PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN PROPOSAL PENELITIAN AHMAD FADHIL PRATAMA TORO D111 19 1025 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2023 1 HALAMAN PENGESAHAN AHMAD FADHIL PRATAMA TORO D111 19 1025 PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN Makassar, 14 Maret 2023 Disetujui oleh, Kepala Laboratorium Perencanaan dan Valuasi Tambang Dr. Aryanti Virtanti Anas, S.T., M.T NIP. 197010052008012026 2 I. JUDUL PENELITIAN “PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN” II. LATAR BELAKANG Industri pertambangan dikenal sebagai industri padat modal, padat teknologi, dan juga industri yang memiliki risiko kerja yang sangat tinggi. Oleh karena itu diperlukan adanya manajemen yang baik dalam proses penambangan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut, industri pertambangan memerlukan suatu perencanaan yang detil mulai dari kegiatan eksplorasi bahan galian hingga kegiatan pascatambang guna mencegah kerugian yang berdampak. Perencanaan tambang adalah penentuan persyaratan serta urutan teknik pelaksanaan penambangan dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan. Rancangan atau desain berperan sebagai penentuan persyaratan spesifikasi, dan kriteria teknik untuk mencapai sasaran serta urutan teknis pengerjaannya. Selain itu, desain tambang berperan penting untuk memudahkan pengambilan cadangan dari suatu endapan sehingga dengan adanya desain tambang, lebih memudahkan untuk memenuhi target produksi terutama untuk bahan galian yang ore bodies berbentuk horizontal seperti batubara (Indrajaya et al., 2020). Aktivitas produksi batubara terdiri dari beberapa tahap mulai dari pembukaan lahan, sampai dengan tahap penjualan. Setiap aktivitas produksi haruslah direncanakan dengan baik dan presisi agar perusahaan tambang dapat mencapai target produksinya. Langkah atau cara untuk mencapai target produksi yang optimal yaitu pembuatan sequence dalam penambangan. Sequence penambangan yaitu bentuk-bentuk penambangan (mineable geometris) yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk sampai akhir pit (Waterman, 2018). Pembuatan Sequence merupakan tugas paling awal dalam proses perencanaan tambang yakni membagi lubang akhir/final pit menjadi unit yang lebih mudah dikelola untuk berbagai tahapan dan evaluasi perencanaan tambang. Selain itu, pembuatan sequence dapat meningkatkan NPV (net present value) sekaligus meminimalkan rasio pengupasan untuk suatu proyek, bergantung pada karakteristik mineralisasi dan dimensi lubang akhir. Terdapat tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan sequence suatu proyek yaitu variabel geomekanik; misalnya, sudut pit akhir, sudut inter-ramp, dan sudut 3 muka bangku, variabel kedua yaitu tingkat ekstraksi maksimum yang diperlukan dari sequence (ore and waste), dan yang paling penting yaitu variabel fleet/peralatan mekanis yang digunakan (Araya et al., 2020). Salah satu hal yang paling vital dalam membantu tercapainya target produksi selain perancangan sequence penambangan yaitu pengelolaan fleet pada lokasi penambangan baik itu efisiensi maupun produktivitas fleet selama aktivitas. Fleet yang dimaksud yaitu peralatan mekanis yang digunakan dalam pemindahan tahah mekanis terkait dengan kegiatan penggalian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan, perataan dan pemadatan tanah. Tujuan dari penggunaan peralatan mekanis tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat (Oemiati dkk., 2020). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan rencana penelitian sinkronisasi antara sequence batubara dengan penggunaan fleet pada penambangan sehingga dibuatlah rencana penelitian dengan topik perancangan sequence penambangan batubara untuk menunjang kemajuan tambang dan memenuhi rencana target produksi bulanan (mid term planning) pada daerah penelitian yang dituangkan dalam proposal penelitian ini. III. RUMUSAN MASALAH Perencanaan tambang merupakan aspek penting dalam suatu industri pertambangan dalam mencapai target produksinya guna memeroleh keuntungan. Untuk mencapai target produksi tersebut, perlu dilakukan suatu pentahapan atau sequence penambangan beserta manajemen peralatan tambang dalam pemindahan tanah mekanis selama aktivitas penambangan. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Berapa jumlah cadangan batubara berdasarkan desain pit limit di lokasi penelitian. 2. Bagaimana rancangan sequence penambangan batubara bulanan berdasarkan aspek stripping ratio (SR) dan target produksi. 3. Berapa jumlah kebutuhan alat untuk mencapai target produksi bulanan. 4 IV. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah cadangan batubara pada daerah penelitian. 2. Merancang sequence penambangan batubara bulanan sesuai dengan stripping ratio (SR) dan target produksi yang ditentukan. 3. Menghitung jumlah kebutuhan alat untuk mencapai target produksi bulanan. V. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Memahami aspek/variabel yang memengaruhi tercapainya target produksi dalam hal ini komoditas batubara. 2. Mengetahui penentuan arah front kerja dan tahapan dalam merancang sequence penambangan. VI. TINJAUAN PUSTAKA 1. Perencanaan tambang Perencanaan tambang merupakan suatu tahap penting dalam rencana operasi penambangan. Perencanaan tambang yang modern memerlukan pemodelan komputer dari sumberdaya yang akan ditambang. Aspek penting dalam pekerjaan perencanaan tambang yaitu penentuan batas akhir penambangan, dan penjadwalan produksi. Fungsi perencanaan penambangan yaitu sebagai kerangka susunan yang rinci proyek penambangan dan menunjukkan urutan eksploitasi yang sesuai dengan desain serta peralatan (Putera AS. et al., n.d.). Data yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan penambangan yaitu data topografi, bor, area rencana, geoteknik, peralatan penambangan, jam kerja, serta data penunjang lainnyaPada penelitian ini difokuskan pada penjadwalan produksi untuk memenuhi target produksi proyek penambangan yang ekonomis (Zalfatirsa, 2019). Berdasarkan waktu, perencanaan dibagi menjadi: a. Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Plan) Perencanaan jangka panjang biasanya mecakup umur tambang minimal lima tahun kedepan. perencanaan jangka panjang ini digunakan untuk melaporkan rencana produksi perusahaan kepada pemerintah terkhusus kementerian ESDM selaku pemegang kekuasaan dari semua perusahaan tambang di Indonesia. 5 selain itu, perencanaan ini juga digunakan sebagai keperluan analisa bisnis para pemegang saham atau shareholder. b. Perencanaan Jangka Menengah (Mid Term Plan) Perencanaan tambang jangka menengah merupakan penjabaran dari perencanaan jangka panjang dengan umur tambang sekitar satu tahun kedepan dan diperlukan untuk membuat perkiraan biaya operasional dan hasil yang akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut selama satu tahun kedepan. c. Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Plan) Rencana jangka pendek merupakan penjabaran lebih detil dari perencanaan jangka menengah. Rencana inilah yang menjadi acuan langsung dari operasional lapangan seperti penempatan alat muat, alokasi truk muat ke lokasi loading point, dan sebagainya. 2. Sequence penambangan batubara Definisi tahapan penambangan (sequence) merupakan bentuk-bentuk penambangan (mineable geometris) yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit. Tujuan dari sequence adalah untuk menyederhanakan seluruh volume yang ada dalam overall pit ke dalam unit-unit pit penambangan yang lebih kecil (Hustrulid et al., 2013). Rancangan Sequence penambangan yang baik merupakan kunci terhadap suksesnya kegiatan penambangan dan rancangan yang baik pada tahapan-tahapan penambangan akan memberikan akses ke semua area kerja dan memberikan front kerja yang cukup untuk operasi peralatan secara efisien. Tahapan bukaan tambang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tahapan Bukaan Tambang (Hustrulid et al., 2013) 6 Tahapan–tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan yang efisien. Dalam merancang tahapan penambangan, parameter waktu harus diperhitungkan karena waktu merupakan parameter yang sangat berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang untuk mengoptimalkan target produksi (Hustrulid et al., 2013) Gambar 2. Perancangan Kemajuan Tambang (Hustrulid et al.,) 2013) 3. Fleet management system Fleet management adalah manajemen armada dari sebuah perusahaan transportasi. Fleet management dimasukkan dalam kendaraan komersial seperti mobil, pesawat, kapal, Van dan truk, serta gerbong kereta (Fiscalaga, Difa et al., 2019). Tujuan dari manajemen armada selain dapat meningkatkan produktivitas juga dapat menekan biaya operasional dengan memanfaatkan truk dan alat muat secara efisien (Sudiyanto, 2020). Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam menggunakan alat berat adalah sebagai berikut (Iskandar et al., 2019): a. Keputusan penggunaan alat berat didasarkan pada skenario yang menyatakan bahwa alat tersebut harus memberikan penghasilan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan (termasuk biaya operasional/kepemilikan). Jika tidak demikian, tidak perlu membeli peralatan. b. Seorang insinyur harus memiliki pengetahuan tentang alat berat; ia harus mengetahui informasi terbaru tentang pengembangan peralatan terbaru dan dapat menentukan mesin yang cocok pada suatu kondisi saat itu. 7 c. Hubungan biaya menginformasikan bahwa alat berat di lapangan harus dapat meningkatkan kapasitas kerja dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan. d. Pada saat aktivitas kemungkinan dijumpai masalah. Maka dari itu, ada beberapa hal yang harus direncanakan yaitu biaya untuk pembelian atau pemeliharaan peralatan, biaya pengawasan (berkala), kebutuhan akan operator terampil dan pelatihan untuk pekerja. Menurut definisi, pemikiran sistem adalah disiplin manajemen yang digunakan untuk memahami berbagai komponen yang membentuk sistem dan memeriksa bagaimana komponen-komponen ini terhubung dan berinteraksi untuk berkontribusi pada efisiensi sistem secara keseluruhan. Sistem waktu siklus terdiri dari berbagai kegiatan yaitu waktu pemuatan, waktu perjalanan dengan ADT dimuat, waktu antrian di pad run-of-mine (ROM), waktu dumping di stockpile pad ROM, waktu pengangkutan dengan ADT dibongkar, dan waktu antrian di titik pemuatan. waktu siklus yang optimal diperoleh dari aktivitas yang efisien serta kendala selama aktivitas dilakukan mitigasi dan preventif sejak dini (Nday and Thomas, 2019). a. Waktu Edar (Cycle time) Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk menghasilkan daur kerja. Waktu siklus (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alat melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai kembali. Pada setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis, alat-alat mekanis bekerja menurut pola tertentu, yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa komponen waktu siklus, gerakan dalam satu siklus waktu siklus (Choudhary, 2015). Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya semakin tinggi (Oemiati et al., 2020). 1) Waktu Edar Alat Muat Terdiri dari waktu untuk mengisi muatan, waktu ayunan bermuatan, waktu untuk menumpahkan muatan, waktu ayunan kosong. Total waktu edar alat muat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: CTm = T1 + T2 + T3 + T4 Keterangan: CTm = Total waktu edar alat muat (min) T1 = Waktu menggali material (min) T2 = Waktu putar (swing) bermuatan (min) 8 2) T3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (min) T4 = Waktu putar (swing) kosong (min) Waktu Edar Alat Angkut Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu untuk menempatkan posisi, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu dumping, waktu kembali kosong. Total waku edar alat angkut dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Cta = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 Keterangan: b. Cta = Total waktu edar alat angkut (min) T1 = Waktu untuk mengatur posisi (min) T2 = Waktu diisi muatan (min) T3 = Waktu mengangkut muatan (min) T4 = Waktu menumpahkan muatan (min) T5 = Waktu kembali kosong (min) Kapasitas Alat Kapasitas alat adalah suatu ukuran volume yang menyatakan berapa besar jumlah material yang dapat diisi, dimuat dan diangkut oleh suatu alat mekanis. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas. Adapun faktor lain yang berhubungan dengan kapasitas alat adalah (Studi et al., 2020): 1) Volume Material Dikenal ada 3 (tiga) bentuk volume material yang memengaruhi perhitungan pemindahan meliputi (Oemiati et al., 2020): a) Keadaan Asli (Bank Condition) Bank condition atau keadaan asli yaitu volume tanah yang belum terkena gangguan baik penggalian maupun pembongkaran dengan alat-alat mekanis. Ukuran demikian dinyatakan dalam ukuran bank measure/Bank Cubic Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan. b) Keadaan Gembur (Loose Condition) Keadaan gembur atau keadaan lepas yaitu volume tanah setelah dilakukan pembongkaran atau penggalian dari tempat asalnya. 9 Ukuran volume biasanya dinyatakan dalam loose measure/Loose Cubic Meter (LCM). c) Keadaan Padat (Compact Condition) Keadaan padat yaitu volume tanah setelah dilakukan penimbunan dan dipadatkan menggunakan peralatan mekanis. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat biasanya dinyatakan dalam compact measure/Compact cubic meter (CCM). 2) Pemberaian (swell) Swell atau pemberaian yaitu persentase pengembangan volume material dari volume asli yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari kedudukan aslinya. Rumus yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut: % berai = Volume lepas untuk berat tertentu volume asli untuk berat yang sama π π€πππ ππππ‘ππ = Volume bank volume loose volume asli (ππππ) = Volume lepas (1 + % berai) volume lepas (ππππ π) = volume asli × (1 + % berai) 3) Faktor Muat Pada saat material sebanyak 1 BCM dimuat kedalam sebuah mangkok (bucket), material yang terangkat oleh mangkok tersebut akan kurang dari 1 BCM karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan volume akibat adanya pemberaian. Faktor muat (load Faktor) dapat dihitung sebagai berikut: πΏπΉ = 100% 100% + % πππππ Jadi, untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok pada LCM harus dikalikan dengan LF, dinyatakan sebagai berikut: Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF 10 Penciutan material (shrinkage) merupakan perbandingan antara volume material yang telah dipadatkan dengan kondisi bank disebut juga Shrinkage Faktor (SF), dinyatakan sebagai berikut: SF = CCM / BCM 4) Densitas Material (ρ) Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material, secara umum dinyatakan dalam gr/cm3 atau Ton/m3. Material mempunyai densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, diantaranya yaitu ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik lain. Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian yaitu dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan berkurang dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori udara. Untuk mengkonversi densitas material dari bank ke loose digunakan rumus sebagai berikut: (1 + % πππππ) = 5) πΎπ/π΅πΆπ πΎπ/πΏπΆπ Faktor Pengisian Faktor pengisian (Fill Factor) adalah perbandingan antara kapasitas nyata muat dengan kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar faktor pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut. Faktor pengisian mangkuk disebut juga sebagai bucket fill factor. Untuk menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut : ππ πΉπ = ( ) × 100% ππ Keterangan: c. Fp = Faktor pengisian Vb = Kapasitas nyata alat muat (m3) Vd = Kapasitas teoritis alat muat (m3) Kondisi Jalan Memilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material, bijih, atau lapisan overburden harus dipertimbangkan kondisi areal kerja. Kondisi area kerja yang 11 dimaksud adalah kondisi jalan, misalnya jalan kering mulus dan padat, becek dan lembek, lurus, banyak tikungan, mendaki, menurun yang memengaruhi laju kendaraan pada saat bermuatan atau kosong. d. Kesediaan Alat Salah satu hal yang terpenting dalam pengaturan peralatan mekanis dalam pengoperasiannya adalah mengenai kesediaan mekanis dari alat tersebut. 