Uploaded by Dea Muthia Febry

PAPER FISIKA STATISTIK KELOMPOK 2

advertisement
KAJIAN ASTROFISIKA DISTRIBUSI ENERGI ELEKTRON MAXWELLIAN PADA
SPEKTRUM PLASMA SINAR X-RAY
Abstrak
Di dalam astrofisika, distribusi Maxwell Boltzmann menjadi subjek yang menarik di tata surya serta
plasma astrofisika lainnya, misanya sisa-sisa supernova, nebula, planet, dan gugus galaksi. Distribusi tersebut
dapat muncul pada saat plasma dipompa terus-menerus oleh input energi non termal. Pada metode
dekomposisi Maxwell digunakan untuk mendapatkan garis dan spektrum kontinu yang difokuskan. Dalam
kajian paper ini, garis akibat eksitasi tubrukan hanya dapat dihitung menggunakan metode dekomposisi
Maxwellian, sedangkan garis dari rekombinasi dielektrik dapat diperoleh dengan perhitungan analitik atau
dengan dekomposisi Maxwellian. Dengan menggunakan metode tersebut dan database atomik Atom DB,
kami telah mengumpulkan pengembangan model umum untuk menghitung emisi dari plasma dengan
distribusi κ.
PENDAHULUAN
Mekanika
statistik
disebut
sebagai
termodinamika statistik yang memungkinkan
perhitungan sifat makroskopik dari sifat
mikroskopis molekul dan interaksinya (Hernandez,
2017). Beberapa sifat mikroskopis misalnya terkait
konfigurasi, gaya intramolekul, dan gaya antar
molekul. Pada mekanika statistik berbeda dengan
mekanika kuantum. Mekanika kuantum berfokus
pada partikel dan keadaan elektron sedangkan
mekanika statistik berkaitan dengan atom atau
molekul (Smith et al., 2013).
Struktur atom seperti tingkat energi dan
probabilitas transisi radiasi atom, ion, dan
penampang tumbukan untuk atom/ion dengan
partikel bermuatan sangat penting untuk
spektroskopi atom, optik, dan plasma (Kwon and
chai, 2023)
Sifat fisik dari plasma bertumbukan
diturunkan dengan mengasumsikan bahwa bahwa
elektron berada dalam kesetimbangan lokal dari
distribusi Maxwell-Boltzmann. Pada umumnya
skala waktu yang dibutuhkan elektron-elektron
bertumbukan untuk menghasilkan distribusi
Maxwell-Boltzmann lebih singkat daripada proses
lainnya. Sehingga elektron bebas tersebut akan
mendekati distribusi Maxwellian.
Di dalam astrofisika, distribusi Maxwell
Boltzmann menjadi subjek yang menarik di tata
surya serta plasma astrofisika lainnya, misanya sisa-
sisa supernova, nebula, planet, dan gugus galaksi.
Distribusi tersebut dapat muncul pada saat plasma
dipompa terus-menerus oleh input energi non
termal.
Diagnostik pada distribusi Maxwellian di
korona matahari dicoba menggunakan garis
ultraviolet ekstrim untuk suhu plasma dan kerapatan
elektron (Mackovjak et al. 2013). Pada pengamatan
spektrometer interferometer inframerah dapat
mendeteksi diagnostik pemanasan partikel non
termal pada pemanasan korona nano flares (Testa et
al. 2014).
Distribusi maxwellian dapat muncul baik
secara alami maupun teori dengan cara medan
gelombang
menginduksi
fluktuasi
yang
menyebabkan difusi non Coulomb dalam ruang
kecepatan.
Secara matematis dapat memodelkan
hubungan antar partikel yang disebabkan adanya
interaksi jarak jauh antara partikel dan formulasi
spesifik dari distribusi Maxwellian. Kesetaraan
antara
suhu
kinetik
dan
termodinamika
menghasilkan suhu yang terdefinisi dengan baik
Secara khusus, elektron-elektron termal
bremsstrahlung terjadi ketika sebuah elektron
bergerak melalui elektron lain. Percepatan gaya
coulomb pada kedua elektron sama tetapi arahnya
berbeda. Gelombang yang dipancarkan oleh satu
elektron secara destruktif menyebabkan emisi
bremsstrahlung sangat rendah. Hal tersebut dapat
hitung dari integral kecepatan partikel rata-rata
penampang distribusi Maxwellian.
