RELIGIUSITAS DALAM PUISI “SAJADAH PANJANG” KARYA TAUFIQ ISMAIL Oleh: Andi Halimah Dahlia Patiung PENDAHULUAN Sebuah karya sastra lahir merupakan perwujudan refleksi sosial dan berfungsi sebagai media alternatif yang menghubungkan kehidupan manusia dengan masa lampau, masa kini, dan masa akan datang, serta berfungsi sebagai bahan informasi yang berguna untuk merancang peradaban manusia ke arah kehidupan yang lebih baik di masa datang. Selanjutnya Damono mengemukakan bahwa sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai lembaga sosial, sastra tidak hanya sebagai karya seni atau bentuk hiburan semata, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh dinamika sosial yang terjadi di sekitarnya. Karena sastra dianggap sebagai suatu lembaga sosial, sehingga memiliki peran penting dalam membentuk, merefleksikan, dan memperjuangkan nilai-nilai sosial, budaya, politik, dan religius dalam masyarakat. Karya sastra sebagai ciptaan sosial mengandung nilai-nilai sosial, budaya, politik, moral, pendidikan, ekonomi, dan nilai agama (religius). Demikian pula puisi sebagai karya sastra mengandung unsur nilai tersebut. Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat. Larik dan bait tersebut terhampar dalam struktur fisik disusun oleh penyair dan dikaji makna yang terkandung dalam struktur batinnya. LANJUTAN Puisi adalah bentuk seni yang memungkinkan penyair untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara kreatif dan indah. Puisi sering kali digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan kepercayaan agama atau spiritual. Taufiq Ismail, seorang penyair terkenal Indonesia, adalah salah satu penyair yang banyak mengeksplorasi tema keagamaan dalam puisinya yang salah satu kumpulan puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia (MAJOI). Puisi yang dikaji dalam tulisan ini yakni yang memiliki karakter religius. KBBI menyatakan bahwa religius berarti: bersifat religi atau keagamaan. Penelitian puisi memiliki objek kajian yaitu bahasa, isi, dan estetik. Kajian yang berobjek bahasa difokuskan pada nilai-nilai dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Berdasarkan uraian tersebut dan kepentingan penelitian ini, maka kajian difokuskan pada nilai religi puisi dalam kehidupan manusia. Analisis makna di balik puisi didasarkan pada pendapat Taufiq Ismail bahwa puisi yang diciptakan harusnya memiliki daya komunikasi dengan pembaca, karena hanya dengan daya komunikasi tersebut nilai-nilai kehidupan dalam puisi dapat dihayati pembacanya. Pemilihan penyair Taufiq Ismail dan puisinya Sajadah Panjang karena beliau adalah seorang penyair Angkatan 1966 dengan karya yang berdasarkan imajinasinya sering kali mengangkat tema puisi yang sarat nilai religius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis religiusitas dalam puisi Sajadah Panjang dan mengeksplorasi pesan-pesan religius yang terdapat di dalamnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menganalisis unsur religius puisi Sajadah Panjang karya Taufiq Ismail. Pemilihan puisi Sajadah Panjang menjadi objek penelitian dilakukan berdasarkan keterkaitannya dengan tema religius yang dikaji. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang penyajian datanya berupa kata-kata. Sesuai kepentingan penelitian yakni menganalisis unsur religious. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisisnya adalah pendekatan psikososial, struktural, dan hermeneutik sebagai pisau analisisnya untuk membedah makna di balik untaian bait-bait puisi. Sumber datanya adalah puisi karya Taufiq Ismail “Sajadah Panjang”. Data penelitian ini berupa teks puisi yang terangkai dalam baitbait puisi yang dianalisis dengan teknik analisis isi, yaitu dengan menganalisis puisi Sajadah Panjang untuk mengekstraksi makna religiusitas yang terkandung di dalamnya. Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan membaca secara cermat dan mencatat kata atau diksi yang merupakan data penelitian ini. