Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan Tahun 2018 ISSN 0852-2979 PERAWATAN MESIN PENDINGIN (CHILLER) UNTUK SISTEM TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Sugianto, Harwata, Novia Aris Purnamasari Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN Email: gianto68@batan.go.id ABSTRAK PERAWATAN MESIN PENDINGIN (CHILLER) UNTUK SISTEM TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Telah dilakukan perawatan pada mesin pendingin (chiller) E62303 dan E62304. Perawatan chiller E62303 dan E62304 dilakukan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan air pendingin sistem tata udara instalasi pengolahan limbah radioaktif. Perawatan chiller meliputi pembersihan sirip-sirip kondensor, penggantian filter dryer, penambahan freon dan pengukuran arus listrik. Setelah dilakukan perawatan dilakukan pengamatan parameter data operasi chiller yang meliputi temperatur output, persen arus, tekanan hisap (suction), tekanan oli, tekanan output (discharge). Pengamatan parameter data operasi menunjukkan bahwa chiller beroperasi dalam batasan operasi dan mengahasilkan output temperatur pendingin 39 - 51 oF atau sama dengan 3,89 - 10,56 oC. Besaran temperatur tersebut mencukupi kebutuhan pendinginan sistem tata udara instalasi pengolahan limbah radioaktif. Mesin pendingin berfungsi baik untuk sistem tata udara instalasi pengolahan limbah radioaktif dengan melakukan perawatan berkala. Kata kunci: Chiller, Sistem Tata Udara ABSTRACT MAINTENANCE OF COOLING SYSTEM (CHILLER) FOR VENTILATION AND AIR CONDITIONING SYSTEM IN RADIOACTIVE WASTE TREATMENT INSTALLATION Maintenance has been conducted on the E62303 and E62304 chillers. E62303 and E62304 chiller maintenance was carried out to ensure the fulfillment of the cooling water requirements of air conditioning system for the radioactive waste treatment plant'.s The chiller maintenance, which include of condenser fins cleaning, filter dryers replacing, freons adding and electric current measuring. After maintenance, the chiller operating data parameters were observed which included the output temperature, the percentage of current, the suction pressure, the oil pressure,and the discharge pressure. The observation result of operating data parameters showed that the chiller operates within the operating limits and can generates a water cooled temperature of 39 - 51 oF (3.89 - 10.56 oC). This temperature value is sufficient for cooling the cooling load of the radioactive waste treatment plant's. Keywords: Chiller, Air Conditioning PENDAHULUAN Sistem mesin pendingin (chiller) berfungsi untuk mendinginkan suhu air baku hingga 40C sampai dengan 100C. Air baku yang telah dingin tersebut dipompa dan diumpankan ke cooling coil Air Handling Unit (AHU), condensor Evaporator dan kolom netralisasi. Air baku menyerap panas dari beban pendinginan sistem tata udara sehingga mengalami kenaikan temperatur (∆T) sebesar 50C sampai dengan 100C. Temperature air baku yang keluar dari beban pendingin berkisar antara 12 0C sampai dengan 17 0C. Selanjutnya air baku masuk kembali ke sistem Chiller untuk didinginkan kembali. Satuan pendingin pada chiller adalah Ton Refrigeration (TR), 1 (satu) TR setara dengan 12.000 Btu/jam. Mesin pendingin (chiller) yang ada pada sistem sarana penunjang fasilitas proses berjumlah empat unit mesin pendingin merk YORK. Mesin pendingin diberi label E62301, E62304 tipe YCHA 175 dan E62302, E62303 tipe YAEP 99VD9C. Pada desain operasi (operasi normal), dioperasikan dua unit mesin pendingin dan mesin pendingin yang lain pada posisi cadangan (stand by). Setiap unit chiller E62301, E62304 tipe YCHA 175 terdiri dari dua sistem rangkaian refrigerator yang masing-masing berkapasitas 70 TR untuk sistem 1 dan 100 TR untuk sistem 2, dan chiller E62302, E62303 tipe YAEP 99VD9C dengan kapasitas 210 TR. Setiap mesin menggunakan sistem kontrol berbasis mikro komputer untuk mengendalikan operasinya[1]. 