IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Optimasi Menggunakan RSM Penggunaan metode RSM pada penelitian ini adalah untuk mencari titik optimum kuat tarik pada bioplastik. Sampel bioplastik yang dioptimasi mempunyai dimensi panjang 7 cm dan lebar 3 cm dengan dua variabel bebas yaitu temperatur pengeringan dan lama pengeringan. Metode RSM yang digunakan adalah CCD. Data hasil penelitian yang didapatkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian pada Program Design Expert 10.0.1 Variabel Kode Variabel Sebenarnya Respon No X1 X2 Temperatur (C°) Lama Pengeringan (jam) Kuat Tarik (MPa) 1 -1 -1 40 1 0.0407 2 1 -1 60 1 0.0397 3 -1 1 40 3 0.0417 4 1 1 60 3 0.0340 5 -1.414 0 35.85 2 0.0373 6 1.414 0 64.14 2 0.0347 7 0 -1.414 50 0.58 0.0423 8 0 1.414 50 3.41 0.0417 9 0 0 50 2 0.046 10 0 0 50 2 0.0453 11 0 0 50 2 0.0457 12 0 0 50 2 0.0447 13 0 0 50 2 0.0450 Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 33 4.1.1 Analisis Pemilihan Model Statistik Analisis menggunakan RSM dengan CCD memiliki beberapa model statistik yang ditawarkan untuk menganalisis data hasil penelitian. Model statistik tersebut diantaranya adalah model linier dengan bentuk persamaan model interaksi dua faktor (2FI) dengan bentuk persamaan model kuadratik dengan bentuk persamaan , dan model kubik. Kelima model tersebut dipilih yang paling sesuai dengan respon optimum berdasarkan dari Sequential Model Sum of Squares, Lack of Fit Test dan Model Summary Statistic. Perhitungan pemilihan model statistik untuk kuat tarik bioplastik berdasarkan Sequential Model Sum of Squares terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pemilihan Model Berdasarkan Sequential Model Sum of Squares Sumber Jumlah Kuadrat db Mean Kuadrat Mean vs Total 0.022 1 0.022 Linear vs Mean 2FI vs Linear Qudratic vs 2FI 2.300 E-005 1.22 E-005 1.592 E-004 Cubics vs Quadratic 2 1 2 05.008 E-006 2 1.093 E-006 5 2.300 E-005 1.22 E-005 7.960 E-005 2.504 E-006 2.187 E-007 1.733 Total 0.023 13 E-003 Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Residual 34 F Hitung Nilai P prob>F 0.65 0.5421 0.61 0.4545 91.32 <0.0001 Suggested 11.45 0.0136 Aliased Keterangan Pemilihan model pada Tabel 4.2 menghasilkan model Quadratic yang disarankan oleh software DX10 dengan keterangan suggested pada tabel. Sedangkan model Cubics merupakan model yang tidak disarankan oleh software DX10 dengan keterangan aliased pada tabel. Pemilihan model statistik yang sesuai berdasarkan Sequantial Model Sum of Squares sebenarnya harus memiliki nilai p kurang dari 5% (p<5%) yang memiliki pengertian bahwa model memiliki kesalahan kurang dari 5%. Selain itu nilai p juga memiliki pengertian signifikansi statistik atau konsistensi hasil ketika diulang berkali-kali (Sugiharto, 2009). Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa model linier memiliki nilai p sebesar 0.5421 yang menunjukkan bahwa peluang kesalahan model linier adalah sebesar 54.21% sehingga model tidak signifikan. Model interaksi dua faktor (2FI) memiliki nilai p sebesar 0.4545 sehingga model 2FI tidak signifikan karena memiliki peluang kesalahan 45.45%. Model kuadratik memiliki nilai p terbaik dari semua model yaitu sebesar <0.0001 yang berarti model kuadratik memiliki peluang kesalahan hanya 0.01% yang membuat model ini disarankan oleh software DX10. Model terakhir adalah model kubik yang memiliki nilai p sebesar 0.0136 yang menunjukkan peluang kesalahan sebesar 1.36% sehingga model ini tidak disarankan oleh software DX10. Pemilihan model selanjutnya didasarkan pada pengujian ketidaktepatan (Lack of Fit Tests). Model yang dianggap tepat adalah model bersifat tidak nyata (insignificant) secara statistik (Gaspersz, 1992). Pada proses ini model akan dapat diterima jika nilai p lebih dari 5% (p>5%) yang menunjukkan model tidak nyata terhadap respon. Data berdasarkan tes ketidaktepatan terdapat pada Tabel 4.3. 