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN BAIT 1 "Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati” UNSUR RELIGIUS: 1. Sajadah Panjang: Sajadah adalah permadani atau alas salat yang digunakan umat Islam ketika sedang menjalankan ibadah salat. 2. Kaki Buaian: Buaian dalam konteks keagamaan dapat diartikan sebagai tempat suci dan aman yang membawa kedamaian dan ketenangan kepada hati yang sedang merenung. 3. Tepi Kuburan: Kuburan adalah tempat terakhir bagi setiap manusia. Pada bait puisi tersebut, tepi kuburan digunakan sebagai simbol dari batas hidup dan kematian yang harus dihadapi oleh setiap hamba. 4. Mati: Mati adalah suatu realitas yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Dalam konteks keagamaan, kematian merupakan awal dari kehidupan baru di alam yang berbeda. Dengan demikian, unsur religius yang terdapat pada bait puisi tersebut adalah kekhusyukan, ketundukan kepada Tuhan, kehadiran Tuhan yang selalu melindungi, persiapan menghadapi kematian, dan pengingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. HASIL DAN PEMBAHASAN BAIT 2 "Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi” UNSUR RELIGIUS: 1. Tunduk dan sujud: Tunduk dan sujud adalah gerakan dalam ibadah salat saat seorang hamba harus menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan. Gerakan ini menunjukkan rasa rendah hati dan ketaatan kepada Tuhan. Penggunaan tunduk dan sujud dalam bait puisi tersebut dapat diartikan sebagai simbol dari penghambaan diri kepada Tuhan. 2. Panjang: Kata "panjang" dapat diartikan sebagai panjang atau lebar. Penggunaan kata ini dalam bait puisi tersebut dapat diartikan sebagai simbol dari besarnya kasih sayang Tuhan yang selalu melindungi dan membimbing setiap hamba yang tunduk kepada-Nya. Dengan demikian, unsur religius yang terdapat pada bait puisi tersebut adalah kekhusyukan, ketundukan kepada Tuhan, penghambaan diri, besarnya kasih sayang Tuhan yang melindungi, dan pembimbingan kepada setiap hamba yang tunduk kepada-Nya. HASIL DAN PEMBAHASAN BAIT 3 "Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba” UNSUR RELIGIUS: 1. Interupsi: Interupsi pada bait puisi tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh seorang hamba dalam mencari rezeki dan mencari ilmu. 2. Jalanan: Jalanan dalam bait puisi tersebut dapat diartikan sebagai kehidupan sehari-hari yang harus dijalani oleh seorang hamba untuk mencari rezeki dan memperoleh ilmu pengetahuan. 3. Azan: Azan adalah panggilan untuk melaksanakan ibadah sholat yang dikumandangkan oleh muazin. 4. Tersungkur: Tersungkur dalam bait puisi tersebut dapat diartikan sebagai posisi sujud dalam ibadah salat yang menunjukkan ketaatan dan penghambaan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, unsur religius yang terdapat pada bait puisi tersebut adalah interupsi dalam mencari rezeki dan ilmu, kehidupan sehari-hari yang menjadi ujian dan cobaan, pengingat akan waktu untuk melaksanakan ibadah salat, dan posisi sujud yang menunjukkan ketaatan dan penghambaan diri kepada Tuhan. HASIL DAN PEMBAHASAN BAIT 4 "Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat Dikau Sepenuhnya” UNSUR RELIGIUS: 1. Tunduk, rukuk, dan sujud: Tunduk, rukuk, dan sujud adalah gerakan dalam ibadah salat di mana seorang hamba harus menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan. Gerakan ini menunjukkan rasa rendah hati dan ketaatan kepada Tuhan. 2. Mengingat dikau sepenuhnya: Mengingat Tuhan secara sepenuhnya adalah tindakan mengingat Tuhan dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan oleh seorang hamba. 