Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com Edisi Kesepuluh Teori Kepribadian Gregory J. Feist, PhD Universitas Negeri San Jose Tomi-Ann Roberts, Ph.D Universitas Kolorado Jess Feist Universitas Negeri McNesse TEORI KEPRIBADIAN Diterbitkan oleh McGraw-Hill Education, 2 Penn Plaza, New York, NY 10121. Hak Cipta © 2021 oleh McGraw-Hill Education. Seluruh hak cipta. Dicetak di Amerika Serikat. Tidak ada bagian dari publikasi ini yang boleh direproduksi atau didistribusikan dalam bentuk apa pun atau dengan cara apa pun, atau disimpan dalam database atau sistem pengambilan, tanpa izin tertulis sebelumnya dari McGraw-Hill Education, termasuk, namun tidak terbatas pada, dalam jaringan apa pun atau lainnya. penyimpanan atau transmisi elektronik, atau siaran untuk pembelajaran jarak jauh. Beberapa tambahan, termasuk komponen elektronik dan cetak, mungkin tidak tersedia untuk pelanggan di luar Amerika Serikat. Buku ini dicetak di atas kertas bebas asam. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LCR 24 23 22 21 20 ISBN 978-1-260-57544-6 MHID 1-260-57544-6 Gambar Sampul: ©Shutterstock/Jeremy Richards Semua kredit yang muncul di halaman atau di akhir buku dianggap sebagai perpanjangan dari halaman hak cipta. Alamat Internet yang tercantum dalam teks akurat pada saat publikasi. Dimasukkannya situs web tidak menunjukkan dukungan dari penulis atau McGraw-Hill Education, dan McGraw-Hill Education tidak menjamin keakuratan informasi yang disajikan di situs-situs tersebut. mheducation.com/highered Tentang Penulis ry J. Feistadalah Profesor Psikologi Kepribadian di ose State University. Dia juga mengajar di College of m & Mary dan University of California, Davis. Ia menerima gelar hD dalam Psikologi Kepribadian pada tahun 1991 dari University of rnia di Berkeley dan gelar sarjananya pada tahun 1985 dari Universitas Massachusetts–Amherst. Dia dipublikasikan secara luas Gregory J. Feist psikologi kreativitas, psikologi sains, dan pengembangan bakat ilmiah. Salah satu fokus utamanya adalah menjadikan psikologi sains sebagai studi independen, sejalan dengan sejarah, filsafat, dan sosiologi. Upaya utamanya untuk mencapai tujuan ini adalah:Psikologi dan Asal Mula Pikiran Ilmiah(2006, Yale rsity Press), yang dianugerahi Hadiah William James 2007 oleh Divisi Psikologi Umum, American ological Association (APA); dan menjadi presiden pendiri "Masyarakat Internasional untuk Psikologi Sains dan nologi." Penelitiannya di bidang kreativitas dan kepribadian telah diakui dengan Berlyne Award dari Divisi Psikologi Estetika, Kreativitas dan Seni (Divisi 10) APA. Feist adalah mantan presiden Divisi 10 APA dan menjabat sebagai dewan redaksi. Upaya mengajarnya telah diakui dengan penghargaan pengajaran yang luar biasa dari UC Berkely dan UC Davis. Feist adalah rekan penulis dariPsikologi: Perspektif dan Koneksi( McGraw-Hill, edisi ke-4) dan co-editor dariBuku Pegangan Psikologi Sains(Publikasi Springer) dan Cambridge Handbook Kreativitas dan Kepribadian. aku aku aku iv mendapatkan gelar BA dari Smith College dan universitasnya. Dia adalah seorang Profesor Psikologi. Minat penelitiannya meliputi seksualitas dan wanita, obyektifikasi diri, dan aspek fisik, emosional, dan kognitif yang dia tulis bersama tentang topik ini,Objek- artikel yang paling banyak dikutip dalam lebih dari 40 tahun sejarahnya- ykologi Wanita Triwulanan. Selain itu, dia bertugas di beberapa gugus tugas asi Amerika, termasuk Sexualization ng through Feminist Research. Dia melayani masyarakat untuk Penelitian Siklus Menstruasi dari ilmu psikologi yang mengamuk sebagai seorang ahli Tomi-Ann R ss dan konsultan dalam kasus yang melibatkan obyektifikasi sebagai seksisme dan diskriminasi gender. eistadalah Profesor Psikologi di McNeese State Uniy di Lake Charles, Louisiana dari tahun 1964 sampai kematiannya 15. Selain menulis bersamaTeori Kepribadian,dia bisa bersama Linda Brannon,Psikologi Kesehatan: Suatu Pengantar Perilaku dan Kesehatan.Ia memperoleh gelar sarjana St. Mary of the Plains dan gelar pascasarjana dari Wichate University dan University of Kansas. Penelitiannya adalah tentang ingatan anak usia dini. Jess Feist Isi BAGIAN I Pendahuluan 1 BAB 1Pengantar Teori Kepribadian 2 BAGIAN II Psikodinamik Teori 19 BAB 2 Freud: Psikoanalisis 20 Apa itu Kepribadian? Tinjauan Teori Psikoanalitik 21 Biografi 3 Apa itu Teori? 5 Sigmund Freud 22 Tingkatan Definisi Teori 5 Teori dan Kerabatnya 5 Filsafat 5 Spekulasi 6 Hipotesis 6 Taksonomi 7 Mengapa Teori Berbeda? 7 Perspektif dalam Teori Kepribadian 7 Teori Psikodinamik 8 Teori Humanistik-Eksistensial 8 Teori Disposisional 8 Teori Biologis-Evolusioner 8 Teori Pembelajaran-(Sosial) Kognitif 8 Kepribadian Teoretisi dan Teorinya Kepribadian 10 Apa yang Membuat Teori Berguna? 11 Menghasilkan Riset 12 Dapat Difalsifikasi 12 Mengatur Data 13 Panduan Tindakan 13 Konsisten Secara Internal 14 Pelit 14 Dimensi untuk Konsep Kemanusiaan 14 Riset Kepribadian Teori 16 Kehidupan Mental 28 Tidak sadar 28 Prasadar 29 Sadar 30 Provinsi Pikiran 31 Identitas 32 Ego 33 Super Ego 34 Dinamika Kepribadian 36 Drive 36 Seks 36 Agresi 37 Kecemasan 38 Mekanisme Pertahanan 39 Penindasan 39 Pembentukan Reaksi 40 Perpindahan 40 Fiksasi 41 Regresi 41 Proyeksi 41 Introyeksi 42 Sublimasi 42 Tahapan Pengembangan 43 Masa Infantil 43 Fase Lisan 43 ay vi Isi Fase Anal 44 Fase Falus 45 Periode Latensi 50 Minat Sosial 82 Asal Mula Minat Sosial 83 Pentingnya Minat Sosial 84 Periode Genital 50 Gaya Hidup 85 Kedewasaan 51 Daya Cipta 86 Aplikasi Psikoanalitik Teori 52 Teknik Terapi Awal Freud 52 Teknik Terapi Akhir Freud 53 Analisis Mimpi 54 Perkembangan Abnormal 87 Gambaran Umum 87 Faktor Eksternal dalam Maladjustment 87 Kekurangan Fisik yang Berlebihan 88 Gaya Hidup yang Dimanjakan 88 Slip Freudian 56 Penelitian Terkait 57 Gaya Hidup Terabaikan 88 Kecenderungan Menjaga 89 Pemrosesan Mental Bawah Sadar 58 Permisi 89 Kesenangan dan Id, Penghambatan dan Agresi 89 Ego 59 Represi, Penghambatan, dan Pertahanan Mekanisme 60 Penelitian tentang Mimpi 61 Kritik terhadap Freud 63 Apakah Freud Memahami Wanita, Jenis Kelamin, dan Seksualitas? 63 Apakah Freud seorang Ilmuwan? 65 Konsep Kemanusiaan 67 Penarikan 90 Protes Maskulin 91 Asal Usul Protes Maskulin 91 Adler, Freud, dan Protes Maskulin 92 Aplikasi Psikologi Individu 92 Konstelasi Keluarga 92 Kenangan Awal 94 Mimpi 95 Psikoterapi 96 Penelitian Terkait 97 BAGIAN 3Adler: Psikologi Individu 72 Tinjauan Psikologi Individu 73 Biografi Alfred Adler 74 Urutan Kelahiran, Kecerdasan, Akademik Prestasi, dan Kepribadian 97 Kenangan Awal dan Pilihan Karier 99 Membedakan Narsisme sebagai Perjuangkan Superioritas versus Harga Diri sebagai Perjuangan Pengantar Teori Adlerian 77 Berjuang untuk Sukses atau Superioritas 77 Tujuan Akhir 78 Kekuatan Perjuangan sebagai Kompensasi 79 Perjuangan untuk Keunggulan Pribadi 79 Perjuangan untuk Sukses 80 Persepsi Subjektif 80 untuk Sukses 101 Kritik terhadap Adler 102 Konsep Kemanusiaan 103 BAB 4Jung: Psikologi Analitik 107 Tinjauan Psikologi Analitik 108 Fiksionalisme 80 Biografi Carl Jung 109 Kelemahan Fisik 81 Tingkat Jiwa 113 Kesatuan dan Konsistensi Diri Kepribadian 81 Sadar 113 Dialek Organ 82 Ketidaksadaran Pribadi 113 Sadar dan Tidak Sadar 82 Ketidaksadaran Kolektif 114 Isi Arketipe 115 Persona 116 Bayangan 117 Kritik Empiris 142 Meskipun MBTI Tetap Populer Kritik 142 Animasi 117 Kritik Jung 143 Konsep Animasi 118 Kemanusiaan 145 Ibu Hebat 119 Orang Tua Bijaksana 119 Pahlawan 120 Diri 120 Dinamika Kepribadian 123 Kausalitas dan Teleologi 123 Progresi dan Regresi 124 Tipe Psikologis 124 Sikap 124 Introversi 124 Ekstraversi 125 Fungsi 126 Berpikir 126 Perasaan 127 BAB 5Klein: Teori Hubungan Objek 149 Sekilas Teori Object Relations 150 Biografi Melanie Klein 151 Pengantar Teori Hubungan Objek 153 Kehidupan Psikis Bayi 154 Fantasi 154 Objek 155 Posisi 155 Posisi Paranoid-Skizoid 155 Posisi Depresif 156 Mekanisme Pertahanan Psikis 157 Merasakan 128 Introyeksi 157 Intuisi 128 Proyeksi 158 Pengembangan Kepribadian 129 Tahapan Pengembangan 129 Masa kecil 130 Pemisahan 158 Identifikasi Proyektif 158 Internalisasi 159 Pemuda 130 Ego 159 Kehidupan Tengah 131 Superego 160 Usia Tua 131 Realisasi Diri 132 Metode Jung Investigasi 132 Tes Asosiasi Kata 133 Analisis Mimpi 133 Imajinasi Aktif 135 Psikoterapi 137 Penelitian Terkait 138 Tipe Kepribadian dan Kepemimpinan 138 Tipe Kepribadian Kalangan Pendeta dan Jemaat Gereja 139 Pandangan Kritis pada Tipe Myers-Briggs Indikator (MBTI) 140 Kritik Teoritis 141 Kompleks Oedipus 160 Perkembangan Oedipal Wanita 161 Perkembangan Oedipal Pria 161 Pandangan Selanjutnya tentang Relasi Objek 162 Pandangan Margaret Mahler 162 Pandangan Heinz Kohut 164 Teori Keterikatan John Bowlby 166 Mary Ainsworth danSituasi Aneh167 Psikoterapi 168 Penelitian Terkait 169 Trauma Masa Kecil dan Objek Dewasa Hubungan 169 Teori Lampiran dan Hubungan Orang Dewasa 170 Kritik Teori Object Relations 173 Konsep Kemanusiaan 174 vi viii Isi BAB 6Horney: Teori Sosial Psikoanalitik 179 Sekilas tentang Psikoanalitik Sosial Teori 180 Biografi Karen Horney 181 Pengantar Psikoanalitik Sosial Teori 183 Horney dan Freud Membandingkan 183 Dampak Budaya 183 Pentingnya Masa Kecil Pengalaman 184 Permusuhan Dasar dan Kecemasan Dasar 184 Dorongan Kompulsif 186 Kebutuhan Neurotik 186 Tren Neurotik 187 Bergerak Menuju Orang 189 Bergerak Melawan Orang 189 Menjauh Dari Orang 190 Konflik Intrapsikis 191 Citra Diri yang Diidealkan 192 Pencarian Neurotik untuk Kemuliaan 192 Klaim Neurotik 193 Kebanggaan Neurotik 194 Kebencian pada Diri Sendiri 194 Psikologi Feminin 195 Psikoterapi 198 Penelitian Terkait 199 Masa bayi 215 Mode Oral-Sensor 215 Kepercayaan Dasar versus Ketidakpercayaan Dasar 215 Harapan: Kekuatan Dasar Bayi 216 Anak Usia Dini 216 Mode Anal–Uretra–Berotot 216 Otonomi versus Rasa Malu dan Keraguan 217 Kemauan: Kekuatan Dasar Anak Usia Dini 217 Mainkan Usia 217 Genital-Locomotor Mode 218 Inisiatif versus Rasa Bersalah 218 Tujuan: Kekuatan Dasar dari Play Age 218 Usia Sekolah 219 Latensi 219 Industri versus Inferioritas 219 Kompetensi: Kekuatan Dasar dari Usia Sekolah 220 Masa remaja 220 Pubertas 220 Identitas versus Kebingungan Identitas 220 Kesetiaan: Kekuatan Dasar Masa Remaja 222 Masa Dewasa Muda 222 Kelamin 222 Keintiman versus Isolasi 223 Cinta: Kekuatan Dasar Masa Dewasa Muda 223 Dewasa 223 Prokreativitas 224 Pencarian Neurotik untuk Kemuliaan di Lab 199 Generativitas versus Stagnasi 224 Perawatan: Bisakah Neurotisme Menjadi Hal yang Baik? 200 Kekuatan Dasar Kedewasaan 224 Usia Tua Kritik Horney 202 Konsep 225 Kemanusiaan 203 Sensualitas Umum 225 Integritas BAB 7Erikson: Teori Pasca-Freudian Kebijaksanaan: Kekuatan Dasar 206 Tinjauan Teori Post-Freudian 207 Biografi Erik Erikson 208 Ego dalam Teori Pasca-Freudian 210 Pengaruh Masyarakat 211 Prinsip Epigenetik 211 Tahapan Perkembangan Psikososial 213 versus Keputusasaan 225 Usia Tua 226 Ringkasan Siklus Hidup 226 Metode Investigasi Erikson 227 Kajian Antropologi 227 Psikohistoris 228 Penelitian Terkait 230 Identitas Remaja dan Internet 230 Perkembangan Identitas Gender 232 Isi Dampak Alam dan Pemeliharaan terhadap Gender Pembentukan Identitas 233 Tekanan Sosial untuk Sesuai dengan Jenis Kelamin Khas Identitas 234 Karakter Sosial di Desa Meksiko 259 Sebuah Studi Psikohistoris tentang Hitler 261 Penelitian Terkait 262 Menguji Asumsi Fromm Karakter Pemasaran 262 Usia Keterbukaan Identitas Gender dan Sosial Jaringan 234 Kritik terhadap Erikson 236 Keterasingan dari Budaya dan Kesejahteraan 264 Otoritarianisme dan Ketakutan 265 Konsep Kemanusiaan 237 Kritik Fromm 266 Konsep BAB 8Fromm: Psikoanalisis Kemanusiaan 267 Humanistik 242 Sekilas Humanistik Psikoanalisis 243 Biografi Erich Fromm 244 Asumsi Dasar Fromm 246 Kebutuhan Manusia 247 BAGIAN III Humanistik / Eksistensial Teori 271 BAB 9Maslow: Teori Holistik-Dinamis 272 Keterkaitan 247 Tinjauan Teori Holistik-Dinamis 273 Transendensi 248 Biografi Abraham H. Maslow 274 Keberakaran 249 Pandangan Maslow tentang Motivasi 277 Sense of Identity 250 Kerangka Hirarki Kebutuhan 278 Orientasi 250 Rangkuman Kebutuhan Fisiologis 278 Kebutuhan Manusia 251 Kebutuhan Keamanan 279 Beban Kebebasan 251 Mekanisme Melarikan Diri 252 Otoritarianisme 252 Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki 280 Kebutuhan Penghargaan 281 Kebutuhan Aktualisasi Diri 281 Kehancuran 252 Kebutuhan Estetis 282 Kesesuaian 253 Kebutuhan Kognitif 282 Kebebasan Positif 253 Orientasi Karakter 253 Orientasi Nonproduktif 254 Reseptif 254 Eksploitatif 254 Penimbunan 254 Pemasaran 255 Orientasi Produktif 256 Gangguan Kepribadian 256 Nekrofilia 257 Narsisme Ganas 257 Simbiosis Inses 257 Kebutuhan Neurotik 283 Diskusi Umum Kebutuhan 283 Urutan Kebutuhan Terbalik 284 Perilaku Tidak Termotivasi 284 Perilaku Ekspresif dan Mengatasi 284 Perampasan Kebutuhan 284 Sifat Kebutuhan Instinctoid 285 Perbandingan Tinggi dan Rendah Kebutuhan 285 Aktualisasi Diri 286 Pencarian Maslow untuk Aktualisasi Diri Orang 286 Kriteria Aktualisasi Diri 287 Nilai-Nilai Psikoterapi 259 Aktualisasi Diri 288 Ciri-Ciri Orang Metode Investigasi Fromm 259 Aktualisasi Diri 288 ix X Isi Persepsi Realitas yang Lebih Efisien 289 Menjadi Pribadi 318 Hambatan Penerimaan Diri, Orang Lain, dan Alam 289 Kesehatan Psikologis 319 Kondisi Nilai 319 Ketidaksesuaian 320 Pertahanan 321 Disorganisasi 321 Spontanitas, Kesederhanaan, dan Kealamian 290 Pemusatan Masalah 290 Kebutuhan akan Privasi 290 Otonomi 290 Kesegaran Apresiasi yang Berkelanjutan 291 Pengalaman Puncak 291 Gemeinschaftsgefühl 292 Mendalam Hubungan Interpersonal 292 Struktur Karakter Demokratis 293 Diskriminasi Antara Sarana dan Tujuan 293 Sense of Humor Filosofis 293 Kreativitas 294 Perlawanan terhadap Enkulturasi 294 Cinta, Seks, dan Aktualisasi Diri 294 Psikologi dan Filsafat Maslow Ilmu Pengetahuan 295 Mengukur Aktualisasi Diri 296 Kompleks Yunus 298 Psikoterapi 299 Penelitian Terkait 299 Pengujian Empiris dan Pembaruan Evolusioner ke Hirarki Kebutuhan 300 Psikologi Positif 302 Kritik Maslow 303 Konsep Kemanusiaan 305 BAB 10Rogers: Teori Berpusat pada Orang 309 Tinjauan Teori Berpusat pada Klien 310 Biografi Carl Rogers 311 Teori Berpusat pada Orang 314 Asumsi Dasar 314 Kecenderungan Formatif 314 Mewujudkan Kecenderungan 315 Diri dan Aktualisasi Diri 316 Psikoterapi 322 Kondisi 322 Kesesuaian Konselor 323 Penghargaan Positif Tanpa Syarat 324 Mendengarkan dengan Empatik 325 Proses 326 Tahapan Perubahan Terapeutik 326 Penjelasan Teoritis untuk Terapi Ubah 327 Hasil 327 Orang Masa Depan 328 Filsafat Ilmu 330 Studi Chicago 331 Hipotesis 331 Metode 331 Temuan 332 Ringkasan Hasil 333 Penelitian Terkait 334 Perbedaan Diri Ideal-Nyata, Game Online, dan Otak 334 Motivasi dan Mengejar Tujuan Seseorang 337 Kritik Rogers 339 Konsep Kemanusiaan 340 BAB 11Mei: Psikologi Eksistensial 345 Tinjauan Psikologi Eksistensial 346 Biografi Rollo Mei 347 Latar Belakang Eksistensialisme 350 Konsep Diri 316 Apa itu Eksistensialisme? 350 Diri Ideal 317 Konsep Dasar 351 Kesadaran 317 Tingkat Kesadaran 318 Penolakan Pengalaman Positif 318 Berada di Dunia 351 Tidak ada 352 Kasus Filipus 354 Isi Apa itu Kepribadian? 382 Kecemasan 354 Kecemasan Normal 355 Apa Peran Motivasi Sadar? 383 Kecemasan Neurotik 355 Apa Ciri-Cirinya Orang Sehat? 383 Rasa bersalah 356 Kesengajaan 357 Peduli, Cinta, dan Kemauan 357 Penyatuan Cinta dan Kehendak 358 Bentuk Cinta 359 Seks 359 Struktur Kepribadian 385 Disposisi Pribadi 385 Tingkat Disposisi Pribadi 386 Disposisi Motivasi dan Gaya 387 Proprium 387 Motivasi 388 Erosi 359 Philia 359 Agape 360 Kebebasan dan Takdir 360 Kebebasan Ditetapkan 360 Bentuk Kebebasan 360 Kebebasan Eksistensial 360 Kebebasan Esensial 361 Apa itu Takdir? 361 Takdir Filipus 362 Kekuatan Mitos 362 Psikopatologi 364 Teori Motivasi 388 Otonomi Fungsional 389 Otonomi Fungsional Perseveratif 390 Otonomi Fungsional Propriate 391 Kriteria Otonomi Fungsional 391 Proses Yang Tidak Secara Fungsional Otonom 392 Studi Individu 392 Ilmu Morfogenik 392 Buku Harian Marion Taylor 393 Surat Dari Jenny 394 Penelitian Terkait 396 Psikoterapi 364 Memahami dan Mengurangi Prasangka 396 Penelitian Terkait 366 Orientasi Keagamaan Intrinsik dan Ekstrinsik 399 Ancaman diUmwelt:Arti-Penting Kematian dan Penolakan Sifat Kebinatangan Kita 366 Menemukan Makna dalamMitwelt:Lampiran dan Hubungan Dekat 368 Pertumbuhan diEigenwelt:Ada Upsidenya terhadap Kesadaran Kematian 369 Kritik Mei 371 Konsep Kemanusiaan 372 BAGIAN IV Teori Disposisi 377 BAB 12Allport: Psikologi Individu 378 Motivasi Keagamaan dan Kesehatan Mental 400 Memperluas Motivasi Keagamaan Allport ke Agama Lain 400 Kritik Allport 402 Konsep Kemanusiaan 404 BAB 13Teori Sifat Lima Faktor McCrae dan Costa 408 Gambaran Umum Teori Sifat dan Faktor 409 Karya Perintis Raymond B.Cattel 410 Dasar-dasar Analisis Faktor 411 Lima Besar: Taksonomi atau Teori? 413 Tinjauan Psikologi Allport Individu 379 Biografi Robert R. McCrae dan Biografi Gordon Allport 380 Mencari Lima Besar 414 Pendekatan Allport terhadap Kepribadian Teori 382 Paul T. Costa, Jr. 413 Lima Faktor Ditemukan 415 Deskripsi Lima Faktor 416 xi xii Isi Evolusi Teori Lima Faktor 418 Unit Teori Lima Faktor 419 Komponen Inti Kepribadian 419 Komponen Periferal 421 Postulat Dasar 422 Postulat Kecenderungan Dasar 423 Postulat Adaptasi Karakteristik 424 Penelitian Terkait 424 Konsistensi dan Perubahan Kepribadian berakhir Seumur Hidup 425 Konsistensi Kepribadian 425 Perubahan Kepribadian 425 Mengukur Lima Besar dengan Digital Kami Jejak kaki 427 Kritik terhadap Eysenck's Biologically Berdasarkan Teori 457 Konsep Kemanusiaan 458 BAB 15Buss: Teori Evolusi Kepribadian 463 Tinjauan Teori Evolusi 464 Biografi David Buss 466 Prinsip Evolusi Psikologi 467 Teori Evolusi Kepribadian 468 Sifat dan Pemeliharaan Kepribadian 469 Kritik terhadap Teori Sifat dan Faktor 428 Masalah Adaptif dan Solusinya (Mekanisme) 470 Konsep Kemanusiaan 430 Mekanisme Berkembang 472 Motivasi dan Emosi sebagai Berkembang Mekanisme 472 BAGIAN V Teori Biologis/Evolusi 435 BAB 14Teori Faktor Berbasis Biologi Eysenck 436 Tinjauan Berbasis Biologis Teori Sifat 437 Biografi Hans J. Eysenck 438 Teori Faktor Eysenck 441 Kriteria Identifikasi Faktor 442 Hirarki Perilaku Organisasi 442 Dimensi Kepribadian 443 Ekstraversi 445 Neurotisisme 447 Psikotisme 448 Mengukur Kepribadian 449 Basis Biologis Kepribadian 450 Kepribadian sebagai Prediktor 451 Ciri-ciri Kepribadian sebagai Berevolusi Mekanisme 473 Asal Usul Perbedaan Individu 475 Sumber Lingkungan 475 Sumber Warisan/Genetik 476 Sumber Nonadaptif 476 Sumber Maladaptif 476 Teori Evolusi Neo-Bussian Kepribadian 477 Kesalahpahaman Umum dalam Teori Evolusi 478 Evolusi Menyiratkan Determinisme Genetik (Perilaku yang Diatur di Batu dan Kosong dari Pengaruh Lingkungan) 478 Melaksanakan Adaptasi Memerlukan Sadar Mekanisme 479 Mekanisme Didesain Secara Optimal 479 Penelitian Terkait 480 Asal Evolusi Kepribadian: Ciri-ciri sebagai Terkait dengan Kebugaran 480 Kepribadian dan Perilaku 451 Genetika dan Kepribadian 483 Kepribadian dan Penyakit 452 Kepribadian Hewan 485 Penelitian Terkait 453 Dasar Biologis Ekstraversi 453 Dasar Kritik terhadap Teori Evolusi Kepribadian 487 Biologis Neurotisme 456 Konsep Kemanusiaan 488 Isi BAGIAN VI Teori Belajar-Kognitif 495 Penelitian Terkait 523 Bagaimana Pengkondisian Mempengaruhi Kepribadian 523 BAB 16Skinner: Analisis Perilaku 496 Bagaimana Kepribadian Mempengaruhi Pengkondisian 524 Saling Mempengaruhi Antar Kepribadian Tinjauan Analisis Perilaku 497 Biografi BF Skinner 498 Prekursor Skinner's Scientific Behaviorisme 501 Behaviorisme Ilmiah 502 Filsafat Ilmu 503 Ciri-Ciri Ilmu 503 Pengkondisian 504 Pengkondisian Klasik 505 Pengkondisian Operan 506 Membentuk 506 Penguatan 508 Hukuman 509 Penguat yang Dikondisikan dan Digeneralisasikan 510 Jadwal Penguatan 511 Kepunahan 513 Organisme Manusia 513 Seleksi Alam 514 Evolusi Budaya 515 Negara Dalam 515 Kesadaran Diri 515 Drive 516 Emosi 516 Maksud dan Niat 516 Perilaku Kompleks 517 Proses Mental Lebih Tinggi 517 Kreativitas 517 Perilaku Bawah Sadar 518 Mimpi 518 Perilaku Sosial 519 Pengendalian Perilaku Manusia 519 Pengendalian Sosial 519 Pengendalian Diri 520 Kepribadian yang Tidak Sehat 521 Strategi Penangkal 521 Perilaku Tidak Pantas 522 Psikoterapi 522 dan Pengkondisian 526 Kritik Skinner 528 Konsep Kemanusiaan 529 BAB 17Bandura: Teori Kognitif Sosial 534 Gambaran Umum Teori Kognitif Sosial 535 Biografi Albert Bandura 536 Pembelajaran 537 Pembelajaran Observasional 538 Pemodelan 538 Proses yang Mengatur Pengamatan Belajar 539 Pembelajaran Aktif 540 Penyebab Timbal Balik Triadik 541 Contoh Timbal Balik Triadik Penyebab 542 Kesempatan Bertemu dan Kebetulan Peristiwa 543 Badan Manusia 544 Fitur Inti Badan Manusia 544 SelfEfikasi 545 Apa Itu Efikasi Diri? 545 Apa yang Berkontribusi pada Self-Efficacy? 547 Badan Proksi 549 Kemanjuran Kolektif 549 Pengaturan Diri 550 Faktor Eksternal Dalam Pengaturan Diri 551 Faktor Internal Dalam Pengaturan Diri 551 Pengamatan Diri 551 Proses Penghakiman 552 Reaksi Diri 553 Pengaturan Diri Melalui Hak Pilihan Moral 553 Mendefinisikan Ulang Perilaku 554 Mengabaikan atau Mendistorsi Konsekuensi Perilaku 555 Tidak Memanusiakan atau Menyalahkan Korban 555 Menggusur atau Menyebarkan Tanggung Jawab 556 xiii xiv Isi Perilaku Disfungsional 556 Depresi 556 Fobia 556 Agresi 557 Terapi 559 Penelitian Terkait 560 Self-Efficacy dan Diabetes 560 Moral Disengagement dan Bullying 561 Teori Kognitif Sosial “Goes Global” 563 Kritik Bandura 563 Konsep Kemanusiaan 564 Biografi Walter Mischel 589 Latar Belakang Kognitif-Afektif Sistem Kepribadian 591 Paradoks Konsistensi 591 Interaksi Orang-Situasi 592 Sistem Kepribadian Kognitif-Afektif 593 Prediksi Perilaku 594 Variabel Situasi 594 Unit Kognitif-Afektif 596 Strategi Pengodean 596 Kompetensi dan Pengaturan Mandiri Strategi 596 Harapan dan Keyakinan 597 BAB 18Rotter dan Mischel: Teori Pembelajaran Sosial Kognitif 569 Gambaran Umum Pembelajaran Sosial Kognitif Teori 570 Biografi Julian Rotter 571 Pengantar Pembelajaran Sosial Rotter Teori 572 Memprediksi Perilaku Tertentu 573 Potensi Perilaku 573 Harapan 574 Nilai Penguatan 574 Situasi Psikologis 575 Formula Dasar Prediksi 576 Memprediksi Perilaku Umum 577 Tujuan dan Nilai 598 Tanggapan Afektif 599 Penelitian Terkait 600 Penindasan Ras dan Lokus yang Terinternalisasi Kontrol 600 Interaksi Orang-Situasi 601 Marshmallow dan Self-Regulation Di Seluruh Umur 602 Kritik Pembelajaran Sosial Kognitif Teori 604 Konsep Kemanusiaan 605 BAB 19Kelly: Psikologi Konstruksi Pribadi 610 Harapan Umum 577 Tinjauan Teori Konstruksi Pribadi 611 Kebutuhan 577 Biografi George Kelly 612 Kategori Kebutuhan 578 Komponen Kebutuhan 579 Formula Prediksi Umum 580 Kontrol Internal dan Eksternal Penguatan 582 Skala Kepercayaan Interpersonal 584 Perilaku Maladaptif 585 Psikoterapi 586 Posisi Filosofis Kelly 613 Orang sebagai Ilmuwan 614 Ilmuwan sebagai Orang 614 Alternativisme Konstruktif 614 Konstruksi Pribadi 615 Postulat Dasar 616 Konsekuensi Pendukung 617 Kemiripan Peristiwa 617 Perbedaan Mengubah Tujuan 586 Antara Orang 617 Hubungan Antara Menghilangkan Harapan Rendah 587 Konstruk 618 Dikotomi Konstruk 619 Pengantar Kepribadian Mischel Teori 589 Pilihan Antara Dikotomi 619 Isi Pengalaman dan Pembelajaran 621 Tes Rep dan Remaja dengan Spektrum Autisme Gangguan 629 Adaptasi terhadap Pengalaman Menerapkan Personal Construct Theory ke Rentang Kenyamanan 620 621 Konstruk yang Tidak Sesuai 622 Kesamaan Di Antara Manusia 622 Proses Sosial 623 Aplikasi Konstruksi Pribadi Teori 624 Perkembangan Abnormal 624 Pertanyaan Identitas Intra-Pribadi 630 Memahami Prasangka yang Terinternalisasi Melalui Teori Konstruksi Pribadi 631 Mengurangi Ancaman terhadap Feminis Identifikasi 632 Konstruksi Pribadi dan Besar Lima 633 Ancaman 625 Kritik terhadap Kelly 634 Ketakutan 625 Konsep Kemanusiaan 635 Kecemasan 625 Rasa bersalah 626 Psikoterapi 626 Glosarium G-1 Tes Rep 627 Nama Indeks N-1 Penelitian Terkait 629 Subyek Indeks S-1 xv Kata pengantar Apa yang membuat orang berperilaku seperti yang mereka lakukan? Apakah orang biasanya menyadari apa yang mereka lakukan, atau apakah perilaku mereka merupakan hasil dari motif yang tersembunyi dan tidak disadari? Apakah beberapa orang pada dasarnya baik dan yang lainnya pada dasarnya jahat? Atau apakah semua orang memiliki potensi untuk menjadi baik atau jahat? Apakah perilaku manusia sebagian besar merupakan produk alam, atau sebagian besar dibentuk oleh pengaruh lingkungan? Bisakah orang dengan bebas memilih untuk membentuk kepribadian mereka, atau hidup mereka ditentukan oleh kekuatan di luar kendali mereka? Apakah orang paling baik digambarkan dengan kesamaan mereka, atau apakah keunikan merupakan ciri dominan manusia? Apa yang menyebabkan beberapa orang mengembangkan kepribadian yang tidak teratur sedangkan yang lain tampaknya tumbuh ke arah kesehatan psikologis? Pertanyaan-pertanyaan ini telah ditanyakan dan diperdebatkan oleh para filsuf, cendekiawan, dan pemikir agama selama beberapa ribu tahun; namun sebagian besar diskusi tersebut didasarkan pada pendapat pribadi yang diwarnai oleh pertimbangan politik, ekonomi, agama, dan sosial. Kemudian, menjelang akhir abad ke-19, beberapa kemajuan dicapai dalam kemampuan manusia untuk mengatur, menjelaskan, dan meramalkan tindakannya sendiri. Munculnya psikologi sebagai studi ilmiah tentang perilaku manusia menandai dimulainya pendekatan yang lebih sistematis untuk mempelajari kepribadian manusia. Ahli teori kepribadian awal, seperti Sigmund Freud, Alfred Adler, dan Carl Jung, sebagian besar mengandalkan pengamatan klinis untuk membangun model perilaku manusia. Meskipun data mereka lebih sistematis dan dapat diandalkan daripada data para pengamat sebelumnya, para ahli teori ini terus mengandalkan cara mereka sendiri dalam memandang sesuatu, dan dengan demikian mereka sampai pada konsepsi yang berbeda tentang sifat kemanusiaan. Ahli teori kepribadian kemudian cenderung menggunakan lebih banyak studi empiris untuk belajar tentang perilaku manusia. Para ahli teori ini mengembangkan model tentatif, menguji hipotesis, dan kemudian memformulasi ulang model mereka. Dengan kata lain, mereka menerapkan alat penyelidikan ilmiah dan teori ilmiah ke bidang kepribadian manusia. Sains, tentu saja, tidak lepas dari spekulasi, imajinasi, dan kreativitas, yang semuanya diperlukan untuk merumuskan teori. Setiap ahli teori kepribadian yang dibahas dalam buku ini telah mengembangkan teori yang didasarkan pada pengamatan empiris dan spekulasi imajinatif. Apalagi setiap teori merupakan cerminan dari kepribadian penciptanya. Dengan demikian, berbagai teori yang dibahas di halaman ini merupakan cerminan dari latar belakang budaya yang unik, pengalaman keluarga, dan pelatihan profesional dari pencetusnya. Kegunaan setiap teori, bagaimanapun, tidak hanya dievaluasi pada kepribadian penulisnya tetapi juga pada kemampuannya untuk (1) menghasilkan penelitian, (2) menawarkan dirinya untuk pemalsuan, (3) mengintegrasikan pengetahuan empiris yang ada, dan (4) menyarankan jawaban praktis untuk masalah sehari-hari. Oleh karena itu, kami mengevaluasi masing-masing teori yang dibahas dalam buku ini berdasarkan empat kriteria ini serta (5) konsistensi internalnya dan (6) kesederhanaannya. Selain itu, beberapa teori kepribadian telah menyuburkan bidang lain, seperti sosiologi, pendidikan, psikoterapi, periklanan, manajemen, mitologi, konseling, seni, sastra, dan agama. Edisi Kesepuluh Edisi kesepuluh dariTeori Kepribadianterus menekankan ciri-ciri yang kuat dan unik dari edisi-edisi sebelumnya, yaitu ikhtisar di awal setiap bab, gaya penulisan yang hidup, konsep kemanusiaan yang membangkitkan pemikiran seperti yang dilihat oleh masing-masing ahli teori, dan evaluasi terstruktur dari setiap teori. Bacaan yang disarankan dengan anotasi kini tersedia online dengan Connect®, platform penugasan dan penilaian terintegrasi McGraw-Hill Education. Seperti edisi sebelumnya, edisi kesepuluh didasarkan pada sumber asli dan formulasi terbaru dari masing-masing teori. Konsep dan model awal dimasukkan hanya jika mereka mempertahankan kepentingannya dalam teori selanjutnya atau jika mereka memberikan landasan penting untuk memahami teori akhir. Untuk bab-bab tertentu, kami telah mengembangkan fitur Web-enhanced berjudul Beyond Biography, yang tersedia melalui Connect. xvi Kata pengantar xvii Edisi kesepuluh dariTeori Kepribadianmenggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan mudah dipahami serta gaya penulisan yang tidak formal. Buku ini dirancang untuk mahasiswa sarjana dan harus dipahami oleh mereka yang memiliki latar belakang psikologi minimum. Namun, kami telah mencoba untuk tidak terlalu menyederhanakan atau melanggar makna asli teori tersebut. Kami telah membuat banyak perbandingan antara dan di antara ahli teori yang sesuai dan telah memasukkan banyak contoh untuk mengilustrasikan bagaimana teori yang berbeda dapat diterapkan pada situasi seharihari biasa. Sebuah glosarium di akhir buku berisi definisi istilah-istilah teknis. Istilah yang sama ini juga muncul dengan huruf tebal di dalam teks. Edisi ini terus memberikan liputan komprehensif tentang teori kepribadian yang paling berpengaruh. Ini menekankan kepribadian normal, meskipun kami juga menyertakan diskusi singkat tentang kelainan, serta metode psikoterapi, jika sesuai. Karena setiap teori adalah ekspresi dari pandangan unik pembuatnya tentang dunia dan kemanusiaan, kami menyertakan banyak informasi biografis dari masing-masing ahli teori sehingga pembaca akan memiliki kesempatan untuk mengenal teori dan ahli teori tersebut. Apa yang baru? Pada edisi kesepuluh, kami telah membuat perubahan yang menambah dan mengembangkan edisi sebelumnya. Untuk memberikan tinjauan buku yang lebih integratif dan luas, kami telah menambahkan bagian baru di Bab 1 yang menjelaskan dan merangkum lima perspektif teoretis utama: psikodinamik, humanistik-eksistensial, disposisional, evolusi biologis, dan pembelajaran (sosial). -kognitif. Gambaran umum ini tidak hanya memberikan peta jalan untuk buku ini tetapi juga membantu siswa dengan "gambaran besar" tentang teori kepribadian apa dan bagaimana mereka berbeda pada asumsi mendasar. Ahli teori psikodinamik adalah Freud, Adler, Jung, Klein, Horney, Fromm, dan Erikson. Ahli teori humanistik-eksistensial termasuk Maslow, Rogers, dan May. Selanjutnya, teoretikus disposisi yang dibahas adalah Allport, dan McCrae dan Costa, diikuti oleh ahli teori biologi-evolusioner Eysenck dan Buss. Terakhir, perspektif terakhir adalah ahli teori pembelajaran (sosial)-kognitif Skinner, Bandura, Rotter, Mischel, dan Kelly. Kami mengatur lima perspektif dalam urutan ini untuk alasan historis, bergerak secara umum dari yang tertua ke yang terbaru untuk juga memberi siswa rasa perubahan dan kemajuan dalam teori kepribadian. Yang juga baru di Bab 1 dan 13 (McCrae & Costa) adalah penelitian dan teori yang menggunakan “jejak kaki” media sosial sebagai cara untuk menilai kepribadian. Kepribadian kita memengaruhi apakah dan bagaimana kita menggunakan media sosial, dan perilaku digital kita mencerminkan perbedaan kepribadian tersebut. Serangkaian tambahan lain untuk edisi ke-10 adalah penelitian baru yang meneliti apakah Maslow pernah membuat model hierarki kebutuhan "piramida" yang terkenal (dia tidak melakukannya) dan ukuran baru Aktualisasi Diri di Bab 9. Seperti setiap edisi baru , kami juga telah memperbarui bagian "Penelitian Terbaru" dari masing-masing teori. Sebagai contoh, penelitian baru-baru ini mendukung teori Buss tentang asal-usul sifat-sifat kepribadian evolusioner, seperti ekstraversi, kesadaran, dan neurotisme. Edisi kesepuluh dariTeori Kepribadiansekarang tersedia online dengan Connect, platform penugasan dan penilaian terintegrasi McGraw-Hill Education. Connect juga menawarkan SmartBook untuk edisi baru, yang merupakan pengalaman membaca adaptif pertama yang terbukti meningkatkan nilai dan membantu siswa belajar lebih efektif. Semua situs web judul dan konten tambahan juga tersedia melalui Connect, termasuk: • Bank Ujian lengkap berisi pertanyaan pilihan ganda yang menguji siswa tentang konsep dan ide utama di setiap bab. • Manual Instruktur untuk setiap bab dengan garis besar bab lengkap, contoh pertanyaan ujian, dan topik diskusi. • Sebuah Panduan Studi yang mencakup tujuan pembelajaran dan ringkasan bab. Selain itu, ini berisi berbagai item tes, termasuk pertanyaan isian, benar-salah, pilihan ganda, dan jawaban singkat. ® UNTUK INSTRUKTUR prebuilt kami? Mudah. Ingin melakukan perubahan sepanjang semester? Tentu. Dan Anda juga 65% akan menghemat waktu dengan penilaian otomatis Connect. Waktu Lebih Sedikit Anda berada di kursi pengemudi. Ingin membangun kursus Anda sendiri? Tidak