ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM FILM ANIMASI NUSSA DAN RARA SKRIPSI Disusun untuk melengkapi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Sirojul Falah Bogor Siti Marpah NIM. 19010282 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) / TARBIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SIROJUL FALAH BOGOR 1444 H. / 2023 M. DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING I LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING II LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN PEDOMAN TRANSLITERASI KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ABSTRAK…………………………………………………………………………. DAFTAR ISI……………………………………………………………………...... DAFTAR TABEL………………………………………………………………...... BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………….....1 B. Rumusan dan Pembatasan Masalah…………………………………4 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………4 D. Manfaat Penelitian………………………………………………......4 E. Kerangka Pemikiran..........................................................................5 F. Metode Penelitian…………………………………………………...7 G. Penelusuran Hasil Penelitian Yang Relevan………………………..8 H. Sistematika Penulisan…………………………………………….....8 BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep dan Nilai-nilai Pendidikan Islam .............................................10 1. Pengertian Nilai ................................................................................10 2. Pengertian Pendidikan Islam ............................................................10 3. Fungsi Pendidikan Islam ...................................................................13 4. Bentuk-bentuk Nilai Pendidikan Islam .............................................14 5. Proses Terbentuknya Nilai ................................................................19 B. Dampak Film Sebagai Media Film Transformasi Nilai Bagi Perkembangan Agama Anak ................................................................21 1. Pengertian dan Fungsi Film Dalam Proses Pembelajaran ................21 2. Pemanfaatan Media Film Sebagai Media Pembelajaran ..................22 i 3. Dampak Film Sebagai Media Transformasi Terhadap Perilaku Anak………………………………………………………….…23 C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Film Sebagai Media Transformasi Bagi Anak……………………………….…………..28 BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Metode Penelitian .................................................................. B. Variabel Penelitian .................................................................................... C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... D. Jenis Data .................................................................................................. E. Sumber Data .............................................................................................. F. Teknik Pengambilan Data ......................................................................... G. Teknik Analisis Data ................................................................................ BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Profil Film ..................................................................................................... 1. Deskripsi Film ........................................................................................... 2. Sejarah Film Animasi Nussa dan Rara ..................................................... 3. Tokoh Pembuat Film Animasi Nussa dan Rara ........................................ 4. Crew Produksi Film Animasi Nussa dan Rara.......................................... 5. Riwayat Penayangan Film......................................................................... 6. Karakter Dalam Film Animasi Nussa dan Rara ........................................ B. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Film Kartun Animasi Nussa Dan Rara........................................................................................................ 1. Nilai Aqidah .............................................................................................. 2. Nilai Ibadah ............................................................................................... 3. Nilai Akhlak .............................................................................................. C. Isi Film Kartun Animasi Nussa dan Rara ...................................................... 1. Yah Hujan ................................................................................................. 2. Shalat Itu Wajib......................................................................................... 3. Jangan Kalah Sama Setan ......................................................................... ii BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... B. Saran .......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat di zaman modern ini, tidak hanya meningkatkan komunikasi massa atau aktivitas media tua, tetapi juga menampilkan media baru dalam kehidupan kita sehari-hari. Media yang baru adalah media konten dapat diakses kapan saja, di mana saja, di perangkat digital apa saja, memiliki kemampuan untuk melakukannya interaksi antara informan dan penerima informasi, sebaik mungkin partisipasi kreatif dari berbagai pihak. YouTube adalah media yang dapat menampilkan peristiwa atau presentasi audiovisual. YouTube memberi Kemudahan menampilkan karya video untuk dinikmati semua orang pengguna internet. Berdasarkan survei orang tua sering menggunakan YouTube sebagai sarana untuk menyampaikan pendidikan islami pada anak.1 Sangat penting menerapkan pendidikan Islam pada anak untuk mengembangkan moral dan akhlak mulia kepribadian seorang muslim. Oleh karena itu, Allah bertakwa kepada anak dan sebagai generasi umat Islam, mereka harus dibimbing dan diarahkan sesuai dengan ajaran Islam. Al-Qur'an sesuai perintah Allah yang maha Esa di zaman sekarang ini, teknologi berkembang begitu pesat dan salah satunya adalah media seperti handphone (gadget) dan televisi, sehingga tidak heran jika banyak anakanak yang menggunakan gadget karena kecanduannya dalam menggunakan gawai dan menonton televisi dapat memberikan efek positif 1 Andini Mustika Putri, dkk, Pendidikan Agama Islam Sebagai Bentuk Untuk Menumbuhkan Kepribadian Muslim Pada Diri Anak, PeTeKa 5 (3), 383-395, 2022 Jurnal.um-tapsel.ac.id 1 bagi anak-anak, seperti tayangan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits. Orang tua memiliki peran penting dalam mengatur, mengarahkan dan membimbing anak agar terhindar dari yang tidak baik dan berdampak buruk bagi perkembangan anak. Film animasi atau kartun sangat populer di kalangan anak-anak, menonton kartun adalah cara yang bagus untuk mendidik anak. Namun di sisi lain, film animasi dapat berdampak buruk bagi anak, seperti kekerasan, kurang empati, bahasa kasar dan lain sebagainya yang dapat mendorong anak untuk berperilaku nakal.2 Anak-anak sering mengidolakan dan meniru isi didalam film kartun, kekaguman mereka terhadap kartun bisa salah paham. Orang tua harus bisa memilih konten animasi yang cocok untuk anak, seperti konten animasi yang mengandung nilai-nilai pendidikan berdasarkan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, seperti film animasi Nussa dan Rara. Bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 20 November 2018 telah dirilis salah satu animasi produksi Indonesia yaitu Nussa dan Rara animation, Nussa dan Rara merupakan kartun edukasi yang memberikan pesan dan kesan moral tentang terjalinnya nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Animasi ini merilis episode perdananya di YouTube