35 Tabel 4.3 Pemilihan Model Berdasarkan Lack of Fit Tests Sumber Jumlah Kuadrat db Mean Kuadrat F Hitung Nilai P Prob>F Linear 1.754 E-004 6 2.924 E-005 107.10 0.0002 2FI 1.642 E-004 5 3.284 E-005 120.29 0.0002 Quadra tic 5.009 E-006 3 1.670 E-006 6.12 0.0563 Suggested Cubic 1.250 E-009 1 1.250 E-009 4.579 E-003 0.9493 Aliased Keterangan Pure 1.092 2.730 4 Error E-006 E-007 Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Berdasarkan Tabel 4.3 pengujian ketidaktepatan menghasilkan model linier dan model interaksi dua faktor (2FI) yang memiliki nilai p sama yaitu sebesar 0.0002 (0.02%). Model kudratik memiliki nilai sebesar 0.0563 (5.63%) sebagai model yang disarankan dengan keterangan suggested dari software DX10. Menurut Putranto (2014) seharusnya nilai p yang baik adalah diatas 0.05 namun dikarenakan nilai p paling besar adalah 0.0563 dan tidak ada opsi lain yang lebih baik, maka program menyarankan model kuadratik sebagai model yang terbaik. Model kubik memiliki nilai p sebesar 0.9493 (94.93%) yang nilainya rentang cukup jauh dengan nilai ketidaktepatan model (5%) dan merupakan nilai p terbesar dibanding dengan tiga model lainnya. Namun, model kubik terpilih menjadi model yang tidak disarankan oleh software DX10 dengan adanya keterangan aliased karena model kubik tidak mendukung untuk rancangan yang menggunakan 2 variabel sehingga model yang disarankan adalah model kudratik. Metode terakhir adalah Model Summary Statistic dimana proses pemilihan model berdasarkan ringkasan model statistik. Parameter yang digunakan dalam memilih model yang tepat 36 adalah standar deviasi terendah, R-square tertinggi, Adjusted Rsquare tertinggi, Predicted R-square tertinggi dan PRESS terendah (Estiasih dkk, 2013). Hasil analisis Model Summary Statistic terdapat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Pemilihan Model Berdasarkan Uraian Ringkasan Model secara Statistik Sumber Std Deviasi R Prediksi 2 R PRESS Linear 4.201 E-003 0.1153 -0.0167 -0.5545 3.101 E-004 2FI 4.286 E-003 0.1715 -0.1046 -0.8699 3.731 E-004 Quadrat ic 9.336 E-003 0.9694 0.9476 0.8129 3.733 E-005 Suggested Cubic 4.676 E-004 0.9945 0.9868 0.9910 1.786 E-004 Aliased 2 Akar R 2 Keterangan Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Pada Tabel 4.4 diperoleh hasil untuk model secara statistik pada proses kuat tarik bioplastik, nilai standar deviasi yang paling rendah yang memenuhi kriteria adalah model bentuk kubik yaitu sebesar 0.0004676, akan tetapi model kubik tidak dianjurkan sehingga model yang terpilih adalah model kuadratik. Nilai R-square kuadratik adalah sebesar 0.9694. Model kuadratik memiliki nilai adjusted R2 sebesar 0.9476 yang berarti variabel temperatur dan lama pengeringan berpengaruh terhadap keragaman respon sebesar (94.76%) sedangkan sisanya 5.24% dipengaruhi faktor lain yang tidak dijadikan variabel yang diteliti. Model kuadratik memiliki nilai prediksi R2 sebesar 0.8129. Nilai PRESS yang dimiliki model sebesar 0.00003733 dimana nilai tersebut bukan merupakan nilai terendah jika dibandingkan dengan model linier dan 2FI. Nilai PRESS digunakan untuk menunjukkan prediksi kesalahan jumlah kuadrat dari model, sedangkan nilai prediksi R2 37 merupakan prediksi hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terkontrol yang dicari dari hasil prediksi kesalahan jumlah kuadrat model (Gumanti, 2015). Berdasarkan dari seluruh analisis tiga model yang ada, digunakan untuk menjelaskan hubungan antara temperatur pengeringan dan lama waktu pengeringan terhadap kuat tarik dari bioplastik adalah model kuadratik karena menunjukkan hasil yang dapat dikatakan konsisten. Sedangkan, model kubik yang di beberapa kriteria memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan model kuadratik tidak disarankan oleh software DX10 dikarenakan model kubik tidak sesuai untuk model rancangan dua variabel. 