Uploaded by Meme Margaret

Microsoft Word - d

advertisement
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
a. Kondisi Geografi dan Topografi
Daerah penelitian termasuk di dalam wilayah Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak
Kecamatan Pakem dari Ibukota Kabupaten Sleman kurang lebih berjarak
11 kilometer kearah Timur Laut, sedangkan dari Ibukota Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta berjarak 17 kilometer kearah Utara. Daerah
penelitian secara administratif dibatasi oleh :
1. Utara : Kawasan Kehutanan Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
2. Timur : Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
3. Selatan : Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman.
4. Barat : Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
(Kantor Kecamatan Pakem, 2011).
Kecamatan pakem berada pada ketinggian 600 mdpl sampai 1.325
mdpl. Kondisi topografi secara umum merupakan suatu pegunungan yaitu
pegunungan vulkanik atau gunung api. Kemiringan lereng dari arah
Selatan ke Utara menunjukan kenaikan secara gradual, dimana pada
beberapa tempat terdapat tekuk lereng sehingga perbedaan kelas lereng
jelas kelihatan, dengan kemiringan lereng berkisar antara 2% sampai 40%.
Berdasarkan ketinggian tempat dan kemiringan lereng tersebut
maka topografi Kecamatan Pakem terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Datar sampai berombak, seluas 1.972,8 hektar atau 45 persen dari
seluruh luas Kecamatan Pakem, dengan kemiringan lereng 2% - 15%
dan ketinggian tempat 600 m- 800 m diatas permukaan air laut.
Daerah ini membujur dari arah Selatan hingga kebagian tengah dari
wilayah Kecamatan Pakem yang meliputi Desa Pakembinangun,
Harjobinangun dan Candibinangun.
39
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Berombak sampai berbukit, seluas 1.534,4 hektar atau 35 persen dari
seluruh luas wilayah Kecamatan Pakem, dengan kemiringan lereng
antara 15% - 40% dan ketinggian tempat antara > 800 m – 1000 m.
Daerah ini terletak pada bagian tengah hingga sebagian bagian Utara
dari wilayah Kecamatan Pakem yang meliputi desa: Hargobinangun,
Candibinangun dan Purwobinangun.
3. Berbukit sampai bergunung, seluas 828,8 hektar atau 20 persen dari
seluruh luas Kecamatan Pakem yang meliputi desa: Hargobinangun
dan Purwobinangun (Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, 2011).
Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem berada di lereng Merapi
Selatan dengan ketinggian 700 – 1325 m di atas permukaan air laut.
Daerah tersebut mempunyai topografi miring landai ke selatan dan
merupakan dataran tinggi. Kenampakan topografi yang indah ini menarik
wisatawan untuk menikmatinya ditambah dengan kesejukan udaranya.
(Pemerintahan Desa Hargobinangun, 2011)
b. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan
Luas Kecamatan Pakem seluruhnya 4.384,04 ha atau 43,8404
km2 yang terbagi atas 5 desa yaitu, Desa Purwobinangun, Desa
Candibinangun, Desa Harjobinangun, Desa Pakembinangun, dan Desa
Hargobinangun. Daerah penelitian terletak di Desa Hargobinangun yaitu
di Kawasan Obyek Wisata Kaliurang. Secara administrasi Desa
Hargobinangun merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pakem
yang letaknya paling utara yang banyak mempunyai potensi obyek wisata
pegunungan. Secara astronomis kawasan wisata Kaliurang yang terletak di
Desa Hargobinagun terletak antara 70 35’ 20” LS sampai 70 36’ 00” LS
dan 1100 36’ BT sampai 1100 37’ BT. Berikut ini distribusi luas wilayah
dan tata guna lahan di Desa Hargobinangun:
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan di Desa Hargobinangun
No.
1.
2.
3.
4.