resmi milik Nussa. Animasi ini merupakan produk dari empat Stripe Productions yaitu: Aditya Triantoro sebagai CEO The Little Giantz, Bony Wirasmono sebagai Creative Director, Yuda Wirafianto sebagai Executive Producer dan Ricky Manoppo “Nussa” animation sebagai Producer. Animasi Nussa dan Rara menceritakan keseharian kakak beradik, karakter Nussa sebagai kakak dan Rara sebagai adik, mereka selalu belajar untuk bersikap baik, berpikir positif dan mensyukuri banyak hal yang dialami dan masih banyak lagi nilai-nilai islami lainnya. Film animasi ini 2 Mohamad Fadhilah Zein, Panduan Menggunakan Media Sosial Untuk Generasi Emas Milenial (Jakarta: Mohamad Fadhilah Zein, 2019) 2 dapat bermanfaat dan membantu mengurangi kecemasan orang tua terhadap tayangan yang berbahaya bagi anak. Film animasi Nussa dan Rara yang diproduksi oleh rumah animasi The Little Giantz ini hanya berdurasi sekitar tiga sampai lima menit saja dan sejauh ini sudah mencapai jutaan penonton. Oleh karena itu, film serial Nussa dan Rara termasuk dalam kartun pendidikan yang mengutamakan ayat-ayat AlQur’an, maka perlu dikaji apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film animasi tersebut. Penerapan dan kebenaran, ayatayat yang digunakan, pesan moral, bahasa dan motivasi dalam kehidupan, terutama untuk anak-anak. Film animasi ini harus dipelajari agar film ini menjadi salah satu sarana belajar yang tepat bagi anak-anak.3 Dalam hal ini perlu diteliti, karena terkadang tidak semua film animasi memiliki ajaran yang baik, namun ada saja ajaran yang tidak pantas untuk ditonton oleh anak-anak, bahkan terkadang ada yang menghina Islam, contohnya film animasi Fireman Sam yang merupakan film kartun. Film animasi yang menampilkan materi yang melanggar Alqur’an ini berkisah tentang seorang pemadam kebakaran bernama Sam, yang misinya membantu orang menjadi idola sejak 1987. Kemudian, film animasi The Life Of Muhammad muncul pada tahun 2008, film ini tentang Nabi Muhammad dan istrinya yang berusia 9 tahun bernama Aisyah dari segi seksual, film ini juga menampilkan wajah Nabi Muhammad yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Juga penggambaran karakter tokoh SpongeBob SquarePants kurang bagus yaitu Mr. Karakter Greedy Krabs, cumi pemarah, SpongeBob SquarePants. Bercirikan nafsu, Plankton pencemburu, Patrick pemalas, Sandy berpikiran terbuka, sifat dan karakter mereka adalah sifat yang tidak dianjurkan dalam Islam. Selain film animasi Tom and Jerry, film animasi ini sangat populer di kalangan anakanak, namun sangat disayangkan film ini tidak cocok untuk ditonton oleh 3 KARYA ADITYA TRIANTORO, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Film Animasi Nussa dan Rara, core.ac.uk 3 anak kecil, meskipun terlihat lucu, film ini banyak mengandung adegan kekerasan, misalnya. mengalahkan, melempar dan menggunakan bahan peledak, dapat menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan penelitian, penulis mencoba menarik perhatian permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Film Animasi Nussa dan Rara”. B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apa Saja Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Film Animasi Nussa dan Rara?.” 2. Pembatasan Masalah Film animasi kartun Nussa dan Rara telah memasuki 75 episode. Akan tetapi, penulis akan mencoba melakukan penelitian yang hanya berfokus pada 1-3 episode. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam dari film animasi Nussa dan Rara. D. Manfaat Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan Islam berbasis media audiovisual. Dalam prakteknya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai referensi bagi pembaca dan analis bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam yang mengkaji nilai-nilai 4 pendidikan Islam dalam film animasi Nussa dan Rara. Bahan rujukan keilmuan bagi pendidik dan orang tua untuk memilih film Nussa dan Rara dalam mengajarkan nilai-nilai pendidikan Islam. E. Kerangka Pemikiran Agar tidak terjadi kekacauan dalam memahami istilah-istilah yang terdapat pada judul karya, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul karya ini, yaitu sebagai berikut: 1. Nilai Pendidikan Islam Dapat dipahami bahwa nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, efisiensi yang mengikat manusia dan harus dilaksanakan serta dipertahankan. Pada saat yang sama, pendidikan Islam adalah upaya sadar untuk mengembangkan keterampilan seseorang agar seseorang dapat menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dan menjadikannya pedoman hidup baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Sehingga mereka menjadi orang yang bahagia didunia dan diakhirat. Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai-nilai, kemudian nilai-nilai tersebut dilembagakan. Nilai kelembagaan terbaik, misalnya melalui pendidikan. Seperti yang dikatakan Muhaimin dan Abdul Mujib, pendidikan adalah proses perubahan dan pengembangan nilai. Dengan demikian, setiap aspek pendidikan Islam mengandung beberapa unsur kunci yang mengarah pada pemahaman dan pengalaman ajaran Islam secara utuh. Hal-hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam pendidikan Islam adalah : proses pembiasaan nilai dan proses pengembalian nilai serta proses penyesuaian nilai. Selain itu, misi pendidikan Islam adalah mendorong dan mengembangkan nilai-nilai Islam serta memenuhi keinginan masyarakat dan kebutuhan sumber daya manusia pada semua tingkatan dan bidang pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Nilai pendidikan Islam harus ditanamkan 5 kepada anak-anak sejak dini agar mereka mengenal nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Ada dua kategori nilai dalam Islam, yang pertama adalah nilai normatif seperti nilai Islam yang berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah, berkah dan laknat Allah. Kedua adalah nilai-nilai fungsional, seperti nilai-nilai Islam, yang merupakan prinsip-prinsip untuk membakukan perilaku manusia, yaitu wajib, sunnah, mubbah, makruh dan haram. Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah standar atau ukuran perilaku, keindahan, keadilan, kebenaran dan efisiensi menurut ajaran Islam, yang harus dilaksanakan dan dipelihara dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. 2. Film Nussa dan Rara Film ini sendiri memiliki definisi sebagai alat komunikasi audiovisual yang tidak hanya menghibur tetapi juga menginformasikan bahkan dapat menyentuh emosi penontonnya. Menurut Hiawan Pratista (2008), film adalah media audiovisual yang memadukan unsur naratif dan sinematik. Unsur naratif sendiri berkaitan dengan tema, sedangkan unsur sinematik adalah alur atau cerita yang berjalan dari awal hingga akhir.4 Dalam film animasi, aktor sungguhan tidak digunakan dalam pembuatan film. Sorotan biasanya digambar oleh animator langsung sebelum dimasukkan ke dalam cerita, dan kemudian ditambahkan suara para aktor. Memiliki film yang menarik perhatian penonton pada akhirnya memberinya fungsi. Film biasanya digunakan sebagai media yang paling mudah dicerna oleh masyarakat. Film kartun Nussa dan Rara adalah film animasi dengan pasangan anak sebagai pemeran utamanya, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini, film Nussa dan Rara mengacu pada film animasi Nussa dan Rara yang diproduksi oleh perusahaan animasi The Little Giantz yang diprakarsai oleh Mario Irwansyah bekerja sama dengan 4 Stripe 4 Pratista, H. (2008). Memahami film. Homerian Pustaka. 