MAKALAH TEKNOLOGI KATALIS “KONSEP DASAR KATALISIS” Disusun Oleh : Kelompok I Nabila Amalia NIM.200190011 Nikita Adinda Putri NIM.200190013 Dosen Pengampu : Iqbal Kamar, S.T., M.T PRODI TEKNIK MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE 2023 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar Katalisis” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Iqbal Kamar, S.T., M.T pada mata kuliah Teknologi Katalis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep Dasar Katalisasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Iqbal Kamar, S.T., M.T selaku dosen Teknologi Katalis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Lhokseumawe, 25 Maret 2023 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5 2.1 Pengertian Katalis ................................................................................. 5 2.2 Jenis-jenis Katalis ................................................................................... 6 2.1.1 Katalis Enzim .......................... Ошибка! Закладка не определена. 2.1.2 Katalis Homogen ...................... Ошибка! Закладка не определена. 2.1.3 Katalis Heterogen ..................... Ошибка! Закладка не определена. 2.2 Mekanisme Reaksi Katalitik ............................................................... 10 2.4 Faktor-faktor Aktivitas Katalis.......................................................... 11 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 13 3.1 Kesimpulan ......................................Ошибка! Закладка не определена. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katalis memiliki peranan yang sangat penting dimana lebih dari 75 % proses-proses sintesis kimia di industri sangat bergantung dari ketersediaan katalis. Jenis industri yang membutuhkan katalis antara lain industri energi, bahan bakar, farmasi dan bahan kimia. Senyawa katalis, baik sebagai katalis homogen maupun heterogen, terbuat dari senyawa organik ataupun anorganik. Secara teoritis, katalis adalah zat yang ditambahkan kedalam suatu reaksi dan mampu mengubah laju reaksi. Katalis dapat mempercepat laju reaksi tanpa mempengaruhi massa dari produk. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian katalis? 2. Apa saja jenis-jenis katalis? 3. Bagaimana mekanisme reaksi katalitik? 4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas katalis? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian dari katalis 2. Untuk mengetahui jenis-jenis katalis 3. Untuk mengetahui mekanisme reaksi katalitik 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas katalis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Katalis Katalis ditemukan oleh J.J. Berzelius pada tahun 1836 sebagai komponen yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia, namun tidak ikut bereaksi. Definisi katalisator adalah suatu substansi yang dapat meningkatkan kecepatan, sehingga reaksi kimia dapat mencapai kesetimbangan tanpa terlibat di dalam reaksi secara permanen. Namun pada akhir reaksi katalis tidak tergabung dengan senyawa produk reaksi. Entalpi reaksi dan faktor-faktor termodinamika lainnya merupakan fungsi sifat dasar dari reaktan dan produk, sehingga tidak dapat diubah dengan katalis. Adanya katalis dapat mempengaruhi faktor-faktor kinetika suatu reaksi seperti laju reaksi, energi aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan lain-lain. Katalis merupakan zat yang ditambahkan dalam sistem reaksi untuk mempercepat reaksi. Katalis dapat menyediakan situs aktif yang befungsi untuk mempertemukan reaktan dan menyumbangkan energi dalam bentuk panas sehingga molekul pereaktan mampu melewati energi aktivasi secara lebih mudah. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, maka penggunaan katalis menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam berbagai industri. Kebutuhan akan katalis dalam berbagai proses industri cenderung mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena proses kimia yang menggunakan katalis cenderung lebih ekonomis. Dalam mempercepat laju reaksi, katalis bersifat spesifik, artinya suatu katalis dapat mempercepat pada reaksi tertentu saja tidak pada semua reaksi kimia. Contohnya, suatu katalis A mampu mempercepat laju reaksi pada reaksi hidrogenasi namun kurang baik jika digunakan pada reaksi oksidasi. Hal tersebut terikat erat dengan sifat fisika dan sifat kimia