LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PADA PESERTA DIDIK KELAS X-1 SMA N 11 SEMARANG TIM PENGUSUL Endang Dian Rokhmawati, S.Pd. Dr. Ellianawati, M.Si. Dr. Bambang Subali, M.Pd. 4201022103 197411262005012001 197512272005011001 LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG MEI, 2023 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PADA PESERTA DIDIK KELAS X-1 SMA N 11 SEMARANG Abstrak Majunya tingkat pendidikan dapat menjadi investasi yang menjanjikan bagi generasi penerus bangsa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan suatu bangsa, yakni: kemampuan kolaborasi, hasil belajar peserta didik, dll. Observasi, wawancara dan asesmen diagnostik telah dilakukan di kelas X-1 SMA N 11 Semarang dan ditemukan permasalahan berupa rendahnya kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Strategi yang dirancang untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni melalui pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan gaya belajar, minat, hingga level kemampuan peserta didik. Kemampuan kolaborasi dinilai melalui penilaian oleh observer dengan panduan rubrik penilian kemampuan kolaborasi dan hasil belajar dianalisis dari hasil asesmen formatif di setiap akhir siklus. Keberhasilan penelitian ini dinilai dari ketercapaian setiap indikatornya apabila memenuhi 85% dari total populasi kelas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi pada kelas X-1 SMA N 11 Semarang dengang target luaran berupa laporan akhir PTK yang dipublikasikan pada jurnal sinta 4. Keyword Kemampuan Kolaborasi; Hasil Belajar; Pembelajaran Berdiferensiasi. Pendahuluan Pendidikan, merupakan salah satu pilar yang menjadi ujung tombak kemajuan suatu negara. Majunya tingkat pendidikan dapat menjadi investasi yang menjanjikan bagi generasi penerus bangsa. Hal ini selaras dengan visi Indonesia untuk menjadi Indonesia emas pada tahun 2045 mendatang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan suatu bangsa, diantaranya yakni: kemampuan kolaborasi (1), literasi (2), komunikasi (3), hasil belajar atau ujian (4,5), dll. Sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dalam kurun waktu tiga tahun, banyak peserta didik yang sulit berkolaborasi dalam kegiatan kelompok (6). Hal ini cukup memprihatinkan mengingat kemampuan kolaborasi merupakan salah satu komponen yang ada dalam tuntutan kemampuan abad 21 (7–9). Kemampuan kolaborasi dapat dimaknai sebagai kemampuan seseorang dalam bekerja sama, aktif dalam kegiatan diskusi dan menghargai pendapat dalam sebuah kelompok (10). Selanjutnya, Zubaidah (2016) dalam jurnalnya menyatakan bahwa kemampuan kolaborasi dapat merangsang peserta didik untuk berdiskusi, menyampaikan pendapat hingga menghasilkan ide kreatif untuk menganalisis hingga menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru(11). Selain itu, pandemi Covid-19 juga turut berperan terhadap turunnya hasil belajar peserta didik (12). Nurhayati (2017), dalam jurnalnya mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diraih peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dengan ditandainya perubahan perilaku (13). Sedangkan, menurut Dakhi (2020) hasil belajar diidentifikasi sebagai output yang didapatkan peserta didik secara akademis melalui kegiatan pembelajaran guna menunjang hasil tersebut (4). Output tersebut dapat berupa prestasi pencapaian nilai tertentu sesuai dengan batas nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Wawancara, observasi, dan asesmen diagnostik telah dilakukan di SMA N 11 Semarang kelas X-1. Dari kegiatan tersebut, didapatkan beberapa masalah berikut: (1) Rendahnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif dimana hanya 40% peserta didiknya saja yang lulus KKM (2) Kurangnya kemampuan kolaborasi siswa dalam kegiatan kelompok (3) Terdapat ragam gaya belajar yang didominasi anak kinestetik (4) Kemampuan peserta didik yang tidak merata yang didominasi dengan peserta didik level menengah, dan (5) Pembelajaran yang tidak berorientasi pada peserta didik. Dari data yang didapatkan, diketahui bahwa kelas X-1 memiliki tipe gaya belajar dan tingkat kemampuan yang beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik. Permasalahan