TUGAS MERANCANG - 2 (STERN TUBE) Di susun oleh : NAMA NIM : Calvin Sandy Septyan : 20210220010 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2023 1 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) TUGAS MERANCANG - 2 (STERN TUBE) Tugas ini diberikan kepada : Nama NIM Mulai Tugas Selesai Tugas Dosen Pembimbing Metode yang di gunakan : Calvin Sandy Septyan : 20210220010 : Mei 2023 : Juli 2023 : 1. Arif Winarno, S.T., M.T. 2. Urip Prayogi, S,T., M.T. 3. Erik Sugianto, S.T., M.T., Ph.D. : BUKU PANDUAN MERANCANG STERN TUBE UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA. Mengetahui Dosen Pembimbing Arif Winarno, S.T., M.T NIP. 01234 Dosen Pembimbing Urip Prayogi, S.T., M.T. NIP. 01206 Dosen Pembimbing Erik Sugianto, S.T., M.T., Ph.D. NIP. 01655 Mengetahui Ketua Prodi Teknik Sistem Perkapalan Urip Prayogi, S.T., M.T. NIP. 01206 2 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Propeller and Stern Tube tepat pada waktu yang telah di tentukan. Tugas ini terdiri dari penentuan poros, penentuan sistem pelumasan,sampai perlengkapan poros. Seluruh bentuk hasil perancangan di lakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat yang telah di tentukan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang kami selesaikan masih jauh dari kriteria sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun kami dalam berproses agar lebih baik lagi di kemudian hari. 3 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) BAB I PENDAHULUAN Tabung poros atau tabung buritan adalah tabung yang terbuat dari besi tuang atau baja yang menyelubungi poros baling-baling yang dipasang diantara sekat kedap air buritan dan linggi baling-baling dan disebut juga sebagai tabung poros baling-baling. Seperti diketahui bahwa setiap benda yang berputar terhadap benda yang menimbulkan gesekan perlu padanya diberikan media pelumas, sebab tanpa ada pelumasan maka permukaan benda yang berputar itu akan langsung bergesekan yang mengakibatkan timbul panas dan akhirnya dengan cepat akan merusak permukaan masing-masing benda tersebut.Secara garis besar ada dua macam sistem pelumasan pada poros baling-baling terhadap bantalan, yaitupelumasan dengan air laut dan pelumasan dengan minyak.Dengan adanya dua macam sistem pelumasan itu, maka jenis bantalan yang digunakan pada masing-masing sistem juga berbeda, dimana pada sistem pelumasan dengan air laut tanpa menggunakan sistem kedap poros, sedangkan pada sistem pelumasan dengan minyak pelumas harus digunakan sistem kedap poros agar minyak pelumas tidak bercampur dengan air laut. 1. Pengertian Poros Propeller Poros propeller merupakan salah satu bagian terpenting dari instalasi penggerakkapal. Putaran mesin ditransmisikan ke propeller melalui poros, maka porossangat mempengaruhi kerja mesin bila terjadi kerusakan. Yang perlu diketahui adalah bahwa kedudukan poros propeller dengan mesin induk adalah harussegaris atau dengan kata lain harus dalam satu garis sumbu. Jika kelurusan garis atau sumbu porors dan mesin induk belum tercapai maka perlu dibuat tambahan dudukan untuk mesin atau mengurangi tinggi dengan jalan mengurangi tebal bantalan, asalkan tebal bantalan masih dalam batas yang memenuhi kriteria tebalminimum suatu bantalan. Bantalan