4.1.2 Analisis ANOVA Model Kuadratik Model kuadratik sebagai model terpilih kemudian dianalisis menggunakan Analysis of Varians (ANOVA) untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel yaitu temperatur pengeringan dan lama pengeringan yang menjadi dasar penelitian. Hasil dari ANOVA ini akan menunjukkan apakah model memiliki nilai yang signifikan terhadap hasil penelitian atau tidak. Hasil analisis ANOVA pada penelitian bioplastik dari tepung nasi aking disajikan pada Tabel 4.5. 38 Tabel 4.5 Hasil Analisis ANOVA Respon Kuat Tarik Bioplastik Sumber Jumlah Kuadrat db Mean Kuadrat F Hitung Nilai P Prob>F Keterangan Model 1.934 E-004 1.915 E-005 3.848 E-006 1.22 E-005 1.513 E-004 1.926 E-005 6.101 E-006 5.009 E-006 1.092 E-006 1.995 E-004 9.336 E-004 0.041 5 3.868 E-005 1.915 E-005 3.848 E-006 1.22E005 1.513 E-004 1.926 E-005 8.716 E-007 1.670 E-006 2.730 E-007 44.38 <0.0001 Significant 21.97 0.0022 4.42 0.0737 12.88 0.0089 173.59 <0.0001 22.09 0.0022 6.12 0.0563 ATemperatur B-Waktu AB 2 A 2 B Residual Lack of Fit Pure Error Cor Total Std. Dev. Mean C.V. % 1 1 1 1 1 7 3 4 Not Significant 12 R-square Adj R-square Pred R-square Adeq Precision 0.9694 0.9476 0.8129 18.156 2.25 PRESS 3.733 E-005 Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Berdasarkan tabel ANOVA model kuadratik signifikan terhadap respon kuat tarik sebesar <0.0001 dan temperatur pengeringan (A) sebesar 0.0022, sedangkan lama pengeringan (B) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon kuat tarik karena p-value B sebesar 0.0737, dimana nilai p lebih besar dari 0.05 (p>0.05). Pada tabel ANOVA terdapat interakasi 39 antara faktor temperatur pengeringan dan lama pengeringan (AB) dengan p-value sebesar 0.0089 juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon kuat tarik , sehingga model linier dan interaksi antar faktor menunjukkan pengaruh yang signifikan dari hasil respon kuat tarik. Nilai p pada Lack of Fit sebesar 0.0563 menunjukkan bahwa model ini masih memiliki kekurangan jika digunakan sebagai prediksi. Nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0.9694 menunjukkan data yang menunjang model sebesar 96.94%. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai respon kuat tarik adalah temperatur pengeringan dan lama pengeringan. Sedangkan sisanya 3.06% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Rendahnya kuat tarik bioplastik disebabkan beberapa faktor yaitu proses pengadukan antara tepung nasi aking dengan kitosan yang kurang maksimal. Nilai R (Adj R-Squared) menunjukkan nilai sebesar 0.9476 yang berarti adanya korelasi sebesar 0.9476. Korelasi positif yaitu apabila nilai X besar maka diikuti nilai Y yang besar pula dari program Design Expert 10.0.1 diperoleh persamaan polinomial model ordo dalam bentuk variabel kode pada respon kuat tarik bioplastik sebagai berikut: Ykuat tarik= 0.045 – 1.547E-003A1 – 6.936E-004B2 – 1.675E003A1B2 - 4.664E-003A12 - 1.664E-003B22 Sedangkan persamaan polinomial ordo dua dalam bentuk variabel sebenarnya (aktual) yaitu: Ykuat tarik = -0.085536 + 4.84404E-003A1 + 0.014336B2 – 1.67500E-004A1B2 - 4.663750E-005A12 - 1.66375 E-003B22 Nilai prediksi dari kuat tarik pada bioplastik dibandingkan dengan hasil penelitian (aktual) disajikan pada Tabel 4.6. 