Uploaded by Rafi Zaidan

Kelompok 11 Makalah Ketahanan Nasional dan Bela Negara

advertisement
MKU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KETAHANAN NASIONAL DAN BELA AGAMA
Disusun Oleh Kelompok 10:
1. M. Hafidz Rahmanata Wafa
2211011060
2. Yoga Firnando Rahmad
2211011061
3. M.Daffa Ilhamsyah
2211011064
4. Hafiz Wahyu Syahputra
2211011069
5. Ibnu Septa Nugraha
2211011072
6. M. Daffa Rezki Nugraha
2211011073
7. M. Effan Ananta
2211011074
8. Sheva Nauval A
2211011075
9. M Rafi Zaidan Ariq
2211011076
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
serta memberikan kesehatan dan kesempatan kami untuk menyelesaikan tugas Pendidikan
Kewarganegaraan
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Hariyanto S.Pd., M.Div selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini.
Kami harap semoga makalah ini dapat berguna dan bisa membantu kesulitan para pembaca.
Kami menyadari jika penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dengan ini kami
sangat mengharapkan saran dan krtitik dari para pembaca.
Penyusun,
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 6
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 7
3.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara.
Apa itu
Ketahanan Nasional? Apa itu Bela Negara ........................................................ 7
3.2 Bela Negara Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional ................... 8
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan nasional merujuk pada kemampuan sebuah negara untuk
melindungi dirinya dari ancaman dan tantangan yang muncul dari dalam maupun
luar negeri. Ketahanan nasional terdiri dari beberapa aspek, seperti pertahanan
militer, keamanan dalam negeri, keamanan pangan, keamanan energi, dan lain-lain.
Di era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, negara menghadapi
ancaman yang semakin kompleks dan multidimensional, seperti ancaman teroris,
ancaman siber, dan ancaman lain yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu,
ketahanan nasional menjadi semakin penting dalam upaya menjaga keamanan dan
kedaulatan sebuah negara.
sementara itu, agama masih menjadi kekuatan yang kuat dalam kehidupan
masyarakat, dan seringkali menjadi faktor penentu dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk politik dan sosial. Namun, di beberapa negara, agama juga dapat menjadi
sumber konflik dan perselisihan yang dapat mengancam stabilitas nasional.
Oleh karena itu, penting bagi sebuah negara untuk memperkuat ketahanan
nasional dengan cara yang tepat dan efektif, yang juga memperhatikan keberagaman
masyarakat dan hak untuk beragama secara bebas. Bela agama dapat menjadi bagian
dari strategi untuk memperkuat identitas nasional dan moral masyarakat, tetapi harus
dilakukan dengan menghargai keberagaman dan tidak merugikan hak asasi manusia.
Dalam konteks global, diskusi tentang ketahanan nasional dan bela agama
juga menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan dan perkembangan
yang terus berubah di dunia yang semakin terhubung.
4
1.2 Rumusan Masalah
2. Menelusuri Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara. Apa
itu Ketahanan Nasional? Apa itu Bela Negara?
3. Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Ketahanan Nasional dan Bela Negara
4. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Ketahanan
Nasional dan Bela Negara
5. Studi kasus ketahanan nasional
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela
Negara. Apa itu Ketahanan Nasional? Apa itu Bela Negara?
2. Mengetahui Alasan Mengapa Diperlukan Ketahanan Nasional dan Bela
Negara
3. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Ketahanan
Nasional dan Bela Negara
4. 4.Mengetahui permasalahan tentang ketahanan nasional
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Ketahanan nasional diperlukan bukan hanya sebagai konsepsi politik saja
melainkan sebagai kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas
pokok pemerintahan, seperti: tegaknya hukum dan ketertiban (law and order),
terwujudnya
kesejahteraan
dan
kemakmuran
(welfare
and
prosperity),
terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defence and security), terwujudnya
keadilan hukum dan keadilan sosial (juridical justice and social justice), serta
terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom of the
people) (Wahyono, 1996).
Bela negara dapat didefinisikan sebagai suatu tekad, sikap, dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta
keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk
berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun dari
dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan
dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai-nilai Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 (Azhar, 2001:32).
Menurut RM. Sunardi7 ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu
bangsa meliputi seluruh aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan
dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan
serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung
maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional.
2.2 Konsep Ketahanan Nasional Indonesia
Trigatra merupakan bagian dari konsep ketahanan nasional Republik Indonesia.
