SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN EFEK RADIASI TERHADAP KEJADIAN MIOPIA PADA SISWA SMA NEGERI 2 MARTAPURA TAHUN 2020 Disusun oleh : DIMAS SULTHON AL-HASAN NIM : 17140003 YAYASAN KADER BANGSA UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III REFRAKSI OPTISI 2020 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Dimas Sultoh Al-hasan Nim : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program studi : D III Refraksi Optisi Dengan ini menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini saya buat dengan tidak melakukan tindakan plagiatisme dan saya bertanggung jawab sepenuhnya atas isi proposa penelitian ini . Apabila ternyata saya mengingkari pernyataan ini saya bersedia menerima sanksi apapun dari pendidikan. Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Yang menyatakan, Dimas Sulthon Al-hasan HALAMAN PENETAPAN SK.Rektor UKB No.202/B.SK.Prop/UKB/IV/2020, REKTOR UKB MENETAPKAN JUDUL DAN PEMBIMBING PROPOSAL Nama : Dimas Sulthon Al-Hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program Studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan Efek Radiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 Pembimbing materi : M. Hanafiah, RO., SKM., M.Kes Pembimbing teknis : Rizcita Prilia Melvani, SKM, M.K.M Universitas Kader Bangsa Palembang Rektor, DR.Hj.Irzanita, SH.,SE.,SKM., MM., M.Kes HALAMAN PERSETUJUAN Nama : Dimas Sulthon Al-hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program Studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan EfekRadiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 Proposal Penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal Pembimbing Materi M. Hanafiah, RO., SKM., M.Kes Pembimbing Teknis Rizcita Prilia Melvani, SKM, M.K.M Menyetujui, a.n Rektor Universitas Kader Bangsa Kepala Program Studi Diploma III Refraksi Optisi HALAMAN PENETAPAN SK.Rektor UKB No.303/B.SK.Prop/UKB/IV/2020, REKTOR UKB MENETAPKAN JUDUL DAN PENGUJI PROPOSAL Nama : Dimas Sulthon Al-Hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program Studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan Efek Radiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 PENGUJI Penguji I : Penguji II : Penguji III : Universitas Kader Bangsa Palembang Rektor, DR.Hj. Irzanita, SH., SE., SKM., MM.,M.Kes HALAMAN PERSETUJUAN Nama : Dimas Sulthon Al-hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program Studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan EfekRadiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 Proposal Penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal Pembimbing Materi M. Hanafiah, RO., SKM., M.Kes Pembimbing Teknis Rizcita Prilia Melvani, SKM, M.K.M Menyetujui, a.n Rektor Universitas Kader Bangsa Kepala Program Studi Diploma III Refraksi Optisi HALAMAN PERSETUJUAN Nama : Dimas Sulthon Al-hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program Studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan EfekRadiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 Proposal Penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal Pembimbing Materi M. Hanafiah, RO., SKM., M.Kes Pembimbing Teknis Rizcita Prilia Melvani, SKM, M.K.M Menyetujui, a.n Rektor Universitas Kader Bangsa Kepala Program Studi Diploma III Refraksi Optisi HALAMAN PENETAPAN SK.Rektor UKB No.216/B.SK.Prop/UKB/IV/2020, REKTOR UKB MENETAPKAN JUDUL DAN PENGUJI PROPOSAL Nama : Dimas Sulthon Al-Hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program Studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan Efek Radiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 PENGUJI Penguji I : Penguji II : Penguji III : Universitas Kader Bangsa Palembang Rektor, DR.Hj. Irzanita, SH., SE., SKM., MM.,M.Kes HALAMAN PENGESAHAN Nama : Dimas Sulthon AI-hasan NIM : 17140003 Fakultas : Kesehatan Program studi : D III Refraksi Optisi Judul : Hubungan Antara Gaya Hidup dan EfekRadiasi Terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri Martapura Tahun 2020 PENGUJI Penguji I : Penguji II : Penguji III : Universitas Kader Bangsa Palembang Rektor, DR.Hj. Irzanita, SH., SE., SKM., MM.,M.Kes BIODATA A. IDENTITAS Nama : Dimas Sulthon Al-hasan NIM : 17140003 Tempat Tanggal Lahir : Baturaja, 28 januari 2000 Agama : Islam Nama Ayah : Hasan Mustofa Nama Ibu : Rita zahara Anak Ke : 1 ( Pertama ) Alamat : Status : Belum menikah B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1) TK