DAKWAH SUFISTIK DI ERA DIGITAL Elmansyah ABSTRAK Dakwah sufistik adalah dakwah yang dikaitkan istilah tasawuf, atau dakwah yang dilakukan oleh para pengamal tasawuf. Dakwah sufistik diakui berhasil dalam mengislamkan masyarakat nusantara, ketika mereka pada awalnya justru sudah beragama. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari metode dan orientasi dakwah para sufi yang khas, yaitu hakikat dan makrifat. Kerinduan akan model dakwah semacam ini kembali muncul di era digital, di mana teknologi informasi kian canggih dan merata. Masyarakat digital menantikan dakwah sufistik di tengah-tengah kehausan mereka terhadap spiritual. Artikel ini mencoba memaparkan tentang dakwah sufistik di era digital, yang kian surut di permukaan, sebaliknya dakwah radikal semakin marak dan cenderung membahayakan umat Islam dari dalam. Kebutuhan akan dakwah sufistik di era ini, menjadi penting untuk segera dipenuhi, di tengah-tengah kehausan umat akan spiritualitas yang menentramkan. Tema sentral dalam artikel ini adalah pentingnya dakwah sufistik di era yang segala sesuatunya telah bersifat digital. Kata Kunci: Dakwah, Sufistik, Digital A. Pendahuluan Islam umat Islam itu sendiri. yang “sangar”, “saklek”, dan penuh Kenyataan bahwa setiap kasus kebencian. Organisasi-organisasi Islam tidak kekerasan terjadi di berbagai tempat, mengayomi jarang yang dunia yang non-Muslim, bahkan dari Islam banyak ditampilkan dengan wajah masyarakat, cara sikap kurang simpati dari masyarakat di mass media dan media sosial, bahwa diharapkan dengan “kurang” santun, sehingga melahirkan Akhir-akhir ini, sering kali nampak yang dilakukan selalu dihubungkan dengan Islam (M. justru Riza menunjukkan drama perbedaan yang Sihbudi, terorisme membingungkan masyarakat. Dakwah yang 2007: selalu 186) (kasus dihubungkan dengan gerakan Islam Radikal). Setiap ﴾ 56 ﴿ kali ada isu terkini, beberapa organisasi karena mereka pada umumnya adalah masayarakat para Islam menaggapinya dengan tekstual-doktriner yang kaku sufi yang mengutamakan senantiasa akhlak dan (kasus dugaan penistaan agama dalam kebijaksanaan (Baca: Alwi Shihab, 1996: pilkada 8-12; Sofyan Rofi, 2016:2). DKI). pemberitaan, Setiap kali melahirkan muncul kebencian Artikel ini akan mencoba (maraknya media propokasi di internet). menjelaskan tentang pentingnya dakwah Celakanya, fatwa-fatwa ulama yang sufistik di era digital, suatu era di mana majelis, sering kali masyarakatnya telah “melek” teknologi menghadirkan kontroversi (karena yang transportasi dan informasi. Dakwah, di terkenal, acap kali fatwa yang bersifat tengah-tengah multi tafsir). Akibatnya, wajah rahmatan rasional, lil ‘alamin umat Islam semakin sulit untuk peralatan bisa disaksikan. Hal ini tentu saja Gambaran mengenai praksis dakwah mendatangkan kerugian tersendiri bagi sufistik yang dapat diterapkan dalam umat Islam. konteks keluar dari Kenyataan tersebut harus segera diatasi. Umat Islam harus Islam sebagaimana masyarakat hadir yang di yang dan serba masyarakat dengan canggih. digital, akan kembali B. Dakwah Sufistik di Era Digital 1. Hakikat Dakwah pernah ditampilkan oleh para da’i di era para Wali. matematis yang diuraikan di sini sebagai pilihan alternatif. menampilkan wajah yang anggun di masyarakat, masyarakat Dakwah tengah-tengah beragama, adalah aktifitas mengajak, memanggil, atau menyeru namun orang lain agar melakukan apa yang Islam dapat diterima, bahkan mereka menjadi yang telah beragama, justru berduyun- penyeru/pemanggil/pengajaknya. duyun saja, ini berasal dari bahasa Arab, yakni: da’a dakwah para wali tidak dilakukan dengan – yad’u, yang merupakan isim mashdar cara yang kasar, keras dan penuh (kata benda bentukan) dari kata fiil pemaksaan. Dakwah para wali dilakukan tersebut. Dalam bahasa lain (Kristen dan dengan Yahudi) disebut misi atau zending (Joko memeluk santun, Islam. Tentu mengayomi dan mendamaikan. Menurut Alwi Shihab, tujuan Tri Haryanto, 2014: 271). ﴾ 57 ﴿ dari si Kata Istilah Dakwah banyak sekali dijelaskan mengenai kata dakwah Ada sebagai bentuk: Aduan atau memanggil sebanyak 198 kali disebutkan dalam seseorang untuk menyampaikan keluh bentuk peran dan fungsi masing masing: dan Pertama, Dakwah dalam arti Ajakan. Mengundang, merujuk pada malaikat Allah ditemukan dalam SWT memerintahkan al-Qur’an. kesahnya; Permintaan; dalam al-Qur’an Israfil yang mengundang manusia untuk untuk mengajak, berkumpul di Padang Mahsyar; dan, sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al- Sebutan yang digunakan Nahl ayat 125. Ajakan itu disesuaikan memanggil dengan orang yang diajak, dan paling anak kandung sendiri. (Tim penyusun, tidak ada 3 (tiga) metode mengajak dalam: dalam ayat ini, yaitu: dengan hikmah, com /2015/11/pengertian-dakwah-dalam- dengan berdepat, dan dengan contoh pandangan-huk um.html). seseorang untuk bukan berarti http://www.eurekapendidikan. yang