Konsep ketahanan nasional RI ini juga disebut dengan Astagatra. Konsep tersebut
dikembangkan oleh Lemhannas. Astagatra berisi daya keuletan dan daya tahan. Konsep
Astagatra terdiri dari delapan gatra yang terbagi menjadi Trigatra dan Pancagatra. Secara
khusus, Trigatra membahas konsep-konsep ketahanan nasional yang bersifat alamiah,
seperti letak geografis, sumber kekayaan alam negara, dan mengenai kependudukan.
6
Aspek Trigatra adalah:
1. Gatra Geografi Negara
Gatra yang pertama membahas mengenai geografi negara Indonesia. Letak geografi
Indonesia akan memberikan gambaran mengenai bentuk negara ke dalam dan keluar.
Bentuk ke dalam akan menunjukkan corak, isi, wujud, dan tata susunan wilayah berupa
laut dan pulau-pulau. Sementara itu, bentuk keluar akan memperlihatkan situasi dan
kondisi lingkungan di Indonesia. Bentuk geografi ke luar ini berkaitan dengan timbal
balik antara lingkungan dan negara Indonesia. Letak geografi Indonesia diapit oleh dua
samudera dan dua benua yang berada di daerah khatulistiwa. Indonesia merupakan negara
yang terdiri dari banyak pulau dan laut yang sangat luas. Dikarenakan wilayah Indonesia
yang sangat luas, maka Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan aspeknya.
Aspek pertama yang membagi wilayah Indonesia adalah gugusan pulau, yaitu gugusan
Papua, gugusan Kepulauan Maluku, gugusan Kepulauan Sunda Kecil, dan gugusan
Kepulauan Sunda Besar.Selanjutnya, Indonesia dibagi menurut bentang alam geografinya
menjadi tiga daerah, yaitu dangkalan Sahul, dangkalan Sunda, dan daerah Peralihan.
Terakhir, Indonesia dibagi berdasarkan flora dan faunanya, yakni Indonesia bagian
Timur, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia bagian Barat.
2. Gatra Keadaan dan Kekayaan Alam
Aspek trigatra ketahanan nasional berikutnya adalah membahas mengenai
keadaan dan kekayaan alam Indonesia. Keadaan dan kekayaan alam Indonesia ini
meliputi sumber dan potensi alam di darat, air, dan udara. Kekayaan alam di Indonesia
dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu flora, fauna, tanah, mineral, atmosfer, potensi
dirgantara, air, laut, dan energi dari alam. Selain itu, kekayaan alam di Indonesia juga
dibagi sesuai sifatnya, yakni kekayaan alam yang dapat diperbarui, kekayaan alam yang
tidak dapat diperbarui, dan kekayaan alam yang bersifat tetap.
3. Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Peran penduduk yang tinggal dan menetap di Indonesia sangat penting
dalam penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan Indonesia. Sehingga, peran
penduduk di sini sangat penting untuk ketahanan nasional Indonesia. Faktor-faktor yang
menjadi pembahasan dalam gatra ini adalah jumlah penduduk, komposisi penduduk,
persebaran penduduk, dan kualitas penduduk.
6
2.3 Studi Kasus
Klaim Negeri Jiran Yang Serumpun. Telah beberapa kali negeri Jiran Malaysia
membuat panas hati sebagian besar masyarakat Indonesia. Negara yang mengusung slogan
"Truly Asia" itu telah berulang kali mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai miliknya.
Berikut sebagian datanya:
1. Agustus 2007
Malaysia mengklaim dan mempatenkan batik motif "Parang Rusak", angklung,
wayang kulit hingga rendang. Sehingga Sekjen Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, Sapta Nirwandar menyatakan bahwa pemerintah telah mendaftarkan
batik dan angklung ke UNESCO, sebagai masterpiece world heritage. Langkah ini
merupakan reaksi setelah munculnya klaim tersebut.
2. Oktober 2007
Lagu yang sangat mirip "Rasa Sayang" menjadi soundtrack iklan pariwisata
Malaysia yang dicurigai diambil dari lagu "Rasa Sayange". Lagu ini pernah diupload di situs resmi pariwisata Malaysia, http://www.rasasayang.com.my dan
disiarkan oleh televisi-televisi di Malaysia. Klaim ini menuai kecaman hebat dari
masyarakat Indonesia hingga DPR. Tapi Malaysia sempat berdalih lagu tersebut
sudah terdengar di Kepulauan Nusantara sebelum lahirnya Indonesia. Sehingga tak
bisa diklaim sendiri oleh Indonesia. Demikian juga lagu "Indang Bariang" yang
merupakan lagu asal daerah Sumatera tersebut. Selain itu lagu ampar-ampar pisang
juga diklaim oleh Malaysia.
