Kultum Keita Hrapan Tak Sesuai dengan Ekspektasi Opening Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Nahmaduhu wanasta’inu wanastaghfiruhu wana’udzubillahi min syuruuri anfusina wamin sayyiaati a’malalina. Min yahdillah falaa mudhillalahu wamin yudhillhu falaa haadiyalahu. Allohumma solli wasalim ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa’allaa alihi wasohbihi ajma’ina amma ba’du. Sega;a puji ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya, kita masih diberikan kesehatan sehingga dapat berkumpul di kajian ini. Idealism Pada dasarnya kita yang masih muda ini memiliki semangta yang tinggi untuk menuntut ilmu dan kita juga ingin hidup dengan apa yang selama ini kita jadikan cita-cita, apa yang kita jadikan sebagai patokan hidup. Di usia yang masih muda ini, kita senang bermain dengan akal dan bukti dimana saat kita meyakini suatu nilai kehidupan kita akan berusa menjadi seideal mungkin. Ketika kita meyakini suatu prinsip kehidupa maka kita akan terbayang dengan rencan-renca kehidupan yang indah dan manis. Tanpa kita berfiki suatu ujian besar yagn ternyata dating menghadang kehidupan kita dan rasanya kita sepeti mau mati dengan ujian itu. Menjadi idealis tidak lah mudah. Jika tidak didukung oleh keluarga dan lingkungan. Apa yang bias kita lakukan ketika sebuah prinsip sebuah idealism ternyata tidak bias kita buktikan. Bagaimana jika sebuah idealism tidak bias kita pakai dalam kehidupan ini. Bagaimana rasanya jika kita hidup mertasa seperti sendiri dan orang-orang sekita seolah menjauh dan tidak mau membantu kita. Rasanya kita ingin pergi ke sebuah tempat dimana tidak ada orang yang mengenal kita. Dimana kita tidak lagi terluka. Dimana kita tidak lagi menemui orang yang kontra dentan prinsip hidup kita. Dimana kita lepas dari semua beban dan segala sesuatu yang tidak mendukung citacita kita. Tak didukung Kelurga menjadi tempat pertama kita untuk maju dan bersemangat. Tapi baikaman jika keluarga justru mempersulit apa yang kita citacita kan. Terkait dengan tradis-tradisi yang katakanlah kita anggap sangat menghambat apa yang kita cita-citakan. Keluarga seolah seperti neraka. Keluarga seolah seperti Sesutu yang amat sangat kita hindari.mungkin, saya sendiri sebagai orang yagn idealis. Say menentang untuk melawan orang tua. Saya menentang Sesutu yang tidak disetujui oleh orang tua. Saya mementang sesuaut yang katakanlah tanpa persetujuan oran tua. Saya mementang segala sesuatu yang tidak dirundingkan dengan keluarga. Tapi saya menghadapi kondisi yang katakanlah antithesis dari semua itu. Kembali kepada Allah Surat Al Baqarah ayat 214 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padalah belum dating kepadamu cobaan sebagimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan ksengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan ) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakan datangnya pertolonmgan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Sewaktu saya sakit saya bertemu dengan seorang nenek bernama Mak Itoh, beliau berusia 85 tahu dan beliau pernah menjadi bagian dari kerja paksa saat penjajahan Jepang. Beliau bercerita bagaiman beratnya ujian hidup saat itu. Tetapi orang tua dizaman dahulu memiliki keimana yang sangat kuat kepada Allah sehingga tidak sedikit dari mereka yang gugur dijalan Allah dan yang masih hidup menjadi orang yang sangat diistimewakan di keluarganya nya. Dan saya merasa sebagai generasi sekarang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka. Closing Sebagai penutup saya teringat dengan perkataan Ali bin Abi Thalib yang berkata: Dunia ini hanya dua hari, satu hari untukmu dann hari lain menjadi lawanmu. Jika kamu menang, jangan terlalu merasa bangga dan senang serta tidak gegabah. Smentara jika ia menjadi lawanmu dan kamu kalah maa bersabarlah. Mari kita sama-sama menebar kebaikan dan menjadi insan yang bermanfaat. Terima kasih atas perhatian nya. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.