katalis. Dalam reaksi yang sama terdapat beberapa kemungkinan jenis material yang dapat digunakan dalam proses reaksi tersebut. Misalnya dalam reaksi hidrogenasi dapat digunakan katalis Fe, Co, Ni. Kemampuan suatu katalis dalam mempercepat laju reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja katalis antara lain adalah sifat fisika dan kimia katalis; kondisi operasi seperti temperatur, tekanan, laju alir, waktu kontak; jenis umpan yang digunakan; jenis padatan pendukung yang digunakan. Katalis yang dipreparasi dengan cara yang berbeda akan menghasilkan aktivitas dan selektivitas yang berbeda. Kemampuan suatu katalis dalam suatu proses biasanya diukur dari aktivitas dan selektivitasnya. Aktivitas biasanya dinyatakan dalam rosentase konversi atau jumlah produk yang dihasilkan dari jumlah reaktan yang digunakan dalam waktu reaksi tertentu, sedangkan selektivitas adalah ukuran katalis dalam mempercepat reaksi pada pembentukan suatu produk tertentu, karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja katalis dalam mempercepat laju reaksi, maka perlu dilakukan pemilihan katalis secara cermat sebelum menggunakan katalis dalam suatu proses tertentu. Pemilihan katalis yang tepat dalam suatu proses dapat menyebabkan proses yang diinginkan memiliki hasil yang optimal. Pemilihan katalis yang tidak tepat dapat menyebabkan proses menjadi kurang efisien sehingga akibatnya juga menjadi kurang ekonomis. Bahkan pemilihan katalis yang tidak tepat bisa juga menyebabkan adanya efek toksisitas yang berbahaya ataupun dapat mencemari lingkungan. 2.2 Jenis-jenis Katalis 2.1.1 Katalis Enzim Enzim merupakan suatu katalisator yang akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam organisme hidup, tetapi ia sendiri tidak turut mengalami perubahan. Pengertian lainnya adalah suatu katalis yang akan mengubah kecepatan reaksi perubahan substrat menjadi produk, sementara enzim itu sendiri tidak mengalami perubahan. Fungsi enzim sebagai biokatalisator suatu reaksi kimia. Energi yang diperlukan oleh enzim di dalam reaksi kimia sangat kecil sehingga berfungsi menurunkan energi aktivasi. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme. Pada gambar 2.1 akan tampak bahwa reaksi yang berlangsung tanpa adanya katalis, untuk membentuk produk yang merupakan reaksi akhir, kebutuhan energi aktivasinya akan lebih tinggi dibanding reaksi yang menggunakan katalis. Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi aktivasi). Gambar 2.1 Enzim Menurunkan Energi Aktivasi Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Berikut beberapa enzim pada manusia: 1. Amilase Amilase penting untuk pencernaan karbohidrat. Ia memecah pati menjadi gula. Amilase disekresikan oleh kelenjar ludah dan pankreas. Pengukuran kadar amilase dalam darah terkadang digunakan sebagai bantuan dalam mendiagnosis berbagai penyakit pankreas atau saluran pencernaan lainnya. Tingkat amilase yang tinggi dalam darah bisa mengindikasikan saluran pankreas yang tersumbat atau terluka, kanker pankreas, atau pankreas akut, peradangan pankreas secara tiba-tiba. Kadar amilase yang rendah bisa mengindikasikan pankreatitis kronis atau penyakit hati. 2. Maltase Maltase disekresikan oleh usus kecil dan bertanggung jawab untuk memecah maltosa (gula malt) menjadi glukosa (gula sederhana) yang digunakan tubuh sebagai energi. Selama pencernaan, pati sebagian diubah menjadi maltosa oleh amilase. Maltase kemudian mengubah maltosa menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh atau disimpan di hati sebagai glikogen untuk digunakan di masa mendatang. 3. Laktase Laktase adalah jenis enzim yang memecah laktosa, gula yang ditemukan dalam produk susu, menjadi gula sederhana glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi oleh sel-sel yang dikenal sebagai enterosit yang melapisi saluran usus. Laktosa yang tidak diserap mengalami fermentasi oleh bakteri dan bisa menyebabkan gangguan gas dan usus. 4. Lipase Lipase berfungsi memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (alkohol gula sederhana). Lipase diproduksi dalam jumlah kecil oleh mulut dan perut, dan dalam jumlah yang lebih besar oleh pankreas. 5. Protease Enzim ini juga disebut peptidase, enzim proteolitik, atau proteinase. Fungsi enzim pencernaan ini memecah protein menjadi asam amino. Selain itu, mereka berperan dalam berbagai proses tubuh, termasuk pembelahan sel, pembekuan darah, dan fungsi kekebalan tubuh. 