MAKALAH MENGAPA MANUSIA PERLU BERAGAMA Disusun Oleh : Muhammad Fakhri Ihsan 2107113402 Rahmi Anisa 2107112746 Sahrul Ramadhan 2107113400 Teknik Informatika (B) Tahun Ajaran 2021-2022 UNIVERSITAS RIAU DAFTAR ISI BAB I ............................................................................................................................................................ 3 PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3 BAB II........................................................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4 1. Manusia Menurut Agama Islam........................................................................................................ 4 a. Manusia ......................................................................................................................................... 4 b. Manusia Menurut Agama Islam .................................................................................................... 5 2. Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya ................................................................................................ 5 3. Konsep dan teori tantang agama ....................................................................................................... 6 4. Unsur unsur Agama .......................................................................................................................... 7 5. Hubungan Manusia dengan Agama .................................................................................................. 7 PENUTUP .................................................................................................................................................. 10 1. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 10 2. Saran ............................................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11 BAB I PENDAHULUAN Manusia dan Agama merupakan masalah yang sangat penting, karena keduanya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai spiritual yang sesuai dengan agama-agama samawi (agama yang datang dari langit atau agama wahyu). Lazimnya, kita beragama cuma ikut orang tua saja. Jika kita lahir di timur dari keluarga Islam, maka kita Islam. Jika kita lahir di barat dari keluarga Kristen, maka kita Kristen. Jika kita lahir di Himalaya dari keluarga buddha, maka kita jadi bhisksu. Bila kita cermati, kecenderungan beragama ini merupakan fakta yang ada pada tiap diri manusia. Sadar atau tidak, manusia punya kecenderungan untuk menghubungkan dirinya dengan kekuatan yang Mahasempurna dan Mahasegalanya sebagai bentuk ketidak-berdayaannya Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Dapat disimpulkan bahwa agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi orang yang berilmu. BAB II PEMBAHASAN 1. Manusia Menurut Agama Islam a. Manusia Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam istilah seperti Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi. Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS. Bukan manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa Ayatayat Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal dari tanah bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaimana pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah, sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.(Rahmat, 1991) Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya bahanbahan yang membentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” mungkin dimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam, kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia. (Ibrahim, 1993) b. Manusia Menurut Agama Islam Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram, mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang mempunyai nilainilai fitri dan sifat-sifat insaniah, seperti dha’if 1, jahula2, fakir3, kafuuro4, syukur5, serta fujur dan taqwa 6 . Selain itu juga tugas Manusia diciptakan yaitu untuk mengimplementasikan tugas-tugas ilahiaah yang mengandung banyak kemaslahatan dalam kehidupannya. Manusia membawa amanah dari Allah yang mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata. Keberadaan manusia didunia memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai khilafah. (Imam Syafe,i, 2009) 2. Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya Dalam kamus umum bahasa Indonesia, agama berarti segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dsb) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. (Poerwadarminta, 1982) Agama dari sudut bahasa (etimologi) berarti peraturan-peraturan tradisional, ajaran- ajaran, kumpulan-kumpulan hukum yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Agama asalnya terdiri dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau. Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan melihat hasil yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama kepada moral atau materiil pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang mempunyai pengetahuan. (Abdullah, 2004) Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka tidak mudah mendefenisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap termasuk pengikut suatu agama ‘lemah’ (An-Nisa’:28) ‘bodoh’ (Al-Ahzab:72) 3 ‘ketergantungan/memerlukan’ (Fatir:15) 4 ‘sangat mengingkari nikmat (Al-Isra’:67) 5 (Al-Insan:3) 6 (asy-Syams: 8) 1 2 tetapi ia mengingkarinya. Mungkin sebaliknya seseorang mengaku memeluk sebuah agama, padahal sesungguhnya sebagian besar pemeluk agama tersebut mengingkarinya. Agama (religion) dalam pengertiannya yang paling umum dapat diartikan sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian. Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk religius, karena tak seorangpun dapat hidup tanpa suatu sistem yang mengaturnya dan tetap dalam kondisi sehat. Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu : 1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini pengatur dan pencipta alam. 2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya. 3. Sistem nilai (Value) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut 3. Konsep dan teori tentang agama Ada bermacam teori mengenai kata agama. Pada mulanya akar kata agama adalah gam yang mendapat awalan a sehingga menjadi a-gam-a. Akar tersebut dapat pula mendapat awalan i dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi i-gam-a. Dan mendapat awalan u dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi u-gam-a. Dalam bahasa bali, ketiga bahasa tersebut mempunyai makna sebagai berikut; a. Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja. b. Igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam berhubungan dengan dewa-dewa, c. Ugama artinya peraturan, tata cara dalam berhubungan dengan sesama manusia. d. Dalam bahasa Belanda terdapat kata ga,gaan dan dalam bahasa Inggris kata go yang artinya sama dengan gam yaitu pergi. Namun setelah mendapat awalan a pengertian tersebut berubah menjadi jalan. Sementara itu K.H. Zainal Arifin Abbas dan Sidi Gazalba , berpendapat bahwa istilah agama dan religi serta Al Din itu berbeda-beda antara satu dan lainnya. Masing-masing mempunyai pengertian sendiri. Lebih jauh lagi, Gazalba menjelaskan bahwa Al-din lebih luas pengertian nya dari pada pengertian agama dan religi. Agama dan religi hanya berisi ajaran yang menyangkut aspek hubungan antara manusia dan tuhan saja. Sedangkan al-din berisi dan memuat ajaran yang mencakup aspek hubungan antara manusia dan tuhan dan hubungan sesama manusia. (Muchtar, 2001) Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, menyembah dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut ajaran agama tersebut. 4. Unsur unsur Agama Unsur pertama yaitu kepercayaan terhadap kekuatan Gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk bermacam macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentu benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh, jiwa yang terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan gaib. Tuhan atau Allah dalam istilah lebih khusus dalam agama Islam. Unsur kedua yaitu bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Unsur ketiga yaitu adanya rasa respons yang bersifa emosional dari manusia. Respons tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, penyembahan dan pada akhirnya respons tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. Unsur keempat yaitu, paham tentang adanya kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dan dalam bentuk kitab yang mengandunga jaran-ajaran agama yang bersangkutan, peralatan menyelenggarakan upacara dan sebagainya. 5. Hubungan Manusia dengan Agama Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak dipahami oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat mereka, mereka merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan kegaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk mengautkan diri, merela mencari perlindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai alam gaib yaitu dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka dengan para dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan dewa-dewa atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan : sosial, ekonomi, kesenian, dan sebagainya. Kepercayaan dan sistem hubungan manusia dengan para dewa atau Tuhan itu membentuk agama. Manusia, karena itu, dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dengan agama. Gambaran ini berlaku di seluruh dunia. Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju, masayarakat yang telah memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui ilmu pengetahuan, ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai alam gaib dalam masyarakat sederhana menjadi berkurang bahkan di beberapa bagian dunia menjadi hilang. Perkembangan pemikiran manusia terhadap diri dan alam sekitarnya menjadi berubah. Timbullah berbagai teori mengenai hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya. Salah satu teori yang banyak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan social, adalah teori August Comte yang terdapat dalam bukunya yang masyhur : Course de la Philosophie (1842). Ia menyebut tiga tahap perkembangan manusia, yaitu : Tahap Teologik Tahap pemikiran manusia yang percaya kepada Tuhan, percaya kepada ajaran agama. Dalam pemikiran teologik ini manusia belum tahu tentang musabab kejadian di alam ini, tidak tahu mengenai hal atau peristiwaperistiwa yang terjadi di sekitarnya. Tahap Metafisik, Tahap pemikiran manusia yang percaya pada ketakutan atau hal-hal non fisik, yang tidak terlihat. Untuk keselamatan dirinya, dalam tahap ini manusia berusaha menjinakkan kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-sajian. Dan apabila pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih lanjut, tahap pemikirannya pun meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Tahap Positif, Tahap pemikiran manusia yang masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika. Di Eropa dan Amerika cenderung kembali pada Tuhan atau ajaran agama di penghujung abad XX dan dalam abad XXI yang akan datang. Sejarah umat manusia di barat menunjukkan kepada kita bahwa dengan mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya (anthropocentrisme yaitu paham yang mejadikan manusia menjadi pusat), telah menyebabkan berbagai krisis dan malapetaka. Dan karena pengalaman itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di selururh dunia kembali kepada agama. Ini disebabkan karena beberapa hal, di antaranya adalah : a. Para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali berpaling pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya. b. Karena harapan manusia kepada otak manusia untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya pada abad-abad lalu, ternyata tidak terwujud. Memang, sains dan teknologi telah memudahkan dan menyenangkan kehidupan manusia, namun bersamaan dengan itu teknologi itu sendiri telah mengancam kehidupan manusia yang membuatnya. Dengan panduan agama, terutama agama yang berasal dari Allah SWT, teknologi dapat dikembangkan dan diarahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan, membawa keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Agama sangat perlu bagi manusia terutama bagi orang yang berilmu, apa pun disiplin ilmunya. Sebabnya, karena dengan agama ilmunya akan lebih bermakna. Bagi kita umat Islam, agama yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama Islam. PENUTUP 1. Kesimpulan Agama sangat di perlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna. Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia. 2. Saran Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga agama dapat menjadi lebih bermakna maka dari itu kita sebagai manusia hendaknya berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan. Sehigga kita dapat menjadi manusia yang seutuhnya. DAFTAR PUSTAKA Aksa, F. N. (2015). Modul Pendidikan Agama Islam. Lhokseumawe: Unimal Press. Gultom, I. (2010). Agama Malim Di Tanah Batak. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Muchtar, A. (2001). Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : Khazanah Baru. Nata, A. (2006). Metode Studi Islam. Jakarta: Raja wali Press. Sada, H. J. (2016). Manusia Dalam Perspektif Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 7, 130-131.