baik. Kedua, Dakwah dalam arti Dakwah, dapat berkonotasi positif Doa. Hal ini merujuk kepada kisah Nabi dan dapat pula berkonotasi negatif. Nuh, yang berdakwah dengan cara Dakwah dalam konotasi negatif, berarti Berdoa kepada Allah SWT. Ketika itu, menyerukan Nabi Nuh AS memohon kepada Allah mencelakai orang lain atau merusak SWT: “Wahai Tuhanku, penjara lebih alam semesta. Sedangkan berdakwah aku sukai daripada memenuhi ajakan dalam mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau menyampaikan sesuatu kepada orang hindarkan aku dari tipu daya mereka, lain tentu untuk merubah suatu keadaan yang tidak baik dan kepada yang baik dan terpuji (Nur aku [memenuhi akan cenderung keinginan mereka], tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh“ (Q.S.Yusuf [12]:33). untuk konotasi yang besifat berbuat munkar, positif berarti mengajak untuk Ahmad, 2014: 324). Ketiga, Dakwah merupakan kegiatan Dakwah dalam arti Tuduhan. Dalam umat Islam yang didasari pada Iman dan kasus dunia hukum, sering kali terdengar kesadaran untuk mengaktualisasikannya kata “dakwaan” bagi orang yang dituduh di masyarakat. Umat Islam diwajibkan melakukan tindakan melanggar hukum. untuk berdakwah (menyampaikan risalah Selain meskipun hanya satu ayat). Hakikat itu, dalam Al-Qur'an juga ﴾ 58 ﴿ dakwah adalah aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, 2. Dakwah Sufistik dalam Istilah sufistik terambil dari kata bidang kemasyarakatan secara teratur, sufi atau tasawuf. Dakwah sufistik yang mempengaruhi cara merasa, berfikir, dimaksud di sini adalah dakwah yang bersikap, dan bertindak manusia pada mirip dengan apa yang dilakukan oleh dataran kenyataan individual serta sosio- para sufi. Dakwah semacam ini diyakini kultural. Kegiatan ini dilakukan dalam lebih berhasil dari pada dakwah dengan rangka mewujudkan ajaran Islam dalam cara-cara yang lain. segala segi kehidupan manusia dengan menggunakan cara-cara Secara etimologi kata tasawuf tertentu dapat dilihat dari beberapa pengertian: (Hafidhuddin; Sasono; Saefuddin, 1998: Pertama, tasawuf berasal dari istilah 177). yang dikionotasikan dengan Ahlu alMelalui uraian di atas, dapat Suffah, yang berarti sekelompok orang dikatakan bahwa dakwah merupakan pada masa Rasullullah SAW, yang hidup kewajiban umat Islam sebagai hamba, di sekaligus sebagai khalifah. Mengajak upaya tasawuf berasal dari kata shafa, yang untuk berarti sebutan bagi orang-orang yang mewujudkan kebajikan di alam semesta, “bersih “ atau “suci”, atau orang-orang sebagai khalifah di muka bumi. Berdo’a, yang menyucikan dirinya di hadapan memohon kepada Allah SWT untuk Tuhan-Nya. Ketiga, tasawuf berarti dari setiap apa yang diinginkan, merupakan kata shaf, yang dinisbahkan kepada bagian dari kewajiban seorang hamba. orang-orang yang ketika shalat selalu Melakukan dan mewujudkan keadilan di berada di shaf yang paling depan. muka bumi, merupakan bagian dari Keempat, tasawuf dinisbahkan kepada upaya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Nabawi, beribadah kepada Allah SWT. Kedua, tindakan positif dan kembali kepada merupakan masjid mereka mengabdikan hidupnya untuk orang lain agar melakukan tindakan- fitrahnya, serambi-serambi orang-orang dari Bani Shufah, yang Dengan sudah ada sejak Rasulullah SAW belum demikian, maka hakikat dakwah adalah diangkat sebagai Rasul. Mereka ini manifestasi dari Iman, Islam dan Ihsan. ﴾ 59 ﴿ adalah orang-orang yang mengabdikan tashawwufan (Barmawie Umarie, 1996: dirinya untuk keperluan Ka’bah. Kelima, 9). tasawuf dinisbahkan dengan kata istilah Melalui istilah tasawuf itulah, Yunani, yaitu Sovia, yang berarti filsafat muncul kata sufi, sebagai sebutan bagi atau (Muhammad orang yang hidup dalam ketasawufan. Ghalab, tt: 26-27). Keenam, Tasawuf Kemudian, kata sufistik diambil dari kata berasal dari kata Shauffanah, sebangsa sufi, yang berarti mirip dengan para sufi. buah-buahan kecil dan banyak tumbuh Dengan demikian dakwah sufistik di sini di padang pasir di tanah arab. Ini dilihat dapat dimaknai sebagai dakwah yang dari pakaian kaum sufi yang berbulu- dilakukan dengan cara yang sama atau bulu, seperti buah itu pula, sebagai mirip dengan para sufi. kebijaksanaan simbol kesederhanaannya Umarie, 1996: 9). (Barmawie Dakwah sufistik, tidak lepas dari Ketujuh, tasawuf konsep dakwah yang dilakukan oleh berasal dari kata Shuf yang berarti bulu Rasulullah domba atau wol (Athoullah Ahmad, Aktifitas 1985: 96). dicontohkan Jika dilihat dari istilah-istilah asal SAW sebagai dakwah telah oleh teladan. dimulai Rasulullah dan SAW. Beliau telah memberikan contoh dakwah tersebut di atas, maka bagian ketujuh yang lebih mewakili apa yang disebut dengan menyampaikan tasawuf. Dalam ahli keluarga dan orang-orang terdekatnya memang berbeda namun (bi al-Lisan); 2) mengajarkan tauhid dan hal ini, para pendapat, baik dan benar, seperti: kebenaran kehidupan sebagai asal kata tasawuf. Barmawie Kalam); 3) memberikan contoh perilaku Umarie, misalnya mengatakan bahwa (akhlak) yang mulia (bi al-Hal); dan, 4) terma-terma tersebut hingga saat ini mengirimkan surat kepada para musuh belum dan sahabatnya (bi al-Qalam). Semua itu yang menggoyahkan Mad’u (bi al- pendapat bahwa tasawuf itu berasal dari tergantung wazan (timbangan) tafa’ul, yaitu tafa’ala- dakwah)-nya. Kegiatan ini dilanjutkan yatafa’ ‘alu-tafa’ulan dengan mauzun, oleh pada sahabat penerusnya, hingga yaitu oleh para ulama mutaakhirin. Dakwah tashawwafa-yatashawwafu- ﴾ 60 ﴿ kepada umatnya kepada cenderung sepakat pada istilah shuf ada kepada 1) (objek dikembangkan sesuai dengan menarik minat masyarakat. Selain itu, perubahan zaman. adanya simbol-simbol berupa makanan Aktifitas dakwah semacam ini yang dikaitkan dengan rukun Islam, juga terjadi di Indonesia, terutama pada semisal: satu sisir (setangkep: Jawa) awal-awal penyebaran pisang, dimaknai sebagai simbol dua Nusantara. Para Islam da’i di menjalankan kalimah syahadat, yang tidak aktifitas dakwah secara kreatif di tengah- terpisahkan satu sama lain. Nasi yang tengah umat yang sudah beragama dibentuk gunungan menjulang ke langit, (Hindu dan Budha). Sebut saja awal sebagai simbol kebersihan hati menuju terciptanya kegiatan masyarakat. Konon Tahlilan di Tuhan. Sayur mayor yang disusun rapi di kegiatan ini sekeliling gunungan, sebagai simbol merupakan kreatifitas para da’i di masa ibadah sunnah. Daging ayam (Ingkung: awal-awal penyebaran Islam. Para da’i Jawa) yang dibagi kecil-kecil agar rata melihat masyarakat pembagiannya, sebagai simbol zakat, dalam pemujaan, dengan kalimat-kalimat dan seterusnya dalam ritual kenduri. mistik yang aneh. Kemudian para da’i Tentu saja hal ini tidak ada dalam ajaran menyusun ayat-ayat kunci yang dibaca Islam Syari’at, namun para da’i lebih dengan mengutamakan hakikat. kecendrungan bersama-sama, kemudian diakhiri dengan bacaan Laa ilaaha illa Para sufi dalam berdakwah di Allah. Ada juga yang mirip dengan Indonesia, sangat mempertimbangkan pemujaan, seperti kata Allah, Allah, Allah aspek-aspek lingkungannya, secara suasana politik, kondisi psikologis, adat berirama. Ada pula yang istiadat, seperti: Hu, Hu, Hu…, dan seterusnya. masyarakat ketika itu. Media dakwah Sehingga, kegiatan ini menarik dan yang digunakan juga bervariasi, seperti masyarakat yang beragama, menjadi melalui gerakan tarekat, politik, seni dan terbiasa budaya, seperti yang dilakukan oleh para kegiatan tersebut. kecenderungan Kemudian, adanya peringatan 3 (tiga) Walisongo hari, 7 (tujuh) hari, 40 (empat puluh) hari, agama di kerajaan Demak dan awal hingga pasca kerajaan Mataram. Tarekat yang dari kematian, adalah upaya para da’i dalam asalnya di Timur Tengah, memiliki tradisi 1000 (seribu) hari ﴾ 61 ﴿ yang dan itu mengambil suku kata terakhirnya saja, dengan tradisi baik menjadi penghulu Khanqah, Ribath, dan Zawiyah sebagai Paterongan oleh K.H. Romli, seorang pusat-pusat Musrsyid pendidikan tasawuf, di Toriqah, dan tidak kalah Indonesia dikembangkan dalam bentuk pentingnya adalah apa yang dilakukan pesantren-pesantren yang merupakan oleh Syech Yusuf al-Makassari baik di Banten perpaduan dari pola pendidikan Hindu- di Afrika Selatan. Semua itu merupakan kreatifitas dakwah Budha dengan tradisi tasawuf (Joko Tri yang patut dibanggakan (H.A. Khotimi Haryanto, 2014: 281). Kreatifitas maupun para da’i Bahri, dalam: http://www.muslimoderat. dalam com menyampaikan risalah-Nya, benar-benar /2015/12/dakwah-santun-ala-sufi- mengenal-islam.html#ixzz4NsBAyvZv. menyentuh sanubari masyarakat, ketika Apa yang dilakukan oleh para sampai pada persoalan seni. Wayang wali, tokoh-tokoh tarekat di masa lalu, adalah salah satunya. Para da’i, seperti semuanya merupakan kegiatan dakwah. Sunan Sunan Kalijaga, dikenal sebagai Dakwah yang mereka lakukan terbukti da’i yang banyak berdakwah melalui seni berhasil wayang (Hery D. Kurniawan, 2003: 26). sehingga umat Islam kian hari-kian ini, era yang dikenal sebagai era digital. pelak lagi, apa yang dilakukan oleh para dakwah yang mengedepankan hakikat da’i ketika itu, merupakan terobosan dan makrifat. dakwah yang luar biasa, meski dalam akan Hakikat berasal dari bahasa arab sangat yang bertentangan. Namun, itulah kreatifitas yang patut untuk lagi dijadikan sebagai jika dilihat tentang dari 2008: tersirat Juga perlawanan rahasia-rahasia ketuhanan 107). Hakikat juga berarti dan tersurat dalam syari’at, sebagai tugas menjalankan Firman Allah Singaparna di bawah pimpinan K.H. Perlawanan atau menyelami dan mendalami apa yang Cilegon Banten yang dimotori pengamal Musthafa. “Haq” dengan mata hatinya (M. Toriquddin, penjajah. Peperangan yang terjadi di Zarnal arti Hakikat merupakan penyaksian manusia pergerakan para sufi dalam melawan Tariqoh Qadiriyah. mempunyai