juga digunakan untuk mengurangi terjadinyagetaran pada poros yang mengakibatkan berkurangnya efektifitas poros propeller juga untuk menghindari terjadinya deformasi pada poros propeller.Tenaga kerja yang dihasilkan mesin induk diteruskan dalam bentuk putaranmelalui serangkaian poros ke baling baling diberikan dorongan yangdibangkitkan oleh baling baling diteruskan ke badan kapal oleh poros baling baling. Rangkaian poros itu disebut “Shafting” dan pada umumnya terdiri dari bagian bagian berikut :1. Poros pendorong (Thrust Sahft) 2. Poros bagian tengah / poros antara 4 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) (intermediate shaft) 3. Poros baling baling (propeller shaft) Ketiga poros ini saling dihubungkan oleh flange couplings (sambungan flens). 2. Perhitungan Boss Propeller Boss dari baling-baling harus mampu menahan putaran poros sehingga balingbaling dapat memberikan gaya dorong pada kapal. Pembuatan boss propellertterdapat aturan tersendiri, setelah menentukan diameter shaft maka dapat pula mencari dimensi-dimensi pada boss propeller. 3. Perhitungan Spie Poros Propeller Perencanaan spie poros propeller atau pasak adalah baja lunak yangdisisipkan antara poros dengan boss propeller agar keduanya bersatu danmampu mentransmisikan putaran dari main engine. Pemilihan jenis pasaktergantung dari besarnya daya yang disalurkan pada bagian poros baling- baling. Jika ditinjau dari segi pemasangannya, pasak dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu : pasak benam, pasak pelana, pasak bulat, pasak bintang (spline). 4. Perencanaan Flens Propeller Perencanaan Flens Poros. Flens adalah suatu komponen yang digunakanuntuk menyambung antar suatu poros dengan poros yang lain. Dalam hal iniflens biasa disebut dengan kopling. Kopling flens terdiri atas naf dengan flensyang terbuat dari besi cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung porosdengan menggunakan baut pada flensnya. Ketebalan dari kopling flens padaintermediate dan thrust shaft pada bagian ujung depan shaft propeller minimal20% dari diameter poros yang direncanakan (BKI,2006). 5. Perencanaan Mur Pengikat Poros Propeller Perencanaan Mur Pengikat Flens Poros adalah suatu komponen yangmengikat flens poros yang menghubungkan suatu poros dengan poros yanglainnya. Perhitungan ini digunakan sebagai acuan pemillihan mur dan bautyang tersedia di pasaran. Diameter mur yang dipilih tidak boleh lebih kecildari perhitungan yang telah direncanakan. Diameter minimum (ds) baut yangdipasang di flange kopling ditentukan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan. 6. Perencanaan Stern Tube Stern tube merupakan selubung poros yang terletak di bagian belakang poros propeller.Bagian depan stern tube ini dibatasi oleh afterpeak bulkhead dan bagian belak ang disangga oleh sternpost. Stern tube ini berfungsi untuk menjaga kekedapankapal agar tidak terjadi kebocoran serta sebagai media pelumasan poros. Terdapat 2macam pelumasan poros pada stern tube, yaitu menggunakan air laut dan minyak. 