40 Tabel 4.6 Data Hasil Penelitian Dan Prediksi Hasil Kuat Tarik Oleh Model CCD Variabel Kode Variabel Sebenarnya Respon Kuat Tarik (MPa) X1 X2 Temperatur (°C) Lama Pengeringan (jam) Aktual Prediksi 1 -1 -1 40 1 0.0407 0.0392 2 1 -1 60 1 0.0397 0.0395 3 -1 1 40 3 0.0417 0.0412 4 1 1 60 3 0.0340 0.0348 5 1.414 0 35.85 2 0.0373 0.0379 6 1.414 0 64.13 2 0.0347 0.0335 7 0 1.414 50 0.58 0.0423 0.0427 8 0 1.414 50 3.41 0.0417 0.0407 9 0 0 50 2 0.0460 0.0450 10 0 0 50 2 0.0453 0.0450 11 0 0 50 2 0.0457 0.0450 12 0 0 50 2 0.0447 0.0450 13 0 0 50 2 0.0450 0.0450 No Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Tingkat keakuratan model dapat diketahui dari perbandingan nilai aktual penelitian dengan nilai prediksi model. Tingkat keakuratan model dapat dilihat pada Gambar 4.1. 41 -Expert® Software arik Prediksi vs Aktual oints by value of arik: 6 0.046 4 Kuat Tarik (Mpa) Prediksi 0.044 2 R = 0.9694 Std Dev = 0.0009336 0.042 0.04 0.038 0.036 0.034 0.032 0.032 0.034 0.036 0.038 0.04 0.042 0.044 0.046 Kuat Tarik (MPa) Aktual Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Aktual dan Nilai Prediksi Respon Kuat Tarik Bioplastik Keakuratan model diketahui dari perbandingan nilai aktual dan nilai prediksi dari model yang dihasilkan. Gambar 4.1 diatas menunjukkan distribusi sebaran nilai aktual yang dinyatakan sebagai kotak dan nilai prediksi yang dinyatakan sebagai garis linier. Nilai aktual hasil penelitian tersebar disekitar garis dan terdapat nilai yang dekat dengan garis dan nilai yang jauh dari garis. Distribusi sebaran tersebut menggambarkan nilai standar deviasi sebesar 0.0009336dan nilai R2 sebesar 0.9694. Hal ini menunjukkan bahwa semakin nilai R2 mendekati nilai 1 maka semakin baik model yang dihasilkan, dan cukup banyak nilai aktual yang tersebar jauh dari nilai prediksi. 42 4.1.3. Respon Kuat Tarik Bioplastik Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu temperatur pengeringan dan waktu pengeringan yang digunakan terhadap respon kuat tarik bioplastik. Pada Gambar 4.2 dapat diketahui grafik kontur respon kuat tarik bioplastik. Berdasarkan hasil ANOVA yang diperoleh, variabel temperatur pengeringan dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap respon kuat tarik. Garis terluar pada grafik menunjukkan nilai respon terendah dan semakin ke dalam menunjukkan nilai respon yang semakin tinggi. Nilai respon yang optimal pada kontur plot akan ditandai tidengan adanya titik (node) pada kontur tersebut. Respon optimal dari kuat tarik bioplastik tepung nasi aking dalam kontur menunjukkan nilai dikisaran 0.044 MPa. Sedangkan pada Gambar 4.3 menunjukkan grafik permukaan respon kuat tarik. Berdasarkan grafik yang ditampilkan diketahui titik tengah grafik. Grafik 3D tersebut berbentuk parabola yang menggambarkan optimasi yang didapat adalah optimasi maksimum dimana pengaruh interaksi antara temperatur pengeringan dan waktu pengeringan bersifat kuadratik berbentuk bukit yang terbuka ke bawah terhadap respon kuat tarik bioplastik. Grafik tersebut dapat menentukan nilai optimal respon kuat tarik dengan melihat 2 titik pada grafik temperatur (X1) sebesar 60°C dan lama pengeringan (X2) selama 3 jam. 43 esign-Expert® Software actor Coding: Actual uat Tarik (MPa) Design Points 0.046 Kuat Tarik (MPa) 3 0.044 0.038 1 = A: Temperatur 2 = B: Waktu Pengeringan B: Waktu Pengeringan (jam) 0.034 2.5 0.042 0.04 5 2 1.5 0.042 1 40 45 50 55 60 A: Temperatur (°C) Gambar 4.2 Grafik Kontur Plot Kuat Tarik Bioplastik Design-Expert® Software Factor Coding: Actual Kuat Tarik (MPa) Design points above predicted value Design points below predicted value 0.046 0.034 0.046 X1 = A: Temperatur X2 = B: Lama Pengeringan Kuat Tarik (MPa) 0.044 0.042 0.04 0.038 0.036 