Uploaded by mahawira rayyan

3022159.pdf

advertisement
TUGAS
: FARMASETIK LANJUTAN
DOSEN
: ANDI HASRAWATI, S.Si, M.Si, Apt
TGL MASUK
: Rabu, 4 DESEMBER 2015
TUGAS SKRINING RESEP
OLEH : KELOMPOK III
WAHYU
INDAH PERMATASARI
IIN FATIMAH AHMAD
IIN INDRIANI ODE
WINDA PUTRI SALENDA
HAIDIR PUA MBUSA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Analisa resep dalam tugas khusus ini bertujuan untuk menilai apakah
suatu resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien telah rasional, serta
apakah berpotensi menimbulkan Drugs Related Problems (DRP) serta
kemungkinan terjadinya medication error (ME).
Penggunaan obat yang rasional dapat dijabarkan sebagai penggunaan
obat yang tepat dengan memperhitungkan aspek manfaat dan kerugiannya.
Penggunaan obat yang rasional akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibanding kerugian yang diakibatkannya.
DRP umumnya berhubungan dengan dosis, seperti kurang/ lebih dosis
atau mungkin salah dosis, adanya indikasi yag tak terobati, atau bahkan obat
diberikan tanpa indikasi. DRP yang lain mungkin disebabkan oleh adanya
interaksi obat, dengan obat lain, maupun dengan makanan yang dapat
menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi. Resiko efek samping dan
kemungkinan terjadinya reaksi obat merugikan (ROM) juga merupakan faktor
penyumbang terjadinya DRP.
Sedangkan medication error (ME) lebih berupa suatu kejadian yang
merugikan pasien, selama pasien tersebut berada dalam penanganan tenaga
kesehatan.
Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai satu-satunya bagian dalam Rumah
Sakit yang berwenang menyelenggarkan pelayanan kefarmasian, harus dapat
menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya rasional dan sesuai dengan
ketentuan standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan. Pelayanan
kefarmasian ini harus dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan obat.
B. Rumusan masalah
Apakah penulisan resep sudah memenuhi persyaratan resep meliputi
kesesuaian administrasi, farmasetis dan klinis?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah resep telah
memenuhi persyaratan resep meliputi kesesuaian administrasi, farmasetis dan
klinis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Tentang resep/peresepan.
Resep
1. Pengertian resep.
Resep menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Resep merupakan aspek yang penting
untuk menunjang kualitas hidup pasien. Untuk meningkatkan kualitas
peresepan di rumah sakit, resep yang ditulis oleh dokter harus memenuhi
syarat antara lain: kelengkapan resep, penulisan obat dengan nama generik,
obat termasuk dalam FRS, dan tidak ada efek samping yang membahayakan.
II.2 Kelengkapan Resep
Menurut Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 persyaratan
administrasi peresepan meliputi nama dan alamat dokter, serta nomor Surat
Izin Praktek; tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis
resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat,
potensi, dosis, dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi
lainnya yang diperlukan.
Beberapa contoh penulisan resep yang tidak rasional, seperti:
·
Memberikan ”shotgun prescription” yaitu 6-10 R/ dalam satu resep, hal ini
memungkinkan terjadinya interaksi antar obat akan besar
·
Memberikan obat konveksi, yaitu memberikan obat jadi yang dibuat secara
massal di pabrik tanpa memperhatikan dosis individu sehingga dosisnya tidak
·
cocok bagi penderita
Memberikan obat jenis antibiotik atau antiinfeksi kurang dari seharusnya,
idealnya obat diresepkan untuk pemakaian 3-5 hari; tidak memperhatikan
keadaan
ekonomi
penderita
dalam
memberikan
obat.
Namun
dalam
pemberiannya juga harus tepat indikasi.
II.3 Alur Penerimaan Resep di Apotik dan Rumah Sakit
1. Resep Datang
ketika di apotek, ada pasien membawa resep datang, maka pihak apotek
(biasanya front office) menyambut pasien dan mempersilahkan pasien untuk
menunggu sebentar.
2. Skrining resep
selanjutnya pihak front office memberikan resep kepada petugas
penyekrening resep (harus apoteker) segera melakukan skrining resep.
Skrining resep ini antara lain skrining administratif, skrining farmasetis, dan
skrining klinis.
a. Skrining administratif.
Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep maupun pemalsuan
resep. Yang dianalisis dalam skrining ini antara lain ada tidaknya maupun