6 Production. Nilai-nilai ajaran agama Islam dalam film animasi Nussa dan Rara episode 1-5 merupakan wujud nyata dalam perilaku seharihari. Q.S An-Nahl : 125 سنَ ِة َوجَا ِد ْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ِهي ُ ا ُ ْد َ سبِ ْي ِل َربِكَ بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِع َظ ِة ا ْل َح َ ع ا ِٰلى َ س ُۗنُ اِنَّ َربَّكَ ه َُو ا َ ْعلَ ُم بِ َم ْن سبِ ْي ِل ٖه َوه َُو ا َ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهت َ ِديْن َ ض َّل ع َْن َ ْاَح Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebat lah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. F. Metode Penelitian 1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terhadap kartun Nusa dan Rara. Jenis penelitian ini tidak terikat oleh waktu dan tempat. Periode penelitian ini disusun mulai Januari 2023 hingga Juni 2023. 2. Jenis penelitian Dilihat dari objek penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan menganalisis film “Nussa dan Rara”. Penelitian tinjauan pustaka adalah munculnya argumentasi penalaran ilmiah yang menyajikan hasil kajian pustaka atas hasil refleksi peneliti terhadap suatu masalah yang mencakup satu topik yang memuat sejumlah gagasan yang saling berkaitan yang harus didukung oleh informasi dari sumber pustaka. G. Penelusuran Hasil Penelitian Yang Relevan 7 Studi korespondensi menjelaskan perbedaan status (State Of Art) atau mengkonfirmasi hasil studi tersebut dengan studi yang ada, membandingkan kesimpulan yang kita sebagai ilmuwan berpikir. Beberapa penelusuran studi yang ada menemukan beberapa klaim yang terkait dengan studi ini, antara lain: 1. Skripsi Mutolingah, 2011 berjudul “Nilai-nilai Islam dalam Upin Ipin oleh Karya moh. Nizam Abdul Razak dkk. Tesis ini menjelaskan tentang nilainilai Islam dalam Upin Ipin oleh Moh. Abdul Razak dkk. Nilai-nilai yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Ketaatan, Toleransi, Rendah Hati, Ikhlas dan Amar ma'ruf Nahi munkar Dengan demikian nilai-nilai yang dipelajari adalah nilai-nilai Islam sedangkan penulis mengkaji nilai-nilai pendidikan Islam dalam Upin dan Ipin Mohi. Abdul 11 Razak dkk yang meliputi nilai pendidikan agama, nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan pujian. 2. Skripsi Fifi Nur Rokhmah, 2013, berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Lirik Lagu Wali Band Religius (Kajian Lagu Mengingat Shalawat)”. Dalam skripsi ini, Fifi memfokuskan kajian terhadap nilainilai pendidikan Islam yang terkandung dalam lirik lagu religi grup Wali dari album “Ingat Shalawat”, sedangkan penulis mengkaji nilai-nilai pendidikan Islam dalam karya-karyanya dalam bentuk seni film, yaitu film animasi Nussa dan Rara. H. Sistematika Penulisan Bab kedua adalah landasan teori. Bab ini membahas tentang nilainilai pendidikan Islam dan film “Nussa dan Rara”, yaitu tentang pengertian nilai-nilai pendidikan Islam, pengertian pendidikan Islam, fungsi pendidikan Islam dan bentuk-bentuk nilai pendidikan Islam. Bab ketiga berisi analisis data dan hasil penelitian. Pada bab ini penulis memberikan informasi tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film Nussa dan Rara, yang meliputi nilai pendidikan agama, nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan agama. Semua episode Jangan kalah dengan setan, sholat itu wajib dan akan turun hujan. 8 Bab empat merupakan ringkasan, bab ini berisi kesimpulan, saran dan catatan akhir, daftar pustaka, lembar saran resmi dan lampiran. 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dan Nilai-Nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai Nilai dalam bahasa inggris disebut value, bahasa latin valere yang berarti berguna, mampu akan sesuatu, berdaya, berlaku, kuat, dan kompeten.5 Value berarti qayyim dalam bahasa arab atau sering juga alqayima.6 Dalam kamus filsafat, nilai adalah sesuatu yang berguna untuk mencapai suatu tujuan.7 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “nilai” diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi umat manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah hal-hal yang berharga dan penting bagi kehidupan manusia.8 Menurut Islam, hal-hal yang dianggap berharga dan penting bersumber dari Alquran dan Hadits. Dengan demikian, nilai-nilai yang disebutkan dalam kajian ini merupakan persoalan penting yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Nilai berkaitan erat dengan norma yang diterima oleh seluruh masyarakat.9 Sidi Gazalba artinya nilai adalah sesuatu yang abstrak dan ideal. Nilai bukanlah objek atau fakta konkret, dan bukan hanya tentang keinginan dan bukan perbuatan, suka dan tidak suka. Nilai ada dalam hubungan antara objek yang dihargai dan objeknya. 10 Nilai-nilai pendidikan Islam adalah harapan pendidikan Islam terhadap sesuatu/sifat/hal (yang bermanfaat dan bermanfaat bagi 5 Bagus Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 135 https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=nilai+dalam+bahasa+arab 7 Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan, Deepublish, 2018 8 ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya 1 (1), 57-66, 2020 9 Zulkarnain Abdurrahman, Teori Maqasid Al-Syatibi Dan Kaitannya Dengan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow, Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Islam 22 (1), 2020 10 Nur Kholijah, Nilai-nilai Pendidikan Islam Menurut Perspektif Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan, repository.umsu.ac.id 6 10 manusia dan dijadikan acuan perilaku) yang menjadi landasan bagi manusia untuk mencapai tujuannya hidup yaitu mengabdi kepada Allah SWT. Agar mereka bahagia di sini dan di sini. Padahal, nilainilai pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang ada dalam Islam itu sendiri. Dimana nilai-nilai yang ada coba diubah menjadi umat Islam melalui pendidikan Islam. Nilai-nilai Islam diubah melalui pendidikan Islam yang dilembagakan sebagai nilainilai pendidikan agama Islam. 11 Nilai-nilai utama ajaran Islam adalah iman, Islam dan ihsan, yang merupakan satu kesatuan yang kokoh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seperti yang Anda ketahui, prinsip dasar Islam adalah: iman (keyakinan), ibadah (syariah) dan ikhsan (akhlak). Upaya mendewasakan manusia melalui pendidikan dan pelatihan. Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogy yang berarti pengajaran yang diberikan kepada anak. Ungkapan ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai education yang artinya perkembangan atau pengajaran.12 Pendidikan dalam arti luas berarti proses pengembangan seluruh aspek kepribadian seseorang, yang meliputi pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan untuk mencapai kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai religi, budaya, iptek, seni dan keterampilan yang ditransformasikan untuk mempertahankan mengubah budaya yang dimiliki masyarakat. atau bahkan 13 Dalam bahasa Arab, istilah pendidikan biasanya mengacu pada kata at-tarbiyah, at-ta'dib dan at-ta'lim. Di antara ketiga ungkapan tersebut, kata attarbiyah sering digunakan dalam praktik 11 Musohihul Hasan Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 1 (1), 180-213, 2015 12 Saifudin Zuhri As-Sibyan 2 (1), 39-55. 