kebenaran (Moch. Siddiq, 2001: 7). contoh para da’i di masa kini. Belum masyarakat, yang diharapkan terjadi di era sekarang merupakan patung yang dimainkan. Tak syari’at, hati bertambah. Dakwah yang seperti inilah Wayang, dalam kacamata orang awam perspektif memikat (Toriquddin, 2008: 99). di ﴾ 62 ﴿ Mengedepankan bermakna bahwa menekankan hakikat Mengedepankan makrifat berarti sufi lebih mengedepankan hati sanubari dalam kebenaran yang mengungkap para pada dan mewujudkan muncul dari mata hati, sebagai upaya kebenaran untuk mendalami apa yang tersirat dan mengutamakan tersurat dalam syari’at, sebagai langkah perasaan, pengalaman, amal dan ibadah dalam menjalankan difirmankan oleh Allah dakwah. apa yang dalam SWT. Itulah mengutamakan Para ilmu berdakwah. sufi pengetahuan, Mereka tidak hukum-hukum yang sebabnya, para sufi membagi hal-hal mengikat yang baru dalam agama menjadi dua, menyentuh hati masyarakat agar mereka yakni bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) memahami makna terdalam dari Islam, dan bid’ah sayyi’ah (bis’ah yang buruk). Iman dan Ihsan. Karenanya, dakwah Sementara makrifat secara sufistik terlebih lebih dahulu, bisa melainkan diterima oleh bahasa Ma’rifat berasal dari kata arafa, masyarakat, baik awam maupun kaum ya’rifu, irfan, ma’rifatan, yang artinya intelektual. pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya 3. Era Digital bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, Secara tetapi lebih mendalam terhadap batinnya Ma’rifat diartikan di mana segala sesuatunya disandarkan pada semua yang bersifat “digit”, deret hati sanubari. Pengetahuan itu demikian angka. lengkap dan jelas, sehingga jiwanya ini berawal dari berperan sebagai simbol pembuatan itu, yaitu Tuhan (Abudin Nata, 2012: Hamka, Era ditemukannya sifat angka yang mampu merasa satu dengan yang diketahuinya Menurut digital dan “digital”. Era digital adalah suatu era sebagai pengetahuan mengenai Tuhan melalui 219-220). era berasal dari dua buah kata, yaitu “era” dengan mengetahui rahasianya. Dalam tasawuf, bahasa, alat-alat canggih, pasca modernisasi ma’rifat besar-besaran adalah kumpulan dari ilmu pengetahuan, belahan perasaan, pengalaman, amal dan ibadah dunia, terjadi di terutama berbagai di Barat. Mereka menggunakan simbol angka Nol (Moch. Siddiq, 2001: 11). (0) dan Satu (1), untuk menyebutkan ﴾ 63 ﴿ kerja “Off” dan “On”, pada perangkat berapa saja dari sepuluh angka, yaitu yang diciptakan. Ini merupakan prinsip dari angka 0 sampai angka 9); dapat kerja “Mematikan” “Menghidupkan” yang yang satu, juga dimaknai sebagai kata sifat yang lain secara berarti showing amounts by means of bergantian. Semakin cepat sistem ini numbers bekerja, maka semakin canggih alat jumlah bilangan tertentu); of fingers, yang dihasilkan. Mereka menyebutnya thumb or toe (atau yang dinisbatkan dengan istilah “Bit” (Binary Digit). Dalam pada jari-jari tangan, jempol atau jari-jari Wikipedia kaki) ((As. Horby, 1995: 323). berbahasa Indonesia, dijelaskan bahwa istilah “Digital” berasal dari bahasa artinya Yunani, jari-jemari. (yang dinisbatkan kepada Melalui prinsip digital, berbagai “Digitus” yang alat super canggih terus berkembang di Jumlahnya yang masyarakat, seperti kamera, televisi, Hitungan komputer, telepon genggam, dan lain normal ada 10 (sepuluh). angka sepuluh terdiri dari dua radix, sebagainya. Inovasi-inovasi yaitu 1 dan 0. Bilangan ini disebut cepat terjadi, semakin hari semakin sebagai bilangan biner (1 dan 0). ( Lihat: canggih Wikipedia berbahasa Indonesia, dalam: Sehingga https://id.wikipedia.org/wiki/Digital. menjadi sangat vital. Tanpa kehadiran diakses pada Kamis, 25 Februari 2016). perangkat perangkat tanpa demikian yang tercipta. disadari, perannya tersebut, manusia seolah Dalam kamus Oxford Advanced lumpuh, buta dan tuli. Bayangkan, sehari Learner’s Dictionary, ditemukan kata saja tanpa telepon genggam, bagaikan “era” yang dimaknai sebagai a period in manusia yang tersesat di tengah hutan history starting from a particular time or yang lebat, tanpa tahu jalan keluar! event or having particular characteristic Secara istilah Era digital dimaknai (suatu periode/masa dalam sejarah yang sebagai suatu masa di mana sebagian dimulai atau besar masyarakat menggunakan sistem memiliki digital dalam kehidupan sehari-harinya karakter/sifat tertentu) (A S. Hornby, (Irwansyah, “Masa Digital di Indonesia”, 1995: 389). Sedangkan kata “digital” dalam: berasal dari kata “digit”, yang artinya any Baru: of the ten numbers from 0 to 9 (angka course/15-komunikasi-teknologi-dan- kejadian pada waktu tertentu tertentu atau ﴾ 64 ﴿ Institut Komunikasi Indoesia http://komunikasi.us/index.php/ masyarakat/2135-masa-digital-di- yang perlu dipahami oleh umat Islam, indonesia. Diakses pada Kamis, 25 adalah Februari 2016.). dasarnya justru berasal dari umat Islam Alat-alat