Uploaded by rfirman1605

TAKSONOMI BLOOM

advertisement
Kata Kerja Operasional (KKO)
Revisi Taksonomi Bloom
Berdasarkan
taksonomi,
tujuan
pendidikan
yang
dikembangkan
oleh Benjamin
S.
Bloom meliputi Kognitif, Afektif, dan Psikomotik. Istilah taksonomi merupakan kriteria yang digunakan
oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. Dalam setiap aspek taksonomi,
terkandung Kata Kerja Operasional (KKO) yang menggambarkan bentuk perilaku yang ingin dicapai
melalui suatu pembelajaran. Kata kerja operasional diperlukan oleh guru saat menyusun Silabus dan RPP.
A. Ranah Kognitif
Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala
aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai
tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives. Handbook 1: Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New York. Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956) yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge) – C1
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang telah dipelajari,
seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi, kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan
kategori, kriteria serta metodologi. Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun
menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan dengan hafalan saja.
2. Pemahaman (Comprehension) – C2
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi tertentu yang
dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu: (1) Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu
bentuk ke bentuk lain), (2) Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi), (3) Ekstrapolasi (kemampuan
memperluas arti). Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dan
dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
3. Penerapan (Application) – C3
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata, di
mana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata. Di
jenjang ini, peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi
baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.
4. Analisis (Analysis) – C4
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi menjadi
komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa: (1) Analisis elemen/unsur (analisis
bagian-bagian materi), (2) Analisis hubungan (identifikasi hubungan), (3) Analisis pengorganisasian
prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi organisasi). Di jenjang ini, peserta didik diminta
untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, dan membedakan
pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat.
6. Evaluasi (Evaluation) – C6
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu
berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara, atau
metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang
lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Menurut Bloom paling
tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu: (1) Evaluasi berdasarkan bukti internal, (2) Evaluasi berdasarkan
bukti eksternal. Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan
pembuatan keputusan dan kebijakan.
5. Sintesis (Synthesis) -C5
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan elemenelemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik. Kemampuan ini dapat berupa memproduksi
komunikasi yang unik, rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak. Di jenjang ini,
peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu
dan pengetahuan.
B. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai,
penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku
yang sederhana hingga yang paling kompleks.
1. Penerimaan (Receiving) – A1
Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. Penerimaan mengacu pada
kemampuan memperhatikan, memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat, serta kemampuan untuk
menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain. Contoh: mendengar pendapat orang lain,
mengingat nama seseorang.
2. Responsive (Responding) – A2
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan
tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi
dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.
3. Nilai yang Dianut (Value) – A3
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan
reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
Serta Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik
terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Contoh: Mengusulkan
kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.
4. Organisasi (Organization) – A4
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat
menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku
yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
Dan Kemampuan membentuk system nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan
perbedaan nilai. Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara
kebebasan dan tanggung jawab.
5. Karakterisasi (Characterization) – A5
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga
tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada
hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi jiwa.
Dan kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan
intrapersonal, interpersonal, dan sosial. Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri,
kooperatif dalam aktivitas kelompok.
C. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik.
Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut
kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai
dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
1. Peniruan (Imitation) – P1
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati.
Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan
tidak sempurna.
2. Manipulasi (Manipulation) – P2
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan
yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3. Ketetapan (Precision) – P3
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4. Artikulasi (Articulation) – P4
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang
diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
5. Pengalamiahan (Naturalitation) – P5
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam
domain psikomotorik.
Download