2019 Ade Imelda Al-Tadzikyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8 (2), 227-247, 2017 13 11 pendidikan Islam. Pada dasarnya, setiap kata berbeda. Hal ini disebabkan penggunaan kata yang berbeda. اس ُ ك ُْونـ ُ ْـوا َربَّا ِن ِيـْينَ ُحلَ َما َء فُقَ َها َء َ َّــر ِبــى الن َ ُلربَّا ِن ُّي الَّذِى ي َّ َ علَ َما َء َويُقَا ُل ا ِب ِصغَ ِار اْل ِع ْل ِم قَ ْب َل ِكبَ ِار ِه "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manudia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak." (HR. Bukhari) a. Istilah At-Tarbiyah Penggunaan kata tarbiyah berasal dari kata rabb, dari kata kerja rabbayurobbitarbiyatan, yang berarti “mengurus, mengurus, dan mengurus”. Secara filosofis mengisyaratkan bahwa pendidikan Islam berasal dari pendidikan yang diberikan Allah sebagai guru kepada seluruh ciptaannya, termasuk manusia Konsep pengasuhan, pengasuhan dan pendidikan meliputi konsep mempengaruhi jiwa anak didik secara bertahap menuju tujuan tertentu yaitu menanamkan ketakwaan dan akhlak mulia sehingga terbentuk manusia yang berkepribadian luhur sesuai ajaran Islam. b. Istilah At-Ta”lim Kata at-ta'lim lebih umum dibandingkan dengan at-tarbiyah dan atta'dib. Rasyid Ridha mendefinisikan at-ta'lim sebagai transmisi berbagai informasi ke jiwa individu tanpa batasan dan kondisi tertentu. 14 Oleh karena itu, pengertian at-ta'lim tidak terbatas pada ilmu lahiriah saja, tetapi mencakup ilmu teoritis, ilmu dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan. c. Istilah At-Ta’dib At-ta'dib berarti pengenalan yang ditanamkan secara bertahap pada manusia dan pengenalan akan tempat yang tepat dalam tatanan 14 Muhammad Arya Dana INOVATIF: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama, Dan Kebudayaan 6 (1), 88-104, 2020 12 penciptaan.12 Istilah at-ta'dib mengacu pada pengertian ('ilm), ajaran (ta'lim) dan kebaikan15. mengasuh anak (tarbiyah), sehingga pengertian attarbiyah dan at-ta'lim termasuk dalam kata at-ta'dib. Dari segi terminologi, para ahli pendidikan Islam merumuskan konsep pendidikan Islam. Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang agar ia dapat berkembang secara optimal sesuai dengan ajaran Islam.16 Menurut Moh. Fadil Al-Djamaly, Pendidikan Islam adalah proses yang membimbing manusia menuju kehidupan yang baik dan mengangkat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasarnya (kodrat) dan kemampuan mengajar (pengaruh eksternal).17 Dalam Islam, M. Yusuf Qardhawi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, mental dan fisiknya, akhlak dan kemampuannya. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia untuk hidup lebih baik dalam situasi apapun.18 Sedangkan Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses yang mempersiapkan generasi muda untuk berperan dengan menambahkan ilmu dan nilai-nilai Islam yang disesuaikan dengan aktivitas manusia untuk berbuat baik di dunia dan mencapai hasil di akhirat.19 Mencermati beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam pada dasarnya adalah membimbing jasmani dan rohani, memberikan ilmu dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada seseorang untuk membentuk kepribadian Islami yang seutuhnya sehingga dapat menerapkan ajaran Islam tersebut. Nilai-nilai dalam dirinya dan lingkungan, yang akhirnya mencapai kebahagiaan di sini dan di sini. 15 Ibid, hal. 30 Lis Yulianti Syafrida Siregar Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak 1 (2), 16-32, 2017 17 Nanik Susilawati, Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Eksakta 1 (1), 1-7, 2021 16 18 Rudi Ahmad Suryadi, Deepublish 2018 19 Mohammad Arifudin, Islamuna: Jurnal Studi Islam 1 (1), 2014 13 QS. Az-Zumar Ayat 9 ٰ ْ اجدًا َّوقَ ۤا ِٕى ًما يَّحْ ذَ ُر ٖۗ َاْلخِ َرة َ َويَ ْر ُج ْوا َرحْ َمةَ َربِ ٖۗه قُ ْل ه َْل يَ ْسَت َ ِو الَّ ِذيْنَ يَ ََْْ ُم ْونَ َوالَّ ِذيْنَ َْل يَ ََْْ ُم ْون ِ س َ َّم ْن ه َُو قَانِتٌ ٰان َۤا َء الَّ ْي ِل ࣖب ِ اِنَّ َما يََتَذَ َّك ُر اُولُوا ْاْلَ ْلبَا: “(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” 1. Fungsi Pendidikan Tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya adalah transmisi (transmission) dan transformasi (transmission) nilai-nilai Islam dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan unsur-unsur kemanusiaan dan nilai-nilai Islam20. Tugas pendidikan Islam juga untuk mewariskan dan menularkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam ajaran Islam, agar nilai-nilai tersebut tercermin dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Secara garis besar, misi pendidikan Islam adalah mengembangkan manusia seutuhnya yang mampu membangun dunia dalam segala dimensinya sesuai dengan komitmen keimanannya kepada Allah. Dengan kata lain, pendidikan Islam berperan sebagai penanaman nilai-nilai positif yang sesuai dengan fitrah manusia. 2. Bentuk-Bentuk Nilai Pendidikan Islam a. Nilai Pendidikan Akidah Kata aqidah dalam kamus Lisaanul ‘araba – Qaamusul Muhiith dan al Mu’jamul Wasiith diambil dari akar kata “al-aqdu” yang artinya mata rantai penentuan yang tidak menimbulkan keraguan bagi 20 Muhammad Haris, Ummul Qura 6 (2), 1-19, 2015 14 pengambil keputusan. Padahal arti aqidah dalam agama berarti merujuk pada keyakinan, bukan perbuatan atau apa yang telah menjadi keputusan yang jelas baik itu benar maupun salah. 21 Aqidah harus dipahami tidak hanya sebagai keyakinan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para nabi, hari akhir, dan qadla-qadar, tetapi Aqidah juga harus dipahami sebagai fakta. bahwa kita memenuhi semua yang diputuskan. Allah dan beribadah kepada-Nya serta bagaimana menerapkan nilainilai yang terkandung dalam aqidah yang kita yakini. Karena akidah selalu memerintahkan kita untuk taat kepada Allah dan meyakini bahwa aturan-Nya itu benar. Aqidah memerintahkan kita untuk selalu taat kepada Allah dan meyakini bahwa aturan-aturan-Nya adalah benar. Jadi konsep pendidikan harus ada di sini. Tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang tidak hanya berkompeten dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi tidak berakhlak, tetapi juga manusia yang berkompeten dalam imtaq dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan pendidikan anak usia dini berbasis akidah adalah membentuk kepribadian islami yaitu akidah islami pada anak. Sebagai landasan berpikir dan bertingkah laku dalam kehidupan kehidupan. Anak yang berkepribadian muslim adalah anak yang memiliki banyak kelebihan, sehingga dapat dikatakan anak yang lebih baik. Anak hebat adalah anak yang bertakwa, cerdas, sehat dan berjiwa pemimpin. Anak penguasa adalah anak yang berorientasi pada cara berpikir dan berperilaku berdasarkan akidah Islam, yang memiliki kecakapan dan kemampuan yang dapat digunakannya dalam kehidupannya maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 21 Abdullah Abdul Hamid, “Definisi Aqidah”, http://abuamincepu. wordpress. Com /2008/02/19/ pengertian-akidah/, (diakses pada tanggal 10 Desember 2010), hal. 1. 15 Sehingga mereka dipersiapkan menjadi pemimpin di masa depan yang akan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan peradaban bangsa dimana mereka hidup. Tugas pendidikan aqidah adalah menanamkan keimanan pada anak untuk kehidupannya kelak. Keyakinan adalah modal terpenting untuk mengembangkan apa yang disebut Howard Gardner sebagai kecerdasan mental, salah satu dari beberapa kecerdasan. Kecerdasan mental tidak boleh diremehkan dalam kehidupan. Ini berfungsi sebagai semacam keterampilan hidup untuk menciptakan kehidupan yang berkualitas.22 Pendidikan berbasis aqidah adalah pendidikan dengan pendekatan keagamaan, artinya ajaran agama dari suatu agama tertentu dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi pengembangan teori atau konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan pendidikan. Ajaran agama yang mengandung keyakinan dan nilai-nilai kehidupan dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan pendidikan, bahan ajar, metode, bahkan untuk jenis pengajaran.23 Tujuan pendidikan bukan hanya untuk mencetak manusia yang cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, cerdas secara intelektual, tetapi juga harus mampu mengembangkan sikap dan jiwa keagamaan yang terbuka (Inklusif), karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya diharapkan tumbuh dan berkembang bersama agar kehidupan siswa seimbang.24 22 Khaerudin, Madaniyah 4 (1), 45-57, 2014 Muhammad Binur Huda, Widyabastra: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 6 (1), 84-89, 2018 24 Nur Ainiyah, Al-Ulum 13 (1), 25-38, 2013 23 16 a. Nilai Pendidikan Ibadah Ibadah secara (etimologi) berarti penghinaan dan ketundukan. Menurut syara (terminologi) ibadah memiliki banyak definisi tetapi makna dan tujuannya adalah satu.25 a) Ibadah adalah ketaatan kepada Allah SWT. Melaksanakan perintah-Nya melalui mulut para utusan-Nya. b) Ibadah adalah kehinaan kepada Allah SWT. Ini adalah tingkat penyerahan tertinggi yang disertai dengan perasaan mahabbah (cinta) tertinggi. c) Ibadah adalah istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan disukai oleh Allah SWT. Baik itu dalam bentuk kata-kata atau tindakan, eksternal dan internal. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim untuk beriman dan mengikuti akidah Islam. Mengutamakan ketaatan dalam ibadah anak dimulai dari keluarga. Sejak dini, anak-anak harus dikenalkan dengan nilai-nilai ibadah, misalnya dengan mengajarkan mereka membaca suratsurat pendek Al-Qur'an agar lancar membacanya, karena membaca AlQur'an adalah ibadah. Kemudian anak juga dilatih untuk mendirikan sholat, tujuannya agar saat anak memasuki masa puber tidak perlu repot belajar sholat.26 Nilai pendidikan pujian merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu mendapat perhatian. Tujuan dari semua ibadah Islam adalah agar manusia selalu mengingat Allah SWT. Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari iman, karena ibadah merupakan ekspresi iman. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh kualitas keimanannya. Semakin tinggi nilai ibadah maka semakin tinggi pula 25 Ahmad Shaufi, STIT DARUL ULUM KOTABARU, 2022 26 Roby Krismoniansyah, AT-TA’DIB: JURNAL ILMIAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, 1-14, 2020 17 keimanannya. Dengan demikian, ibadah merupakan cermin atau bukti aqidah yang sebenarnya.27 B. Nilai Pendidikan Akhlak Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab “ ”اخال قyang berarti kata “ خكartinya budi pekerti, menurut beberapa ahli sebagai berikut :28 a) Menurut Imam Ghozal, akhlak adalah bentuk atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang memudahkan segala perbuatan tanpa perlu perencanaan dan pertimbangan. 29 b) Prof. dr. Amin mendefinisikan akhlak sebagai kebiasaan kehendak, yang berarti seluruh kehendak, bila dibiasakan dengan sesuatu, kebiasaan itu disebut akhlak. 30 c) Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa yang dibiarkan bertindak tanpa perlu dipikirkan dan direnungkan terlebih dahulu. 31 Penentuan nilai pendidikan moral tentunya tidak terlepas dari pengertian masing-masing suku kata dari tiga kata yaitu: nilai, pendidikan dan moralitas yang semuanya telah diuraikan di atas. Dari penjelasan khusus mengenai pengertian tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa nilai pendidikan akhlak merupakan ciri yang berharga dalam proses menjadikan kepribadian berperilaku santun dalam kehidupannya, yang dapat membentuk karakter seseorang.32 Orang harus menerima dan memahami nilai pendidikan moral karena itu mengarah pada kebaikan dalam pikiran atau tindakan untuk mengembangkan 27 28 karakter dan pemikiran. Mengajarkan Lia Yuliarti, IAIN Ponorogo, 2021 Dewi Prasari Suryawati, Jurnal Pendidikan Madrasah 1 (2), 309-322, 2016 29 Imam Ghozali, Murabbi 2 (2), 2019 Imam Muslih, Prosiding Seminar Nasional Islam Moderat 1, 187-195, 2018 31 Ifa Afidah, Falasifa: Jurnal Studi Keislaman 10 (1), 17-26, 2019 32 Eva Agustiantim Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sumatera Utara, 2023 30 18 nilai-nilai pendidikan akhlak untuk mencapai kesempurnaan tingkah laku adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Nilai-nilai pendidikan akhlak harus meliputi sifat-sifat terpuji seseorang terhadap Allah SWT, dirinya sendiri, sesama manusia dan alam. Nilai pendidikan moral dalam sebuah karya sastra dimaksudkan untuk memberikan makna sastra yang dapat dipahami dan diamalkan dalam perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan akhlak merupakan gabungan dari keduanya yang telah dijelaskan di atas dalam kaitannya dengan pengertian pendidikan dan akhlak, sehingga penjelasan ini dapat memberikan pengertian bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar untuk melatih kehendak berupa perbuatan yang mengarahkan manusia. untuk kesempurnaan dalam perilaku terpuji tanpa rencana. Artinya, realisasi diri sebagai pribadi yang bermoral diawali dengan keinginan untuk mewujudkan keinginan dalam hati melalui tindakan, meskipun masih ada perencanaan. Ini berlanjut sampai dia tidak bisa lagi membuat rencana untuk memikirkan apa yang akan dia lakukan karena kebiasaan itu sudah terbentuk. Dengan demikian 33 dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam yang dijadikan landasan bagi manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. 1. Proses Terbentuknya Nilai Proses pembentukan nilai-nilai siswa tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Pembentukan nilai dalam diri siswa bersifat berkesinambungan sehingga manfaat pengintegrasian nilai menjadi signifikan. 34 Menurut Krathwohl (Lubis dan Zubaedi, 2011:19-21), proses pengembangan nilai-nilai siswa atau anak dapat dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu sebagai berikut: 33 Departemen Agama, Op. Cit hlm. 9 34 Atikah Mumpuni, Deepublish, 2018 19 a) fase penerimaan (pendengaran). Pada tahap ini, seseorang aktif dan mampu menerima rangsangan dan mengolah fenomena, siap menerima secara aktif; dan selektif dalam memilih fenomena. b) Fase reaksi. Pada tahap ini, orang tersebut mulai siap menerima rangsangan dan secara aktif menanggapinya dalam bentuk tanggapan yang nyata. c) Tahap evaluasi (proses penentuan nilai). Jika pada tahap pertama dan kedua aktivitas biologis-fisik lebih banyak lagi dalam menerima dan bereaksi terhadap nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mampu mempersepsi. Stimulus tersebut didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan mulai mampu menciptakan persepsi terhadap objek. d) Tahap organisasi nilai (organization), yaitu tahap yang lebih kompleks dari tahap ketiga di atas. e) Tahap penokohan nilai, yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang terhadap organisasi nilai-nilai yang dia yakini, mapan, stabil dan konsisten dalam hidupnya sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisahkan dari kepribadiannya. Menurut Lickona, pendidikan karakter (Muchlis, 2011: 133) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik, yaitu pengetahuan moral atau moral knowledge, moral feeling atau perasaan tentang moralitas, dan moral action atau tindakan moral. a) Pengaruh kehidupan keluarga terhadap penanaman nilai-nilai moral Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dipengaruhi oleh tuntutan pembangunan, namun masih banyak masyarakat yang percaya bahwa nilai-nilai moral hidup dan dibangun di dalam lingkungan keluarga. b) Pengaruh teman terhadap pembentukan nilai moral Sebagai makhluk sosial, anak membutuhkan teman, dan komunikasi dengan teman meningkatkan pengumpulan informasi, yang pada akhirnya mempengaruhi berbagai keyakinan mereka. Keluarga 20 sering marah ketika seorang anak menolak untuk memberikan nasihat alasan bahwa apa yang dibagikan orang tua berbeda atau bertentangan dengan "aturan" yang diberikan oleh temantemannya. c) Pengaruh Figur Otoritas terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu Permasalahannya adalah hampir tidak ada yang melihat pentingnya membantu anak memilah kebingungan yang ada di