1) Mechanical Availability (MA) Kesediaan mekanik (MA) ini menunjukkan secara nyata kesediaan alat karena adanya waktu akibat masalah mekanik. Persamaan dari kesediaan mekanik adalah sebagai berikut: MA = 2) π x 100 % π+π Physical Availability (PA) Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan dalam beroperasi. Faktor ini meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat permasalahan yang ada. Tingkat effesiensi dari sebuah alat mekanis baik, jika angka kesediaan fisik (PA) mendekati angka kesediaan mekanik (MA). Persamaan dari keadaan fisik (PA), sebagai berikut: PA = 3) π+π x 100 % π+π+π Effective Utilization (EU) Menunjukkan beberapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja produktif. Penggunaan efektif (EU) sebenarnya sama dengan pengertian effisiensi kerja. Persamaan matematis penggunaan effektif utilization (EU) sebagai berikut: EU = W x 100 % π+π +π Keterangan: W = jumlah jam kerja alat. S = jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat baik dan dalam keadaan siap beroperasi. R = jumlah jam perbaikan 12 e. Produktivitas Alat Produktivitas alat yaitu kemampuan alat muat untuk melakukan produksi penggalian/pemuatan dalam satuan BCM/LCM/Tonase per satuan unit (Fiscalaga, Difa et al., 2019). Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masing-masing alat dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Siregar, 2022): 1) Produksi Alat Muat Alat muat umumnya digunakan untuk pekerjaan pemuatan material ke atas alat angkut dan lain-lain. Perhitungan untuk produksi alat muat dapat dirumuskan sebagai berikut: Prod. Exca = π΅π’ππππ‘ π ππ§π × 3600 × BFF × Eff × SF πΆπ Keterangan: Prod. Exca = Produksi alat muat (BCM/jam) Bucket Size = Kapasitas bucket (m2) CT = Waktu edar alat 1 swing (det) Bucket Fill Factor = Faktor pengisian (%) 2) Efficiency = Efisiensi Kerja (%) SF = Faktor Pengembangan (%) Produksi Alat Angkut Operasi alat angkut meliputi loading, hauling, dumping, returning. Untuk menghitung produksi dari alat angkut berhubungan dengan jumlah pengisian dari alat muatnya dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Prod. Truk = n × 3600 × (N × KB × BFF) × Eff × SF πΆπ Keterangan: Prod. Truk = Produksi alat angkut (BCM/jam) n = Jumlah alat angkut KB = Kapasitas Bucket (m3 ) N = Jumlah curah BFF = Bucket Fill Faktor (%) CT = Waktu edar alat (det) 13 Efficiency = Efisiensi Kerja (%) SF f. = Faktor Pengembangan (%) Keserasian Kerja Alat Mekanis (Match Factor) Hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut didapatkan dengan cara mengatur produktivitas alat muat harus sesuai dengan produktivitas alat angkut. Hubungan kerja antara dua alat atau lebih dikatakan serasi apabila produksi alat yang melayani sama dengan produksi alat yang dilayani. Rumus perhitungan match factor sebagai berikut (Fiscalaga, Difa et al., 2019): MF = Na x CTm /Nm x CTa Keterangan: MF = Match Factor Na = Jumlah alat angkut (unit) CTm = Waktu edar pemuatan (menit) Nm = Jumlah alat muat (unit) Cta = Waktu edar alat angkut (menit) Berdasarkan persamaan tersebut, terdapat tiga kemungkinan harga keserasian kerja yaitu: 1) MF< 1, kemampuan produksi alat muat lebih besar dari pada kemampuan alat angkut, sehingga ada waktu tunggu bagi alat muat 2) MF= 1, kemampuan produksi alat muat sama dengan kemampuan produksi alat angkut jadi tidak ada waktu tunggu 3) MF> 1, kemampuan produksi alat angkut lebih besar dari pada kemampuan produksi alat muat, sehingga ada waktu tunggu bagi alat angkut. 4. Penjadwalan produksi batubara Penjadwalan produksi dapat didefinisikan sebagai penentuan urutan ekstraksi material optimal di mana blok harus diekstraksi dibawah beberapa kendala praktis dan teknis (Mousavi Nogholi, 2015). Penjadwalan produksi batubara dapat ditentukan setelah dilakukan penaksiran seluruh cadangan batubara yang memenuhi stripping ratio yang diinginkan. Penaksiran cadangan untuk penjadwaan produksi dilakukan dengan perhitungan mundur atau pushback terhadap batasan wilayah penambangan (pit limit) yang telah ditentukan. Dari perhitungan penjadwalan produksi didapat jumlah produksi lapisan overburden, lapisan batuan antar seam batubara (interburden), sehingga dapat dilakukan penjadwalan penimbunan pada disposal, dan dilakukan desain geometri 14 disposal secara bertahap untuk setiap tahunnya. Dalam hal melakukan penjadwalan produksi, faktor-faktor yang harus diperhitungkan adalah (Siregar, 2022): a. Curah hujan dan hari hujan yang akan mengganggu jalannya produksi. b. Tersedia atau tidaknya workshop untuk perbaikan (repair) alat. Setelah melakukan penjadwalan produksi, dilanjutkan dengan penjadwalan alat sesuai dengan alat yang tersedia. Kapasitas peralatan mekanis yang digunakan juga harus sesuai dengan target produksi yang ditentukan. Pada kondisi ideal (efisiensi 100%) diinginkan terhadap alat-alat mekanis bahwa (Siregar, 2022): a. Setiap alat bekerja pada kemampuan semaksimal mungkin. b. Setiap alat bekerja sepanjang waktu selama masa kerjanya. c. Setiap alat tidak pernah rusak. Namun dalam kenyataannya hal-hal tersebut tidaklah mungkin diterapkan, dikarenakan beberapa hal yaitu kondisi dari alat itu sendiri (mechanical condition), kondisi medan kerja (operating condition) serta faktor manusianya sendiri. Meskipun demikian, efektifitas penggunaan alat dapat diusahakan semaksimal mungkin dengan cara (Siregar, 2022): a. Memperkerjakan alat dengan jumlah seminimal mungkin pada kapasitas kerja semaksimal mungkin. b. Memperkerjakan alat sepanjang waktu atau hari kerjanya selama alat tersebut tidak rusak yaitu dengan menghilangkan waktu hambatan atau menganggur ( idle time). VII. METODE PENELITIAN Metode sebuah penelitian adalah langkah ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap untuk mencapai suatu kesimpulan yakni tahap persiapan, tahap kajian literatur, tahap pengambilan data, tahap pengolahan dan analisis data, dan terakhir yaitu tahap penyusunan laporan penelitian. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3. 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan berupa penentuan judul dan penyusunan proposal penelitian, serta melakukan pengurusan administrasi berupa perizinan kegiatan penelitian terhadap pihak-pihak terkait. 15 2. Tahap Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan pada tahap awal dengan mencari berbagai macam referensi pustaka yang mendukung secara langsung dan berkaitan dengan rancangan teknis penambangan batubara baik itu buku, jurnal maupun karya tulis ilmiah. 3. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dilakukan guna melakukan pengamatan secara langsung kondisi lapangan dan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dan menentukan lokasi penelitian. 4. Observasi Lapangan Melakukan observasi lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian, yaitu pengamatan topografi daerah penelitian, kondisi singkapan batubara dan alat mekanis yang digunakan. 5. Pengambilan Data Data yang digunakan pada penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data yang diperoleh secara real time oleh peneliti (data primer) dan data yang diperoleh bukan secara real time atau data yang sudah ada (data sekunder) a. Data Primer Pengambilan data primer yaitu data strike and dip dari singkapan lapisan batubara yang berada di dekat lokasi area rencana perluasan pit, data survei topografi existing pit, data cycle time dan data lost time peralatan mekanis meliputi alat gali-muat maupun alat angkut berdasarkan dari hasil pengambilan data secara langsung di lapangan. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder yang diperoleh meliputi: 1) Peta topografi, 2) Data batas WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan), 3) Data rencana wilayah penambangan, 4) Data survei pemboran lapisan waste dan batubara, 5) Data target produksi dan nilai stripping ratio (SR), 6) Data curah hujan, 7) Data rekomendasi geoteknik, 8) Data spesifikasi peralatan mekanis, 9) Data effective work hours. 16 6. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggabungkan data sekunder dan data primer untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data dilakukan dengan cara: a. Pengolahan data permodelan dan estimasi cadangan b. Menentukan rancangan geometri penambangan c. Menentukan kemampuan produksi peralatan penambangan alat gali muat d. Merancang desain final pit penambangan e. Merancang desain sekuen penambangan tahunan f. Menentukan lokasi disposal penambangan g. Menentukan geometri jenjang disposal h. Merancang desain sekuen disposal tahunan 7. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu analisis data perancangan sequence tambang dan analisis data produktivitas alat. a. Membuat rancangan kemajuan penambangan bulanan tahun 2023 serta perhitungan menggunakan software Minescape 5.7 dan Microsoft excel untuk memeroleh nilai volume dan perkiraan waktu yang tepat untuk penambangan dalam jangka waktu tertentu yang hasilnya berupa peta, desain tambang pada penyelesaian dalam suatu operasi tertentu. b. Menentukan jumlah alat yang digunakan untuk memeroleh jumlah alat optimal dan efisien dalam mecapai target produksi bulanan. 8. Penyusunan laporan 9. Seminar 17 Gambar 3. Bagan Alir Penelitian 18 VIII. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN Seluruh rangkaian kegiatan dalam penelitian ini dituangkan dalam suatu rencana pelaksanaan kegiatan agar kegiatan penelitian terlaksana secara sistematis dan terencana. Rencana pelaksanaan kegiatan penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No Kegiatan 1 Persiapan 2 Kajian Pustaka 3 Pengambilan Data 4 Pengolahan Dan Analisis Data 5 Penyusunan Laporan 6 Seminar IX. Tahun 2023 Maret April Mei Juni Juli RENCANA ANGGARAN BIAYA Peruntukan biaya yang akan dikeluarkan selama penelitian dituangkan dalam suatu rencana anggaran biaya ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya No Jenis Barang Harga Jumlah Total 1 Peralatan Penunjang Penelitian 1.650.000 1.650.000 2 Bahan Habis Pakai 1.450.000 1.450.000 3 Perjalanan 3.000.000 3.000.000 4 Lain-Lain 3.000.000 3.000.000 Total Dana (Rp) 9.100.000 19 X. DAFTAR PUSTAKA Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Araya, A. S., Nehring, M., Vega, E. T., Miranda, N. S. 2020. The Impact of Equipment Productivity and Pushback Width on The Mine Planning process. 120 (October), 599–607. Buchori., Toha, MT., Putera, AS. 2019. Technical Planning of Coal Mine Sequent. Dai, S., Robert B. F. 2017. Coal as a Promising Source of Critical Elements: Progress and Future Prospects. International Journal of Coal Geology. pp. 3 Fiscalaga, Difa, A., Maryanto, Munir, S. 2019. Optimalisasi Fleet Management dalam Produksi Hauling Batubara di PT Muara Alam Sejahtera Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Optimization Fleet Management in Coal Hauling Production in PT Muara Alam wilayah Izin Usaha Pertambangan. Prosiding Teknik Pertambangan, 5 (2), 493–500. Hustrulid, W., Kuchta, M., Martin, R. 2013. Open Pit Mine Planning and Design 3rd Edition. Indrajaya, F., Natallia, A. L., Sukmawatie, N. 2020. Perancangan Sequence Penambangan Batubara pada PT XYZ Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Geomine, 7 (3), 240. https://doi.org/10.33536/jg.v7i3.436 Iskandar, T., Ludiantoro, F. F., Wijayaningtyas, M. 2019. Heavy Equipment Efficiency, Productivity and Compatibility of Coal Mine Overburden Work in East Kalimantan. International Journal of Mechanical Engineering and Technology (IJMET),10 (06),194–202. Mousavi Nogholi, A. A. 2015. Optimisation of Open Pit Mine Block Sequencing. http://eprints.qut.edu.au/86697/ Nday, I. N. M., Thomas, H. 2019. Optimization of The Cycle time to Increase Productivity at Ruashi Mining. Journal of the Southern African Institute of Mining and Metallurgy, 119 (7), 631–638. https://doi.org/10.17159/2411-9717/624/2019 Oemiati, N., Revisdah, R., Rahmawati, R. 2020. Analisa Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut Pada Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Overburden). Bearing : Jurnal Penelitian dan Kajian Teknik Sipil, 6 (3). https://doi.org/10.32502/jbearing.2842202063 Sudiyanto, Y. 2020. Prosiding TPT XXIX Perhapi 2020. Prosiding TPT XXIX Perhapi 2020 Optimalisasi, December, 221–232. 20 Yusran M.I. 2022. Rancangan Mine Sequence Pada Penambangan Batubara Berdasarkan Eksisting Alat Mekanis Di PT. Mega Bara Semesta Jobsite PT. Sriwijaya Bara Priharum, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, 8.5.2017, 2003–2005. Studi, P., Teknik, S., Pertambangan, J. T., & Mineral, F. T. (2020). Hendri Saputra nim. 112150047. Waterman Sulistyana Bargawa. 2018. Perencanaan Tambang. Yogyakarta: Klau Book. 21 22