keaslian dari :
ada tidaknya Nama,SIP dan alamat dokter.
ada tidaknya dan logis tidaknya Tanggal penulisan resep.
ada tidaknya Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
ada tidaknya Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika
perlu).

benar salahnya Nama obat , sesuai tidaknya potensi obat , dosis, jumlah yang

minta.
jelas tidaknya Cara pemakaian untuk pasien
b. skrining farmasetis.
c. skrining klinis
3. Pemberian Harga
apabila pasien dengan harga yang kita berikan, maka akan segera dilakukan
penyiapan/peracikan obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien
sensitif terhadap harga,sehingga pasien tidak setuju dengan harga yagn
diajukan.
4. Penyiapan/peracikan obat
tahap yang dilakukan pada penyiapan /peracikan obat antara lain
penyiapan/peracikan, dan penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahpa
ini tidak harus apoteker, bisa tenaga ahli kesehatan seperti AA,ataupun tenaga
terlatih lainnya.
2. Penyerahan obat ke pasien.
sebelum obat di serahkan kepasien, maka harus dilakukan pengecekan
kembali terhadap kesesuaian antara obat dengan etiket, obat dengan resep. Di
sini yang mengecek kembali biasanya adalah orang lain
5. Pemberian informasi, edukasi, dan konseling

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian
obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,
asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling
secara berkelanjutan agar bisa menghasilkan outpun maksimal dimana pasien
dapat complience dan addherence
6. Monitoring penggunaan Obat
Pemantauan resep dilakukan dalam rangka mengevaluasi aturan pengobatan
pasien agar tepat dan efektif. Pemantauan resep atau pasien yang rutin akan
memastikan bahwa:
·
Obat yang tepat diberikan dengan dosis, rute dan frekuensi yang tepat.
·
Interaksi obat yang bermakna dapat dihindari.
·
Efek samping obat dapat diantisipasi dan dicegah atau ditangani secara tepat,
dan jika diperlukan pemantauan terhadap konsentrasi obat dalam plasma.
(Anonima, 2003)
Kegiatan dalam pengkajian instruksi pengobatan/resep pasien meliputi
pengkajian terhadap persyaratan administrasi (kelengkapan penulisan resep);
farmasi (bentuk sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan
obat, aturan penggunaan) dan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi, interaksi dan efek samping
obat; kontraindikasi; efek aditif)
BAB III
URAIAN RESEP
A. Copy Resep
dr. Aulia Alamsyah
Jl. Merdeka bogor 24
Telp 0251 8321525
Yogyakarta, 1 Oktober 2012
R/ Nifedipin tab 10 mg No.
S 2 dd tab I
X
R/ Plantacid Forte syr fl No. I
S 3 dd 10 mL
R/ Ranitidin tab No.X
S 2 dd tab I
R/ Neurosanbe plus tab No. X
S 3 dd tab I
Pro
: Tn. Rudi
Umur : 29 tahun
ttd
B. Kelengkapan dan keterangan pada resep
 Identitas dokter :
Nama dokter : dr. Aulia Alamsyah
 Indentitas obat :
 Nifedipin tab
 Plantacid Forte syr
 Ranitidin tab
 Neurosanbe plus tab