Tata Guna Lahan
Tanah sawah
Irigasi tehnis
Irigasi setengah tehnis
Irigasi sederhana
Tanah kering
Pekarangan
Perladangan
Tegalan
Tempat rekreasi
Lain-lain
Jumlah
Luas (ha)
30,60
163,96
92,72
361,441
246,532
137,204
125,300
204,639
1.339,998
Sumber: Monografi Desa Hargobinangun 2011
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Keadaan
penduduk
berdasarkan
umur
digunakan
untuk
mengetahui jumlah penduduk yang tergolong produktif dan non produktif.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin digunakan untuk mengetahui
sek ratio untuk perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan umur dan
jenis kelamin di Kabupaten Sleman dan di Desa Hargobinangun dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Keadaan penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No.
Kelompok
Umur
(Thn)
Kabupaten Sleman
(orang)
Laki-laki Wanita
Jumlah
Desa Hargobinangun
(orang)
Laki-laki Wanita Jumlah
1.
2.
3.
0-14
15-64
≥ 65
111.139
397.122
51.041
104.109
398.019
63.939
215.248
795.241
114.980
982
2.075
532
1.024
2.265
446
2.006
4.340
978
Jumlah
559.302
566.067
1.125.369
3.589
3.735
7.324
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2011
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kabupaten Sleman tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa dan di Desa
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hargobinangun sebanyak 7.324 jiwa. Kelompok penduduk usia produktif
memiliki jumlah tertinggi. Kelompok usia produktif di Kabupaten Sleman
sebanyak 792.241 jiwa sedangkan di Desa Hargobinangun sebanyak
4.340 jiwa. Penduduk laki-laki di Kabupaten Sleman berjumlah 559.302
jiwa, wanita 566.067 jiwa, sedangkan di Desa Hargobinangun penduduk
laki-laki berjumlah 2.075, wanita 2.265. Sek ratio di Kabupaten Sleman
sebesar 98,8%, yang berarti setiap 100 perempuan terdapat 98 laki-laki, itu
menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki
meskipun selisih jumlahnya hanya sedikit. Sedangkan sek ratio di Desa
Hargobinangun sebesar 96,09%, yang berarti setiap 100 perempuan
terdapat 96 laki-laki, ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan di Desa
Hargobinangun lebih banyak daripada jumlah laki-laki.
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keadaan
penduduk
berdasarkan
tingkat
pendidikan
menggambarkan seberapa banyak penduduk di Kabupaten Sleman dan di
Desa Hargobinangun yang memiliki pendidikan rendah, sedang, dan
tinggi. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
Tdk/blm tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat
Akademi/PT
Jumlah
Kabupaten Sleman
Jumlah (orang)
%
116.050
194.880
336.783
423.967
53.689
1.125.369
Desa Hargobinangun
Jumlah (orang)
%
10,32
17,32
29,92
37,67
4,77
353
624
2.698
3.362
287
4,82
8,52
36,83
45,91
3,92
100
7.324
100
Sumber: Data Statistik Kabupaten Sleman 2011
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa penduduk di
Kabupaten Sleman paling banyak adalah tamatan SLTP yaitu sebanyak
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
296.783 orang sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi
kedua adalah tamat SLTA sebanyak 250.624. Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk di Kabupaten Sleman sudah memiliki tingkat
pendidikan yang belum cukup baik. Tingkat pendidikan yang paling
sedikit berhasil ditamatkan penduduk di Kabupaten Sleman adalah
Akademi/ PT yaitu sebanyak 43.689 orang.
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Pada tahun 2011 sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten
Sleman serta Desa Hargobinangun terbesar bergerak di sektor pertanian
dan sektor jasa. Gambaran struktur mata pencaharian penduduk
Kabupaten Sleman tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 4.4. Proporsi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No.
Sektor
Kabupaten Sleman
(%)
29,26
1.
Pertanian
2.
Pertambangan dan penggalian
3.
Industry
4.
Listrik
5.
2,47
Desa Hargobinangun
(%)
32,48
-
11,24
10,82
2,06
1,00
Bangunan
11,47
15,57
6.