3. 21 November 2007
Para seniman Ponorogo kaget oleh munculnya Tari Barongan yang sangat mirip
Reog Ponorogo. Padahal Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah mendaftarkan Reog
Ponorogo dan mendapatkan Hak Cipta No.026377 pada 11 Februari 2004. Oleh
Malaysia, tarian ini diberi nama Tari Barongan. Website Kementerian Kebudayaan.
Kesenian dan Warisan Malaysia (http://heritage.gov.my) pernah memampangnya
dan menyatakan tarian itu warisan dari Batu Pahat, Johor dan Selanggor Malaysia.
4. Maret 2009
Melihat perkembangan tersebut, Indonesia berupaya mematenkan batik, keris dan
wayang. "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" kata Kabag
Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, Edi Irawan.
5. Agustus 2009
Tari Pendet menjadi iklan acara Discovery Channel bertajuk "Enigmatic Malaysia".
Setelah dipersoalkan selama beberapa hari, Discovery Channel akhirnya
memunculkan iklan itu terhitung sejak senin 24 Agustus 2009. Pemerintah Malaysia
menyatakan tak pernah mengklaim Tari Pendet.
6
Solusi:
Pertama-tama, Kita sebagai rakyat Indonesia harus memastikan bahwa klaim
budaya yang dibuat oleh Malaysia benar-benar tidak berdasar dan tidak mengabaikan
sejarah dan kebudayaan Indonesia. Jika klaim tersebut terbukti tidak benar, Kita sebagai
rakyat Indonesia dapat mengambil tindakan hukum atau diplomasi yang tepat untuk
melindungi kepentingan nasionalnya.
Selain itu, Kita sebagai rakyat Indonesia juga dapat melakukan tindakan untuk
mempromosikan dan melindungi kekayaan budaya dan warisan Indonesia. Salah satu cara
untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
budaya Indonesia dan memberikan pendidikan yang memperkuat kesadaran akan warisan
budaya kita.
Kita sebagai rakyat Indonesia juga dapat mengambil langkah-langkah untuk
memperkuat perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual terkait dengan
budaya Indonesia, seperti hak cipta, merek dagang, dan hak paten. Hal ini akan membantu
melindungi produk-produk budaya Indonesia dari pengambilan yang tidak sah oleh negara
lain.
Selain itu, Kita sebagai rakyat Indonesia dapat meningkatkan kerja sama dengan
Malaysia dalam bidang budaya untuk mempromosikan saling pengertian dan penghargaan
antara kedua negara. Hal ini dapat dilakukan melalui pertukaran seniman dan budayawan,
promosi budaya dan pariwisata, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat memperkuat
hubungan antara kedua negara.
Yang terpenting, Kita sebagai rakyat Indonesia harus tetap menghargai dan
mempertahankan warisan budayanya sebagai kekayaan nasional yang harus dilindungi dan
dipromosikan dengan baik kepada dunia.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara. Apa
itu Ketahanan Nasional? Apa itu Bela Negara?
Secara etimologi, ketahanan berasal dari kata “tahan” yang berarti tabah,
kuat, dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan
memiliki makna mampu, tahan, dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan
ancaman yang ada guna menjamin kelangsungan hidupnya. Sedangkan kata
“nasional” berasal dari kata nation yang berarti bangsa sebagai pengertian politik.
Bangsa dalam pengertian politik adalah persekutuan hidup dari orang–orang yang
telah menegara. Ketahanan nasional secara etimologi dapat diartikan sebagai
mampu, kuat, dan tangguh dari sebuah bangsa dalam pengertian politik.
Bagaimana dengan pengertian ketahanan nasional secara terminologi?
 Wajah Ketahanan Nasional Indonesia.
Menurut salah seorang ahli ketahanan nasional Indonesia, GPH S.
Suryomataraman "ketahanan nasional memiliki lebih dari satu wajah, dengan
perkataan lain ketahanan nasional berwajah ganda, yakni ketahanan nasional
sebagai konsepsi, ketahanan nasional sebagai kondisi dan ketahanan nasional
sebagai strategi" (Himpunan Lemhanas, 1980).