tersebut diduga pemicu rendahnya hasil belajar serta kurangnya kemampuan kolaborasi antar peserta didik dalam kegiatan kelompok. Dari permasalahan tersebut, peneliti bersama guru kelas dan dosen pembimbing memilih pembelajaran berdiferensiasi untuk mengatasi permasalahan di kelas X-1. Pembelajaran diferensiasi digunakan untuk menyediakan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan mengakomodasi pembelajaran yang sesuai gaya belajar (diferensiasi konten) dan level kemampuan peserta didik (diferensiasi proses) (14). Selain itu, peserta didik juga dibebaskan dalam mengumpulkan tugas proyek sesuai preferensi dan kemampuannya (diferensiasi produk) serta duduk berkelompok dalam lingkaran untuk memudahkan berkolaborasi dalam kegiatan diskusi (diferensiasi lingkungan belajar) (15). Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan dan preferensi yang berbeda-beda (16). Oleh karena itu, guru dapat menyiapkan bahan belajar, strategi pembelajaran, penugasan kelompok hingga asesmen yang sesuai dengan keragaman peserta didiknya (17). Selain itu, pembuatan kelompok perlu memperhatikan gaya belajar, level kemampuan peserta didik serta distribusi peserta didik lakilaki yang merata dalam setiap kelompok dengan meilhat hasil asesmen diagnostik yang sudah dilakukan guru sebelumnya (18). Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan pada bulan April-Mei 2023. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini agar sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar serta kemampuan kolaboratif peserta didik melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni seluruh peserta didik di kelas X-1 SMA N 11 Semarang yang berjumlah 36, dengan distribusi 20 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yakni melalui lembar observasi kemampuan kolaborasi dan lembar penilaian asesmen formatif. Lembar observasi dilengkapi dengan rubrik penilaian sebagai panduan observer untuk menilai kemampuan kolaborasi peserta didik yang dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya, untuk mengukur peningkatan hasil belajar peserta didik, asesmen formatif diberikan di setiap akhir siklus dengan indikator keberhasilan tindakan kelas apabila 85% peserta didik lulus mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan sekolah. KKM yang ditentuan sekolah yakni 75 dari nilai maksimal 100. No. Aspek yang Kriteria Skor dinilai 1 1 2 3 Mengemukakan Kurang mampu Mampu Mampu Mampu pendapat dalam menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan gagasan dan gagasan dan gagasan dan gagasan dan pendapat terkait pendapat terkait pendapat terkait pendapat terkait materi materi materi materi pembelajaran pembelajaran pembelajaran pembelajaran. dengan cukup dengan baik. dengan sangat baik. 2 Kerja sama baik. Tidak aktif Aktif dalam Aktif dalam Aktif dalam dalam kerja kerja kelompok, kerja kelompok, kerja kelompok, kelompok, tidak tidak bersedia bersedia bersedia bersedia membantu membantu membantu membantu rekan rekan rekan rekan kelompok, kelompok, kelompok, kelompok, melakukan melakukan melakukan melakukan tugas seenaknya tugas sesuai tugas sesuai tugas seenaknya sendiri. pembagian. pembagian sendiri. 3 4 Toleransi kelompok. Tidak mau Kurang baik Mampu Mampu menerima dan dalam menerima dan menerima dan memahami menerima dan memahami memahami penjelasan memahami penjelasan penjelasan teman serta penjelasan teman serta teman serta tidak teman serta menghargai menghargai menghargai kurang perbedaan perbedaan perbedaan menghargai pendapat dalam pendapat dalam pendapat dalam perbedaan kegiatan kegiatan kegiatan pendapat dalam kelompok kelompok kelompok. kegiatan pendapat dengan sangat kelompok. dengan baik. baik. 4 Kreatif Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan yang kurang yang cukup baik yang baik dalam yang sangat baik dalam dalam mencari mencari baik dalam mencari jawaban, jawaban, mencari jawaban, menemukan menemukan jawaban, menemukan gagasan baru, gagasan baru, menemukan gagasan baru, dan kemampuan dan kemampuan gagasan baru, dan kemampuan bertanya. bertanya. dan kemampuan bertanya. 