0.034 3 60 2.5 55 2 50 1.5 45 B: Lama Pengeringan (jam) 1 A: Temperatur (°C) 40 Gambar 4.3 Grafik 3D Respon Kuat Tarik 44 4.1.4. Optimasi Respon Kuat Tarik Bioplastik Optimasi respon kuat tarik bioplastik dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan nilai kuat tarik bioplasitk dalam batas pengaruh temperatur pengeringan dan lama pengeringan pada daerah percobaan yang lebih luas, dengan batasan-batasan yang ditentukan sehingga menghasilkan solusi yang optimal. Kriteria pengoptimalan respon disesuaikan dengan batasan-batasan (constrain) seperti pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Constrain Respon untuk Optimasi Name Temperatur Lama pengeringan Kuat tarik Is in range Lower Limit 40 Upper Limit 60 Is in range 1 30 maximize 0.034 0.046 Goal Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Perlakuan terbaik berdasarkan model diperoleh dengan memberikan batasan titik perlakuan dengan memaksimalkan respon. Titik optimum dari kedua variabel dapat ditentukan melalui grafik permukaan respon pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Dari gambar dibawah menunjukkan titik optimum variabel temperatur pengeringan dan waktu pengeringan terdapat area berwarna biru yang mengindikasikan area yang tidak diinginkan dan nilai desirability yang rendah. Grafik desirability yang disajikan pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai desirability berada pada area yang berwarna oranye yang mengindikasikan bahwa area yang semakin berwarna merah adalah semakin baik. 45 Design-Expert® Software actor Coding: Actual Desirability Design Points 1.000 Desirability 3 0.8 0.2 0.000 B: Lama Pengeringan (jam) 0.4 1 = A: Temperatur 2 = B: Lama Pengeringan 2.5 0.6 5 Desirability 0.958 2 1.5 0.6 1 40 45 50 55 60 A: Temperatur (°C) Gambar 4.4 Grafik Interaksi Variabel Bebas Terhadap Respon Countour Plot Design-Expert® Software Factor Coding: Actual Desirability 1.000 0.000 0.958 X1 = A: Temperatur X2 = B: Lama Pengeringan 1.000 0.800 Desirability 0.600 0.400 0.200 0.000 3 60 2.5 55 2 50 1.5 B: Lama Pengeringan (jam) 45 1 A: Temperatur (°C) 40 Gambar 4.5 Grafik Interaksi Variabel Bebas Terhadap Respon 3D Surface 46 Berdasarkan pengolahan data DX10 optimum yang disajikan pada Tabel 4.8. didapatkan nilai Tabel 4.8 Solusi Titik Optimum Terpilih Berdasarkan Software DX10 Suhu (°C) Waktu (jam) Kuat Tarik (MPa) Desirability Keterangan 48.558 1.863 0.045 0.958 Selected Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Berdasarkan pengolahan data optimasi menggunakan RSM dengan model desain komposit terpusat diperoleh solusi optimal proses yaitu pada temperatur pengeringan sebesar 48.558°C dan waktu pengeringan optimum adalah 1.863 jam serta respon kuat tarik yang didapat sebesar 0.0450 MPa. Titik optimum masing-masing merupakan titik stasioner yang diduga merupakan respon optimum (Ernest dkk, 2014). Sedangkan nilai desirability digunakan untuk menentukan ketepatan hasil solusi optimal dengan kisaran nilai 0 sampai 1. Nilai desirability 1 menunjukkan bahwa respon sempurna sedangkan niali desirability 0 menunjukkan respon harus dibuang (Laluce et al., 2009). Hasil desirability menunjukkan angka 0.9958 sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketepatannya adalah sebesar 95.8%. 4.1.5. Validasi Kondisi Optimum Hasil Prediksi Model DX10 Validasi atas model yang terbentuk diperlukan untuk menguji keakuratan model dalam menggambarkan kondisi empiris. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil perlakuan terbaik berdasarkan model dengan hasil penelitian. Perlakuan terbaik berdasarkan model diperoleh dengan mengoptimalkan respon kuat tarik. Model optimum dari Design Expert X10.0 diperlukan untuk menguji keakuratan model dalam menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Perbandingan hasil penelitian dan prediksi dapat dilihat pada Tabel 4.9. 