6. Sukrase Sukrase disekresikan oleh usus kecil, di mana ia memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa, gula sederhana yang bisa diserap tubuh. Sukrase ditemukan di sepanjang vili usus, tonjolan kecil seperti rambut yang melapisi usus dan membawa nutrisi ke dalam aliran darah. 2.1.2 Katalis Homogen Katalis homogen berada pada fasa yang sama seperti reaktan dan produk. Beberapa contoh misalnya hidrolisis ester oleh asam (cair-cair), oksidasi SO2 oleh NO2 (uap-uap) dan dekomposisi potasium khlorat dengan MnO2 (padat-padat). Reaksi sangat spesifik dengan yield yang tinggi dari produk yang diinginkan. Kelemahan pada katalis homogen ini adalah hanya dapat digunakan pada skala laboratorium, sulit dilakukan secara komersial, operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga peralatan lebih kompleks, pemisahan antara produk dengan katalis suit karena berada pada satu fasa, penggunaan katalis ini hanya sekali saja dan tidak dapat didaur ulang. Katalis asam umumnya digunakan dalam proses pretreatment terhadap bahan baku minyak tumbuhan yang memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi namun sangat jarang digunakan dalam proses utama pembuatan biodiesel. Katalis asam homogen seperti asam sulfat, bersifat sangat korosif, sulit dipisahkan dari produk dan dapat ikut terbuang dalam pencucian sehingga tidak dapat digunakan kembali sekaligus dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Katalis asam heterogen seperti : Nafion, meskipun tidak sekorosif katalis asam homogen dan dapat dipisahkan untuk digunakan kembali, cenderung sangat mahal dan memiliki kemampuan katalisasi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa. Katalis basa homogen seperti NaOH (natrium hidroksida) dan KOH (kalium hidroksida) merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam proses pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan tekanan operasi yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi. Akan tetapi, katalis basa homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan. 2.1.3 Katalis Heterogen Katalis heterogen merupakan katalis yang berada dalam fasa yang berbeda dengan reaktan, biasanya katalis heterogen berupa padatan dan interaksi pada permukaan padat-gas atau padat-cair. Penggunaan katalis heterogen menguntungkan dengan beberapa alasan antara lain: selektivitas produk yang diinginkan dapat ditingkatkan dengan adanya pori yang terdapat pada katalis heterogen. Aktivitas intrinsik dari active site dapat dimodifikasi oleh struktur padat. Katalis basa heterogen seperti CaO, meskipun memiliki kemampuan katalisator yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa homogen, dapat menjadi alternatif yang baik dalam proses pembuatan biodiesel. Katalis basa heterogen dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan kembali, mengurangi biaya pengadaan dan pengoperasian peralatan pemisahan yang mahal serta meminimasi persoalan limbah yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan katalis heterogen didasarkan adanya kelemahan katalis homogen yang memerlukan proses pemurnian lebih lanjut. Terlebih sifatnya yang tidak ramah lingkungan. Melalui penggunaan katalis heterogen diharapkan diperoleh produk yang lebih unggul. Keunggulan katalis heterogen dibandingkasn katalis homogen di antaranya: a. Tidak sensitif terhadap adanya FFA (asam lemak bebas). b. Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi dapat terjadi secara bersamaan c. Tidak memerlukan tahap pencucian katalis. d. Katalis mudah dipisahkan dari produk utama maupun produk samping sehingga kontaminasi katalis terhadap produk rendah. e. Katalis dapat didaur ulang. f. Mengurangi adanya masalah korosi Sebagian besar industri kimia menggunakan katalis heterogen. Keuntungan pemakaian katalis heterogen (berupa padatan) adalah jenis katalisnya banyak, mudah dimodifikasi dan dapat diregenerasi pada suhu pemisahan serta dapat digunakan untuk mereaksikan senyawa yang peka terhadap suasana asam dan tidak merusak warna hasil reaksi. Persyaratan utama suatu katalis heterogen adalah permukaan yang aktif dan mampu mengadsorpsi reaktan. Kelebihan utama katalis heterogen adalah kemudahannya dipisahkan dari hasil reaksi. 