ASSIGNTMENT BUSINESS ETHIC KOKE: THE VALUE OF DEFECTIVE COFFEE BEANS THAT EMPOWER WOMEN Dosen Pengampu: Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D Disusu Oleh: 510175 Robby Ilham Sholihin MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2023 Case Study KoKe: The Value of Defective Coffee Beans That Empower Women A. Review Kasus Koke merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang mentransformasi biji kopi menjadi barang handycraft. Koke di dirikan karena banyaknya gagal panen yang dialami petani kopi. Gagal panen yang dialami petani kopi menyebabkan biji kopi menjadi terbuang sia-sia. Hal tersebut KoKe berinisiatif untuk memanfaatkan biji kopi sebagai barang yang memiliki nilai jual tinggi. Adapun barang hasil produksi KoKe seperti, pengharum ruangan, parfum, dan gelang tangan yang terbuat dari biji kopi. Di tahun 2015, KoKe membuat inovasi baru yaitu membuat gelang tangan dari biji kopi yang tidak layak konsumsi. Dalam pembuatan tersebut Prasetyo membeli peralatan untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Di tahun yang sama, Prasetyo memebeli biji kopi yang tidak layak di konsumsi dengan harga USD 2.31 per kilo dari petani di Temanggung dan Jawa Tengah. Biji kopi yang dibeli akan di panggang dan di bor untuk menjadi gelang. Setiap satu kilo biji kopi dapat menghasilkan 80-90 gelang biji kopi. Adapun biaya produksi setiap gelangnya yaitu USD 0.38. sedangkan harga jual gelang biji kopi yaitu sebesar USD 3.1 per gelangnya dengan ketahanan aroma wanginya selama 30 hari. Dalam memasarkan produknya, Prasetyo menggunakan kolaborasi dan Digital marketing seperti Instagram. Sedangkan target pasar dari KoKe yaitu generasi muda yang rentang umurnya 18 – 25 tahun. Selain itu, KoKe juga menjual produknya di berbagai market place seperti Shopee, Tokopedia, Blibli.com, dan lain-lain. Tahun 2018, pendapatan KoKe rata-rata perbulan meningkat lebih dari 40% yaitu sebesar USD 107,941. Meningkatnya pendapatan tersebut tidak terlepas dari hasil penjualannya yang melalui berbagai macam platform. Meningkatnya pendapatan KoKe berdampak positif ke para petani penghasil biji kopi, karena yang biasanya biji kopi menjadi limbah dapat dibeli kembali oleh perusahaan untuk diproduksi menjadi gelang biji kopi. Meningkatnya pendapatan perusahaan dari hasil penjualan handycraft, KoKe mensyaratkan ke petani kopi untuk menyediakan biji kopi yang tidak layak konsumsi sebanyak 1000 - 3000kg yang ada di berbagai daerah seperti Palembang, Temanggung, dan Bondowoso. Dari hasil produksi KoKe yang berbagai macam produk menggambarkan bahwa KoKe tidak hanya mengatasi permasalahan limbah pertanian tetapi juga sebagai Zero-Waste. Selain itu, kehadiran KoKe dapat memberikan dampak positif yaitu memberdayakan para petani local dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan memberdayaan para pekerja Wanita yang ada di desa. Dalam memberdayakan para pekerja Wanita yang sudah lanjut usia Prasetyo melihat bahwa di lingkungannya masih banyak ibu-ibu yang tidak bekerja serta ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Pada saat ini, KoKe handycraft banyak menggunakan tenaga Wanita yang lanjut usia dan para pekerja yang terkena PHK. Beberapa dari mereka akan dibayar perhari sebesar USD 0.96. Pada awal berdiri KoKe hanya memberdayakan empat pekerja Wanita, di tahun 2019 para pekerja meningkat menjadi 25 pekerja. Dalam memberikan upah KoKe menggunakan sistem satu gelang kopi dibayar sebesar USD 0.131, ketika para pekerja sehari dapat menghasilkan 100 gelang biji kopi dibayar sebesar USD 13.1. jika para pekerja bekerja 20 hari per bulan maka upah yang diterima pekerja lebih besar 2x lipat dari upah minimum Yogyakarta dan mendekati GDP Indonesia di tahun 2020. Dalam penggunaan tenaga kerja lansia, KoKe juga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam memberdayakan pekerja perempuan di pedesaan Prasetyo menghadapi tantangan yaitu, adanya budaya Paternalism. Budaya paternalism menganggap bahwa lakilaki atau suami