Uploaded by Endang Dian

Endang Laporan akhir PTK

advertisement
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORASI DAN HASIL
BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PADA
PESERTA DIDIK KELAS X-1
SMA N 11 SEMARANG
TIM PENGUSUL
Endang Dian Rokhmawati, S.Pd.
Dr. Ellianawati, M.Si.
Dr. Bambang Subali, M.Pd.
4201022103
197411262005012001
197512272005011001
LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
MEI, 2023
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PADA PESERTA DIDIK KELAS X-1
SMA N 11 SEMARANG
Abstrak
Majunya tingkat pendidikan dapat menjadi investasi yang menjanjikan bagi generasi penerus
bangsa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan suatu bangsa, yakni:
kemampuan kolaborasi, hasil belajar peserta didik, dll. Observasi, wawancara dan asesmen
diagnostik telah dilakukan di kelas X-1 SMA N 11 Semarang dan ditemukan permasalahan
berupa rendahnya kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini
dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam
dua siklus. Strategi yang dirancang untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni melalui
pembelajaran
berdiferensiasi
untuk
mengakomodasi
kebutuhan
belajar
peserta
didik
berdasarkan gaya belajar, minat, hingga level kemampuan peserta didik. Kemampuan
kolaborasi dinilai melalui penilaian oleh observer dengan panduan rubrik penilian kemampuan
kolaborasi dan hasil belajar dianalisis dari hasil asesmen formatif di setiap akhir siklus.
Keberhasilan penelitian ini dinilai dari ketercapaian setiap indikatornya apabila memenuhi
85% dari total populasi kelas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan kolaborasi dan hasil belajar
peserta didik
melalui strategi
pembelajaran berdiferensiasi pada kelas X-1 SMA N 11 Semarang dengang target luaran
berupa laporan akhir PTK yang dipublikasikan pada jurnal sinta 4.
Keyword
Kemampuan Kolaborasi; Hasil Belajar; Pembelajaran Berdiferensiasi.
Pendahuluan
Pendidikan, merupakan salah satu pilar yang menjadi ujung tombak kemajuan suatu
negara. Majunya tingkat pendidikan dapat menjadi investasi yang menjanjikan bagi generasi
penerus bangsa. Hal ini selaras dengan visi Indonesia untuk menjadi Indonesia emas pada tahun
2045 mendatang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan suatu bangsa,
diantaranya yakni: kemampuan kolaborasi (1), literasi (2), komunikasi (3), hasil belajar atau
ujian (4,5), dll.
Sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dalam kurun waktu tiga tahun, banyak peserta
didik yang sulit berkolaborasi dalam kegiatan kelompok (6). Hal ini cukup memprihatinkan
mengingat kemampuan kolaborasi merupakan salah satu komponen yang ada dalam tuntutan
kemampuan abad 21 (7–9). Kemampuan kolaborasi dapat dimaknai sebagai kemampuan
seseorang dalam bekerja sama, aktif dalam kegiatan diskusi dan menghargai pendapat dalam
sebuah kelompok (10). Selanjutnya, Zubaidah (2016) dalam jurnalnya menyatakan bahwa
kemampuan kolaborasi dapat merangsang peserta didik untuk berdiskusi, menyampaikan
pendapat hingga menghasilkan ide kreatif untuk menganalisis hingga menyelesaikan suatu
permasalahan yang diberikan oleh guru(11).
Selain itu, pandemi Covid-19 juga turut berperan terhadap turunnya hasil belajar peserta
didik (12). Nurhayati (2017), dalam jurnalnya mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang diraih peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dengan ditandainya perubahan perilaku
(13). Sedangkan, menurut Dakhi (2020) hasil belajar diidentifikasi sebagai output yang
didapatkan peserta didik secara akademis melalui kegiatan pembelajaran guna menunjang hasil
tersebut (4). Output tersebut dapat berupa prestasi pencapaian nilai tertentu sesuai dengan batas
nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.
