BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan penelitian ini mengenai analisis biaya volume laba sebagai alat perencanaan laba. Dari penelitian Worotitjan dan Manossoh, tahun (2014) tentang Analisis CostVolume Profit Untuk Perencanaan Laba Pada Ud. Gunung Emas Manado dengan menggunakan alat analisis contribution margin, operating leverage, break even point, dan margin of safety serta cost volume profit, dan hasil penelitiannya menunjukkan analisis cost volume profit tahun 2014-2015 UD. Gunung Emas Manado mengalami penurunan laba (namun belum menderita kerugian) dikarenakan volume penjualan berkurang sementara biaya tetap naik. UD. Gunung Emas Manado menargetkan laba untuk tahun 2016 sebesar 15% dari tahun sebelumnya dan estimasi kenaikan biaya tetap sebesar 4%. Penelitian oleh Widiantini tahun (2013) tentang Analisis Cost-Volume Profit (CVP) Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Pada Hotel Sunari Singaraja Tahun 2013 dengan menggunakan alat analisis statistik yang dilanjutkan dengan analisis Cost-Volume-Profit (CVP), dan hasil penelitiannya menunjukkan : (1) analisis target laba, jumlah penjualan jasa hotel yang harus diperoleh agar memperoleh target laba yang diinginkan tahun (2012) jumlah penjualan jasa Hotel yang harus dicapai sebesar 16,74% agar perusahaan mencapai titik impas pada tahun 2013. 7 8 Penelitian oleh Nohandhini tahun (2011) tentang Analisis Perencanaan Laba Dengan Penerapan Metode CVP (Cost Volume Profit) Pada PG Rajawali 1 Unit PG Krebet Baru Bululawang Malang dengan teknik analisis pembagian biaya tetap dan biaya variabel, analisis metode least square, analisis contribution margin, analisis break event point, analisis margin of safety, analisis degree of operating leverage, analisis target laba, analisis sensitivitas, implikasi analisis, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menerapkan analisis cost volume profit pada PG Krebet baru diketahui peningkatan laba yang belum stabil dan diketahui acuan manajemen dalam menentukan harga pokok. Penelitian oleh Septiantoro tahun (2012) tentang Perencanaan Laba Berdasarkan Analisis Biaya Volume Laba Pada CV. Jarwo Tirta Murni Di Samarinda dengan teknik analisis pemisahan biaya tetap, biaya variable, biaya semi variable, alokasi biaya bersama, marjin komtribusi , break event point, ramalan penjualan, skema perbandingan, presentase kenaikan laba, dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada tahun 2012 dengan menaikkan harga jual produk sebesar 10% dari harga jual tahun 2011, CV. Jarwo Tirta Murni dapat mencapai peningkatan laba sebesar 84,33% dari tahun 2011. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sama-sama menggunakan analisis biaya volume laba dalam perencanaan laba dengan alat analisis contributin margin, break event point, margin of safety, operating leverage, analisis target laba.Perbedaan penelitian terdahulu dengan 9 penelitian sekarang yaitu terletak pada objek penelitian dan periode penelitiannya. B. Tinjauan Teori Teori yang relevan dan akurat dapat menjadi acuan dalam membuat penelitian. Teori yang relevan tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam literatur sebagai sumber atau bahan dalam membuat penelitian. Berikut ini merupakan beberapa teori pendukung yang terkait dengan penelitian yang sekarang sedang dilakukan : 1. Biaya Menurut Mulyadi (2009:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dapat juga digunakan untuk membuat suatu produk, sehingga dapat dijual dan menghasilkan keuntungan kas. Obyek Biaya (CostObject) adalah unit atau aktivitas dimana biaya diakumulasikan dan diukur. Unit atau aktivitas itu dapat berupa: produk, order, departemen, divisi, proyek. Macam-macam Cost: a. Biaya Produksi: 1) Biaya Langsung: Biaya yang langsung dalam proses produksi suatu barang, dan bahan baku. 2) Biaya Tidak Langsung: Biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. 10 b. Biaya Non-Produksi : 1) Biaya Pemasaran: biaya yang diperlukan untuk memperoleh pesanan dan menyediakan produk bagi pelanggan. 2) Biaya Administrasi: biaya yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi dan menyediakan dukungan bagi karyawan. c. Departemen: 1) Common Cost (Biaya Bersama):biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua departemen atau lebih. 2) Joint Cost (Biaya Gabungan) :biaya yang terjadi dalam proses produksi yang menghasilkan dua atau lebih produk jadi. d. Periode Akuntansi : 1) Capital Expenditure (Belanja Modal): biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 2) Revenue Expenditure (Pengeluaran Pendapatan): biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat pada periode akuntansi yang sama dan dicatatat sebagai beban. e. Volume Produksi 1) Biaya Tetap (Fixed Cost): biaya yang tidak bertambah seiring dengan pertambahan produksi. 