47 Tabel 4.9 Hasil Penelitian dan Prediksi Hasil Kuat Tarik Kuat Tarik (MPa) Nilai Optimum Variabel DX10 Prediksi Aktual Temperatur (°C) 48.588 0.045 0.0453 Lama Pengeringan 1.863 (jam) Sumber: Hasil Pengolahan Data DX10 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil validasi kuat tarik sebesar 13.60 N atau sama dengan 0.0453 MPa. Perbedaan hasil prediksi dan hasil penelitian (aktual) dapat terjadi karena hal-hal teknis saat penelitian namun perbedaan yang terjadi sangat kecil sekali. Hasil optimasi kuat tarik pada bioplastik dengan hasil optimum sebesar 45.3% belum bisa diterapkan, namun hasil ini telah membuktikan hipotesis bahwa dengan adanya pengaruh temperatur pengeringan dan lama pengeringan dapat meningkatkan nilai kuat tarik bioplastik namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencapai hasil yang diharapkan hingga bisa diterapkan. Berikut ini merupakan peneltian terdahulu tentang pembuatan bioplastik yang terdapat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Perbandingan dengan Penelitian Lain Penulis Judul Hasil Perlakuan terbaik pada plastik biodegradable dengan tepung Karaktersitik Fisik Dan Mekanis nasi aking sebanyak 10 gram, Bioplastik Terhadap kitosan 3 gram dan 2 ml Pengaruh Variasi gliserol dengan perlakuan Ulfah, 2016 Temperatur Dan terbaik pada suhu 50°C dan Lama Pengeringan lama pengeringan 2 jam Berbahan Dasar memiliki kuat tarik sebesar Nasi Aking 0.017 MPa dan elongasinya 47.780%. 48 Utomo dkk, 2013 Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik Fisikokimiawi Plastik Biodegradable Dari Komposit Pati Lidah Buaya (Aloe Vera)Kitosan Epriyanti dkk, 2015 Pengaruh Suhu Dan Lama Pengringan Terhadap Karakteristik Komposit Plastik Biodegradable Dari Pati Kulit Singkong Dan Kitosan Perlakuan terbaik pada plastik biodegradable dengan formulasi yang digunakan sebagai komposisi bahan utama pati lidah buaya : serbuk kitosan udang : akuades dengan perbandingan yaitu 13% : 10% : 64%, kemudian ditambahkan gliserol 8% dan bahan tambahan asam yang berasal dari cuka makan (vinegar) sebanyak 5%. Plastik yang dihasilkan pada pengeringan dengan suhu 50°C dan pengeringan selama 2 jam memiliki kuat tarik 2 sebesar 104.659 N/mm dan elongasinya 2.778%. Kuat tarik plastik biodegradable yang terbaik dengan pati singkong sebanyak 3.5 gram, kitosan 1.5 gram dan 1 ml gliserol. Plastik yang dihasilkan pada pengeringanan dengan suhu 50°C dan pengeringan selama 6 jam memiliki kuat tarik sebesar 1.04 MPa dan elongasinya 54.99%. Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa, hasil optimasi kuat tarik bioplastik dari tepung nasi aking dengan nilai optimum kuat tarik sebesar 0.045 MPa dengan hasil aktualnya sebesar 0.0453 MPa dan elongasi sebesar 50.00%, menunjukkan bahwa pengaruh adanya temperatur pengeringan dapat menyebabkan struktur ikatan pada bioplastik menjadi rapat. Menurut Ulfah (2016), naiknya kuat tarik terjadi karena kadar kitosan yang semakin tinggi, maka akan semakin banyak ikatan hidrogen yang terdapat di dalam film plastik sehingga 49 ikatan antar molekul dari plastik akan semakin kuat, dan juga dengan adanya penambahan gliserol mengakibatkan pembentukan ikatan silang dengan kitosan yang mengurangi gaya antar molekul rantai polisakarida sehingga sampel plastik menjadi lebih fleksibel dan sedikit lebih halus. Pada pembuatan bioplastik dari tepung nasi aking pada penelitian ini dengan perlakuan suhu 50°C dan lama pengeringan 2 jam memiliki kuat tarik sebesar 0.017 MPa dan elongasinya 