Identitas pasien :
Nama : Tn Rudi
Umur : 29 tahun
C. Uraian Obat
1) Nifedipin
Komposisi:
Nifedipin 10 mg.
Indikasi:
Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung, hipertensi
atau fenomena Raynaud.
Dosis:
Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung Dosis awal 1
tab 3x/hari, dapat ditingkatkan menjadi 9-12 tab/hari pada angina.
Hipertensi atau fenomena Rauynaud dapat ditingkatkan sampai dengan 2
tab 3x/hari.
Pemberian Obat:
Dapat diberikan dengan atau tanpa makan. Hindari jus grapefruit.
Kontra Indikasi:
Hamil.
Peringatan:
Hipotensi berat, penderita lemah jantung.
Efek Samping:
Pusing, kemerahan pada muka, sakit kepala, hipotensi, edema perifer. Hepatitis,
ruam, kram otot, sindrom nefrotik, psikosis akut, hyperplasia gingival.
Interaksi Obat:
Meningkatkan efek antihipertensi B-Blocker, meningkatkan bioavaibilitas dengan
simetidin, ranitidine.
Kategori Kehamilan: C
(MIMS, 2012: 50).
2) Plantacid Forte Syr
Komposisi:
Per tab forte/5 mL susp forte: Mg(OH)2 400 mg, Al(OH)3 400 mg, simethicon
100 mg.
Indikasi:
Mengurangi gejala kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak deudenum.
Dosis:
Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan 1 jam sesudah tiap kali makan dan
menjelang tidur malam.
Tab forte/susp forte: diperlukan antasida yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus
berat berikan tiap 2 jam.
Pemberian Obat:
Berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan dan
menjelang tidur malam.
Peringatan:
Insufisiensi ginjal.
Efek Samping:
Konstipasi dan diare.
Interaksi Obat:
Mengganggu absorbs tertasiklin, simetidin.
Kategori Kehamilan: (MIMS, 2012: 9).
3) Ranitidin
Komposisi :
Ranitidin tablet 150 mg, 300 mg.
Indikasi :
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis,
tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H. Pylori, sindrom Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Peringatan :
Gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis); kehamilan dan menyusui; injeksi
intravena lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama pada dosis tinggi
(kadang-kadang dapat menyebabkan aritmia); gangguan kardiovaskular; hindarkan
pada porfiria (IONI : 17).
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Efek samping :
Sakit kepala, reaksi alergi, mual, muntah, pusing, lesu, diare, konstipasi.
Dosis :
Oral 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sebelum tidur malam
(tukak lambung dan tukak duodenum).
Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama atau tanpa makan.
Interaksi obat :
Waktu protrombin bisa dipengaruhi bila diberikan bersama antikoagulan. Antasid
menurunkan efektivitasnya, sehingga bila diberikan bersama harus terlebih dahulu
dimakan 1 jam sebelum antasid.
Mekanisme kerja :
Menghambat kerja histamin untuk menghasilkan asam lambung dengan
menduduki reseptor H2 pada sel parietal lambung (Peresepan Obat : 235).
4) Neurosanbe Plus
Komposisi:
Metampyron 500 mg, vit B1 50 mg, vit B6 100 mg, vit B12 100 mcg.
Indikasi:
Neuritis dan neuralgia, trauma nyeri berat pada penyakit degeneratif kolumna
vertebra.
Dosis:
1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari.
Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi:
Tekanan darah sistolik < 100 mmHg.
Peringatan:
Jangan digunakan pada nyeri otot akibat flu atau reumatik. Gangguan hematologi,
gangguan fungsi hati atau ginjal.
Efek Samping:
Reaksi hipersensitivitas, agranulositosis.
(MIMS, 2012: 143).
D. Data pasien dan Diagnosis
Karakteristik Diagnosis Penyakit
1) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang semakin
banyak terjadi belakangan ini, dan lebih sering dialami oleh kaum pria.
Hipertensi terjadi bila aliran darah didalam pembuluh darah menimbulkan
tekanan terlalu besar terhadap dinding pembuluh darah. Hasil atau nilai
pengukuran tekanan darah terdiri dari 2 nilai: nilai yang lebih tinggi disebut
sebagai tekanan darah sistolik, dan nilai yang lebih rendah disebut tekanan