Wawancara, observasi, dan asesmen diagnostik telah dilakukan di SMA N 11 Semarang
kelas X-1. Dari kegiatan tersebut, didapatkan beberapa masalah berikut: (1) Rendahnya hasil
belajar siswa pada ranah kognitif dimana hanya 40% peserta didiknya saja yang lulus KKM
(2) Kurangnya kemampuan kolaborasi siswa dalam kegiatan kelompok (3) Terdapat ragam
gaya belajar yang didominasi anak kinestetik (4) Kemampuan peserta didik yang tidak merata
yang didominasi dengan peserta didik level menengah, dan (5) Pembelajaran yang tidak
berorientasi pada peserta didik. Dari data yang didapatkan, diketahui bahwa kelas X-1 memiliki
tipe gaya belajar dan tingkat kemampuan yang beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan
pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik. Permasalahan tersebut diduga pemicu
rendahnya hasil belajar serta kurangnya kemampuan kolaborasi antar peserta didik dalam
kegiatan kelompok.
Dari permasalahan tersebut, peneliti bersama guru kelas dan dosen pembimbing memilih
pembelajaran berdiferensiasi untuk mengatasi permasalahan di kelas X-1. Pembelajaran
diferensiasi digunakan untuk menyediakan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
dengan mengakomodasi pembelajaran yang sesuai gaya belajar (diferensiasi konten) dan level
kemampuan peserta didik (diferensiasi proses) (14). Selain itu, peserta didik juga dibebaskan
dalam mengumpulkan tugas proyek sesuai preferensi dan kemampuannya (diferensiasi produk)
serta duduk berkelompok dalam lingkaran untuk memudahkan berkolaborasi dalam kegiatan
diskusi (diferensiasi lingkungan belajar) (15).
Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu memahami bahwa setiap peserta didik
memiliki kemampuan dan preferensi yang berbeda-beda (16). Oleh karena itu, guru dapat
menyiapkan bahan belajar, strategi pembelajaran, penugasan kelompok hingga asesmen yang
sesuai dengan keragaman peserta didiknya (17). Selain itu, pembuatan kelompok perlu
memperhatikan gaya belajar, level kemampuan peserta didik serta distribusi peserta didik lakilaki yang merata dalam setiap kelompok dengan meilhat hasil asesmen diagnostik yang sudah
dilakukan guru sebelumnya (18).
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan pada bulan April-Mei 2023. Pendekatan deskriptif kualitatif
digunakan dalam penelitian ini agar sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar serta kemampuan kolaboratif peserta didik melalui strategi
pembelajaran berdiferensiasi. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni
seluruh peserta didik di kelas X-1 SMA N 11 Semarang yang berjumlah 36, dengan distribusi
20 orang perempuan dan 16 orang laki-laki.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yakni melalui lembar
observasi kemampuan kolaborasi dan lembar penilaian asesmen formatif. Lembar observasi
dilengkapi dengan rubrik penilaian sebagai panduan observer untuk menilai kemampuan
kolaborasi peserta didik yang dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya, untuk mengukur
peningkatan hasil belajar peserta didik, asesmen formatif diberikan di setiap akhir siklus
dengan indikator keberhasilan tindakan kelas apabila 85% peserta didik lulus mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan sekolah. KKM yang ditentuan sekolah
yakni 75 dari nilai maksimal 100.
No. Aspek
yang
Kriteria Skor
dinilai
1
1
2
3
Mengemukakan
Kurang mampu
Mampu
Mampu
Mampu
pendapat
dalam
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
gagasan dan
gagasan dan
gagasan dan
gagasan dan
pendapat terkait
pendapat terkait
pendapat terkait
pendapat terkait
materi
materi
materi
materi
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran.
dengan cukup
dengan baik.
dengan sangat
baik.
2
Kerja sama
baik.