Pada metode dekomposisi Maxwell
digunakan untuk mendapatkan garis dan spektrum
kontinu yang difokuskan pada oksigen sebagai
contohnya. Sehingga juga dapat menghitung emisi
paru-paru bremsstrahlung dan dielektronik serta
koefisien laju rekombinasi radiasi.
METODOLOGI
Penulisan
paper
dilakukan
dengan
menganalisis distribusi spectrum plasma dari
beberapa penelitian. Skala waktu termalisasi untuk
tumbukan elektron-elektron untuk menciptakan
distribusi energi Maxwellian dalam plasma
umumnya lebih pendek dibandingkan dengan proses
lainnya (Summers et al. 2006). Jadi, biasanya
elektron bebas mendekati distribusi Maxwell.
Dalam penulisan literature review, langkah-langkah
dalam mengkaji literatur dalam penelitian ini terdiri
dari 5 tahap.
Tahap pertama adalah mendefinisikan ruang
lingkup topik yang akan direview. Topik yang akan
di review pada artikel ini berkaitan dengan distribusi
flux neutron dengan menggunakan pendekatan
distribusi Maxwell-Boltzmann. Beberapa keyword
yang digunakan oleh penulis memperoleh beberapa
sumber literature, antara lain : X-Ray Spectra,
Maxwellian Distribution
Tahap kedua adalah mengidentifikasi
sumber-sumber relevan. Beberapa sumber yang
digunakan penulis adalah artikel prosiding dan
jurnal penelitian penelitian yang masih relevan yang
sudah banyak disitasi oleh jurnal 10 tahun terakhir .
Setelah menemukan sumber-sumber yang
relevan, tahap ketiga melakukan review terhadap
literatur yang akan dikaji untuk mendalami landasan
teori yang melandasi suatu penelitian, mengetahui
metode penelitian terbaik yang dapat digunakan
untuk menyimpulkan hipotesis, dan mempelajari
kelebihan dan kekurangan penelitian terdahulu.
Tahap keempat adalah menulis review. Di
tahapan ini, penulis mengumpulkan basis data dari
penelitian terdahulu. Data yang telah dikumpulkan,
kemudian dianalisis dan disintesis untuk menyeleksi
data yang terbukti kredibel. Dapat dilakukan dengan
mengecek kebenaran data dengan mencocokan data
pada sebuah karya tulis dengan karya tulis lainnya.
Data yang terbukti kredibel dijadikan acuan untuk
menulis artikel review
Tahapan kelima adalah mengaplikasikan
literatur pada studi yang akan dilakukan. Dalam
mengorganisasi penulisan review, ketepatan
informasi dan struktur penulisan perlu diperhatikan
sehingga menjadi artikel review yang berkualitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spektrum yang dipancarkan sinar X plasma
dapat dipisahkan menjadi garis dan emisi kontinum.
Dalam kerangka kajian paper kami, garis akibat
eksitasi
tubrukan
hanya
dapat
dihitung
menggunakan metode dekomposisi Maxwellian,
sedangkan garis dari rekombinasi dielektrik dapat
diperoleh dengan perhitungan analitik atau dengan
dekomposisi Maxwellian. Kami menemukan adanya
tiga proses radiasi untuk emisi kontinum:
bremsstrahlung termal (yaitu, emisi bebas-bebas),
kontinum rekombinasi radiasi (RRC, yaitu, emisi
terikat-bebas), dan radiasi dua foton (yaitu, emisi
terikat-terikat). Emisi kontinum yang paling penting
adalah bremsstrahlung termal untuk plasma termal
tipis optik dalam kesetimbangan ionisasi tumbukan
(Smith & Hughes 2010). Dalam paper ini disajikan
perhitungan proses bremsstrahlung, RRC, DR, dan
charge state distribution (CSD) dari koefisien laju
tumbukan.