masalah. Lebih suka menggunakan kursus turnkey Penilaian Mereka akan berterima kasih untuk itu. Sumber belajar adaptif seperti SmartBook® 2.0 membantu siswa Anda lebih siap dalam waktu yang lebih singkat. Anda dapat mengubah waktu kelas Anda dari definisi yang membosankan menjadi debat yang dinamis. Cari tahu lebih lanjut tentang pengalaman belajar pribadi yang canggih yang tersedia di SmartBook 2.0 diwww.mheducation.com/highered/ connect/ smartbook Laptop: McGraw-Hill; Wanita/anjing: George Doyle/Getty Images Sederhanakan, membuatnya terjangkau. Solusi untuk Anda tantangan. Connect membuatnya mudah dengan integrasi Produk bukanlah solusi. Solusi nyata tanpa batas menggunakan salah satu Sistem terjangkau, andal, dan dilengkapi dengan Manajemen Pembelajaran utama— pelatihan serta dukungan berkelanjutan saat Blackboard®, Canvas, dan D2L, antara lain— untuk membiarkan Anda mengatur kursus Anda di satu lokasi yang nyaman. Beri siswa Anda akses ke materi digital dengan harga diskon dengan program akses inklusif kami. Tanya McGraw-Hill Anda perwakilan untuk informasi lebih lanjut. Anda membutuhkannya dan sesuai keinginan Anda. Grup Pengalaman Pelanggan kami juga dapat membantu Anda memecahkan masalah teknologi— meskipun waktu aktif Connect 99% berarti Anda mungkin tidak perlu menelepon mereka. Lihat sendiri di status. mheducation.com Gembok: Gambar Jobalou/Getty Tanda centang: Gambar Jobalou/Getty UNTUK SISWA Efektif, efisien belajar. Connect membantu Anda menjadi lebih produktif dengan waktu belajar Anda dan mendapatkan nilai yang lebih baik menggunakan alat seperti SmartBook 2.0, yang menyoroti konsep utama dan membuat rencana belajar yang dipersonalisasi. Connect menyiapkan Anda untuk sukses, jadi Anda masuk ke kelas dengan percaya diri dan keluar dengan nilai yang lebih baik. Belajar kapan saja, di mana saja. Unduh aplikasi ReadAnywhere gratis dan akses tugas eBuku atau SmartBook 2.0 online Anda saat nyaman, bahkan saat Anda offline. Dan karena aplikasi secara otomatis disinkronkan dengan tugas eBook dan SmartBook 2.0 Anda di Connect, semua pekerjaan Anda tersedia setiap kali Anda membukanya. Cari tahu lebih lanjut di www.mheducation.com/readanywhere “Saya sangat menyukai aplikasi ini—aplikasi ini memudahkan untuk belajar saat Anda tidak memiliki buku teks di depan Anda.” -Jordan Cunningham, Universitas Washington Timur Tidak ada kejutan. Alat Hubungkan Kalender dan Laporan membuat Anda tetap pada jalur dengan pekerjaan yang perlu Anda selesaikan dan skor tugas Anda. Hidup menjadi sibuk; Hubungkan alat membantu Anda terus belajar melalui itu semua. Kalender: owattaphotos/Getty Images Belajar untuk semua orang. McGraw-Hill bekerja secara langsung dengan Departemen Layanan Aksesibilitas dan fakultas untuk memenuhi kebutuhan belajar semua siswa. Silakan hubungi kantor Layanan Aksesibilitas Anda dan minta mereka mengirim email aksesibilitas@mheducation.com , atau kunjungi www.mheducation.com/about/accessibility untuk informasi lebih lanjut. Atas: Jenner Images/Getty Images, Kiri: Hero Images/Getty Images, Kanan: Hero Images/Getty Images xx Kata pengantar Terima kasih Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian buku ini. Pertama-tama, kami berterima kasih atas bantuan berharga yang diberikan oleh orang-orang yang meninjau edisi sebelumnyaTeori Kepribadian.Evaluasi dan saran mereka sangat membantu dalam penyusunan edisi baru ini. Peninjau ini meliputi: Robert J. Drummond, University of North Florida; Lena K. Ericksen, Universitas Washington Barat; Charles S. Johnson, Universitas William Rainey Harper; Alan Lipman, Universitas George Washington; John Phelan, Eric Rettinger, Elizabeth Rellinger, Perguruan Tinggi Komunitas Evert; Linda Sayers, Universitas Richard Stockton di New Jersey; Mark E. Sibicky, Universitas Marietta; Connie Veldink, Universitas Illinois; Dennis Wanamaker; Kevin Simpson, Universitas Concordia; Lisa Lockhart, Universitas A&M Texas–Kingsville; Natalie Denburg, Rumah Sakit dan Klinik Universitas Iowa; Kristine Anthis, Universitas Negeri Southern Connecticut; Eros DeSouza, Universitas Negeri Illinois; Yozan D. Mosig, Universitas Nebraska–Kearney; Angie Fournier, Universitas Virginia Wesleyan; Atara Mcnamara, Universitas Negeri Boise; Randi Smith, Metro State College of Denver; dan Myra Spindel, Universitas Internasional Florida–Miami. Carrie Hall, Universitas Miami Ohio; Kenneth Walters, Universitas Negeri New York di Oneonta; dan Melissa Wright, Northwest Vista College. Terima kasih kepada siswa Kolese Colorado di kelas kepribadian selama bertahun-tahun atas banyak komentar berwawasan mereka yang membuat edisi ini tetap segar. Selain itu, kami juga berterima kasih kepada pengulas berikut yang umpan baliknya membantu membentuk edisi kesepuluh: Cassandra Zamoralez, Universitas Brazosport; Rebecca Gibson, Universitas Liberty; Stephen P. Joy, Perguruan Tinggi Albertus Magnus; William Price, Perguruan Tinggi Komunitas Negara Utara; Sarah Angulo, Universitas Negeri Texas; dan David Rentler, Universitas Connecticut. Kami menghargai dukungan kuat yang kami dapatkan dari penerbit kami. Kami ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada Elisa Odoardi, Pengembang Produk, Danielle Clement, Manajer Proyek Konten Senior, editor pengembangan Lumina Datamatics, Inc., Ann Loch dan Adina Lonn, dan Mithun Kothandath dari SPi Global atas bantuan produksinya. Kami juga berhutang budi kepada Albert Bandura atas komentarnya yang membantu pada bab yang membahas teori kognitif sosial. Kami juga ingin berterima kasih kepada ahli teori kepribadian lainnya yang telah meluangkan waktu untuk membahas bagian yang sesuai dari edisi awal buku ini: Albert Bandura, Hans J. Eysenck (almarhum), Robert McCrae, Paul T. Costa, Jr., Carl R. Rogers ( almarhum), Julian B. Rotter (almarhum), dan BF Skinner (almarhum). Terakhir, GJF berterima kasih kepada putranya Jerry dan Evan, dan T-AR berterima kasih kepada putrinya Annika dan Mia atas dukungan emosional dan kontribusi penting lainnya. Baik GJF dan T-AR ingin mengakui pekerjaan mendasar pada buku ini yang disediakan Jess Feist dalam menulis 3 edisi pertama saja. Buku ini tidak akan ada tanpa dia. Seperti biasa, kami menyambut dan menghargai komentar dari pembaca, yang membantu kami untuk terus berkembang Teori Kepribadian. Gregory J. Feist Oakland, CA Tomi-Ann Roberts Colorado Springs, CO BAGIAN SATU Perkenalan Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian 2 1 BAB 1 Perkenalan pada Teori Kepribadian ◆ Apa itu Kepribadian? ◆ Apa itu Teori? Teori Ditetapkan Teori dan Kerabatnya Mengapa Teori Berbeda? Perspektif dalam Teori Kepribadian Kepribadian Teoretisi dan Teorinya dari Kepribadian Apa yang Membuat Teori Berguna? ◆ Dimensi untuk Konsep Kemanusiaan ◆ Penelitian dalam Teori Kepribadian ◆ Istilah dan Konsep Kunci ◆ 2 Referensi seorang masterfotografer/Shutterstock Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian W mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan? Apakah orang memiliki beberapa pilihan dalam membentuk kepribadian mereka sendiri? Apa yang menyebabkan persamaan dan perbedaan di antara orang- orang? Apa yang membuat orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksi? Mengapa mereka tidak dapat diprediksi? Apakah kekuatan tersembunyi dan tidak sadar mengendalikan perilaku orang? Apa penyebab gangguan jiwa? Apakah perilaku manusia lebih banyak dibentuk oleh keturunan atau oleh lingkungan? Selama berabad-abad, para filsuf, teolog, dan pemikir lainnya telah mengajukan pertanyaanpertanyaan ini ketika mereka merenungkan sifat dasar manusia—atau bahkan bertanya-tanya apakah manusia memiliki sifat dasar. Sampai waktu yang relatif baru, para pemikir besar membuat sedikit kemajuan dalam menemukan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan ini. Namun, lebih dari 100 tahun yang lalu, Sigmund Freud mulai menggabungkan spekulasi filosofis dengan metode ilmiah primitif. Sebagai seorang ahli saraf yang terlatih dalam sains, Freud mulai mendengarkan pasiennya untuk mencari tahu konflik tersembunyi apa yang ada di balik berbagai gejala mereka. “Mendengarkan, bagi Freud, lebih dari sekadar seni; itu menjadi metode, jalan istimewa menuju pengetahuan yang dipetakan oleh pasiennya untuknya” (Gay, 1988, hlm. 70). Faktanya, Freud adalah orang pertama yang mengembangkan teori kepribadian yang benarbenar modern, sebagian besar didasarkan pada pengamatan klinisnya. Dia mengembangkan "Grand Theory", yaitu teori yang berusaha menjelaskan semua kepribadian untuk semua orang. Seperti yang kita lihat di sepanjang buku ini, banyak ahli teori lain dari sudut pandang yang berbeda telah mengembangkan grand theory alternatif. Kecenderungan umum selama abad ke-20 adalah lebih banyak mendasarkan teori pada pengamatan ilmiah daripada pengamatan klinis. Akan tetapi, kedua sumber tersebut merupakan landasan yang sahih bagi teori-teori kepribadian. Apa itu Kepribadian? Manusia tidak sendirian dalam keunikan dan variabilitasnya di antara individu anggota spesies. Individu dalam setiap spesies hidup menunjukkan perbedaan atau variabilitas. Memang, hewan seperti gurita, burung, babi, kuda, kucing, dan anjing memiliki perbedaan perilaku individu yang konsisten, atau dikenal sebagai kepribadian, di dalam spesies mereka (Dingemanse, Both, Drent, Van Oers, & Van Noordwijk, 2002; Gosling & John, 1999; Weinstein, Capitanio, & Gosling, 2008). Tetapi sejauh mana individu manusia berbeda satu sama lain, baik secara fisik maupun psikologis, cukup mencengangkan dan agak unik di antara spesies. Beberapa dari kita pendiam dan tertutup, yang lain mendambakan kontak dan stimulasi sosial; beberapa dari kita tenang dan seimbang, sedangkan yang lain tegang dan terus-menerus cemas. Dalam buku ini, kami mengeksplorasi penjelasan dan gagasan yang dimiliki oleh berbagai pria dan wanita tentang bagaimana perbedaan kepribadian manusia ini terjadi. Psikolog berbeda di antara mereka sendiri tentang arti kepribadian. Sebagian besar setuju bahwa istilah "kepribadian" berasal dari kata Latinkepribadian,yang mengacu pada topeng teater yang dikenakan oleh aktor Romawi dalam drama Yunani. Aktor Romawi kuno ini mengenakan topeng (persona) untuk memproyeksikan peran atau penampilan palsu. Pandangan permukaan tentang kepribadian ini, tentu saja, bukanlah definisi yang dapat diterima. Ketika psikolog menggunakan istilah "kepribadian", mereka merujuk pada sesuatu yang lebih dari sekadar peran yang dimainkan orang. 3 4 Bagian I Di dalam Tidak ada dua orang, bahkan kembar identik, yang memiliki kepribadian yang persis sama. golf9c9333/Getty Images Namun, para ahli teori kepribadian belum menyetujui satu definisi kepribadian. Memang, mereka mengembangkan teori-teori yang unik dan penting karena mereka tidak memiliki kesepakatan tentang sifat kemanusiaan, dan karena masing-masing melihat kepribadian dari titik referensi individu. Para ahli teori kepribadian yang dibahas dalam buku ini memiliki latar belakang yang beragam. Beberapa lahir di Eropa dan menjalani seluruh hidup mereka di sana; yang lain lahir di Eropa, tetapi bermigrasi ke belahan dunia lain, terutama Amerika Serikat; yang lain lagi lahir di Amerika Utara dan tetap di sana. Banyak yang dipengaruhi oleh pengalaman religius awal; yang lainnya tidak. Sebagian besar, tetapi tidak semua, telah dilatih dalam bidang psikiatri atau psikologi. Banyak yang memanfaatkan pengalaman mereka sebagai psikoterapis; yang lain lebih mengandalkan penelitian empiris untuk mengumpulkan data tentang kepribadian manusia. Meskipun mereka semua telah berurusan dengan apa yang kita sebut kepribadian, masing-masing telah mendekati konsep global ini dari perspektif yang berbeda. Beberapa telah mencoba membangun teori yang komprehensif; yang lain kurang ambisius dan hanya berurusan dengan beberapa aspek kepribadian. Beberapa ahli teori kepribadian telah mendefinisikan kepribadian secara formal, tetapi semuanya memiliki pandangan mereka sendiri tentangnya. Meskipun tidak ada definisi tunggal yang dapat diterima oleh semua ahli teori sifat berkontribusi pada perilaku kepribadian, kita dapat mengatakannyakepribadianadalah pola sifat yang relatif permanen dan karakteristik unik yang memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang (Roberts & Mroczek, 2008).Sifat-sifatberkontribusi pada perbedaan individu dalam perilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku di seluruh situasi. Ciri-ciri mungkin unik, umum untuk beberapa kelompok, atau dimiliki oleh seluruh spesies, tetapi sifatnyapolaberbeda untuk setiap individu. Jadi setiap orang, meskipun seperti orang lain dalam beberapa hal, memiliki kepribadian yang unik.Karakteristikadalah kualitas unik dari seorang individu yang mencakup atribut seperti temperamen, fisik, dan kecerdasan. Bab 1 5 Pengantar Teori Kepribadian Apa itu Teori? Kata "teori" memiliki perbedaan yang meragukan sebagai salah satu kata yang paling disalahgunakan dan disalahpahami dalam bahasa Inggris. Beberapa orang mengontraskan teori dengan kebenaran atau fakta, tetapi antitesis semacam itu menunjukkan kurangnya pemahaman mendasar tentang ketiga istilah tersebut. Dalam sains, teori adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan penelitian dan mengatur pengamatan, tetapi baik "kebenaran" maupun "fakta" tidak mendapat tempat dalam terminologi ilmiah. Teori Ditetapkan Sebuah ilmiahteoriadalahseperangkat asumsi terkait yang memungkinkan para ilmuwan menggunakan penalaran deduktif logis untuk merumuskan hipotesis yang dapat diuji.Definisi ini perlu penjelasan lebih lanjut. Pertama, teori adalahsatu setasumsi. Sebuah asumsi tunggal tidak pernah dapat memenuhi semua persyaratan teori yang memadai. Sebuah asumsi tunggal, misalnya, tidak dapat berfungsi untuk mengintegrasikan beberapa pengamatan, sesuatu yang harus dilakukan oleh teori yang berguna. Kedua, teori adalah seperangkatterkaitasumsi. Asumsi yang terisolasi tidak dapat teori dibangun di atas asumsi yang tunduk pada interpretasi individu menghasilkan hipotesis yang berarti atau memiliki konsistensi internal—dua kriteria dari sebuah teori yang berguna. Kata kunci ketiga dalam definisi tersebut adalahasumsi.Komponen teori bukanlah fakta yang terbukti dalam arti validitasnya telah ditetapkan secara mutlak. Namun, mereka diterima seolah olahmereka benar. Ini adalah langkah praktis yang diambil agar para ilmuwan dapat melakukan penelitian yang bermanfaat, yang hasilnya terus membangun dan membentuk kembali teori aslinya. Keempat,penalaran deduktif yang logisdigunakan oleh peneliti untuk merumuskan hipotesis. Prinsip-prinsip teori harus dinyatakan dengan presisi yang cukup dan konsistensi logis untuk memungkinkan para ilmuwan menyimpulkan hipotesis yang dinyatakan dengan jelas. Hipotesis bukanlah komponen dari teori, tetapi mengalir darinya. Adalah tugas seorang ilmuwan imajinatif untuk memulai dengan teori umum dan, melalui penalaran deduktif, sampai pada hipotesis tertentu yang dapat diuji. Jika proposisi teoretis umum tidak logis, mereka tetap steril dan tidak mampu menghasilkan hipotesis. Selain itu, jika seorang peneliti menggunakan logika yang salah dalam menyimpulkan hipotesis, penelitian yang dihasilkan tidak akan berarti dan tidak akan memberikan kontribusi pada proses konstruksi teori yang sedang berlangsung. Bagian terakhir dari definisi mencakup kualifikasidapat diuji.Kecuali hipotesis dapat diuji dengan cara tertentu, itu tidak berharga. Hipotesis tidak perlu segera diuji, tetapi harus menunjukkan kemungkinan bahwa para ilmuwan di masa depan dapat mengembangkan sarana yang diperlukan untuk mengujinya. Teori dan Kerabatnya Orang terkadang mengacaukan teori dengan filsafat, atau spekulasi, atau hipotesis, atau taksonomi. Meskipun teori terkait dengan masing-masing konsep ini, itu tidak sama dengan salah satunya. Filsafat Pertama, teori terkait dengan filsafat, tetapi ini adalah istilah yang jauh lebih sempit. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, dan filsuf adalah orang yang mengejar kebijaksanaan melalui 6 Bagian I Perkenalan berpikir dan penalaran. Filsuf bukanlah ilmuwan; mereka biasanya tidak melakukan studi terkontrol dalam mengejar kebijaksanaan. Filsafat mencakup beberapa cabang, salah satunya adalahepistemologi,atau hakikat pengetahuan. Teori berhubungan paling dekat dengan cabang filsafat ini, karena merupakan alat yang digunakan oleh para ilmuwan dalam mengejar pengetahuan. Teori tidak berurusan dengan "kewajiban" dan "keharusan". Oleh karena itu, seperangkat prinsip tentang bagaimana seseorang harus menjalani kehidupannya tidak dapat menjadi sebuah teori. Prinsipprinsip semacam itu melibatkan nilai-nilai dan merupakan perhatian filsafat yang tepat. Meskipun teori tidak bebas dari nilai, teori dibangun di atas bukti ilmiah yang diperoleh dengan cara yang relatif tidak memihak. Jadi, tidak ada teori tentang mengapa masyarakat harus membantu para tunawisma atau tentang apa yang dimaksud dengan seni yang hebat. Filsafat berurusan dengan apa yang seharusnya atau apa yang seharusnya; teori tidak. Teori berurusan dengan kumpulan luasjika kemudianpernyataan, tetapi kebaikan atau keburukan dari hasil pernyataan ini berada di luar bidang teori. Misalnya, sebuah teori mungkin memberi tahu kita hal itu jikaanak-anak dibesarkan dalam isolasi, benar-benar terpisah dari kontak manusia,Kemudianmereka tidak akan mengembangkan bahasa manusia, menunjukkan perilaku pengasuhan, dan sebagainya. Tetapi pernyataan ini tidak mengatakan apa-apa tentang moralitas metode membesarkan anak seperti itu. Spekulasi Kedua, teori mengandalkan spekulasi, tetapi mereka lebih dari sekedar spekulasi kursi. Mereka tidak mengalir keluar dari pikiran seorang pemikir besar yang terisolasi dari pengamatan empiris. Mereka terkait erat dengan data yang dikumpulkan secara empiris dan sains. Apa hubungan antara teori dan sains?Sainsadalah cabang studi yang berkaitan dengan observasi dan klasifikasi data dan dengan verifikasi hukum umum melalui pengujian hipotesis. Teori adalah alat yang berguna yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memberi makna dan organisasi pada pengamatan mereka. Selain itu, teori memberikan lahan subur untuk menghasilkan hipotesis yang dapat diuji. Tanpa semacam teori untuk menyatukan pengamatan dan untuk menunjukkan arah penelitian yang mungkin, sains akan sangat cacat. Teori bukanlah fantasi sia-sia yang dibuat oleh para sarjana yang tidak praktis yang takut mengotori tangan mereka dalam mesin penyelidikan ilmiah. Faktanya, teori itu sendiri cukup praktis dan sangat penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan apa pun. Spekulasi dan pengamatan empiris adalah dua landasan penting dari pembangunan teori, tetapi spekulasi tidak boleh merajalela sebelum pengamatan terkontrol. Hipotesa Meskipun teori adalah konsep yang lebih sempit daripada filsafat, itu adalah istilah yang lebih luas daripada hipotesis. Teori yang baik mampu menghasilkan banyak hipotesis. A hipotesaadalah tebakan atau prediksi terpelajar yang cukup spesifik untuk diuji validitasnya melalui penggunaan metode ilmiah. Sebuah teori terlalu umum untuk memberikan verifikasi langsung, tetapi satu teori komprehensif mampu menghasilkan ribuan hipotesis. Jadi, hipotesis lebih spesifik daripada teori yang melahirkannya. Namun, keturunannya tidak boleh disamakan dengan induknya. Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian Tentu saja, ada hubungan erat antara teori dan hipotesis. Menggunakan penalaran deduktif(pergi dari umum ke khusus), seorang peneliti ilmiah dapat memperoleh hipotesis yang dapat diuji dari teori yang berguna dan kemudian menguji hipotesis ini. Hasil dari tes ini— apakah mendukung atau bertentangan dengan hipotesis—memasukkan kembali ke dalam teori. Menggunakanpenalaran induktif(pergi dari khusus ke umum), penyidik kemudian mengubah teori untuk mencerminkan hasil ini. Ketika teori tumbuh dan berubah, hipotesis lain dapat diambil darinya, dan ketika diuji, hipotesis tersebut pada gilirannya membentuk kembali teori tersebut. Taksonomi Ataksonomiadalah klasifikasi benda-benda menurut hubungan alamiahnya. Taksonomi sangat penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan karena tanpa klasifikasi ilmu data tidak dapat berkembang. Hanya klasifikasi, bagaimanapun, tidak merupakan teori. Namun, taksonomi dapat berkembang menjadi teori ketika mereka mulai menghasilkan hipotesis yang dapat diuji dan menjelaskan temuan penelitian. Misalnya, Robert McCrae dan Paul Costa memulai penelitian mereka dengan mengklasifikasikan orang ke dalam lima sifat kepribadian yang stabil. Akhirnya, penelitian tentang taksonomi Lima Besar ini menghasilkan lebih dari sekadar klasifikasi; itu menjadi teori, mampu menyarankan hipotesis dan menawarkan penjelasan untuk hasil penelitian. Mengapa Teori Berbeda? Jika teori kepribadian benar-benar ilmiah, mengapa kita memiliki begitu banyak teori yang berbeda? Teori alternatif ada karena sifat alami teori memungkinkan teoris membuat spekulasi dari sudut pandang tertentu. Ahli teori harus seobjektif mungkin saat mengumpulkan data, tetapi keputusan mereka tentang data apa yang dikumpulkan dan bagaimana data ini ditafsirkan adalah keputusan pribadi. Teori bukanlah hukum yang tidak dapat diubah; mereka dibangun, bukan di atas fakta yang terbukti, tetapi di atas asumsi yang tunduk pada interpretasi individu. Semua teori adalah cerminan dari latar belakang pribadi penulisnya, pengalaman masa kecil, filosofi hidup, hubungan interpersonal, dan cara unik dalam memandang dunia. Karena pengamatan diwarnai oleh kerangka acuan masing-masing pengamat, maka mungkin ada banyak teori yang beragam. Namun demikian, teori yang berbeda dapat berguna. Kegunaan sebuah teori tidak bergantung pada nilai akal sehatnya atau pada kesepakatannya dengan teori-teori lain; sebaliknya, itu tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan penelitian dan menjelaskan data penelitian dan pengamatan lainnya. Perspektif dalam Teori Kepribadian Salah satu fungsi utama dari teori ilmiah adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana dunia bekerja. Psikolog berusaha menjelaskan bagaimana pikiran, emosi, motif, dan perilaku manusia bekerja. Namun kepribadian manusia begitu kompleks sehingga banyak perspektif berbeda telah berkembang tentang cara terbaik untuk menjelaskannya. Perspektif ini membuat asumsi yang berbeda dan fokus pada aspek perilaku yang berbeda. Dalam psikologi, setidaknya ada lima perspektif teoretis utama tentang apa itu kepribadian dan bagaimana perkembangannya. Kami telah menyusun buku ini berdasarkan lima perspektif ini, satu untuk setiap bagian buku ini (lihat Tabel 1.1). 7 8 Bagian I Perkenalan Teori Psikodinamik motif & pikiran bawah sadar Dimulai dengan Freud, psikoanalitik dan kemudian pendekatan psikodinamik yang lebih umum telah berfokus pada pentingnya pengalaman anak usia dini dan hubungan dengan orang tua sebagai kekuatan penuntun yang membentuk perkembangan kepribadian. Selain itu, pandangan ini melihat pikiran bawah sadar dan motif jauh lebih kuat daripada kesadaran. Psikoanalisis secara tradisional menggunakan interpretasi mimpi untuk mengungkap pikiran, perasaan, dan impuls bawah sadar sebagai bentuk utama pengobatan untuk neurosis dan penyakit mental. Setelah Freud, para ahli teori ini beralih dari pentingnya seksualitas dan lebih ke arah kekuatan sosial dan budaya. Teori Humanistik-Eksistensial Asumsi utama pendekatan humanistik (saat ini dikenal sebagai "psikologi positif") adalah bahwa orang berjuang menuju makna, pertumbuhan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kesehatan psikologis. Keadaan emosi dan kebahagiaan positif mendorong kesehatan psikologis dan perilaku prososial. Memahami aspek-aspek positif yang berkembang dari perilaku manusia ini memberikan banyak wawasan tentang sifat manusia seperti halnya memahami aspek-aspek patologis. Ahli teori eksistensial berasumsi bahwa kita tidak hanya didorong oleh pencarian makna, tetapi juga pengalaman negatif, seperti kegagalan, kesadaran akan kematian, kematian orang yang dicintai, dan kecemasan, adalah bagian dari kondisi manusia dan dapat mendorong pertumbuhan psikologis. Teori Disposisi Ahli teori disposisi berpendapat bahwa kecenderungan unik dan jangka panjang untuk berperilaku dengan cara tertentu adalah inti dari kepribadian kita. Disposisi unik ini, seperti ekstraversi atau kecemasan, disebut sifat. Bidang tersebut telah menyatu pada pemahaman bahwa ada lima dimensi sifat utama dalam kepribadian manusia. Sifat melayani fungsi membuat perilaku tertentu lebih mungkin pada beberapa orang. Teori Biologi-Evolusi Perilaku, pikiran, perasaan, dan kepribadian dipengaruhi oleh perbedaan genetik dasar, epigenetik, dan sistem saraf di antara individu. Alasan beberapa orang memiliki sifat, disposisi, dan cara berpikir yang berbeda berasal dari perbedaan genotipe dan sistem saraf pusat (struktur otak dan neurokimia). Karena didasarkan pada sistem otak yang berkembang, pemikiran, perilaku, dan kepribadian manusia telah dibentuk oleh kekuatan evolusi (seleksi alam dan seksual) selama jutaan tahun. Tubuh, otak, dan lingkungan hidup berdampingan dan berevolusi, dan lebih dari perspektif psikologis lainnya, yang satu ini menekankan bahwa apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan selalu merupakan interaksi antara alam (biologis) dan pengasuhan (lingkungan). Belajar-(Sosial) Teori Kognitif Jika Anda ingin memahami perilaku, maka fokuslah hanya pada perilaku, bukan pada kondisi internal hipotetis dan tidak dapat diamati seperti pikiran, perasaan, dorongan, atau motif. Semua perilaku dipelajari melalui asosiasi dan/atau konsekuensinya (apakah itu Bab 1 9 Pengantar Teori Kepribadian diperkuat atau dihukum). Untuk membentuk perilaku yang diinginkan, kita harus memahami dan kemudian menetapkan kondisi yang menghasilkan perilaku tertentu tersebut. Perspektif kognitif berpendapat bahwa bagaimana kita berpikir tentang diri kita sendiri dan orang lain, serta asumsi yang kita buat dan strategi yang kita gunakan untuk memecahkan masalah, adalah kunci untuk memahami perbedaan di antara orang-orang. Apakah kita percaya kita dapat melakukan sesuatu dengan sukses atau tidak mempengaruhi perilaku kita serta kepribadian kita. Singkatnya, kepribadian yang kita miliki dibentuk oleh cara kita berpikir dan memandang dunia. TABEL 1 . 1 Tinjauan Lima Perspektif Teoritis Utama dalam Psikologi Kepribadian Perspektif Asumsi Utama Fokus/Istilah Kunci Angka Kunci Psikodinamik • 5 tahun pertama kehidupan paling Tidak sadar Freud Kenangan awal Adler membentuk kepribadian Ketidaksadaran kolektif Jung Arketipe Relasi objek Klein yang tidak sehat menuju, melawan, Krisis identitas Erikson atau menjauhi orang lain Keterkaitan Fromm Hidup yang berarti, Maslow kesejahteraan dan Rogers • Kekuatan bawah sadar adalah yang paling penting • Neurosis diakibatkan oleh gerakan HumanistikEksistensial • Orang-orang berjuang untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan bahagia • Orang termotivasi oleh pertumbuhan Horney pertumbuhan psikologis dan kesehatan psikologis • Kepribadian dibentuk oleh kebebasan Mungkin memilih, respons terhadap kecemasan, dan kesadaran akan kematian Disposisi • Orang cenderung berperilaku unik dan Sifat-sifat Allport Motif konsisten; mereka memiliki sifat yang unik McCrae & Costa • Ada lima dimensi sifat dalam kepribadian manusia BiologisEvolusioner • Fondasi pemikiran dan perilaku adalah kekuatan biologis dan genetik • Pikiran dan perilaku manusia telah dibentuk oleh kekuatan evolusi (seleksi alam dan seksual) Struktur otak, neurokimia, dan Eysenck gen Mekanisme adaptif Ciuman (Lanjutan) 10 TABEL 1 . 1 Bagian I Perkenalan Lanjutan Perspektif Asumsi Utama Fokus/Istilah Kunci Angka Kunci Sedang belajar- • Hanya penjelasan untuk perilaku Tanggapan yang dikondisikan Pengupas kulit (Sosial) Kognitif adalah kondisi yang menciptakan Membentuk perilaku Bantuan • Pembelajaran terjadi melalui Pembelajaran observasi pergaulan dan konsekuensi dari perilaku kita • Belajar juga terjadi melalui berhasil atau gagal dan Pemodelan Bandura Efikasi Diri menonton orang lain berhasil atau gagal dalam tugasnya • Kepribadian berkembang Unit kognitif-afektif Bangsat Mischel sebagai interaksi antara karakteristik internal dan eksternal seseorang • Konstruksi kognitif yang kita Konstruksi Kelly kembangkan untuk memahami dunia dan orang lain membentuk kepribadian kita Kepribadian Teoretikus dan Teori Kepribadian Mereka Karena teori kepribadian tumbuh dari kepribadian ahli teori itu sendiri, sebuah studi tentang kepribadian tersebut adalah tepat. Dalam beberapa tahun terakhir subdisiplin psikologi disebut psikologi ilmutelah mulai melihat ciri-ciri pribadi para ilmuwan. Psikologi sains mempelajari sains dan perilaku ilmuwan; yaitu, menyelidiki dampak proses psikologis dan karakteristik pribadi seorang ilmuwan terhadap perkembangan teori dan penelitian ilmiahnya (Feist, 1993, 1994, 2006; Feist & Gorman, 1998; Gholson, Shadish, Neimeyer, & Houts , 1989). Dengan kata lain, psikologi sains mengkaji bagaimana kepribadian ilmuwan, proses kognitif, sejarah perkembangan, dan pengalaman sosial memengaruhi jenis sains yang mereka lakukan dan teori yang mereka ciptakan. Memang, sejumlah peneliti (Hart, 1982; Johnson, Germer, Efran, & Overton, 1988; Simonton, 2000; Zachar & Leong, Pemahaman tentang teori-teori kepribadian bertumpu pada informasi mengenai dunia sejarah, sosial, dan psikologis dari masing-masing ahli teori pada saat berteori. Karena kami percaya bahwa teori kepribadian mencerminkan kepribadian ahli teori, kami telah memasukkan sejumlah besar informasi biografis pada setiap ahli teori utama. Memang, perbedaan kepribadian di antara para ahli teori menyebabkan perbedaan pendapat mendasar antara mereka yang condong ke sisi kuantitatif psikologi Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian (ahli perilaku, ahli teori pembelajaran sosial, dan ahli teori sifat) dan mereka yang condong ke sisi klinis dan kualitatif psikologi (psikoanalis, humanis, dan eksistensialis). Meskipun kepribadian seorang ahli teori sebagian membentuk teorinya, itu tidak boleh menjadi satu-satunya penentu teori itu. Demikian pula, penerimaan Anda terhadap satu atau teori lain seharusnya tidak hanya bergantung pada nilai dan preferensi pribadi Anda. Saat mengevaluasi dan memilih sebuah teori, Anda harus mengakui dampak dari sejarah pribadi ahli teori pada teori tersebut, tetapi pada akhirnya Anda harus mengevaluasinya berdasarkan kriteria ilmiah yang tidak bergantung pada sejarah pribadi tersebut. Beberapa pengamat (Feist, 2006; Feist & Gorman, 1998) membedakan antarailmu sebagai proses Danilmu sebagai produk. Proses ilmiah dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi ilmuwan, tetapi kegunaan utama produk ilmiah adalah dan harus dievaluasi secara independen dari proses tersebut. Dengan demikian, penilaian Anda terhadap setiap teori yang disajikan dalam buku ini harus lebih bertumpu pada kriteria objektif daripada suka dan tidak suka subjektif Anda. Apa yang Membuat Teori Berguna? Teori yang bermanfaat memiliki interaksi timbal balik dan dinamis dengan data penelitian. Pertama, sebuah teori menghasilkan sejumlah hipotesis yang dapat diselidiki melalui penelitian, sehingga menghasilkan data penelitian. Data ini mengalir kembali ke teori dan merestrukturisasinya. Dari teori yang baru dibentuk ini, para ilmuwan dapat mengekstraksi hipotesis lain, yang mengarah ke lebih banyak penelitian dan data tambahan, yang pada gilirannya membentuk kembali dan memperbesar teori lebih jauh lagi. Hubungan siklik ini berlanjut selama teori terbukti bermanfaat. Kedua, teori yang berguna mengatur data penelitian menjadi struktur yang bermakna dan memberikan penjelasan atas hasil penelitian ilmiah. Hubungan antara teori dan data penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1. Ketika sebuah teori tidak lagi Hipotesa Teori Riset i HRay THe e P HA be Te o ra ri m rt e m id b at eri a Riset data D A TA Re S GAMBAR 1.1Interaksi antara Teori, Hipotesis, Penelitian, dan Data Penelitian. 