5 bertanya. Mengemukakan Kurang mampu Mampu Mampu Mampu pendapat dalam menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan gagasan dan gagasan dan gagasan dan gagasan dan pendapat terkait pendapat terkait pendapat terkait pendapat terkait materi materi materi materi pembelajaran pembelajaran pembelajaran pembelajaran. dengan cukup dengan baik. dengan sangat baik. baik. Tabel 1. Rubrik penilaian kemampuan kolaborasi Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas, dimana terdapat dua siklus dengan tiga pertemuan setiap siklusnya. Merujuk Sarwi dan Rusilowati (2013) dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Kependidikan: Teori dan Aplikasinya”, terdapat empat komponen pokok dalam penelitian tindakan kelas, yakni: planning (perencanaan), acting (tindakan pelaksanaan), observing (pengamatan) dan reflecting (kegiatan refleksi) (19). Desain penelitian yang akan dilakukan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini: Gambar 1. Desain penelitian PTK (20) Siklus I Pada tahap perencanaan, peneliti melakukkan perencanaan dari hasil observasi, wawancara dan asesmen diagnostik yang telah dilakukan. Perencanaan tersebut berupa pembuatan modul ajar untuk satu siklus yang terdiri dari tiga pertemuan. Modul ajar tersebut sudah dilengkapi dengan perangkat pembelajaran seperti LKPD, LDPD, bahan ajar, asesmen, lembar penilaian, dll. Selanjutnya, pada tahap tindakan (acting) peneliti melakukan pembelajaran dalam tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, melakukan kegiatan diskusi kelompok dari LDPD serta memberikan penugasan untuk membuat mind map dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Pada pertemuan ke-dua, peneliti menjelaskan terkait kegiatan yang akan dilakukan yakni bazar ilmu dari mind map yang telah dibuat masing-masing kelompok. Bazar ilmu ini merupakan modifikasi dari metode “two staytwo stray” dimana empat peserta didik dalam kelompok diminta untuk berkunjung dalam stand kelompok lain dan mencatat hasil temuan mereka, sementara tiga orang lainnya menjelaskan kepada peserta didik lain yang berkunjung di stand mereka. Pada pertemuan ke-tiga, peneliti melaksanakan asesmen formatif dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahapan observasi, peneliti melakukan observasi kemampuan kolaborasi peserta didik dengan panduan rubrik penilaian yang sudah dibuat. Peneliti juga melakukan analisis hasil belajar peserta didik dari asesmen formatif yang sudah dilaksanakan hingga didapatkan prosentase ketuntasan hasil belajar. Selanjutnya, pada tahapan refleksi sebagai akhir dari siklus I, dilakukan evaluasi hasil kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Hasil refleksi tersebut kemudian menjadi bahan evaluasi perbaikan untuk siklus II dan seterusnya. Siklus II Pada siklus II, pembelajaran dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari beberapa indikator yang belum tercapai di siklus I. Pada siklus II ini, fokus pembelajaran lebih ditekankan kepada peserta didik melalui pembelajaran berbasis proyek. Kolaborasi pembelajaran berdiferensiasi dan proyek dilakukan guna meningkatkan kemampuan kolaborasi dan pemahaman peserta didik secara menyeluruh dan utuh. Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian ini,didapatkan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dari hasil observasi dan dokumentasi yang menggambarkan kegiatan kolaborasi di kelas, sedangkan data kuantitatif didapatkan dari penilaian hasil belajar peserta didik yang diberikan di setiap akhir siklus. A. Kemampuan Kolaborasi Hasil peningkatan kemampuan kolaborasi peserta didik di kelas X-1 SMA N 11 Semarang dari tindakan kelas yang sudah dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. KEM AM PUAN KOLAB OR AS I 35 Peserta didik yang tuntas 35 30 25 24 20 15 10 5 0 Siklus 1 Siklus 2 Gambar 2. Perbandingan kemampuan kolaborasi peserta didik Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan kemampuan kolaborasi peserta didik pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, terdapat 24 peserta didik yang memiliki kemampuan kolaborasi berdasarkan observasi pada lima indikator pada rubrik penilaian. Hasil tersebut apabila dikalkulasi hanya berada pada prosentase 66,67%, dimana