thitung ini dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi. Asumsi uji sobel memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel kecil, maka uji sobel menjadi kurang konservatif 48 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, I. (2020). Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 20(1), 16–22. https://doi.org/10.30596/jrab.v20i1.4755 Adeline, R. (2020). PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2018). Skripsi, 13. Almira, N. P. A. K., & Wiagustini, N. L. P. (2020). Return on Asset, Return on Equity, Dan Earning Per Share Berpengaruh Terhadap Return Saham. EJurnal Manajemen, 45(Supplement), S-102. Ardyaksa, T. K., & Kiswanto. (2014). Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi Dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion. Accounting Analysis Journal, 3(4), 475–484. https://doi.org/10.15294/aaj.v3i4.4209 Ayu Yuni Astuti, Elva Nuraina, A. L. W. (2017). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA. September. Barid, F. M., & Wulandari, S. (2021). Praktik Penghindaran Pajak Sebelum dan Setelah Pandemi Covid – 19 di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi & Perpajakan (JRAP), 8(02), 68–74. https://doi.org/10.35838/jrap.2021.008.02.17 Bbc.com. (2020). Facebook, Google and Microsoft “avoiding $3bn in tax in poorer nations” - BBC News. https://www.bbc.com/news/business-54691572 bloombergtax.com. (2022). Barclays, HSBC, NatWest Targeted in $745 Million Tax Crackdown. https://news.bloombergtax.com/daily-tax-reportinternational/barclays-hsbc-natwest-targeted-in-745-million-tax-crackdown Chusaeri, Y., Diana, N., & Afifudin, A. (2017). PENGARUH PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN WAJIB PAJAK TENTANG PERATURAN PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, KUALITAS PELAYANAN, DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (STUDI SAMSAT KOTA BATU). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 6(09). Cnn.com. (2021). Sri Mulyani Kini Bisa Kejar Pajak Google, Facebook, Netlfix. https://www.cnbcindonesia.com/news/20211009173011-4-282667/srimulyani-kini-bisa-kejar-pajak-google-facebook-netlfix cnnindonesia.com. (2021). Diperiksa Ulang, Pajak Bank Panin Tahun 2016 Tembus Rp1,3 Triliun. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211124004032-12725191/diperiksa-ulang-pajak-bank-panin-tahun-2016-tembus-rp13-triliun Davidson, W. N. (Wallace N. (2020). Financial statement analysis : basis for management advice. 49 Dewinta, I., & Setiawan, P. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3), 1584–1615. Dr. Titi Muswati Putranti, M. S., Wismodro Jati, S.Sos, M. I. T., & Maria R.U.D. Tambunan, S.I.A, M. (2015). Studi Penghindaran Pajak - Kegiatan Jasa Perbankan di Indonesia. Https://Responsibank.Id/, 45. https://responsibank.id/banks/studi-kasus/penghindaran-pajak/ Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2008). Long-run corporate tax avoidance. Accounting Review, 83(1), 61–82. https://doi.org/10.2308/accr.2008.83.1.61 Fajri, C., Amelya, A., & Suworo, S. (2022). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Indonesia Applicad. JIIP Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(1), 369–373. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i1.425 Flesher, D. L., & Previts, G. J. (2013). Donaldson brown (1885-1965): The power of an individual and his ideas over time. Accounting Historians Journal, 40(1), 51–78. https://doi.org/10.2308/0148-4184.40.1.79 Ghozali, I. (2017). Analisis multivariat dan ekonometrika: teori, konsep, dan aplikasi dengan eview 10. http://senayan.iainpalangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=14026 Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A review of tax research. Journal of Accounting and Economics, 50(2–3), 127–178. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2010.09.002 Hidayat, W. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3(1), 19–26. https://doi.org/10.36226/jrmb.v3i1.82 Honggo, K., & Marlinah, A. (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Sales Growth, dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 21(1), 9–26. icij.org. (2019). HSBC To Pay $192m Penalty For Helping Americans Evade Taxes - ICIJ. https://www.icij.org/investigations/swiss-leaks/hsbc-to-pay192m-penalty-for-helping-americans-evade-taxes/ Indriyani, E. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. 10(September), 333–348. https://doi.org/10.15408/akt.v10i2.4649 Jasmine, U., Zirman, Z., & Paulus, S. (2017). Pengaruh Leverage, Kepelimikan Institusonal, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bei Tahun 20122014). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 4(1), 1786–1800. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). THEORY OF THE FIRM : 50 MANAGERIAL BEHAVIOR , AGENCY COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE I . Introduction and summary In this paper WC draw on recent progress in the theory of ( 1 ) property rights , firm . In addition to tying together elements of the theory of e. 3, 305–360. Kim, J. H., & Im, C. C. (2017). The study on the effect and determinants of smalland medium-sized entities conducting tax avoidance. Journal of Applied Business Research, 33(2), 375–390. https://doi.org/10.19030/jabr.v33i2.9911 Machfoedz, M. (1996). “Akuntansi Manajemen Perencanaan dan Pembuatan Keputusan Jangka Pendek.” Edisi Kelima. Buku 1. https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=machfoedz+1 996&btnG= Mahdiana, M. Q., & Amin, M. N. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Trisakti, 7(1), 127–138. https://doi.org/10.25105/jat.v7i1.6289 Masdi, A. (2021). Menakar Penerimaan Pajak di Tahun Pandemi. Kemenkeu.Go.Id. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-danopini/menakar-penerimaan-pajak-di-tahun-pandemi/ Maskami, S., Putra, R. B., & Pondrinal, M. (2022). Bond Prices Through Bond Ranking As Intervening Variables: Liquidity,. 3(April), 122–142. Meiliani, L. (2017). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan Firm Size Sebagai Variabel Intervining Pada Perusahaan Manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2016. Jurnal of Management, 3(3), 1–9. Mitnick, B. M. (2019). Origin of the Theory of Agency: An Account By One of the Theory’s Originators. SSRN Electronic Journal, May 2019. https://doi.org/10.2139/ssrn.1020378 Novianto, R. A. (2021). The Influence Of Liquidity And Profitability On Tax Avoidance (Case Study On Consumption Goods Industry Registered On The Idx 2015-2019). Turkish Journal of Computer and Mathematics Education, 12(11), 1358–1370. www.cnbcindonesia.com, Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 23–40. https://doi.org/10.24167/JAB.V15I1.1349 Pradnyandari, A. A. I. R., & Putra Astika, I. B. (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Saham, Financial Leverage, Profitabilitas Pada Tindakan Perataan Laba di Sektor Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, 27, 149. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v27.i01.p06 PUSPITA, D., & FEBRIANTI, M. (2018). Faktor-faktor yang memengaruhi penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 19(1), 38–46. https://doi.org/10.34208/jba.v19i1.63 51 Reuters.com. (2017). Indonesia has reached tax deal with Google for 2016, finance minister says | Reuters. https://www.reuters.com/article/usindonesia-google-idUSKBN1940EM Rosdiani, N., & Hidayat, A. (2020). Pengaruh Derivatif Keuangan, Konservatisme Akuntansi dan Intensitas Aset Tetap terhadap Penghindaran Pajak. Journal of Technopreneurship on Economics and Business Review, 1(2), 131–143. https://doi.org/10.37195/jtebr.v1i2.43 Rozak, T. S. (2017). PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE. 3(8), 85–102. http://clpsy.journals.pnu.ac.ir/article_3887.html Satyadini, A. E., Erlangga, R. R., & Steffi, B. (2019). Who Avoid Taxes? an Empirical Study From the Case of Indonesia. Scientax, 1(1), 1–26. https://doi.org/10.52869/st.v1i1.2 Solomon, S. J., Bendickson, J. S., Marvel, M. R., McDowell, W. C., & Mahto, R. (2021). Agency theory and entrepreneurship: A cross-country analysis. Journal of Business Research, 122(September 2020), 466–476. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.09.003 Sonia, S., & Suparmun, H. (2019). Factors Influencing Tax Avoidance. Advances in Economics, Business and Management Research, 73. Trisanti, T. (2021). Determination Causes of Tax Avoidance on Indonesian Manufacturing Firms with Capital Intensity as Intervening Variables. Wahana: Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 24(1), 100–115. https://doi.org/10.35591/wahana.v24i1.300 Wardiyah, M. L. (2017). Manajemen Pasar Uang dan Modal. 52