11 12 Bagian I Perkenalan mampu menghasilkan penelitian tambahan atau untuk menjelaskan data terkait penelitian, ia kehilangan kegunaannya dan dikesampingkan demi yang lebih bermanfaat. Selain memicu penelitian dan menjelaskan data penelitian, sebuah teori yang berguna harus memberikan konfirmasi atau diskonfirmasi, memberikan panduan kepada praktisi untuk bertindak, konsisten dengan teori itu sendiri, dan sesederhana mungkin. Oleh karena itu, kami mengevaluasi setiap teori yang disajikan dalam buku ini berdasarkan enam kriteria: Sebuah teori yang bermanfaat (1) menghasilkan penelitian, (2) dapat difalsifikasi, (3) mengatur data, (4) memandu tindakan, (5) konsisten secara internal, dan (6) pelit. Menghasilkan Riset Kriteria yang paling penting dari sebuah teori yang berguna adalah kemampuannya untuk merangsang dan membimbing penelitian lebih lanjut. Tanpa teori yang memadai untuk menunjukkan jalan, banyak temuan empiris sains saat ini akan tetap tidak ditemukan. Dalam astronomi, misalnya, planet Neptunus ditemukan karena teori gerak menimbulkan hipotesis bahwa ketidakteraturan jalur Uranus pastilah disebabkan oleh kehadiran planet lain. Teori yang berguna memberi para astronom peta jalan yang memandu pencarian dan penemuan planet baru mereka. Sebuah teori yang berguna akan menghasilkan dua jenis penelitian: penelitian deskriptif dan pengujian hipotesis.Penelitian deskriptif,yang dapat memperluas teori yang ada, berkaitan dengan pengukuran, pelabelan, dan kategorisasi unit-unit yang digunakan dalam pembangunan teori. Penelitian deskriptif memiliki hubungan simbiosis dengan teori. Di satu sisi, ia menyediakan blok bangunan untuk teori, dan di sisi lain, ia menerima dorongannya dari teori yang dinamis dan berkembang. Semakin bermanfaat teori tersebut, semakin banyak penelitian yang dihasilkan olehnya; semakin besar jumlah penelitian deskriptif, semakin lengkap teorinya. Jenis penelitian kedua dihasilkan oleh teori yang berguna,pengujian hipotesis, mengarah pada verifikasi tidak langsung dari kegunaan teori. Seperti yang telah kita catat, teori yang berguna akan menghasilkan banyak hipotesis yang, ketika diuji, menambah basis data yang dapat membentuk ulang dan memperbesar teori. (Lihat lagi Gambar 1.1.) Dapat Difalsifikasi Sebuah teori juga harus dievaluasi kemampuannya untuk dikonfirmasi atau tidak dikonfirmasi; yaitu, itu harusdapat dipalsukan.Agar dapat difalsifikasi, sebuah teori harus cukup tepat untuk menyarankan penelitian yang mungkin mendukung atau gagal mendukung prinsip utamanya. Jika sebuah teori begitu kabur dan kabur sehingga hasil penelitian positif dan negatif dapat ditafsirkan sebagai dukungan, maka teori tersebut tidak dapat difalsifikasi dan tidak lagi berguna. Akan tetapi, kepalsuan tidak sama dengan salah; itu hanya berarti bahwa hasil penelitian negatif akan menyangkal teori dan memaksa ahli teori untuk membuang atau memodifikasinya. Teori yang dapat difalsifikasi bertanggung jawab atas hasil eksperimen. Gambar 1.1 menggambarkan hubungan melingkar dan saling memperkuat antara teori dan penelitian; masingmasing membentuk dasar bagi yang lain. Sains dibedakan dari nonsains karena kemampuannya menolak ide-ide yang tidak didukung secara empiris meskipun tampak logis dan rasional. Misalnya, Aristoteles menggunakan logika untuk menyatakan bahwa benda yang lebih ringan jatuh lebih lambat daripada benda yang lebih berat. Meskipun argumennya mungkin setuju dengan "akal sehat", ada satu masalah: Argumennya salah secara empiris. Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian Teori yang sangat bergantung pada transformasi yang tidak dapat diamati di alam bawah sadar sangat sulit untuk diverifikasi atau dipalsukan. Misalnya, teori Freud menunjukkan bahwa banyak dari emosi dan perilaku kita dimotivasi oleh kecenderungan bawah sadar yang secara langsung berlawanan dengan kecenderungan yang kita ungkapkan. Misalnya, kebencian yang tidak disadari dapat diekspresikan sebagai cinta yang disadari, atau ketakutan yang tidak disadari terhadap perasaan homoseksual seseorang dapat berbentuk permusuhan yang berlebihan terhadap individu homoseksual. Karena teori Freud memungkinkan transformasi semacam itu di dalam ketidaksadaran, hampir tidak mungkin untuk memverifikasi atau memalsukan. Sebuah teori yang dapat menjelaskan segalanya tidak menjelaskan apapun. Mengatur Data Sebuah teori yang berguna juga harus dapat mengatur data-data penelitian tersebut yang tidak saling bertentangan. Tanpa beberapa organisasi atau klasifikasi, temuan penelitian akan tetap terisolasi dan tidak berarti. Kecuali jika data disusun ke dalam kerangka yang dapat dipahami, para ilmuwan tidak memiliki arah yang jelas untuk diikuti dalam mengejar pengetahuan lebih lanjut. Mereka tidak dapat mengajukan pertanyaan cerdas tanpa kerangka teoretis yang mengatur informasi mereka. Tanpa pertanyaan cerdas, penelitian lebih lanjut sangat dibatasi. Teori kepribadian yang berguna harus mampu mengintegrasikan apa yang saat ini diketahui tentang perilaku manusia dan perkembangan kepribadian. Itu harus dapat membentuk sebanyak mungkin potongan informasi menjadi pengaturan yang berarti. Jika teori kepribadian tidak memberikan penjelasan yang masuk akal tentang setidaknya beberapa jenis perilaku, itu tidak lagi berguna. Panduan Aksi Kriteria keempat dari sebuah teori yang berguna adalah kemampuannya untuk membimbing para praktisi melalui jalan yang kasar dari masalah sehari-hari. Misalnya, orang tua, guru, manajer bisnis, dan psikoterapis dihadapkan terus-menerus dengan tumpukan pertanyaan yang mereka coba temukan jawaban yang bisa diterapkan. Teori yang baik menyediakan struktur untuk menemukan banyak jawaban tersebut. Tanpa teori yang berguna, praktisi akan tersandung dalam kegelapan teknik coba-coba; dengan orientasi teoretis yang kuat, mereka dapat membedakan tindakan yang sesuai. Bagi psikoanalis Freudian dan konselor Rogerian, jawaban atas pertanyaan yang sama akan sangat berbeda. Untuk pertanyaan "Bagaimana cara terbaik saya merawat pasien ini?", terapis psikoanalitik mungkin menjawab seperti ini:Jikapsikoneurosis disebabkan oleh konflik seksual masa kanak-kanak yang tidak disadari,KemudianSaya dapat membantu pasien ini sebaik-baiknya dengan menyelidiki represi ini dan membiarkan pasien menghidupkan kembali pengalaman tanpa adanya konflik. Untuk pertanyaan yang sama, terapis Rogerian mungkin menjawab:Jika,untuk tumbuh secara psikologis, orang membutuhkan empati, penghargaan positif tanpa syarat, dan hubungan dengan terapis kongruen,Kemudian Saya dapat membantu klien ini dengan memberikan suasana yang menerima dan tidak mengancam. Perhatikan bahwa kedua terapis menyusun jawaban mereka dalam sebuahjika kemudiankerangka kerja, meskipun kedua jawaban tersebut membutuhkan tindakan yang sangat berbeda. Juga termasuk dalam kriteria ini sejauh mana teori merangsang pemikiran dan tindakan dalam disiplin lain, seperti seni, sastra (termasuk film dan drama televisi), hukum, sosiologi, filsafat, agama, pendidikan, bisnis. 13 14 Perkenalan Bagian I administrasi, dan psikoterapi. Sebagian besar teori yang dibahas dalam buku ini memiliki pengaruh di bidang-bidang di luar psikologi. Misalnya, teori Freud telah mendorong penelitian tentang ingatan yang dipulihkan, sebuah topik yang sangat penting bagi profesi hukum. Juga, teori Carl Jung sangat menarik bagi banyak teolog dan telah memikat imajinasi para penulis populer seperti Joseph Campbell dan lainnya. Demikian pula, gagasan Alfred Adler, Erik Erikson, BF Skinner, Abraham Maslow, Carl Rogers, Rollo May, dan ahli teori kepribadian lainnya telah memicu minat dan tindakan di berbagai bidang ilmiah. Apakah Konsisten Secara Internal Sebuah teori yang berguna tidak harus konsisten dengan teori lain, tetapi harus konsisten dengan teori itu sendiri. Teori yang konsisten secara internal adalah teori yang komponen-komponennya kompatibel secara logis. Keterbatasan ruang lingkupnya didefinisikan dengan hati-hati dan tidak menawarkan penjelasan yang berada di luar ruang lingkup itu. Juga, teori yang konsisten secara internal menggunakan bahasa secara konsisten; yaitu, tidak menggunakan istilah yang sama untuk mengartikan dua hal yang berbeda, juga tidak menggunakan dua istilah terpisah untuk merujuk pada konsep yang sama. Teori yang baik akan menggunakan konsep dan istilah yang telah didefinisikan secara jelas dan operasional. Sebuahdefinisi operasionaladalah salah satu yang mendefinisikan unit dalam hal peristiwa yang dapat diamati atau perilaku yang dapat diukur. Sebagai contoh, seorang ekstrover dapat didefinisikan secara operasional sebagai setiap orang yang mencapai skor yang telah ditentukan sebelumnya pada inventaris kepribadian tertentu. Pelit Ketika dua teori memiliki kemampuan yang sama untuk menghasilkan penelitian, dipalsukan, memberi makna pada data, membimbing praktisi, dan konsisten dengan diri sendiri, yang lebih sederhana lebih disukai. Ini adalah hukum darikekikiran.Faktanya, dua teori tidak pernah persis sama dalam kemampuan lain ini, tetapi secara umum, teori yang sederhana dan lugas lebih berguna daripada teori yang macet di bawah beban konsep rumit dan bahasa esoteris. Dimensi untuk Konsep Kemanusiaan Teori kepribadian berbeda pada isu-isu dasar tentang sifat kemanusiaan. Setiap teori kepribadian mencerminkan asumsi penulisnya tentang kemanusiaan. Asumsi ini bertumpu pada beberapa dimensi luas yang memisahkan berbagai ahli teori kepribadian. Kami menggunakan enam dimensi ini sebagai kerangka untuk melihat konsep kemanusiaan masing-masing teori. Dimensi pertama adalahdeterminisme versus pilihan bebas.Apakah perilaku orang ditentukan oleh kekuatan yang tidak dapat mereka kendalikan, atau dapatkah orang memilih untuk menjadi apa yang mereka inginkan? Bisakah perilaku sebagian bebas dan sebagian Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian ditentukan pada saat yang sama? Meskipun dimensi determinisme versus kehendak bebas lebih filosofis daripada ilmiah, posisi yang diambil para ahli teori dalam masalah ini membentuk cara mereka memandang orang dan mewarnai konsep kemanusiaan mereka. Masalah kedua adalah salah satunyapesimisme versus optimisme.Apakah orang ditakdirkan untuk hidup sengsara, berkonflik, dan bermasalah, atau dapatkah mereka berubah dan tumbuh menjadi manusia yang sehat secara psikologis, bahagia, dan berfungsi penuh? Secara umum, ahli teori kepribadian yang percaya pada determinisme cenderung pesimis (Skinner adalah pengecualian), sedangkan mereka yang percaya pada pilihan bebas biasanya optimis. Dimensi ketiga untuk melihat konsep teori kemanusiaan adalahkausalitas versus teleologi. Secara singkat,hubungan sebab dan akibatberpendapat bahwa perilaku adalah fungsi dari pengalaman masa lalu, sedangkanteleologiadalah penjelasan tentang perilaku dalam hal tujuan atau tujuan masa depan. Apakah orang bertindak seperti yang mereka lakukan karena apa yang terjadi pada mereka di masa lalu, atau apakah mereka bertindak seperti yang mereka lakukan karena mereka memiliki ekspektasi tertentu tentang apa yang akan terjadi di masa depan? Pertimbangan keempat yang membedakan ahli teori kepribadian adalah sikap mereka terhadappenentu perilaku sadar versus tidak sadar.Apakah orang biasanya menyadari apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya, atau apakah kekuatan bawah sadar menimpa mereka dan mendorong mereka untuk bertindak tanpa kesadaran akan kekuatan yang mendasarinya? Pertanyaan kelima adalah salah satunyapengaruh biologis versus sosial pada kepribadian.Apakah sebagian besar manusia adalah makhluk biologi, atau apakah kepribadian mereka sebagian besar dibentuk oleh hubungan sosial mereka? Elemen yang lebih spesifik dari masalah ini adalah hereditas versus lingkungan; yaitu, apakah ciri-ciri pribadi lebih merupakan hasil keturunan, atau ditentukan oleh lingkungan? Masalah keenam adalahkeunikan versus persamaan.Apakah fitur yang menonjol dari orang-orang adalah individualitas mereka, atau apakah itu karakteristik umum mereka? Haruskah studi tentang kepribadian berkonsentrasi pada ciri-ciri yang membuat orang sama, atau haruskah mempelajari ciri-ciri yang membuat orang berbeda? Masalah-masalah dasar ini dan lainnya yang memisahkan ahli teori kepribadian telah menghasilkan teori kepribadian yang benar-benar berbeda, bukan hanya perbedaan terminologi. Kami tidak dapat menghapus perbedaan di antara teori-teori kepribadian dengan mengadopsi bahasa yang sama. Perbedaannya filosofis dan mendalam. Setiap teori kepribadian mencerminkan kepribadian individu penciptanya, dan setiap pencipta memiliki orientasi filosofis yang unik, sebagian dibentuk oleh pengalaman anak usia dini, urutan kelahiran, jenis kelamin, pelatihan, pendidikan, dan pola hubungan interpersonal. Perbedaan-perbedaan ini membantu menentukan apakah seorang ahli teori akan deterministik atau percaya pada pilihan bebas, akan pesimis atau optimis, dan akan mengadopsi penjelasan kausal atau teleologis. Mereka juga membantu menentukan apakah ahli teori menekankan kesadaran atau ketidaksadaran, faktor biologis atau sosial, dan keunikan atau kesamaan orang. Perbedaan-perbedaan ini, bagaimanapun, tidak meniadakan kemungkinan bahwa dua ahli teori dengan pandangan berlawanan tentang kemanusiaan dapat sama-sama ilmiah dalam pengumpulan data dan pembangunan teori mereka. 15 16 Bagian I Perkenalan Dalam membangun teori kepribadian, psikolog harus mulai pada skala terbatas dan menghindari generalisasi yang mencoba menjelaskan semua perilaku manusia. Tindakan itu diikuti oleh sebagian besar ahli teori yang dibahas dalam buku ini. Misalnya, Freud mulai dengan teori yang sebagian besar didasarkan pada histeris neurosis dan, selama beberapa tahun, secara bertahap mengembangkannya untuk memasukkan lebih banyak kepribadian total. Penelitian dalam Teori Kepribadian Seperti yang kami tunjukkan sebelumnya, kriteria utama untuk teori yang berguna adalah kemampuannya untuk menghasilkan penelitian. Kami juga mencatat bahwa teori dan data penelitian memiliki hubungan siklus: Teori memberi makna pada data, dan data hasil dari penelitian eksperimental dirancang untuk menguji hipotesis yang dihasilkan oleh teori tersebut. Namun, tidak semua data mengalir dari penelitian eksperimental. Sebagian besar berasal dari pengamatan yang kita masing-masing lakukan setiap hari. Mengamati berarti memperhatikan sesuatu, memperhatikan. Anda telah mengamati kepribadian manusia selama Anda masih hidup. Anda memperhatikan bahwa beberapa orang cerewet dan ramah; yang lain pendiam dan pendiam. Anda bahkan mungkin menyebut orang-orang seperti itu sebagai ekstrovert dan introvert. Apakah label ini akurat? Apakah satu orang ekstrovert sama dengan yang lain? Apakah seorang ekstravert selalu bertindak dengan cara yang banyak bicara dan ramah? Bisakah semua orang diklasifikasikan sebagai introvert atau ekstrovert? Dalam melakukan pengamatan dan mengajukan pertanyaan, Anda melakukan beberapa hal yang sama dengan yang dilakukan psikolog, yaitu mengamati perilaku manusia dan mencoba memahami pengamatan tersebut. Namun, psikolog, seperti ilmuwan lain, berusaha menjadi seperti itusistematissehingga merekaprediksiakan konsisten dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan memprediksi, psikolog kepribadian telah mengembangkan sejumlah teknik penilaian, termasuk inventori kepribadian. Sebagian besar penelitian yang dilaporkan dalam bab-bab selanjutnya dari buku ini bergantung pada berbagai prosedur penilaian, yang dimaksudkan untuk mengukur berbagai dimensi kepribadian. Agar instrumen ini bermanfaat, mereka harus andal dan valid. Itukeandalan alat ukur adalah sejauh mana ia menghasilkan hasil yang konsisten. Inventarisasi kepribadian mungkin dapat diandalkan namun kurang memiliki validitas atau akurasi. Keabsahanadalah sejauh mana suatu instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Psikolog kepribadian terutama memperhatikan dua jenis validitas validitas konstruk dan validitas prediktif.Membangun validitasadalah sejauh mana instrumen mengukur beberapa konstruksi hipotetis. Konstruksi seperti ekstraversi, agresivitas, kecerdasan, dan kestabilan emosi tidak memiliki eksistensi fisik; mereka adalah konstruksi hipotetis yang harus berhubungan dengan perilaku yang dapat diamati. Tiga jenis validitas konstruk yang penting adalahvaliditas konvergen, validitas divergen,Dan validitas diskriminan.Suatu alat ukur memiliki validitas konstruk konvergen sejauh skor pada instrumen tersebut berkorelasi tinggi (konvergen) dengan skor pada berbagai ukuran valid dari konstruk yang sama. Misalnya, inventaris kepribadian yang mencoba mengukur ekstraversi harus berkorelasi dengan ukuran ekstraversi lain atau faktor lain seperti kemampuan bersosialisasi dan ketegasan yang diketahui berkelompok bersama dengan ekstraversi. Suatu inventaris memiliki validitas konstruk divergen jika memiliki korelasi yang rendah atau tidak signifikan dengan inventaris lain yang memiliki korelasibukanukuran Bab 1 Pengantar Teori Kepribadian konstruksi itu. Misalnya, inventaris yang dimaksudkan untuk mengukur ekstraversi tidak boleh berkorelasi tinggi dengan keinginan sosial, stabilitas emosi, kejujuran, atau harga diri. Akhirnya, suatu inventarisasi memiliki validitas diskriminan jika inventarisasi tersebut mendiskriminasikan antara dua kelompok orang yang diketahui berbeda. Misalnya, inventaris kepribadian yang mengukur ekstraversi harus menghasilkan skor yang lebih tinggi untuk orang yang dikenal ekstrovert daripada orang yang dikenal introvert. Jenis validitas yang kedua adalahvaliditas prediktif,atau sejauh mana tes dapat memprediksi perilaku masa depan. Misalnya, tes extraversion memiliki validitas prediktif jika berkorelasi dengan perilaku masa depan, seperti merokok, berprestasi baik dalam tes prestasi sekolah, mengambil risiko, atau kriteria independen lainnya. Nilai akhir dari setiap alat ukur adalah sejauh mana ia dapat memprediksi perilaku atau kondisi masa depan. Sebagian besar ahli teori kepribadian awal tidak menggunakan inventaris penilaian standar. Meskipun Freud, Adler, dan Jung semua mengembangkan beberapa bentuk alat proyektif, tidak satupun dari mereka menggunakan teknik dengan presisi yang cukup untuk menetapkan reliabilitas dan validitasnya. Namun, teori-teori Freud, Adler, dan Jung telah menelurkan sejumlah inventori kepribadian standar sebagaimana para peneliti dan klinisi berupaya mengukur unit-unit kepribadian yang diusulkan oleh para ahli teori tersebut. Ahli teori kepribadian selanjutnya, terutama Hans Eysenck, dan Ahli Teori Lima Faktor telah mengembangkan dan menggunakan sejumlah ukuran kepribadian dan sangat mengandalkannya dalam membangun model teoretis mereka. Baru-baru ini, para peneliti telah melaporkan bahwa jejak media sosial, seperti "suka" dan berbagi Facebook berkorelasi dengan dan menilai kepribadian, Istilah dan Konsep Kunci • Istilah "kepribadian" berasal dari kata Latinkepribadian,atau topeng yang ditampilkan orang ke dunia luar, tetapi psikolog melihat kepribadian lebih dari sekadar penampilan luar. • KepribadianMencakup semua sifat atau karakteristik yang relatif permanen yang memberikan konsistensi tertentu pada perilaku seseorang. • Ateoriadalah seperangkat asumsi terkait yang memungkinkan para ilmuwan merumuskan hipotesis yang dapat diuji. • Teori tidak boleh disamakan denganfilsafat, spekulasi, hipotesis,atau taksonomi,meskipun terkait dengan masing-masing istilah ini. • Teori kepribadian mencakup setidaknya lima perspektif yang berbeda: psikodinamik, humanistik-positif, watak, biologis-evolusioner, dan pembelajaran/kognitif sosial. • Enam kriteria menentukan kegunaan suatu teori ilmiah: (1) Apakah teori itumenghasilkan penelitian?(2) Apakah itubisa dipalsukan?(3) Apakah itumengatur dan menjelaskan pengetahuan?(4) Apakah itumenyarankan solusi praktis untuk masalah sehari-hari?(5) Apakah itukonsisten secara internal?dan (6) Apakah sederhana ataupelit? 17 18 Bagian I Perkenalan • Setiap ahli teori kepribadian memiliki implisit atau eksplisitkonsep kemanusiaan. • Konsep sifat manusia dapat didiskusikan dari enam perspektif: (1)determinisme versus pilihan bebas,(2)pesimisme versus optimisme, (3)kausalitas versus teleologi,(4)sadar versus tidak sadar penentu, (5)biologis versus sosialfaktor, dan (6)keunikan versus persamaan pada orang. Referensi Azucar, D., Marengo, D., & Settanni, M. (2018). Memprediksi 5 besar ciri kepribadian dari jejak digital di media sosial: Sebuah metaanalisis. Kepribadian dan Perbedaan Individu, 124, 150– 159. doi:10.1016/j.paid/2017.12.01. Dingemanse, NJ, Keduanya, C., Drent, PJ, Van Oers, K., & Van Noordwijk, AJ (2002). Pengulangan dan heritabilitas perilaku eksplorasi pada payudara besar dari alam liar. Perilaku Hewan, 64,929–938. Feist, GJ (1993). Sebuah model struktural ilmiah keunggulan.Ilmu Psikologi, 4, 366–371. Feist, GJ (1994). Kepribadian dan gaya kerja Hart, JJ (1982). Psikologi ilmuwan: XLVI. Korelasi antara orientasi teoritis dalam psikologi dan tipe kepribadian.Laporan Psikologis, 50,795–801. Johnson, JA, Germer, CK, Efran, JS, & Overton, WF (1988). Kepribadian sebagai dasar kecenderungan teoretis.Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 55,824–835. Park, G., Schwartz, HA, Eichstaedt, JC, Kern, ML, Kosinski, M., Stillwell, DJ, dkk. (2015). Penilaian kepribadian otomatis melalui bahasa media sosial.Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 108(6), 934.doi:10.1037/ pspp0000020. prediktor kompleksitas integratif: Sebuah studi tentang pemikiran para ilmuwan tentang penelitian dan pengajaran. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 67, 474–484. Feist, GJ (2006).Psikologi Sains dan Asal Usul Pikiran Ilmiah.New Haven, CT: Yale University Press. Feist, GJ, & Gorman, ME (1998). Psikologi ilmu: Tinjauan dan integrasi disiplin yang baru lahir.Tinjauan Psikologi Umum, 2,3–47. Gay, P. (1988).Freud: Kehidupan untuk zaman kita. New York: Norton. Gholson, B., Shadish, WR, Neimeyer, RA, & Houts, AC (Eds.) (1989).Psikologi sains: Kontribusi untuk metasains. Cambridge, Inggris: Cambridge University Press. Gosling, SD, & John, OP (1999). Kepribadian dimensi pada hewan non-manusia: Tinjauan lintas spesies.Arah Saat Ini dalam Ilmu Psikologi, 8,69–75. Roberts, BW, & Mroczek, D. (2008). Kepribadian perubahan sifat pada masa dewasa.Arah Saat Ini dalam Ilmu Psikologi, 17,31–35. Simonton, DK (2000). Metodologis dan orientasi teoretis dan dampak disipliner jangka panjang dari 54 psikolog terkemuka. Tinjauan Psikologi Umum, 4,13–24. Weinstein, TA, Capitanio, JP, & Gosling, SD (2008). Kepribadian pada hewan. Dalam OP John, RW Robins, & LA Pervin (Eds.). Handbook kepribadian: Teori dan penelitian (hlm. 328–348). New York, NY: Guilford Press. Youyou, W., Kosinski, M., & Stillwell, D. (2015). Penilaian kepribadian berbasis komputer lebih akurat daripada yang dibuat oleh manusia. Prosiding National Academy of Sciences, 112(4), 1036–1040. doi:10.1073/pnas.1418680112. Zachar, P., & Leong, FTL (1992). Masalah kepribadian: Perbedaan ilmuwan dan praktisi dalam psikologi.Jurnal Kepribadian, 60,665–677. BAGIAN KEDUA Psikodinamik Teori Bab 2 Freud Psikoanalisis 20 Bagian 3 Adler Psikologi Individu Bab 4 Jung Psikologi Analitik Bab 5 72 107 Klein Teori Relasi Objek Bab 6 149 Horney Teori Sosial Psikoanalitik Bab 179 7 Erikson Teori Pasca-Freudian 206 Bab 8 Fromm Psikoanalisis Humanistik 242 19 BAB 2 Freud: Psikoanalisa ◆ Sekilas tentang Teori Psikoanalitik ◆ Biografi Sigmund Freud ◆ Tingkat Kehidupan Mental Tidak sadar Prasadar Sadar ◆ Provinsi Pikiran Identitas Ego Superego ◆ Dinamika Kepribadian Drive Penerbitan Ingram Kecemasan ◆ Mekanisme Pertahanan Represi ◆ Penelitian Terkait Kesenangan Pemrosesan Mental Bawah Sadar dan Id, Formasi Reaksi Penghambatan dan Ego Represi, Penghambatan, dan Pemindahan Mekanisme Pertahanan Penelitian tentang Mimpi Fiksasi Regresi Proyeksi ◆ Kritik terhadap Freud Introyeksi Apakah Freud Memahami Wanita, Jenis Kelamin, dan Seks? Sublimasi ◆ Tahapan Pengembangan Periode Infantil Periode Latensi ◆ Istilah dan Konsep Kunci Periode Genital ◆ Kematangan ◆ Aplikasi Teori Psikoanalitik Teknik Terapi Awal Freud Analisis Mimpi Teknik Terapi Akhir Freud Slip Freudian 20 Apakah Freud seorang Ilmuwan? ◆ Konsep Kemanusiaan Referensi Bab 2 F Freud: Psikoanalisis Dari sejarah kuno hingga saat ini, orang telah mencari obat mujarab atau ramuan ajaib untuk mengurangi rasa sakit atau meningkatkan kinerja. Salah satu pencarian semacam itu dilakukan oleh seorang dokter muda yang ambisius yang percaya bahwa dia telah menemukan obat yang memiliki segala macam khasiat yang luar biasa. Mendengar bahwa obat tersebut telah berhasil digunakan untuk memberi energi pada tentara yang hampir kelelahan, dokter ini memutuskan untuk mencobanya pada pasien, kolega, dan teman. Jika obat itu bekerja sebaik yang dia harapkan, dia mungkin mendapatkan ketenaran yang dia cita-citakan. Setelah mengetahui keberhasilan penggunaan obat tersebut pada penyakit jantung, kelelahan saraf, kecanduan alkohol dan morfin, dan beberapa masalah psikologis dan fisiologis lainnya, dokter memutuskan untuk mencoba obat tersebut pada dirinya sendiri. Dia cukup senang dengan hasilnya. Baginya, obat itu memiliki aroma yang menyenangkan dan efek yang tidak biasa pada bibir dan mulut. Lebih penting lagi, bagaimanapun, adalah efek terapeutik obat pada depresi seriusnya. Dalam sepucuk surat kepada tunangannya, yang sudah setahun tidak ditemuinya, dia melaporkan bahwa selama depresi berat terakhirnya, dia telah meminum obat dalam jumlah kecil dengan hasil yang luar biasa. Dia menulis bahwa lain kali dia melihatnya dia akan menjadi seperti orang liar, merasakan efek obat. Dia juga memberi tahu tunangannya bahwa dia akan memberinya obat dalam jumlah kecil, seolah-olah untuk membuatnya kuat dan membantunya menambah berat badan. Dokter muda itu menulis pamflet yang memuji manfaat obat tersebut, tetapi dia belum menyelesaikan eksperimen yang diperlukan tentang nilai obat tersebut sebagai analgesik. Tidak sabar berada di dekat tunangannya, dia menunda penyelesaian eksperimennya dan pergi menemuinya. Selama kunjungan itu, seorang kolega—dan bukan dia—menyelesaikan eksperimen, menerbitkan hasilnya, dan mendapatkan pengakuan yang diharapkan oleh dokter muda itu untuk dirinya sendiri. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1884; obat itu adalah kokain; dokter muda itu adalah Sigmund Freud. Sekilas tentang Teori Psikoanalitik Freud, tentu saja, beruntung karena namanya tidak terikat erat dengan kokain. Sebaliknya, namanya dikaitkan denganpsikoanalisa,yang paling terkenal dari semua teori kepribadian. Apa yang membuat teori Freud begitu menarik? Pertama, pilar kembar psikoanalisis, seks dan agresi, adalah dua subjek yang terus populer. Kedua, teori tersebut disebarkan melampaui asalusulnya di Wina oleh sekelompok pengikut yang bersemangat dan berdedikasi, banyak di antaranya meromantisasi Freud sebagai pahlawan yang hampir bersifat mitologis dan kesepian. Ketiga, perintah bahasa Freud yang brilian memungkinkan dia untuk mempresentasikan teorinya dengan cara yang merangsang dan menggairahkan. Pemahaman Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalamannya dengan pasien, analisisnya tentang mimpinya sendiri, dan bacaannya yang luas dalam berbagai ilmu dan humaniora. Pengalaman ini memberikan data dasar untuk evolusi teorinya. Baginya, teori mengikuti observasi, dan konsep kepribadiannya mengalami revisi konstan selama 50 tahun terakhir hidupnya. Meskipun bersifat evolusioner, Freud bersikeras bahwa psikoanalisis tidak dapat tunduk pada eklektisisme, dan murid-murid yang menyimpang dari ide-ide dasarnya segera menemukan diri mereka secara pribadi dan profesional dikucilkan oleh Freud. 21 22 Bagian II Teori Psikodinamik Meskipun Freud menganggap dirinya terutama sebagai seorang ilmuwan, definisinya tentang sains agak berbeda dari yang dipegang oleh kebanyakan psikolog saat ini. Freud lebih mengandalkan penalaran deduktif daripada metode penelitian yang ketat, dan dia melakukan pengamatan secara subyektif dan pada sampel pasien yang relatif kecil, yang sebagian besar berasal dari kelas menengah ke atas dan kelas atas. Dia tidak menghitung datanya, juga tidak melakukan pengamatan dalam kondisi yang terkendali. Dia menggunakan pendekatan studi kasus hampir secara eksklusif, biasanya merumuskan hipotesis setelah fakta kasus diketahui. Biografi Sigmund Freud skrg bagian rep. ceko Sigismund (Sigmund) Freud lahir pada tanggal 6 Maret atau 6 Mei 1856, di Freiberg, Moravia, yang sekarang menjadi bagian dari Republik Ceko. (Para sarjana tidak setuju dengan tanggal lahirnya—tanggal pertama hanya 8 bulan setelah pernikahan orang tuanya.) Freud adalah anak sulung dari Jacob dan Amalie Nathanson Freud, meskipun ayahnya memiliki dua putra yang sudah dewasa, Emanuel dan Philipp, dari keluarga sebelumnya. pernikahan. Jacob dan Amalie Freud memiliki tujuh anak lain dalam waktu 10 tahun, tetapi Sigmund tetap menjadi favorit ibunya yang muda dan memanjakan, yang mungkin sebagian berkontribusi pada kepercayaan dirinya seumur hidup (E. Jones, 1953). Seorang pemuda yang terpelajar dan berpikiran serius, Freud tidak memiliki persahabatan dekat dengan adik-adiknya. Namun, dia menikmati hubungan yang hangat dan memanjakan dengan ibunya, Ketika Sigmund berusia tiga tahun, kedua keluarga Freud meninggalkan Freiberg. Keluarga Emanuel dan Philipp pindah ke Inggris, dan keluarga Jacob Freud pertama-tama pindah ke Leipzig dan kemudian ke Wina. Ibukota Austria tetap menjadi rumah Sigmund Freud selama hampir 80 tahun, sampai tahun 1938 ketika invasi Nazi memaksanya untuk beremigrasi ke London, di mana dia meninggal pada tanggal 23 September 1939. Ketika Freud berusia sekitar satu setengah tahun, ibunya melahirkan putra keduanya, Julius, sebuah peristiwa yang berdampak signifikan pada perkembangan psikis Freud. Sigmund dipenuhi permusuhan terhadap adik laki-lakinya dan memendam keinginan tak sadar untuk kematiannya. Ketika Julius meninggal pada usia 6 bulan, Sigmund merasa bersalah karena telah menyebabkan kematian saudaranya. Ketika Freud mencapai usia paruh baya, dia mulai memahami bahwa keinginannya tidak benar-benar menyebabkan kematian saudara laki-lakinya dan bahwa anak-anak sering kali menginginkan adiknya meninggal. Penemuan ini membersihkan Freud dari rasa bersalah yang dibawanya hingga dewasa dan, dengan analisisnya sendiri, berkontribusi pada perkembangan psikisnya di kemudian hari (Freud, 1900/1953). penelitian di bidang fisiologi Freud tertarik pada kedokteran, bukan karena dia menyukai praktik medis, tetapi karena dia sangat ingin tahu tentang sifat manusia (Ellenberger, 1970). Dia masuk Fakultas Kedokteran Universitas Wina tanpa niat untuk praktik kedokteran. Sebaliknya, dia lebih suka mengajar dan melakukan penelitian di bidang fisiologi, yang dia teruskan bahkan setelah dia lulus dari Institut Fisiologi universitas. Freud mungkin melanjutkan pekerjaan ini tanpa batas jika bukan karena dua faktor. Pertama, dia percaya (mungkin dengan beberapa pembenaran) bahwa, sebagai seorang Yahudi, kesempatannya untuk kemajuan akademis akan terbatas. Kedua, ayahnya, yang membantu membiayai sekolah kedokterannya, menjadi kurang mampu menyediakan uang Bab 2 Freud: Psikoanalisis bantuan. Dengan enggan, Freud beralih dari laboratoriumnya ke praktik kedokteran. Dia bekerja selama 3 tahun di Rumah Sakit Umum Wina, menjadi akrab dengan praktik berbagai cabang kedokteran, termasuk psikiatri dan penyakit saraf (Freud, 1925/1959). Pada tahun 1885, ia menerima hibah perjalanan dari Universitas Wina dan memutuskan untuk belajar di Paris dengan ahli saraf Prancis terkenal Jean-Martin Charcot. Dia menghabiskan 4 bulan dengan Charcot, dari siapa dia belajar teknik hipnotis untuk mengobatihisteri,gangguan yang biasanya ditandai dengan kelumpuhan atau fungsi bagian tubuh tertentu yang tidak tepat. Melalui hipnosis, Freud menjadi yakin akan asal psikogenik dan seksual dari gejala histeris. Saat masih menjadi mahasiswa kedokteran, Freud mengembangkan hubungan profesional yang erat dan persahabatan pribadi dengan Josef Breuer, seorang dokter Wina yang terkenal 14 tahun lebih tua dari Freud dan seorang pria dengan reputasi ilmiah yang cukup (Ferris, 1997). Breuer mengajari Freud tentangpembersihan,proses menghilangkan gejala histeris melalui "membicarakannya". Saat menggunakan katarsis, Freud secara bertahap dan susah payah menemukanAsosiasi bebasteknik, yang segera menggantikan hipnosis sebagai teknik terapi utamanya. Sejak masa remaja, Freud benar-benar bermimpi membuat penemuan yang monumental dan mencapai ketenaran (Newton, 1995). Pada beberapa kesempatan selama tahun 1880-an dan 1890-an dia yakin dia berada di ambang penemuan semacam itu. Kesempatan pertamanya untuk mendapatkan pengakuan datang pada tahun 1884–1885 dan melibatkan eksperimennya dengan kokain, yang kami diskusikan dalam sketsa pembukaan. Peluang kedua Freud untuk mencapai ketenaran datang pada tahun 1886 setelah dia kembali Dia berasumsi Sigmund Freud dengan putrinya, Anna, yang merupakan seorang psikoanalis dengan haknya sendiri. Foto Chronicle/Alamy Stock 23 24 Bagian II Teori Psikodinamik Imperial Society of Physicians of Vienna, yang dia yakini secara keliru akan terkesan oleh pengetahuan Dr. Freud