Berdasar pendapat di atas, terdapat tiga pengertian ketahanan nasional atau
disebut sebagai wajah ketahanan nasional yakni:
1. ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin
2. ketahanan nasional sebagai kondisi
3. ketahanan nasional sebagai strategi, cara atau pendekatan
Untuk memahami sebagai konsepsi, bermakna bahwa ketahanan nasional
adalah suatu konsepsi khas bangsa Indonesia yang digunakan untuk dapat
menanggulangi segala bentuk dan macam ancaman yang ada. Apakah ketahanan
nasional dalam pengertian pertama ini dapat dianggap sebagai doktrin? Dikatakan
lanjut oleh GPH S. Suryomataraman, bahwa apabila bangsa Indonesia ini tidak
hanya menganggap ketahanan nasional sebagai konsepsi tetapi sudah merupakan
suatu kebenaran yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menentukan
kebijakan, maka ketahanan nasional telah dianggap sebagai doktrin.
Ketahanan nasional sebagai kondisi, pengertian kedua, sebagai ilustrasi.
Kondisi Indonesia tersebut diukur dengan menggunakan konsepsi ketahanan
nasional Indonesia yakni ajaran Asta Gatra. Ketahanan nasional nasional
dirumuskan sebagai kondisi yang dinamis
Ketahanan nasional sebagai strategi, pengertian tiga, berkaitan dengan
pertanyaan tentang apa sebab dan bagaimana Indonesia bisa “survive” walaupun
menghadapi banyak ancaman dan bahaya. Jadi, dalam pengertian ketiga ini,
ketahanan nasional dipandang sebagai cara atau pendekataan dengan menggunakan
ajaran Asta Gatra, yang berarti mengikutsertakan segala aspek alamiah dan sosial
guna diperhitungkan dalam menanggulangi ancaman yang ada.
Pada naskah GBHN tahun 1998 dikemukakan definisi ketahanan nasional,
sebagai berikut:
1. Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang
selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif
dielakkan dari hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari
luar maupun dari dalam.
2. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari
kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
3. Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan politik,
ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan keamanan.
A. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung
kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional
B. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia
yang berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945
C. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa
yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi.
D. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya.
E. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
Tannas sebagai strategi , Tannas sebagai konsepsi, dan Tannas sebagai
kondisi
Perihal adanya tiga wajah atau pengertian ketahanan nasional diperkuat
kembali oleh Basrie (2002) bahwa ketahanan nasional itu memiliki wajah sebagai
berikut: 1) sebagai Kondisi, 2) sebagai Doktrin, dan 3) sebagai Metode. Tannas
sebagai kondisi adalah sesuai dengan rumusan ketahanan nasional pada umumnya.
Tannas sebagai doktrin berisi pengaturan penyelenggaraan keamanan dan
kesejahteraan dalam kehidupan nasional. Tannas sebagai metode adalah pendekatan
pemecahan masalah yang bersifat integral komprehensif menggunakan ajaran Asta
Gatra.
 Dimensi dan Ketahanan Nasional Berlapis
Ketahanan nasional berdimensi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Konsep ketahanan nasional berlapis, artinya ketahanan nasional sebagai
kondisi yang kokoh dan tangguh dari sebuah bangsa tentu tidak terwujud jika tidak
dimulai dari ketahanan pada lapisan-lapisan di bawahnya. Terwujudnya ketahanan
pada tingkat nasional (ketahanan nasional) bermula dari adanya ketahanan
diri/individu, berlanjut pada ketahanan keluarga, ketahanan wilayah, ketahanan
regional lalu berpuncak pada ketahanan nasional (Basrie, 2002)
Ketahanan diri, keluarga, wilayah, regional, nasional
3.2 Bela Negara Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional
Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 Ayat 3
UUD NRI 1945. Pasal 27 Ayat 3 menyatakan “Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD
NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan
bahwa usaha pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara
Indonesia. Bela negara dapat dibedakan secara fisik(militer) maupun nonfisik(nonmiliter). Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul senjata" menghadapi serangan
atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman
dari luar. Sedangkan bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai "segala
upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap
tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, termasuk
penanggulangan ancaman. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan
kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman nonmiliter pada hakikatnya adalah ancaman yang
menggunakan faktor-faktor nonmiliter, yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa.
