MATERI KULIAH ONLINE AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MODUL -07 PENGUKURAN KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK Oleh : Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA, CPMA, CA, ACPA, CACP TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT (STIE TRISAKTI) JAKARTA Edisi 02 – Agustus 2021 MATERI KULIAH 1. Pusat Pertanggungjawaban pada Pemerintah. 2. Pengukuran Kinerja pada Pemerintah Teori dan Aplikasi. 3. Akuntansi Pemerintah di Indonesia dan Amerika Serikat. Pusat Pertanggungjawaban pada Pemerintah 1. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik. 2. Struktur Pengendalian Manajemen. 3. Konsep Pusat Pertanggungjawaban di Organisasi Sektor Publik. 4. Pusat Pertanggungjawaban sebagai Basis Pengembangan Pengukuran Kinerja. 5. Implementasi Pusat Pertanggungjawaban di Organisasi Pemerintahan. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik ➢ Sistem pengendalian manajemen (SPM) memberi jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien. ➢ Aktivitas pengendalian manajemen meliputi: 1. Perencanaan 2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi 3. Komunikasi informasi 4. Pengambilan keputusan 5. Memotivasi individu agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi 6. Pengendalian 7. Penilaian kinerja Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik ➢ Proses pengendalian manajemen terdiri dari 8 tahap: 1. Perumusan Strategi. 2. Perencanaan Startegis. 3. Pembuatan Program. 4. Penganggaran. 5. Implementasi. 6. Pelaporan Kinerja. 7. Evaluasi Kinerja. 8. Umpan Balik. Struktur Pengendalian Manajemen ➢ Struktur Pengendalian Manajemen terdiri dari 3 (tiga) elemen: 1. Pusat Pertanggungjawaban. 2. Kompensasi. 3. Jejaring informasi. ➢ Pusat pertanggungjawaban : unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam rangka melaksanakan sebagian kegiatan-kegiatan organisasi yang menjadi tanggungjawabnya. Struktur Pengendalian Manajemen ➢ Tujuan dibuatnya Pusat pertanggungjawaban (responsibility centers): 1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, & penilaian kinerja manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya. 2. Memudahkan mencapai tujuan organisasi. 3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence. 4. Mendelegasikan tugas & wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi shg mengurangi beban tugas manajer pusat. 5. Mendorong kreativitas & daya inovasi bawahan. 6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif & efisien 7. Sebagai alat pengendalian manajemen. Konsep Pusat Pertanggungjawaban di Organisasi Sektor Publik ➢ Konsep pusat pertanggungjawaban merupakan wujud dari model pengambilan keputusan secara terdesentralisasi. ➢ Pusat pertanggungjawaban pada Organisasi Sektor Publik dibedakan menjadi 4 (empat): 1. Pusat biaya (expense center). Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan, bukan nilai ouput yang dihasilkan. 2. Pusat Pendapatan (revenue center). Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan pendapatan yang dihasilkan sebagaimana pada organisasi perusahaan manajer pada pusat pendapatan hanya bertanggung jawab terhadap penjualan. Konsep Pusat Pertanggungjawaban di Organisasi Sektor Publik 3. Pusat Laba (profit center). Pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input (expense) dengan output (revenue) dalam satuan moneter. Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan. 4. Pusat Investasi (investment center). Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan diakitkan dengan investasi yang ditanamkan pada Pusat Pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pusat Pertanggungjawaban sebagai Basis Pengembangan Pengukuran Kinerja ➢ 2 alasan mengapa manajer perlu menerapakan pengukuran kinerja pada Unit Kinerja (desentralisasi): 1. Masalah Kesesuaian Tujuan. Hasil dari kesesuaian tujuan adalah ketika manajer Sub Unit membantu organisasi dalam memenuhi tujuannya sesuai dengan yang ditetapkan oleh manajemen puncak. 2. Masalah Eksternalitas. Penerapan pengukuran kinerja menjadi sangat penting bagi organisasi sektor publik karena tingginya ketergantungan organisasi sektor publik kepada Oversight Body (lembaga pengawasan) yang mengakibatkan tingginya ketidakpastian lingkungan yang dihadapi serta banyak dan bervariasinya pihak yang berkepentingan dan sasaran organisasi yang smart. Implementasi Pusat Pertanggungjawaban di Organisasi Pemerintahan 1. 2. 3. 4. 5. Pusat Biaya: a. Pemerintah Pusat (Kemenkes, Kemendikbud dll) b. Pemerintah daerah (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dll). Pusat Pendapatn: a. Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak, Ditjen Bea& Cukai dll) b. Pemerintah daerah (Dinas Pendapatan, Pengelolaan, keuangan dan Aset Daerah/DPPKAD) dan kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT). Pusat laba: BUMN, BUMD, Obyek Wisata Pemda dll Pusat Investasi: Dinas Bina Marga, Dinas Pekerjaan umum. Pusat Beban terbatas (Discretionary Expense Centre): bagian sekteratriat atau bagan tata Usaha pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat daerah) yang betangungjawab atas belanja, adminsitrasi kantor untuk mendukung operasional kantor sehari-hari serta pelaksanan program dan kegiatan SKPD secara keseluruhan. Pengukuran Kinerja pada Pemerintah Teori dan Aplikasi 1. Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian Manajemen Organisasi Sektor Publik. 2. Kesesuaian Disain Pengukuran Kinerja dengan Disain Sistem Pengendalian Manajemen. 3. Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja. 4. Konsep Dasar : Input, Output dan Outcome. 5. Konsep Best Value. 6. Implementasi Pengukuran Kinerja di Pemerintahan. Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian Manajemen Organisasi Sektor Publik ➢ Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. ➢ Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi 3 (tiga) maksud : 1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah. 2. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. 3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian Manajemen Organisasi Sektor Publik ➢ Tujuan dilakukannya Pengukuran kinerja pada Organisasi sektor publik : 1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. 2. Menyediakan sarana pembelajaran bagi pegawai. 3. Memperbaiki kinerja untuk periode berikutnya. 4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward & punishment. 5. Memotivasi pegawai. 6. Menciptakan akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja dan Fungsi Pengendalian Manajemen Organisasi Sektor Publik ➢ Manfaat disusunnya Pengukuran kinerja bagi Organisasi Pemerintahan : 1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen; 2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan; 3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja; 4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi 5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi; 6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi; 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan 8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. Kesesuaian Disain Pengukuran Kinerja dengan Disain Sistem Pengendalian Manajemen ➢ Faktor-faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun SPM yang juga mempengaruhi dalam menyusun Sistem Pengukuran Kinerja: 1. Disain Disain Sistem Pengendalian tergantung pada karakteristik lingkungan yang dihadpi. 2. Paradigma merupakan peta yang menggambarkan kondisi lingkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi. 3. Sistem yang terdiri atas 2 bagian : proses dan struktur. 4. Keahlian manajerial (managerial skill). Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja ➢ Konsep Value for Money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efektivitas dan efisiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi. ➢ Indikator value for money dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: 1. indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi) 2. indikator kualitas pelayanan (efektivitas). ➢ Terdapat 3 macam pengukuran: 1. Pengukuran ekonomi. 2. Pengukuran efisiensi. 3. Pengukuran efektivitas. Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja 1. Pengukuran ekonomi Hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi? b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan? c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal? Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja 2. Pengukuran efisiensi ➢ Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. ➢ Perbaikan terhadap efisensi dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama. 2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input. 3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama. 4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output. ➢ Penyebut atau input seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang. ➢ Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun satuan fisik. Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja ➢ Pengukuran kinerja VFM Efisiensi dapat dibagi menjadi 2 (dua): a. Efisiensi alokasi Terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal b. Efisiensi teknis atau manajerial Terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu Konsep Value for Money pada Pengukuran Kinerja 3. Pengukuran efektivitas ➢ Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. ➢ Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. ➢ Efektivitas hanya melihat apakah suatu kegiatan atau program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Konsep Dasar : Input, Output dan Outcome 1. Indikator Input. ➢ Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan output. ➢ Input dibagi 2 (dua): a. Input primer (kas) b. Input sekunder (bahan baku, personil, infrasktur dll. ➢ Pengukuran input dilakukan dengan cara membandingkan input sekunder dengan input primer. ➢ Pengukuran input = pengukuran ekonomi untuk mengetahui biaya per unit input (cost of input). Konsep Dasar : Input, Output