Perdagangan
10,53
10,51
7.
Angkutan dan komunikasi
4,23
6,35
8.
Keuangan
4,89
-
9.
Jasa-jasa
23,95
22,27
100
100
Jumlah
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
Berdasarkan tabel 4.4 penduduk di Kabupaten Sleman maupun di
Desa Hargobinangun sumber mata pencaharian paling banyak adalah di
sektor pertanian dan jasa-jasa. Di Kabupaten Sleman sumber mata
pencaharian sebagai petani tertinggi dengan proporsi 28,26 persen, dan
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang kedua jasa-jasa sebesar
23,95 persen. Sedangkan di Desa
Hargobinangun sumber mata pencaharian tertinggi pada pertanian sebesar
32,48 persen karena sebagian besar wilayah di Desa Hargobinangun
potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian, sedangkan
untuk jasa menduduki urutan kedua dengan prosentase 22,27 persen.
C. Keadaan Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan pendidikan masyarakat, maka diperlukan sarana
pendidikan yang memadai dengan penyediaan saran fisik pendidikan maupun
tenaga pengajar yang memadai. Adapun sarana dan tenaga pengajar di
Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Fasilitas Pendidikan dan Tenaga Pengajar di Kabupaten Sleman dan Desa
Hargobinangun 2011
No.
Tingkat Sekolah
1.
2.
3.
4.
PAUD/TK/RA
SD/MI
SMP/MTS
SMA/SMK/MA
Jumlah
Kabupaten Sleman
Jumlah
Jumlah Pengajar
Sekolah
(orang)
521
2.284
521
6.328
123
3.256
110
3.624
1.275
14.492
Desa Hargobinangun
Jumlah
Jumlah Pengajar
Sekolah
(orang)
5
14
7
180
1
33
13
227
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kab. Sleman 2011
Berdasarkan tabel 4.5 jumlah sekolah dan tenaga pendidik di
Kabupaten Sleman sudah cukup banyak. Tingkat pertumbuhan PAUD/TK/RA
sangat bagus sebesar baik si Kabupaten Sleman sebanyak 521 sekolah dan di
Desa Hargobinangun terdapat 5 sekolah, mengingat saat ini pendidikan anak
pada usia dini sangat diminati oleh banyak masyarakat untuk menjamin
tumbuh kembang anak kea rah lebih baik.
D. Keadaan Pertanian
Program dan kegiatan urusan pertanian pada tahun 2011 belum cukup
mampu menumbuhkan sekor pertanian yang sebelumnya mengalami kenaikan
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produksi. Perkembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura
mengalami penurunan pada tahun 2011. Tabel perkembangan produksi
tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Sleman dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Perkembangan Produksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura 2011
No.
Produk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Padi Sawah
Padi Ladang
Beras
Jagung
Kedelai
Ubikayu
Buah-buahan
Cabe
Kacang panjang
Jumlah
2009
2010
2011
Produksi (ton)
268.075
1.329
170.263
32.712
772
26.153
90.277
3.951
2.141
Produksi (ton)
264.317
1.756
168.158
31.703
698
20.868
85.341
4.123
2.463
Produksi (ton)
231.374
1.339
147.075
38.111
775
14.741
56.048
4.053
1.876
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Berdasarkan tabel 4.6 di atas produksi tanaman pangan dan
hortikultura cenderung menurun pada tahun 2011. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi tanah yang masih kurang mendukung untuk kegiatan pertanian
dikarenakan pasca bencana gunung merapi, masih banyak lahan-lahan
pertanaman maupun bangunan-bangunan yang rusak parah. Begitupula
dengan tanaman hias yang banyak dikembangkan di daerah-daerah tinggi
sekitar lereng gunung merapi dan daerah-daerah dibawahnya.
Budidaya tanaman hias termasuk bunga krisan pertama kali
dikenalkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Daerah Istimewa
Yogyakarta bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas.