yang menggunakan bahwa konsep digital pada itu sendiri, yaitu: Laa ilaaha illa Allah. sistem digital, mengisi setiap relung 4. Metode Dakwah Sufistik kehidupan umat manusia di dunia, tanpa terkecuali. Perangkat sistem digital Menurut teori A.H. Johns, para membentuk dunia tersendiri, yaitu dunia da’i yang menyebarkan agama Islam di digital. Dunia digital adalah dunia yang Nusantara adalah para sufi. Mereka sangat besar, rumit, dan eksplosif. Dunia berhasil melakukan penyiaran Islam dan ini berisi keajaiban dan kengerian, serta mengislamkan sejumlah besar penduduk segala sesuatu di antaranya (Admin, Nusantara “Pemimpin Kristen dalam Era Digital”, Keberhasilan itu didukung oleh faktor dalam: http://lead.sabda.org /pemimpin kemampuan kristen_dalam_era_digital. Diakses pada menyajikan Kamis, 25 Februari 2016). (Azyumardi Azra, 1998: 24). Selain itu, Saat ini kita telah berada di dunia abad modern, abad kaum Islam ke-13. sufi dalam secara atraktif metode yang digunakan sesuai dengan digital, dunia yang merupakan puncak keberhasilan sejak tuntutan masyarakat pada saat itu. yang Metode dakwah dimaknai bertolak dari paham nihilisme. Paham sebagai yang menganggap pada Tuhan telah mempelajari mati, dari dakwah, demi mencapai tujuan dakwah memasung yang efektif dan efesien, atau cara tiada. Paham dominasi gereja kreatifitas umatnya, titik balik yang menjadi ilmu pengetahuan cara-cara yang melakukan keluar mencapai tujuan dakwah (Jalaluddin sebagai manusia bebas nilai, namun Rakhmad, 1999: 160). Para Sufi dalam mampu dakwahnya, melahirkan kemudahan bagi umat kemudahan-kemudahan dengan munculnya kemudahanmanusia. itu alat-alat selalu menekankan pengetahun dan akhlak mulia. ditandai utama canggih menyempurnakan seorang da'i akhlak Misi adalah mad'u-nya. yang sangat membantu bagi aktiftas Pola manusia di muka bumi. sufistik lebih menekankan pada tarbiyah Akan tetapi ﴾ 65 ﴿ yang dibangun pada dakwah dan ta'lim (pendidikan dan pengajaran) a) Da’i (Muhtasib). Seorang da’i adalah dengan komunikator, sebagai penyampai pesan materi dan pelatihan yang berjenjang secara berkesinambungan. dakwah. Tujuan dakwah sufistik bukan sekedar (secara umum) dalam melaksanakan orang yang sanggup; 2) Islam, karena ia kehidupan. Oleh karena itu metode adalah holistik da’i berikut: 1) Orang mukallaf muslim dan pada implementasi dalam segala lini sufistik seorang tugasnya memiliki syarat-syarat sebagai menyampaikan risalah, namun sampai dakwah Karenanya, membela Islam; 3) Adil, seorang da’i dan harus bisa bersikap adil terutama dalam eksklusif (Siti Zainab, 2008: 21). menyelesaikan suatu perselisihan; 4) Holistik, artinya dakwah sufistik Beriman; 4) Shaleh; 5) Mengetahui bersifat menyeluruh, mencapai semua tempat-tempat dakwah, batas-batasnya, aspek kehidupan, baik dunia maupun jalan-jalannya, akhirat. dari penghalangnya agar ia dapat membatasi (Mursyid) padanya, sesuai dengan batas agama; datang. 6) Menjauhi diri dari dosa-dosa; dan, 7) Hal perhatian ini dapat seorang kepada murid-nya Umumnya para dilihat syeikh ketika Mursyid kasih dalam: Murid. Pada tarekat tertentu, seorang mengajari sayang serta sabar dalam menjalankan dakwahnya (Miftahul Munif, lain sebagainya yang terkait dengan si akan penghalang- Memiliki budi pekerti, lemah lembut dan akan mempertanyakan keluarga, usaha dan Mursyid dan http://www.nusudan.com/2012/ 02/konsep-dakwah-sufi-relevansinya- bagaimana diera.html). berdagang, bertani dan seterusnya, yang Para sufi terkenal sangat kreatif sesuai dengan tuntunan syari’at dan dalam tarekat. Kemudian, dikatakan eksklusif karena karena dakwah bersifat tertutup. Ada berpahaman bahwasanya tidak semua syarat salah yang baru itu merupakan bid’ah atau hal Setelah yang dilarang oleh agama, tetapi mereka yang harus dipenuhi, satunya adalah bai’at. seseorang berbai’at kepada Mursyid kebanyakan para dakwah sufi lebih membagi bid’ah menjadi dua: bid’ah tertentu, barulah ajaran dan perhaian itu hasanah dikatakan diberikan. Imam menggunakan media sunah atau hasah lebih layak dan bid’ah dhalalah. Ada beberapa media atau Al-Ghazali melibatkan sarana yang digunakan para sufi dalam beberapa unsur-unsur dakwah, meliputi: ﴾ 66 ﴿ berdakwah diantaranya adalah: Sadar atau tidak, bagaimana pun Halaqatul zikir (majlis zikir), Khalwah- juga saat ini kita sudah berada di dunia khalwah digital. Generasi kita hari ini adalah Al-qur’an, Masjid, Zawiyah sufiyah, Tulisan, dan di era sekarang ini, para sufi telah mulai menggunakan Media internet. Sekarang banyak kita generasi digital. bersama perangkat Kehidupan temukan situs-situs sufi dari berbagai Mereka tumbuh teknologi sehari-hari digital. mereka lekat dengan internet serta teknologi informasi Negara, contoh kecil di Indonesia ada lainnya. Mereka aktif berkomunikasi dan situs www.sufinews.com. (Miftahul Munif, dalam: http://www.nusudan. com/2012/ berinteraksi melalui media sosial dan 02/konsep-dakwah-sufi-relevansinya- memanfaatkan fasilitas yang tersedia di diera.html). sana (Admin, “Peran Orang Tua di Era Digital”, dalam: Kreatifitas para sufi memang http://www.dakwatuna. tidak diragukan lagi dalam berdakwah. com/2014/10/27/58969/peran-orang-tua- Itulah sebabnya, metode-metode mereka di-era-digital/ #ixzz41BKP65Iv). banyak dikembangkan oleh para da’i Beradasarkan uraian di atas, nusantara akhir-akhir ini, dan dinilai dapat kita simpulkan bahwa era digital sukses di mata masyarakat umum. dapat dimaknai sebagai suatu masa di Misalnya Gymnastiar mana lembutnya, mutlak dengan KH. Abdullah dakwah lemah prinsip-prinsip dipegang digital dan menjadi diaplikasikan Ustadz Arifin Ilham dengan dakwah dalam semua lini kehidupan. Kemajuan zikirnya, Ary Ginanjar Agustian dengan teknologi dan informasi di Era digital, teori kesuksesannya, dan masih banyak memang tidak dapat dimungkiri telah lagi para da’i yang meminjam teori-teori membawa manfaat yang luar biasa di dakwah para sufi terdahulu. Dakwah kalangan umat manusia. Kemudahan semacam inilah yang belakangan ini dan semakin digantikan menciptakan kenyamanan dengan dakwah yang cenderung radikal. kesenangan tersendiri meredup, dan kecepatan akses informasi, dan dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. 5. Dakwah di Era Digital Namun, kemajuan ﴾ 67 ﴿ bagaimana pun juga teknologi informasi telah banyak membawa kerusakan moral bagi angka 0 (Nol), Illa Allah (kecuali Allah), masyarakat Semuanya disimbolkan dengan angka 1 (satu). Satu tergantung pada manusianya itu sendiri artinya hanya Allah yang berhak kita (Man Behind the Gun). Bagi orang yang sembah dan Nol artinya tidak tuhan pandai dan bijak, kemajuan teknologi selain Allah (Ridwan Mukri, 2009: 75). dunia. informasi akan dijadikan sebagai alat untuk hal-hal sebaliknya yang bagi mereka positif, dan yang tidak Lebih Taufik lanjut, Nasution, cenderung menurut Ahmad manusia digital meninggalkan jati dirinya bertanggung jawab, maka kemajuan ini sebagai ciptaan Tuhan, kemudian berlari justru akan melahirkan masalah-masalah mencari baru yang terkadang menabrak aspek- bersifat aspek moralitas yang selama ini dijaga kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain dan pasca modernism. Teknologi dijadikan dihormati Masalah-masalah oleh itu masyarakat. antara tuhan-tuhan artificial, lainnya seperti yang cyberpace, lain: sebagai tujuan (ends), bukan sebagai Pornografi, perjudian, prostitusi online, alat, sehingga manusia menuhankan sikap ingin serba instan dari anak-anak, dirinya, karena merasa hebat (Ahmad dan autisme sosial akibat terlalu asyik Taufik Nasution, 2009: 203). bermain game dan lain-lain. Hal ini tentu saja menjadi bagian dari Era memang sudah berubah, dari ancaman era keterbelakangan akibat penjajahan moralitas yang sangat berbahaya bagi fisik menjadi era penjajahan psikis. generasi muda (Uswadin, 2013). Perang opini di era digital, jauh lebih Menurut Ary Ginanjar Agustian, berat jika dibandingkan dengan perang sebagaimana dikutip oleh Ahmad Taufik angkat senjata di masa silam. Perang Nasution, opini “Jika manusia tidak membutuhkan strategi dan mengikutinya dengan prinsip bilangan kemampuan intelektual, serta keahlian biner, maka manusia akan menjadi digital. Masyarakat digital hanya percaya budak tersebut” pada fakta yang didukung oleh data- (Ahmad Taufik Nasution, 2009: 200). data, dan argumentasi rasional. Di sisi Prinsip bilangan biner yang dimaksud lain, figur percontohan para ulama juga adalah prinsip Laa Ilaaha Illa Allah. Laa dipertaruhkan. dari peranti digital Ilaaha (tidak ada Tuhan) merupakan ﴾ 68 ﴿ Dakwah di era digital diakui disebut ‘bulan-bulanan’ umat lainnya), di sangat membuka peluang yang lebih mata masyarakat internasional. Citranya efektif. Sebagaimana dilansir oleh laman sangat ditentukan oleh opini masyarakat ChanelMuslim.com, bahwa data yang non-muslim (Didin Hafiduddin, 1998: 86). dihimpun berdasarkan survei Oleh karena itu, dibutuhkan upaya serius indikator Teknologi dan dalam menggarap aksi dakwah yang Komunikasi (TIK) yang dirilis Badan dapat mengangkat harkat dan martabat Litbang Kominfo RI (2015), menunjukkan umat Islam itu sendiri di mata dunia. bahwa Namun keluarga hasil Informasi pengakses TIK di persoalan yang sangat Indonesia tergolong tinggi. Akses rumah mendasar dewasa ini adalah bahwa citra tangga Indonesia tertinggi adalah akses umat Islam telah dikotori oleh orang- terhadap televisi sebanyak 86,7 persen, orang disusul pengakses melalui handphone namakan sebanyak 84,3 persen, kemudian radio menunjukkan ciri khas ajaran Islam, sebanyak 37,5 persen, dan internet yang santun dan ramah. Jika sudah sebesar 35,1 persen. Selain peluang, demikian, maka satu hal yang harus tantangan dakwah di era teknologi digital diingat adalah kembali pada