lebih unggul dalam hubungan perkawinan. Artinya adalah jika perempuan yang bekerja akan memberikan dampak terhadap kesejahateraan finansial keluarga, mereka tetap berkewajiban untuk menangani masalah rumah tangga. Di lain sisi, ketika pesanan lagi meningkat para pekerja perempuan tidak dapat memenuhi kapasitas produksi tepat waktu, karena harus mengurus masalah keluarga seperti menjemput anak-anak atau merawat anggota keluarga yang sakit. Untuk mengejar kapasitas produksi Prasetyo langsung membantu yang pada akhirnya pekerjaan sebagai CEO terhambat. Di tahun 2016 – 2017 penpdatan koke meningkat dari USD 7.710 di tahun 2016 dan USD 23.130 di tahun 2017. Puncaknya berada di tahun 2018 sebesar USD 138.782. meningkatnya pendapatan tersebut menyebabkan banyak kompetitor melihat bahwa membuat kerajinan tangan seperti gelang, parfum, dan pewangi kopi merupakan peluang yang terbuka lebar, sehingga banyak kompetitor yang meniru produknya KoKe dan menjualnya di harga yang lebih murah. Di tahun 2020, ketika pandemic COVID-19 KoKe terkena dampak yang menyebabkan aksesoris kopi seperti gelang, anting, kalung, dan strap kacamata tidak diperlukan lagi karena selama pandemic konsumen menghabiskan waktunya di rumah. Adanya pandemic pendapat KoKe menurun 40% dibandingkan pre-pandemi. Selama pandemic, KoKe mengluarkan produk baru dengan bahan yang sama. Adapun derivative produk yang dihasilkan KoKe yaitu stress relief roll-on, sabun tangan anti bakteri, antiseptic spray, dan obat Pereda sakit dengan aroma kopi. B. Pertanyaan 1. How should KoKe deal with predatory pricing that continues to erode its market share? Answer: Untuk mengatasi predatory pricing yaitu a. Membuat peraturan dalam setiap produksi b. Menciptakan bariers entry sehingga kompetitor sulit untuk masuk c. Melakukan kerjasama dengan pabrik besar sehingga adanya persyaratan untuk memesan produknya. d. Mendaftarkan produk atau merk sebagai Hak Kekayaan Intelektual. 2. Explain Prasetyo’s decision to reduce the number of elderly female workers during COVID-19 pandemic. Answer: Pengurangan pekerja perempuan lansia dikarenakan KoKe ingin melakukan kontrak dengan perusahaan besar. Selain itu juga, dikondisi pandemic perusahaan mengalami penurunan pendapatan yang menyebabkan efisiensi biaya operasional agar bisa survive, maka dari itu adanya pengurangan tenaga perempuan lansia. 3. Please make some recommendations which might improve sales of KoKe;s handcrafted products during COVID-19, thereby empowering elderly female employees in the production. Answer: a. Ethic of Care Kepedulian merupakan hal penting untuk menjali relasi dengan orang lain. Dalam kasus ini perlu adanya kepedulian lebih yang diberikan ke para pekerja sehingga mereka merasa aman khususnya lagi di usia lanjut yang lebih rentan terkena covid19. Sehingga mereka dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dalam meningkatkan penjualan produk KoKe. b. Distributive Jutice Memberikan reward kepada para pekerja secara adil. Dalam hal ini ketika para pekerja telah mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Maka perusahan harus memberikan reward kepada pekerja tersebut. Reward yang diberikan bentuk apresiasi atau motivasi atas kinerja mereka. Sehingga dapat mendorong para pekerja dengan semangat. 4. Which of Prasetyo’s three major plans has the greates potential to be realized during COVID-19 pandemic? Explain your opinion. Answer: a. Promoting KoKe Product as Authentic Yogyakarta Souvenirs Plan ini dapat dijalan karena koke produk asli jogja yang seharusnya memprosikan produknya sebagai bagian dari ciri khas jogja. Selain itu, jogja merupakan tempat wisata yang mana banyak turis local maupun manca negara yang berlibur sehingga dapat dijadikan sebagai souvenir dari jogja. b. The Archipelago Coffee Program Program ini dapat memberikan eksposur bagi KoKe sebagai perusahaan yang memiliki produk handycraft asli jogja. selama pandemic kegiatan ini juga dapat mendorong perusahan UMKM untuk berkembang lebih maju lagi.