darah diastolik. Tekanan darah normal yaitu ≤ 120 (sistolik) / 80 (diastolik)
mmHg, tetapi nilai ini bervariasi untuk masing-masing orang. Sebagian besar
(90%) kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga dapat meningkatkan resiko seseorang untuk mengalami
hipertensi, antara lain: usia, keturunan, jenis kelamin, kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, obesitas (kegemukan), stres, penyakit ginjal, gangguan
adrenal, penyakit jantung bawaan, obat-obat tertentu, preeklamsia, konsumsi
makanan yang mengandung garam, dan gaya hidup yang kurang aktif.
(MIMS, 2012: A98).
2) Maag
Ulkus merupakan istilah umum yang mengacu pada kerusakan kulit
lapisan permukaan dari usus atau mulut, tetapi biasanya digunakan untuk
ulkus pada saluran cerna. Derajat keasaman yang berlebihan (hiperasiditas)
atau adanya mikroorganisme seperti Helicobacter pylori biasanya menjadi
penyebab terjadinya ulkus pada saluran cerna. Helicobacter pylori adalah
penyebab terbanyak infeksi saluran cerna. Bakteri ini tumbuh subur pada
lapisan mukosa yang melindungi dinding saluran cerna. Faktor-faktor seperti
merokok dan stress, jadwal makan tidak teratur, cara diet yang salah,
konsumsi alkohol berlebihan, dan beberapa obat-obatan juga mempengaruhi
terjadinya ulkus. Orang yang menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid
(AINS) dalam jangka lama, terutama mereka yang mengidap arthritis, akan
mengalami ulkus (tukak) lambung. Ulkus peptikum dapat mengenai pria,
wanita, dan anak-anak. Gejala-gejala ulkus antara lain : rasa perih di ulu hati
atau nyeri ketika lapar, mual, nyeri hilang beberapa menit setelah perut diisi
makanan atau antasida, nyeri berulang, biasanya berlangsung selama
beberapa hari sampai beberapa bulan, berat badan turun. Kebanyakan ulkus
yang banyak sembuh sendiri tanpa diobati. Tetapi gejala ulkus dapat kambuh
kembali dan memburuk jika factor penyebabnya tidak diatasi dan akhirnya
beresiko terjadi komplikasi seperti perdarahan dan perforasi lambung. Ulkus
peptikum, gaster atau duodenum kronik juga dapat menyebabkan terjadinya
jaringan parut, yang selanjutnya dapat menghalangi jalannya makanan,
sehingga mengakibatkan muntah dan berat badan menurun.
Definisi
Sakit ulu hati (maag) adalah suatu gangguan yang tidak begitu serius.
Penyebabnya ialah kelebihan asam lambung yang mengalir keatas ke
kerongkongan (esofagus), karena otot lingkar (sfingter) antara kerongkongan
dan lambung tidak bekerja dengan baik lagi. Hal ini diakibatkan oleh antara
lain hiatus hernia dan tekanan tinggi dalam perut. Misalnya karena
kehamilan, terlalu gemuk, lambung terus-menerus penuh dengan makanan
atau gas, batuk atau sembelit kronis, dan pakaian yang terlalu ketat.
Begitupula dengan asam lambung yang berlebihan karena banyak merokok
atau terlalu banyak makan.
Gejala
Gejala-gejalanya berupa nyeri seperti terbakar pada kerongkongan yang
dirasakan di belakang tulang dada, terutama jika 1 jam setelah makan (terlalu
banyak) dan bila membungkuk atau baring. Selalu terasa nyeri yang
menusuk di bagian lambung, mual dan muntah-muntah. Adakalanya keluhan
ini berkurang sesudah makan, tetapi kadang-kadang justru menghebat.
Seringkali penderita terbangun dari tidur karena perasaan pedih dan adanya
sedikit asam dalam mulut. Lazimnya serangan berlangsung 0,5 jam sampai
lebih dari 1 jam. Bila tidak diobati dengan tepat, dinding kerongkongan yang
berlainan dengan dinding lambung
yang tidak tahan asam akan dirusak
mukosanya. Dengan demikian terjadilah radang dinding kerongkongan yang
lebih serius (Swamedikasi: 94).
Pengobatan
Lazimnya dilakukan dengan sejumlah obat yang hanya bekerja
simptomatis, yakni meringankan gejala-gejalanya dengan jalan menurunkan
keasaman isi lambung (antasida, H2-bloker, penghambat pompa-proton,
antikolinergik) (OOP: 249).
BAB IV
SKRINING RESEP
IV.1 . Administratif (Kelengkapan Resep)
No.
1
2
3
4
5
6
URAIAN
Identitas dokter:
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
Nomor telepon
Tempat dan tanggal
resep
ADA
Inscription


