Uploaded by nikita.200190013

MAKALAH BAHAN BAKU KERAMIK NICH

advertisement
MAKALAH
BAHAN BAKU KERAMIK
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahan Baku Keramik
Disusun Oleh :
1. Anisa Hani Nurafra
NIM. 200190002
2. Rauzatul Aulia
NIM. 200190004
3. Nikita Adinda Putri
NIM. 200190013
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Bahan Baku Keramik dengan tepat waktu.
Makalah ini diajuka untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah
Bahan Baku Keramik semester V dengan dosen pembimbing Ahmad Fikri S.Pd.,
MT. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
bahan baku keramik yang telah memberikan araha dan dan bimbingan dalam
membuat makalah ini dan orang tua yang selalu memdukung kelancaran tugas
kami.
Akhirnya penulis sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
khususnya dengan segala kerendahan hati kami, saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah
pada tugas yang akan dating.
Lhokseumawe, 27 January 2023
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Silika
2.1.1
Pengertian
2.1.2
Mineral Pembawa LTJ
2.1.2
Ketersediaan
2.2
Alumina
2.2.1
Pengertian
2.2.2
Karakteristik
2.2.3
Ketersediaan
2.3
Bone As
2.3.1
Pengertian
2.3.2
Karakteristik
2.3.3
Ketersediaan
2.4
Logam Tanah Jarang (LTJ)
Logam Tanah Jarang (LTJ) atau terjemahan dari Rare Earth Element (LTJ)
merupakan kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium
(Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm),
europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho),
erbium (Er), thulium (TM ), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Ketujuhbelas unsur ini termasuk dalam Kelompok Lantanida pada tabel susunan
berkala dan dikelompokkan lagi menjadi LTJ Berat (heavyLTJ) dan LTJ ringan
(light REE) yang diberi warna berbeda.
Gambar 2. Tabel Susunan Berkala (Periodik)
Istilah logam tanah jarang didasarkan pada asumsi semula yang menyatakan
bahwa keberadaan LTJ ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya
kelimpahan LTJ ini melebihi unsur lain dalam kerak bumi. Keterdapatan LTJ
umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar
secara terbatas. Seperti halnya thulium ™ dan lutetium (Lu) merupakan dua unsur
yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi tetapi 200 kali lebih banyak
dibandingkan kelimpahan emas (Au). Meskipun demikian unsur-unsur tersebut
sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk
ditambang secara ekonomis. Ketujuhbelas unsur logamini mempunyai banyak
kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara
geologi.
2.4.1
Mineral Pembawa LTJ
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia mineral-mineral yang
mengandung unsur LTJ terdapat sebagai mineral ikutan dari kegiatan
penambangan timah dan emas aluvial yang mempunyai peluang untuk diusahakan
sebagai produk sampingan yang memberikan nilai tambah sehingga dapat
mengurangi bahan galian tertinggal dan bahan galian terbuang dalam suatu
kegiatan penambangan. Potensi endapan timah dan emas aluvial di Indonesia
cukup berlimpah.
Mineral utama mengandung LTJ yang ditemukan di Indonesia adalah
xenotim, monasit dan zirkon yang berasosiasi dengan kasiterit yang diperoleh dari
penambangan timah aluvial (Tabel 2.).
Tabel 2. Mineral Utama LTJ dalam Penambangan Timah Plaser
Berikut ini diuraikan ketiga mineral utama LTJ yang dikenal di Indonesia:
A. Monasit adalah mineral fosfat yang mengandung LTJ dan thorium (Ce, La, Pr,
Nd, Th, Y)PO4 dan mengandung 60% s.d. 62% total oksida tanah jarang.
Monasit umumnya diambil dari konsentrat yang merupakan hasil pengolahan
dari endapan aluvial mineral logam berat lain. Monasit memiliki kandungan
thorium yang cukup tinggi. Sehingga mineral tersebut memiliki s
Sifat
radioaktif. Thorium memancarkan radiasi tingkat rendah, dengan
menggunakan selembar kertas saja akan terhindar dari radiasi yang
dipancarkan. Monasit tahan terhadap pelapukan kimia dan mempunyai berat
jenis tinggi dalam asosiasinya dengan mineral berat lainnya seperti ilmenit,
magnetit, zirkon dan rutil. Kristal monasit berwarna kuning hingga coklat atau
orange-coklat dengan kilap sutera. Butiran monasit biasanya prismatik dengan
diakhiri bentuk membaji. Keduanya granular dan bentuk pejal (Gambar 1.2
dan Gambar 1.3).