muda tentang histeria pria. Para dokter awal percaya bahwa histeria benar-benar merupakan kelainan wanita karena kata itu memiliki asal yang sama dengan rahim dan merupakan hasil dari "rahim yang berkeliaran", dengan rahim yang menyebar ke seluruh tubuh wanita dan menyebabkan berbagai bagian tidak berfungsi. Namun, pada tahun 1886, ketika Freud mempresentasikan makalah tentang histeria laki-laki kepada Masyarakat, sebagian besar dokter yang hadir sudah mengetahui penyakit tersebut dan tahu bahwa itu juga bisa menjadi kelainan laki-laki. Karena orisinalitas diharapkan dan karena makalah Freud adalah pengulangan dari apa yang sudah diketahui, para dokter Wina tidak menanggapi presentasinya dengan baik. Juga, pujian Freud yang terus-menerus terhadap Charcot, seorang Prancis, mendinginkan para dokter Wina dalam ceramahnya. Sayangnya, dalam studi otobiografinya, Freud (1925/1959) menceritakan kisah yang sangat berbeda, mengklaim bahwa ceramahnya tidak diterima dengan baik karena anggota masyarakat terpelajar tidak dapat memahami konsep histeria laki-laki. Catatan Freud tentang kejadian ini, yang sekarang diketahui salah, tetap diabadikan selama bertahun-tahun, dan seperti yang dikemukakan Sulloway (1992), itu hanyalah salah satu dari banyak fiksi yang diciptakan oleh Freud dan para pengikutnya untuk membuat mitologi psikoanalisis dan menjadikan pahlawan kesepian dari pendirinya. Kecewa dalam upayanya untuk mendapatkan ketenaran dan menderita perasaan (baik dibenarkan maupun sebaliknya) dari oposisi profesional karena pembelaannya terhadap kokain dan keyakinannya pada asal mula seksual dari neurosis, Freud merasa perlu untuk bergabung dengan rekan yang lebih dihormati. Dia menoleh ke Breuer, dengan siapa dia bekerja saat masih menjadi mahasiswa kedokteran dan dengan siapa dia menikmati hubungan pribadi dan profesional yang berkelanjutan. Breuer telah membahas secara rinci dengan Freud kasus Anna O, seorang wanita muda yang belum pernah ditemui Freud, tetapi Breuer telah menghabiskan banyak waktu merawat histeria beberapa tahun sebelumnya. Karena penolakannya oleh Imperial Society of Physicians dan keinginannya untuk membangun reputasi bagi dirinya sendiri, Freud mendesak Breuer untuk bekerja sama dengannya dalam menerbitkan laporan tentang Anna O dan beberapa kasus histeria lainnya. Breer, bagaimanapun, tidak begitu bersemangat seperti Freud yang lebih muda dan lebih revolusioner untuk menerbitkan risalah lengkap tentang histeria yang dibangun hanya berdasarkan beberapa studi kasus. Dia juga tidak bisa menerima anggapan Freud bahwa pengalaman seksual masa kanak-kanak adalah sumber histeria orang dewasa. Akhirnya, dan dengan sedikit keengganan, Breuer setuju untuk menerbitkannya bersama Freud Studi tentang Histeria(Breuer & Freud, 1895/1955). Dalam buku ini, Freud memperkenalkan istilah "analisis psikis", dan selama tahun berikutnya, dia mulai menyebut pendekatannya "analisis psiko". Sekitar waktu ituStudi tentang Histeriaditerbitkan, Freud dan Breuer memiliki perselisihan profesional dan menjadi terasing secara pribadi. Freud kemudian beralih ke temannya Wilhelm Fliess, seorang dokter Berlin yang menjabat sebagai papan suara untuk ideide Freud yang baru berkembang. Surat-surat Freud kepada Fliess (Freud, 1985) merupakan catatan langsung dari awal psikoanalisis dan mengungkapkan tahap embrio teori Freudian. Freud dan Fliess telah menjadi teman pada tahun 1887, tetapi hubungan mereka menjadi lebih intim setelah putusnya hubungan Freud dengan Breuer. Selama akhir 1890-an, Freud mengalami isolasi profesional dan krisis pribadi. Dia mulai menganalisis mimpinya sendiri, dan setelah kematian ayahnya pada tahun 1896, dia memulai praktik menganalisis dirinya sendiri setiap hari. Meskipun analisis dirinya adalah pekerjaan seumur hidup, itu sangat sulit baginya selama akhir tahun 1890-an. Selama periode ini, Freud menganggap dirinya sebagai pasien terbaiknya sendiri. Pada Agustus 1897, dia menulis Bab 2 Freud: Psikoanalisis kepada Fliess, “pasien utama yang membuat saya sibuk adalah diri saya sendiri. . . . Analisisnya lebih sulit daripada yang lain. Sebenarnya itulah yang melumpuhkan kekuatan psikis saya” (Freud, 1985, hal. 261). Krisis pribadi kedua adalah kesadarannya bahwa dia sekarang setengah baya dan belum mencapai ketenaran yang sangat dia dambakan. Selama waktu ini dia mengalami kekecewaan lagi dalam usahanya untuk memberikan kontribusi ilmiah yang besar. Sekali lagi dia percaya dirinya berada di ambang terobosan penting dengan "penemuan" bahwa neurosis memiliki etiologi dalam rayuan anak oleh orang tua. Freud menyamakan temuan ini dengan penemuan sumber Sungai Nil. Namun, pada tahun 1897, dia meninggalkan teori rayuan dan sekali lagi harus menunda penemuan yang akan mendorongnya menuju kehebatan. Mengapa Freud meninggalkan teori rayuannya yang dulu berharga? Dalam surat tertanggal 21 September 1897, kepada Wilhelm Fliess, dia memberikan empat alasan mengapa dia tidak bisa lagi mempercayai teori rayuannya. Pertama, katanya, teori rayuan tidak memungkinkannya untuk berhasil merawat bahkan satu pasien pun. Kedua, sejumlah besar ayah, termasuk ayahnya sendiri, harus dituduh melakukan penyimpangan seksual karena histeria cukup umum bahkan di antara saudara-saudara Freud. Ketiga, Freud percaya bahwa pikiran bawah sadar mungkin tidak dapat membedakan realitas dari fiksi, sebuah keyakinan yang kemudian berkembang menjadi kompleks Oedipus. Dan keempat, dia menemukan bahwa ingatan bawah sadar pasien psikotik lanjut hampir tidak pernah mengungkapkan pengalaman seksual anak usia dini (Freud, 1985). Setelah meninggalkan teori rayuannya dan tanpa kompleks Oedipus untuk menggantikannya, Penulis biografi resmi Freud, Ernest Jones (1953, 1955, 1957), percaya bahwa Freud menderita psikoneurosis parah selama akhir 1890-an, meskipun Max Schur (1972), dokter pribadi Freud selama dekade terakhir hidupnya, berpendapat bahwa penyakitnya adalah karena lesi jantung, diperburuk oleh kecanduan nikotin. Peter Gay (1988) mengemukakan bahwa selama waktu segera setelah kematian ayahnya, Freud "menghidupkan kembali konflik oedipalnya dengan keganasan yang aneh" (hal. 141). Tapi Henri Ellenberger (1970) menggambarkan periode ini dalam kehidupan Freud sebagai masa "penyakit kreatif", suatu kondisi yang ditandai dengan depresi,sakit saraf,penyakit psikosomatis, dan keasyikan yang intens dengan beberapa bentuk aktivitas kreatif. Bagaimanapun, di usia paruh baya, Freud menderita keraguan diri, depresi, danobsesidengan kematiannya sendiri. Terlepas dari kesulitan ini, Freud menyelesaikan pekerjaan terbesarnya,Interpretasi Mimpi(1900/1953), selama periode ini. Buku ini, selesai pada tahun 1899, merupakan hasil dari analisis dirinya, yang sebagian besar telah dia ungkapkan kepada temannya Wilhelm Fliess. Buku itu berisi banyak mimpi Freud sendiri, beberapa disamarkan di balik nama fiktif. Hampir segera setelah publikasiInterpretasi Mimpi,persahabatannya dengan Fliess mulai mendingin, akhirnya pecah pada tahun 1903. Perpisahan ini sejalan dengan keterasingan Freud sebelumnya dari Breuer, yang terjadi segera setelah mereka menerbitkanStudi tentang Histeriabersama. Itu juga pertanda perpisahannya dengan Alfred Adler, Carl Jung, dan beberapa rekan dekat lainnya. Mengapa Freud mengalami kesulitan dengan begitu banyak mantan teman? Freud sendiri menjawab pertanyaan ini, menyatakan bahwa “bukan perbedaan ilmiah yang begitu penting; biasanya semacam permusuhan, kecemburuan atau balas dendam, yang memberikan dorongan untuk permusuhan. Perbedaan ilmiah muncul belakangan” (Wortis, 1954, hal. 163). 25 26 Bagian II buku Freud Teori Psikodinamik MeskipunInterpretasi Mimpitidak menciptakan kegemparan internasional instan yang diharapkan Freud, hal itu akhirnya memberinya ketenaran dan pengakuan yang dia cari. Dalam periode 5 tahun setelah penerbitannya, Freud, yang sekarang dipenuhi dengan kepercayaan diri baru, menulis beberapa karya penting yang membantu memperkuat dasar psikoanalisis, termasukPada Mimpi(1901/1953), ditulis karena Interpretasi Mimpitelah gagal menarik banyak minat;Psikopatologi Kehidupan Sehari-hari (1901/1960), yang memperkenalkan dunia pada slip Freudian;Tiga Esai tentang Teori Seksualitas(1905/1953b), yang menetapkan seks sebagai landasan psikoanalisis; Dan Lelucon dan Hubungannya dengan Alam Bawah Sadar(1905/1960), yang mengemukakan bahwa lelucon, seperti mimpi dan slip Freudian, memiliki makna yang tidak disadari. Publikasi ini membantu Freud mencapai beberapa keunggulan lokal di kalangan ilmiah dan medis. Pada tahun 1902, Freud mengundang sekelompok kecil dokter Wina yang lebih muda untuk bertemu di rumahnya untuk membahas masalah psikologis. Kemudian, pada musim gugur tahun itu, kelima orang ini—Freud, Alfred Adler, Wilhelm Stekel, Max Kahane, dan Rudolf Reitler—membentuk Wednesday Psychological Society, dengan Freud sebagai pemimpin diskusi. Pada tahun 1908, organisasi ini mengadopsi nama yang lebih formal—Masyarakat Psikoanalitik Wina. Pada tahun 1910, Freud dan para pengikutnya mendirikan Asosiasi Psikoanalitik Internasional dengan Carl Jung dari Zürich sebagai presiden. Freud tertarik pada Jung karena kecerdasannya yang tajam dan juga karena dia bukan orang Yahudi atau Wina. Antara 1902 dan 1906, semua 17 murid Freud adalah orang Yahudi (Kurzweil, 1989), dan Freud tertarik untuk memberikan psikoanalisis rasa yang lebih kosmopolitan. Meskipun Jung adalah tambahan yang disambut baik di lingkaran Freudian dan telah ditunjuk sebagai "Putra Mahkota" dan "manusia masa depan", dia, seperti Adler dan Stekel sebelumnya, akhirnya bertengkar sengit dengan Freud dan meninggalkan gerakan psikoanalitik. Benih ketidaksepakatan antara Jung dan Freud mungkin ditaburkan ketika kedua pria itu, bersama dengan Sandor Ferenczi, melakukan perjalanan ke Amerika Serikat pada tahun 1909 untuk menyampaikan serangkaian kuliah di Clark University dekat Boston. Untuk menghabiskan waktu selama perjalanan mereka, Freud dan Jung menafsirkan mimpi satu sama lain, sebuah praktik yang berpotensi meledak yang akhirnya menyebabkan berakhirnya hubungan mereka pada tahun 1913 (McGuire, 1974). Tahun-tahun Perang Dunia I sulit bagi Freud. Dia terputus dari komunikasi dengan para pengikutnya yang setia, praktik psikoanalitiknya menyusut, rumahnya terkadang tanpa panas, dan dia dan keluarganya hanya memiliki sedikit makanan. Setelah perang, meski sudah bertahun-tahun dan menderita sakit akibat 33 operasi kanker mulut, dia membuat revisi penting dalam teorinya. Yang paling signifikan dari ini adalah ketinggian agresike tingkat yang setara dengan dorongan seksual; dimasukkannya represi sebagai salah satu pertahanan ego; dan usahanya untuk mengklarifikasi kompleks Oedipus perempuan, yang tidak pernah bisa dia selesaikan sepenuhnya. Kualitas pribadi apa yang dimiliki Freud? Wawasan yang lebih lengkap tentang kepribadiannya dapat ditemukan di Breger (2000), Clark (1980), Ellenberger (1970), Ferris (1997), Gay (1988), Handlbauer (1998), Isbister (1985), E. Jones ( 1953, 1955, 1957), Newton (1995), Noland (1999), Roazen (1993, 1995, 2001), Silverstein (2003), Sulloway (1992), Vitz (1988), dan lusinan buku lain tentang kehidupan Freud. Di atas segalanya, Freud adalah orang yang sensitif dan penuh gairah yang memiliki kapasitas untuk intim, Bab 2 Freud: Psikoanalisis persahabatan yang hampir rahasia. Sebagian besar dari hubungan yang sangat emosional ini berakhir dengan tidak bahagia, dan Freud sering merasa dianiaya oleh mantan teman-temannya dan menganggap mereka sebagai musuh. Dia tampaknya membutuhkan kedua jenis hubungan itu. Di dalamInterpretasi Mimpi,Freud menjelaskan dan meramalkan suksesi perpecahan antarpribadi ini: “Kehidupan emosional saya selalu bersikeras bahwa saya harus memiliki teman dekat dan musuh yang dibenci. Saya selalu dapat menyediakan diri saya lagi dengan keduanya” (Freud, 1900/1953, hlm. 483). Sampai dia melewati usia 50 tahun, semua hubungan ini adalah dengan laki-laki. Menariknya, Freud, pria yang tampaknya selalu memikirkan seks, memiliki kehidupan seks yang sangat jarang. Setelah Anna, anak bungsunya, lahir pada tahun 1895, Freud yang belum berusia 40 tahun tidak melakukan hubungan seksual selama beberapa tahun. Sebagian besar kehidupan seksualnya yang jarang berasal dari keyakinannya bahwa penggunaan kondom, coitus interruptus, serta masturbasi adalah praktik seksual yang tidak sehat. Karena Freud tidak menginginkan anak lagi setelah Anna lahir, pantang seksual adalah satu-satunya alternatifnya (Breger, 2000; Freud, 1985). Selain menyeimbangkan kehidupan emosionalnya antara teman dekat dan musuh yang dibenci, Freud memiliki bakat luar biasa sebagai penulis, bakat yang membantunya menjadi kontributor utama pemikiran abad ke-20. Dia adalah master bahasa Jerman dan tahu beberapa bahasa lain. Meskipun dia tidak pernah memenangkan Hadiah Nobel yang didambakan untuk sains, dia dianugerahi Penghargaan Goethe untuk sastra pada tahun 1930. Freud juga memiliki keingintahuan intelektual yang kuat; keberanian moral yang tidak biasa (ditunjukkan oleh analisis diri hariannya); perasaan yang sangat ambivalen terhadap ayahnya dan figur ayah lainnya; kecenderungan untuk menyimpan dendam yang tidak sebanding dengan pelanggaran yang dituduhkan; ambisi yang membara, terutama di tahun-tahun awalnya; perasaan terasing yang kuat bahkan saat dikelilingi oleh banyak pengikut; dan ketidaksukaan yang intens dan agak irasional terhadap Amerika dan Amerika, sikap yang semakin intens setelah perjalanannya ke Amerika Serikat pada tahun 1909. Mengapa Freud begitu meremehkan orang Amerika? Mungkin alasan yang paling penting adalah bahwa dia benar percaya orang Amerika akan menyepelekan psikoanalisis dengan mencoba membuatnya populer. Selain itu, ia memiliki beberapa pengalaman selama perjalanannya ke Amerika Serikat yang asing bagi seorang pria Wina borjuis yang tepat. Bahkan sebelum ia memulaiGeorge Washington,dia melihat namanya salah eja sebagai "Freund" di daftar penumpang (Ferris, 1997). Sejumlah peristiwa lain—beberapa di antaranya tampak lucu—membuat kunjungan Freud lebih tidak menyenangkan daripada yang seharusnya. Pertama, Freud mengalami gangguan pencernaan kronis dan diare selama kunjungannya, mungkin karena air minumnya tidak cocok dengannya. Selain itu, dia merasa aneh dan bermasalah bahwa kota-kota Amerika tidak menyediakan toilet umum di sudut jalan, dan dengan gangguan pencernaannya yang kronis dia sering mencari toilet umum. Juga, beberapa orang Amerika memanggilnya sebagai Doc atau Sigmund sambil menantangnya untuk mempertahankan teorinya, dan satu orang mencoba — tentu saja tidak berhasil — untuk mencegahnya merokok cerutu di area bebas rokok. Apalagi, ketika Freud, Ferenczi, dan Jung pergi ke sebuah kamp pribadi di Massachusetts barat, mereka disambut oleh rentetan bendera Kekaisaran Jerman, meskipun faktanya tidak satupun dari mereka adalah Jerman dan masingmasing memiliki alasan untuk tidak menyukai Jerman. Juga di kemah, Freud, bersama dengan yang lain, duduk di tanah sementara tuan rumah memanggang steak di atas arang, kebiasaan yang dianggap Freud biadab dan kasar (Roazen, 1993). 27 28 Bagian II Teori Psikodinamik Tingkat Kehidupan Mental Sumbangan terbesar Freud pada teori kepribadian adalah penjelajahannya terhadap ketidaksadaran dan desakannya bahwa orang-orang termotivasi terutama oleh dorongandorongan yang sedikit atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental dibagi menjadi dua tingkatan, yaitutidak sadardansadar.Ketidaksadaran, pada gilirannya, memiliki dua tingkatan yang berbeda, ketidaksadaran yang tepat danprasadar.Dalam psikologi Freudian, tiga tingkat kehidupan mental digunakan untuk menunjukkan proses dan lokasi. Keberadaan sebagai lokasi tertentu, tentu saja, hanyalah hipotetis dan tidak memiliki keberadaan nyata di dalam tubuh. Namun, Freud berbicara tentangituproses tidak sadar dan proses tidak sadar. Tidak sadar Alam bawah sadar berisi semua dorongan, desakan, atau naluri yang berada di luar kesadaran kita tetapi tetap memotivasi sebagian besar kata-kata, perasaan, dan tindakan kita. Meskipun kita mungkin menyadari perilaku terbuka kita, kita sering tidak menyadari proses mental yang ada di baliknya. Misalnya, seorang pria mungkin tahu bahwa dia tertarik pada seorang wanita tetapi mungkin tidak sepenuhnya memahami semua alasan ketertarikan tersebut, beberapa di antaranya bahkan mungkin tampak tidak masuk akal. Karena ketidaksadaran tidak tersedia bagi pikiran sadar, bagaimana seseorang bisa tahu jika itu benar-benar ada? Freud merasa bahwa keberadaannya hanya dapat dibuktikan secara tidak langsung. Baginya ketidaksadaran adalah penjelasan makna di balik mimpi, salah bicara, dan jenis lupa tertentu, yang disebutrepresi.Mimpi berfungsi sebagai sumber materi bawah sadar yang sangat kaya. Misalnya, Freud percaya bahwa pengalaman masa kanak-kanak dapat muncul dalam mimpi orang dewasa meskipun si pemimpi tidak memiliki ingatan sadar akan pengalaman tersebut. Proses bawah sadar sering kali masuk ke dalam kesadaran tetapi hanya setelah disamarkan atau cukup terdistorsi untuk menghindari penyensoran. Freud (1917/1963) menggunakan analogi penjaga atau sensor yang memblokir jalur antara alam bawah sadar dan alam prasadar dan mencegah ingatan penghasil kecemasan yang tidak diinginkan memasuki kesadaran. Untuk memasuki tingkat sadar dari pikiran, gambaran bawah sadar ini pertamatama harus disamarkan secara memadai untuk melewatinyasensor primer,dan kemudian mereka harus menghindari asensor akhiryang mengawasi lorong antara prasadar dan sadar. Pada saat ingatan ini memasuki pikiran sadar kita, kita tidak lagi mengenalinya apa adanya; sebaliknya, kami melihatnya sebagai pengalaman yang relatif menyenangkan dan tidak mengancam. Dalam kebanyakan kasus, gambar-gambar ini memiliki motif seksual atau agresif yang kuat, karena perilaku seksual dan agresif masa kanak-kanak sering dihukum atau ditekan. Hukuman danpenekanansering menciptakan perasaan cemas, dan kecemasan pada gilirannya merangsangrepresi,yaitu, pemaksaan pengalaman yang tidak diinginkan dan penuh kecemasan ke alam bawah sadar sebagai pertahanan terhadap rasa sakit dari kecemasan itu. Namun, tidak semua proses bawah sadar muncul dari represi peristiwa masa kanakkanak. Freud percaya bahwa sebagian dari ketidaksadaran kita berasal dari pengalaman nenek moyang awal kita yang telah diwariskan kepada kita melalui pengulangan ratusan generasi. Dia menyebut gambar-gambar bawah sadar yang diwariskan ini milik kita Bab 2 29 Freud: Psikoanalisis anugerah filogenetik(Freud, 1917/1963, 1933/1964). Gagasan Freud tentang anugerah filogenetik sangat mirip dengan konsep Carl Jung tentang ketidaksadaran kolektif (lihat Bab 4). Namun, ada satu perbedaan penting antara kedua konsep tersebut. Sementara Jung menempatkan penekanan utama pada ketidaksadaran kolektif, Freud mengandalkan gagasan disposisi yang diwariskan hanya sebagai upaya terakhir. Artinya, ketika penjelasan yang dibangun di atas pengalaman individu tidak memadai, Freud akan beralih ke gagasan tentang pengalaman yang diwariskan secara kolektif untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pengalaman individu. Nanti kita akan melihat bahwa Freud menggunakan konsep anugerah filogenetik untuk menjelaskan beberapa konsep penting, seperti kompleks Oedipus dan kecemasan kastrasi. Dorongan bawah sadar dapat muncul dalam kesadaran, tetapi hanya setelah mengalami transformasi tertentu. Seseorang dapat mengekspresikan dorongan erotis atau permusuhan, misalnya, dengan menggoda atau bercanda dengan orang lain. Dorongan asli (seks atau agresi) dengan demikian disamarkan dan disembunyikan dari pikiran sadar kedua orang tersebut. Namun, ketidaksadaran orang pertama secara langsung memengaruhi ketidaksadaran orang kedua. Kedua orang mendapatkan kepuasan dari dorongan seksual atau agresif, tetapi tidak ada yang menyadari motif yang mendasari di balik ejekan atau lelucon. Dengan demikian pikiran bawah sadar satu orang dapat berkomunikasi dengan alam bawah sadar orang lain tanpa salah satu dari mereka menyadari prosesnya. Tidak sadar, tentu saja, tidak berarti tidak aktif atau tidak aktif. Kekuatan di alam bawah sadar terus-menerus berusaha untuk menjadi sadar, dan banyak di antaranya berhasil, meskipun mungkin tidak lagi muncul dalam bentuk aslinya. Gagasan bawah sadar dapat dan memang memotivasi orang. Misalnya, permusuhan seorang anak laki-laki terhadap ayahnya mungkin menyamar dalam bentuk kasih sayang yang berlebihan. Dalam bentuk yang tidak tersamar, permusuhan akan menimbulkan terlalu banyak kecemasan bagi sang putra. Oleh karena itu, pikiran bawah sadarnya memotivasi dia untuk mengungkapkan permusuhan secara tidak langsung melalui pertunjukan cinta dan sanjungan yang berlebihan. Karena penyamaran harus berhasil menipu orang tersebut, seringkali mengambil bentuk yang berlawanan dari perasaan aslinya, tetapi hampir selalu berlebihan dan mencolok. (Mekanisme ini, disebut apembentukan reaksi,dibahas nanti di bagian berjudul Mekanisme Pertahanan.) Prasadar Tingkat prasadar dari pikiran mengandung semua elemen yang tidak disadari tetapi dapat menjadi sadar dengan mudah atau dengan beberapa kesulitan (Freud, 1933/1964). Isi prasadar berasal dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dirasakan seseorang hanya disadari untuk periode sementara; itu dengan cepat masuk ke alam bawah sadar ketika fokus perhatian bergeser ke ide lain. Ideide yang berganti-ganti dengan mudah antara sadar dan prasadar ini sebagian besar bebas dari kecemasan dan pada kenyataannya jauh lebih mirip dengan gambaran sadar daripada dorongan tak sadar. persepsi sadar Sumber kedua dari gambaran prasadar adalah ketidaksadaran. Freud percaya bahwa ide dapat melewati sensor yang waspada dan masuk ke alam bawah sadar dalam bentuk terselubung. Beberapa dari gambaran ini tidak pernah menjadi sadar karena jika kita ketidaksadaran mengenalinya sebagai turunan dari ketidaksadaran, kita akan mengalami peningkatan level 30 Bagian II Teori Psikodinamik kecemasan, yang akan mengaktifkan sensor terakhir untuk menekan gambar-gambar sarat kecemasan ini, memaksa mereka kembali ke alam bawah sadar. Gambaran lain dari alam bawah sadar memang masuk ke kesadaran, tetapi hanya karena sifat aslinya disamarkan dengan cerdik melalui proses mimpi, kesalahan lidah, atau tindakan defensif yang rumit. Sadar Kesadaran, yang memainkan peran yang relatif kecil dalam teori psikoanalitik, dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur mental dalam kesadaran pada titik waktu tertentu. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang langsung tersedia bagi kita. Gagasan dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda. Yang pertama dari asadar perseptualsistem, yang diarahkan ke dunia luar dan bertindak sebagai media untuk persepsi rangsangan eksternal. Dengan kata lain, apa yang kita rasakan melalui organ indera kita, jika tidak terlalu mengancam, masuk ke dalam kesadaran (Freud, 1933/1964). Sumber kedua dari unsur-unsur sadar adalah dari dalam struktur mental dan termasuk ide-ide yang tidak mengancam dari alam bawah sadar serta gambar-gambar yang mengancam tetapi tersamar dengan baik dari alam bawah sadar. Seperti yang telah kita lihat, gambar-gambar terakhir ini lolos ke alam bawah sadar dengan menyelubungi diri mereka sendiri sebagai elemen yang tidak berbahaya dan menghindari sensor utama. Begitu berada di alam bawah sadar, mereka menghindari sensor terakhir dan berada di bawah pengawasan kesadaran. Pada saat mereka mencapai sistem kesadaran, gambar-gambar ini sangat terdistorsi dan disamarkan, seringkali berbentuk perilaku defensif atau elemen mimpi. Singkatnya, Freud (1917/1963, hlm. 295–296) membandingkan ketidaksadaran dengan aula masuk besar di mana banyak orang yang beragam, energik, dan tidak terhormat berseliweran, berkerumun satu sama lain, dan berusaha tanpa henti untuk melarikan diri ke yang lebih kecil. ruang tamu. Namun, penjaga yang waspada melindungi ambang pintu antara aula masuk yang besar dan ruang penerima tamu yang kecil. Penjaga ini memiliki dua metode untuk mencegah orang-orang yang tidak diinginkan melarikan diri dari aula depan — baik mengembalikan mereka ke pintu atau mengusir orang-orang yang sebelumnya secara diam-diam menyelinap ke ruang penerima tamu. Efeknya sama; orang-orang yang mengancam dan tidak tertib dicegah untuk melihat tamu penting yang duduk di ujung ruang tamu di belakang layar. Arti analogi itu jelas. Orang-orang di aula depan mewakili gambaran yang tidak disadari. Ruang penerima kecil adalah alam bawah sadar dan penghuninya mewakili gagasan alam bawah sadar. Orang-orang di ruang tamu (prasadar) mungkin atau mungkin tidak melihat tamu penting yang, tentu saja, mewakili mata kesadaran. Penjaga pintu yang menjaga ambang antara dua ruangan adalah sensor utama yang mencegah bayangan tak sadar menjadi prasadar dan membuat bayangan tak sadar menjadi tidak sadar dengan membuangnya kembali. Layar yang menjaga tamu penting adalah sensor terakhir, dan mencegah banyak, tapi tidak semua, elemen prasadar untuk mencapai kesadaran. Analoginya disajikan secara grafis pada Gambar 2.1. Orang-orang di ruang tamu (prasadar) mungkin atau mungkin tidak melihat tamu penting yang, tentu saja, mewakili mata kesadaran. Penjaga pintu yang menjaga ambang antara dua ruangan adalah sensor utama yang mencegah bayangan tak sadar menjadi prasadar dan membuat bayangan tak sadar menjadi tidak sadar dengan membuangnya kembali. Layar yang menjaga tamu penting adalah sensor terakhir, dan mencegah banyak, tapi tidak semua, elemen prasadar untuk mencapai kesadaran. Analoginya disajikan secara grafis pada Gambar 2.1. Orang-orang di ruang tamu (prasadar) mungkin atau mungkin tidak melihat tamu penting yang, tentu saja, mewakili mata kesadaran. Penjaga pintu yang menjaga ambang antara dua ruangan adalah sensor utama yang mencegah bayangan tak sadar menjadi prasadar dan membuat bayangan tak sadar menjadi tidak sadar dengan membuangnya kembali. Layar yang menjaga tamu penting adalah sensor terakhir, dan mencegah banyak, tapi tidak semua, elemen prasadar untuk mencapai kesadaran. Analoginya disajikan secara grafis pada Gambar 2.1. Penjaga pintu yang menjaga ambang antara dua ruangan adalah sensor utama yang mencegah bayangan tak sadar menjadi prasadar dan membuat bayangan tak sadar menjadi tidak sadar dengan membuangnya kembali. Layar yang menjaga tamu penting adalah sensor terakhir, dan mencegah banyak, tapi tidak semua, elemen prasadar untuk mencapai kesadaran. Analoginya disajikan secara grafis pada Gambar 2.1. Penjaga pintu yang menjaga ambang antara dua ruangan adalah sensor utama yang mencegah bayangan tak sadar menjadi prasadar dan membuat bayangan tak sadar menjadi tidak sadar dengan membuangnya kembali. Layar yang menjaga tamu penting adalah sensor terakhir, dan mencegah banyak, tapi tidak semua, elemen prasadar untuk mencapai kesadaran. Analoginya disajikan secara grafis pada Gamba Bab 2 Freud: Psikoanalisis Raja Mata kesadaran Penyensoran terakhir Layar Prasadar Penerimaan ruang Sensor Penjaga pintu Tidak sadar Ruang depan GAMBAR 2.1Tingkat Kehidupan Mental. Provinsi Pikiran Selama hampir 2 dekade, satu-satunya model pikiran Freud adalah topografi yang baru saja kita uraikan, dan satu-satunya penggambaran perselisihan psikisnya adalah konflik antara kekuatan sadar dan tidak sadar. Kemudian, selama tahun 1920-an, Freud (1923/1961a) memperkenalkan model struktural tiga bagian. Pembagian pikiran menjadi tiga provinsi ini tidak menggantikan model topografi, tetapi membantu Freud menjelaskan gambaran mental menurut fungsi atau tujuannya. Bagi Freud, bagian paling primitif dari pikiran adalahda Es,atau "itu", yang hampir selalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagaipengenal;divisi kedua adalahdas Ich, atau 31 32 Bagian II Teori Psikodinamik Mata kesadaran Penyensoran terakhir Prasadar Sensor Tidak sadar Pengenal Ego Superego Terbuka untuk pengaruh somatik GAMBAR 2.2Tingkat Kehidupan Mental dan Provinsi Pikiran. "Aku," diterjemahkan sebagaiego;dan provinsi terakhir adalahdas Uber-Ich,atau "over-I," yang diterjemahkan sebagaisuperego.Provinsi atau daerah ini tidak memiliki keberadaan teritorial, tentu saja, tetapi hanya konstruksi hipotetis. Mereka berinteraksi dengan tiga tingkat kehidupan mental sehingga ego melintasi berbagai tingkat topografi dan memiliki komponen sadar, prasadar, dan tidak sadar, sedangkan superego adalah prasadar dan tidak sadar dan id sama sekali tidak sadar. Gambar 2.2 menunjukkan hubungan antara wilayah pikiran dan tingkat kehidupan mental. Identitas Inti dari kepribadian dan ketidaksadaran sepenuhnya adalah wilayah psikis yang disebut id, sebuah istilah yang berasal dari kata ganti impersonal yang berarti "itu," atau komponen kepribadian yang belum ada. Id tidak memiliki kontak dengan realitas, namun ia terus-menerus berusaha mengurangi ketegangan dengan memuaskan keinginan-keinginan dasar. Karena satu-satunya fungsinya adalah untuk mencari kesenangan, kita mengatakan bahwa id melayaniprinsip kesenangan. Bab 2 33 Freud: Psikoanalisis Bayi yang baru lahir adalah personifikasi dari id yang tidak terbebani oleh batasan ego dan superego. Bayi mencari pemuasan kebutuhan tanpa memperhatikan apa yang mungkin (yaitu, tuntutan ego) atau apa yang pantas (yaitu, pengekangan superego). Sebaliknya, itu menyebalkan ketika puting ada atau tidak ada dan mendapatkan kesenangan dalam situasi apa pun. Meskipun bayi menerima makanan untuk mempertahankan hidup hanya dengan mengisap puting susu, ia terus menyusu karena idnya tidak bersentuhan dengan kenyataan. Bayi gagal menyadari bahwa perilaku menghisap ibu jari tidak dapat menopang kehidupan. Karena id tidak memiliki kontak langsung dengan realitas, ia tidak diubah oleh berlalunya waktu atau oleh pengalaman orang tersebut. Impuls keinginan masa kanak-kanak tetap tidak berubah dalam id selama beberapa dekade (Freud, 1933/1964). Selain tidak realistis dan mencari kesenangan, id juga tidak logis dan secara bersamaan dapat menampung ide-ide yang tidak sesuai. Misalnya, seorang wanita mungkin menunjukkan cinta secara sadar kepada ibunya sementara secara tidak sadar ingin menghancurkannya. Keinginan-keinginan yang berlawanan ini dimungkinkan karena id tidak memiliki moralitas; artinya, ia tidak dapat membuat penilaian nilai atau membedakan antara yang baik dan yang jahat. Namun, id bukanlah immoral, hanya amoral. Semua energi id dihabiskan untuk satu tujuan—mencari kesenangan tanpa memperhatikan apa yang pantas atau adil (Freud, 1923/1961a, 1933/1964). Secara tinjauan, id itu primitif, kacau, tidak dapat diakses oleh kesadaran, tidak dapat diubah, amoral, tidak logis, tidak terorganisir, dan dipenuhi dengan energi yang diterima dari ID itu tdk dpt diakses kesadaran, tdk dpt diubah, tdk logis, kacau dorongan dasar dan dibuang untuk kepuasan prinsip kesenangan. Sebagai wilayah yang menampung dorongan-dorongan dasar (motivasi primer), id beroperasi melaluiproses primer.Karena secara membabi buta berusaha memuaskan prinsip kesenangan, kelangsungan hidupnya bergantung pada perkembangan aproses sekunder untuk membawanya ke dalam kontak dengan dunia luar. Proses sekunder ini berfungsi melalui ego. Ego Ego, atau saya, adalah satu-satunya wilayah pikiran yang berhubungan dengan realitas. Itu tumbuh dari id selama masa bayi dan menjadi satu-satunya sumber komunikasi seseorang dengan dunia luar. Hal ini diatur olehprinsip realitas,yang ia coba gantikan dengan prinsip kesenangan dari id. Sebagai satu-satunya wilayah pikiran yang berhubungan dengan dunia luar, ego menjadi pengambil keputusan atau cabang eksekutif dari kepribadian. Namun, karena sebagian sadar, sebagian prasadar, dan sebagian tidak sadar, ego dapat mengambil keputusan pada masing-masing dari ketiga tingkatan ini. Misalnya, ego seorang wanita wilayah pikiran yang berhub dgn realitas mungkinsecara sadarmotivasi dia untuk memilih pakaian yang terlalu rapi dan dijahit dengan baik karena dia merasa nyaman saat berpakaian bagus. Pada saat yang sama, dia mungkin hanya samar-samar (yaitu,secara prasadar) menyadari pengalaman sebelumnya yang dihargai karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, dia mungkinsecara tidak sadarTermotivasi untuk menjadi sangat rapi dan teratur karena pengalaman anak usia dini tentang toilet training. Dengan demikian, keputusannya untuk mengenakan pakaian rapi dapat terjadi pada ketiga tingkat kehidupan mentalnya. Saat menjalankan fungsi kognitif dan intelektualnya, ego harus mempertimbangkan tuntutan id dan superego yang tidak sesuai tetapi sama tidak realistisnya. Selain dua tiran ini, ego harus melayani penguasa ketiga dunia luar. Dengan demikian, ego terus-menerus mencoba mendamaikan klaim id dan superego yang buta dan irasional dengan tuntutan dunia luar yang realistis. 