1. Bremsstrahlung
Bremsstrahlung
adalah
radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan ketika partikel
bermuatan dihentikan atau ketika mereka
mengubah kecepatannya dengan cara lain. Radiasi
ini juga disebut radiasi bebas-bebas (free-free
radiation).
terjadi ketika elektron yang tidak terikat
bergerak melalui medan listrik inti atau elektron
lain dan dipercepat oleh gaya Coulomb. Proses ini
menghasilkan radiasi kontinum.
Dalam astrofisika, komponen bercahaya
yang dominan dalam klaster galaksi adalah
medium intra-klaster (ICM) 107 ke 108 K. Emisi
dari ICM ini dicirikan oleh Bremsstrahlung termal.
Radiasi Termal Bremsstrahlung adalah ketika
partikel yang menghuni plasma pemancar berada
pada suhu yang seragam dan didistribusikan sesuai
dengan distribusi Maxwell–Boltzmann, yaitu:
3
2
𝑓
−𝑓𝑓2
𝑓(𝑓) = 4𝑓 (
) 𝑓2 [
]
2𝑓𝑓𝑓
2𝑓𝑓
Dimana kecepatan (v), didefinisikan sebagai
berikut.
energi yang dipancarkan dipancarkan secara bebas
ke Alam Semesta. Radiasi ini berada dalam
rentang energi Sinar-X dan dapat dengan mudah
diamati dengan teleskop berbasis ruang angkasa
seperti Chandra X-Ray Observatory, XMMNewton, ROSAT, ASCA, EXOSAT, Astro-E2,
dan misi masa depan seperti Con-X dan
selanjutnya.
Faktor Gaunt bebas-bebas adalah (Karzas & Latter
1961)
2√3
𝑓𝑓𝑓 =
[(𝑓2𝑓 + 𝑓2𝑓 + 2𝑓2𝑓 𝑓2𝑓 )𝑓0
𝑓𝑓𝑓 𝑓𝑓
−2𝑓𝑓 𝑓𝑓 √(1 + 𝑓2𝑓 )(1 + 𝑓2𝑓 )𝑓1 ]𝑓0
𝑓 = √𝑓2𝑓 + 𝑓2𝑓 + 𝑓2𝑓
Emisi massal dari gas ini adalah
Bremsstrahlung termal. Daya yang dipancarkan
per sentimeter kubik per detik dapat ditulis dalam
bentuk ringkas:
1
𝑓𝑓𝑓 = 1,4 × 10−27 𝑓2 𝑓𝑓 𝑓𝑓 𝑓2 𝑓𝑓
dengan satuan cgs [erg 𝑓𝑓−3 𝑓−1 ] dan di mana 'ff'
adalah singkatan free-free atau bebas-bebas,
1,4𝑓10−27 adalah bentuk ringkas dari konstanta
fisik dan konstanta geometris yang terkait dengan
pengintegrasian daya per satuan luas per satuan
frekuensi, 𝑓𝑓 dan 𝑓𝑓 masing-masing adalah
densitas elektron dan ion, Z adalah jumlah proton
dari muatan lentur, 𝑓𝑓 adalah faktor Gaunt ratarata frekuensi dan orde kesatuan, dan T adalah
suhu sinar-x global yang ditentukan dari spektral
frekuensi pemutusan
di bawah ini tidak ada foton yang tercipta
karena energi yang diberikan oleh percepatan
elektron oleh inti bermuatan positif kurang dari
energi minimum yang dibutuhkan untuk
pembentukan foton.
Proses ini juga dikenal sebagai
pendinginan Bremsstrahlung karena plasma secara
optik tipis terhadap foton pada energi ini dan
2. Radiative Recombination Continuum
(RRC)
Emisi rekombinasi radiasi, yaitu radiasi
terikat bebas, dimana ketika elektron bertabrakan
dan bergabung kembali dengan ion, memancarkan
foton dalam proses tersebut. Energi foton ini akan
sama dengan energi kinetik elektron ditambah
energi ikat elektron yang baru direkombinasi.