penulisan



Invocatio

Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
PADA RESEP
TIDAK


7
8
9
Nama Obat
Kekuatan obat
Jumlah obat
10
11
12
13
14
15
16
Nama pasien
Jenis kelamin
Umur pasien
Barat badan
Alamat pasien
Aturan pakai obat
Iter/tanda lain



Signatura







Subscriptio

17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai SIP dokter,
nomor telepon dokter, kekuatan obat, dan berat badan pasien.
Cara pengatasan SIP dokter dan nomor telepon dokter dapat dikonfirmasi kepada
dokter untuk memastikan keabsahan resep, SIP boleh tidak dicantumkan jika dokter
bekerja diinstansi. Kekuatan sediaan dapat dikonfirmasi kedokter atau dipilih
kekuatan yang terkecil. Sementara data pasien seperti berat badan pasien dapat
ditanyakan langsung kepada pasien/keluarga pasien.
IV.2 Kesesuaian Farmasetik
N
o
Nama Obat
Nifedipin
tab
Platacid
forte syr
Ranitidine
tab
Neurosanb
e plus tab
Kekuat
an
10 mg
.
Bentuk
sediaan
tablet
Jumlah
Aturan
Pakai
Ket.
10
2 x sehari 1 tablet
Under dose
syrup
1
3 x sehari 10 mL
Sesuai
tablet
10
2 x sehari 1 tablet
Sesuai
tablet
10
1 x sehari 1 tablet
Sesuai
Dosis
No.
1
Nama Obat
Nifedipin
tab
Dosis Resep
2 x sehari 1
tablet
2
Platacid
forte syr
3 x sehari 10
mL
3
Ranitidin tab
2 x sehari 1
tablet
4
Neurosanbe
plus tab
3 x sehari 1
tablet
Dosis Literatur
Dewasa Dosis awal 30 mg sekali sehari
sebagai sustain release, 10 mg 3 kali
sehari sebagai kapsul.
Dosis lazim 10-30 mg 3 kali/hari sebagai
kapsul atau 30-60 mg sekali sehari sebagai
SR
Dosis maksimum 120-180 mg/hari
Meningkatkan SR pada interval 7-14 hari.
(DIH, 2010: 1065).
Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan
1 jam sesudah tiap kali makan dan
menjelang tidur malam.
Tab forte/susp forte: diperlukan antasida
yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus
berat berikan tiap 2 jam.
(MIMS, 2012: 9).
Dewasa 150 mg 2x/hari, maintenance 150
mg 1x/hari.
(DIH, 2010: 1296).
1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari.
(MIMS, 2012: 143).
Kesimpulan
Under dose
Rekomendasi
3 x sehari 1
tablet
Sesuai
-
Sesuai
-
Sesuai
-
IV. 3. Skrining Klinis
No.
1
2
3
4
5
6
Kriteria
Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi
Dupikasi/polifarmasi
Alergi
Efek samping
Reaksi obat yang
merugikan
(ADR/Adverse Drug
Reaction)
Permasalahan
Antasida dapat menurunkan efektivitas
Ranitidin
dari ranitidin.
antasida.
Ranitidin meningkatkan bioavaibilitas
Nifedipin.
Beri jarak penggunaan ranitidin dan
Hipotensi, konstipasi, diare.
-
Pengatasan
dimakan 1 jam
sebelum
nifedipin.
Pemakaian
dianjurkan.
-.
obat sesuai
-
dosis
yang
BAB V
PEMBAHASAN
Resep tidak lengkap secara administrasi, kekurangan dapat dikonfirmasi kepada
dokter maupun pasien. Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi
dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Nifedipin under doses diatasi
dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet. Interaksi
antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin dan ranitidin meningkatkan
bioavaibilitas nifedipin dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum
antasida dan beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin.
Mekanisme interaksi obat antara antasida dengan beberapa obat seperti
dengan lansoprasol, ranitidin dan allopurinol adalah adanya penurunan absorbsi obatobat tersebut karena terjadinya perubahan pH lambung oleh antasida. Interaksi ini bisa