Tidak aktif
Aktif dalam
Aktif dalam
Aktif dalam
dalam kerja
kerja kelompok,
kerja kelompok,
kerja kelompok,
kelompok, tidak
tidak bersedia
bersedia
bersedia
bersedia
membantu
membantu
membantu
membantu
rekan
rekan
rekan
rekan
kelompok,
kelompok,
kelompok,
kelompok,
melakukan
melakukan
melakukan
melakukan
tugas seenaknya
tugas sesuai
tugas sesuai
tugas seenaknya
sendiri.
pembagian.
pembagian
sendiri.
3
4
Toleransi
kelompok.
Tidak mau
Kurang baik
Mampu
Mampu
menerima dan
dalam
menerima dan
menerima dan
memahami
menerima dan
memahami
memahami
penjelasan
memahami
penjelasan
penjelasan
teman serta
penjelasan
teman serta
teman serta
tidak
teman serta
menghargai
menghargai
menghargai
kurang
perbedaan
perbedaan
perbedaan
menghargai
pendapat dalam
pendapat dalam
pendapat dalam
perbedaan
kegiatan
kegiatan
kegiatan
pendapat dalam
kelompok
kelompok
kelompok.
kegiatan
pendapat
dengan sangat
kelompok.
dengan baik.
baik.
4
Kreatif
Menunjukkan
Menunjukkan
Menunjukkan
Menunjukkan
kemampuan
kemampuan
kemampuan
kemampuan
yang kurang
yang cukup baik
yang baik dalam
yang sangat
baik dalam
dalam mencari
mencari
baik dalam
mencari
jawaban,
jawaban,
mencari
jawaban,
menemukan
menemukan
jawaban,
menemukan
gagasan baru,
gagasan baru,
menemukan
gagasan baru,
dan kemampuan
dan kemampuan
gagasan baru,
dan kemampuan
bertanya.
bertanya.
dan kemampuan
bertanya.
5
bertanya.
Mengemukakan
Kurang mampu
Mampu
Mampu
Mampu
pendapat
dalam
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
gagasan dan
gagasan dan
gagasan dan
gagasan dan
pendapat terkait
pendapat terkait
pendapat terkait
pendapat terkait
materi
materi
materi
materi
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran.
dengan cukup
dengan baik.
dengan sangat
baik.
baik.
Tabel 1. Rubrik penilaian kemampuan kolaborasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas, dimana
terdapat dua siklus dengan tiga pertemuan setiap siklusnya.
Merujuk Sarwi dan Rusilowati
(2013) dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Kependidikan: Teori dan Aplikasinya”,
terdapat empat komponen pokok
dalam penelitian tindakan kelas,
yakni: planning
(perencanaan), acting (tindakan pelaksanaan), observing (pengamatan) dan reflecting (kegiatan
refleksi) (19). Desain penelitian yang akan dilakukan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini:
Gambar 1. Desain penelitian PTK (20)
Siklus I
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukkan perencanaan dari hasil observasi,
wawancara dan asesmen diagnostik yang telah dilakukan. Perencanaan tersebut berupa
pembuatan modul ajar untuk satu siklus yang terdiri dari tiga pertemuan. Modul ajar tersebut
sudah dilengkapi dengan perangkat pembelajaran seperti LKPD, LDPD, bahan ajar, asesmen,
lembar penilaian, dll.
Selanjutnya, pada tahap tindakan (acting) peneliti melakukan pembelajaran dalam tiga
pertemuan. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, melakukan kegiatan diskusi kelompok dari LDPD serta memberikan penugasan untuk
membuat mind map dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Pada pertemuan ke-dua, peneliti
menjelaskan terkait kegiatan yang akan dilakukan yakni bazar ilmu dari mind map yang telah
dibuat masing-masing kelompok. Bazar ilmu ini merupakan modifikasi dari metode “two staytwo stray” dimana empat peserta didik dalam kelompok diminta untuk berkunjung dalam stand
kelompok lain dan mencatat hasil temuan mereka, sementara tiga orang lainnya menjelaskan
kepada peserta didik lain yang berkunjung di stand mereka. Pada pertemuan ke-tiga, peneliti
melaksanakan asesmen formatif dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.