Islami Martapura 2) SD Negeri 06 Martapura 3) MTS Negeri Martapura 4) SMA Negeri 01 Martapura KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Atas berkat dan karunia-Nya yang terus memberikan penulis kesehatan untuk dapat menyelesaikan dan menyusun proposal ini dengan baik, walaupun disisi lain masih banyak kekurangan yang harus di perbaiki. Tak lupa pula selawat berangkaikan salam penulis sanjung sajikan kepada Nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Adapun maksud dan tujuan penulisan proposal Karya Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Studi Diploma III Refraksi Optisi Universitas Kader Bangsa Palembang, yang berjudul ”HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN EFEK RADIASI TERHADAP KEJADIAN MIOPIA PADA SISWA SMA NEGERI 2 MARTAPURA” Dalam penyelesaian proposal Skripsi, penulis mendapatkan banyak bantuan baik dari segi moril maupun materil. Penulis banyak diberikan saran, pendapat, maupun data atau bantuan dari pihak lain, sehingga memperlengkan proposal Skripsi ini dalam dunia Akademis. Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis hanturkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan bantuan luar biasa kepada penulis baik moril maupun materil dan juga dengan kasih sayang yang tak terhingga beliau yang telah membesarkan penulis hingga sampai saat ini . Selain itu , dalam menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan serta ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Ibu DR.Hj.Irzanita, SH.,SE.,SKM.,MM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Kader Bangsa Palembang dan Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang. 2. Bapak M. Hanafiah, RO., SKM., M.Kes selaku Pembimbing Materi Dalam Penyusunan Proposal Penelitian Ini. 3. Ibu Rizcita Prilia Melvani, SKM, M.K.M selaku Pembimbing Teknis Dalam Penyusunan Proposal Penelitian Ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi D-III Refraksi Optisi Universitas Kader Bangsa Palembang yang selama ini telah memberikan pengarahan dan bimbingannya selama penelitian mengikuti pendidikan. 5. Kedua Orang tua ku dan Saudara-saudariku tercinta yang telah memberikan semangat serta dorongan berupa bimbingan moral dan materi. Didalam penyusunanya proposal penelitian ini, penelitian sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam bentuk penyajian materi maupun dalam teknik penyusunan yang masih jauh dari sempurna, itu katerna keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman serta literatur yang peneliti miliki maka dari itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan berguna untuk perbaiki di masa yang akan datang. Harapan peneliti semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan generasi penerus selanjutnya. Palembang, April 2020 Peneliti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan yang merupakan salah sati sendi utama dalam meninggkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, maju, dan sejahtera. Seiring dengan kemanjuan tekhnologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat diberbagai bidang, khususnya dibidang kesehatan mata yang merupakan salah satu syarat penting dalam tercapainya derajat kesehatan masyrakat. Mata adalah cahaya bagi kehidupan manusia, tanpanya manusia tidak akan dapat melihat maupun menikmati indahnya kehidupan dunia. Selain itu kesehatan mata seorang akan menentukan gaya hidup, kemampuan kerja, mengendarai kendaraan,memebaca dan melakuakan berbagai kehidupan sosial dan aktifitas lainnya. Dan mengabaikan kesehatan mata dam pengehliatan akan dapat mengakibatkan kehilangan fungsi mata. Karena iyulah mata memerlukan perawatan yang baik dan menjaga kesehatan mata sangatlah penting. Namun penyakit mata sampai saat ini merupakan masalah kesehatan yang masih sering dialami masyarakat. Pada generasi muda atau remaja, masalah kesehatan mata terutama gangguang tajam penglihatan yang sekitar 90% adalah Miopia masih menjadi masalah pada saat ini. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi (American Academy of Ophthalmology, 2011). Berdasarkan derajatnya, miopia dapat dibagi menjadi miopia rendah, sedang, dan tinggi (American Optometrist Association, 2006). Pasien dengan miopia tinggi memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya retinal detachment, atrofi korioretina, lacquer cracks, dan abnormalitas lainnya. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya kebutaan (Saw et al., 2005; Foster and Jiang, 2014) . Selain itu, perbedaan keadaan refraksi antara mata kanan dan mata kiri (anisometropia) sering terjadi pada miopia. Selain akan memengaruhi pilihan terapi yang akan diberikan nantinya, anisometropia dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan binokuler dan amblyopia (American Academy of Ophthalmology, 2011). Amblyopia merupakan penyebab utama gangguan visus pada anak dan pada 2,9% orang dewasa (Ferri, 2015). Sedangkan visus normal yang seharusnya dicapai adalah 6/6 (Khurana, 2014). Miopia merupakan kelainan mata yang tersering di seluruh dunia. Kejadian miopia yang terus meningkat dalam 50 tahun terakhir diperkirakan sudah mengenai 1,6 miliar penduduk di seluruh dunia. Menurut perhitungan WHO, jika tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap miopia,jumlah penderita jumlah penderita miopia akan semakin meningkat. Institute of Eye Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik meneliti dengan mengambil judul “ Hubungan gaya hidup dan efek radiasi terhadap kejadian miopia pada siswa SMA negeri 2 martapura tahun 2020 ’’ 1.2. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor keturunan, aktivitas yang menggunakan gadget seperti komputer, penuruan fungsi akomodasi, kelengkungan kornea dan panjang axis bola mata. 1.3. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian Miopia, karna keterbatasan waktu, biaya hidup tenaga maka penulis hanyamengambil 2 independen yaitu Gaya hidup dan Faktor keturunan, sebagai variabel dependennya Kejadian Miopia. 1.4. Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalagh diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : 1.4.1 Secara simultan Apakah ada hubungan antara Gaya Hidup dan Faktor Keturunan secara simultan terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri 2 Martapura 2020 ? 1.4.2.Secara Parsial 1. Apakah ada hubungan Gaya Hidup secara parsial terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa di SMA Negeri 2 Martapura tahun 2020 ? 2. Apakah ada hubungan Faktor Keturunan secara parsial terhadap kejadian Miopia Pada Siswa di SMA Negeri 2 Martapura tahun 2020 ? 1.5. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam penenitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Tujuan umum Ingin mengetahui hubungan antara Gaya Hidup dan faktor Keturunan Terhadap Miopia Pada Siswa SMA Negeri 2 Martapura tahun 2020. 1.5.2. 1. Tujuan khusus Ingin mengathui hubungan Gaya Hidup terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa SMA Negeri 2 Martapura thaun 2020. 2. Ingin mengetahui hubungan faktor Keturunan terhadap Kejadian Miopia Pada Siswa di SMA Negeri 2 Martapura tahun 2020. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1. Secara Teoritis 1. Bagi Peneliti : hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti terutama tentang Miopia. 2. Bagi peneliti yang akan datang : Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan/contoh bagi peneliti yang akan datang dan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan antara Gaya Hidup dan Faktor Keturunan Terhadap Kejadian Miopia. 3. Bagi Universitas Kader Bangsa Palembang : Hasil penelitiab ini diharapkan dapat memeberikan referensi, informasi, pengetahuan, dan sumbangan pikiran tentang faktor-faktor yang berhubungan antara Gaya Hidup dan Faktor Keturunan Terhadap Kejadian Miopia. 1.6.2. Secara Praktis 1. Bagi SMA Negeri 2 Martapura : Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan, dan lebih mengenal tentang Miopia serta sebagai referensi di perpustakaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang lingkup Kelainan Refraksi 2.1.1 Klasifikasi Kelainan Refraksi Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak di fokuskan pada retina atau bintik kuning. Sistem optik di perlukan untuk memasukan sinar atau bayangan benda kedalam mata. Di ketahui bola mata mempunyai panjang kira kira 2 cm, untuk memfokuskan sinar ke dalambintik kuning (bagian selaput jala yang menerima rangsangan) di perlukan kekuatan 50.0 dioptri. Lensaberkekuatan 50.0 dioptri mempunyai titik api pada titik 2,0 cm ( Sidarata Ilyas,2013). Pada kelaiana refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optik pada mata, sehingga menghasilkan pengheliatan yang kabur. (Sidarata Ilyas, 2013). Kelainan refraksi terdiri dari Miopia, Hipermetropia dan Astigmatisme. Miopia adalah kelainan refraksi dimana sinar sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata difokus didepan retina, Hipermetropia adalah kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang masuk kedalam bola mata difokus dibelakang retina, sedangkan Astigmatisme adalah kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang masuk kedalam bola mata difokus pada satu titik. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media pengheliatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiasakan tepat didaerah Makula Lutea. yang normal disebut sebagai mata Emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retina pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. 2.1.2 Pengertian Miopia Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya ayng sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jauh didepan retina tanpa akomodasi. Miopia berasal dari yunani ‘’Myopia” yang artinya pandang dekat. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah popler nya adalah ‘’Nearsightedness’(American Optometric Association, 2010), Miopia adalah betuk kelaian refraksi dimana sinar-sinar sejajar garis pandang pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan didepan retina. Miopia dapat terjadi karena ukuran axis bola mata relatif panjang dan disebut mipia aksial. Dapat juga karena terlalu kuat, dalam hal ini disebut miopia refraktif (American Academy Of Ophtamology, 2010). Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasaan sinar yang berlebihan sehingga yang datang dibiaskan didepan retina (Bintik Kuning). Pada miopia titik fokus sistem optik melia penglihatan terletak didepan makula hal ini dapat disebabkan sistem optik (Pembiasan) terlalu kuat, Miopia Refraktif atau bola mata terlalu panjang (Sidarta Ilyas, 2014), Miopia paling banyak dijumpai pada usia remaja, biasanya ditemukan pada waktu pemeriksaaan skrining di sekolah. Pada umumnya miopia merupakan kelainan kelainan yang diturunkan oleh orang tuanya sehinggga banyak dijumpai pada usia dini. Ciri khas dari perkembangan Miopia adalah derajat kelainan yang meningkat terus sampai usia remaja kemudian menurun pada usia dewasa, walaupun agak jarang Miopia dapat pula disebabkan oleh perubahan kelengkungan Kornea atau kelainan bentuk Lensa Mata. Oleh karena itu memperoleh gambaran penyebabyang lebih jelas pada seseorang,riwayat Miopia pada keluarga perlu dikemukakan. Lazimnya Miopia terjadi karena panjangnya sumbu bola mata. Mata yang penampang seharusnya bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian berbentuk bulat telur, selanjutnya pemanjagan sumbu ini menyebabkan media refraktif sulit memfokuskan berkas cahaya terfokus di Retina. Berkas retinaterfokus di depan Retina sejalan dengan memanjangnya sumbu bola mata, derajat Miopia pun akan bertambah. Pada usia anak-anaksamapi remaja, proses pemanjangan bola mata dapat merupakan bagian dari proses pertumbuhan tubuh derajat kekuatannya, karena itu pada mata usia dini dianjurkan agarpemeriksaaan diulang setiap 6 bulanvpada golongan usia antara 20-40 tahun, progesivitas Miopia akan melambat. Meskipun demikian pertambahanya tetap ada, terutama pada mereka yang baru mulai menderita Miopia diatas 20 tahun. 2.1.3. Gejala Miopia Sebelum melakukan pemeriksaan refraksi pada penderita maka refraksionis optisien hendaknya dapat melakukann komunikasi dengan menanyakan gejala yang dirasakan pada mata penderita seperti miopia. Adapun gejalagejala miopia adalah sebagai berikut; a. Gejala subjektif 1. Penglihatan jauh kabur, sedangkan untuk dekat tetap terang. Kadang-kadang pada daerah lapang pandangan ia melihat seperti benang– benang, dan lain-lain disebabkan oleh jaringan retina perifer mengalami proses degenerasi dan terlepas dalam corpus vitreus (muscae volitantes). 2. Pada miopia tinggi, punctum remotum terletak lebih dekat maka titik terjauh masih terang terlihat sehingga ia harus berkonvergensi lebih banyak dari pada biasa sehingga akan menimbulkan astenopia oleh konvergensi yang berlebihan (astenopia konvergensi ). b. Gejala objektif 1. Diameter kornea lebih besar 2. Bilik mata depan lebih dalam 3. Iris termulans 4. Pupil dilatas 5. Vitreus floaters 6. Pada miopia aksial terlihat perubahan pada fundus okuli misalnya tigroid fundus dan myopic cresent 2.1.4. Klasifikasi Miopia Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut : Bentuk miopia menurut penyebabnya.(American Academy of Ophthalmology 2011– 2012, National Eye Centre 2005, Mayoclinic ) 1. Miopia axial Panjang axiial bola mata lebih panjang dari normal, walaupun kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal. Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak normalnya besar segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan exaggerated cincin sceral, dan staphyloma posterior. 2. Miopia refraktif Panjang sumbu bola mata normal tetapi kornea terlalu cembung, sehingga cahaya yang masuk ke dalam mata dibiasterlalu dekat. Lensa terlalu cembungdisebabkan cairan mata masuk ke dalam lensa, akibatnya lensa menjadi keruh seperti pada awal katarak (Katarak Dimatur) Penyebab Miopia Refraktif : 1. Kornea terlalu melengkung 2. Terjadi penyerapan cairan pada lensa kristalina sehingga bentuk lensa Kristalina mnejadi lebih cembung dan daya biasnya meninggkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium awal 3. Terjadi peninggkatan indeks bias cairan bola mata, biasnya terjadi pada penderita diabetes Militus. Pembagian lain dari Miopia : • Miopia kurvatura Mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi kelengkungan dari kornea lebih curam dari rata – rata, misal : pembawaan sejak lahir atau keratokonus, atau kelengkungan lensa bertambah seperti pada hyperglikemia sedang atau berat, yang menyebabkan lensa membesar. • Miopia karena peningkatan indeks refraksi dari pada lensa berhubungan dengan permulaan dini atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan penyebab umum terjadinya miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa meningkatkan indeks refraksi, dengan demikian membuat mata menjadi miopik. • Miopia karena pergerakan anterior dari lensa. Pergerakan lensa ke anterior sering terlihat setelah operasi glaukoma dan akan meningkatkan miopik pada mata. Secara klinis beberapa bentuk miopia ditetapkan sebagai berikut (Eye Health and Nearsightedness, Khurana Ak, 2007) 1. Miopia Fisiologis Sering di sebut dengan simpel miopia atau school myopia yang berhubungan dengan proses pertumbuhan normal dari tiap – tiap komponen refraksi dari mata. Akibat dari proses ini menimbulkan miopia ringan dan sedang. 2. Miopia Patologis Di sebut juga Malignant, Progressive dan Degenerative myopia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan panjang aksial bola mata yang berlebihan, sedangkan komponen lain dari mata pertumbuhannya normal. Berdasarkan saat usia mulai terjadinya miopia dibagi dua. Miopia yang timbul pada saat anak – anak. Miopia ini timbul pada usia antara 7 hingga 16 tahun, hal ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan dari panjang aksial bola mata. Semakin dini usia timbulnya miopia maka semakin besar proses pertambahan miopianya. 3. Miopia yang timbul pada usia dewasa. Miopia ini timbul berkisar usia 20 tahunan. Terlalu banyak membaca dekat merupakan faktor resiko untuk berkembangnya miopia pada usia ini. ( American Academy of Ophthalmology 2011 – 2012,Khurana Ak.2007 ) Derajat miopia diukur oleh kekuatan korektif lensa sehingga bayangan dapat jatuh di retina, yang dapat diklasifikan menjadi. (Vaughan DG 2010) 1. Miopia ringan : -0,25D s/d -3,00D 2. Miopia sedang : -3,25D s/d -6,00D 3. Miopia tinggi : > -6.00D 4. Miopia Koreksi Adalah kelainan refraksi Miopia yang berkaisar antara -4,00 sampai dengan -6,00 5. Miopia Simtomatik Adalah kelainan refraksi yang disebabakan adanya penyakit lain yang memperngaruhi status refraksi, seperti Katarak Senilis atau Traumalis dan Luxaliolentis 6 . Miopia Nokturnal Adalah Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi disekeliling kurang cahaya. Disebabkan oleh Abrasi seperti Abrasi Sinar Kromatis dan sinar-sinar Oblique. 7 . Miopia Sementara ( Transitor ) Miopia ini dapat disebabkan oleh kadar gula yang tidak terkontrol, terjadinya Sklerosis pada Nukleus Lensa, pemakaian obat-obatan. 8 . Pseudomipia ( Miopia palsu ) Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebuhan terdapat mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan otot-otot siliar yang memegang Lensa Kristalina. Untuk ini tidak boleh buru-buru memberikan Lensa Koreksi. 2.2 Komplikasi yang dapat timbul pada miopia 1. Orang miopia tinggi mudah timbul ablatio retina (retina lepas), hal ii disebabkan bola maat yang terlalu lonjong, sehinga ini sangat renggang dan tipis dan serta mudah lepas. 