belum memenuhi target yang ditentukan yakni 85%. Perbaikan dilakukan pada siklus II dengan menerapkan model Project Based Learning (PjBL) dengan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Guru memberikan pendampingan khusus pada setiap kelompok terkait proyek yang akan dilakukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Pendampingan khusus melalui media WhatsApp pada kegiatan proyek Kelompok yang disusun sama dengan siklus I, yakni sesuai dengan gaya belajar serta distribusi jumlah peserta didik dengan level tinggi dan jumlah peserta didik laki-laki yang merata pada setiap kelompoknya. Melalui perbaikan yang dilakukan pada siklus II, didapatkan hasil terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada kemampuan kolaborasi peserta didik menjadi 97,2% dengan capaian 35 dari total 36 peserta didik. B. Hasil Belajar Hasil peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas X-1 SMA N 11 Semarang dari tindakan kelas yang sudah dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tuntas 20 55,6% 32 88,9% 34 94,4% Tidak Tuntas 16 44,4% 4 11,1% 2 5,6% Jumlah 28 100% 28 100% 28 100% Skor Maksimal 88 100 100 Skor Minimal 35 15 70 Rata-rata 65 86,5 88,7 Tabel 2. Perbandingan hasil belajar peserta didik Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik baik pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I, terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan ditandainya jumlah peserta didik yang lulus KKM sebanyak 32 orang dengan persentase 88,9%. Jumlah ini sudah memenuhi target yang sudah ditentukan sebelumnya dibagian perancangan yakni 85% peserta didik lulus KKM. Penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi diikuti dengan metode bazar ilmu menjadi kunci utama keberhasil capaian hasil belajar di kelas X-1. Bazar ilmu merupakan modifikasi dari metode two stay – two stray dimana dibuat stand untuk masing-masing kelompok dengan tiga orang yang menetap dan empat orang yang berpencar berkunjung pada stand kelompok lain. Tiga orang yang menetap ini bertugas untuk menjelaskan pada orang-orang yang berkunjung ke stand mereka. Selanjutnya, peserta didik yang berkunjung bertugas untuk mencatat ilmu yang didapatkan pada setiap stand untuk dibawa dan dijelaskan pada rekan kelompoknya masing-masing. Praktik pembelajaran dengan metode bazar ilmu dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. 1. Perencanaan produk 2. Pendampingan kelompok 3. 3 orang yang stay mempresentasikan 4. 4 orang yang stray mencatat hasil temuan produknya, guru melakukan penilaian. mereka untuk dibawa ke kelompok awal. Gambar 3. Desain pelaksanaan pembelajaran dengan metode bazar ilmu Walau sudah mencapai target yang sudah ditentukan sebelumnya, masih terdapat kekurangan pada siklus I, diantaranya yakni nilai minimal yang diraih peserta didik justru lebih rendah dari nilai minimal di pra siklus. Oleh karena itu, terdapat perbaikan berupa pendampingan pembelajaran di luar kelas untuk proyek yang dilakukan pada siklus dua. Pendampingan tersebut dilakukan melalui diskusi di WhatsApp diiringi dengan penguatan pemahaman konsep terkait topik yang diajarkan. Setelah dilakukan perbaikan, terdapat peningkatan nilai peserta didik secara merata, ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai menjadi 88,7 yang sebelumnya pada siklus I hanya 86,5. Selain itu, nilai minimum dan ketuntasan pada siklus II merupakan yang tertinggi dibanding dengan pra siklus dan siklus I yakni 70 dengan presentase keululusan 94,4%. Simpulan & Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi pada kelas X-1 SMA N 11 Semarang. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang optimal pada permasalahan rendahnya hasil belajar, namun belum mengatasi masalah terkait kurangnya kemampuan kolaborasi peserta didik. Hal ini dapat dilihat dimana kemampuan kolaborasi peserta didik yang tuntas hanya 66,67% dari keseluruhan siswa dan 88,9% peserta didik yang sudah lulus KKM pada hasil belajar. Pada siklus II, indikator penelitian dapat tercapai semua sesuai target yang sudah disusun di awal dengan perbaikan berupa pelaksanaan proyek dan pendampingan khusus kepada setiap kelompok. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan kemampuan kolaborasi peserta didik menjadi 97,2% dan peningkatan hasil belajar peserta didik menjadi 94,4%. Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan,ada beberapa saran yang dapat dilakukan apabila mengadopsi strategi pembelajaran berdiferensiasi untuk mengatasi rendahnya kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Beberapa saran tersebut yakni: (1) Bagi pihak sekolah, hendaknya memberikan pelatihan kepada guru-guru terkait praktik pembelajaran berdiferensiasi, sehingga dapat menciptakan praktik pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, (2) Bagi guru, hendaknya dapat menerapkan startegi pembelajaran berdiferensiasi baaik proses, konten, produk maupun hasil belajar untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, (3) Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan kajian lebih mendalam terkait strategi pembelajaran berdiferensiasi ini dengan mencoba berbagai metod-metode lainnya yang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Daftar Pustaka 1. Pratiwi HR, Juhanda A. Analysis Of Student Collaboration Skills Through Peer Assessment Of The Respiratory System Concept. J Biol Educ. 2020;3(2):111. 2. A’yun Q. Analisis Tingkat Literasi Digital Dan Keterampilan Kolaborasi Siswa Dalam Pembelajaran IPA Kelas VII Secara Daring. J Didiaktika Pendidik Dasar. 2021;5(1):271–90. 3. Hayat MS, Rustaman NY, Rahmat A, Redjeki S. Perkembangan Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi Mahasiswa dalam Pembelajaran Inkuiri Berorientasi Entrepreneurship pada Mata Kuliah Keanekaragaman Tumbuhan. J Magifera Edu. 2019;4(1):19–31. 4. Dakhi AS. Peningkatan Hasil Belajar Siswa. J Educ Dev. 2020;8(2):468–70. 5. Yuafian R, Astuti S. Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Modelpembelajaran Problem Based Learning (PBL). J Ris Pendidik Dasar. 2020;03(April):17–24. 6. Abdullah H, Malago JD, Arafah K. The Implementation of Physics Learning through Online mode During Pandemic COVID-19 Using Metacognitive Knowledge-Based Materials. J Pendidik IPA Indones. 2021;10(2):220–7. 7. NEA. An Educator’s Guide to the “Four Cs.” Washington D.C.: National Education Association; 2012. 8. Bialik M, Fadel C. Skills for the 21st century: What should studenst learn? In: Center for Curriculum Redesign. 2015. p. 1–18. 9. Kemendikbud. Bahan Ajar Pengenalan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum 2013 (Terintegrasi PPK, Literasi, HOTS, 4Cs). Jakarta: Dirjen GTK Kemendikbud; 2019. 10. Greenstein L. Assessing 21st century skills: a guide to evaluating mastery and authentic learning. London: Sage Publications; 2012. 11. Zubaidah S. Keterampilan abad ke-21: keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran. In: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. 2016. p. 1–10. 12. Ellianawati, Subali B, Khotimah SN, Cholila M, Darmahastuti H. Face-to-Face Mode Vs. Online Mode: A Discrepancy In Analogy-Based Learning During Covid-19 Pandemic. J Pendidik IPA Indones. 2021;10(3). 13. Nurhayati N. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto. JPF J Pendidik Fis. 2017;2(1):46–54. 14. Subban P. Differentiated instruction: A research basis. Int Educ J. 2006;7(7):935–47. 15. Kristiani H, Susanti EI, Purnamasari N, Purba M, Saad MY, Anggaeni. Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek; 2021. 19–23 p. 16. MS M. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya. SENTRI J Ris Ilm. 2023;2(2):533–43. 17. Purba M, Purnamasari N, Soetantyo S, Suwarma IR, Susanti EI. Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi ( Differentiated Instruction ). Purba M, Saad MY, Falah M, editors. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek; 2021. 102 p. 18. Kamal S. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Barabai. J pembelajaran pendiidkan. 2021;1(1):89–100. 19. Sarwi, Rusilowati A. Penelitian Kependidikan: Teori dan Aplikasinya. Semarang: Unnes Press; 2013. 20. Negoro RA, Hidayah H, Rusilowati A, Subali B. Upaya Membangun Ketrampilan Berpikir Kritis Menggunakan Peta Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Fisika. J Pendidik (Teori dan Prakt. 2018;3(1):45–51.