Dari Waktu ke Waktu, DJPb Berinovasi Optimalkan Mutu Mengelola keuangan negara dengan terstruktur merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan pemerintahan. Di Indonesia, sejarahnya dimulai beratus tahun yang lalu. Pada tahun 1866, dibentuk Departemen Keuangan yang bertugas salah satunya untuk melakukan pengawasan terhadap perbendaharaan negara. Era reformasi 1998 membuat Departemen Keuangan turut berbenah. Dalam rangka peningkatan kualitas tata kelola pengelolaan pemerintahan, dilaksanakan reformasi keuangan yang ditandai dengan terbitnya 3 paket UU keuangan Negara, yaitu UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Mengikuti penerapan UU Perbendaharaan Negara, dibentuk Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) yang khusus menangani fungsi perbendaharaan. Dibentuk pula 30 unit Kanwil DJPb dan 174 unit KPPN. Pada 2005, KPPN Khusus Banda Aceh dijadikan sebagai KPPN model yang menginisiasi Zero Cost dalam setiap layanan yang diberikan KPPN. Sebagai tindak lanjutnya, diresmikan 18 KPPN Percontohan dengan Standar Prosedur yang lebih baik sehingga peluang penyelewengan dapat diminimalkan. Perubahan-perubahan ini menjadi contoh upaya yang tak henti DJPb untuk meningkatkan kualitas keuangan negara. Tahun 2009 menjadi era baru dimulainya pengelolaan keuangan negara dengan penerapan Cash Management melalui pengembangan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara) yang digawangi oleh DJPb. SPAN menjadi komponen terbesar modernisasi pengelolaan perbendaharaan negara dengan memfasilitasi kebutuhan proses pelayanan mulai dari sisi hulu (penganggaran) hingga hilir (penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat). Aplikasi SPAN diluncurkan oleh Presiden RI pada tahun 2015, yang menjadi tanda pelaksanaan roll out SPAN secara nasional. Tugas dan fungsi DJPb terus bergerak sesuai perkembangan kebutuhan dan program prioritas nasional. Tahap selanjutnya yaitu dengan implementasi SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi) secara perlahan pada tahun 2021. SAKTI sebagai aplikasi yang digunakan satker dalam mendukung implementasi SPAN untuk melakukan pengelolaan keuangan yang maju. Terlebih dengan kondisi perekonomian yang sedang lesu akibat pandemi COVID-19. Pemerintah lalu mengambil kebijakan-kebijakan luar biasa untuk dapat memulihkan perekonomian nasional, utamanya untuk memperkuat sistem kesehatan, memulihkan iklim usaha, dan menjaga daya beli masyarakat. DJPb selalu menjadi unit pendukung terdepan dalam penyaluran dana untuk penanganan COVID-19. Setiap waktu, peran DJPb semakin diperluas dan diperkuat. Bukan hanya mengupayakan agar dampak APBN melalui pembangunan dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat, tapi juga memastikan bahwa DJPb mampu mencapai tujuan bernegara. Ini menjadi momen awal posisi DJPb sebagai modern treasurer. Eksekusi belanja bukan didorong tidak hanya cepat, tapi juga berkualitas. DJPb memastikan eksekusi belanja negara dapat berjalan dengan lancar, termasuk Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Desa. DJPb memastikan program-program pemeintah pusat di daerah dapat terlaksana dengan baik, seperti penanganan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, pembangunan, dan lainnya. Tahun 2021 DJPb juga mengembangkkan peran Kanwil sebagai RCE (Regional Chief Economist) untuk mengatkan fungsi DJPb di daerah. Sebagai RCE, Kanwil DJPb terus melakukan pendampingan kepada Pemda. Bukan hanya penyaluran DAK dan Dana Desa, tapi juga asistensi dan konsultasi atas permasalahan yang ditemukan selama proses penyaluran. Selain itu, dikoordinasikan juga langkah-langkah yang dapat dilakukan antara DJPb dan Pemda agar penyaluran anggaran dapat diakselerasi. Anggaran yang tersalur dengan cepat tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pada 2023, peran ini semakin diperkuat dengan penerapan Shadow Organization di lingkup Kanwil DJPb dan KPPN. Selain sebagai penyalur anggaran dan supporting Kanwil dalam perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah, KPPN juga berperan sebagai Financial Advisor dalam pembinaan kepada stakeholder. Pembinaan tersebut meliputi tugas-tugas KPPN di bidang layanan pengguna (customer service), penyuluhan/ pembinaan dan asistensi kepada stakeholder, standardisasi pengguna layanan, serta pembinaan, monitoring dan analisis terkait pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan pusat dan daerah, dan investasi pemerintah. Segala inovasi yang telah dilaksanakan oleh DJPb sejak awal hingga kini diharapkan dapat menjadi jembatan menuju kelancaran pengelolaan keuangan di era modern sehingga masyarakat dapat merasakan bukti nyata kehadiran APBN.