Gambar 2. Penampakan Butiran Monasit (M), Xenotim (X) dan Zirkon(Z)
Sebagai Mineral Utama LTJ dalam Endapan Plaser Bangka Belitung
Gambar 2. Mineral Kasiterit (SnO2) dan Mineral Ikutannya, conto dari Pulau
Bangka, Bangka-Belitung
B. Xenotim adalah mineral fosfat yang mengandung Y (YPO4) dan merupakan
senyawa yttrium fospat dengan kandungan 54% s.d. 65% LTJ termasuk
erbium, cerium dan thorium. Xenotim juga mineral yang ditemukan dalam
pasir mineral berat, serta dalam pegmatit dan batuan beku. Xenotim berwarna
coklat kekuningan sampai coklat kemerahan dengan kilap sutera. Warna yang
kurang umumnya kelabu, oranye dan hijau. Xenotim selalu sebagai mineral
tambahan dalam batuan asam dan alkalin, walaupun telah teramati dalam sekis
mika dan genis kaya kuarsa, juga sebagai mineral rombakan. Xenotim dapat
secara mudah tertukar dengan zirkon oleh karena kesamaan dalam bentuk
kristal dan kenampakan secara keseluruhan. Namun demikian xenotim tidak
sekeras zirkon dan menampakan belahan sempurna.
C. Zirkon, merupakan senyawa zirkonium silikat yang didalamnya dapat
terkandung thorium, yttrium dan cerium.
Ketiga jenis mineral yang mengandung LTJ tersebut banyak ditemukan dalam
penambangan timah aluvial di daerah Kepulauan Bangka-Belitung dan Kepulauan
Riau. Masing-masing wilayah penambangan menunjukkan karakteristik persen
berat kelimpahan kasiterit, monasit, xenotim dan zirkony berbeda (Gambar 2.).
Gambar 2. Perbandingan % Berat Kelimpahan Kasiterit dan Mineral Ikutan pada
Konsentrat Pasir Timah di Bangka-Belitung dan Kepulauan Riau
2.5
Tanah Lempung (Clay)
2.5.1
Pengertian dan Karakteristik Tanah Lempung (Clay)
Lempung adalah satu istilah yang dipakai untuk menyatakan tanah yang
berbutir halus yang memiliki sifat kohesi, plastisitas, tidak memperlihatkan sifat
dilatasi, dan tidak mengandung jumlah bahan kasar yang berarti sedangkan fraksi
lempung merupakan bagian berat butir-butir dari tanah yang lebih halus dari 0,002
mm. Tanah lempung atau dapat juga dikatakan sebagai tanah halus mengandung
butir-butir yang sangat kecil dan menunjukkan sifat-sifat plastisitas dan kohesi.
Kohesi menunjukkan bahwa butir-butir tersebut melekat satu sama lainnya,
sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubahubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali pada bentuk aslinya, dan tanpa
terjadi retakan-retakan atau terpecah-pecah.
Perilaku tanah lempung sangat dipengaruhi oleh sifat partikel-partikel
lempung secara individual dan air pori. Tipikal tanah lempung secara alami dapat
dilihat dari kadar air, angka pori dan berat unit. Tipikal beberapa tipe tanah dalam
keadaan asli, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tanah lempung adalah agregat partikel-partikel yang berukuran
mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsurunsur penyusun bantuan. Tanah lempung memiliki ciri-ciri berupa bersifat plastis,
kadar air sedang hingga luas, permeabilitas yang sangat rendah, memiliki ukuran
< 0,002 mm, berbutir halus, dan akan mengeras dalam keadaan kering. Dikutip
dari buku Kolam Ikan, Ragaman Pilihan, dan Cara Membuat yang ditulis oleh
Heru Susanto (2010: 32), tanah lempung memiliki plastisitas tinggi dan tidak
poros, sehingga biasanya tanah ini tidak mudah terputus ketika dibentuk
memanjang seperti pensil, tetapi mudah pecah ketika dibentuk lempengan dan
dipijat dengan jari.
2.5.2
Karakteristik
2.5.3
Ketersediaan
BAB III
PROSES PEMBUATAN KERAMIK
2.1
Powder Press
2.1.1
Slip Casting
2.1.2
Zolying dan Zigring
2.1.2
Sintering
Download