Pada tahapan observasi, peneliti melakukan observasi kemampuan kolaborasi peserta
didik dengan panduan rubrik penilaian yang sudah dibuat. Peneliti juga melakukan analisis
hasil belajar peserta didik dari asesmen formatif yang sudah dilaksanakan hingga didapatkan
prosentase ketuntasan hasil belajar. Selanjutnya, pada tahapan refleksi sebagai akhir dari siklus
I, dilakukan evaluasi hasil kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Hasil refleksi
tersebut kemudian menjadi bahan evaluasi perbaikan untuk siklus II dan seterusnya.
Siklus II
Pada siklus II, pembelajaran dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari beberapa
indikator yang belum tercapai di siklus I. Pada siklus II ini, fokus pembelajaran lebih
ditekankan kepada peserta
didik
melalui pembelajaran
berbasis proyek.
Kolaborasi
pembelajaran berdiferensiasi dan proyek dilakukan guna meningkatkan kemampuan kolaborasi
dan pemahaman peserta didik secara menyeluruh dan utuh.
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini,didapatkan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
didapatkan dari hasil observasi dan dokumentasi yang menggambarkan kegiatan kolaborasi di
kelas, sedangkan data kuantitatif didapatkan dari penilaian hasil belajar peserta didik yang
diberikan di setiap akhir siklus.
A. Kemampuan Kolaborasi
Hasil peningkatan kemampuan kolaborasi peserta didik di kelas X-1 SMA N 11
Semarang dari tindakan kelas yang sudah dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
KEM AM PUAN KOLAB OR AS I
35
Peserta didik yang tuntas
35
30
25
24
20
15
10
5
0
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 2. Perbandingan kemampuan kolaborasi peserta didik
Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan kemampuan kolaborasi
peserta didik pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, terdapat 24 peserta didik yang
memiliki kemampuan kolaborasi berdasarkan observasi pada lima indikator pada rubrik
penilaian. Hasil tersebut apabila dikalkulasi hanya berada pada prosentase 66,67%,
dimana belum memenuhi target yang ditentukan yakni 85%. Perbaikan dilakukan pada
siklus II dengan menerapkan model Project Based Learning (PjBL) dengan strategi
pembelajaran berdiferensiasi. Guru memberikan pendampingan khusus pada setiap
kelompok terkait proyek yang akan dilakukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pendampingan khusus melalui media WhatsApp pada kegiatan proyek
Kelompok yang disusun sama dengan siklus I, yakni sesuai dengan gaya belajar serta
distribusi jumlah peserta didik dengan level tinggi dan jumlah peserta didik laki-laki yang
merata pada setiap kelompoknya. Melalui perbaikan yang dilakukan pada siklus II,
didapatkan hasil terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada kemampuan kolaborasi
peserta didik menjadi 97,2% dengan capaian 35 dari total 36 peserta didik.
B. Hasil Belajar
Hasil peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas X-1 SMA N 11 Semarang dari
tindakan kelas yang sudah dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel
2 berikut ini.
Kriteria
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Tuntas
20
55,6%
32
88,9%
34
94,4%
Tidak Tuntas
16
44,4%
4
11,1%
2
5,6%
Jumlah
28
100%
28
100%
28
100%
Skor Maksimal
88
100
100
Skor Minimal
35
15
70
Rata-rata
65
86,5
88,7
Tabel 2. Perbandingan hasil belajar peserta didik
Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik baik
pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I, terdapat peningkatan hasil belajar yang
signifikan dengan ditandainya jumlah peserta didik yang lulus KKM sebanyak 32 orang
dengan persentase 88,9%. Jumlah ini sudah memenuhi target yang sudah ditentukan
sebelumnya dibagian perancangan yakni 85% peserta didik lulus KKM. Penerapan
strategi pembelajaran berdiferensiasi diikuti dengan metode bazar ilmu menjadi kunci
utama keberhasil capaian hasil belajar di kelas X-1.