34 Bagian II Teori Psikodinamik Menemukan dirinya dikelilingi di tiga sisi oleh kekuatan yang berbeda dan bermusuhan, ego bereaksi dengan cara yang dapat diprediksi—ia menjadi cemas. Kemudian menggunakan represi dan lainnya mekanisme pertahananuntuk mempertahankan diri melawan kecemasan ini (Freud, 1926/1959a). Menurut Freud (1933/1964), ego menjadi berbeda dari id ketika bayi belajar membedakan dirinya dari dunia luar. Sementara id tetap tidak berubah, ego terus mengembangkan strategi untuk menangani tuntutan id yang tidak realistis dan tak hentihentinya akan kesenangan. Kadang-kadang ego dapat mengendalikan id pencari kesenangan yang kuat, tetapi di lain waktu ia kehilangan kendali. Dalam membandingkan ego dengan id, Freud menggunakan analogi seseorang yang menunggang kuda. Penunggangnya memeriksa dan menghambat kekuatan kuda yang lebih besar tetapi pada akhirnya bergantung pada belas kasihan hewan itu. Demikian pula, ego harus menahan dan menghambat dorongan-dorongan id, tetapi ego kurang lebih terusmenerus bergantung pada belas kasihan dari id yang lebih kuat tetapi kurang terorganisir. Ego tidak memiliki kekuatan sendiri tetapi meminjam energi dari id. Terlepas dari ketergantungan ini pada id, Saat anak-anak mulai mengalami penghargaan dan hukuman dari orang tua, mereka belajar apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit. Di usia muda ini, kesenangan dan rasa sakit adalah fungsi ego karena anak belum mengembangkan hati nurani dan egoideal: yaitu superego. Ketika anak-anak mencapai usia 5 atau 6 tahun, mereka mengidentifikasi diri dengan orang tua mereka dan mulai mempelajari apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan. Inilah asal usul superego. Superego Dalam psikologi Freudian, superego, atau above-I, mewakili aspek moral dan ideal dari kepribadian dan dipandu olehmoralistikDanprinsip idealisberlawanan dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realistik dari ego. Superego tumbuh dari ego, dan seperti ego, ia tidak memiliki energi sendiri. Namun, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting—ia tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan karenanya tidak realistis dalam menuntut kesempurnaan (Freud, 1923/1961a). Superego memiliki dua subsistem, yaituhati nuranidanego-ideal.Freud tidak secara jelas membedakan antara dua fungsi ini, tetapi, secara umum, hati nurani dihasilkan dari pengalaman dengan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan memberi tahu kita apa yang kita lakukan.tidak harus dilakukan,sedangkan ego-ideal berkembang dari pengalaman dengan penghargaan atas perilaku yang tepat dan memberi tahu kita apa yang kitaharus dilakukan.Hati nurani primitif muncul ketika seorang anak menyesuaikan diri dengan standar orang tua karena takut kehilangan cinta atau persetujuan. Kemudian, selama fase perkembangan Oedipal, cita-cita tersebut diinternalisasikan melalui identifikasi dengan ibu dan ayah. (Kami membahas kompleks Oedipus di bagian selanjutnya berjudul Tahapan Perkembangan.) Superego yang berkembang dengan baik bertindak untuk mengendalikan dorongan seksual dan agresif melalui prosesrepresi.Itu tidak dapat menghasilkan represi dengan sendirinya, tetapi dapat memerintahkan ego untuk melakukannya. Superego mengawasi ego dengan cermat, menilai tindakan dan niatnya. Rasa bersalah adalah hasil ketika ego bertindak—atau bahkan berniat untuk bertindak—bertentangan dengan standar moral superego. Perasaan rendah diri muncul ketika ego tidak mampu memenuhi standar kesempurnaan superego. Rasa bersalah, lalu Bab 2 Freud: Psikoanalisis 35 Seseorang yang mencari kesenangan yang didominasi oleh id Orang yang merasa bersalah atau rendah diri yang didominasi oleh superego Orang yang sehat secara psikologis didominasi oleh ego Pengenal Ego Superego GAMBAR 2.3Hubungan antara Id, Ego, dan Superego pada Tiga Pribadi Hipotetik. adalah fungsi dari hati nurani, sedangkan perasaan rendah diri berasal dari ego-ideal (Freud, 1933/1964). Superego tidak peduli dengan kebahagiaan ego. Itu berusaha secara membabi buta dan tidak realistis menuju kesempurnaan. Tidak realistis dalam arti tidak mempertimbangkan kesulitan atau ketidakmungkinan yang dihadapi ego dalam menjalankan perintahnya. Tidak semua tuntutannya tentu saja tidak mungkin dipenuhi, sama seperti tidak semua tuntutan orang tua dan figur otoritas lainnya tidak mungkin dipenuhi. Superego, bagaimanapun, adalah seperti id yang sama sekali tidak peduli, dan tidak peduli dengan kepraktisan persyaratannya. Freud (1933/1964) menunjukkan bahwa pembagian di antara berbagai wilayah pikiran tidak tajam dan tidak terdefinisi dengan baik. Perkembangan ketiga divisi ini sangat bervariasi pada individu yang berbeda. Bagi sebagian orang, superego tidak tumbuh setelah masa kanak-kanak; bagi orang lain, superego mungkin mendominasi kepribadian dengan mengorbankan rasa bersalah dan perasaan rendah diri. Bagi yang lain lagi, ego dan superego dapat bergiliran mengendalikan kepribadian, yang menghasilkan fluktuasi suasana hati yang ekstrim dan siklus kepercayaan diri dan sikap mencela diri sendiri yang berganti-ganti. Pada individu yang sehat, id dan superego diintegrasikan ke dalam ego yang berfungsi lancar dan beroperasi secara harmonis dan dengan konflik yang minimal. Gambar 2.3 menunjukkan hubungan antara id, ego, dan superego pada tiga orang hipotetis. Bagi orang pertama, id mendominasi ego yang lemah dan superego yang lemah. mencegah ego mengimbangi tuntutan id yang tak henti-hentinya dan membiarkan orang tersebut hampir terus-menerus berjuang untuk kesenangan terlepas dari apa yang mungkin atau pantas. Orang kedua, dengan perasaan bersalah atau rendah diri yang kuat dan ego yang lemah, akan mengalami banyak konflik karena ego tidak dapat menengahi tuntutan superego dan id yang kuat namun berlawanan. Orang ketiga, dengan ego yang kuat yang menggabungkan banyak tuntutan id dan superego, sehat secara psikologis dan mengendalikan prinsip kesenangan dan prinsip moralistik. dengan perasaan bersalah atau rendah diri yang kuat dan ego yang lemah, akan mengalami banyak konflik karena ego tidak dapat menengahi tuntutan superego dan id yang kuat namun berlawanan. Orang ketiga, dengan ego yang kuat yang menggabungkan banyak tuntutan id dan superego, sehat secara psikologis dan mengendalikan prinsip kesenangan dan prinsip moralistik. dengan perasaan bersalah atau rendah diri yang kuat dan ego yang lemah, akan mengalami banyak konflik karena ego tidak dapat menengahi tuntutan superego dan id yang kuat namun berlawanan. Orang ketiga, dengan ego yang kuat yang menggabungkan banyak tuntutan id dan superego, sehat secara psikologis dan mengendalikan prinsip kesenangan dan prinsip moralistik. id dan superego diintegrasikan ke dalam ego yang berfungsi lancar & beroperasi secara harmonis & dengan konflik yang minimal. perasaan bersalah atau rendah diri yang kuat dan ego yang lemah, akan mengalami banyak konflik karena ego tidak dapat menengahi tuntutan superego dan id yang kuat tp berlawanan. ego yang kuat yang menggabungkan banyak tuntutan id dan superego, sehat secara psikologis & mengendalikan prinsip kesenangan & moral. 36 Teori Psikodinamik Bagian II Dinamika Kepribadian Tingkat kehidupan mental dan provinsi pikiran mengacu padastrukturatau komposisi kepribadian; tetapi kepribadian jugaMengerjakansesuatu. Jadi, Freud mendalilkan adinamis, atau motivasi, prinsip untuk menjelaskan kekuatan pendorong di balik tindakan orang. Bagi Freud, orang termotivasi untuk mencari kesenangan dan mengurangi ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini berasal dari energi psikis dan fisik yang muncul dari dorongan dasar mereka. Drive NALURI / DORONGAN 1. insting kehidupan / EROS >> LAPAR, HAUS, SEKS 2. insting kematian / THANATOS >> BUNDIR, HATRED, AGRESI Freud menggunakan kata JermanTriebuntuk merujuk pada drive atau stimulus dalam diri seseorang. Penerjemah resmi Freud menerjemahkan istilah ini sebagainaluri,tetapi lebih tepatnya kata itu harus "mendorong" atau "dorongan". Drive beroperasi sebagai kekuatan motivasi yang konstan. Sebagai rangsangan internal, dorongan berbeda dari rangsangan eksternal karena tidak dapat dihindari melalui penerbangan. Menurut Freud (1933/1964), berbagai dorongan semuanya dapat dikelompokkan dalam dua judul utama: seks atau Eros dan agresi, gangguan, atau Thanatos. Dorongan ini berasal dari id, tetapi berada di bawah kendali ego. Setiap dorongan memiliki bentuk energi psikisnya sendiri: Freud menggunakan kata itulibidountuk dorongan seks, tetapi energi dari dorongan agresif tetap tidak bernama. Setiap dorongan dasar dicirikan oleh dorongan, sumber, tujuan, dan objek. Sebuah drive doronganadalah jumlah kekuatan yang diberikannya; -nyasumberadalah wilayah tubuh dalam keadaan tereksitasi atau tegang; -nyatujuanadalah mencari kesenangan dengan menghilangkan rangsangan itu atau mengurangi ketegangan; dan ituobyekadalah orang atau benda yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan (Freud, 1915/1957a). Seks Tujuan dorongan seksual adalah kenikmatan, tetapi kenikmatan ini tidak terbatas pada kepuasan genital saja. Freud percaya bahwa seluruh tubuh diinvestasikan dengan libido. Selain alat kelamin, mulut dan anus sangat mampu menghasilkan kenikmatan seksual dan disebut sensitif seksualzona. Tujuan akhir dari dorongan seksual (pengurangan ketegangan seksual) tidak dapat diubah, tetapi jalan untuk mencapai tujuan tersebut dapat bervariasi. Ia dapat berbentuk aktif atau pasif, atau dapat dihambat secara sementara atau permanen (Freud, 1915/1957a). Karena jalurnya fleksibel dan karena kenikmatan seksual berasal dari organ selain alat kelamin, banyak perilaku yang awalnya dimotivasi oleh Eros sulit untuk dikenali sebagai perilaku seksual. Namun, bagi Freud, semua aktivitas yang menyenangkan dapat ditelusuri ke dorongan seksual. Fleksibilitas seksualobyekatau seseorang dapat membawa penyamaran lebih lanjut dari Eros. Objek erotis dapat dengan mudah diubah atau dipindahkan. Libido dapat ditarik dari satu orang dan ditempatkan dalam keadaan ketegangan yang mengambang bebas, atau dapat diinvestasikan kembali pada orang lain, termasuk diri sendiri. Misalnya, seorang bayi yang secara prematur dipaksa melepaskan puting sebagai objek seksual dapat menggantikan ibu jari sebagai objek kenikmatan oral. Seks dapat mengambil banyak bentuk, termasuk narsisme, cinta, sadisme, dan masokisme. Dua yang terakhir juga memiliki komponen penggerak agresif yang murah hati. Bab 2 Freud: Psikoanalisis 37 Bayi pada dasarnya egois, dengan libido mereka hampir secara eksklusif ditanamkan pada ego mereka sendiri. Kondisi ini, yang bersifat universal, dikenal sebagainarsisme primer. Saat ego berkembang, anak-anak biasanya melepaskan sebagian besar narsisme utama mereka dan mengembangkan minat yang lebih besar pada orang lain. Dalam bahasa Freud, libido narsistik kemudian diubah menjadi libido objek. Akan tetapi, selama pubertas, remaja sering mengarahkan kembali libido mereka ke ego dan disibukkan dengan penampilan pribadi dan kepentingan pribadi lainnya. Ini diucapkannarsisme sekunder tidak universal, tetapi cintadiri tingkat sedang adalah umum bagi hampir semua orang (Freud, 1914/1957). Manifestasi kedua dari Eros adalah cinta, yang berkembang ketika orang menginvestasikan libido mereka pada suatu objek atau orang lain selain diri mereka sendiri. Ketertarikan seksual pertama anak-anak adalah orang yang merawat mereka, umumnya ibu. Selama masa bayi, anak-anak dari kedua jenis kelamin mengalami cinta seksual kepada ibunya. Akan tetapi, cinta seksual yang terbuka untuk anggota keluarga biasanya ditekan, yang memunculkan jenis cinta kedua. Freud menyebut cinta jenis kedua ini terhambat karena tujuan awal untuk mengurangi ketegangan seksual dihambat atau ditekan. Jenis cinta yang dirasakan orang untuk saudara kandung atau orang tua mereka umumnya tidak memiliki tujuan. Jelas, cinta dan narsisme saling terkait erat. Narsisme melibatkan cinta diri, sedangkan cinta sering disertai dengan kecenderungan narsistik, seperti ketika orang mencintai seseorang yang menjadi ideal atau model dari apa yang mereka inginkan. Dua dorongan lain yang juga saling terkait adalah sadisme dan masokisme.Sadisme adalah kebutuhan akan kenikmatan seksual dengan menimbulkan rasa sakit atau penghinaan pada orang lain. Dibawa secara ekstrem, itu dianggap sebagai penyimpangan seksual, tetapi dalam jumlah sedang, sadisme adalah kebutuhan umum dan sampai batas tertentu ada dalam semua hubungan seksual. Itu menyimpang ketika tujuan seksual kenikmatan erotis menjadi sekunder dari tujuan destruktif (Freud, 1933/1964). Kesenangan karena menderita,seperti sadisme, adalah kebutuhan umum, tetapi menjadi penyimpangan ketika Eros tunduk pada dorongan destruktif. Masokis mengalami kenikmatan seksual dari rasa sakit dan penghinaan yang ditimbulkan baik oleh diri mereka sendiri atau oleh orang lain. Karena masokis dapat memberikan rasa sakit yang ditimbulkan sendiri, mereka tidak bergantung pada orang lain untuk kepuasan kebutuhan masokis. Sebaliknya, orang sadis harus mencari dan menemukan orang lain untuk menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Dalam hal ini, orang sadis lebih bergantung pada orang lain daripada masokis. Agresi Sebagian karena pengalamannya yang tidak menyenangkan selama Perang Dunia I dan sebagian karena kematian putri tercintanya Sophie, tulis Freud (1920/1955a). Di luar Prinsip Kesenangan,sebuah buku yang mengangkatagresike tingkat dorongan seksual. Seperti yang dia lakukan dengan banyak konsepnya yang lain, Freud mengemukakan gagasannya secara tentatif dan dengan hati-hati. Namun, seiring berjalannya waktu, agresi, seperti beberapa konsep lain yang diajukan secara tentatif, menjadi dogma. Tujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikan organisme ke keadaan anorganik. Karena kondisi anorganik terakhir adalah kematian, tujuan akhir dari dorongan agresif adalah penghancuran diri. Seperti dorongan seksual, agresi bersifat fleksibel dan dapat mengambil beberapa bentuk, seperti menggoda, gosip, sarkasme, agresi: gosip, sarkasme, penghinaan, segala sesuatu yg diperoleh dari penderitaan org lain 38 Teori Psikodinamik Bagian II penghinaan, humor, dan kenikmatan yang diperoleh dari penderitaan orang lain. Kecenderungan agresif hadir pada setiap orang dan merupakan penjelasan untuk perang, kekejaman, dan penganiayaan agama. Dorongan agresif juga menjelaskan perlunya penghalang yang dibangun orang untuk menahan agresi. Misalnya, perintah seperti "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri", menurut keyakinan Freud, diperlukan untuk menghambat dorongan yang kuat, meskipun biasanya tidak disadari, untuk melukai orang lain. Ajaran-ajaran ini sebenarnyaformasi reaksi. Mereka melibatkan represi dorongan permusuhan yang kuat dan ekspresi yang jelas dan jelas dari kecenderungan yang berlawanan. Sepanjang hidup kita, impuls hidup dan mati terus berjuang melawan satu sama lain untuk kekuasaan, tetapi pada saat yang sama, keduanya harus tunduk pada prinsip realitas, yang mewakili klaim dunia luar. Tuntutan dunia nyata ini mencegah pemenuhan seks atau agresi secara langsung, terselubung, dan tanpa perlawanan. Mereka sering menimbulkan kecemasan, yang menurunkan banyak hasrat seksual dan agresif ke alam bawah sadar. Kecemasan Seks dan agresi berbagi pusat teori dinamika Freudian dengan konsep kecemasan.Dalam mendefinisikan kecemasan, Freud (1933/1964) menekankan bahwa kecemasan adalah keadaan yang dirasakan, afektif, tidak menyenangkan disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang tersebut terhadap bahaya yang akan datang. Ketidaknyamanan itu seringkali tidak jelas dan sulit ditentukan, tetapi kecemasan itu sendiri selalu terasa. Hanya ego yang dapat menghasilkan atau merasakan kecemasan, tetapi id, superego, dan dunia luar masing-masing terlibat dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan—neurotik, moral, dan realistik. Ketergantungan ego pada id menghasilkan kecemasan neurotik; ketergantungannya pada superego menghasilkan kecemasan moral; dan ketergantungannya pada dunia luar menyebabkan kecemasan yang realistis. Kecemasan neurotikdidefinisikan sebagai kekhawatiran tentang bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri ada di dalam ego, tetapi berasal dari dorongan-dorongan id. Orang mungkin mengalami kecemasan neurotik di hadapan seorang guru, majikan, atau figur otoritas lainnya karena mereka sebelumnya mengalami perasaan kehancuran yang tidak disadari terhadap salah satu atau kedua orang tua. Selama masa kanak-kanak, perasaan permusuhan ini sering disertai dengan ketakutan akan hukuman, dan ketakutan ini digeneralisasi menjadi kecemasan neurotik yang tidak disadari. Kecemasan jenis kedua,kecemasan moral,berasal dari konflik antara ego dan superego. Setelah anak-anak membentuk superego—biasanya pada usia 5 atau 6 tahun—mereka mungkin mengalami kecemasan sebagai hasil dari konflik antara kebutuhan realistis dan perintah superego mereka. Kecemasan moral, misalnya, akan dihasilkan dari godaan seksual jika seorang anak percaya bahwa menyerah pada godaan itu salah secara moral. Itu juga bisa diakibatkan oleh kegagalan untuk berperilaku secara konsisten dengan apa yang mereka anggap benar secara moral, misalnya, gagal merawat orang tua yang sudah lanjut usia. Kecemasan jenis ketiga,kecemasan realistis,erat hubungannya dengan rasa takut. Ini didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang melibatkan kemungkinan bahaya. Misalnya, kita mungkin mengalami kecemasan yang realistis saat mengemudi di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di kota yang tidak dikenal, situasi yang penuh dengan bahaya yang nyata dan objektif. Namun, kecemasan realistis berbeda dari ketakutan karena tidak melibatkan objek ketakutan tertentu. Kita akan Bab 2 39 Freud: Psikoanalisis mengalami ketakutan, misalnya jika kendaraan bermotor kita tiba-tiba mulai meluncur tak terkendali di jalan raya yang licin. Ketiga jenis kecemasan ini jarang jelas atau mudah dipisahkan. Mereka sering ada dalam kombinasi, seperti ketika ketakutan akan air, bahaya nyata, menjadi tidak proporsional dengan situasi dan karenanya memicu kecemasan neurotik serta kecemasan realistis. Situasi ini menunjukkan bahwa bahaya yang tidak diketahui terkait dengan bahaya eksternal. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme pelestarian ego karena memberi sinyal kepada kita bahwa bahaya sudah dekat (Freud, 1933/1964). Misalnya, mimpi kecemasan menandakan sensor kita tentang bahaya yang akan datang, yang memungkinkan kita untuk menyamarkan gambaran mimpi dengan lebih baik. Kecemasan memungkinkan ego yang selalu waspada untuk waspada terhadap tanda-tanda ancaman dan bahaya. Sinyal bahaya yang akan datang merangsang kita untuk bergerak baik untuk penerbangan atau pertahanan. Kecemasan juga mengatur diri sendiri karena memicu represi, yang pada gilirannya mengurangi rasa sakit dari kecemasan (Freud, 1933/1964). Jika ego tidak memiliki jalan lain untuk perilaku defensif berfungsi melindungi ego dari rasa sakit karena kecemasan. berperilaku defensif, kecemasan akan menjadi tidak tertahankan. Oleh karena itu, perilaku defensif memiliki fungsi yang berguna dengan melindungi ego dari rasa sakit karena kecemasan. Mekanisme Pertahanan Freud pertama kali menguraikan gagasan tentangmekanisme pertahananpada tahun 1926 (Freud, 1926/1959a), dan putrinya Anna menyempurnakan dan mengorganisir lebih lanjut konsep tersebut (A. Freud, 1946). Meskipun mekanisme pertahanan adalah normal dan digunakan secara universal, ketika dilakukan secara ekstrim mereka menyebabkan perilaku kompulsif, repetitif, dan neurotik. Karena kita harus mengeluarkan energi psikis untuk membangun dan mempertahankan mekanisme pertahanan, semakin defensif kita, semakin sedikit energi psikis yang tersisa untuk memuaskan impuls id. Ini, tentu saja, justru tujuan ego dalam membangun mekanisme pertahanan—untuk menghindari kontak langsung dengan implosive seksual dan agresif dan untuk membela diri melawan kecemasan yang menyertainya (Freud, 1926/1959a). Mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasi oleh Freud termasuk represi, pembentukan reaksi, perpindahan, fiksasi, regresi, proyeksi, introjeksi, dan sublimasi. Represi Mekanisme pertahanan yang paling dasar, karena terlibat satu sama lain, adalah represi.Setiap kali ego terancam oleh impuls id yang tidak diinginkan, ego melindungi diri dengan menekan impuls tersebut; yaitu, memaksa perasaan mengancam ke alam bawah sadar (Freud, 1926/1959a). Dalam banyak kasus represi kemudian diabadikan seumur hidup. Misalnya, seorang gadis muda mungkin secara permanen menekan permusuhannya terhadap seorang adik perempuan karena perasaan bencinya menimbulkan terlalu banyak kecemasan. Tidak ada masyarakat yang mengizinkan ekspresi seks dan agresi yang lengkap dan tanpa hambatan. Ketika anak-anak dihukum atau ditekan perilaku bermusuhan atau seksual mereka, mereka belajar menjadi cemas setiap kali mereka mengalami impuls ini. Meskipun kecemasan ini jarang mengarah pada represi total terhadap dorongan agresif dan seksual, hal itu sering kali menghasilkan represi parsial. Apa yang terjadi pada impuls-impuls ini setelah mereka menjadi tidak sadar? Freud (1933/1964) percaya bahwa ada beberapa kemungkinan. Pertama, impuls mungkin tetap ada tes 40 Bagian II Teori Psikodinamik tidak berubah dalam alam bawah sadar. Kedua, mereka dapat memaksa masuk ke dalam kesadaran dalam bentuk yang tidak berubah, dalam hal ini mereka akan menciptakan lebih banyak kecemasan daripada yang dapat ditangani orang tersebut, dan orang tersebut akan diliputi oleh kecemasan. Nasib ketiga dan yang jauh lebih umum dari dorongan-dorongan yang ditekan adalah bahwa dorongan-dorongan itu diekspresikan dalam bentuk-bentuk yang dipindahkan atau disamarkan. Penyamarannya, tentu saja, harus cukup cerdik untuk mengelabui ego. Dorongan yang ditekan dapat disamarkan sebagai gejala fisik, misalnya impotensi seksual pada pria yang terganggu oleh rasa bersalah seksual. Impotensi mencegah pria dari keharusan menghadapi rasa bersalah dan kecemasan yang dihasilkan dari aktivitas seksual normal yang menyenangkan. Dorongan yang ditekan juga dapat menemukan jalan keluar dalam mimpi, lidah terpeleset, atau salah satu mekanisme pertahanan lainnya. Formasi Reaksi Salah satu cara di mana dorongan yang ditekan dapat menjadi sadar adalah dengan mengadopsi penyamaran yang berlawanan langsung dengan bentuk aslinya. Mekanisme pertahanan ini disebut a pembentukan reaksi.Perilaku reaktif dapat dikenali dari karakternya yang berlebihan dan dari bentuk obsesif dan kompulsifnya (Freud, 1926/1959a). Contoh pembentukan reaksi dapat dilihat pada seorang remaja putri yang sangat membenci dan membenci ibunya. Karena dia tahu bahwa masyarakat menuntut kasih sayang terhadap orang tua, kebencian yang disadari terhadap ibunya akan menghasilkan terlalu banyak kecemasan. Untuk menghindari kecemasan yang menyakitkan, wanita muda itu berkonsentrasi pada dorongan yang berlawanan—cinta. "Cinta" nya untuk ibunya, bagaimanapun, tidak asli. Itu mencolok, berlebihan, dan berlebihan. Orang lain mungkin dengan mudah melihat sifat sebenarnya dari cinta ini, tetapi wanita itu harus menipu dirinya sendiri dan berpegang teguh pada formasi reaksinya, yang membantu menyembunyikan kebenaran yang membangkitkan kecemasan bahwa dia secara tidak sadar membenci ibunya. Pemindahan Freud (1926/1959a) percaya bahwa formasi reaksi terbatas pada satu objek; misalnya, orang-orang dengan cinta reaktif menunjukkan kasih sayang hanya pada orang yang mereka benci secara tidak sadar. Di dalampemindahan,namun, orang dapat mengalihkan dorongan mereka yang tidak dapat diterima ke berbagai orang atau objek sehingga dorongan aslinya disamarkan atau disembunyikan. Misalnya, seorang wanita yang marah dengan teman sekamarnya mungkin melampiaskan amarahnya kepada karyawannya, kucing peliharaannya, atau boneka binatang. Dia tetap bersahabat dengan teman sekamarnya, tetapi tidak seperti cara kerja formasi reaksi, dia tidak melebih-lebihkan atau melebih-lebihkan keramahannya. Sepanjang tulisannya, Freud menggunakan istilah "perpindahan" dalam beberapa cara. Dalam pembahasan kita tentang dorongan seksual, misalnya, kita melihat bahwa objek seksual dapat dipindahkan atau diubah menjadi berbagai objek lain, termasuk diri sendiri. Freud (1926/1959a) juga menggunakan perpindahan untuk merujuk pada penggantian satu gejala neurotik dengan yang lain; misalnya, dorongan kompulsif untuk masturbasi dapat digantikan dengan mencuci tangan secara kompulsif. Pemindahan juga terlibat dalam pembentukan mimpi, seperti ketika dorongan destruktif si pemimpi terhadap orang tua ditempatkan pada seekor anjing atau serigala. Dalam peristiwa ini, mimpi tentang seekor anjing yang ditabrak mobil mungkin mencerminkan keinginan bawah sadar si pemimpi untuk melihat orang tuanya dihancurkan. (Kami membahas pembentukan mimpi lebih lengkap di bagian analisis mimpi.) Bab 2 Freud: Psikoanalisis Fiksasi Pertumbuhan psikis biasanya berlangsung agak terus-menerus melalui berbagai tahap perkembangan. Namun, proses tumbuh secara psikologis bukannya tanpa momen-momen yang menegangkan dan mencemaskan. Ketika prospek untuk mengambil langkah selanjutnya menjadi terlalu menimbulkan kecemasan, ego mungkin menggunakan strategi untuk tetap berada pada tahap psikologis saat ini yang lebih nyaman. Pembelaan seperti itu disebutfiksasi. Secara teknis, fiksasi adalah keterikatan permanen libido ke tahap perkembangan yang lebih awal dan lebih primitif (Freud, 1917/1963). Seperti mekanisme pertahanan lainnya, fiksasi bersifat universal. Orang yang terus-menerus memperoleh kesenangan dari makan, merokok, atau berbicara mungkin memiliki fiksasi oral, sedangkan mereka yang terobsesi dengan kerapian dan keteraturan mungkin memiliki fiksasi anal. Regresi Setelah libido melewati tahap perkembangan, selama masa stres dan kecemasan, mungkin kembali ke tahap sebelumnya. Pengembalian seperti itu dikenal sebagairegresi (Freud, 1917/1963). Regresi cukup umum dan mudah terlihat pada anak-anak. Misalnya, anak yang benar-benar disapih mungkin mundur untuk meminta botol atau dot ketika adik laki-laki atau perempuannya lahir. Perhatian yang diberikan kepada bayi baru menimbulkan ancaman bagi anak yang lebih tua. Regresi juga sering terjadi pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa. Cara yang umum bagi orang dewasa untuk bereaksi terhadap situasi yang menimbulkan kecemasan adalah dengan kembali ke pola perilaku yang lebih awal, lebih aman, dan lebih terjamin, dan menginvestasikan libido mereka ke objek yang lebih primitif dan familiar. Di bawah tekanan yang ekstrim, satu orang dewasa dapat mengambil posisi janin, yang lain mungkin kembali ke rumah ke ibunya, dan yang lain lagi mungkin bereaksi dengan tetap berada di tempat tidur sepanjang hari, terlindungi dengan baik dari dunia yang dingin dan mengancam. Perilaku regresif mirip dengan perilaku terpaku karena kaku dan kekanakkanakan. Regresi, bagaimanapun, Proyeksi Ketika impuls internal menimbulkan terlalu banyak kecemasan, ego dapat mengurangi kecemasan itu dengan mengatribusikan impuls yang tidak diinginkan itu ke objek eksternal, biasanya orang lain. Ini adalah mekanisme pertahanan dariproyeksi,yang dapat didefinisikan sebagai melihat pada orang lain perasaan atau kecenderungan yang tidak dapat diterima yang sebenarnya berada dalam ketidaksadaran seseorang (Freud, 1915/1957b). Misalnya, seorang pria mungkin secara konsisten menafsirkan tindakan wanita yang lebih tua sebagai percobaan rayuan. Secara sadar, pikiran untuk melakukan hubungan seksual dengan wanita yang lebih tua mungkin sangat menjijikkan baginya, tetapi terkubur dalam ketidaksadarannya adalah ketertarikan erotis yang kuat pada wanita-wanita ini. Dalam contoh ini, pria muda menipu dirinya sendiri dengan percaya bahwa dia tidak memiliki perasaan seksual terhadap wanita yang lebih tua. Meskipun proyeksi ini menghapus sebagian besar kecemasan dan rasa bersalahnya, hal itu memungkinkannya mempertahankan minat seksual pada wanita yang mengingatkannya pada ibunya. Jenis proyeksi yang ekstrim adalahparanoia,gangguan mental yang ditandai dengan delusi kecemburuan dan penganiayaan yang kuat. Paranoia bukanlah hasil proyeksi yang tak terhindarkan, tetapi hanya variasi yang parah. Menurut Freud (1922/1955), perbedaan krusial antara proyeksi dan paranoia adalah bahwa paranoia 41 42 Bagian II Teori Psikodinamik selalu ditandai dengan perasaan homoseksual yang tertekan terhadap penganiaya. Freud percaya bahwa penganiaya pasti adalah mantan teman sesama jenis, meskipun kadang-kadang orang dapat mentransfer delusi mereka ke lawan jenis. Ketika dorongan homoseksual menjadi terlalu kuat, paranoiak yang teraniaya membela dirimembalikkanperasaan ini dan kemudian memproyeksikannya ke objek aslinya. Untuk pria, transformasi berlangsung sebagai berikut. Alih-alih mengatakan, "Aku mencintainya," orang paranoid berkata, "Aku membencinya." Karena ini juga menghasilkan terlalu banyak kecemasan, dia berkata, "Dia membenciku." Pada titik ini, orang tersebut telah menyangkal semua tanggung jawab dan dapat berkata, "Saya menyukainya, tetapi dia menyukainya untuk saya." Mekanisme sentral dalam semua paranoia adalah proyeksi yang menyertai delusi kecemburuan dan penganiayaan. Introyeksi Sedangkan proyeksi melibatkan penempatan impuls yang tidak diinginkan ke objek eksternal, introyeksiadalah mekanisme pertahanan dimana orang menggabungkan kualitas positif dari orang lain ke dalam ego mereka sendiri. Misalnya, seorang remaja mungkin mengintrojeksi atau mengadopsi perilaku, nilai, atau gaya hidup seorang bintang film. Introjeksi seperti itu membuat remaja merasa harga diri meningkat dan meminimalkan perasaan rendah diri. Orang mengintroyeksi karakteristik yang mereka anggap berharga dan yang akan membuat mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Freud (1926/1959a) melihat resolusi kompleks Oedipus sebagai prototipe introjeksi. Selama periode Oedipal, anak kecil melakukan introyeksi terhadap otoritas dan nilai-nilai dari salah satu atau kedua orang tuanya—introyeksi yang menggerakkan permulaan superego. Ketika anak mengintroyeksikan apa yang mereka anggap sebagai nilai-nilai orang tua mereka, mereka dibebaskan dari pekerjaan mengevaluasi dan memilih keyakinan dan standar perilaku mereka sendiri. Saat anak-anak maju melalui periode perkembangan laten (kira-kira usia 6 hingga 12 tahun), superego mereka menjadi lebih personal; yaitu, menjauh dari identifikasi yang kaku dengan orang tua. Namun demikian, orang dari segala usia dapat mengurangi kecemasan yang terkait dengan perasaan tidak mampu dengan mengadopsi atau mengintrojeksi nilai, kepercayaan, dan tingkah laku orang lain. Sublimasi Masing-masing mekanisme pertahanan ini melayani individu dengan melindungi ego dari kecemasan, tetapi masing-masing memiliki nilai yang meragukan dari sudut pandang masyarakat. Menurut Freud (1917/1963), satu mekanisme—sublimasi—membantu baik individu maupun kelompok sosial. Sublimasiadalah represi tujuan genital Eros dengan mengganti tujuan budaya atau sosial. Tujuan yang disublimasikan diekspresikan paling jelas dalam pencapaian budaya kreatif seperti seni, musik, dan sastra, tetapi lebih halus, itu adalah bagian dari semua hubungan manusia dan semua pengejaran sosial. Freud (1914/1953) percaya bahwa seni Michelangelo, yang menemukan jalan keluar tidak langsung untuk libidonya dalam melukis dan memahat, adalah contoh sublimasi yang sangat baik. Pada kebanyakan orang, sublimasi bergabung dengan ekspresi langsung dari Eros dan menghasilkan semacam keseimbangan antara pencapaian sosial dan kesenangan pribadi. Sebagian besar dari kita mampu menyublimkan sebagian dari libido kita untuk melayani nilai-nilai budaya yang lebih tinggi, sementara pada saat yang sama mempertahankan dorongan seksual yang cukup untuk mengejar kesenangan erotis individu. Bab 2 Freud: Psikoanalisis Singkatnya, semua mekanisme pertahanan melindungi ego dari kecemasan. Mereka bersifat universal karena setiap orang terlibat dalam perilaku defensif sampai taraf tertentu. Setiap mekanisme pertahanan bergabung dengan represi, dan masing-masing dapat dibawa ke titik psikopatologi. Namun, biasanya, mekanisme pertahanan bermanfaat bagi individu dan tidak berbahaya bagi masyarakat. Selain itu, satu mekanisme pertahanan—sublimasi— biasanya menguntungkan individu dan masyarakat. Tahapan Pengembangan Meskipun Freud memiliki sedikit pengalaman langsung dengan anak-anak (termasuk dirinya sendiri), teori perkembangannya hampir secara eksklusif membahas tentang anak usia dini. Bagi Freud, 4 atau 5 tahun pertama kehidupan, atautahap kekanak-kanakan,yang paling penting untuk pembentukan kepribadian. Tahap ini diikuti oleh periode 6 atau 7 tahunlatensidi mana sedikit atau tidak ada pertumbuhan seksual terjadi. Kemudian saat pubertas, kebangkitan kehidupan seksual terjadi, dan tahap kelamindiantar masuk. Perkembangan psikoseksual akhirnya memuncakkematangan. Periode Infantil Salah satu asumsi terpenting Freud (1905/1953b, 1923/1961b) adalah bahwa bayi memiliki kehidupan seksual dan mengalami masa perkembangan seksual pragenital selama 4 atau 5 tahun pertama setelah lahir. Pada saat Freud awalnya menulis tentang seksualitas kekanak-kanakan, konsep tersebut, meskipun bukan hal baru, mendapat beberapa penolakan. Hari ini, bagaimanapun, hampir semua pengamat yang dekat menerima gagasan bahwa anak-anak menunjukkan ketertarikan pada alat kelamin, kesenangan dalam kenikmatan seksual, dan gairah seksual yang nyata. Seksualitas masa kanak-kanak berbeda dari seksualitas orang dewasa karena tidak mampu bereproduksi dan secara eksklusif bersifat autoerotik. Namun, baik pada anak-anak maupun orang dewasa, dorongan seksual dapat dipuaskan melalui organ selain alat kelamin. Mulut dan anus sangat sensitif terhadap rangsangan sensitif seksual (Freud, 1933/1964). Freud (1917/1963) membagi tahap kekanak-kanakan menjadi tiga fase yang menurutnya zona sensitif seksual primer sedang mengalami perkembangan yang paling menonjol. Fase oral dimulai terlebih dahulu dan diikuti secara berurutan oleh fase anal dan fase phallic. Tiga tahap kekanakkanakan tumpang tindih satu sama lain dan masing-masing berlanjut setelah permulaan tahap selanjutnya. Fase Lisan Karena mulut adalah organ pertama yang memberi bayi kesenangan, tahap perkembangan infantil pertama Freud adalahfase lisan.Bayi mendapatkan nutrisi untuk mempertahankan hidup melalui rongga mulut, tetapi lebih dari itu, mereka juga mendapatkan kenikmatan melalui tindakan menghisap. Tujuan seksual darilisan awalaktivitasnya adalah memasukkan atau menerima ke dalam tubuh seseorang pilihan objek, yaitu puting susu. Selama inioral-reseptifFase ini, bayi tidak merasakan ambivalensi terhadap objek yang menyenangkan dan kebutuhan mereka biasanya terpuaskan dengan frustrasi dan kecemasan yang minimal. Seiring bertambahnya usia, bagaimanapun, mereka lebih cenderung mengalami perasaan frustrasi dan kecemasan sebagai akibat dari pemberian makan yang dijadwalkan, peningkatan selang waktu antara pemberian makan, dan akhirnyapenyapihan. 