diatasi dengan memberikan obat-obat tersebut pada waktu yang berbeda atau
menyarankan untuk meminum obat lain minimal 2 jam sebelum atau setelah meminum
antasida, sehingga efek terapetik yang diinginkan bisa tercapai (Stockley, 2008).
Antasida dapat mempermudah penyerapan nifedipin, akibatnya efeknya akan
bertambah dan timbul efek sampingnya. Minumlah antasida 1 jam sebelum makan dan
nifedipin 1 jam setelah makan dan nifedipin 1 jam setelah makan.
Penggunaan ranitidin bersama nifedipin dapat menyebabkan peningkatan AUC
nifedipin hingga 30%.
•
•
•
•
•
•
•
Resep tidak lengkap secara administrasi,
(kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun pasien)
DRP’s : Nifedipin under doses
(diatasi dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet.)
DRP’s : Pemberian Plantacid Forte tidak usah diberikan karena, pemeberian Ranitidin
sudah cukup untuk mengatasi maag Pasien
Pembeerian Neurosanbe Yang berisi Methampyron kepada pasien harus dikaji ulang,
untuk itu perlu ditanyakan dulu kepada pasien apakah mempunyai penyakit lain
selain Hipertensi dan Maag
Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare
(dapat diatasi dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan)
Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin
(dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida)
Interaksi ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin
(beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin)
No.
1
Kriteria Informasi
Nama Obat
2
Kegunaan obat/outcome terapi
yang diharapkan
3
Aturan pakai
4
Waktu minum obat
5
Cara pakai
6
7
Durasi penggunaan obat
Efek samping
8
Penyimpanan
9
Aktivitas yang
disarankan/dihindari
Isi Informasi
Nifedipin
Plantacid forte
Ranitidin
Neurosanbe plus
Nifedipin: mengatasi darah tinggi
Plantacid forte: Mengurangi gejala kelebihan asam lamb
lambung, tukak deudenum.
Ranitidin: Mengatasi tukak lambung, mengurangi asam lambu
Neurosanbe plus: Mengatasi Nyeri, pegal-pegal.
Nifedipin: 3 x sehari 1 tablet, dapat diberikan dengan atau ta
Hindari jus grapefruit.
Plantacid: 3 x sehari 10 mL, berikan dalam perut kosong, 1 j
makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang tidur malam
Ranitidin: 2 x sehari 1 tablet, dapat diberikan bersama atau tan
Neurosanbe plus: 3 x sehari 1 kaplet, dapat diberikan dengan
makan.
Nifedipin: dapat diberikan dengan atau tanpa makan.
Plantacid: berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan
sebelum makan dan menjelang tidur malam.
Ranitidin: dapat diberikan bersama atau tanpa makan.
Neurosanbe plus: dapat diberikan dengan atau tanpa makan.
Diminum melalui mulut dengan segelas air putih. 3 x sehari
8 jam, 2 x sehari artinya tiap 12 jam.
30 hari
Hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan meminum
dosis yang dianjurkan. Efek samping lain anemia, mual, munt
Simpan tablet ditempat yang kering pada suhu kamar (25oC)
dari cahaya matahari langsung.
Aktivitas yang disarankan:
Pertahankan gaya hidup sehat dengan berolahraga secara t
rendah garam dan rendah lemak.
Belajar untuk releks dan mengendalikan stres.
Kontrol berat badan.
Periksa tekanan darah teratur
Meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Minum air
lambung terasa perih, minumlah air untuk mengurangi
tersebut.
Bila lupa minum antasida maka segeralah minum jika me
Jika sudah mendekati waktu minum obat berikutnya, hilangk
kembali pada jadwal semula. Jangan minum obat terseb
sekaligus.