catatan juga tak kalah beratnya. Sebut saja sejarah, bahwa Islam masuk ke negeri pornografi yang tak kalah penetrasinya ini dengan cara damai. Para ulama di menyebarkan jagat maya. Bayangkan, industri yang mengaku-mengatas- Islam, akan ajaran tetapi Islam tidak dengan pornografi itu nilainya Rp 400 triliun. Ini akhlak yang mulia, sehingga masyarakat tantangan serius yang harus dihadapi yang telah beragama, pun terkesima dan oleh akhirnya memeluk Islam. para da’i dewasa ini (https://www.chanelmuslim.com/berita/er Di era digital seperti sekarang ini, a-digital-membuka-peluang-dakwah- dakwah menjadi semakin menantang. yang-lebih-efektif/32797/). Kecepatan Saat ini umat Islam arus teknologi informasi, tengah akan sangat membantu umat Islam menghadapi suatu kenyataan bahwa ia dalam menyampai risalah kebenaran berada pada keterbelakangan peran dan ketuhanan. Itulah sebabnya, mulai dalam percaturan dunia. Umat Islam banyak media-media senantiasa menjadi objek (jika tidak ingin dengan orientasi ﴾ 69 ﴿ yang muncul dakwah. Dengan semakin mudahnya izin untuk menggunakan media sebagai sarana mendirikan penerbitan setelah 1998, untuk semakin banyak majalah islami yang karakteristiknya, maka masyarakat digital muncul memiliki ciri sebagai berikut: ke membidik permukaan. perempuan Ada dan yang berdakwah. Jika dilihat dari remaja, seperti majalah Nikah, Noor, Karima, El- a. Mengutamakan Data dan Fakta Fata, Puteri, Muslimah, Permata, dan Barangkali ini bertolak belakang lain sebagainya. Dakwah kontemporer dengan masyarakat masa lalu, di mana mengambil mereka lebih menyukai hal-hal yang bentuk pendirian pergerakan organisasi, pemanfaatan elektronik media seperti dan kemudian cetak bersifat maupun penerbitan mistik, seperti kemampuan linuih, kanuragan, dan daya magic. buku, Masyarakat di era digital lebih majalah, surat kabar, pembuatan film mempercaya data dan fakta melalui dan dakwah melalui tv serta radio, dan bukti-bukti internet. dan misalnya, seorang anak yang harus pengenalan tokoh-tokoh juru dakwah putus sekolah karena harus bekerja lebih menyebar dan mendunia. Setiap mencari nafkah untuk memelihara orang tokoh memiliki web site sendiri, seperti tuanya yang sedang sakit dan beberapa Yusuf Qordlowi, Abdullah Bin Baz, dan adiknya. Pada awalnya tidak banyak masih banyak tokoh lainnya. Layanan orang yang peduli dengan keadaannya, perpustakaan on line dan buku-buku namun ketika ia muncul di layar televisi, keislaman yang bersifat digital, bisa dengan tayangan yang dibuat dramatis, diunduh oleh siapa saja dan kapan saja masyarakat semakin mempermudah bagi mereka membantunya. Atau sebuah foto kondisi yang seorang Penyebaran ingin dakwah mempelajari Islam. nyata. Contoh kasus berduyun-duyun yang mengenaskan akibat Penggunaan jejaring sosial oleh individu penganiayaan yang dipajang di media juga untuk sosial, awalnya tidak banyak yang mau Tata membantunya. Namun setelah diposting, sering membagi dijadikan media pengetahuannya (M. Taufik, 2013: 52-53). tidak Oleh karena itu, para da’i di era digital harus benar sedikit orang yang berusaha membantunya. Pendek kata, asalkan mampu fakta ﴾ 70 ﴿ dan datanya lengkap, maka masyarakat akan bereaksi dengan cepat data yang dicari. Mereka cenderung menyelesaikan masalah umat, bahkan mencari instant di internet, yang lebih secara masif. banyak menyediakan informasi gratis. Kelemahan umat Islam sampai Fenomena yang akhir-akhir ini saat ini adalah masalah data. Faktanya banyak dibicarakan, misalnya Aa Gatot, ada, tapi tidak didukung oleh data yang Dimas Kanjeng, dan Investasi Bodong, akurat. Sampai sejauh ini, belum ada merupakan sebuah masjid pun yang memiliki data digital jama’ahnya. Bagaimana mungkin dapat sesuatu yang instan. Ingin cepat kaya, menjalankan dakwah dan memenejnya ingin cepat mencapai tujuan, dengan dengan baik, jika data saja tidak punya? tanpa harus bersusah payah. Celakanya, Di dunia digital, data berupa angka- mereka angka adalah mutlak diberikan, jika ingin penelusuran media, harus diakui bahwa partisipasi terwujud. banyaknya pengikut Dimas Kanjeng dan Transparansi pengelolaan dana umat, Aa Gatot karena kegiatannya pernah di- data akurat hasil penelitian/survey, lebih upload diutamakan dari pada hanya sekedar dengan berbicara di atas mimbar. menjaring nasabahnya umumnya dari masyarakat bukti bahwa memang sering ke masyarakat sangat kali tertipu. Youtube. investasi menyukai Dalam Demikian juga bodong, cara media sosial Facebook. Media-media ini tentu saja merupakan media digital yang b. Menyukai yang instant Masyarakat digital canggih. lebih Oleh karena itu, seorang da’i mengutamakan efektifitas waktu, biaya dan tenaga. Untuk mengetahui sesuatu, dituntut mereka membuka informasi yang cukup melalui media internet. Ada kesulitan menyelesaikan digital. Tulis-menulis, bermain peran, masalah kehidupan, tinggal