2. Pada miopia yang sanggat tinggi akan terjadi strabismus (mata juling). Misalnya : a. Mata kanan (OD) = Sph -10,00 Mata kiri (OS) = Sph -11,00 Punctum remotum hampir sama maka konvergensi yang terus menerus (tetap) dpat menimbulkan juling kedalam. b. Jika seseorang miopia dengan derajat miopia memepunyai perbedaan yang cukup besar anatara mata kanan dan mata kiri (anisometropia) maka dengan derajat miopia tinggi sering tidak dipergunakan, maka dari itu akan bergerak keluar menuju temporal (telinga) sehingga terjadi juling keluar (extropia) Tingkatan miopia - Ringan : Sph -0,25 s/d Sph -3,00 - Sedang : Sph –3,25 s/d Sph -6,00 - Tinggi : Sph -6,25 keatas 2.3 Konsep tajam penglihatan Fungsi penglihatan pada mata mempunya lima fungsi utama, yaitu ketajaman penglihatan, sensitifitas terhadapa cahaya/kontras, penglihatan terang, lapang pandang dan penglihatan warna. Ketajaman penglihatan diartikan sebagai kemampuan manusia dalam melihat dengan jelas jarak dekat atau jauh menggunakan mata normal atau biasanya 6 meter. Beberapa faktor seperti penerangan, kontras cahaya, perpaduan warna ataupun kelainan refraksi dapat menyebabkan menurunnya ketajaman penglihatan pada manusia. Penurunan ketajaman penglihatan adalah kelainan pembiasan sinar oleh media pengliahatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di derah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Keadaan ini di sebut ametropia yang dapat berupa miopia, hipermiopia dan astigmatisma. Sebaliknya emetropia adalah keadaan di mana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata yang tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi (Ilyas S, 1997). 2.3.1 Pemeriksaan tajam penglihatan Pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dilakukan untuk mengukur seberapa besar dan tajam resolusi ketajaman penglihatan. Pemeriksaan yang paling sederhana adalah menggunakan kartu snellen, di mana di kartu snellen terdapat angkat dan huruf yang semakin ke bawah semakin kecil ukurannya. Ketajaman penglihatan di catat sesuai dengan angka dan huruf pada baris yang di lihat pada kartu snellen. Penglihatan normal biasanya berjarak 6 meter. Kartu yang berisi angka-angka dapat digunakan pada pasien yang tidak terbiasa dengan A abjad Inggris. Kartu’E-buta huruf’ dipakai untuk menguji untuk anak kecil atau pasien dengan hambatan bahasa. Gambar’E’ secara acak dirotasi dengan empat orientasi yang berbeda. Untuk setiap sasaran, pasien diminta menunjukan arah yang sesuai dengan arah ketiga batang gambar’E’. Kebanyakan anak dapat diuji dengan cara inni semenjak usia 3,5 tahun. Ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi (SN/Sine correction) diukur tanpa kacamata atau lensa kontak. Ketajaman terkoreksi (CC/Cum correction) berarti menggunakan dengan alat bantu tadi. Menggingat buruknya tajam penglihatan yang belum dikoreksi dapat disebabkan oleh kelainan refraksi semata, untuk menilai kesehatan mata secara lebih relevan, digunakan ketajaman penglihatan yang belum dikorkesi dapat disebabkan oleh kelainan refraksi semata,untuk menilai kesehatan mata secara lebih relevan, digunakan ketajaman penglihatan yang terkoreksi (Vanghan & Asbury,2012). 2.4 Akomodasi Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mencembungkan mata atau memipihkan lensa mata. Lensa mata akan mencembung jika melihat benda yang dekat dan akan memipih jika melihat benda yang jauh. Hal ini sebenarnya adalah usaha menempatkan bayangan yang dilihat agar tepat pada reitna. Akibat akomodasi daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akanmeninggkat sesuai dengan kebutuhan. 2.5. PemeriksaanRefraksi pada Penderita Miopia 2.5.1 Tujuan Pemeriksaan Untuk mengetahui derajat (-) yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehinga menjadi normal kembaliatau tajam penlihatan terbaik. 2.5.2 Dasar pemeriksaan Miopia mempunyai daya (+) yang lebih sehingga sinar sejajar difokuskan dideoan retina. Lensa (+) menggunakan bayangan benda ke belakang dan byangan diatur tepatjatuh pada Retina. 2.5.3 Metode Pemeriksaan Kelainan Refraksi Pemeriksaan dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Pemeriksaan Objektif Dalam pemeriksaaan ini tidak dapat diperlukan adanya kerjasama antara pemeriksa dengan pasien. Hasil pemeriksaan sangat tergantungseklai dengan keterangan alat yang digunakan dalam pemeriksaan. Alat yang digunakan dalam Pemeriksaan adalah : a. Streak retinoscopy b. Autorefkraktometer 2.Pemeriksaan Subjektif Dalam pemeriksaan ini diperlukan kerjasama antara pemeriksa dengan pasien. Hasil Pemeriksaan Subjektif sangat tergantung dengan kerjasama pemeriksa dan pasien. Alat yang digunakan dalam Peemeriksaan Subjektif adalah sebagai berikut : a. Phropter b. Trial Lens Set