dan Outcome 2. Indikator Output. ➢ Output adalah hasil langsung dari suatu proses. ➢ Pengukuran output adalah pengukuran keluaran yang dihasilkan dari proses. ➢ Ukuran ouput menunjukkan hasil implementasi program atau aktivitas. ➢ Pengukuran output memeiliki harus karakteristik: a. Ditujukan ke bidang kinerja sesungguhnya. b. Tepat sasaran. c. Tepat waktu. d. Obyektif. ➢ Jika pengukuran output tidak memiliki salah satu dari 4 karakteristik tsb maka sistem pengendalian yang berorientasi pada output dapat mengalami kegagalan. Konsep Dasar : Input, Output dan Outcome 3. Indikator Outcome. ➢ Outcome adalah dampak suatu kegiatan terhadap masyarakat. ➢ Outcome lebih tingginya nilainya dari pada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat. ➢ Outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan ➢ Pengukuran outcome memiliki dua peran, 1. Peran retrospektif penilaian kinerja masa lalu: menentukan apakah manfaat yang diharapkan (expected benefit) dari suatu program publik telah terwujud. 2. Peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang: memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. Konsep Best Value ➢ Konsep Best Value merupakan perluasan dari konsep VFM. ➢ Dalam konteks organisasi Pemerintahan konsep best value merupakan konsep yang mewajibkan unit kerja Pemerintah memberi pelayanan publik untuk memberikan pelayanan terbaik (best value). ➢ Karakteristik utama Konsep Best Value adalah penetapan serangkaian indikator kinerja untuk mengukur kinerja unit kerja pemberi layanan yang merupakan unit kerja best value. ➢ Indikator kerja ditetapkan untuk menilai kinerja dan kesehatan organisasi secara keseluruhan. ➢ Indikator kerja yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi adalah indikator outcome, sedangkan indikator input dan output digunakan untuk menilai level kegiatan. Implementasi Pengukuran Kinerja di Pemerintahan ➢ Manajemen Kinerja yang terintegrasi terdiri perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja. ➢ Perencanaan kinerja terdiri atas 4 (empat) tahap 1. Penentuan Visi Misi dan Tujuan serta Strategi. 2. Penerjemahan Visi Misi Tujuan serta Strategi kedalam: a. Sasaran strategis. b. Inisiatif strategis. c. Indikator kinerja. d. Target kinerja. 3. Penyusunan program. 4. Penyusunan anggaran. Implementasi Pengukuran Kinerja di Pemerintahan ➢ Perencanaan kinerja VFM dibangun atas 3 (tiga) komponen utama: 1. Komponen Visi, MisiTujuan dan Strategi. 2. Komponen Input, Proses, output dan Outcome. 3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas. ➢ Sejak dikeluarkanya UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara terjadi perubahan mendasar pada sistem pengangaran di Indonesia, yaitu ditetapkannya penganggaran terpadu (unified budgeting), penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) dan penganggaran denga perspektif jangka menengah (Mediun Term Expenditure Framework/MTEF). Akuntansi Pemerintah di Indonesia ➢ Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP): 1. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) . 2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) . ➢ SA-BUN terdiri: 1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP). 2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H). 3. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP). 4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP). 5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD). 6. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Perhitungan dan Pembiayaan (SA-BAPP). 7. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK). 8. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). Akuntansi Pemerintah di Indonesia ➢ Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri 3 subsistem: 1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). 2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAKBMN). 3. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA-BAPP). ➢ Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri 2 subsitem: 1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD). 2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SASKPD) Akuntansi Pemerintah di Amerika Serikat ➢ Sistem Akuntansi yang berlaku di Pemerintah Amerika serikat adalah Akuntansi Dana (Fund Accounting). ➢ Dalam pelaksanaan Akuntansi Dana, terdiri dari: 1. Expandable Fund. 2. Non Expandable Fund. ➢ Dana Pemerintah (Governmental Fund) dibagi menjadi: 1. Dana Umum (General Fund). 2. Dana Proyek Modal (Capital Project Fund). 3. Dana Pelunasan Utang (Debt Service Fund). Akuntansi Pemerintah di Amerika Serikat ➢ Terdapat 5 (lima) Jurnal dalam pencatatan di Dana Umum: 1. Jurnal Anggaran. 2. Jurnal pendapatan. 3. Jurnal Belanja. 4. Jurnal Penyesuaian. 5. Jurnal Penutup. Referensi Halim, Abdul & M. Syam Kusufi; Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor publik; Edisi 2, Salemba Empat; 2014; bab 8 & 9. Nordiawan, Deddi & Ayuningtyas Hertianti; Akuntansi Sektor Publik; Edisi 2; Salemba Empat; 2010; bab 9 &10.