Awalnya pada tahun 2005 dilakukan pengkajian tanaman hias mawar, krisan,
dan anggrek di Kelompok Tani Udi Makmur, Dusun Wonokerso, Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tetapi
dari ketiga komoditas tersebut ternyata yang dianggap paling cocok dengan
kondisi alam setempat dan juga dianggap paling mudah oleh petani adalah
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komoditas bunga krisan potong. Komoditas krisan merupakan komoditas
pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan relatif masih baru
dibudidayakan
di wilayah
Kabupaten
Sleman, khususnya di Desa
Hargobinangun. Walaupun demikian perkembangan usahatani komoditas ini
tergolong cukup berkembang pesat. Potensi wilayah pengembangan yang
cukup mendukung, serta potensi pasar bunga di Daerah Iatimewa Yogyakarta
yang cukup tinggi menjadi perangsang pengembangan usahatani bunga krisan
(PRIMATANI Sleman,2007).
E. Agribisnis Bunga Krisan
1. Pemasaran
Pemasaran yang ada di Kelompok Tani bunga potong krisan di
Kecamatan Pakem termasuk pemasaran satu atap, yaitu petani hanya
diarahkan sebagai produsen sehingga kegiatan pemasaran dilakukan oleh
oleh asosiasi yang diberi nama Astha Bunda untuk memasarkan produksi
hasil bunganya. Pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani meliputi
kontrak kerja dengan florist-florist di Yogyakarta, konsumen secara umum
bisa datang langsung ke sekretariatan asosiasi untuk membeli bunga dan
dapat diangkut sampai ke floris dalam kota. Penyetoran bunga potong ke
florist-florist dilakukan setiap dua hari sekali. Para dekorator bisa
memesan dan membeli bunga krisan potong pada saat menerima pesanan
untuk menghias ruangan misalnya pada saat acara pernikahan.
Kriteria dari kualitas bunga krisan potong tipe standar yang
ditawarkan yaitu warna bunga cerah, batang lurus dan kokoh ± 80 cm,
daun pada batang bersih, dan diameter bunga minimal 8cm. Harga bunga
krisan tipe standar grade A Rp 12.000,-/ikat, grade B Rp 10.000,-/ikat,
dan grade C Rp 8.000,-/ikat. Sedangkan pada bunga krisan tipe standar
yang kualitasnya kurang dari standar biasanya dijual dengan harga Rp
6.000,-/ikat. Untuk tipe spray biasanya di jual Rp 9.000,-/ikat.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Usahatani
Analisis usahatani bunga potong krisan dengan luas lahan 200 m2
untuk bunga krisan tipe standart adalah sebagai berikut:
a. Biaya produksi luas lahan 200 m2:
1) Bibit : 10.000 batang @Rp. 175,-
= Rp. 1.750.000,-
2) Pupuk dan kapur
·
Pupuk Organik : 300 kg @Rp. 500,-
= Rp. 150.000,-
·
Urea : 15 kg @ Rp. 2.000,-
= Rp.
30.000,-
·
ZA: 15 kg @ Rp. 2.000,-
= Rp.
30.000,-
·
SP-36: 15 kg @ Rp. 4.000,-
= Rp.
60.000,-
·
KCl: 5 kg @ Rp. 7.500,-
= Rp.
37.500,-
·
KNO3: 10 kg @ Rp. 4.000,-
= Rp.
40.000,-
·
Pupuk daun 1 liter
= Rp.
20.000,-
·
Insektisida
10 klg @12.500
= Rp. 125.000,-
·
Fungisida
10 ktg @750
= Rp.
75.000,-
b. Biaya tenaga kerja (TK Keluarga)
= Rp.
0,-
c. Penyusutan rumah lindung / 1 musim tanam
= Rp. 500.000,-
d. Biaya lain-lain (pajak, iuran, pengangkutan)
= Rp. 500.000,-
e. Jumlah biaya produksi
= Rp. 3.117.500,-
f. Pendapatan 9.000 tanaman @ Rp. 900,-
= Rp. 8.100.000,-
g. Pendapatan
= Rp. 4.782.500,-
Petani bunga potong krisan di DesaHargobinangun tertarik dalam
melakukan budidaya bunga potong krisan oleh karena budidaya bunga
krisan dapat dilakukan di lahan yang sempit dengan pendapatan yang
cukup besar.