5 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) BAB II PEMBAHASAN Data Kapal. Tipe kapal = OIL TANKER Panjang kapal = 87 Lebar (Bmld) = 13,5 Tinggi (Dmld) =7 Sarat (T) = 6.044 m Koefisien blok = 0,681 Displacement (Δ) = 5,104 ton Kecepatan dinas (Vd) = 14,1 knot m m m Data-data yang diperoleh dari propeller adalah : Type Propeler : B. 4.40 Diameter Propeler : 3,943 mm Putaran Propeler : 150 Rpm A. Perhitungan Poros. 1.Menghitung daya perencanaan SHP = π·π»π 0,98 = 2381,156 0,98 = 2429,751 π»π 2429,751 x 0,746 = 1812,594 Kw ( 1 HP = 0,746 Kw) Factor koreksi daya a. Fc= 1,2 – 2 (daya max) b. Fc= 0,8 – 1,2 ( daya rata-rata) c. Fc= 1,0 – 1,5 ( daya normal) Daya Perencanaan ( diambil Fc daya normal = 1) Pd = Fc . SHP = 1. 1812.594 = 1812,594 kw 6 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 2.Kebutuhan Torsi ππ T = 9,74.105 ( π ) = 9,74.105. 1812,594 150 = 117697,77 Kg.mm 3. Menghitung Tegangan yang diizinkan Dimana Qb= 58 kg/mm = 580 N/mm Sf1 = 6 Sf2 = 1,3-3 (diambil 1,5) ππ πa = ππ1.ππ2 = 58 6.1,5 = 6,4 ππ/ππ2 4.Menghiung diameter poros propeller ( Kt = 1,5 – 3 diambil 2 , cb = 1,2 - 2,3 diambil 2) 5,1 Ds = ( ππ . ππ‘. ππ. π)1/3 5,1 = (6,4 . 2.2.1176977)1/3 = 334,764 mm 5. Tegangan yang bekerja pada poros π= 5,1 .π π·π 3 = 5,1 .1176977 334,7643 = 1,6 ππ/ππ2 π < πa (memenuhi persyaratan) 6. Pemeriksaan persyaratan diameter poros π·π′ > π . π √ ππ€ . ππ€ π1 π . (1 − )4 ππ Pw = 1812,594 kw Rm = kuat tarik material propeller 400 - 600 N/mm2 (diambil 580) Cw = 560 / (Rm+160) = 560 / (580+160) = 0,757 f = 100 ( faktor tpe instalasi propeller) k = 1,15 ( tipe poros pada stern tube) π·π′ > 100 . 1,15 √ 1812,594 .0,757 150 .1 DS’ > 297,816 DS > DS 334,764 > 297,816 7 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) B. Perhitungan Boss Propeller. Db = 669,528 mm Tr = 177,435 mm Dba = 569,098 mm Dbf = 703,004 mm Lb = 803,433 mm Ln = 241,029 mm Tb = 133,076 mm Rf = Tb Rb = Tr 8 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) C. Perhitungan Kopling. Pw = 1812,594 Kw N = 150 rpm Ds = 334,764 mm Z = 8 (Jumlah baut kopling) rm = 580 N/mm 2 (kuat tarik dari material (400 – 600 N/mm²) df = 16 √ 106 .ππ€ π .π .π·π .π π = 16 √ 106 .2429,751 150 .8 .334,764 .580 = 51,668 mm 1. Diameter lur mur ( DO ) Do = 2 . df = 2 . 51,668 = 103,336 mm 2. Tinggi mur ( H ) H = 0,8 . df = 0,8 . 51,668 = 41,334 mm 3 . Flends kopling gear box A = 0,25 . Ds = 0,25 . 334,764 = 83,691 B = 0,5 . Ds = 0,5 . 334,764 = 167,382 mm C = 1,5 . Ds = 1,5 . 334,764 = 502,164 mm D = 2,5 . Ds = 2,5 . 334,764 = 836,91 mm E = 0,25 . Ds = 0,25 . 334,764 = 83,691 mm Lk = 1,5 . Ds = 502,164 mm = 1,5 . 334,764 mm Lc = 5 . Ds .0,5 = 5. 334,764 . 0,5 = 1,080 mm Z = Jumlah baut kopling diperkirakam sebanyak 8 buah 9 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) D. Perhitungan Mur Pengikat Propeller dan Kopling. 1. Diameter Baut ( d > 168 mm standar BKI) d = 168 (diambil 168) 2. Diameter Luar mur Do = 2. d = 2. 168 = 336 mm 3. Diameter inti d1`= 0,8 . d `= 0,8 . 168 `= 134,4 mm 4.Tinggi/ Tebal mur H = 0,8 . d = 0,8 . 1 ` = 134,4 mm E. Perhitungan Pasak Propeller dan Kopling. t = ππ€ (π − π) π· . 0,5 . 1 mw = 0,2 . Ds2 = 0,2 . 334,764 2 = 22413,387 mm2 tw = tegangan tukar sesuai harga material w = 29 N/mm 2 10 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) Mw = mw x tw = 22413,387 . 29 = 649988,223 N.mm = (40 - 70) N/mm2 (diambil 70) D t = 649988,223 (401,716 − 90,386 ) 70 . 0,5 . 