275 Sugianto, Harwata, Novia Aris Purnamasari PTLR-BATAN 2019 Tabel 1. Spesifikasi Teknis chiller4 E62304 York YCHA 175[2],[3] SPESIFIKASI TEKNIS Merk/Type York YCHA 175 Kapasitas 167,5 TR Daya compressor 200,7 KW Rangkaian refrigerant 2 Kapasitas oli 3 gal/sys Volume air di evaporator 39 gal Refrigerant R 22 Kapasitas refrigerant Sys 1 : 116 gal Sys 2 : 133 gal Motor fan kondensor 8 x 2,2 KW Kecepatan aliran air pada cooler Min. 150 gpm Max. 640 gpm Chiller E62304 dengan spesifikasi seperti ditunjukkan pada Tabel 1. mempunyai kapasitas pendinginan 167,5 TR, dengan daya listrik 200,7 KW. Tabel 2. Spesifikasi Teknis chiller3 E62303 York YAEP 99XD9B50PA[4] Merk / Type Kapasitas Electrical Power Kapasitas Pendinginan Rangkaian refrigerant Cooler/Evaporator Kapasitas oli Volume air di evaporator Refrigerant Kapasitas refrigerant Motor fan kondensor Kecepatan aliran air pada cooler : York YAEP 99XD9B50PA : 210 TR : 250 KW : 749 KW : 2 circuit : 1 cooler : 11 ltr /sys : 150 ltr : R 22 : Sys 1 : 64 kg : Sys 2 : 64 kg : 8 x 3,8 KW : Min. 250 gpm : Max. 805 gpm Chiller E62303 dengan spesifikasi seperti ditunjukkan pada Tabel 2. mempunyai kapasitas 210 TR, dengan daya listrik 250 KW. TEORI Prinsip kerja siklus refrigerasi pada chiller ditunjukkan seperti gambar diagram p-h sebagai berikut[1] : Gambar 1. Proses refrigerasi dilukiskan dalam diagram p-h 276 Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan Tahun 2018 a–b b–c c–d d–a ISSN 0852-2979 : Refrigeran cair (R22) menyerap kalor dari air sirkulasi yang berasal dari beban pendingin 4 (empat) buah AHU dan Heat Exchanger (HE) pada sistem evaporasi, sehingga fase refrigeran cair berubah menjadi gas. : Refrigeran gas masuk ke kompresor kemudian di kompresi sehingga tekanan dan suhu refrigeran naik. : Refrigeran yang mempunyai tekanan dan suhu yang tinggi, kemudian didinginkan pada unit kondensor dengan menggunakan exhaust fan (condenser fan). Pada kondensor tekanan refrigeran masih tinggi dan fase refrigeran gas berubah menjadi cair. : Perubahan tekanan refrigeran dari tinggi ke rendah, sehingga saat masuk ke unit evaporator fase refrigeran telah menjadi cair dengan kondisi tekanan dan suhu menjadi rendah. Kondensor harus mampu membuang panas gabungan yang masuk evaporator dan kondensor. Dengan kata lain: (a - b ) + (b - c ) harus sama dengan (c - d ). Melalui alat ekspansi tidak terdapat panas yang hilang maupun yang diperoleh. Siklus proses pendinginan air oleh chiller water unit berlangsung terus menerus dengan sikuls tertutup (close loop circulation). METODOLOGI Perawatan dilakukan pada sistem chiller yang meliputi evaporator, kondensor, kompresor, pemipaan dan kelistrikan. Perawatan dimaksudkan untuk mempertahankan sistem dalam kondisi baik dan selalu siap dioperasikan Sistem Perawatan Secara umum kegiatan perawatan dibedakan dalam dua kegiatan pokok yaitu; a. Corrective maintenance b. Preventive maintenance Corrective Maintenance Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas/peralatan agar peralatan dapat difungsikan kembali. Kegiatan corrective maintenance yang dilakukan sering disebut sebagai perbaikan atau reparasi. Perbaikan dilakukan karena adanya kerusakan akibat kurang optimalnya preventive maintenance ataupun karena usia alat atau penyebab lainya. Kegiatan corrective maintenance bersifat menunggu sampai terjadi kerusakan, kemudian dilakukan perbaikan atau pembetulan. Akibatnya terdapat faktor ketidakpastian dalam kelancaran proses pengolahan yang disebabkan karena kerusakan fasilitas/peralatan pada saat pengolahan berjalan. Oleh karena itu kebijaksanaan untuk melakukan corrective maintenance tanpa melakukan preventive maintenance akan menimbulkan akibat yang dapat menghambat atau menghentikan kegiatan pengolahan Secara sepintas corrective maintenance lebih murah biayanya dari pada preventive maintenance, hal ini benar selama kerusakan belum terjadi sewaktu proses produksi/pengolahan berlangsung. Tetapi sekali kerusakan terjadi selama proses produksi/pengolahan berlangsung, maka kerugian yang harus ditanggung akan sangat besar. Preventive Maintenance Preventive Maintenance adalah kegitan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi/pengolahan mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi/pengolahan. Dengan demikian semua fasilitas produksi/pengolahan yang mendapatkan preventive maintenance terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi yang siap dioperasikan setiap saat. Preventive maintenance sangat penting karena sangat efektif dalam menghadapi fasilitasfasilitas produksi/pengolahan yang termasuk dalam unit kritis. Fasilitas produksi/pengolahan akan termasuk dalam golongan unit yang kritis apabila: 277 Sugianto, Harwata, Novia Aris Purnamasari a. b. c. PTLR-BATAN 2019 Kerusakan fasilitas/peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja. Kerusakan fasilitas tersebut akan mempengaruhi kualitas produksi/pengolahan. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan proses produksi/pengolahan. Program Preventive Maintenance berdasarkan 2 hal: 1. 2. Inspeksi secara periodik suatu fasilitas produksi/pengolahan dan peralatan-peralatan yang berada di dalamnya guna mencegah dan atau mengatasi kerusakan yang tiba-tiba. Menjaga agar kerusakan itu tidak terjadi atau mengatur perbaikan apabila kerusakan itu telah terjadi. Perawatan mesin pendingin (chiller) yang dilakukan adalah preventive maintenance secara berkala triwulan yang bertujuan untuk menjaga unjuk kerja peralatan dalam memenuhi kebutuhan air pendingin yang digunakan untuk mendinginkan beban-beban pendinginan sistem tata udara pada Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif. Pada prakteknya, perawatan yang dilakukan pada kegiatan tahap ini meliputi perawatan chiller dan perawatan motor pompa chiller. 1. Perawatan mesin pendingin (chiller). Perawatan chiller meliputi pembersihan sirip sirip kondensor, penggantian filter dryer, penambahan freon, pengamatan parameter data operasi chiller antara lain indikator tekanan suction, discharge dan oli, pengukuran arus kompressor dan fan kondensor, pengukuran getaran baseplate landasan mesin chiller, dan pengukuran kebisingan. Perawatan chiller antara lain seperti ditunjukkan pada Gambar 2, 3 dan 4. 2. Perawatan motor pompa chiller : Perawatan motor pompa chiller dengan melakukan pengencangan seal pompa, pengukuran getaran baseplate landasan motor pompa chiller, kecepatan putaran as motor, temperatur rumah bearing, kebisingan, dan arus listrik Gambar 2. Penambahan Freon chiller E62304. 278 Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan Tahun 2018 ISSN 0852-2979 Gambar 3. Pengukuran arus listrik Gambar 4. Penggantian Filter dryer Kegiatan perawatan ditunjukkan pada Gambar 2. Penambahan freon, dilakukan karena berkurangnya freon pada sistem chiller. Berkurangnya freon ini diketahui dengan adanya penurunan tekanan hisap (suction), Gambar 3. Kegiatan pengukuran arus listrik operasional chiller dan Gambar 4. Penggantian filter dryer ALAT : Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah : 1. Elektric Toolset 2. Tang Ampere meter 3. Infra Red Thermometer 4. Vibrameter 5. Tachometer 6. Environment meter HASIL DAN PEMBAHASAN Perawatan mesin pendingin (chiller) dilakukan dengan cara mengamati parameter data operasi chiller baik secara visual maupun dengan alat ukur. Perawatan dilakukan untuk menjaga supaya chiller selalu siap beroperasi mensuplai pendingin sistem tata udara di instalasi pengolahan limbah radioaktif. Pengamatan secara fisik mekanik dilakukan secara visual dan juga dilakukan pengukuran tingkat getaran mesin chiller pada saat chiller beroperasi menggunakan alat ukur vibrameter, tingkat kebisingan menggunakan alat ukur environmentmeter, putaran motor pompa chiller menggunakan tachometer. Pengamatan secara elektrik dilakukan dengan mengukur besaran 279 Sugianto, Harwata, Novia Aris Purnamasari PTLR-BATAN 2019 arus listrik menggunakan tang ampere meter. Data hasil pengukuran secara fisik, mekanik ataupun secara elektrik pada mesin pendingin (chiller) ditunjukkan pada tabel 3, sedangkan data pengukuran motor pompa chiller ditampilkan pada tabel 4. Tabel 3. Data pemantauan perawatan mesin pendingin Data pengukuran air chiller (chilled water) pada saat dilakukan pengambilan data perawatan sistem terukur temperatur masuk ke mesin chiller sebesar 53,6 oF = 12oC pada chiller E62303, dan 52,7 oF = 11,5 oC pada chiller E62304. Senjutnya air chiller tersebut didinginkan oleh mesin pendingin (chiller) menjadi temperatur outputnya 44,5 oF = 6,94 oC untuk chiller E62303 dan 43,6 oF = 6,44 