47.780%. Dalam penelitian yang dilakukan Utomo, dkk (2013) pada bioplastik dari komposit lidah buaya, kombinasi perlakuan temperatur pengeringan dan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap kuat tarik bioplastik. dimana semakin tinggi suhu dan waktu pengeringan maka akan mempengaruhi besarnya penguapan plasticizer dalam bahan. Menurut Alyanak (2004) dalam Purwanti (2010), besarnya kuat tarik atau regangan putus berhubungan erat dengan jumlah plasticizer yang ditambahkan pada proses pembuatan bioplastik. Dalam hal ini, semakin besar konsentrasi plasticizer yang menguap dari bahan maka bahan semakin kering dan mudah sobek sehingga tingkat elastisitas bahan tersebut akan semakin menurun. Hasil penelitian terbaik yaitu pada perlakuan suhu 50°C dengan waktu pengeringan 2 jam menghasilkan kuat tarik sebesar 104.648 MPa dan elongasi sebesar 2.778%. Epriyanti dkk (2015), pada komposit plastik biodegradable dari pati kulit singkong dan kitosan, semakin tinggi suhu dan lama pengeringan maka bahan akan menjadi semakin cepat kering dan sobek sehingga tingkat elastisitas bahan tersebut semakin menurun, dan uap air yang terkandung dalam bahan akan semakin menguap, sehingga dalam proses penguapan air tersebut partikel-partikel bahan akan bergerak ke atas menyebabkan lapisan antar sel menyatu. Hasil penelitian yang terbaik pada penelitian ini yaitu perlakuan suhu 50°C dengan lama pengeringan 6 jam menghasilkan kuat tarik 1.04 MPa dengan elongasi 54.99%. Perbedaan hasil kuat tarik dengan bioplastik pada penelitian ini dikarenakan saat pengadukan bahan kurang merata, dimana pengadukan dilakukan secara manual menggunakan spatula. 50 4.2 Hasil Mikrostruktur dengan SEM Pengamatan morfologi atau kenampakan fisik sampel bioplastik dilakukan menggunakan alat SEM-Hitachi TM 3000, dimana sampel yang dianalisis dipotong dengan luasan 1 cm2 kemudian dilakukan coating menggunakan lapisan emas yang bertujuan untuk memberikan sifat konduktor pada sampel. Pengamatan ini dilakukan pada sampel hasil validasi, dimana penentuan sampel validasi berdasarkan hasil CCD RSM yaitu pada temperatur pengeringan 48°C dengan lama pengeringan 2 jam. Hasil pada Gambar 4.6 dengan perbesaran 1.000x dan 5.000x menunjukkan bahwa permukaan bioplastik tidak merata. Hal ini dapat dilihat dengan adanya gumpalan setelah dilakukan pengamatan dengan SEM. Permukaan yang kurang merata ini disebabkan adanya pengadukan yang kurang merata dikarenakan saat pengadukan dilakukan dengan manual menggunakan batang pengaduk sehingga adonan bioplastik kurang homogen. Gumpalan (a) (b) Gambar 4.6 Hasil SEM Permukaan Bioplastik Perbesaran (a) 1.000x dan (b) 5.000x Hal ini serupa dalam penelitian (Coniwati dkk,2014), bahwa tidak adanya tenaga yang cukup kuat seperti proses 51 pemanasan dan pengadukan antara kitosan dan pati menyebabkan larutan kitosan tidak merata. Jika terdapat tenaga yang kuat seperti pengadukan yang baik selama proses pencampuran pada suhu gelatinisasi dan transisi glass, akan dengan mudah menggabungkan partikel-pertikel kitosan yang tidak saling larut kedalam pati sehingga menghasilkan distribusi kitosan yang tersebar dengan baik. Menurut Setiani dkk (2013) dalam Epriyanto dkk (2016) bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama pengeringan plastik biodegradable mempengaruhi struktur permukaan plastik biodegradable yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu dan lama pengeringan bahan akan menjadi semakin cepat kering dan uap air yang terkandung dalam bahan akan semakin cepat menguap, sehingga dalam proses penguapan air tersebut, partikel-partikel bahan akan bergerak ke atas dan menyebabkan lapisan antar sel menyatu. 52