pikiran atau kepala mereka. Hampir tidak ada yang melihat pentingnya membantu anak memilah dan menyelesaikan ide-ide yang berantakan ini. d) Pengaruh alat komunikasi terhadap pembentukan nilai moral Belakangan ini, komunikasi tidak diragukan lagi menitikberatkan pada pengembangan sikap hidup yang terfokus untuk memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun media-media tersebut menyajikan pandangan hidup yang sangat berbeda bagi anak-anak. e) Pengaruh otak atau pemikiran terhadap pembentukan nilai moral Pengalaman sangat berperan dalam proses pendewasaan, oleh karena itu guru atau pendidik dapat dan harus membimbing anak melalui proses yang berkesinambungan melalui pembentukan situasi problematis yang memperkaya kemungkinan berpikir.35 35 http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21410160130.pdf 21 B. Dampak Film Sebagai Media Film Transformasi Nilai Bagi Perkembangan Agama Anak 1. Pengertian dan Fungsi Film Dalam Proses Pembelajaran Film, atau gambar langsung, adalah gambar dalam bingkai, di mana bingkai gambar tersebut diproyeksikan secara mekanis melalui lensa proyektor sehingga gambar tersebut tampak hidup di layar. Film bergerak cepat dan silih berganti untuk menciptakan tampilan visual yang berkesinambungan.36 Film adalah rangkaian gambar yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu, sehingga rangkaian bidang tersebut tetap mewakili gerakan yang tampak normal. Film ini adalah penemuan baru yang fundamental dalam interaksi belajar mengajar, menghubungkan dua pemikiran yang berbeda sekaligus. Film yang dimaksud di sini adalah film sebagai alat audio visual untuk memberikan pelajaran, informasi atau nasihat. Film dapat menjelaskan banyak hal, termasuk proses dalam tubuh atau industri kita, peristiwa di alam, gaya hidup di luar negeri, berbagai industri dan pertambangan, keterampilan mengajar, biografi, orang-orang hebat, dan lain sebagainya.37 2. Pemanfaatan Media Film Sebagai Media Pembelajaran Penggunaan film dalam pengajaran dan pembelajaran di kelas sangat membantu atau bermanfaat: a) mengembangkan pikiran dan pendapat siswa. b) Tambahkan memori untuk pelajaran. 36 Bekti Marga Ningsih, Empati-Jurnal Bimbingan dan Konseling 1 (1), 2014 37 Evi Nurus Suroiyah, Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 2 (2), 241-254, 2020 22 c) Mengembangkan imajinasi siswa. d) Meningkatkan minat dan motivasi untuk belajar.38 Carpenter dan Greenhill (1956) sampai pada kesimpulan berikut setelah meninjau penelitian film: a) Film yang diproduksi dengan baik dapat digunakan baik secara individu maupun dalam serial sebagai sarana utama untuk mengajarkan keterampilan pertunjukan tertentu dan menyampaikan jenis informasi faktual tertentu. b) Tes setelah menonton akan meningkatkan pembelajaran dengan memberi tahu siswa apa yang harus ditonton dalam film dan menguji isi film tersebut. c) Siswa akan belajar lebih banyak jika diberikan panduan belajar untuk setiap film yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan pendidikan. d) Mencatat saat menonton film sebaiknya dihindari karena menarik perhatian siswa terhadap film itu sendiri. e) Pemutaran film alternatif dapat meningkatkan pembelajaran. f) Film pendek dapat dibagi menjadi film serial dan digunakan untuk tujuan praktis. g) Siswa dapat menonton film selama satu jam tanpa mengurangi efektivitas tujuan pertemuan. h) Efektivitas pembelajaran melalui film harus dievaluasi. i) Jika isi pokok film diperlihatkan, dijelaskan dan didiskusikan, hal ini akan mengurangi kesalahpahaman di kalangan siswa. j) Tindak lanjut harus didorong setelah menonton film untuk memungkinkan 38 Karmapati (Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika) 5 (2), 129- 139, 2016 23 pemahaman penuh. 39 Film harus dipilih sesuai dengan pelajaran. Oleh karena itu, guru harus terbiasa dengan film yang tersedia dan menontonnya terlebih dahulu untuk menentukan apakah film tersebut berguna di dalam kelas. Setelah pemutaran film, diperlukan diskusi yang juga harus dipersiapkan sebelumnya. Terkadang film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk fokus pada aspek tertentu. Agar anak tidak melihat film hanya sebagai hiburan, mereka diinstruksikan terlebih dahulu untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Setelah itu, Anda dapat menguji seberapa banyak yang mereka rekam dalam film.40 3. Dampak Film Sebagai Media Transformasi Terhadap Perilaku Anak Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dunia hiburan yang berbeda terwakili dalam kehidupan setiap masyarakat. Kehadiran teknologi saat ini dan kita sebagai masyarakat harus bersyukur bahkan tanggap dalam menilai setiap tayangan yang ditayangkan. Karena perkembangan teknologi tidak hanya memiliki sisi positif, tetapi juga sisi negatif Kartun identik dengan karakter fiksi. 41 Kartun identik dalam berbagai bentuk dan kreasi, tetapi kebanyakan ditampilkan untuk hiburan anak-anak, meskipun banyak dari kartun ini mengandung berbagai ajaran kekerasan yang tidak disadari oleh orang tua, sehingga banyak anak yang ingin menjadi pahlawan daripada pahlawan. sosok yang diidolakan di antara teman-temannya. Seperti komik Naruto, Ninja Hitori, Inuyasha, Dragon Ball, Detective Conan dll. Anak itu mencoba menjadi seseorang yang diidolakan dalam kartun tersebut. Berikut adalah contoh kartun yang ditayangkan di Indonesia beserta dampak positif dan negatifnya terhadap perilaku anak.42 39 Ikip Hirwanto, IKIP PGRI PONTIANAK, 2016 40 41 Umar Manshur, Jurnal Al-Murabbi 5 (1), 1-8, 2019 Muhamad Ngafifi, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi 2 (1), 2014 42 Nabila Kirana Nurfeiza Universitas Komputer Indonesia, 2021 24 TABEL II.1 Film Kartun di RCTI NO 1. NAMA FILM Crayon Shinchan DAMPAK POSITIF Merangsang anak DAMPAK NEGATIF Kurang sopan untuk tidak takut bertanya terhadap hal-hal yang tidak diketahui 2. Doraemon Merangsang Pesimis, tidak mandiri imaginasi 3. Chibi Maruko Memperluas Banyak berkhayal pengalaman anak 4. P-Man Tolong menolong Tidak realistis 5. Powerpuff Tolong menolong Ada kekerasan, tokoh Girls 6. 7. X-Men Silver Surver banyak tidak realistis Memberantas Ada kekerasan, tokoh Kebatilan banyak tidak realistis Penolong, Ada kekerasan pengetahuan tentang alam ciptaan Allah 25 Tabel II.2 Film Kartun di SCTV NO 1. NAMA FILM DAMPAK POSITIF DAMPAK NEGATIF Pokemon Kerja sama dan Ada kekerasan kesetiakawanan 2. Dr. Slump Menghibur anak Ada kekerasan 3. Monster Farm Kerja sama dan Sering terjadi kesetiakawanan Perkelahian 4. Men in Black Kerja sama Ada kekerasan 5. Sakura Wars Kerja sama dan Ada kekerasan kesetiakawanan 26 Tabel II.3 Film Kartun di Trans TV NO NAMA FILM 1. Ninku 2. Jubei The Ninja DAMPAK POSITIF DAMPAK NEGATIF Melakukan kebijakan Ada kekerasan - Girl Balas dendam, percintaan, dan kekerasan 3. Trigun Memberantas kejahatan 27 Ada kekerasan Tabel II.4 Film Kartun di INDOSIAR NO NAMA FILM 1. Detectif Conan DAMPAK POSITIF Merangsang daya DAMPAK NEGATIF - pikir yang kritis, mencari kebenaran 2. Digimon Adventures - 3. Dragon Ball Kesetia kawanan 4. Ninja Hatori Mandiri, penolong, Ada sedikit kekerasan Ada kekerasan - dan setia kawan. 