Bila keluhan sudah sembuh, penggunaan masing-masing
dihentikan.
Makan dalam porsi sedang (tidak banyak). Makan yang lunak
Makan makanan yang kaya buah dan sayur, namun hindar
buah yang bersifat asam (misalnya jeruk, lemon, grape
tomat).
Aktivitas yang dihindari:
Jika merokok, berhenti merokok.
Hindari minum alkohol.
Gaya hidup tidak sehat, stress.
Hindari makanan yang mengiritasi seperti pedas, asam,
digreng, berlemak, kopi/kafein, minuman berkarbonasi,
Jangan berbaring setelah makan untuk mencegah refluk (a
asam lambung.
Hindari penggunaan obat NSAID.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care
Plan:
Resep tidak lengkap secara administrasi, kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter
maupun pasien. Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan
meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Nifedipin under doses diatasi dengan
meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet. Interaksi antasida dapat
menurunkan efektivitas dari ranitidin dan ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin
dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida dan beri jarak
penggunaan ranitidin dan nifedipin.
•
•
•
•
•
•
•
Resep tidak lengkap secara administrasi,
(kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun pasien)
DRP’s : Nifedipin under doses
(diatasi dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet.)
DRP’s : Pemberian Plantacid Forte tidak usah diberikan karena, pemeberian Ranitidin
sudah cukup untuk mengatasi maag Pasien
Pembeerian Neurosanbe Yang berisi Methampyron kepada pasien harus dikaji ulang,
untuk itu perlu ditanyakan dulu kepada pasien apakah mempunyai penyakit lain
selain Hipertensi dan Maag
Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare
(dapat diatasi dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan)
Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin
(dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida)
Interaksi ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin
(beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin)
B. Saran
perlu monitoring:
a. Pantau perkembangan pasien apakah asam lambung masih meningkat atau sudah
mulai menurun.
b. Kepatuhan pasien minum obat.
c. Kemungkinan timbulnya efek samping seperti anemia, mual, muntah.
Perlu evaluasi :
a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan berkurang,
hilang/tidak, pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan
(keluhan berkurang/tidak).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Anonim, 2004, Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, DEPKES RI.
Handoko dan Suharto. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi dan Terapi
edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Interaksi Obat. http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker
Lacy Charles F., Armstrong Lora L., Goldman Morton P., Lance Leonard L. 2010, Drug
Information Handbook, 18th Edition, Amerika: Lexi Comp Inc.
Syamsuni, H. A. 2006, Ilmu Resep, Cetakan I, Jakarta: EGC.
Tim Editor, 2007, MIMS Edisi Bahasa Indonesia, Vol. 8, Jakarta: Depkes RI, hal: 346, 372.
Tim Penyusun, 2008, ISO Farmakoterapi, Cetakan I, Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Tjay T.H, R. Kirana, 2002, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tjay,T.H. & Kirana R, 2003, Obat Obat Penting, Cetakan III, Edisi V, Jakarta: PT. Gramedia.
Download