Karena kecilnya nilai energi kinetik elektron tidak
memberikan pengaruh signifikan, ini membentuk
spektrum kontinu dengan sudut lancip pada tingkat
energi ikat.
Gambar.1 Emisi rekombinasi model dari atmosfer
cakram
Berdasarkan hasil penelitian JimenezGarate et al. 2002 terhadap garis fluks pada x-ray
plasma, dengan memodelkan bentuk cakram yang
di fotoionisasi oleh sumber kontinum sinar-X
pusat, rekombinasi radiasi kontinu (RRC) dapat
digunakan untuk diagnosa suhu dan juga untuk
menyelidiki perilaku atau operasi ketidakstabilan
termal.
Table 1 Line Fluxes for Disk Models
Lebar RRC lokal ∝ 𝑓 (Liedahl & Paerels,
1996). Pelebaran O VII RRC didominasi Doppler,
menyerupai garis RR, baik untuk kasus penguapan
maupun kondensasi (Tabel 1). Bentuk O VII RRC
sangat bervariasi dari kondisi menguap hingga
mengembun. Dalam kasus evaporasi, RRC O VII
memiliki dua komponen suhu, satu dengan
FWHM ~ 2 Å yang dihasilkan pada 𝑓~106 K dan
komponen sempit lainnya dengan 𝑓~105 K.
Kedua komponen tersebut dapat dibedakan karena
suhu menengah atau intermediet tidak stabil secara
termal. Dengan demikian, profil RRC dalam hal
ini memberikan bukti adanya ketidakstabilan
termal ini.
Dalam kasus kondensasi, RRC memiliki
satu komponen suhu yang luas pada 𝑓~106 K
karena suhu atmosfer cakram tiba-tiba turun dari
nilai terakhir ke nilai di mana emisi sinar-X dapat
diabaikan. Perluasan dari RRC ini juga aneh atau
tak lazim karena RRC biasanya sempit untuk
semua gas yang terfotoionisasi, mengingat bahwa
energi kinetik partikel gas umumnya jauh lebih
kecil daripada energi foton rekombinasi (Liedahl
& Paerels 1996)
Daya yang dipancarkan per keV oleh
proses ini atau emisivitas RRC monokromatik dari
𝑓+𝑓 untuk elektron termal adalah (Tucker &
Gould 1966):
𝑓𝑓
𝑓𝑓
=
𝑓𝑓 𝑓𝑓 𝑓𝑓 𝑓𝑓
𝑓(𝑓)𝑓𝑓
(𝑓𝑓 )𝑓𝑓
= 𝑓𝑓 𝑓𝑓,𝑓+1 𝑓𝑓 𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑓
𝑓 𝑓𝑓
……..(1)
di mana 𝑓𝑓 adalah kerapatan elektron, 𝑓𝑓,𝑓+1
adalah kerapatan ion (Z,j+1) (di mana Z adalah
nomor atom ion, dan j+1 adalah keadaan ionisasi),
Eγ adalah energi dari foton yang dipancarkan,
πœŽπ‘“π‘“π‘“
(𝑓𝑓 ) adalah penampang rekombinasi ke
𝑓
level n pada energi elektron 𝑓𝑓 , 𝑓𝑓 adalah
kecepatan elektron dan 𝑓(𝑓)𝑓𝑓 adalah jumlah