1 = 59,650 N/mm2 1. Panjang pasak Lp = 1,2 . Ds = 1,2 . 334,764 = 401,716 mm 2. Lebar pasak Bp = 27% . Ds = 27% . 334,764 =90,386 mm 3. Radius R = 0,125 . Ds = 0,125 . 334,764 = 41,845 mm 4 . Tinggi pasak t = 1/6 . Ds = 1/6 . 334,764 = 55,794 mm 5 . Tinggi keseluruhan h max = 2 . t = 2 . 55,794 = 111,588 mm 6 . Kedalaman alur pasak pada poros T1 = 0,5 . t = 0,5 . 55,794 = 27,897 mm 11 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 7 . Jari-jari pasak r1 ≤ r2 ≤ r3 ≤ r4 ≤ r5 r1 = 5 mm r2 = 6 mm r3 = 7 mm r4 = 8 mm r5 = 5 mm r6 = 0,5 . Bp = 0,5 . 90,386 = 45,193 mm F. Perhitungan Liner / Lapisan Pelindung Pelumasan Air. 1. Ketebalan liner S = (0,03 . Ds + 7,5 ) = (0,03 . 334,764 + 7,5 ) = 17,542 mm 2 . Panjang liner L1 = 4 . Ds = 4. 334,764 = 1339,056 mm ( belakang) L2 = 1,5 . Ds = 1.5 334,764 = 502,146 mm ( depan) 12 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) G. Perhitungan Bantalan Poros , Lapisan Pelindung Dan Sistem Kekedapan. 1. Jenis Pelumasan Pelumasan yang dipakai dalam perencanaan ini adalah dengan menggunakan Sistem pelumasan air laut . Sedangkan bantalan yang digunakan adalah kayu poghout. 2. Panjang Stern Tube Menurut BKI III 1988, panjang tabung poros adalah sebagai berikut: Dimana: Fs = frame spacing di belakang after peak bulkhead yang jarak maksimumnya adalah 600 mm Sehingga: Lst = 4 x 600 = 2400 mm 3. Pemesinan Bnatalan Berdasarkan dari BKI 1988 vol. III Sec. IV. • Panjang Bnatalan Belakang L1 = 4 x DS = 4 x 334,764 = 1339,056 mm • Panjang Bantalan Depan L2 = 1,5 x DS = 1,5 x 334,764 = 502,146 mm 13 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) • Jarak maksimum yang diijinakan antara bantalan Menurut BKI III 1988 jarak maximum bantalan adalah Lmax = K1 x √π·π Dimana : K1 = Tetapan jenis bantalan. (K1 = 280 s/d 350) untuk pelumasan air dengan bantalan kayu poghout. (diambil 350) Lmax = 350 x √π·π = 350 x √334,764 = 6403,794 mm • Tebal Bantalan Bahan : Lignum Vitae DS t = ( 30 ) x 3,175 =( 334,764 30 ) x 3,175 = 35,429 mm • Tebal Rumah Bantalan s = 0,18 . Ds = 0.18 x 334,764 = 60,257 mm • Tebal Tabung Poros Menurut BKI III 1988, tebal tabung poros adalah sebagai berikut : t1 = (Ds/20) + 19,05 = (334.764/20) + 19,05 = 35,788 mm untuk tempat dimana terdapat bantalan yang perlu dipertebal, dipertebal dengan penebalan sebagai berikut: • tl* = 1,6 x tl = 1,6 x 35,788 = 57,260 mm p 14 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 4. Lapisan Pelindung Berdasarkan BKI 1988 volume III section D 3.2.3 • Panjang Lapisan Pelindung Panjang lapisan pelindung poros diletakkan sepanjang sistem stern tube Panjang lapisan pelindung = 1/3 panjang poros stern tube = 1/3 x 2400 = 792 mm • Tebal minimum lapisan pelindung S” = 0.03 x Ds + 7.5 = 0,03 x 334,764 + 7,5 = 17.542 mm • Tebal pelindung di antara bantalan poros S = 0,75 x s’’ = 0,75 x 17,542 = 13,156 mm Sistem kekedapan pada stern tube dengan menggunakan pelumasan air Hanya terletak pada bagian depan stern tube. Untuk bagian belakang stern tube tidak menggunakan system kekedapan sehingga air diharap dapat masuk secara bebas ke dalam stern tube. Air berfungsi untuk melumasi system poros di dalam stern tube. • Sistem packing a. Tebal Packing T = 2√DS = 2√334,764 = 36,593mm 15 