oC untuk chiller E62304. Temperatur output chiller 6,94 oC dan 6,44oC menjukkan chiller cukup optimal beroperasi baik untuk memenuhi kebutuhan sistem tata udara. Rendahnya temperatur yang masuk ke chiller 12 oC dan 11,5 oC menunjukkan rendahnya penyerapan pendinginan sitem tata udara pada instalasi pengolahan limbah radioaktif. Penyerapan dingin oleh Air Handling Unit (AHU) hanya sebesar 12 oC atau 11,5 oC dikurangi 6,94 oC atau 6,94 oC yaitu sekitar 4 - 5 oC. Rendahnya penyerapan pendinginan oleh sistem tata udara ini bisa disebabkan oleh coolling coil AHU kotor atau debit hembusan udara pada AHU kurang besar. Oleh karenanya direkomendasikan untuk melakukan perawatan AHU. 280 Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan Tahun 2018 ISSN 0852-2979 Pengukuran vibrasi chiller rerata 4,2 mm/s, nilai ini berdasarkan standart ISO 2372Vibration Severity termasuk vibrasi yang tolerable. Data pengukuran fisik mekanik tentang kebisingan menggunakan environment meter terukur dengan rerata 88,75 dB, nilai kebisingan ini berdasar Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP. 51/MEN/1999 termasuk dalam nilai ambang batas seseorang boleh bekerja secara terus menerus selama maksimal 2 jam. Data pengukuran elektrik, yaitu pengukuran arus listrik, chiller beroperasi pada persen arus antara 47 s/d 73 % sebesar 135,2 - 166,3 Ampere, dibawah batasan arus lisrik maksimal 250 Ampere. Data-data pengukuran tersebut dalam tabel 1 adalah data pengukuran perawatan chiller E62303 dan E62304. Tabel 4. Data pemantauan perawatan motor pompa chiller No Parameter POMPA P62301 POMPA P62302 POMPA P62303 POMPA P62304 24,62 23,68 22,72 21,16 24,34 24,06 22,63 21,12 23,65 23,71 21,78 20,24 72,2 72,3 73,7 70,1 47,5 47,9 47,2 47,8 1450 1474 1476 1470 1476 STANDART R 1. ARUS (A) S < 34 T Front 2. SUHU ( 0C) < 80 Back 3. PUTARAN (RPM) 4. VIBRASI (mm/s) <3 1,0 0,7 1,2 1,4 5. KEBISINGAN (dB) < 90 78,8 80,2 79,6 79,8 Data pengukuran perawatan motor pompa chiller secara fisik mekanik vibrasinya berada antara 0,7 s/d 1,4 mm/s, berdasar pada standart ISO 2372-Vibration Severity termasuk vibrasi yang tolerable. Tingkat kebisingan antara 78,8 s/d 80,2 dB nilai kebisingan ini berdasar Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP. 51/MEN/1999 masuk dalam nilai ambang batas seseorang boleh bekerja secara terus menerus hingga 8 jam ditempat tersebut. Hasil dari pengukuran arus listrik pengoperasian motor pompa terukur antara 20,24 s/d 24,62 Ampere, dengan rerata 22,81 Ampere. Arus listrik tersebut dibawah batasan operasi seperti yang tertulis pada nameplate motor pompa. Dibaca dari besarnya arus listrik yang terukur dengan rerata 22,81 Ampere, motor pompa chiller beroperasi dengan serapan arus listrik sebesar 67 % dari maksimum kemampuan motor pompa. Nilai ini sudah cukup untuk mendorong debit air yang diperlukan untuk pengoperasian chiller. KESIMPULAN Data perawatan menunjukkan mesin pendingin (chiller) E62303 dan E62304 dan pendukungnya yaitu pompa chiller beroperasi dalam batasan operasi normal, dengan temperatur output air pendingin sebesar 39 - 51 oF = 3,89 - 10,56 oC untuk dikirim kepada Air Handling Unit (AHU) ruang proses pengolahan limbah radioaktif dan ruang office untuk mengkondisikan temperatur udara ruangan instalasi pengolahan limbah radioaktif. Perawatan secara berkala ini perlu dilakukan secara rutin agar chiller berfungsi dengan baik, siap dioperasikan untuk mensuplai air dingin pada sistem tata udara pada Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif. 281 Sugianto, Harwata, Novia Aris Purnamasari PTLR-BATAN 2019 DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 282 YORK INTERNATIONAL CORPORATION, “Air Cooled Package Liquid Chillers”, USA, 1987. PT. JAYA TEKNIK, “York Air Conditioning Service & Maintenance”, Diktat Seminar, Jakarta, 1992. BATAN/UPT-PPIN, DOKUMEN 75, E75-623, “Data Sheet for Chilled Water Control System”, Jakarta, 1985 YORK Guangzhou Air Conditioning & Refrigeration, Guangdong, Guangzhou, China, 2010 SUGIANTO dkk, Uji Fungsi Mesin Pendingin (Chiller) Baru York YAEP 99XD9B50PA, Prosiding hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR tahun 2015, Serpong, 2016