elektron dengan kecepatan dalam rentang
(𝑓, 𝑓 + 𝑓𝑓). Dalam kebanyakan kasus, 𝑓(𝑓)
adalah distribusi Maxwell-Boltzman,
3/2
𝑓
𝑓(𝑓)𝑓𝑓 = 4𝑓 (2𝑓𝑓𝑓)
𝑓𝑓2
𝑓2 𝑓𝑓𝑓 (− 2𝑓𝑓) 𝑓𝑓
……...(2)
Persamaan (1) dapat disederhanakan. Jika kita
mendefinisikan 𝑓𝑓,𝑓,𝑓 sebagai energi ikat
elektron pada level n ion (𝑓, 𝑓), dan
menggunakan fakta bahwa 𝑓𝑓 = 0,5 𝑓𝑓 𝑓2𝑓 , kita
dapatkan:
𝑓𝑓𝑓
𝑓 𝑓𝑓
=𝑓
1
𝑓 𝑓𝑓
………(3)
Dengan menggunakan hasil ini, dan
mensubstitusikan persamaan Maxwell-Boltzmann
untuk f(v), persamaan (1) dapat kita tulis ulang
sebagai berikut:
𝑓𝑓
𝑓𝑓 − 𝑓𝑓,𝑓,𝑓
1
= 𝑓𝑓 𝑓𝑓,𝑓+1 4 (
)√
𝑓𝑓
𝑓𝑓
2𝑓𝑓𝑓 𝑓𝑓
πœŽπ‘“π‘“π‘“
( 𝑓𝑓
𝑓
𝑓𝑓 − 𝑓𝑓,𝑓,𝑓
) 𝑓𝑓
𝑓𝑓
..……….(4)
Persamaan (4) secara lengkap menjelaskan
spektrum dari radiative recombination continuum
(RRC).
− 𝑓𝑓,𝑓,𝑓 )𝑓𝑓𝑓 (−
3. Dielectronic Recombination (DR)
Rekombinasi dielektronik telah ditemukan
sebagai proses rekombinasi yang dominan dalam
penentuan keseimbangan ionisasi selenium di
dekat urutan mirip-Ne dalam kondisi yang relevan
dengan plasma laser EUV foil-meledak (sitasi).
Proses rekombinasi dielektronik cenderung
mengisi tingkat tereksitasi, dan tingkat ini pada
gilirannya lebih rentan terhadap eksitasi dan
ionisasi berikutnya daripada ion keadaan dasar.
Jika seseorang mendefinisikan laju rekombinasi
efektif yang mencakup, selain rekombinasi primer,
eksitasi dan ionisasi berikutnya dari populasi
keadaan tereksitasi tambahan karena rekombinasi
primer, maka laju rekombinasi efektif ini dapat
sensitif terhadap kerapatan pada kerapatan
elektron yang relatif rendah(sitasi).
Rekombinasi dielektronik terjadi di mana
elektron ditangkap oleh ion dan secara bersamaan
membangkitkan energi inti. Keadaan elektron
tereksitasi ganda tidak stabil dan ion dapat
terionisasi secara otomatis (dalam hal ini tidak
terjadi rekombinasi dielektronik) atau stabil secara
radiatif, memancarkan garis satelit. Proses
rekombinasi dielektronik terjadi hanya jika energi
kinetik elektron rekombinasi sama dengan jumlah
dua tingkat energi yang dipancarkan oleh elektron
tereksitasi. Garis satelit rekombinasi dielektrik
muncul di sisi panjang gelombang dari garis
resonansi dan juga dapat dihasilkan oleh eksitasi
langsung elektron kulit dalam untuk ion yang lebih
berat atau dalam plasma pengion transien.