5. Inuyasha - Ada perkelahian, ada misi balas dendam Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar film kartun mengandung unsur kekerasan, oleh karena itu anak-anak mudah tergugah oleh kehidupan sehari-hari tanpa pengawasan orang tua atau pendidik. Film kartun adalah film anak yang mengajak anak berfantasi, sehingga tokoh utama yang di idolakan nya akan mudah direkomendasikan kepada anak, namun ada juga kartun pendidikan untuk anak yang bisa dijadikan sebagai pendidikan moral atau pendidikan akhlak yang bisa ditonton di TV. atau di komputer, bagaimana dengan orang tua atau pendidik memilih alat yang tepat untuk anak. Hal ini membuat belajar lebih mudah dan lebih menyenangkan bagi anak-anak dan orang tua. 28 C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Film Sebagai Media Transformasi Bagi Anak Selain media cetak atau elektronik (audiovisual dan audiovisual) lainnya, film memiliki posisi strategis dalam kaitannya dengan pendidikan agama Islam bagi peserta didik di lembaga pendidikan formal dan nonformal. Karena kegiatan media cetak maupun elektronik lainnya tidak mau dikecualikan, maka keberadaan film sebagai media hiburan yang cukup populer di masyarakat tidak perlu diragukan lagi. 43 Kartun adalah film paling populer untuk anak-anak. Selain itu, film tidak bisa dilihat hanya dari segi hiburan saja, namun di sisi lain penggunaan media film sebagai sarana pembelajaran dinilai dari pesanpesannya, mudah dicerna, efektif, tidak cenderung melelahkan siswa. cukup serbaguna sebagai metode, dll. Namun, untuk memposisikan kartun sebagai sarana pendidikan yang sesuai, diperlukan judul film yang sarat muatan pendidikan yang baik dan bermanfaat. Karena saat ini tidak banyak film kartun “jelek” yang tidak mendidik, mengandung banyak kekerasan, dll. Dan sangat mengesankan betapa banyak anak yang memakannya pada usia dini. Diharapkan melalui kartun-kartun yang bernada Islami dapat menginformasikan, mentransformasikan dan memasukkan nilai-nilai Islami ke dalam kehidupan sehari-hari anak-anak. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan mengembangkan aspek-aspek 43 kehidupan spiritual yang baik dan benar M Ramli Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 5 (2), 2015 29 guna mewujudkan pribadi muslim yang paripurna yang memiliki sifat-sifat seperti iman, taqwa, akhlak mulia, kecerdasan, ketrampilan dan tanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu disusun strategi pendidikan yang terencana dan sistematis, yang meliputi penyusunan materi yang berkaitan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan berpikir anak. Peran pendidikan Islam meliputi: 1. Menunjang dan mengembangkan kerangka dasar nilai-nilai keislaman pada peserta didik agar membentuk pribadi yang utuh sehingga menjadi sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan dan pengelolaan masyarakat di masa depan. 2. Menunjang hubungan antara manusia dengan khaliq-Nya agar selalu mendapat ridho-Nya. teknologi Di sisi lain, pendidikan Islam harus mempertahankan konsep pembentukan rahmatan lil 'alamin.44 44 Hajiannor Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan 5 (2), 60-71, 2016 30 DAFTAR PUSTAKA Buku Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2005. Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV, Jakarta: Grasindo, 2013. Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jawa Barat: Jejak, 2018. Agus Mustafa, Mengarungi ‘Arasy Allah, Surabaya: PADMA Press, tt. Ahzami Samiun, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2006. Arif S Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993), hal. 11 Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jilid I, Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ VIII, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989. Hamid Sakti Wibowo, 7 Buah-Buahan Istimewa dalam Al-qur’an, t.tp: tp, 2020. Hisyam Thalbah dkk, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis Kemukjizatan Alam Semesta , ttp: Sapta Sentosa, 2009. 31 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Jilid IX, Jawa Tengah: Insan Kamil, 2016. Ibnul Qayyim, Qadha dan Qadar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta: Qisthi Press, 2016. Jubilee Enterprise, Dasar-Dasar Animasi Komputer (Mengupas Aneka Teknik Praktis Membuat Animasi Komputer), Jakarta: Elex Media Komputindo, 2020. Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, t.tp: Sinar Baru Algensindo, tt. Ki Amri Yahya, Ensiklopedia Al-Qur’an Dunia Islam Modern Jilid 1, Yogyakarta: Dhana Bakhti Prima Yaksa, 2003. Karim El-Shazley dkk, Hidup Bahagia Hingga Akhir Hayat (Cinta, Komunikasi, Emosi, Spiritual dan Keluarga), Jakarta Timur: Akbar Media Eka Sarana, 2012. M. Quraysh Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume V: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2006. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, Jilid II, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011. MS. Gumelar, 2D Animation Hybrid Technique, Jakarta: Index, 2011. Muzakir As, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Litera Antar Nussa, 2016. Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an, Jakarta Barat: Artha Rivera, 2008. 32 Nadiah Tayyarah, Sains dalam Al-Qur’an Terj Mausū’ah al-I’jāz alQur’āni, Jakarta: Zaman, 2014. Ridwan Abdullah Sani, Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: AMZAH, 2020. Surbakti, Awas Tayangan Televisi (Tayangan Misteri Mengancam Anak Anda), Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008. Singgih D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Lanjut Usia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam (Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan Islam), (Surabaya: Karya Aditama, 1996), hal. 125 Tim Dosen PAI, Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Deepublish, 2012. Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Tonni Limbong dan Janner Simarmata, Media dan Multimedia Pembelajaran Teori dan Praktik, t.tp: Yayasan Kita Menulis, 2020. Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan Lebih Efektif, Bandung: Ruang Kata, 2011. Wahyu Wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011. Wahbah Az-Zuhailli, Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani, 2016 . 33 Yudistira dan Bayu Adjie, Buku Latihan 3D Studio MAX 9.0, Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2007. Skripsi Imroatus Sholihah, “Manfaat Air Hujan dalam Al-Qur’an dalam Tafsir al-Jawāhir fῑ Tafsῑr al-Qur’ān (Skipsi IAIN Surakarta, 2020). Lutfi Icke Anggraini, “Nilai-Nilai Islam dalam Serial Animasi Nussa”, (Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Purwokerto 2019). Ulfiatun Silmi Kaffah, “Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Serial Animasi Nussa Volume 1”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Purwokerto 2020). Jurnal Ade Ratna Sari Hutasuhut dan Yaswinda, “Analisis Pengaruh Film Nussa dan Rara terhadap Empati terhadap Anak Usia Dini di Kota Padang”, dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 4, No. 2, (2020). Airani Demilah, “Peran Film Animasi Nussa dan Rara dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam pada Pelajar SD”, dalam Jurnal Interaksi, Vol. 3, No. 2, (2019). Amin Arif Al-Khakim dan Dyah Ayu Aprilia Wahyu Sofiana, “Pemilihan Film Anak dan Kaitannya dengan Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal Seminar.uad.ac.id, Vol. 1, No. 1, (2019). Amelia Rahmi, “Pengenalan Literasi Media Pada Anak Usia Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Sawwa, Vol. 8, No. 2, (2013). 