2) Biaya Variabel (Variable Cost): biaya yang bertambah seiring dengan pertambahan produksi. 11 3) Biaya Semi Variabel (Mixed Cost): biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel, misalnya agen penjualan sering dibayar dengan gaji yang ditambah komisi penjualan. 2. Volume Volume penjualan menurut Rangkuti (2009:207) bahwa volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton, atau liter. Volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang. Semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan, karena itu volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi untuk kemungkinan perusahaan agar tidak rugi, jadi volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan utama perusahaan. 3. Laba (Profit) Menurut L.M. Samryn (2012:429), menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut: "Laba merupakan sumber dana internal yang dapat diperoleh dari aktivitas normal perusahaan yang tidak membutuhkan biaya ekstra untuk penyimpanan dan penggunaannya". Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa profit merupakan suatu kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak diterima oleh 12 perusahaan yang bersangkutan setelah melakukan pengorbanan untuk pihak lain. a. Jenis-Jenis Laba Menurut Kasmir (2011:303) mengemukakan bahwa jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan profit, yaitu: 1) Profit Kotor (Gross Profit): perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2) Profit dari Operasi: selisih antara laba kotor dengan total beban operasi. 3) Profit Bersih (Net Profit): angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi dengan beban lain-lain. b. Peranan Profit dalam Perusahaan Menurut Nafarin (2007 : 231) peranan profit dalam perusahaan, yaitu: 1) Profit adalah efesiensi usaha setiap perusahaan sekaligus merupakan suatu kekuatan pokok agar perusahaan dapat tetap bertahan untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. 2) Profit adalah balas jasa atas dana yang ditanam perusahaan. 3) Profit merupakan salah satu sumber dana usaha perusahaan. 4) Profit merupakan sumber dana jaminan surat para karyawan. 5) Profit merupakan daya tarik bagi pihak ketiga yang ingin menanamkan dananya. 13 4. Peramalan (Forecasting) Peramalan (forecasting) adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin akan terjadi di masa mendatang dengan mengkaji data yang ada Nafarin (2008: 96). Analisis Least Squares merupakan salah satu metode statistik yang mudah digunakan dalam meramalkan penjualan dan biaya variabel. Ramalan dengan metode kuadrat terkecil menurut Nafarin (2008: 101) dapat menggunakan rumus: Y= a + bX dengan syarat 𝑋 = 0 dan a= 𝑌 𝑛 serta b = 𝑋𝑌 𝑋2 Keterangan: X = Variabel bebas Y = Variabel Terikat a = Konstanta b = Koefisien arah regresi n = Banyaknya data 5. Biaya Volume Laba (Cost Volume Profit) Menurut Hansen dan Mowen (2009:4) Analisis cost volume profit adalah suatu alat yang sangat berguna bagi manajer untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Alat ini membantu manajer untuk memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba. Seperti kita ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu 14 akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Melihat hubungan antara ketiga variabel itu (biaya, volume, dan laba) diperlukanlah analisis cost volume profit. Manajemen merencanakan keuangan dan mengambil keputusan dengan melihat hubungan besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dengan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting terkait analisis biaya volume laba yaitu: a. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan didalam suatu periode tertentu secara konstan. b. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual didalam suatu periode tertentu. c. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi. d. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik didalam suatu periode tertentu. e. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produkproduk perusahaan yang akan dijual. 15 Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu : a. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan. b. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan. c. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah. d. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan tidak berubah. Konsep dasar analisis biaya volume laba (Cost-Volume Profit) : 1) Margin Kontribusi (Contribution Margin) Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel. Ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah 16 sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Menurut Garisson (2013:209), menyatakan margin kontribusi dihitung dengan rumus : Margin Kontribusi = Penjualan - Biaya Variabel Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi Penjualan 2) Operating Leverage Leverage operasi digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang berapa besarnya kenaikan laba jika terjadi kenaikan penjualan dalam jumlah presentase tertentu. Menurut Garisson (2008:344), operating leverage mempunyai kaitan dengan struktur biaya perusahaan, dalam hal bahwa operating leverage semakin lebih besar pada perusahaan yang mempunyai biaya tetap yang lebih besar dan biaya variabel per satuan yang kecil. Sebaliknya, operating leverage semakin lebih rendah dalam perusahaan yang mempunyai biaya tetap yang kecil dan biaya variabel per satuan yang tinggi. Singkatnya operating leverage merupakan ukuran besaran biaya tetap yang digunakan dalam organisasi. Semakin besar biaya tetap, semakin besar pula operating 17 leverage yang tersedia dan semakin besar kepekaan penghasilan netto terhadap perubahan penjualan. Apabila perusahaan mempunyai operating leverage yang tinggi (yaitu biaya tetap yang besar dan biaya variabel per satuan yang kecil), maka kenaikan penjualan yang hanya sedikit saja dapat mengakibatkan kenaikan persentase laba yang tinggi. Degree of operating leverage merupakan ukuran, pada tingkat penjualan tertentu, berapa persen perubahan volume penjualan akan mempengaruhi keuntungan. Menurut Garrison (2008:343) tingkat leverage operasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Tingkat Leverage Operasi = Margin Kontribusi Laba Bersih 3) Titik Impas (Break Event Point) Menurut Rudianto (2013: 30) menyatakan bahwa titik impas adalah volume penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Titik impas dapat diketahui dengan membagi total biaya tetap dengan rasio margin kontribusi. Jadi, ketika titik impas tercapai, perusahaan telah mampu menutup seluruh biaya tetap yang dibebankan selama periode tersebut beserta biaya variabel yang harus dikeluarkan untuk volume produk pada titik impas. Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode margin kontribusi. Metode margin kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari metode-metode persamaan yang telah dijelaskan diatas. Pendekatan 18 ini memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Titik Impas (dalam rupiah) = Titik Impas (dalam unit) = BiayaTetap RasioMarginKontribusi BiayaTetap Margin Kontribusi per Unit 4) Margin of Safety Margin of safety atau batas aman merupakan selisih penjualan yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. Makin tinggi batas keamanan, makin rendah risiko untuk tidak mencapai titik impas (Garisson, 2013: 225). Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: Margin of safety= Penjualan yang dianggarkan - Penjualan impas Margin of safety (%) = Batas keamanan Penjualan yang dianggarkan Perusahaan perlu menghitung margin of safety untuk mengetahui berapa penjualan bisa turun dari rencana ke tingkat yang dapat ditoleransi sebelum perusahaan menderita kerugian. Margin of safety merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan rencana penjualan. 5) Analisis Sensitivitas Menurut Charles, et al., (2006: 80) analisis sensitivitas adalah teknik "bagaimana jika (what-if)" yang digunakan manajer untuk menguji bagaimana akibatnya jika prediksi awal tidak tercapai atau 19 jika asumsi mendasarnya berubah. Aspek lain dari analisis sensitivitas adalah margin of safetydan titik impas. Analisis sensitivitas merupakan suatu pendekatan yang sederhana untuk mengakui adanya ketidakpastian. Analisis sensitivitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Pendapatan yang dianggarkan - Pendapatan Impas 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 dalam rupiah Presentase Margin of Safety = Pendapatan yang dianggarkan C. Kerangka Pikir Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah menunjukkan bahwa dari CV. Cita Mandiri Kota Batu dianalisis dengan Analis Biaya Volume Labadengan melakukan pemisahan antara biaya tetap dengan biaya variabel dengan alat analisisContribution Margin, Operating Leverage, Break Even Point, dan Margin of Safety yang digunakan untuk PerencanaanLaba. Contribution Margin CV. Cita Mandiri Analisis Biaya Volume LAba Operating Leverage Perencanaan Laba Break Even Point Margin of Safety Gambar 2.1 Kerangka Pikir.