 Pentingnya Ketahanan Nasional dan Bela Negara
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis bangsa
Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri langsung atau tidak langsung yang dapat membahayakan
integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Mengapa penting? Karena untuk mencegah dan menanggulangi adanya
ancaman yang datang dari dalam ataupun luar negara yang bisa mengganggu
stabilitas nasional.
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal
tahun 1960-an di kalangan militer Angkatan darat di SSKAD yang sekarang
Bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh
komunisme yang berasal dari Uni Soviet dan Cina. Sejarah keberhasilan bangsa
Indonesia menangkal ancaman komunisme tersebut menginspirasi para petinggi
negara untuk merumuskan sebuah konsep yang menjadi jawaban atas permasalahan
ini. Ketahanan nasional tetap relevan sebagai kekuatan penangkalan dalam suasana
sekarang maupun nanti, sebab ancaman setelah berakhirnya perang dinging lebih
banyak bergeser kearah nonfisik, antara
lain;
budaya
dan
kebangsaan(Sudrajat, 1996: 1-2). Ketahanan nasional sebagai kondisi, salah satu
wajah Tannas, akan selalu menunjukkan dinamika sejalan dengan keadaan atau
obyektif yang ada di masyarakat kita. Sebagai kondisi, gambaran Tannas bisa
berubah-ubah, kadang tinggi, kadang rendah.
Secara sosiologis, Ketahanahn nasional bermula setelah ancaman perang
dinging terhadap budaya dan kebangsaan. Inti ketahanan nasional pada dasarnya
berada pada tataran "mentalitas" bangsa indoneia sendiri dalam menghadapi
dinamika masyarakat itu sendiri.
Secara politik, ketahanan nasional dewasa ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi ketidakadilan sebagai "musuh Bersama". Konsep ketahanan juga tidak
hanya ketahanan nasional tetapi sebagai konsepsi yang berlapis, atau ketahanan
berlapis. Lembaga ketahanan nasional (Lemhanas) RI sebagai Lembaga yang
mengembangkan konsep ketahanan nasional Indoneia, sudah membuat badan
khusus yang bertugas mengukur tingkat ketahanan Indonesia. Badan ini dinamakan
Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional, sebagai bagian dari Lemhanas RI
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasioanal dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan
serta gagasan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung dan tidak
langsung membahayakn integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara
serta perjuangan mengejar tujuan Nasionalnya.
Keadaan atau kondisi nasional selalu berkembang dan keadaan berubah-ubah, oleh
karena itu ketahanan nasional harus dikembangkan dan dibina agar sesuai dengan
perkembangan zaman.
Ketahanan nasional mempunyai makna yang amat luas. Bagi bangsa Indonesia yang
terdiri atas berbagai macam suku, bangsa, dan adat istiadat, ketahanan nasional perlu
dipahami secara konfeherensif dan terpadu, baik secara personal maupun sosial,
untuk kemudian di wujudkan secara nyata dibumi nusantara. Dalam konteks inilah,
maka ketahanan nasional merupakan sebuah amanat yang harus diperjuangkan
bersama-sama oleh setiap komponen bangsa, sesuai dengan kemampuan dan
kapasitas masing- masing.
9
DAFTAR PUSTAKA
Wahyono SK. (1996). Strategi ketahanan laut dalam rangka ketahanan nasional. Jurnal
ketahanan Nasional: Program Studi Ketahanan Nasional SPs UGM, Yogyakarta.
Azhar, Muhammad, (2001). Jurnal : Preseksif islam entang bela Negara: Jurnal ketahanan
Nasional, Vol. VI No. 1 April 2001
RM Sunardi, Pembinaan Ketahanan Bangsa, Jakarta, Kuaternita Adidarma, hal. 6.
Anonim. (2021). Trigatra, Konsep Ketahanan Nasional RI. Kumparan. Diakses 3 Mei 2023
melalui https://kumparan.com/berita-unik/trigatra-konsep-ketahanan-nasional-ri1vxUKBb17RR/full
M. Adi Wibowo. (2018). Ketahanan Nasional dan Bela Negara. Puskom Publik Kemhan.
Diakses 3 Mei 2023 melaluihttps://www.kemhan.go.id/wpcontent/uploads/2018/11/wiraedisikhusus1.pdf
Buku:
Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan, Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia, 2016.
10
11
Download