bertanya dan mengemas dakwah menjadi lebih pada google, atau web lainnya yang menyenangkan menyediakan dicari. tersedia, adalah tugas berat bagi para Mereka tidak lagi betah berada di da’i untuk segera diwujudkan lebih baik perpustakaan dengan buku-buku yang lagi. cukup dengan informasi yang tebal, yang terkadang tidak ditemukan ﴾ 71 ﴿ untuk dapat melalui memberikan media yang c. Logis dan empris. Sebagai Islam di media massa, akibat perang salah satu ciri opini antara umat Islam dengan umat masyarakat digital, logis adalah tuntutan lainnya yang pasti di masyarakat. Ada fakta dan lainnya. data, tapi harus tetap masuk akal. tanggapan yang keras dari pihak-pihak Masyarakat digital menguji fakta dan tertentu data empirisme menjadikan semakin buruknya wajah (pengalaman yang dapat diulang dengan Islam dewasa ini. Di sinilah pentingnya hasil kembali ke dakwah sufistik. Para da’i dengan yang kemudian, logika sama). adalah dan Persoalannya bahwa dan golongan Reaksi satu dengan berlebihan dengan yang memprovokasi, persoalan hendaknya segera menyusun strategi agama adalah pengalaman individual dakwah yang santun dan mengena di yang setiap orang yang menjalani pasti masyarakat. akan berbeda. Pada dataran ini, yang terpenting adalah fakta dan datanya ada C. Kesimpulan benang merah kea rah logis dan empiris. Melihat kondisi umat Islam yang Seperti halnya pada penelitian yang banyak terpojokkan, akibat penggunaan marak dilakukan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), media digital yang salah, maka para da’i misalnya: sudah seharusnya mulai melirik salah Shalat tahajud dapat menyembuhkan satu kanker (Prof. M. Soleh dari UIN Sunan (M. Amin Syukur dari korespondensi UIN sama. Walisongo), dan Membaca Al-Qur’an dapat mendetoksifikasi pernah melalui Kemampuan media yang menggunakan para da’i masa kini. Kendatipun sudah cukup Jawa Tengah), dan lain sebagainya. banyak para da’i yang memanfaatkan media digital sebagai Kelihatannya memang tidak masuk akal, media dakwah, namun masih kalah akan tetapi dalam uji empiris, apa yang dengan musuh islam di luar sana. Hal ini disampai menjadi kenyataan. yang yang media digital menjadi mutlak dimiliki oleh penyakit (Mustamir Pedak dari Masjid Agung Permasalahan dakwah diterapkan oleh Rasulullah SAW, yaitu Ampel), Dzikir dapat menyembuhkan kanker media masih ditambah dengan aksi dakwah saat ini media digital dari orang-orang yang sangat mendesak adalah buruknya citra ﴾ 72 ﴿ beraliran keras, yang tidak memberikan pengayoman memperkeruh dakwah bagi umat, suasana. melalui media tapi Nasution, Ahmad Taufik. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna: Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009). Rahmad, Jalaluddin. Islam Alernatif (Mizan: Bandung, 1999). Rofi, Sofyan. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Deepublish, 2016). Sasono, Adi., Hafidhuddin, Didin., dan Saefuddin, A.M. Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998). Shihab, Alwi. Islam Sufistik: Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia (Bandung: Mizan, 2001). Siddiq, Moch. Ajaran Tarekat dan Tasawuf (Surabaya: Putra Pelajar, 2001). Sihbudi, M. Riza. Menyandera Timur Tengah: Kebijakan AS dan Israel atas Negara-negara Muslim (Bandung: Mizan, 2007). Taufik, M. Tata. Dakwah di Era Digital: Seri Komunikasi Islam (Kuningan: Pustaka Al-Ikhlas, 2013). Toriquddin, M. Sekularitas Tasawuf, (Malang: UIN Malang Press, 2008). Umarie, Barmawie. Systematika Tasawuf (Solo: Siti Syamsiyah, 1966). Uswadin, “Ancaman Moralitas di Era Digital”, Jakarta: Republika, 28 April 2013. http://komunikasi.us. http://lead.sabda.org. http://www.dakwatuna.com. http://www.dakwatuna.com. http://www.eurekapendidikan.com. http://www.muslimoderat.com. jutru Karenanya, digital yang sufistik, menjadi sangat urgent untuk segera yang dikembangkan santun, kreatif lagi. Dakwah dan attraktif, senantiasa ditunggu oleh umat yang haus akan spiritualitas. D. Daftar Pustaka Ahmad, Athoullah. Diktat Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf (Serang: Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati, 1985). Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan NusantaraAbad XVII-XVIII (Bandung: Mizan, 1998). Ghalab, Muhammad. Al-Tashawuf Al Muqarin ( Mesir: Maktabah AnNahdhah, t.t.). Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998). Haryanto, Joko Tri. “Perkembangan Dakwah Sufistik Perspektif Tasawuf Kontemporer”, Jurnal Addin, Vol.8, No.2, Tahun 2014. Hornby, A. S. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (Oxford: Oxford University Press, 1995). Kurniawan, Hery D. “Sejarah Emas Muslim Indonesia”, Majalah Sabili, No. 9, Th. X 2003. Mukri, Ridwan. ESQ Kurma: Kisah Untuk Remaja (Bandung: Dar Mizan, 2009). ﴾ 73 ﴿ http://www.nusudan.com. https://id.wikipedia.org . https://www.chanelmuslim.com. www.sufinews.com. ﴾ 74 ﴿