43 44 Teori Kegelisahan umumnya disertai dengan perasaan ambivalen terhadap objek cinta mereka (ibu), dan dengan meningkatnya ego mereka untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan terhadap kecemasan (Freud, 1933/1964). Pertahanan bayi terhadap lingkungan sangat dibantu oleh penggabungan gigi. Pada titik ini, mereka beralih ke e lisan kedua, yang disebut Freud (1933/1964).lisan-sadisperiode. Selama fase ini, bayi merespons orang lain melalui menggigit, mendekut, menggigit mulut, tersenyum, dan menangis. Pengalaman autoerotik pertama mereka adalah mengisap jempol, pertahanan terhadap kecemasan yang memenuhi semua kebutuhan nutrisi mereka tetapi tidak. Seiring bertambahnya usia anak-anak, mulut terus menjadi zona erotis, dan pada saat mereka menjadi dewasa, mereka mampu memenuhi kebutuhan oral mereka dengan berbagai cara, termasuk mengisap, mengunyah permen karet, menggigit pensil, makan berlebihan, merokok, pipa, dan cerutu, dan membuat komentar yang menggigit dan sarkastik. Fase Anal Dorongan agresif, yang selama tahun pertama kehidupan berbentuk sadisme oral, mencapai perkembangan penuh selama tahun kedua cara. Penerbitan Ingram/AGE Fotostock ketika anus muncul sebagai zona kenikmatan seksual. Karena ini periode ini ditandai dengan kepuasan yang diperoleh melalui perilaku agresif dan melalui fungsi ekskretoris, Freud (1933/1964) menyebutnya sebagaifase sadis-analatau, lebih singkatnya, thefase anuspembangunan. Fase ini dibagi menjadi dua subfase, anal awal dan anal akhir. Selamaperiode anal awal,anak-anak menerima kepuasan dengan menghancurkan atau Bayi memuaskan kebutuhan oral dengan satu atau lain kehilangan benda. Pada saat ini, sifat destruktif dari dorongan sadis lebih kuat daripada dorongan erotis, dan anak-anak sering berperilaku agresif terhadap orang tua karena membuat mereka frustrasi.pelatihan toilet. Kemudian, ketika anak-anak memasukiperiode anal terlambat,mereka kadang-kadang menaruh minat yang bersahabat terhadap kotoran mereka, minat yang berasal dari kenikmatan erotis buang air besar. Seringkali, anak-anak akan memberikan kotoran mereka kepada orang tua sebagai hadiah berharga (Freud, 1933/1964). Jika perilakunya diterima dan dipuji oleh orang tuanya, maka anak-anak cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang murah hati dan murah hati. Namun, jika "hadiah" mereka ditolak dengan cara menghukum, anak-anak dapat mengadopsi metode lain untuk mendapatkan kenikmatan anal—menahan feses sampai tekanan menjadi menyakitkan dan merangsang secara erotis. Modus kesenangan narsistik dan masokis ini meletakkan dasar untukkarakter anal—orang yang terus menerima kepuasan erotis dengan menyimpan dan memiliki objek dan dengan mengaturnya dengan sangat rapi dan teratur. Freud (1933/1964) berhipotesis bahwa orang yang tumbuh menjadi karakter anal, sebagai anak-anak, terlalu tahan terhadap pelatihan toilet, sering menahan buang air besar dan memperpanjang waktu pelatihan di luar yang biasanya diperlukan. Erotisisme anal ini berubah menjaditriad analdariketertiban, pelit,Danketegaranyang melambangkan karakter anal orang dewasa. Freud (1933/1964) percaya bahwa, untuk anak perempuan, erotisme anal terbawa ke dalam kecemburuan penis selama tahap phallic dan akhirnya dapat diekspresikan dengan memberikan Bab 2 Freud: Psikoanalisis melahirkan seorang bayi. Dia juga percaya bahwa di alam bawah sadar konsep penis dan bayi—karena keduanya disebut sebagai "si kecil"—memiliki arti yang sama. Juga, feses, karena bentuknya yang memanjang dan karena telah dikeluarkan dari tubuh, tidak dapat dibedakan dari bayi, dan ketiga konsep—penis, bayi, dan feses—diwakili oleh simbol yang sama dalam mimpi. Selama tahap oral dan anal, tidak ada perbedaan mendasar antara pertumbuhan psikoseksual pria dan wanita. Anak-anak dari kedua jenis kelamin dapat mengembangkan orientasi aktif atau pasif. Sikap aktif sering dicirikan oleh apa yang dianggap Freud (1933/1964) sebagai kualitas maskulin dari dominasi dan sadisme, sedangkan orientasi pasif biasanya ditandai oleh kualitas feminin dari voyeurisme dan masokisme. Namun, baik orientasi, atau kombinasi keduanya, dapat berkembang baik pada anak perempuan maupun laki-laki. Fase Falik Pada usia sekitar 3 atau 4 tahun, anak-anak memulai tahap ketiga perkembangan infantil, yaitu fase lingga,saat ketika area genital menjadi zona sensitif seksual utama. Tahapan ini untuk pertama kalinya ditandai dengan dikotomi antara perkembangan laki-laki dan perempuan, suatu pembedaan yang diyakini oleh Freud (1925/1961) karena perbedaan anatomi antara kedua jenis kelamin. Freud (1924/1961, p. 178) mengambil pernyataan Napoleon bahwa "Sejarah adalah takdir" dan mengubahnya menjadi "Anatomi adalah takdir". Diktum ini mendasari keyakinan Freud bahwa perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan menyebabkan banyak perbedaan psikologis yang penting. Masturbasi, yang berasal dari tahap oral, kini memasuki tahap kedua yang lebih penting. Selama tahap phallic, masturbasi hampir universal, tetapi karena orang tua umumnya menekan aktivitas ini, anak-anak biasanya menekan keinginan sadar mereka untuk masturbasi pada saat periode phallic mereka berakhir. Sama seperti pengalaman awal anak-anak dengan penyapihan dan toilet training membantu membentuk dasar perkembangan psikoseksual mereka, demikian juga pengalaman mereka dengan penekanan masturbasi(Freud, 1933/1964). Namun, pengalaman mereka dengan kompleks Oedipus memainkan peran yang lebih penting lagi dalam perkembangan kepribadian mereka. Kompleks Oedipus PriaFreud (1925/1961) percaya bahwa sebelum tahap phallic seorang bayi laki-laki membentuk sebuahidentifikasibersama ayahnya; yaitu, dia ingin menjadi ayahnya. Kemudian dia mengembangkan hasrat seksual untuk ibunya; yaitu, dia inginmemilikiibunya. Kedua keinginan ini tampaknya tidak bertentangan satu sama lain dengan ego yang terbelakang, sehingga mereka dapat hidup berdampingan untuk sementara waktu. Ketika anak laki-laki itu akhirnya menyadari ketidakkonsistenan mereka, dia melepaskan identifikasinya dengan ayahnya dan mempertahankan perasaan yang lebih kuat—keinginan untuk memiliki ibunya. Bocah itu sekarang melihat ayahnya sebagai saingan cinta ibunya. Dia ingin menyingkirkan ayahnya dan memiliki ibunya dalam hubungan seksual. Kondisi persaingan terhadap ayah dan perasaan incest terhadap ibu ini dikenal sebagai laki-laki sederhanaOedipus kompleks.Istilah ini diambil dari tragedi Yunani oleh Sophocles di mana Oedipus, Raja Thebes, ditakdirkan untuk membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Freud (1923/1961a) percaya bahwa sifat biseksual anak (dari kedua jenis kelamin) memperumit gambaran ini. Sebelum seorang anak laki-laki memasuki tahap Oedipus, 45 46 Bagian II Teori Psikodinamik Timbulnya kesadaran gender merupakan bagian penting dari kompleks Oedipal. Sumber: http://daycaredaze.blogspot.com/2005/12/talk-sex-with-mary.html dia mengembangkan sejumlah watak feminin. Oleh karena itu, selama periode Oedipal, sifat femininnya dapat membuatnya tampilkasih sayang terhadap ayahnya dan ekspresikanpermusuhan terhadap ibunya,sementara pada saat yang sama kecenderungan maskulinnya mengarahkannya pada permusuhan terhadap ayah dan nafsu terhadap ibu. Selama ini kondisi ambivalen yang dikenal dengan istilah thekompleks Oedipus lengkap,kasih sayang dan permusuhan hidup berdampingan karena salah satu atau kedua perasaan mungkin tidak disadari. Freud percaya bahwa perasaan ambivalensi pada anak laki-laki ini berperan dalam evolusi kepribadiankompleks pengebirian,yang untuk anak laki-laki berbentukkecemasan kastrasiatau takut kehilangan penis. Bagi Freud (1905/1953b, 1917/1963, 1923/1961b), kompleks pengebirian dimulai setelah seorang anak laki-laki (yang berasumsi bahwa semua orang lain, termasuk anak perempuan, memiliki alat kelamin seperti miliknya) menjadi sadar akan tidak adanya penis. pada anak perempuan. Kesadaran ini menjadi kejutan emosional terbesar dalam hidupnya. Setelah masa perjuangan mental dan upaya penyangkalan, anak laki-laki itu dipaksa untuk menyimpulkan bahwa penis gadis itu telah dipotong. Keyakinan ini mungkin diperkuat oleh ancaman orang tua untuk menghukum anak laki-laki tersebut atas perilaku seksualnya. Anak laki-laki itu kemudian dipaksa untuk menyimpulkan bahwa gadis kecil itu telah dihukum dengan dicabut penisnya karena dia melakukan masturbasi atau karena dia merayu ibunya. Bagi sang bocah, ancaman pengebirian kini menjadi kemungkinan yang menakutkan. Karena kecemasan pengebirian ini tidak bisa lama ditoleransi, Sebelum mengalami kecemasan pengebirian yang tiba-tiba, anak laki-laki kecil itu mungkin telah “melihat” area genital gadis kecil atau ibunya, tetapi penglihatan ini tidak secara otomatis Bab 2 Freud: Psikoanalisis memicu kompleks pengebirian. Kecemasan pengebirian meledak hanya ketika ego anak laki-laki itu cukup matang untuk memahami hubungan antara hasrat seksual dan pengangkatan penis. Freud percaya bahwa kecemasan pengebirian hadir pada semua anak laki-laki, bahkan mereka yang tidak terancam secara pribadi dengan pencabutan penis mereka atau terhambatnya pertumbuhannya. Menurut Freud (1933/1964), seorang anak laki-laki tidak perlu menerima ancaman kebiri yang jelas. Penyebutan cedera atau penyusutan sehubungan dengan penis sudah cukup untuk mengaktifkan anugerah filogenetik anak.Sumbangan filogenetikmampu mengisi kesenjangan pengalaman pribadi kita dengan pengalaman yang diwariskan nenek moyang kita. Ketakutan manusia kuno akan pengebirian mendukung pengalaman anak secara individu dan menghasilkan kecemasan pengebirian universal. Freud menyatakan: “Ini bukan pertanyaan apakah pengebirian benar-benar dilakukan; yang menentukan adalah bahwa bahaya mengancam dari luar dan bahwa sang anak mempercayainya.” Dia melanjutkan dengan mengatakan itu mengisyaratkan. . . hukuman harus secara teratur menemukan penguatan filogenetik dalam dirinya. Kecurigaan kami bahwa selama periode awal pengebirian keluarga manusia sebenarnya dilakukan oleh ayah yang cemburu dan kejam terhadap anak laki-laki yang sedang tumbuh, dan bahwa sunat, yang begitu sering berperan dalam upacara pubertas di antara orang-orang primitif, adalah peninggalan yang dapat dikenali dengan jelas. itu. (hlm. 86–87) Begitu kompleks Oedipusnya dibubarkan atau ditekan, anak laki-laki itu menyerahkan hasrat incestnya, mengubahnya menjadi perasaan cinta yang lembut, dan mulai mengembangkan superego primitif. Dia mungkin mengidentifikasi dengan ayah atau ibu, tergantung pada kekuatan watak femininnya. Identifikasi biasanya dengan ayah, tetapi tidak sama dengan identifikasi pra-Oedipal. Anak laki-laki itu tidak lagi ingin menjadi ayahnya; sebaliknya, dia menggunakan ayahnya sebagai model untuk menentukan perilaku yang benar dan salah. Dia mengintroyeksi atau memasukkan otoritas ayahnya ke dalam egonya sendiri, sehingga menaburkan benih-benih superego yang matang. Superego pemula mengambil alih larangan ayahnya terhadap inses dan memastikan represi lanjutan dari kompleks Oedipus (Freud, 1933/1964). Kompleks Oedipus WanitaFase phallic mengambil jalur yang lebih rumit untuk anak perempuan daripada anak lakilaki, dan perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan anatomi antara jenis kelamin (Freud, 1925/1961). Seperti anak lakilaki, anak perempuan pra-Oedipal berasumsi bahwa semua anak lain memiliki alat kelamin yang mirip dengan mereka. Segera mereka menemukan bahwa anak laki-laki tidak hanya memiliki alat kelamin yang berbeda, tetapi ternyata sesuatu yang ekstra. Gadis-gadis kemudian menjadi iri dengan embel-embel ini, merasa tertipu, dan berhasrat untuk memiliki penis. Pengalaman iniiri pada penismerupakan kekuatan yang ampuh dalam pembentukan kepribadian anak perempuan. Tidak seperti kecemasan pengebirian pada anak laki-laki, yang dengan cepat ditekan, kecemburuan pada penis dapat berlangsung selama bertahun-tahun dalam satu atau lain bentuk. Freud (1933/1964) percaya bahwa kecemburuan penis sering diungkapkan sebagai keinginan untuk menjadi laki-laki atau keinginan untuk memiliki lakilaki. Hampir secara universal, hal itu terbawa ke dalam keinginan untuk memiliki bayi, dan akhirnya terungkap dalam tindakan melahirkan bayi, terutama anak laki-laki. Mendahului kompleks pengebirian, seorang gadis membuat identifikasi dengan ibunya mirip dengan yang dikembangkan oleh seorang anak laki-laki; yaitu, dia berfantasi dirayu oleh ibunya. Perasaan inses ini, menurut Freud (1933/1964), kemudian berubah 47 48 Bagian II Teori Psikodinamik menjadi permusuhan ketika gadis itu menganggap ibunya bertanggung jawab untuk membawanya ke dunia tanpa penis. Libidonya kemudian beralih ke ayahnya, yang dapat memuaskan keinginannya akan penis dengan memberinya bayi, sebuah objek yang baginya telah menjadi pengganti lingga. Keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan ayah dan perasaan permusuhan yang menyertai ibu dikenal sebagaikompleks Oedipus perempuan sederhana.Kebetulan, Freud (1920/1955b, 1931/1961) keberatan dengan istilahKompleks elektro,kadang-kadang digunakan oleh orang lain ketika mengacu pada kompleks Oedipus perempuan, karena menunjukkan kesejajaran langsung antara perkembangan laki-laki dan perempuan selama tahap falus. Freud percaya bahwa tidak ada kesejajaran seperti itu dan bahwa perbedaan anatomi menentukan arah yang berbeda dalam perkembangan seksual pria dan wanita setelah tahap phallic. Namun, tidak semua gadis mengalihkan minat seksual mereka kepada ayah mereka dan mengembangkan permusuhan terhadap ibu mereka. Freud (1931/1961, 1933/1964) mengemukakan bahwa ketika anak perempuan pra-Oedipal mengakui pengebirian mereka dan mengakui inferioritas mereka terhadap anak laki-laki, mereka akan memberontak dengan salah satu dari tiga cara. Pertama, mereka mungkin melepaskan seksualitas mereka — baik watak feminin maupun maskulin — dan mengembangkan permusuhan yang intens terhadap ibu mereka; kedua, mereka mungkin berpegang teguh pada maskulinitas mereka, mengharapkan penis dan berfantasi menjadi laki-laki; dan ketiga, mereka dapat berkembang secara normal: yaitu, mereka dapat mengambil ayah mereka sebagai pilihan seksual dan menjalani kompleks Oedipus yang sederhana. Pilihan seorang gadis dipengaruhi sebagian oleh biseksualitas bawaannya dan tingkat maskulinitas yang ia kembangkan selama periode pra-Oedipal. Kompleks Oedipus wanita yang sederhana diselesaikan ketika seorang gadis menghentikan aktivitas masturbasi, menyerahkan hasrat seksualnya kepada ayahnya, dan sekali lagi mengidentifikasi diri dengan ibunya. Namun, kompleks Oedipus betina biasanya dipecah lebih lambat dan kurang sempurna dibandingkan dengan jantan. Karena superego dibangun dari sisa-sisa kompleks Oedipus yang hancur, Freud (1924/1961, 1933/1964) percaya bahwa superego anak perempuan biasanya lebih lemah, lebih fleksibel, dan tidak sekeras anak laki-laki. Alasan superego anak perempuan tidak seketat superego anak laki-laki dapat dilacak pada perbedaan antara jenis kelamin selama sejarah Oedipal mereka. Untuk anak laki-laki, kecemasan pengebirian mengikuti kompleks Oedipus, memecahnya hampir sepenuhnya, dan membuat pengeluaran energi psikis yang terus-menerus pada sisa-sisanya tidak diperlukan. Setelah kompleks Oedipus hancur, energi yang digunakan untuk mempertahankannya bebas untuk membentuk superego. Namun, untuk anak perempuan, kompleks Oedipusberikutkompleks pengebirian (kecemburuan pada penis), dan karena anak perempuan tidak mengalami ancaman pengebirian, mereka tidak mengalami kejutan mendadak yang traumatis. Kompleks Oedipus perempuan hanya diselesaikan secara tidak lengkap oleh kesadaran bertahap gadis itu bahwa dia mungkin kehilangan cinta ibunya dan hubungan seksual dengan ayahnya tidak akan datang. Libidonya dengan demikian tetap sebagian dikeluarkan untuk mempertahankan kompleks pengebirian dan peninggalannya, sehingga menghalangi sebagian energi psikis yang mungkin dapat digunakan untuk membangun superego yang kuat (Freud, 1931/1961). Singkatnya, tahapan phallic wanita dan pria mengambil rute yang sangat berbeda. Pertama, kompleks pengebirian untuk anak perempuan berbentuk kecemburuan terhadap penis—bukan kecemasan pengebirian. Kedua, iri pada penismendahuluikompleks Oedipus perempuan, sedangkan untuk anak laki-laki sebaliknya; yaitu, kecemasan kastrasiberikutkompleks Oedipus laki-laki. Ketiga, karena kecemburuan penis terjadi sebelum kompleks Oedipus perempuan, gadis kecil tidak mengalami peristiwa traumatis yang sebanding dengan pengebirian anak laki-laki. Bab 2 Freud: Psikoanalisis MEJA 2 . 1 Jalur Paralel Fase Falus Pria dan Wanita Sederhana Fase Phallic Pria Fase Phallic Wanita 1.Oedipus kompleks(hasrat seksual terhadap 1.Kompleks pengebiriandalam bentuk iri ibu/permusuhan terhadap ayah) 2.Kompleks pengebiriandalam bentuk pada penis 2.Oedipus kompleksberkembang sebagai upaya kecemasan kastrasimenghancurkan untuk mendapatkan penis (keinginan kompleks Oedipus seksual untuk ayah; permusuhan untuk ibu) 3.Identifikasidengan ayah 4.Kuatsuperegomenggantikan Oedipus yang hampir sepenuhnya larut kompleks 3.Kesadaran bertahap bahwa keinginan Oedipal mengalahkan diri sendiri 4.Identifikasidengan ibu 5.Lemahsuperegomenggantikan kompleks Oedipus yang sebagian larut kecemasan. Keempat, karena anak perempuan tidak mengalami peristiwa traumatis ini, kompleks Oedipus perempuan lebih lambat dan kurang larut sepenuhnya dibandingkan kompleks Oedipus lakilaki. Kompleks Oedipus pria dan wanita yang sederhana dirangkum dalam Tabel 2.1. Freud mempresentasikan pandangannya tentang kompleks Oedipus perempuan lebih tentatif daripada idenya tentang tahap falus laki-laki. Meskipun dia membingkai pandangan tentang feminitas ini secara tentatif dan sementara, dia segera mulai mempertahankannya dengan penuh semangat. Ketika beberapa pengikutnya keberatan dengan pandangannya yang keras tentang wanita, Freud menjadi lebih teguh pada posisinya dan bersikeras bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita tidak dapat dihapus oleh budaya karena itu adalah konsekuensi yang tak terelakkan dari perbedaan anatomi antara jenis kelamin (Freud , 1925/1961). Sikap publik yang kaku pada perkembangan feminin telah menyebabkan beberapa penulis (Brannon, 2005; Breger, 2000; Chodorow, 1989, 1991, 1994; Irigaray, 1986; Krausz, Terlepas dari posisi publiknya yang teguh, Freud secara pribadi tidak yakin bahwa pandangannya tentang wanita merupakan jawaban akhir. Satu tahun setelah pernyataannya bahwa "anatomi adalah takdir", dia menyatakan beberapa keraguan, mengakui bahwa pemahamannya tentang anak perempuan dan perempuan tidak lengkap. “Kita tahu lebih sedikit tentang kehidupan seksual anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun kita tidak perlu merasa malu dengan perbedaan ini; lagipula, kehidupan seksual wanita dewasa adalah 'benua gelap' bagi psikologi” (Freud, 1926/1959b, hal. 212). Sepanjang karirnya, Freud sering mengusulkan teori tanpa banyak bukti klinis atau eksperimental untuk mendukungnya. Dia kemudian akan melihat sebagian besar teori ini sebagai fakta yang mapan, meskipun dia tidak memiliki bukti pendukung yang mendukung. Namun, selama dia hidup, dia tetap meragukan validitas absolut dari teorinya tentang wanita. Freud pernah mengakui kepada temannya Marie Bonaparte bahwa dia tidak memahami wanita: “Pertanyaan besar yang belum pernah terjawab dan yang belum dapat saya jawab, meskipun saya telah meneliti selama tiga puluh tahun. 49 50 Bagian II Teori Psikodinamik jiwa feminin adalah 'Apa yang diinginkan seorang wanita?' ” (E. Jones, 1955, hlm. 421). Pertanyaan seperti itu yang diajukan setelah bertahun-tahun berteori menunjukkan bahwa Freud menganggap perempuan tidak hanya sangat berbeda dari laki-laki, tetapi juga sebagai teka-teki, tidak dapat dipahami oleh jenis kelamin lakilaki. Periode Latensi Freud percaya bahwa, dari tahun ke-4 atau ke-5 hingga pubertas, baik anak laki-laki maupun perempuan biasanya, tetapi tidak selalu, mengalami periode perkembangan psikoseksual yang tidak aktif. Ini tahap latensisebagian disebabkan oleh upaya orang tua untuk menghukum atau mencegah aktivitas seksual pada anak-anak mereka yang masih kecil. Jika penekanan orang tua berhasil, anakanak akan menekan dorongan seksual mereka dan mengarahkan energi psikis mereka ke sekolah, pertemanan, hobi, dan aktivitas nonseksual lainnya. Namun, tahap latensi mungkin juga berakar pada anugerah filogenetik kita. Freud (1913/1953, 1926/1951b) mengemukakan bahwa kompleks Oedipus dan periode latensi seksual selanjutnya dapat dijelaskan dengan hipotesis berikut. Di awal perkembangan manusia, orang hidup dalam keluarga yang dikepalai oleh seorang ayah yang kuat yang menyimpan semua hubungan seksual untuk dirinya sendiri dan yang membunuh atau mengusir anak laki-lakinya, yang dia anggap sebagai ancaman terhadap otoritasnya. Kemudian suatu hari para putra bergabung bersama, mengalahkan, membunuh, dan melahap (memakan) ayah mereka. Namun, saudara laki-laki secara individu terlalu lemah untuk mengambil alih warisan ayah mereka, jadi mereka bersatu dalam klan atau totem dan menetapkan larangan terhadap apa yang baru saja mereka lakukan; yaitu, mereka melarang pembunuhan ayah dan melakukan hubungan seksual dengan anggota perempuan dari keluarga seseorang. Nanti, ketika mereka menjadi ayah, mereka menekan aktivitas seksual pada anak mereka sendiri setiap kali hal itu terlihat, mungkin sekitar usia 3 atau 4 tahun. Ketika penindasan menjadi lengkap, itu menyebabkan periode latensi seksual. Setelah pengalaman ini diulang selama beberapa generasi, itu menjadi kekuatan aktif meskipun tidak sadar dalam perkembangan psikoseksual individu. Dengan demikian, larangan aktivitas seksual adalah bagian dari anugerah filogenetik kita dan tidak memerlukan pengalaman hukuman pribadi atas aktivitas seksual untuk menekan dorongan seksual. Freud (1926/1951b) hanya menyarankan hipotesis ini sebagai salah satu penjelasan yang mungkin untuk periode latensi, dan dia dengan hati-hati menunjukkan bahwa itu tidak didukung oleh data antropologis. mungkin sekitar 3 atau 4 tahun. Ketika penindasan menjadi lengkap, itu menyebabkan periode latensi seksual. Setelah pengalaman ini diulang selama beberapa generasi, itu menjadi kekuatan aktif meskipun tidak sadar dalam perkembangan psikoseksual individu. Dengan demikian, larangan aktivitas seksual adalah bagian dari anugerah filogenetik kita dan tidak memerlukan pengalaman hukuman pribadi atas aktivitas seksual untuk menekan dorongan seksual. Freud (1926/1951b) hanya menyarankan hipotesis ini sebagai salah satu penjelasan yang mungkin untuk periode latensi, dan dia dengan hati-hati menunjukkan bahwa itu tidak didukung oleh data antropologis. mungkin sekitar 3 atau 4 tahun. Ketika penindasan menjadi lengkap, itu menyebabkan periode latensi seksual. Setelah pengalaman ini diulang selama beberapa generasi, itu menjadi kekuatan aktif meskipun tidak sadar dalam perkembangan psikoseksual individu. Dengan demikian, larangan aktivitas seksual adalah bagian dari anugerah filogenetik kita dan tidak memerlukan pengalaman hukuman pribadi atas aktivitas seksual untuk menekan dorongan seksual. Freud (1926/1951b) hanya menyarankan hipotesis ini sebagai salah satu penjelasan yang mungkin untuk periode latensi, dan dia dengan hati-hati menunjukkan bahwa itu tidak didukung oleh data antropologis. itu menjadi kekuatan aktif meskipun tidak sadar dalam perkembangan psikoseksual individu. Dengan demikian, larangan aktivitas seksual adalah bagian dari anugerah filogenetik kita dan tidak memerlukan pengalaman hukuman pribadi atas aktivitas seksual untuk menekan dorongan seksual. Freud (1926/1951b) hanya menyarankan hipotesis ini sebagai salah satu penjelas Keterlambatan yang berkelanjutan diperkuat melalui penekanan terus-menerus oleh orang tua dan guru dan oleh perasaan malu, bersalah, dan moralitas internal. Dorongan seksual, tentu saja, masih ada selama latensi, tetapi tujuannya terhambat. Libido yang disublimasikan sekarang menunjukkan dirinya dalam pencapaian sosial dan budaya. Selama masa ini anak-anak membentuk kelompok atau geng, suatu kemustahilan selama periode kekanak-kanakan ketika dorongan seksual benar-benar autoerotik. Periode Genital Pubertas menandakan kebangkitan kembali tujuan seksual dan awal dariperiode genital. Selama masa pubertas, kehidupan seksual difasik seseorang memasuki tahap kedua, yang memiliki perbedaan mendasar dari masa kanak-kanak (Freud, 1923/1961b). Pertama, remaja melepaskan autoerotisme dan mengarahkan energi seksual mereka kepada orang lain Bab 2 Freud: Psikoanalisis orang bukannya terhadap diri mereka sendiri. Kedua, reproduksi sekarang dimungkinkan. Ketiga, meskipun kecemburuan penis dapat terus melekat pada anak perempuan, vagina akhirnya memperoleh status yang sama bagi mereka seperti yang dimiliki penis bagi mereka selama masa bayi. Sejalan dengan ini, anak laki-laki sekarang melihat organ wanita sebagai objek yang dicari daripada sumber trauma. Keempat, seluruh dorongan seksual memiliki organisasi yang lebih lengkap, dan dorongan komponen yang telah beroperasi secara independen selama periode awal masa kanakkanak mendapatkan semacam sintesis selama masa remaja; dengan demikian, mulut, anus, dan area penghasil kesenangan lainnya mengambil posisi tambahan pada alat kelamin, yang sekarang mencapai supremasi sebagai zona sensitif seksual. Sintesis Eros ini, peningkatan status vagina, kapasitas reproduksi dorongan seksual, dan kemampuan orang untuk mengarahkan libido mereka ke luar daripada ke diri sendiri merupakan perbedaan utama antara seksualitas kekanak-kanakan dan seksualitas dewasa. Namun, dalam beberapa cara lain, Eros tetap tidak berubah. Itu dapat terus ditekan, disublimasikan, atau diekspresikan dalam masturbasi atau tindakan seksual lainnya. Zona erotis bawahan juga berlanjut sebagai wahana kenikmatan erotis. Mulut, misalnya, mempertahankan banyak aktivitas kekanak-kanakan; seseorang dapat menghentikan mengisap jempol tetapi dapat menambahkan merokok atau berciuman dalam waktu lama. Kematangan Periode genital dimulai saat pubertas dan berlanjut sepanjang hidup individu. Ini adalah tahap yang dicapai oleh setiap orang yang mencapai kematangan fisik. Selain tahap genital, Freud menyinggung periode tetapi tidak pernah sepenuhnya dikonseptualisasikankematangan psikologis,tahap yang dicapai setelah seseorang melewati periode perkembangan sebelumnya dengan cara yang ideal. Sayangnya, kematangan psikologis jarang terjadi, karena orang memiliki terlalu banyak kesempatan untuk mengembangkan gangguan patologis atau kecenderungan neurotik. Meskipun Freud tidak pernah sepenuhnya mengonseptualisasikan gagasan kematangan psikologis, kita dapat menggambar sketsa individu yang matang secara psikoanalitik. Orang-orang seperti itu akan memiliki keseimbangan di antara struktur-struktur pikiran, dengan ego mereka mengendalikan id dan superego mereka tetapi pada saat yang sama membiarkan keinginan dan tuntutan yang masuk akal (lihat Gambar 2.3). Oleh karena itu, dorongan id mereka akan diekspresikan secara jujur dan sadar tanpa jejak rasa malu atau bersalah, dan superego mereka akan bergerak melampaui identifikasi dan kontrol orang tua tanpa sisa-sisa antagonisme atau inses. Ego-ideal mereka akan realistis dan sesuai dengan ego mereka, dan pada kenyataannya, batas antara superego dan ego mereka hampir tidak terlihat. Kesadaran akan memainkan peran yang lebih penting dalam perilaku orang dewasa, yang hanya memiliki kebutuhan minimal untuk menekan dorongan seksual dan agresif. Memang, sebagian besar represi individu yang sehat secara psikologis akan muncul dalam bentuk sublimasi daripada gejala neurotik. Karena kompleks Oedipus orang dewasa benar-benar atau hampir sepenuhnya larut, libido mereka, yang sebelumnya ditujukan kepada orang tua, akan dilepaskan untuk mencari cinta yang lembut dan sensual. Singkatnya, orang yang matang secara psikologis akan datang melalui pengalaman masa kanak-kanak dan remaja dalam mengendalikan energi psikis mereka dan dengan ego mereka berfungsi di pusat dunia kesadaran yang terus berkembang. 51 52 Bagian II Teori Psikodinamik Aplikasi Teori Psikoanalitik Freud adalah seorang spekulan inovatif, mungkin lebih peduli dengan pembangunan teori daripada mengobati orang sakit. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya melakukan terapi tidak hanya untuk membantu pasien tetapi juga untuk mendapatkan wawasan tentang kepribadian manusia yang diperlukan untuk menguraikan teori psikoanalitik. Bagian ini membahas teknik terapeutik awal Freud, teknik selanjutnya, dan pandangannya tentang mimpi dan kesalahan bawah sadar. Teknik Terapi Awal Freud Sebelum menggunakan teknik asosiasi bebas psikoterapi yang agak pasif, Freud mengandalkan pendekatan yang jauh lebih aktif. Di dalamStudi tentang Histeria(Breuer & Freud, 1895/1955), Freud menggambarkan tekniknya untuk mengekstraksi ingatan masa kecil yang tertekan: Saya meletakkan tangan saya di dahi pasien atau memegang kepalanya di antara kedua tangan saya dan berkata: “Anda akan memikirkannya di bawah tekanan tangan saya. Pada saat saya melonggarkan tekanan saya, Anda akan melihat sesuatu di depan Anda atau sesuatu akan muncul di kepala Anda. Tangkap itu. Itu akan menjadi apa yang kita cari.