2.2 Mekanisme Reaksi Katalitik Reaksi katalitik merupakan reaksi yang melibatkan katalis atau zat yang memungkinkan reaksi kimia untuk berjalan lebih cepat. Reaksi Katalitik pada industri pembuatan dimetil eter (DME) dari metanol terdapat pada proses dehidrasi metanol dengan menggunakan katalis silika alumina. Proses yang terjadi yaitu kontak langsung (direct contact) metanol dengan katalis silika alumina (Al2O3.SiO2) disebut juga dengan metode Sendereus. Reaksi ini dilakukan pada suhu 250 – 400 °C dalam fase gas. Gas metanol dikontakkan tersebut secara langsung dengan katalis Al2O3.SiO2 (padat) dalam fixed bed reactor pada suhu tinggi. Reaksi: 2CH3OH ↔ CH3OCH3 + H2O Metanol yang dialirkan ke reaktor kemudian akan masuk ke dalam distillation column dimetil eter. Hasil atas distillation column dialirkan ke dalam tangki penyimpanan produk yaitu Dimetil Eter, dan hasil bawah yang terdiri dari sisa metanol, air dan sedikit Dimetil Eter dialirkan ke metanol distillation column. 2.4 Faktor-faktor Aktivitas Katalis Dalam melangsungkan suatu reaksi katalitik tidak hanya jenis katalis saja yang perlu mendapat perhatian. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap aktivitas reaksi katalitik ini meliputi: 1. Umpan yang digunakan. Sangat perlu untuk melihat produsen(sumber industri) yang memproduksi bahan umpan tersebut karena akan menentukan dalam hal konsentrasi, jenis reaksi yang dilakukan dalam proses sintesisnya, keberadaan zat pengotor baik yang bersifat inert maupun bersifat racun. Salah satu contohnya adalah pada umpan dari oleochemical. Sejumlah kecil organosulfur merupakan pengotor dalam bahan baku oleochemical yang dapat mengakibatkan deaktivasi katalis tembaga yang digunakan untuk hidrogenolisis ester menjadi fatty alcohol. Brand et al. (1999) mempelajari deaktivasi katalis Cu/SiO2 dan Cu/ZnO/SiO2 akibat adanya sulfur pada hidrogenolisis metil palmitat dalam fasa cair. Laju deaktivasi sangat cepat dan meningkat sebagai fungsi keberadaan komponen katalis. 2. Produk yang diinginkan yang meliputi kemurnian, spesifikasi komposisi 3. Mekanisme yang mungkin terjadi berdasarkan data yang tersedia dari penelitian terdahulu. Mekanisme ini tidak hanya enyangkut reaksi utama tetapi juga menyangkut reaksi samping yang harus dihindari. 4. Kompilasi data termodinamika yang berkaitan dengan perkiraan mekanisme reaksi 5. Evaluasi ekonomi yang menyeluruh dalam hal umpan, harga produk, perbandingan antara ongkos dan harga, tingkat minimal aktivitas dan selektivitas yang dibutuhkan untuk proses yang ekonomis BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Katalis mempercepat laju reaksi dengan mengurangi energi aktivasi. Katalis heterogen digunakan karena adanya kelemahan pada katalis homogen yang tidak ramah lingkungan. Sebagian besar industri kimia menggunakan katalis heterogen karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan katalis homogen, yaitu: mudah dimodifikasi, dapat diregenerasi pada suhu pemisahan, serta dapat digunakan untuk mereaksikan senyawa yang peka terhadap suasana asam dan tidak merusak warna hasil reaksi. Katalis enzim memiliki kelebihan, yaitu dapat meningkatkan laju reaksi hingga 10¹⁷ kali lipat, tetapi penggunaan katalis enzim tergolong sulit, karena selain mahal, katalis memiliki beberapa kekurangan, yaitu: tidak berfungsi pada suhu > 37°C, stabilitas terbatas pada larutan, serta penggunaannya sangat spesifik dimana satu jenis katalis tidak dapat digunakan untuk proses yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Enzim. (n.d.). Retrieved Maret 25, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Enzim 2023, from WIKIPEDIA: Husin, H., Mahidin, & Marwan. (2011). STUDI PENGGUNAAN KATALIS ABU SABUT KELAPA, ABU. Reaktor, Vol. 13 No. 4 , 254-261. Lestari, D. Y. (2012). PEMILIHAN KATALIS YANG IDEAL . Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA , 1-6. Setyawardhani, D. A. (2021, September 12). PORTAL SPADA UNIVERSITAS SEBELAS MARET. Retrieved Maret 25, 2023, from Proses Industri Kimia: https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=100026#:~:text=Reaksi %20katalitik%20merupakan%20reaksi%20yang,kimia%20untuk%20berja lan%20lebih%20cepat.&text=Terdapat%20proses%20Dehidrasi%20Meth anol%20dengan%20menggunakan%20katalis%20silica%20alumina Zamhari, M., Yuniar, Sari, D. I., & Saputri, N. S. (2019). PEMBUATAN KATALIS HETEROGEN BASA DARI SERBUK. Jurnal Kinetika Vol. 10, No. 01 , 38-45.