Koefisien laju rekombinasi dielektrik total untuk
plasma termal diberikan setelah dirata-ratakan
pada Maxwellian distribusi energi elektron
(misalnya, Bates & Dalgarno 1962; Dubau &
Volonte 1980). Mengganti distribusi elektron
Maxwellian dengan distribusi 𝑓 yang ditunjukkan
pada Persamaan (1), kita dapat memperoleh
koefisien laju DR dalam satuan 𝑓𝑓3 𝑓−1 sebagai
berikut:
𝛼𝑓𝑓 = 𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑓−3/2
𝑓𝑓
−
(𝑓→∞)
𝑓
𝑓 𝑓𝑓
𝑓𝑓
𝑓𝑓 (1+(𝑓−3/2)
)−𝑓−1 ,(𝑓>3/2)
𝑓𝑓 𝑓
{
................(1)
4𝑓𝑓𝑓
Dimana 𝑓𝑓𝑓𝑓 = (
𝑓𝑓
3/2
)
𝑓0 3 𝑓𝑓, 𝑓0 adalah
radius Bohr dalam cm dan 𝑓𝑓 adalah probabilitas
penangkapan dalam 𝑓−1 . Perhitungan untuk
intensitas garis satelit dalam distribusi
maxwellian, intensitas
garis rekombinasi
dielektrik
𝑓𝑓 (𝑓, 𝑓 → 𝑓) = 𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑓−3/2
𝑓𝑓
(𝑓→∞)
𝑓
𝑓 𝑓𝑓
𝑓𝑓
𝑓𝑓 (1+
)−𝑓−1 ,(𝑓>3/2)
(𝑓−3/2) 𝑓𝑓 𝑓
−
{
................(1)
Dimana
𝑓𝑓𝑓 = 6.60 ×
𝑓
3/2
10−24 π‘“β„Ž 𝑓𝑓3 𝑓1 (𝑓𝑓 )
𝑓
𝑓𝑓 𝑓1 𝑓𝑓
dan
𝑓1
intensitas ion induk.
4. Charge State Distribution/ Distribusi
Keadaan Muatan (CSD)
Dalam keadaan plasma CIE (collisional
ionization equilibrium), kelimpahan ion relatif
ditentukan oleh keseimbangan antara ionisasi
tumbukan elektron dan laju rekombinasi elektronion dari setiap keadaan muatan. Charge State
Distribution / Distribusi keadaan muatan (CSD)
ditentukan oleh keseimbangan electron-impact
ionization (EII) dengan rekombinasi. Keadaan
plasma ini biasanya disebut kesetimbangan
ionisasi tumbukan (CIE).
Pendekatan alternatif untuk mendapatkan
data atom untuk distribusi, adalah dengan
mengaproksimasi fungsi distribusi itu sendiri
sebagai jumlah dari Maxwellian. Metode ini
disebut sebagai metode dekomposisi Maxwellian.
Metode ini telah digunakan sejak terdahulu.
Misalnya, Ko et al. (1996) memperkirakan
distribusi
kappa
menggunakan
sejumlah
Maxwellian untuk memodelkan CSD pada wind
solar. Kaastra et al. (2009) juga memperkirakan
distribusi
guncangan
di
gugus
galaksi
menggunakan jumlah Maxwellian.
Fungsi distribusi dapat dinyatakan dengan
jumlah distribusi Maxwellian, maka koefisien laju
untuk distribusi non-termal hanyalah jumlah
koefisien laju Maxwellian. Misalkan fungsi
distribusi arbitrer g(E) dinyatakan dengan:
𝑓(𝑓) = ∑𝑓 𝑓𝑓 𝑓(𝑓; 𝑓𝑓 )……………….(11)
Dimana
𝑓 (𝑓; 𝑓𝑓 )
adalah
fungsi
maxwellan pada saat temperatur 𝑓𝑓 dan 𝑓𝑓
adalah pada jumlah Maxwellians.
Semua koefisien laju ionisasi dan
rekombinasi yang dibutuhkan bergantung pada
Electron Energy Distribution (EED). Di sini dan
sepanjang kita menganggap fungsi distribusi
menjadi isotropik. Untuk setiap proses dinyatakan
fungsi kecepatan σ(v) atau energi σ(E) koefisien
laju α dinyatakan :
𝛼=∫
∫
𝑓(𝑓) 𝑓(𝑓) 𝑓𝑓 =
2𝑓
𝑓(𝑓)√ 𝑓 𝑓(𝑓) 𝑓𝑓…………..(12)
Dari persamaan (11) dan persamaan (12)
maka dapat diperoleh laju reaksi untuk g(E) adalah
…
𝛼𝑓 = ∑
𝑓𝑓 𝑓(𝑓𝑓 )
𝑓
Dimana 𝛼(𝑓𝑓 ) adalah laju koefisien
maxwellian pada saat temperatur 𝑓𝑓 . Dengan
catatan 𝑓𝑓 tidak harus positif.