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Keadaan Kelompok Tani
Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem memiliki 10 kelompok tani
yang terdiri dari 15 sampai 20 orang dalam satu kelompok tani. Di dalam satu
kelompok tani memiliki usahatani berbeda-beda, seperti padi sawah, tanaman
perkebunan, tanaman buah-buahan dan budidaya bunga krisan potong. Untuk
budidaya bunga krisan potong setiap kelompok tani terdapat 3 sampai 6 petani
dan dari 10 kelompok tani terdapat 46 petani bunga krisan potong yang aktif
melakukan budidaya saat dilakukan penelitian ini. Untuk budidaya bunga
krisan potong seluruh petani dibina oleh Petugas Penyuluh Lapang (PPL)
untuk memantau perkembangan budidaya bunga krisan potongnya. Berikut ini
daftar kelompok tani sebagai penangkar benih dan penghasil bunga krisan
potong:
KLANTUM
(KT. Udi Makmur: 4 petani)
Penangkaran benih dan
produksi bunga potong
KT. Mekar
(4 petani)
Produksi bunga
dan daun potong
KT. Mekar Arum
(4 petani)
Produksi bunga dan
daun potong
KT. Amanah
(6 petani)
Produksi bunga
dan daun potong
KT. Ngudi Makmur
(5 petani)
Produksi bunga dan
daun potong
KT. Sae
(5 petani)
Produksi bunga
dan daun potong
KWT. Srikandi
(3 petani)
Produksi bunga dan
daun potong
KT. Tunas Merapi
(5 petani)
Produksi bunga
dan daun potong
KWT. Asri
(5 petani)
Produksi bunga
dan daun potong
KWT. Puspita
(5 petani)
Produksi bunga dan
daun potong
Gambar 4.1. Susunan Daftar Kelompok Tani Penghasil Bunga Krisan Desa
Hargobinangun
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seluruh kelompok tani
yang anggotanya membudidayakan bunga
krisan potong tergabung dalam asosiasi petani krisan di Kecamatan Pakem
yang dikenal dengan nama Astha Bunda. Dari asosiasi ini kegiatan-kegiatan
mengenai pembudidayaan sampai pada proses pemasaran selalu di kontrol. Di
dalam asosiasi juga mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan, studi
banding atau fieldtrip ke daerah-daerah budidaya krisan yang sudah
kompeten, dan yang menjembatani instansi-instansi dari luar untuk dapat
memberikan pelatihan kepada petani serta dalam hal pendanaan.
Budidaya bunga potong krisan pada awalnya disarankan dan mendapat
pendanaan serta pelatihan dari Badan Litbang Pertanian. Dimulai pada tahun
2006 dengan jumlah 22 petani bunga krisan potong. Budidaya bunga krisan
potong terus berkembang, namun sempat sama sekali tidak berproduksi pada
akhir tahun 2010 karena terjadi bencana gunung merapi yang menyebabkan
keruskan lahan dan budidaya tanaman. Pada awal tahun 2011 mulai diperbaiki
infrastrukturnya dan petani banyak mendapatkan dana santunan yang akhirnya
di buka lahan baru untuk budidaya dan mulai banyak petani yang
membudidayakan krisan sampai saat ini berjumlah 46 petani.
Suasana kekerabatan dan keakraban antara anggota kelopok tani
menjadikan kelompok tani semakin solit dan budidaya bunga krisan potong
semakin berkembang pesat sampai saat ini. Adanya bantuan dana-dana dari
luar juga semakin membantu petani dalam mengembangkan budidayanya.
Terbentuknya asosiasi juga semakin memudahkan petani dalam memasarkan
hasil budidayanya.
commit to user
Download