3. Tak lepas kening hamba: Kening adalah bagian tubuh yang diletakkan di atas permadani saat sujud dalam ibadah sholat. Dengan demikian, unsur religius yang terdapat pada bait puisi tersebut adalah kekhusyukan dan ketundukan kepada Tuhan, penghambaan diri, kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan seorang hamba, dan posisi sujud yang menunjukkan ketaatan dan penghambaan diri kepada Tuhan HASIL DAN PEMBAHASAN Puisi "Sajadah Panjang" memiliki banyak unsur religiusitas yang tercermin dalam penggunaan bahasa dan metafora. Puisi ini menggunakan bahasa yang kaya dengan istilah-istilah agama Islam dan metafora-metafora yang terkait dengan keyakinan dan praktik keagamaan. Beberapa unsur religiusitas yang dapat ditemukan dalam puisi ini antara lain: Penggunaan istilah-istilah agama seperti "Sajadah Panjang", "Azan", dan "Quran". Metafora penggambaran kebesaran dan keagungan Allah seperti "Tak terukur jarak dari-Mu", "Tak terjamah kata-kata", dan "Sang Maha Besar". Kesimpulannya, puisi "Sajadah Panjang" mengandung unsur religiusitas yang kuat dan dapat memberikan inspirasi serta penghiburan bagi pembacanya yang mempunyai keyakinan agama Islam. Puisi ini mengajarkan tentang kebesaran dan kasih sayang Allah, makna hidup yang sejati, serta pentingnya menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendekatan Teori Psikoanalisis Unsur religiusitas dalam puisi "Sajadah Panjang" menggunakan pendekatan teori psikoanalisis diuraikan berikut. Dalam teori psikoanalisis, terdapat beberapa konsep yang dapat diterapkan dalam analisis puisi terkait dengan unsur religiusitas. Konsep yang relevan adalah: 1. Ketidaksadaran: Psikoanalisis menganggap bahwa pikiran dan perasaan yang tidak sadar dapat memengaruhi perilaku manusia. Dalam puisi "Sajadah Panjang", unsur religiusitas seperti penghormatan kepada Tuhan dan spiritualitas mungkin mencerminkan kebutuhan dan ketidaksadaran seseorang terhadap pencarian makna dan hubungan dengan yang lebih besar dari dirinya sendiri. 2. Konsep Tuhan sebagai objek: Psikoanalisis menyatakan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan bisa mencerminkan dinamika hubungan objek, ketika manusia mencari rasa kenyamanan dan perlindungan seperti yang mereka cari dari hubungan dengan orang tua atau figur otoritas lainnya. Dalam puisi ini, penggunaan metafora "sajadah panjang" sebagai objek penghormatan dan doa kepada Tuhan menunjukkan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai objek yang dihormati dan dituju. 3. Ketegangan dan rasa bersalah: Psikoanalisis juga menyoroti ketegangan dan rasa bersalah sebagai aspek psikologis yang terkait dengan unsur religiusitas. Puisi ini mencerminkan rasa keterikatan manusia pada agama dan perasaan bersalah jika tidak memenuhi tuntutan agama yang dihayati. Puisi tersebut menggambarkan rasa kagum, rasa takjub, dan penghormatan yang mungkin disertai dengan ketegangan dan rasa bersalah jika tidak berbuat baik. Dengan menggunakan pendekatan teori psikoanalisis, pembaca dapat memahami bahwa puisi "Sajadah Panjang" mencerminkan unsur religiusitas melalui kebutuhan manusia akan spiritualitas, hubungan dengan yang lebih besar dari dirinya sendiri, dan konflik psikologis yang mungkin timbul dalam konteks religi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendekatan Teori Struktural Analisis puisi "Sajadah Panjang" menggunakan pendekatan teori struktural diuraikan berikut. Teori struktural berfokus pada struktur puisi itu sendiri, seperti pola pengulangan, kontras, atau perubahan nada, untuk mengidentifikasi makna dan tema yang terkandung di dalamnya. Dalam menganalisis puisi "Sajadah Panjang", kita dapat melihat beberapa elemen struktural berikut: 1. Pengulangan: Puisi ini menggunakan pengulangan kata "sajadah panjang" dalam setiap baitnya. Pengulangan ini menegaskan dan memperkuat konsep "sajadah panjang" sebagai sebuah simbol dalam puisi ini. Hal ini menunjukkan adanya konsistensi dan keteraturan dalam puisi. 2. Kontras: Terdapat kontras antara kesibukan dunia dan spiritualitas dalam puisi ini. Penggunaan bahasa yang kontras seperti "duniawi" dan "kain kafan" menunjukkan perbedaan antara dunia materi dan kehidupan spiritual. 