Bazar ilmu merupakan modifikasi dari metode two stay – two stray dimana dibuat stand
untuk masing-masing kelompok dengan tiga orang yang menetap dan empat orang yang
berpencar berkunjung pada stand kelompok lain. Tiga orang yang menetap ini bertugas
untuk menjelaskan pada orang-orang yang berkunjung ke stand mereka. Selanjutnya,
peserta didik yang berkunjung bertugas untuk mencatat ilmu yang didapatkan pada setiap
stand untuk dibawa dan dijelaskan pada rekan kelompoknya masing-masing. Praktik
pembelajaran dengan metode bazar ilmu dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
1. Perencanaan produk
2. Pendampingan kelompok
3. 3 orang yang stay mempresentasikan
4. 4 orang yang stray mencatat hasil temuan
produknya, guru melakukan penilaian.
mereka untuk dibawa ke kelompok awal.
Gambar 3. Desain pelaksanaan pembelajaran dengan metode bazar ilmu
Walau sudah mencapai target yang sudah ditentukan sebelumnya, masih terdapat
kekurangan pada siklus I, diantaranya yakni nilai minimal yang diraih peserta didik justru
lebih rendah dari nilai minimal di pra siklus. Oleh karena itu, terdapat perbaikan berupa
pendampingan pembelajaran di luar kelas untuk proyek yang dilakukan pada siklus dua.
Pendampingan tersebut dilakukan melalui diskusi di WhatsApp
diiringi dengan
penguatan pemahaman konsep terkait topik yang diajarkan. Setelah dilakukan perbaikan,
terdapat peningkatan nilai peserta didik secara merata, ditandai dengan meningkatnya
rata-rata nilai menjadi 88,7 yang sebelumnya pada siklus I hanya 86,5. Selain itu, nilai
minimum dan ketuntasan pada siklus II merupakan yang tertinggi dibanding dengan pra
siklus dan siklus I yakni 70 dengan presentase keululusan 94,4%.
Simpulan & Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan kolaborasi dan hasil belajar
peserta didik
melalui strategi
pembelajaran berdiferensiasi pada kelas X-1 SMA N 11 Semarang. Penerapan pembelajaran
berdiferensiasi pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang optimal pada permasalahan
rendahnya hasil belajar, namun belum mengatasi masalah terkait kurangnya kemampuan
kolaborasi peserta didik. Hal ini dapat dilihat dimana kemampuan kolaborasi peserta didik yang
tuntas hanya 66,67% dari keseluruhan siswa dan 88,9% peserta didik yang sudah lulus KKM
pada hasil belajar. Pada siklus II, indikator penelitian dapat tercapai semua sesuai target yang
sudah disusun di awal dengan perbaikan berupa pelaksanaan proyek dan pendampingan khusus
kepada setiap kelompok. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan kemampuan kolaborasi
peserta didik menjadi 97,2% dan peningkatan hasil belajar peserta didik menjadi 94,4%.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan,ada beberapa saran yang dapat
dilakukan
apabila
mengadopsi
strategi
pembelajaran
berdiferensiasi
untuk
mengatasi
rendahnya kemampuan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Beberapa saran tersebut
yakni: (1) Bagi pihak sekolah, hendaknya memberikan pelatihan kepada guru-guru terkait
praktik pembelajaran berdiferensiasi, sehingga dapat menciptakan praktik pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik, (2) Bagi guru, hendaknya dapat menerapkan startegi
pembelajaran berdiferensiasi baaik proses, konten, produk maupun hasil belajar untuk
mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, (3) Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya
melakukan kajian lebih mendalam terkait strategi pembelajaran berdiferensiasi ini dengan
mencoba berbagai metod-metode lainnya yang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan.