—Nah, apa yang telah Anda lihat atau apa yang terjadi pada Anda?” Pada kesempatan pertama saya menggunakan prosedur ini. . . Saya sendiri terkejut menemukan bahwa itu memberi saya hasil yang tepat yang saya butuhkan. (hlm. 110–111) Memang, s Freud ne ruang konsultasi Freud. Prisma oleh Dukas Presseagentur GmbH/Alamy Stock Photo Bab 2 Freud: Psikoanalisis menggunakan interpretasi mimpi dan hipnosis, Freud mengatakan kepada pasiennya untuk mengharapkan adegan pengalaman seksual masa kanak-kanak akan muncul (Freud, 1896/1962). Dalam otobiografinya yang ditulis hampir 30 tahun setelah dia meninggalkan teori rayuannya, Freud (1925/1959) menyatakan bahwa di bawah teknik tekanan, mayoritas pasiennya mereproduksi adegan masa kanak-kanak di mana mereka dirayu secara seksual oleh beberapa orang dewasa. Ketika dia diwajibkan untuk mengakui bahwa “adegan rayuan ini tidak pernah terjadi, dan itu hanyalah fantasi yang dibuat oleh pasien saya atau yangSaya sendiri mungkin telah memaksa mereka[huruf miring ditambahkan], untuk beberapa waktu saya benar-benar bingung” (hlm. 34). Dia bingung, bagaimanapun, untuk waktu yang sangat singkat. Dalam beberapa hari setelah suratnya pada tanggal 21 September 1897 kepada Fliess, dia menyimpulkan bahwa “gejala neurotik tidak terkait langsung dengan peristiwa aktual tetapi dengan fantasi. . . . Saya sebenarnya telah tersandung untuk pertama kalinya padaOedipus kompleks” (Freud, 1925/1959, hlm. 34). Belakangan, Freud menyadari bahwa taktiknya yang sangat sugestif dan bahkan koersif mungkin telah menimbulkan ingatan tentang rayuan dari pasiennya dan bahwa dia tidak memiliki bukti yang jelas bahwa ingatan ini nyata. Freud menjadi semakin yakin bahwa gejala neurotik berhubungan dengan masa kanak-kanakfantasidaripada realitas material, dan dia secara bertahap mengadopsi teknik psikoterapi yang lebih pasif. Teknik Terapi Kemudian Freud Tujuan utama terapi psikoanalitik Freud selanjutnya adalah mengungkap ingatan yang ditekan melalui asosiasi bebas dan analisis mimpi. “Terapi kita bekerja dengan mentransformasikan apa yang tidak disadari menjadi apa yang disadari, dan itu bekerja hanya sejauh ia berada dalam posisi untuk melakukan transformasi itu” (Freud, 1917/1963, hlm. 280). Lebih khusus lagi, tujuan psikoanalisis adalah “untuk memperkuat ego, untuk membuatnya lebih mandiri dari superego, untuk memperluas bidang persepsinya dan memperbesar organisasinya, sehingga dapat menyesuaikan porsi-porsi baru dari id. Di mana id ada, di sana akan ada ego” (Freud, 1933/1964, hal. 80). DenganAsosiasi bebas,pasien diharuskan untuk mengungkapkan setiap pikiran yang muncul di benak mereka, tidak peduli seberapa tidak relevan atau menjijikkannya hal itu. Tujuan asosiasi bebas adalah untuk sampai pada ketidaksadaran dengan memulai dengan gagasan sadar saat ini dan mengikutinya melalui rangkaian asosiasi ke mana pun arahnya. Prosesnya tidak mudah dan beberapa pasien tidak pernah menguasainya. Untuk alasan ini, analisis mimpi tetap menjadi teknik terapi favorit dengan Freud. (Kami membahas analisis mimpi di bagian selanjutnya.) Agar pengobatan analitik berhasil, libido yang sebelumnya dikeluarkan untuk gejala neurotik harus dibebaskan untuk bekerja melayani ego. Ini terjadi dalam prosedur dua fase. “Yang pertama, semua libido didorong dari gejala ke dalam pemindahan dan terkonsentrasi di sana; yang kedua, perjuangan dikobarkan seputar objek baru ini dan libido dibebaskan darinya” (Freud, 1917/1963, hal. 455). Situasi pemindahan sangat penting untuk psikoanalisis.Pemindahanmengacu pada perasaan seksual atau agresif yang kuat, positif atau negatif, yang dikembangkan pasien terhadap analis mereka selama pengobatan. Perasaan transferensi tidak diperoleh oleh terapis dan hanya ditransfer kepadanya dari pengalaman pasien sebelumnya, biasanya dengan orang tua mereka. Dengan kata lain, perasaan pasien terhadap analis sama seperti perasaan mereka sebelumnya terhadap salah satu atau kedua orang tua. Selama ini 53 54 Bagian II Teori Psikodinamik perasaan memanifestasikan dirinya sebagai minat atau cinta, pemindahan tidak mengganggu proses pengobatan tetapi merupakan sekutu yang kuat untuk kemajuan terapeutik. Pemindahan positif memungkinkan pasien untuk sedikit banyak menghidupkan kembali pengalaman masa kanak-kanak dalam iklim perawatan analitik yang tidak mengancam. Namun,pemindahan negatifdalam bentuk permusuhan harus diakui oleh terapis dan dijelaskan kepada pasien sehingga mereka dapat mengatasi apapunperlawananterhadap pengobatan (Freud, 1905/1953a, 1917/1963). Perlawanan, yang mengacu pada berbagai respons tidak sadar yang digunakan oleh pasien untuk menghalangi kemajuan mereka sendiri dalam terapi, dapat menjadi tanda positif karena menunjukkan bahwa terapi telah berkembang melampaui materi yang dangkal. Freud (1933/1964) mencatat beberapa keterbatasan pengobatan psikoanalitik. Pertama, tidak semua ingatan lama dapat atau harus dibawa ke dalam kesadaran. Kedua, pengobatan tidak seefektif denganpsikosisatau dengan penyakit konstitusional seperti halnya dengan fobia, histeria, dan obsesi. Keterbatasan ketiga, sama sekali tidak khas untuk psikoanalisis, adalah bahwa seorang pasien, setelah sembuh, kemudian dapat mengembangkan masalah psikis lainnya. Menyadari keterbatasan ini, Freud merasa bahwa psikoanalisis dapat digunakan bersamaan dengan terapi lain. Namun, dia berulang kali menegaskan bahwa itu tidak dapat dipersingkat atau diubah dengan cara apa pun yang penting. Idealnya, ketika pengobatan analitik berhasil, pasien tidak lagi menderita gejala yang melemahkan, mereka menggunakan energi psikis mereka untuk melakukan fungsi ego, dan mereka memiliki ego yang diperluas yang mencakup pengalaman yang ditekan sebelumnya. Mereka tidak mengalami perubahan kepribadian yang besar, tetapi mereka menjadi seperti yang seharusnya dalam kondisi yang paling menguntungkan. Analisis Mimpi digunakan oleh Freudanalisis mimpiuntuk mengubah isi manifes mimpi menjadi isi laten yang lebih penting. Itukonten nyatamimpi adalah makna permukaan atau deskripsi sadar yang diberikan oleh si pemimpi, sedangkankonten latenmengacu pada materi bawah sadarnya. Asumsi dasar analisis mimpi Freud adalah bahwa hampir semua mimpi adalah mimpi pemenuhan keinginan. Beberapa keinginan jelas dan diungkapkan melalui isi manifes, seperti ketika seseorang pergi tidur dalam keadaan lapar dan bermimpi makan makanan lezat dalam jumlah besar. Namun, sebagian besar pemenuhan keinginan diekspresikan dalam konten laten dan hanya interpretasi mimpi yang dapat mengungkap keinginan itu. Pengecualian aturan bahwa mimpi adalah pemenuhan keinginan ditemukan pada pasien yang menderita pengalaman traumatis. Mimpi orang-orang ini mengikuti prinsippaksaan pengulangan daripada pemenuhan keinginan. Mimpi ini sering ditemukan pada orang dengangangguan stres pasca traumayang berulang kali memimpikan pengalaman menakutkan atau traumatis (Freud, 1920/1955a, 1933/1964). Freud percaya bahwa mimpi terbentuk di alam bawah sadar tetapi mencoba masuk ke alam sadar. Untuk menjadi sadar, mimpi harus melewati sensor utama dan terakhir (lihat lagi Gambar 2.1). Bahkan selama tidur para penjaga ini tetap terjaga, memaksa materi psikis yang tidak sadar untuk mengambil bentuk terselubung. Penyamaran dapat beroperasi dalam dua cara dasar—kondensasi dan perpindahan. Kondensasimengacu pada fakta bahwa isi mimpi manifes tidak seluas tingkat laten, menunjukkan bahwa materi bawah sadar telah disingkat atau dipadatkan sebelum muncul pada tingkat manifes.Pemindahanmaksudnya Bab 2 Freud: Psikoanalisis gambaran mimpi digantikan oleh beberapa gagasan lain yang hanya berhubungan jauh dengannya (Freud, 1900/1953). Pemadatan dan perpindahan isi keduanya terjadi melalui penggunaan simbol. Gambar-gambar tertentu hampir secara universal diwakili oleh sosoksosok yang tampaknya tidak berbahaya. Misalnya, lingga dapat dilambangkan dengan benda memanjang seperti tongkat, ular, atau pisau; vagina sering muncul sebagai kotak kecil, dada, atau oven; orang tua tampil dalam wujud presiden, guru, atau atasan seseorang; dan kecemasan pengebirian dapat diekspresikan dalam mimpi menjadi botak, kehilangan gigi, atau tindakan pemotongan apa pun (Freud, 1900/1953, 1901/1953, 1917/1963). Mimpi juga bisa menipu si pemimpi dengan menghambat atau membalikkan pengaruh si pemimpi. Misalnya, seorang pria dengan perasaan membunuh terhadap ayahnya mungkin bermimpi bahwa ayahnya telah meninggal, tetapi dalam isi mimpi yang nyata, dia tidak merasakan suka maupun duka; artinya, pengaruhnya terhambat. Perasaan tidak menyenangkan juga bisa dibalik pada tingkat mimpi nyata. Misalnya, seorang wanita yang secara tidak sadar membenci ibunya dan secara tidak sadar akan menyambut kepunahannya mungkin memimpikan kematian ibunya, tetapi kegembiraan dan kebencian yang tidak disadari yang dia rasakan diekspresikan sebagai kesedihan dan cinta selama tingkat nyata dari mimpi tersebut. Dengan demikian, dia dikelabui dengan percaya bahwa kebencian adalah cinta dan kegembiraan adalah kesedihan (Freud, 1900/1953, 1901/1953, 1915/1957a). Setelah isi mimpi yang laten (tidak sadar) terdistorsi dan pengaruhnya terhambat atau dibalik, ia muncul dalam bentuk nyata yang dapat diingat kembali oleh si pemimpi. Konten manifes, yang hampir selalu berhubungan dengan pengalaman sadar atau prasadar di hari sebelumnya, memiliki sedikit atau tidak ada signifikansi psikoanalitik; hanya isi laten yang memiliki makna (Freud, 1900/1953). Dalam menafsirkan mimpi, Freud (1917/1963) biasanya mengikuti salah satu dari dua metode. Yang pertama adalah meminta pasien untuk menghubungkan mimpi mereka dan semua asosiasi mereka dengannya, tidak peduli seberapa tidak berhubungan atau tidak logisnya asosiasi ini. Freud percaya bahwa asosiasi semacam itu mengungkapkan keinginan tak sadar di balik mimpi itu. Jika si pemimpi tidak mampu mengaitkan materi asosiasi, Freud menggunakan metode kedua—simbolsimbol mimpi untuk menemukan unsur-unsur tak sadar yang mendasari isi manifes. Tujuan dari kedua metode tersebut (asosiasi dan simbol) adalah untuk melacak formasi mimpi ke belakang hingga konten laten tercapai. Freud (1900/1953, hal. 608) percaya bahwa interpretasi mimpi adalah pendekatan yang paling dapat diandalkan untuk mempelajari proses bawah sadar dan menyebutnya sebagai "jalan kerajaan" untuk mengetahui alam bawah sadar. Mimpi kecemasan tidak menawarkan kontradiksi dengan aturan bahwa mimpi adalah pemenuhan keinginan. Penjelasannya adalah bahwa kecemasan termasuk dalam sistem prasadar, sedangkan keinginan termasuk dalam alam bawah sadar. Freud (1900/1953) melaporkan tiga mimpi kecemasan yang khas: mimpi ketelanjangan yang memalukan, mimpi tentang kematian orang yang dicintai, dan mimpi gagal dalam ujian. Dalam mimpi ketelanjangan yang memalukan, si pemimpi merasa malu atau malu karena telanjang atau berpakaian tidak pantas di hadapan orang asing. Penonton biasanya tampak acuh tak acuh, meski si pemimpi sangat malu. Asal usul mimpi ini adalah pengalaman anak usia dini telanjang di hadapan orang dewasa. Dalam pengalaman aslinya, anak itu tidak merasa malu, tetapi orang dewasa sering menunjukkan ketidaksetujuannya. Freud percaya pemenuhan keinginan dilayani dalam dua cara oleh mimpi ini. Pertama, ketidakpedulian penonton memenuhi keinginan kekanak-kanakan agar orang dewasa yang menyaksikan menahan diri untuk tidak memarahi. Kedua, fakta ketelanjangan memenuhi keinginan untuk memamerkan diri, keinginan yang biasanya ditekan pada orang dewasa tetapi ada pada anak kecil. 55 56 Bagian II Teori Psikodinamik Mimpi kematian orang yang dicintai juga berasal dari masa kanak-kanak dan merupakan pemenuhan keinginan. Jika seseorang memimpikan kematian orang yang lebih muda, alam bawah sadar mungkin mengungkapkan keinginan untuk menghancurkan adik laki-laki atau perempuan yang merupakan saingan yang dibenci selama masa kekanak-kanakan. Ketika yang meninggal adalah orang yang lebih tua, si pemimpi memenuhi keinginan Oedipal atas kematian salah satu orang tuanya. Jika si pemimpi merasakan kecemasan dan kesedihan selama mimpinya, itu karena pengaruhnya telah terbalik. Mimpi kematian orang tua adalah tipikal pada orang dewasa, tetapi itu tidak berarti bahwa si pemimpi memiliki keinginan saat ini untuk kematian orang tua itu. Mimpi-mimpi ini ditafsirkan oleh Freud sebagai makna bahwa, sebagai seorang anak, si pemimpi merindukan kematian orang tuanya, tetapi keinginan itu terlalu mengancam untuk menemukan jalannya ke dalam kesadaran. Mimpi kecemasan tipikal ketiga adalah gagal dalam ujian di sekolah. Menurut Freud (1900/1953), si pemimpi selalu bermimpi gagal dalam ujian yang telah berhasil dilalui, tidak pernah gagal. Mimpi ini biasanya terjadi saat si pemimpi mengantisipasi tugas yang sulit. Dengan bermimpi gagal dalam ujian yang sudah berlalu, ego dapat bernalar, “Saya lulus ujian sebelumnya yang saya khawatirkan. Sekarang saya khawatir tentang tugas lain, tetapi saya akan melewatinya juga. Oleh karena itu, saya tidak perlu cemas dengan ujian besok.” Keinginan untuk bebas dari kekhawatiran atas tugas yang sulit terpenuhi. Dengan masing-masing dari ketiga mimpi tipikal ini, Freud harus mencari keinginan di balik level manifes dari mimpi tersebut. Menemukan pemenuhan keinginan membutuhkan kreativitas yang hebat. Misalnya, seorang wanita pintar memberi tahu Freud bahwa dia bermimpi ibu mertuanya datang berkunjung. Dalam kehidupannya yang terjaga, dia membenci ibu mertuanya dan takut menghabiskan waktu bersamanya. Untuk menantang gagasan Freud bahwa mimpi adalah pemenuhan keinginan, dia bertanya kepadanya, "Di mana keinginan itu?" Penjelasan Freud (1900/1953) adalah bahwa wanita ini menyadari keyakinan Freud bahwa ada keinginan di balik setiap mimpi nontraumatik. Jadi, dengan bermimpi menghabiskan waktu dengan ibu mertua yang dibenci, wanita itu memenuhi keinginannya untuk membenci Freud dan menyangkal hipotesis pemenuhan keinginannya! Singkatnya, Freud percaya bahwa mimpi dimotivasi oleh pemenuhan keinginan. Isi laten mimpi terbentuk di alam bawah sadar dan biasanya kembali ke pengalaman masa kanak-kanak, sedangkan isi manifes seringkali berasal dari pengalaman hari sebelumnya. Penafsiran mimpi berfungsi sebagai "jalan kerajaan" menuju pengetahuan alam bawah sadar, tetapi mimpi tidak boleh ditafsirkan tanpa asosiasi pemimpi dengan mimpi itu. Materi laten diubah menjadi konten manifes melalui karya mimpi. Karya mimpi mencapai tujuannya melalui proses kondensasi, perpindahan, dan penghambatan pengaruh. Mimpi nyata mungkin memiliki sedikit kemiripan dengan materi laten, tetapi Freud percaya bahwa interpretasi yang akurat akan mengungkap hubungan tersembunyi dengan menelusuri pekerjaan mimpi ke belakang sampai gambar bawah sadar terungkap. Slip Freudian Freud percaya bahwa banyak kesalahan lidah atau pena sehari-hari, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan benda, dan melupakan nama atau niat untuk sementara bukanlah kecelakaan kebetulan tetapi mengungkapkan niat bawah sadar seseorang. Dalam penulisan tindakan yang salah ini, Freud (1901/1960) menggunakan bahasa JermanFehlleistung,atau "fungsi yang salah", Bab 2 Freud: Psikoanalisis tetapi James Strachey, salah satu penerjemah Freud, menemukan istilah tersebutparapraxuntuk merujuk pada apa yang sekarang disebut oleh banyak orang sebagai "slip Freudian". Paraprax atau slip tak sadar sangat umum sehingga kita biasanya kurang memperhatikannya dan menyangkal bahwa itu memiliki makna yang mendasarinya. Namun, Freud bersikeras bahwa tindakan yang salah ini memiliki makna; mereka mengungkapkan niat bawah sadar orang tersebut: “Itu bukan peristiwa kebetulan tetapi tindakan mental yang serius; mereka memiliki perasaan; mereka muncul dari tindakan bersamaan — atau mungkin lebih tepatnya, tindakan yang saling bertentangan — dari dua niat yang berbeda” (Freud, 1917/1963, hal. 44). Satu tindakan berlawanan berasal dari alam bawah sadar dan yang lainnya dari alam prasadar. Slip bawah sadar, oleh karena itu, serupa dengan mimpi karena merupakan produk dari alam bawah sadar dan prasadar, dengan niat bawah sadar menjadi dominan dan mengganggu serta menggantikan yang prasadar. Fakta bahwa kebanyakan orang dengan keras menolak makna apa pun di balik paraprax mereka dilihat oleh Freud sebagai bukti slip, memang, memiliki relevansi dengan gambar bawah sadar yang harus tetap tersembunyi dari kesadaran. Seorang pria muda pernah masuk ke sebuah toko serba ada, langsung tertarik pada pegawai wanita muda itu, dan meminta "sebungkus bir untuk seks". Ketika petugas menuduhnya melakukan perilaku yang tidak pantas, pemuda itu dengan keras memprotes ketidakbersalahannya. Contoh seperti ini dapat diperpanjang hampir tanpa batas. Freud memberikan banyak hal dalam bukunyaPsikopatologi Kehidupan Sehari-hari(1901/1960), dan banyak di antaranya melibatkan tindakannya sendiri yang salah. Suatu hari setelah mengkhawatirkan masalah moneter, Freud berjalan-jalan di toko tembakau yang dia kunjungi setiap hari. Pada hari itu, dia mengambil persediaan cerutunya yang biasa dan meninggalkan toko tanpa membayarnya. Freud mengaitkan pengabaiannya dengan pemikiran sebelumnya tentang masalah anggaran. Dalam semua slip Freudian, niat dari alam bawah sadar menggantikan niat yang lebih lemah dari alam bawah sadar, dengan demikian mengungkapkan tujuan sebenarnya dari seseorang. Penelitian Terkait Sangat mudah untuk melupakan bahwa Freud menghabiskan 20 tahun pertama karirnya bukan sebagai psikolog tetapi sebagai ahli saraf, yang memuncak dalam sebuah buku,Proyek untuk Psikologi Ilmiah (1895/1950). Namun status ilmiah teori Freud adalah salah satu pertanyaan yang paling diperdebatkan dan diperdebatkan dalam semua teori Freudian. Apakah itu sains atau hanya spekulasi? Apakah Freud mengajukan hipotesis yang dapat diuji? Apakah idenya dapat diverifikasi secara eksperimental, dapat diuji, atau dapat dipalsukan? Karl Popper, filsuf sains yang mengusulkan kriteria falsifiabilitas, membandingkan teori Freud dengan teori Einstein dan menyimpulkan bahwa yang pertama tidak dapat difalsifikasi dan karena itu bukan sains (1959). Akan adil untuk mengatakan bahwa untuk sebagian besar abad ke-20, sebagian besar psikolog akademik menolak ide-ide Freudian sebagai spekulasi fantastis yang mungkin mengandung wawasan tentang sifat manusia tetapi bukan sains. Selama 20 tahun terakhir, status ilmiah teori Freudian mulai berubah, setidaknya di antara kalangan tertentu dari psikolog kognitif dan ahli saraf. Ilmu saraf saat ini sedang mengalami pertumbuhan eksplosif melalui penyelidikan aktivitas otak selama berbagai tugas kognitif dan emosional. Sebagian besar pertumbuhan ini disebabkan oleh teknologi pencitraan otak yang diberikan oleh pencitraan resonansi magnetik fungsional (MRI) yang memetakan wilayah otak yang aktif selama tugas tertentu. Kira-kira pada waktu yang sama, kelompok psikolog kognitif tertentu dimulai 57 58 Bagian II Teori Psikodinamik melakukan penelitian tentang pentingnya pemrosesan informasi dan ingatan secara tidak sadar, atau apa yang mereka sebut kognisi "implisit". John Bargh, salah satu pemimpin di bidang psikologi sosial-kognitif, mengulas literatur tentang "otomatisitas makhluk" dan menyimpulkan bahwa sekitar 95% perilaku kita ditentukan secara tidak sadar (Bargh & Chartrand, 1999). Kesimpulan ini sepenuhnya konsisten dengan metafora Freud bahwa kesadaran hanyalah "puncak gunung es". Pada akhir 1990-an, temuan dari ilmu saraf dan psikologi kognitif mulai menyatu pada banyak proses kognitif dan afektif yang sangat konsisten dengan teori dasar Freudian. Kesamaan ini telah menjadi dasar untuk gerakan yang dimulai oleh beberapa psikolog kognitif, ahli saraf, dan psikiater yang yakin bahwa teori Freud adalah salah satu teori integratif yang lebih meyakinkan— salah satu yang dapat menjelaskan banyak temuan ini. Pada tahun 1999, sekelompok ilmuwan memulai masyarakat yang disebut Neuro-Psychoanalysis dan jurnal ilmiah dengan nama yang sama. Untuk pertama kalinya, beberapa psikolog kognitif dan ilmu saraf terkemuka seperti peraih Nobel untuk fisiologi, Eric Kandel, bersama dengan Joseph LeDoux, Antonio Damasio, Daniel Schacter, dan Vilayanur Ramachandran, secara terbuka menyatakan nilai teori Freud dan berpendapat bahwa "psikoanalisis masih merupakan pandangan pikiran yang paling koheren dan memuaskan secara intelektual" (seperti dikutip dalam Solms, 2004, hal. 84). Neuroscientist Antonio Damasio menulis: "Saya percaya kita dapat mengatakan bahwa wawasan Freud tentang sifat kesadaran sejalan dengan pandangan ilmu saraf kontemporer yang paling maju" (sebagaimana dikutip dalam Solms & Turnbull, 2002, hal. 93). Tiga puluh tahun yang lalu, pernyataan seperti itu dari ahli saraf hampir tidak terpikirkan. “Saya percaya kita dapat mengatakan bahwa wawasan Freud tentang sifat kesadaran sejalan dengan pandangan ilmu saraf kontemporer paling maju” (sebagaimana dikutip dalam Solms & Turnbull, 2002, hal. 93). Tiga puluh tahun yang lalu, pernyataan seperti itu dari ahli saraf hampir tidak terpikirkan. “Saya percaya kita dapat mengatakan bahwa wawasan Freud tentang sifat kesadaran sejalan dengan pandangan ilmu saraf kontemporer paling maju” (sebagaimana dikutip dalam Solms & Turnbull, 2002, hal. 93). Tiga puluh tahun yang lalu, pernyataan seperti itu dari ahli saraf hampir tidak terpikirkan. Mark Solms mungkin adalah orang paling aktif yang terlibat dalam mengintegrasikan teori psikoanalitik dan penelitian ilmu saraf (Solms, 2000, 2004; Solms & Panksepp, 2012; Solms & Turnbull, 2002; Smith & Solms, 2018). Dia berargumen, misalnya, bahwa konsep-konsep Freudian berikut mendapat dukungan dari ilmu saraf modern: motivasi tak sadar, represi, prinsip kesenangan, dorongan primitif, dan mimpi (Solms, 2004). Demikian pula, Kandel (1999) berpendapat bahwa psikoanalisis dan ilmu saraf bersama-sama dapat memberikan kontribusi yang berguna dalam delapan domain ini: sifat proses mental bawah sadar; sifat kausalitas psikologis; kausalitas psikologis dan psikopatologi; pengalaman awal dan kecenderungan penyakit mental; prasadar, bawah sadar, dan korteks prefrontal; orientasi seksual; psikoterapi dan perubahan struktural di otak; dan psikofarmakologi sebagai tambahan untuk psikoanalisis. Meskipun ada beberapa celah dalam bukti (Hobson, 2004), dan pada kenyataannya beberapa psikoanalis menolak ilmu saraf sebagai tidak relevan dan berbahaya bagi psikoanalisis (Blass & Carmeli, 2007), tumpang tindih antara teori Freud dan ilmu saraf cukup untuk membuat setidaknya sugestif. , jika tidak memaksa, kasus untuk integrasi mereka (Johnson & Mosri, 2016; Yovell, Solms, & Fotopoulou, 2015). Kami telah meninjau beberapa bukti empiris untuk pemrosesan mental bawah sadar, prinsip id dan kesenangan dan prinsip ego dan realitas, mekanisme represi dan pertahanan, dan mimpi. Pemrosesan Mental Bawah Sadar Banyak ilmuwan dan filsuf telah mengenali dua bentuk kesadaran yang berbeda. Pertama adalah keadaan tidak sadar atau terjaga, dan kedua adalah keadaan sadar. Yang pertama disebut sebagai “kesadaran inti,” sedangkan yang kedua disebut Bab 2 Freud: Psikoanalisis sebagai "kesadaran yang diperluas." Batang otak, dan sistem pengaktifan menaik pada khususnya, adalah bagian otak yang paling berhubungan langsung dengan kesadaran inti, atau ketidaksadaran dalam arti tidak terjaga. Misalnya, koma berasal dari kerusakan pada bagian batang otak ini dan membuat seseorang tidak sadarkan diri. Sebaliknya, menjadi sadar dan mampu merefleksikan pengetahuan dan diri sendiri lebih merupakan fungsi aktivitas di korteks prefrontal (korteks frontal dorsal) (Solms, 2004; Solms & Turnbull, 2002). Selain itu, tema utama psikologi kognitif selama 20 tahun terakhir adalah fenomena pemrosesan mental bawah sadar, atau apa yang disebut sebagai pemikiran dan memori "implisit", "tidak sadar", atau "otomatis" (Bargh & Chartrand, 1999; Schacter, 1987). Dengan ini, psikolog kognitif merujuk pada proses mental yang tidak dalam kesadaran maupun di bawah kendali yang disengaja, dan dengan demikian mendekati definisi Freud tentang ketidaksadaran. Tentu saja, konsep ketidaksadaran Freud lebih dinamis, represif, dan menghambat, tetapi — seperti yang kita lihat selanjutnya — ilmu saraf kognitif mengungkap jenis ketidaksadaran yang serupa. Kesenangan dan Id, Penghambatan dan Ego Temuan dari banyak program penelitian neurosains yang berbeda telah menetapkan bahwa dorongan mencari kesenangan memiliki asal neurologis mereka dalam dua struktur otak, yaitu batang otak dan sistem limbik (Solms, 2004; Solms & Panksepp, 2012; Solms & Turnbull, 2002 ). Selain itu, dopamin neurotransmitter paling sentral terlibat dalam sebagian besar perilaku mencari kesenangan. Dalam bahasa Freud, ini adalah dorongan dan insting dari id. Penelitian yang lebih baru memberikan nuansa menarik untuk pemahaman kita tentang bagaimana otak mengalami dorongan dan insting dari id. Neuroscientist Jaak Panksepp (2004) dan psikolog Kent Berridge (2009) telah menghabiskan puluhan tahun menjelajahi program penghargaan di otak kita. Karya ini telah menunjuk dua neurotransmiter penting yang terlibat dalam pencarian kesenangan abadi id: dopamin dan opioid (seperti endorfin). Sistem dopamin dikaitkan dengan kecenderungan id mencari atau menginginkan (gimme!), sedangkan sistem opioid terlibat dalam kesenangan yang kita alami ketika id puas (ahhh!). Kedua sistem bekerja bersama-sama. Sistem pencarian tidak hanya membuat kita bangun dan pergi di pagi hari, dan mendesak kita untuk pergi mencari makanan dan teman, tetapi juga menarik kita ke komputer kita untuk mencari berbagai keingintahuan tanpa henti di Google, atau ke ponsel pintar kami untuk memeriksa apakah pembaruan Facebook kami telah menerima komentar. Sistem menyukai memungkinkan kita untuk mengalami kepuasan ketika kita telah menemukan apa yang kita cari. Tetapi meskipun mereka bekerja bersama-sama, Berridge berpendapat bahwa ini adalah sistem yang tidak seimbang. Otak kita lebih "pelit" dalam hal kesenangan daripada keinginan, yang masuk akal secara evolusioner. Jika id mudah terpuaskan, kita semua akan berbaring dengan gembira tanpa motivasi, tetapi mungkin akan segera mati. Inilah mengapa Panksepp mengatakan bahwa pencarian adalah motivator utama, membenarkan gagasan Freud tentang kekuatan purba id, mendorong kita untuk terus mencari kesenangan kecil itu. Twitter siapa saja? Berridge berpendapat bahwa ini adalah sistem yang tidak seimbang. Otak kita lebih "pelit" dalam hal kesenangan daripada keinginan, yang masuk akal secara evolusioner. Jika id mudah terpuaskan, kita semua akan berbaring dengan gembira tanpa motivasi, tetapi mungkin akan segera mati. Inilah mengapa Panksepp mengatakan bahwa pencarian adalah motivator utama, membenarkan gagasan Freud tentang kekuatan purba id, mendorong kita untuk terus mencari kesenangan kecil itu. Twitter siapa saja? Berridge berpendapat bahwa ini adalah sistem yang tidak seimbang. Otak kita lebih "pelit" dalam hal kesenangan daripada keinginan, yang masuk akal secara evolusioner. Jika id mudah terpuaskan, kita semua akan berbaring dengan gembira tanpa motivasi, tetapi mungkin akan segera mati. Inilah mengapa Panksepp mengatakan bahwa pencarian adalah motivator utama, membenarkan gagasan Freud tentang kekuatan purba id, mendorong kita untuk terus mencari kesenangan kecil itu. Twitter siapa saja? mendorong kita untuk terus mencari kesenangan kecil itu. Twitter siapa saja? mendorong kita untuk terus mencari kesenangan kecil itu. Twitter siapa saja? Pada tahun 1923, ketika Freud mengubah pandangannya tentang bagaimana pikiran bekerja dan mengusulkan pandangan struktural id, ego, dan superego, ego menjadi struktur yang sebagian besar tidak disadari, tetapi fungsi utamanya adalah menghambat dorongan. Jika bagian otak yang berfungsi untuk menghambat impuls dan dorongan rusak, kita akan melihat peningkatan impuls pencarian kesenangan berbasis id. Itulah yang terjadi ketika sistem frontallimbik rusak. Banyak studi kasus dan lebih sistematis 59 60 Bagian II Teori Psikodinamik penelitian pencitraan otak telah menunjukkan hubungan antara sistem limbik frontal dan regulasi impuls (Chow & Cummings, 1999; Goldenberg et al., 2013; Pincus, 2001). Kasus pertama yang dilaporkan dan paling terkenal adalah pekerja kereta api abad ke-19 Phineas Gage. Saat bekerja di rel kereta api, sebuah ledakan menyebabkan batang logam terlempar ke atas dan melalui bagian bawah rahangnya ke atas dan keluar dari bagian atas dahinya, merusak lobus frontalnya. Hebatnya, mungkin karena kecepatan batangnya membakar jaringan otak, Gage tidak pernah kehilangan kesadaran dan selamat. Secara fisik (kecuali kehilangan jaringan otak) dia relatif baik-baik saja, tetapi kepribadiannya berubah. Bagaimanapun, pekerja yang agak santun, bertanggung jawab, dan dapat diandalkan ini, dalam kata-kata dokternya, menjadi "marah, tidak sopan, kadang-kadang terlibat dalam kata-kata kotor yang paling kotor (yang sebelumnya bukan kebiasaannya), menunjukkan sedikit rasa hormat kepada sesamanya, tidak sabar menahan diri atau nasihat ketika itu bertentangan dengan keinginannya, kadang-kadang keras kepala, namun berubah-ubah dan bimbang ”(seperti dikutip dalam Solms & Turnbull, 2002, hlm.3). Dengan kata lain, dia menjadi bermusuhan, impulsif, dan sama sekali tidak peduli dengan norma dan kepantasan sosial. Dalam bahasa Freudian, egonya tidak lagi dapat menghambat dorongan dan naluri dasar dan dia menjadi sangat didorong oleh id. dan sama sekali tidak peduli dengan norma sosial dan kesesuaian. Dalam bahasa Freudian, egonya tidak lagi dapat menghambat dorongan dan naluri dasar dan dia menjadi sangat didorong oleh id. dan sama sekali tidak peduli dengan norma sosial dan kesesuaian. Dalam bahasa Freudian, egonya tidak lagi dapat menghambat dorongan dan naluri dasar dan dia menjadi sangat didorong oleh id. Menurut Solms, tema yang mendasari pasien cedera lobus frontal adalah ketidakmampuan mereka untuk tetap "terikat pada realitas" (ego) dan kecenderungan mereka untuk menginterpretasikan peristiwa lebih banyak melalui "keinginan" (id); yaitu, mereka menciptakan realitas yang mereka inginkan atau harapkan. Semua ini, menurut Solms, memberikan dukungan terhadap gagasan Freud mengenai prinsip kenikmatan id dan prinsip realitas ego. Mekanisme Represi, Penghambatan, dan Pertahanan Komponen inti lain dari teori Freud melibatkan mekanisme pertahanan, terutama represi. Bawah sadar secara aktif (dinamis) menjaga ide, perasaan, dan impuls yang tidak menyenangkan atau mengancam dari kesadaran. Bidang mekanisme pertahanan tetap menjadi bidang studi aktif bagi para peneliti kepribadian. Beberapa penelitian ini berfokus pada penggunaan proyeksi dan identifikasi pada masa kanak-kanak dan remaja (Cramer, 2007), sedangkan penelitian lain telah menyelidiki siapa yang lebih mungkin menjadi target proyeksi (Govorun, Fuegen, & Payne, 2006). Dari perspektif neuropsikologi, Solms (2004) melaporkan kasus yang mengeksplorasi area otak yang mungkin terlibat dalam penggunaan dan ketekunan mekanisme pertahanan. Secara khusus, Solms (2004) menjelaskan kasus-kasus yang menunjukkan represi terhadap informasi yang tidak menyenangkan ketika terjadi kerusakan pada belahan otak kanan dan, jika wilayah yang rusak ini distimulasi secara artifisial, represi hilang; yaitu, kesadaran kembali. Selain itu, pasien ini sering merasionalisasi fakta yang tidak diinginkan dengan mengarang cerita. Dengan kata lain, mereka menggunakan mekanisme pertahanan pemenuhan keinginan ala Freudian. Misalnya, seorang pasien, ketika ditanya tentang bekas luka di kepalanya, mengarang cerita tentang bekas luka itu akibat operasi gigi atau bypass koroner, yang keduanya pernah dia alami bertahun-tahun sebelumnya. Selanjutnya, ketika dokter bertanya kepada pasien ini siapa dia, pasien akan menjawab dengan berbagai cara bahwa dia (dokter) adalah rekan kerja, rekan minum, atau rekan satu tim dari perguruan tinggi. Semua interpretasi ini lebih merupakan keinginan daripada kenyataan. Sebuah studi oleh Shevrin, Ghannam, dan Libet (2002) meneliti dasar-dasar neurofisiologis dari represi. Lebih khusus lagi, mereka membahas pertanyaan apakah orang dengan gaya kepribadian represif benar-benar membutuhkan periode stimulasi yang lebih lama agar stimulus singkat dapat dirasakan secara sadar. Penelitian sebelumnya memiliki Bab 2 Freud: Psikoanalisis menetapkan bahwa orang pada umumnya bervariasi dari 200 ms hingga 800 ms dalam berapa lama suatu stimulus perlu hadir sebelum dirasakan secara sadar. Studi oleh Shevrin et al. (2002) termasuk enam peserta klinis antara usia 51 dan 70, yang semuanya bertahun-tahun sebelumnya telah menjalani perawatan bedah untuk masalah motorik (terutama parkinsonisme). Selama operasi ini, sebuah prosedur telah dilakukan di mana elektroda merangsang bagian korteks motorik, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk stimulus dirasakan secara sadar dicatat. Hasil dari prosedur ini menunjukkan bahwa keenam peserta ini juga berkisar dari 200 ms hingga 800 ms dalam waktu yang mereka perlukan untuk secara sadar merasakan rangsangan. Untuk ini, empat tes psikologis diberikan di rumah pasien dan kemudian dinilai berdasarkan tingkat kecenderungan represif mereka. Tes-tes ini adalah Tes Rorschach Inkblot, Tes Kenangan Awal, Tes Kosakata WAIS (tes IQ), dan Kuesioner Hysteroid-Obsessoid. Tiga tes pertama dinilai oleh tiga