34 Cut Nuraini, “Kedidaktisan di dalam Genre Fiksi Anak “Fiksi Realistik” (Film Pendek Berseri Nussa dan Rara)”, dalam Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran, Vol. 5, No. 2, (2019). Diah Novita Fardani dan Yorita Febri Lismanda, “ Nilai-Nilai Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini dalam Film Nussa”, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol. 1, No. 2, (2019). Danika Clarafitri Hermanuddin dan Nugrahardi Ramadhani, “Perancangan Desain Karakter Untuk Serial Animasi 2D “Puyu to The Rescue” Dengan Mengapatasi Biota Laut”, dalam Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 8, No. 12, (2019). Debby Hartiani Situmorang, “Peran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Pendampingan Menonton Film Animasi”, dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 14, No. 1,(2016). Fanny Rizka Afrilia, “Analisis Nilai Karakter dalam Film Nussa dan Rara Karya Aditya Triantoro” dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, (2020). Fathin H dkk, “Web Series Animasi Nussa Sebagai Media Pendidikan Islami pada Anak”, dalam Jurnal Wimba Nomor1, 2018. Gita Nurjannah, “Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap Keterampilan Berbicara Kelompok A TK Nurul Huda Demak Tahun Pelajaran 2016/2017” dalam Jurnal Penelitian dalam Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 6, No. 1, (2017). Hasiah, “Mengintip Prilaku Sombong dalam Al-Qur’an”, dalam Jurnal El-Qaununy, Vol. 4, No. 2, (2018). Ima Siti Rahmawati, “ Film Nussa dan Rara untuk Meningkatkan Keterampilan Berbahasa pada Anak Usia Dini”, dalam Jurnal 35 Metabahasa, Vol. 1, No. 2, (2018). Melvi Arista dkk, “Pengaruh Tayangan Film Kartun Terhadap Pola Tingkah Laku Anak Usia Sekolah Dasar”, dalam Jurnal.fkip.unila.ac.id, Vol. 3, No. 7, (2014). Moch. Eko Ikhwantoro dkk, “ Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Film Animasi Nussa dan Rara Karya Aditya Triantoro”, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 2, (2019). Muharrahman, “Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak dalam Chanel Youtube Nussa Official Episode Kompilasi Volume 1-3”, dalam Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol. 4, No.1, (2020). Oktavian Muning Sayekti, “Film Animasi Nussa dan Rara Episode Baik itu Mudah Sebagai Sarana Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini”, dalam Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 8, No. 2, (2019) Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah, (Semarang: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2004), hlm. 185 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Jenis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berusaha mengungkapkan suatu masalah atau peristiwa sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya pada objek yang diteliti. Akan tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, perlu disertai interpretasi-interpretasi yang kuat. Objek penelitiannya ditinjau dari data, penelitian ini termasuk penelitian pustaka (Library research) yakni penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa film yang berjudul “Nussa dan Rara”. Penelitian kajian pustaka yaitu penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dari hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah yang berisi satu topik yang memuat beberapa gagasan yang berkaitan yang harus didukung oleh data yang diperoleh dari sumber pustaka. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian mengacu pada semua hal dalam bentuk apapun yang digunakan peneliti dalam mendalami sesuatu guna mengumpulkan data serta menggambarkan kesimpulannya. Variabel penelitian pada dasarnya objek dari penelitian itu sendiri. Variabel pada studi ini terbagi atas. : 1. Variabel Independen Pada susunan Bahasa Indonesia biasanya dikenal varibel bebas. Variabel bebas mengacu pada suatu variabel yang memberikan pengaruh maupun yang berperan sebagai sebab terciptanya perbedaan atau munculnya variabel dependen (terikat). 2. Variabel Dependen Variabel Dependen sering juga disebut sebagai variabel output, standar, dan konsekuen. Atau lebih dikenal dengan nama variabel terikat pada bahasa 37 Indonesia. Variabel terikat merujuk pada variabel yang dipicu melalui variabel bebas atau sebagai dampak dari kemunculannya. Pada penelitian ini, variabel yang dianalisis terbagi atas : 1. Variabel Independen atau Variabel bebas (X) yaitu Nilai-nilai Pendidikan Islam. Variabel Dependen atau Variabel terikat (Y) yaitu Film Animasi Nussa dan Rara. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan objek film Animasi Nusa dan Rara. Penelitian jenis ini tidak terikat oleh waktu dan tempat. Waktu penelitian ini disusun bulan Januari 2023 sampai dengan bulan Juni 2023. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dalam melaksanaan penelitian ini, peneliti memerlukan rancangan waktu yang tepat sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan yaitu memperoleh hasil yang maksimal. Penelitian diawali mulai bulan Februari 2023. Dengan jadwal sebagai berikut : 38 Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal No Kegiatan 1 Menentukan Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli masalah dan judul 2 Menentukan tempat dan sample 3 Perizinan lokasi penelitian 4 Membuat dan validitasi instrumen 5 Pengumpulan data dan observasi 6 Pengelolaan dan analisis data 7 Laporan hasil penelitian 8 Sidang munaqosah D. Jenis Data Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa film yang berjudul “Nussa dan Rara”. Penelitian kajian pustaka yaitu penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dari 39 hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah yang berisi satu topik yang memuat beberapa gagasan yang berkaitan yang harus didukung oleh data yang diperoleh dari sumber pustaka. E. Sumber Data Sumber datanya adalah sumber data primer. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai tulisan yang membahas mengenai isi film Animasi Nussa dan Rara dari buku-buku pustaka, dan datadata yang diperoleh dari media audio visual seperti televisi dan internet yang relevan dengan penelitian ini. F. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung, yang meliputi buku-buku yang relevan, film dokumenter, dan data yang relevan dengan penelitian. Dalam hal ini, penulis menghimpun data dari berbagai literatur seperti buku, dan dari media audio visual seperti video, televisi dan internet untuk mencari data mengenai film Animasi Nussa dan Rara, serta nilai-nilai pendidikan Islam. Dalam tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap film kartun Nussa Dan Rara yang telah dipilih 3 episode, catatan dan bukti dalam youtube serta buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian. Secara terinci, langkah-langkah pengumpulan data yang dimaksud adalah: a. Memutar film yang dijadikan obyek penelitian b. Mentransfer rekaman dalam bentuk tulisan atau skenario (transkip) c. Mentransfer gambar ke dalam tulisan d. Menganalisis isi untuk kemudian mengklasifikasikan berdasarkan pembagian yang telah ditentukan e. Mencocokkan dengan buku-buku bacaan yang relevan. 40 G. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang sudah terkumpul, teknik yang akan digunakan adalah jenis analisis isi atau content analysis, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi, yang didokumentasikan dalam rekaman, baik dalam gambar, suara maupun tulisan. Kemudian dilakukan interpretasi secara deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran dan penafsiran serta uraian tentang data yang telah terkumpul. Langkah-langkah analisa data adalah sebagai berikut: a. Memutar film yang dijadikan obyek penelitian b. Mentransfer rekaman kedalam bentuk tulisan atau skenerio c. Menganalisa isi film dan mengklasifikasikannya mengenai materi dan muatan-muatan pendidikan yang terdapat dalam film tersebut d. Mengkomunikasikannya dengan kerangka teori yang digunakan. 41 42 Website Syamsu Rijal (Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar), 2018: https://www.rijal09.com/2018/06/dampak-positif-dan-negatif-film- kartun-bagianak.html?m=1 Asri Ediyati, 2019: https://www.haibunda.com/parenting/20190404153728-6136933/bunda-yuk-simak-cerita-di-balik-pembuatan-animasi-nussa https://tafsirq.com 1