3. Irama: Puisi ini memiliki irama yang teratur, dengan empat baris dalam setiap baitnya. Pola irama ini membantu memperkuat struktur puisi dan memberikan kesan konsistensi dan keteraturan dalam penyampaian pesan. Berdasarkan analisis struktural tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi "Sajadah Panjang" menggambarkan kesederhanaan dan keteraturan, dengan menggunakan pola pengulangan dan irama yang teratur. Hal ini menggambarkan konsep spiritualitas yang ditunjukkan melalui penghormatan dan doa kepada Tuhan. Penggunaan kontras juga membantu memperkuat tema religiusitas dalam puisi ini, menunjukkan perbedaan antara dunia material dan spiritual. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendekatan Teori Hermeneutika Unsur religiusitas dalam puisi "Sajadah Panjang" menggunakan pendekatan teori hermeneutika sebagai berikut. Teori hermeneutika merupakan pendekatan interpretatif yang menganggap bahwa teks dan makna tidak ada dalam dirinya sendiri, melainkan ditafsirkan melalui konteks sejarah, sosial, dan budaya yang melingkupinya. Dalam menganalisis puisi "Sajadah Panjang" menggunakan teori hermeneutika, pembaca dapat melihat beberapa konteks sosial, sejarah, dan budaya yang memengaruhi unsur religiousitas dalam puisi ini: 1. Konteks Islam: Puisi ini menggunakan kata-kata dan simbol-simbol yang terkait dengan praktik keagamaan Islam, seperti "sajadah panjang", "takbir", "azan", dan "surau". Hal ini menunjukkan bahwa puisi ini terkait dengan konteks keagamaan Islam, yang memberikan makna religiusitas dalam puisi ini. 2. Konteks sejarah: Puisi ini ditulis oleh Taufiq Ismail, seorang sastrawan dan aktivis kebudayaan yang memiliki latar belakang keislaman dan pernah terlibat dalam gerakan sosial-politik Islam. Konteks sejarah dan latar belakang penulis ini dapat memengaruhi penafsiran religiusitas dalam puisi ini. Kebudayaan lokal menginspirasinya dalam menciptakan puisi. Terlahir di Kota Bukittinggi Sumatera Barat dan dibesarkan di Kota Jogjakarta berefek terhadap puisi Taufiq Ismail, karena kedua kota tersebut dikenal sebagai kota sentral Pendidikan Agama Islam, sehingga unsur budaya, adat, dan agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau dan Yogjakarta menginspirasi setiap karyanya. 3. Konteks budaya: Puisi ini menggunakan bahasa yang khas dan memiliki keunikan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa unsur religiuusitas dalam puisi ini juga dipengaruhi oleh konteks budaya di mana puisi ini dihasilkan. Taufiq Ismail berdarah Minangkabau yang dikenal dengan unsur religiusnya memengaruhi puisi sajadah Panjang. Ketaatan penulisnya pada aturan agama dan ketaatan pada Tuhannyalah yang membuat kata-kata, larik puisi sajadah Panjang sangat kental nuansa religiusnya. KESIMPULAN Unsur religiusitas puisi “Sajadah Panjang" menggunakan pendekatan teori psikoanalisis, pembaca dapat memahami bahwa puisi "Sajadah Panjang" mencerminkan unsur religiusitas melalui kebutuhan manusia akan spiritualitas, hubungan dengan yang lebih besar dari dirinya sendiri, dan konflik psikologis yang mungkin timbul dalam konteks religi. Untuk analisis teori struktural disimpulkan bahwa puisi "Sajadah Panjang" menggambarkan kesederhanaan dan keteraturan, dengan menggunakan pola pengulangan dan irama yang teratur. Hal ini menggambarkan konsep spiritualitas yang ditunjukkan melalui penghormatan dan doa kepada Tuhan. Penggunaan kontras juga membantu memperkuat tema religiusitas dalam puisi ini, menunjukkan perbedaan antara dunia material dan spiritual. Untuk teori hermeneutika, unsur religiusitas dalam puisi "Sajadah Panjang" diinterpretasikan sebagai representasi dari pengalaman keagamaan penulis dan masyarakatnya yang menghayati Islam sebagai agama yang penting dalam kehidupan mereka. Puisi ini menunjukkan kekhususan praktik keagamaan Islam, seperti salat dan doa, dan bagaimana hal tersebut membentuk hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa unsur religiusitas dalam puisi ini diinterpretasikan melalui konteks sosial dan budaya yang memengaruhi penghayatan agama di dalamnya. 01 TERIMA KASIH