𝑓(𝑓) = ∑
𝑓𝑓 𝑓 (𝑓; 𝑓𝑓 )
𝑓
KESIMPULAN
Berdasarkan database dari Atom DB, bahwa
spektrum sinar-X dengan distribusi elektron
nontermal dalam plasma terionisasi secara
tumbukan. Untuk dekomposisi Maxwellian
diterapkan untuk menghitung laju koefisien yang
sesuai yang disimpan pada basis data AtomDB.
Karena plasma yang sangat panas ditambahkan pada
proses Bremsstrahlung maka akan menghasilkan
elektron energi juga. Ketika pada proses
pendekomposisian laju Maxwellian juga harus hatihati pada saat suhu plasma mendekati batas suhu.
REFERENSI
Bates D. R., Dalgarno A., 1962, in Bates D. R., ed.,
Pure and Applied Physics. Atomic and
Molecular Processes, chapter Electronic
Recombination, Vol. 13. Academic Press,
New York and London, p. 245
Hahn, M., & Savin, D. W. (2015). A simple
method for modeling collision processes in
plasmas with a kappa energy distribution.
The Astrophysical Journal, 809(2), 178.
Hernandez, H. (2017) ‘Standard MaxwellBoltzmann distribution: Definition and
Properties’, ForsChem Research Reports,
(2),
p.
16.
Available
at:
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.29888.742
44.
Jimenez-Garate, M. A., Raymond, J. C., &
Liedahl, D. A. (2002). The structure and Xray recombination emission of a centrally
illuminated accretion disk atmosphere and
corona. The Astrophysical Journal, 581(2),
1297.
Kaastra, J. S., Bykov, A. M., & Werner, N. (2009).
Non-Maxwellian electron distributions in
clusters of galaxies. Astronomy &
Astrophysics, 503(2), 373-378.
Karzas, W. J., & Latter, R. (1961). Electron
Radiative Transitions in a Coulomb Field.
Astrophysical Journal Supplement, vol. 6, p.
167, 6, 167.
Ko, Y. -K., Fisk, L. A., Gloeckler, G., and Geiss,
J.: 1996, Geophys. Res. Let. 20, 2785
Kwon, D. H., & Chai, K. B. (2023). Research on
atomic structure and collision crosssections for spectroscopic modeling in
KAERI Atomic Data Center. Journal of the
Korean Physical Society, 82(9), 841-850.
Liedahl, D. A., & Paerels, F. 1996, in preparation
Mackovjak, Š., Dzifčáková, E., & Dudík, J.
(2013). On the possibility to diagnose the
Non-Maxwellian κ-distributions from the
Hinode/EIS EUV spectra. Solar Physics,
282, 263-281.
Pontieu, B. D., Title, A., & Carlsson, M. (2014).
Probing the solar interface region. Science,
346(6207), 315-315.
Smith, R. (2008). Calculating Radiative
Recombination Continuum From a Hot
Plasma. [online] atomdb.org. Available at:
http://atomdb.org/Physics/rrc.pdf
[Accessed 28 Mei 2023].
Smith, R. K., & Hughes, J. P. (2010). Ionization
equilibrium timescales in collisional
plasmas. The Astrophysical Journal,
718(1), 583.
Smith, R., Inomata, H., & Peters, C. (2013).
Introduction to supercritical fluids: a
spreadsheet-based approach. Newnes.
Summers, H. P., Dickson, W. J., O'mullane, M. G.,
Badnell, N. R., Whiteford, A. D., Brooks,
D. H., ... & Griffin, D. C. (2006). Ionization
state, excited populations and emission of
impurities in dynamic finite density
plasmas: I. The generalized collisional–
radiative model for light elements. Plasma
Physics and Controlled Fusion, 48(2), 263.
Tucker, W. H., & Gould, R. J. (1966). Radiation
from a Low-Density Plasma at 106-108 K.
Astrophysical Journal, vol. 144, p. 244, 144,
244.
Download