hakim klinis "buta" pada tingkat represi mereka, dan tes keempat dinilai secara objektif untuk tingkat represinya. Hasilnya menunjukkan bahwa peringkat gabungan dari ketiga juri secara signifikan dan positif terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk sebuah stimulus dirasakan secara sadar. Selain itu, Kuesioner Hysteroid-Obsessoid yang dinilai secara objektif mengkonfirmasi hasilnya. Dengan kata lain, semakin banyak gaya represif yang dimiliki orang, semakin lama waktu yang mereka butuhkan untuk secara sadar merasakan suatu stimulus. Baik usia maupun IQ tidak terkait dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk persepsi stimulus. Seperti yang penulis akui, temuan ini hanyalah langkah pertama dalam menunjukkan bagaimana represi dapat beroperasi untuk menjauhkan hal-hal dari kesadaran, tetapi ini adalah studi pertama yang melaporkan dasar-dasar neurofisiologis dari represi. Penelitian tentang Mimpi Pada tahun 1950-an, ketika fenomena tidur rapid eye movement (REM) pertama kali ditemukan dan ditemukan sangat terkait dengan mimpi, banyak ilmuwan mulai mengabaikan teori mimpi Freud, yang didasarkan pada gagasan bahwa mimpi memiliki makna dan merupakan upaya. dalam memenuhi keinginan bawah sadar (misalnya, Hobson, 2013). Selain itu, penelitian REM menunjukkan bahwa hanya daerah batang otak dan bukan daerah kortikal yang lebih tinggi yang terlibat dengan keadaan REM. Jika struktur kortikal ini tidak terlibat dalam tidur REM, namun mereka berada di tempat terjadinya pemikiran tingkat tinggi, maka mimpi hanyalah aktivitas mental acak dan tidak dapat memiliki makna yang melekat. Dari perspektif yang disebut teori aktivasi-sintesis ini, makna adalah apa yang diberikan oleh pikiran terjaga pada aktivitas otak yang kurang lebih acak ini, Bidang penelitian utama Solms adalah mimpi dan, berdasarkan penelitian mimpi saat ini, termasuk penelitiannya sendiri, dia mempersoalkan masing-masing asumsi teori aktivasi sintesis mimpi (Solms, 2000, 2004). Yang terpenting, Solms berpendapat bahwa mimpi dan REM bukanlah satu dan sama. Pertama, pada sekitar 5% sampai 30% dari bangun selama tidur REM, pasien melaporkan tidak ada mimpi, dan selama sekitar 5% sampai 10% dari pasien bangun non-REM melaporkan bermimpi. Jadi tidak ada korespondensi satu-ke-satu antara REM dan mimpi. Kedua, lesi (karena cedera atau pembedahan) di batang otak tidak sepenuhnya menghilangkan mimpi, sedangkan lesi di daerah otak depan (di lobus frontal dan parietaltemporal-occipital juncture) telah menghilangkan mimpi namun mempertahankan tidur REM. 61 62 Bagian II Teori Psikodinamik Selain itu, seperti pendapat Freud, mimpi tampaknya tidak acak isinya. Beberapa studi empiris telah mengkonfirmasi klaim Freud diInterpretasi Mimpibahwa "keinginan yang ditekan pada siang hari muncul dalam mimpi" (1900/1953, hlm. 590). Hal ini kemudian dikenal dalam literatur empiris sebagai "efek pantulan mimpi," di mana upaya untuk menekan pikiran yang tidak diinginkan sebelum tidur menyebabkan peningkatan mimpi tentang target tersebut (misalnya, Schmidt & Gendolla, 2008; Taylor & Bryant, 2007). ; Wegner, Wenzlaff, & Kozak, 2004). Misalnya, pasien insomnia melaporkan mengalami mimpi terkait insomnia setelah mencoba menekan kekhawatiran mereka tentang cukup tidur sebelum tertidur (Riemann et al., 2012). Selain itu, mereka yang mendapat skor tinggi pada sifat penekanan pikiran (misalnya, "Kadang-kadang saya benar-benar berharap saya bisa berhenti berpikir terlalu banyak") melaporkan lebih banyak mimpi dalam kehidupan nyata daripada mereka yang bukan penekan pikiran aktif kebiasaan (Malinowski, 2015). . Studi pertama yang menunjukkan "pantulan" pikiran yang tertekan dalam mimpi ini dilakukan oleh Daniel Wegner dan rekan (2004). Dalam studi tersebut, 300 mahasiswa diinstruksikan untuk berpikir sebelum tidur tentang dua orang: satu orang yang mereka "taksir", dan satu lagi yang "dicintai" tetapi tidak mereka sukai. Selanjutnya, peserta ditugaskan ke salah satu dari tiga kondisi: penekanan, ekspresi, dan penyebutan. Siswa yang diminta untuk menekan diinstruksikan untuk tidak memikirkan orang yang menjadi target (baik yang “naksir” maupun yang “disukai”) selama lima menit. Peserta ekspresi disuruh memikirkan satu orang atau yang lainnya selama lima menit. Dalam kondisi mention, peserta disuruh memikirkan apa saja selama lima menit setelah menyebutkan inisial orang yang dituju. Hasil menunjukkan, konsisten dengan pandangan Freud, bahwa siswa lebih memimpikan target yang ditekan daripada target yang tidak ditekan. Mereka juga lebih memimpikan target yang ditekan daripada nontarget yang ditekan. Dengan kata lain, siswa lebih cenderung bermimpi tentang orang yang mereka pikirkan (target), tetapi terutama target yang secara aktif mereka usahakan untuk tidak dipikirkan. Kröner-Borowik dan rekan (2013) menegaskan dan memperluas karya Wegner dan rekan tentang efek pantulan mimpi dalam dua cara yang menarik. Mereka meminta peserta untuk mengidentifikasi pemikiran intrusif unik yang menyusahkan (didefinisikan sebagai pemikiran yang tidak ingin dipikirkan, tetapi kadang-kadang “muncul” tanpa diinginkan). Kemudian mereka ditempatkan secara acak baik pada kelompok supresi atau kontrol, dan membaca instruksi mereka, seperti pada Wegner et al. (2004) studi, sesaat sebelum tidur. Mereka mengikuti instruksi ini tidak hanya untuk satu malam, tetapi setiap malam selama seminggu. Peserta kondisi supresi diminta untuk memfokuskan pikiran mereka dengan sengaja pada pikiran mengganggu yang telah mereka identifikasi sebelumnya, bersama dengan perasaan negatif yang terkait. Kemudian, selama lima menit berikutnya, mereka disuruh memikirkan apa pun kecuali pikiran yang mengganggu. Instruksinya berbunyi: “Jangan memikirkannya, bahkan untuk sesaat, bahkan untuk sedetik pun, dan lakukan apa pun untuk menjauhkan pikiran itu dari benak Anda. Lalu, tidurlah.” Kelompok kontrol juga disuruh memulai dengan memfokuskan pikiran mereka pada pikiran yang mengganggu, dan kemudian disuruh memikirkan apapun yang mereka inginkan selama lima menit sebelum tidur. Hasil mereplikasi studi sebelumnya tentang pantulan mimpi: mereka yang ditekan mengalami peningkatan mimpi tentang pikiran target, dibandingkan dengan mereka yang tidak menekan. Selain itu, penekan juga memiliki tekanan mimpi yang lebih tinggi (mimpi adalah "mimpi buruk" atau mimpi buruk), dan efek ini berlangsung selama periode penelitian selama seminggu. bahkan tidak sedetik pun, dan lakukan apa pun untuk menjauhkan pikiran itu dari benak Anda. Lalu, tidurlah.” Kelompok kontrol juga disuruh memulai dengan memfokuskan pikiran mereka pada pikiran yang mengganggu, dan kemudian disuruh memikirkan apapun yang mereka inginkan selama lima menit sebelum tidur. Hasil mereplikasi studi sebelumnya tentang pantulan mimpi: mereka yang ditekan mengalami peningkatan mimpi tentang pikiran target, dibandingkan dengan mereka yang tidak menekan. Selain itu, penekan juga memiliki tekanan mimpi yang lebih tinggi (mimpi adalah "mimpi buruk" atau mimpi buruk), dan efek ini berlangsung selama periode penelitian selama seminggu. bahkan tidak sedetik pun, dan lakukan apa pun untuk menjauhkan pikiran itu dari benak Anda. Lalu, tidurlah.” Kelompok kontrol juga disuruh memulai dengan memfokuskan pikiran mereka pada pikiran yang mengganggu, dan kemudian disuruh memikirkan apapun yang mereka inginkan selama lima menit sebelum tidur. Hasil mereplikasi studi sebelumnya tentang pantulan mimpi: mereka yang ditekan mengalami peningkatan mimpi tentang pikiran target, dibandingkan dengan mereka yang tidak menekan. Selain itu, penekan juga memiliki tekanan mimpi yang lebih tinggi (mimpi adalah "mimpi buruk" atau mimpi buruk), dan efek ini berlangsung selama periode penelitian selama seminggu. dan kemudian disuruh memikirkan apapun yang mereka inginkan selama lima menit sebelum tidur. Hasil mereplikasi studi sebelumnya tentang pantulan mimpi: mereka yang ditekan mengalami peningkatan mimpi tentang pikiran target, dibandingkan Para peneliti mempelajari neurokimia tidur — terutama periode gerakan mata cepat (REM) di mana mimpi paling mungkin terjadi — melaporkan aktivasi Bab 2 Freud: Psikoanalisis dari neurotransmitter dopamin (Monti & Monti, 2007). Ini relevan dan konsisten dengan teori Freud bahwa mimpi dimotivasi dan bukan hanya aktivitas saraf acak (Berridge, 2007). Memang, bahkan kritikus teori mimpi Freud telah mengakui temuan ini konsisten dengan gagasan Freud bahwa mimpi dapat dimotivasi dan bukan aktivitas otak acak (Hobson, 2014). Singkatnya, banyak garis penelitian ilmu saraf modern tampaknya mendukung beberapa asumsi dan gagasan utama Freud tentang mimpi sebagai motivasi dan sebagai upaya untuk mengekspresikan gagasan yang ditekan dan / atau ditekan. Kritik terhadap Freud Dalam mengkritik Freud, pertama-tama kita harus mengajukan dua pertanyaan: (1) Apakah Freud memahami wanita, gender, dan seksualitas? (2) Apakah Freud seorang ilmuwan? Apakah Freud Memahami Wanita, Gender, dan Seksualitas? Kritik yang sering terhadap Freud adalah bahwa dia tidak memahami wanita dan bahwa teori kepribadiannya sangat berorientasi pada pria. Ada banyak kebenaran dalam kritik ini, dan Freud mengakui bahwa dia tidak memiliki pemahaman yang lengkap tentang jiwa perempuan. Mengapa Freud tidak memiliki pemahaman yang lebih baik tentang jiwa feminin? Salah satu jawabannya adalah bahwa dia adalah produk pada zamannya, dan masyarakat didominasi oleh laki-laki pada masa itu. Di Austria abad ke-19, wanita adalah warga negara kelas dua, dengan sedikit hak atau keistimewaan. Mereka memiliki sedikit kesempatan untuk memasuki profesi atau menjadi anggota organisasi profesional—seperti Wednesday Psychological Society dari Freud. Jadi, selama seperempat abad pertama psikoanalisis, gerakan itu adalah klub semua laki-laki. Setelah Perang Dunia I, wanita secara bertahap menjadi tertarik pada psikoanalisis dan beberapa dari wanita ini, seperti Marie Bonaparte, Ruth Mack Brunswick, Helene Deutsch, Melanie Klein, Lou Andreas-Salomé, dan Anna Freud, mampu memberikan pengaruh pada Freud. Namun, mereka tidak pernah bisa meyakinkannya bahwa kesamaan antar jenis kelamin mengalahkan perbedaan. Freud sendiri adalah seorang pria Wina borjuis sejati yang sikap seksualnya dibentuk pada saat wanita diharapkan untuk mengasuh suami mereka, mengatur rumah tangga, merawat anak-anak, dan menjauhi bisnis atau profesi suami mereka. Istri Freud, Martha, tidak terkecuali aturan ini (Gay, 1988). Freud terus bergulat dengan mencoba memahami wanita, dan pandangannya tentang feminitas berubah beberapa kali selama hidupnya. Sebagai seorang siswa muda, dia berseru kepada seorang temannya, “Betapa bijaknya para pendidik kita bahwa mereka begitu sedikit mengganggu seks cantik dengan pengetahuan ilmiah” (dikutip dalam Gay, 1988, hlm. 522). Selama tahun-tahun awal karirnya, Freud memandang pertumbuhan psikoseksual pria dan wanita sebagai bayangan cermin satu sama lain, dengan garis perkembangan yang berbeda tetapi paralel. Namun, dia kemudian mengusulkan gagasan bahwa gadis kecil adalah anak laki-laki yang gagal dan bahwa wanita dewasa mirip dengan pria yang dikebiri. Freud awalnya mengusulkan ide-ide ini secara tentatif, tetapi seiring berjalannya waktu, dia mempertahankannya dengan gigih dan menolak untuk mengkompromikan pandangannya. Ketika orang mengkritik gagasan feminitasnya, Freud menjawab dengan 63 64 Teori Psikodinamik Bagian II mengadopsi sikap yang semakin kaku. Pada tahun 1920-an, dia menegaskan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh perbedaan anatomis dan tidak dapat dijelaskan oleh pengalaman sosialisasi yang berbeda (Freud, 1924/1961). Namun demikian, dia selalu menyadari bahwa dia tidak memahami wanita sebaik dia memahami pria. Dia menyebut mereka "benua gelap untuk psikologi" (Freud, 1926/1959b, hal. 212). Dalam pernyataan terakhirnya tentang masalah ini, Freud (1933/1964) menyarankan bahwa "jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang feminitas, cari tahu dari pengalaman hidup Anda sendiri atau beralihlah ke penyair" (hal. 135). Kedalaman (dan ketidaksadaran?) dari seksismenya terungkap dalam pernyataan ini. "Kamu" mengacu, tentu saja, bukan untuk siapa pun, tetapi seorang pria. Mempertimbangkan bahwa Freud mendasarkan hampir semua teorinya pada studi kasus wanita, Mengapa Freud tidak dapat memahami wanita? Mengingat asuhannya selama pertengahan abad ke-19, penerimaan orang tua atas dominasinya terhadap saudara perempuannya, kecenderungan untuk melebih-lebihkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki, dan keyakinannya bahwa perempuan mendiami "benua gelap" kemanusiaan, tampaknya tidak mungkin Freud memilikinya. pengalaman yang diperlukan untuk memahami wanita. Menjelang akhir hidupnya, dia masih harus bertanya, “Apa yang diinginkan seorang wanita?” (E. Jones, 1955, hlm. 421). Pertanyaan itu sendiri mengungkapkan bias gender Freud karena mengasumsikan bahwa semua wanita menginginkan hal yang sama dan bahwa keinginan mereka entah bagaimana berbeda dari pria. Ahli teori feminis seperti Judith Butler (1995) mengkritik normativitas gender (setelah kompleks Oedipus diselesaikan, anak laki-laki menjadi laki-laki maskulin dan anak perempuan menjadi perempuan feminin) dan heteroseksisme teori Freud. Dalam dua karya Freud, "Mourning and Melancholia" (1917) dan The Ego and the Id (1923), dia berpendapat bahwa bagian dari proses pembentukan karakter kita (ego kita) pertama-tama adalah berduka, dan kemudian menggantikan yang hilang. menyukai benda dengan benda lain. Artinya, anak laki-laki harus berduka atas "kehilangan" ibunya sebagai objek cinta, dan menggantinya dengan cinta erotis untuk seorang wanita. Sebaliknya, gadis itu harus berduka atas kehilangan ayahnya dan akhirnya menggantinya dengan cinta untuk pasangan romantis pria. Dalam esainya "Melancholy Gender—Refused Identification" (1995), Butler mengambil ide orisinal Freud dan membalikkannya, mengajukan pertanyaan: "Apa yang dilakukan ego dengan hilangnya keterikatan sesama jenis?" Jelas sebagai anak kecil kita juga membentuk keterikatan yang kuat dengan orang tua sesama jenis kita. Dia berpendapat superego tidak akan dengan mudah membiarkan ego membentuk keterikatan kompensasi untuk menggantikan objek sesama jenis yang hilang. Mengapa tidak? Gagasan Freud adalah bahwa benda-benda yang hilang ini diinvestasikan dengan libido. Masyarakat tidak menyetujui keterikatan libidinal sesama jenis, sehingga ego tidak mampu, atau berjuang, untuk menghasilkan pengganti yang tepat dan memuaskan untuk objek sesama jenis yang mungkin membantu id merasa lebih baik. Dalam hal ini, id terjebak dalam “melankolia”. Id tidak pernah bisa sepenuhnya menyelesaikan kesedihan. Jika, dalam teori normatif/heteroseksual gender Freud, anak perempuan dan laki-laki harus menekan keinginan mereka terhadap orang tua lawan jenis mereka, dalam penataan ulang Butler, tindakan psikis bahkan lebih keras. Anak-anak harus menolak perasaan cinta sesama jenis. Memang, menurutnya, larangan budaya terhadap homoseksualitas beroperasi sebagai dasar untuk gender dan heteroseksualitas. Ini terutama berlaku untuk anak laki-laki dan laki-laki. Identitas gender heteroseksual maskulin, menurutnya, adalah semacam melankolis, yang mencerminkan penolakan ketertarikan mereka pada pria lain, dan urusan berduka yang belum selesai karena kehilangan orang tua sesama jenis. Dengan cara ini, Butler memberikan keterlibatan kritis yang menarik dari teori Freudian untuk memahami gender dan seksualitas. Bab 2 Freud: Psikoanalisis Apakah Freud seorang Ilmuwan? Area kritik kedua terhadap Freud berpusat pada statusnya sebagai ilmuwan. Meskipun dia berulang kali menegaskan bahwa dia terutama adalah seorang ilmuwan dan bahwa psikoanalisis adalah ilmu, definisi ilmu pengetahuan Freud membutuhkan beberapa penjelasan. Ketika dia menyebut psikoanalisis sebagai ilmu, dia berusaha memisahkannya dari filsafat atau ideologi. Dia tidak mengklaim bahwa itu adalah ilmu alam. Bahasa dan budaya Jerman pada zaman Freud membuat perbedaan antara ilmu alam (Naturwissenschaft) dan ilmu manusia (Geisteswissenschaft). Sayangnya, terjemahan James Strachey diedisi Standar membuat Freud tampak seperti ilmuwan alam. Namun, sarjana lain (Federn, 1988; Holder, 1988) percaya bahwa Freud dengan jelas melihat dirinya sebagai ilmuwan manusia, yaitu seorang humanis atau sarjana dan bukan ilmuwan alam. Untuk membuat karya-karya Freud lebih akurat dan lebih humanistik, sekelompok sarjana bahasa saat ini memproduksi terjemahan terbaru dari Freud. (Lihat, misalnya, Freud, 1905/2002.) Bruno Bettelheim (1982, 1983) juga mengkritik terjemahan Strachey. Dia berpendapat bahwaedisi Standarmenggunakan konsep medis yang tepat dan istilah Yunani dan Latin yang menyesatkan alih-alih kata-kata Jerman yang biasa, sering kali ambigu, yang telah dipilih oleh Freud. Ketepatan seperti itu cenderung membuat Freud lebih ilmiah dan kurang humanistik daripada yang terlihat oleh pembaca Jerman. Misalnya, Bettelheim, yang perkenalannya dengan Freud dalam bahasa Jerman, percaya bahwa Freud melihat terapi psikoanalitik sebagai perjalanan spiritual ke kedalaman jiwa (diterjemahkan oleh Strachey sebagai "pikiran") dan bukan sebagai analisis mekanistik dari peralatan mental. Sebagai hasil dari pandangan sains Jerman abad ke-19 Freud, banyak penulis kontemporer menganggap metode pembangunan teorinya tidak dapat dipertahankan dan agak tidak ilmiah (Breger, 2000; Crews, 1995, 1996; Sulloway, 1992; Webster, 1995). Teorinya tidak didasarkan pada penyelidikan eksperimental melainkan pada pengamatan subyektif yang dibuat oleh Freud tentang dirinya dan pasien klinisnya. Pasien-pasien ini tidak mewakili masyarakat pada umumnya tetapi kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas. Terlepas dari minat populer dan profesional yang tersebar luas ini, pertanyaannya tetap: Apakah Freud ilmiah? Deskripsi ilmu pengetahuan Freud (1915/1957a) sendiri memungkinkan banyak ruang untuk interpretasi subyektif dan definisi yang tidak pasti: Kita sering mendengar pendapat bahwa sains harus dibangun di atas konsep-konsep dasar yang jelas dan tajam. Sebenarnya tidak ada sains, bahkan yang paling tepat sekalipun, yang dimulai dengan definisi seperti itu. Permulaan yang sebenarnya dari kegiatan ilmiah terdiri lebih dari menggambarkan fenomena dan kemudian melanjutkan ke pengelompokan, mengklasifikasikan dan mengkorelasikannya. Bahkan pada tahap deskripsi tidak mungkin untuk menghindari penerapan ide-ide abstrak tertentu pada materi yang ada, ide-ide yang berasal dari suatu tempat atau lainnya tetapi tentunya bukan dari pengamatan baru saja. (hal.117) Mungkin Freud sendiri meninggalkan kita dengan gambaran terbaik tentang bagaimana dia membangun teorinya. Pada tahun 1900, tak lama setelah penerbitanInterpretasi Mimpi,dia menulis kepada temannya Wilhelm Fliess, mengakui bahwa “Saya sebenarnya sama sekali bukan orang sains, bukan pengamat, bukan eksperimen, bukan pemikir. Saya dengan temperamen hanyalah seorang conquistador — seorang petualang. . . dengan segala keingintahuan, keberanian, dan keuletan yang menjadi ciri khas pria semacam ini” (Freud, 1985, hlm. 398). Meskipun Freud kadang-kadang mungkin melihat dirinya sebagai seorang penakluk, dia juga percaya bahwa dia sedang membangun teori ilmiah. Seberapa baik teori itu memenuhi enam kriteria untuk teori berguna yang kita identifikasi di Bab 1? 65 66 Bagian II Teori Psikodinamik Meskipun benar bahwa Freud sendiri bukanlah seorang ilmuwan melainkan seorang dokter dan dukungan ilmiah untuk ide-idenya kurang untuk sebagian besar abad ke-20, baru-baru ini dukungan untuk beberapa ide utama mulai muncul. Yang pasti, ide-ide Freud yang paling kontroversial tentang tahap perkembangan seksual hanya mendapat sedikit dukungan ilmiah dan bahkan tidak diterima oleh beberapa rekan terdekatnya, seperti Adler dan Jung. Namun, selama 20 tahun terakhir, penelitian neuropsikoanalitik telah dilakukan yang mendukung gagasan kunci lain yang dikemukakan oleh Freud, yaitu kekuatan proses bawah sadar, dampak pengalaman masa kanak-kanak pada kepribadian orang dewasa, peran represi dan makna dalam mimpi, dan eksistensi. mekanisme pertahanan (Johnson & Mostri, 2016; Northoff & Boeker, 2006; Solms, 2000, 2004; Smith & Solms, 2018).menghasilkan penelitian. Kedua, teori yang berguna harusdapat dipalsukan.Karena banyak bukti penelitian yang konsisten dengan ide-ide Freud juga dapat dijelaskan dengan model lain, teori Freudian hampir tidak mungkin dipalsukan. Contoh bagus tentang sulitnya memalsukan psikoanalisis adalah kisah tentang wanita yang bermimpi ibu mertuanya datang berkunjung. Isi mimpinya tidak bisa menjadi pemenuhan keinginan karena wanita itu membenci ibu mertuanya dan tidak menginginkan kunjungan darinya. Freud lolos dari teka-teki ini dengan menjelaskan wanita itu memiliki mimpi hanya untuk membuat marah Freud dan untuk membuktikan kepadanya tidak semua mimpi adalah pemenuhan keinginan. Penalaran semacam ini jelas memberi teori Freudian peringkat yang sangat rendah pada kemampuannya untuk menghasilkan hipotesis yang dapat dipalsukan. Kriteria ketiga dari setiap teori yang berguna adalah kemampuannya untukmengatur pengetahuanmenjadi kerangka yang berarti. Sayangnya, kerangka teori kepribadian Freud, dengan penekanannya pada ketidaksadaran, begitu longgar dan fleksibel sehingga data yang tampaknya tidak konsisten dapat hidup berdampingan dalam batas-batasnya. Dibandingkan dengan teori kepribadian lainnya, psikoanalisis mencoba menjawab lebih banyak pertanyaan tentang mengapa orang berperilaku seperti itu. Tetapi hanya sebagian dari jawaban ini yang berasal dari penyelidikan ilmiah—kebanyakan hanyalah perpanjangan logis dari asumsi dasar Freud. Dengan demikian, kami menilai psikoanalisis hanya memiliki kemampuan moderat untuk mengatur pengetahuan. Keempat, teori yang berguna harus berfungsi sebagaipanduan untuk solusi masalah praktis.Karena teori Freudian luar biasa komprehensif, banyak praktisi yang terlatih secara psikoanalitik mengandalkannya untuk menemukan solusi untuk masalah praktis sehari-hari. Namun, psikoanalisis tidak lagi mendominasi bidang psikoterapi, dan sebagian besar terapis masa kini menggunakan orientasi teoretis lain dalam praktik mereka. Karena itu, kami memberikan psikoanalisis peringkat rendah sebagai panduan bagi praktisi. Kriteria kelima dari teori yang berguna berkaitan dengankonsistensi batin,termasuk istilahistilah yang didefinisikan secara operasional. Psikoanalisis adalah teori yang konsisten secara internal, jika seseorang ingat bahwa Freud menulis selama lebih dari 40 tahun dan secara bertahap mengubah makna beberapa konsep selama waktu itu. Namun, pada satu titik waktu tertentu, teori tersebut umumnya memiliki konsistensi internal, meskipun beberapa istilah khusus digunakan dengan ketelitian yang kurang ilmiah. Apakah psikoanalisis memiliki seperangkat istilah yang didefinisikan secara operasional? Di sini teorinya pasti gagal. Istilah-istilah seperti id, ego, superego, sadar, prasadar, tidak sadar, tahap oral, tahap sadis-anal, tahap lingga, kompleks Oedipus, tingkat mimpi laten, dan banyak lainnya tidak didefinisikan secara operasional; yaitu, mereka tidak dijabarkan dalam hal operasi atau perilaku tertentu. Peneliti harus membuat definisi khusus mereka sendiri tentang sebagian besar istilah psikoanalitik. Bab 2 Freud: Psikoanalisis Keenam, psikoanalisis bukanlah teori yang sederhana atau pelit, tetapi mengingat kelengkapannya dan kompleksitas kepribadian manusia, itu tidak terlalu rumit. Konsep Kemanusiaan Dalam Bab 1, kami menguraikan beberapa dimensi untuk konsep kemanusiaan. Di manakah letak teori Freud pada berbagai dimensi ini? Yang pertama adalahdeterminisme versus pilihan bebas.Pada dimensi ini pandangan Freud tentang pandangan tentang hakikat manusia akan mudah terjerumus ke arah determinisme. Freud percaya bahwa sebagian besar perilaku kita ditentukan oleh peristiwa masa lalu daripada dibentuk oleh tujuan saat ini. Manusia memiliki sedikit kendali atas tindakan mereka saat ini karena banyak dari perilaku mereka berakar pada usaha bawah sadar yang berada di luar kesadaran saat ini. Meskipun orang biasanya percaya bahwa mereka mengendalikan hidup mereka sendiri, Freud bersikeras bahwa kepercayaan semacam itu adalah ilusi. Kepribadian orang dewasa sangat ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak, terutama kompleks Oedipus—yang meninggalkan residunya di alam bawah sadar. Freud (1917/1955a) menyatakan bahwa umat manusia dalam sejarahnya telah mengalami tiga pukulan besar terhadap ego narsistiknya. Yang pertama adalah penemuan kembali oleh Copernicus bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta; yang kedua adalah penemuan Darwin bahwa manusia sangat mirip dengan binatang lain; pukulan ketiga, dan yang paling merusak dari semuanya, adalah penemuan Freud sendiri bahwa kita tidak mengendalikan tindakan kita sendiri atau, seperti yang dia nyatakan, "ego tidak menguasai rumahnya sendiri" (hal. 143). Masalah kedua dan terkait adalahpesimisme versus optimisme.Menurut Freud, kita datang ke dunia dalam keadaan konflik dasar, dengan kekuatan hidup dan mati beroperasi pada kita dari sisi yang berlawanan. Keinginan kematian bawaan mendorong kita tanpa henti ke arah penghancuran diri atau agresi, sementara dorongan seksual menyebabkan kita mencari kesenangan secara membabi buta. Ego mengalami keadaan konflik yang kurang lebih permanen, mencoba untuk menyeimbangkan tuntutan kontradiktif dari id dan superego sementara pada saat yang sama membuat konsesi ke dunia luar. Di bawah lapisan tipis peradaban, kita adalah binatang buas dengan kecenderungan alami untuk mengeksploitasi orang lain demi kepuasan seksual dan destruktif. Perilaku antisosial terletak tepat di bawah permukaan orang yang paling damai sekalipun, menurut keyakinan Freud. Lebih buruk lagi, kita biasanya tidak menyadari alasan perilaku kita dan juga tidak menyadari kebencian yang kita rasakan terhadap teman, keluarga, dan kekasih kita. Untuk alasan ini, teori psikoanalitik pada dasarnya pesimis. Pendekatan ketiga untuk memandang kemanusiaan adalah dimensi darikausalitas versus teleologi.Freud percaya bahwa perilaku sekarang sebagian besar dibentuk oleh sebab-sebab masa lalu daripada oleh tujuan orang-orang di masa depan. Orang tidak bergerak menuju tujuan yang ditentukan sendiri; sebaliknya, mereka terjebak dalam pertarungan antara Eros dan Thanatos. Dua dorongan kuat ini memaksa orang untuk mengulangi pola perilaku primitif secara kompulsif. Sebagai orang dewasa, mereka 67 68 Teori Psikodinamik Bagian II perilaku adalah satu rangkaian reaksi yang panjang. Orang terus-menerus berusaha mengurangi ketegangan; untuk menghilangkan kecemasan; untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan; mundur ke tahap perkembangan yang lebih awal dan lebih aman; dan secara kompulsif mengulangi perilaku yang akrab dan aman. Oleh karena itu, kami menilai teori Freud sangat tinggi dalam hal kausalitas. Pada dimensi darisadar versus tidak sadar,teori psikoanalitik jelas sangat condong ke arah motivasi tak sadar. Freud percaya bahwa segala sesuatu mulai dari kesalahan lidah hingga pengalaman religius adalah hasil dari keinginan yang mengakar untuk memuaskan dorongan seksual atau agresif. Motif-motif ini membuat kita menjadi budak ketidaksadaran kita. Meskipun kita menyadari tindakan kita, Freud percaya bahwa motivasi yang mendasari tindakan tersebut tertanam dalam di alam bawah sadar kita dan seringkali sangat berbeda dari apa yang kita yakini. Dimensi kelima adalahsosial versus pengaruh biologis.Sebagai seorang dokter, pelatihan medis Freud membuatnya melihat kepribadian manusia dari sudut pandang biologis. Namun Freud (1913/1953, 1985) sering berspekulasi tentang konsekuensi dari unit sosial prasejarah dan tentang konsekuensi dari pengalaman sosial awal individu. Karena Freud percaya bahwa banyak fantasi dan kecemasan kekanak-kanakan berakar pada biologi, kami menilai dia rendah dalam pengaruh sosial. Yang keenam adalah masalahkeunikan versus persamaan.Pada dimensi ini, teori psikoanalitik mengambil posisi tengah. Masa lalu evolusi umat manusia memunculkan banyak kesamaan di antara manusia. Namun demikian, pengalaman individu, terutama pengalaman masa kanak-kanak awal, membentuk orang dengan cara yang agak unik dan menjelaskan banyak perbedaan di antara kepribadian. Istilah dan Konsep Kunci • Freud mengidentifikasi tigatingkat kehidupan mental—tidak sadar, prasadar, dan sadar. • Pengalaman anak usia dini yang menimbulkan kecemasan tingkat tinggi ditekan ke dalam tidak sadar,di mana mereka dapat mempengaruhi perilaku, emosi, dan sikap selama bertahun-tahun. • Peristiwa yang tidak terkait dengan kecemasan tetapi hanya dilupakan membuat isi dariprasadar. • Sadargambar adalah mereka dalam kesadaran pada waktu tertentu. • Freud mengenali tigaprovinsi pikiran—id, ego, dan superego. • Thepengenaltidak sadar, kacau, keluar dari kontak dengan realitas, dan dalam pelayanan prinsip kesenangan. • Theegoadalah eksekutif kepribadian, berhubungan dengan dunia nyata, dan melayaniprinsip realitas. • ThesuperegomelayanimoralDanprinsip idealisdan mulai terbentuk setelah kompleks Oedipus teratasi. Bab 2 Freud: Psikoanalisis • Semua motivasi dapat ditelusuri ke dorongan seksual dan agresif. Perilaku masa kecil terkait denganseksDanagresisering dihukum, yang mengarah ke baikrepresi ataukecemasan. • Untuk melindungi diri dari kecemasan, ego memulai berbagaimekanisme pertahanan,yang paling mendasar adalah represi. • Freud menguraikan tiga besartahapan perkembangan—bayi, latensi, dan a periode genital— tetapi dia mencurahkan sebagian besar perhatiannya pada tahap kekanak-kanakan. • Tahap kekanak-kanakan dibagi menjadi tiga subtahap—lisan, anal,Dan lingga,yang terakhir disertai dengan kompleks Oedipus. • Selama sederhanatahap Oedipus,seorang anak menginginkan hubungan seksual dengan satu orang tua sambil memendam permusuhan terhadap orang tua lainnya. • Freud percaya itumimpiDanSlip Freudianadalah cara terselubung untuk mengekspresikan impuls tak sadar. Referensi Bargh, JA, & Chartrand, TL (1999). Itu peran dopamin dalam hadiah: Kasus arti-penting Jurnal Internasional Perspektif Relasional, 5, 165–180. Chodorow, NJ (1989).Feminisme dan teori psikoanalisis.New Haven, CT: Yale University Press. insentif.Psikofarmakologi, 191, 391–431. Chodorow, NJ (1991). Freud pada wanita. Di J . otomatisitas yang tak tertahankan. Psikolog Amerika, 54,461–479. Berridge, KC (2007). Perdebatan usai doi:10.1007/s00213-006-0578-x. Berridge, KC Neu (Ed.),Pendamping Cambridge untuk Freud: (2009). Menginginkan dan menyukai: Cambridge pendamping untuk filsafat (hlm. Pengamatan dari laboratorium ilmu saraf dan psikologi.Pertanyaan, 52: 4, 378–398. “http://www.lsa.umich.edu/ psych/research&labs/berridge/publications/ Berridge%202009%20Ingin%20and%20 like%20-%20observations%20%20Inquiry.pdf” Bettelheim, B. (1982, 1 Maret). Freud dan jiwa.Orang New York,hlm.52–93. Bettelheim, B. (1983).Freud dan jiwa manusia.Baru York: Knopf. Blass, RB, & Carmeli, Z. (2007). Kasus melawan 224–248). New York: Cambridge University neuropsikoanalisis: Tentang kekeliruan yang mendasari tren ilmiah terbaru psikoanalisis dan dampak negatifnya pada wacana psikoanalitik. Jurnal Internasional Psiko-Analisis, 88,19–40. Brannon, L. (2005).Jenis Kelamin: Psikologis perspektif(edisi ke-4). Boston: Allyn dan Bacon. Breger, L. (2000).Freud: Kegelapan di tengah-tengah penglihatan.New York: Wiley. Breuer, J., & Freud, S. (1895/1955).Studi tentang histeri.Dalam J. Strachey (Ed. dan Trans.),Edisi standar karya psikologis lengkap Sigmund Freud(Vol. 2). London: Hogarth Press. Butler, J. (1995). Gender melankolis—ditolak identifikasi.Dialog Psikoanalitik: The Press. Chodorow, NJ (1994).Femininitas, maskulinitas, seksualitas: Freud dan seterusnya.Lexington: Universitas Kentucky Press. Chow, TW, & Cummings, JL (1999). Sirkuit subkortikal frontal. Di BL Miller dan JL Clark, RW (1980).Freud: Pria dan penyebabnya. New York: Rumah Acak. Cramer, P. (2007). Studi longitudinal dari mekanisme pertahanan: Masa kanak-kanak akhir hingga remaja akhir.Jurnal Kepribadian, 75,1–23. Kru, F. (1995).Perang ingatan: warisan Freud dalam perselisihan.New York: Ulasan Buku New York. Kru, F. (1996). Putusan atas Freud. Ilmu Psikologi, 7,63–68. Cummings (Eds.),Lobus frontal manusia: Fungsi dan gangguan(hlm. 3–26). New York: Guilford Press. Ellenberger, HF (1970).Penemuan dari tidak sadar.New York: Buku Dasar. Federn, E. (1988). Psikoanalisis: Nasib ilmu di pengasingan. Dalam E. Timms & N. Segal (Eds.),Freud di pengasingan: Psikoanalisis dan nya 69