Daftar Pustaka
1.
Pratiwi HR, Juhanda A. Analysis Of Student Collaboration Skills Through Peer
Assessment Of The Respiratory System Concept. J Biol Educ. 2020;3(2):111.
2.
A’yun Q. Analisis Tingkat Literasi Digital Dan Keterampilan Kolaborasi Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Kelas VII Secara Daring. J Didiaktika Pendidik Dasar.
2021;5(1):271–90.
3.
Hayat MS, Rustaman NY, Rahmat A, Redjeki S. Perkembangan Keterampilan
Komunikasi dan Kolaborasi Mahasiswa dalam Pembelajaran Inkuiri Berorientasi
Entrepreneurship pada Mata Kuliah Keanekaragaman Tumbuhan. J Magifera Edu.
2019;4(1):19–31.
4.
Dakhi AS. Peningkatan Hasil Belajar Siswa. J Educ Dev. 2020;8(2):468–70.
5.
Yuafian R, Astuti S. Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Modelpembelajaran Problem Based Learning (PBL). J Ris Pendidik Dasar.
2020;03(April):17–24.
6.
Abdullah H, Malago JD, Arafah K. The Implementation of Physics Learning through
Online mode During Pandemic COVID-19 Using Metacognitive Knowledge-Based
Materials. J Pendidik IPA Indones. 2021;10(2):220–7.
7.
NEA. An Educator’s Guide to the “Four Cs.” Washington D.C.: National Education
Association; 2012.
8.
Bialik M, Fadel C. Skills for the 21st century: What should studenst learn? In: Center
for Curriculum Redesign. 2015. p. 1–18.
9.
Kemendikbud. Bahan Ajar Pengenalan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum 2013
(Terintegrasi PPK, Literasi, HOTS, 4Cs). Jakarta: Dirjen GTK Kemendikbud; 2019.
10.
Greenstein L. Assessing 21st century skills: a guide to evaluating mastery and
authentic learning. London: Sage Publications; 2012.
11.
Zubaidah S. Keterampilan abad ke-21: keterampilan yang diajarkan melalui
pembelajaran. In: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Persada
Khatulistiwa Sintang. 2016. p. 1–10.
12.
Ellianawati, Subali B, Khotimah SN, Cholila M, Darmahastuti H. Face-to-Face Mode
Vs. Online Mode: A Discrepancy In Analogy-Based Learning During Covid-19
Pandemic. J Pendidik IPA Indones. 2021;10(3).
13.
Nurhayati N. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping
Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto. JPF J Pendidik Fis.
2017;2(1):46–54.
14.
Subban P. Differentiated instruction: A research basis. Int Educ J. 2006;7(7):935–47.
15.
Kristiani H, Susanti EI, Purnamasari N, Purba M, Saad MY, Anggaeni. Model
Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran Kemendikbudristek; 2021. 19–23 p.
16.
MS M. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya. SENTRI J Ris Ilm.
2023;2(2):533–43.
17.
Purba M, Purnamasari N, Soetantyo S, Suwarma IR, Susanti EI. Prinsip
Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi ( Differentiated Instruction ). Purba M,
Saad MY, Falah M, editors. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Kemendikbudristek; 2021. 102 p.
18.
Kamal S. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Barabai.
J pembelajaran pendiidkan. 2021;1(1):89–100.
19.
Sarwi, Rusilowati A. Penelitian Kependidikan: Teori dan Aplikasinya. Semarang:
Unnes Press; 2013.
20.
Negoro RA, Hidayah H, Rusilowati A, Subali B. Upaya Membangun Ketrampilan
Berpikir Kritis Menggunakan Peta Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Fisika. J
Pendidik (Teori dan Prakt. 2018;3(1):45–51.
Download