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) b. Penekan packing T1 = (0,1 x Ds) + 1.5 = (0,1 x 334,764) + 1,5 = 34,076 C. Clear cause C = (0.04 x Ds) + 0.2 = (0,04 x 334,764) + 0,2 = 13,590 5. Diameter baut penekan paking (Db) Db = 1,6 √[ = 1,6√[ (0,12 x DS)+0,5 √π ] (0,12 x 334,764)+0,5 √8 ] = 23,007 • Tebal dari rumah packing (t) t = (0,1 x DS) + 15,24 = (0,1 x 334,764) + 15,24 = 48,716 • Tebal flange rumah packing (l1) t a = 1.4 x t = 1,4 x 48,716 = 68,202 • Diameter tempat packing (d1) d1 = (1.22 x DS) + 15,24 = (1,22 x 334,764) + 15,24 = 423,652 16 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) • Panjang tempat packing (l1) l1 = (0.4 x DS) + 25,4 = (0,4 x 334,764) + 25,4 = 159,305 • Panjang penekan packing (l2) l2 = DS + 25,4 = 334,764 x 25,4 = 360,164 mm H. Perhitungan Stern Post Dan After Peak Bulkhead. a. minimal after peak bulkhead πΏπ = √Cp × a × (h × k) + tk Dimana : Cp = untuk sekat selain collison bulkhead diambil nilai 2,9 a = jarak stiffener diambil nilai 0,75 h = untuk poros prop. dengan bantalan lignum vitae 100 ton/m k = faktor material struktur baja, diambil 1,0 πΆπ × π × (β × π) + π‘π tk = ketebalan material terhadap korosi, diambil 1,5 sehingga : πΏπ = √Cp × a × (h × k) + tk πΏπ = √ 2,9 × 0,75 × (100 × 1) + 1.5 = 23,25 mm b. Tebal stern post Menurut BKI II 1989, tebal stren post adalah: Sp = (1,4 x Lpp) + 90 = (1,4 x 87) + 90 = 211,8 mm t = (1,6 x Lpp) + 15 = (1,6 x 87) + 15 = 154,2 mm 17 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) c = 0,6 x t = 0,6 x 134,2 = 80,52 mm C. Tebal stern bosh Bahan Stern Bosh adalah Cast Steel a. = (0,05 x Ds) + 0,75 inch ( 0,75 inch = 19,05 mm ) = (0,05 x 334,764) + 19,05 mm = 35,788 mm p b = 1,7 x a = 1,7 x 35,788 = 60,839 mm 18 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) BAB III PENUTUP Kesimpulan : 1. Jenis dan type propeller yang digunakan harus disesuaikan dengan type kapal, konfigurasi system transmisi dan jenis motor penggeraknya. 2. Hubungan antara hull ship dengan propeller harus diperhatikan dalam pemilihan propeller, karena untuk mencapai kecepatan dinas maka thrust yang dibutuhkan oleh kapal harus sama dengan thrust yang dihasilkan propeller 3. Terdapat dua jenis system pelumasan poros propeller (stern tube), yaitu pelumasan dengan minyak dan pelumasan dengan air laut. 4. Pada pelumasan minyak, digunakan seal sebagai penyekat agar tidak terjadi kebocoran. Sedangkan Pada system pelumasan air laut tidak menggunakan seal tetapi menggunakan packing yang dipasang pada sekat belakang kamar mesin. 5. Diperlukan poros antara (intermediate shaft) untuk mempermudah pemasangan/pelepasan dan perbaikan poros. 6. Konstruksi stern tube dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menahan stern tube bearing agar tidak bergeser. 7. Material dari stern tube disesuaikan dengan pelumasannya. Pada perencanaan kopling, diameter dan jumlah baut kopling harus sesuai dengan diameter dan jumlah baut dari flens gearbox. 19 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) Lampiran: 20 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 21 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 22 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 23 TUGAS MERANCANG 2 (STERN TUBE) 24