LAPORAN MEMAHAMI ALIRAN BERPIKIR DAN PENDEKATAN DALAM KEAHLIAN TEKNIK INDUSTRI DAN APLIKASINYA DALAM TUGAS SARJANA TEKNIK INDUSTRI KELOMPOK 4 JESSICA MARGARETH 13420063 ADHITYA RIMBA EL-FAJRIANSYAH 13420068 MADANIA MAHIRA AGRITANIA 13420079 DHEA HANDRA SANIYYAH 13420082 PANGGAH ALAM PRASETYO 13420086 FATHIA NABILLA SARAH AZZAHRA 13420091 BAB I IDENTIFIKASI TUGAS AKHIR SARJANA TEKNIK INDUSTRI SERTA ALIRAN BERPIKIR DAN PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN PENULIS 1.1 Identifikasi Tugas Akhir Sarjana Teknik Industri Teknik Industri adalah bidang ilmu yang mempelajari proses industri, baik dari segi teknik atau manajemen dan proses industrinya. Di Teknik Industri juga dipelajari cara mengoptimalisasi kegiatan manusia, mulai dari produksi, pengelolaan dan ekonomi. Lulusan Teknik Industri nantinya bertanggungjawab atas optimalisasi praktis dari sistem produksi pabrik, proposal strategi, serta desain optimal manajemen perusahaan. Sarjana Teknik Industri diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan matematis. Melalui hal tersebut, kelompok kami akan membahas Tugas Akhir akhir Teknik Industri yang berjudul “Optimasi Jumlah dan Persebaran Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT Pertamina di Kabupaten Bandung dengan Menggunakan Mixed Integer Linear Programming” oleh Nabila Afifi Husna NIM 13412031. Industri minyak bumi dan gas adalah salah satu sektor industri yang berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Industri minyak dan gas tidak hanya menjadi sumber pendapatan bagi negara, tetapi juga sebagai motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia karena industri ini memiliki kontribusi yang besar dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapat masyarakat, dan menggerakan pertumbuhan industri lokal. Kelangkaan BBM yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun mendorong langkah cepat tanggap pemerintah untuk menangani pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak bumi yang merata di setiap daerah. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, Jumlah dan persebaran SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar) menjadi faktor utama yang memengaruhi tersebarnya persediaan bahan bakar minyak bumi dan gas alam di setiap daerah. Terpusatnya jumlah SPBU untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak dan gas di Pulau Jawa, terutama di Provinsi Jawa Barat, menjadi tantangan yang harus dihadapi saat ini. Bandung Raya merupakan wilayah yang memiliki tingkat konsumsi BBM paling tinggi di Jawa Barat. Dengan tingginya tingkat konsumsi tersebut, apabila keseimbangan jumlah SPBU untuk memenuhi kebutuhan tidak tercapai akan muncul kelangkaan BBM. Penyebab dari ketidakmerataan distribusi BBM adalah regulasi pemerintah dalam menentukan jumlah dan lokasi SPBU masih belum mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan bahan bakar dengan pendistribusian yang merata, Kebijakan pemerintah saat ini lebih difokuskan pada omset yang diperoleh perusahaan dan pengusaha. Dalam menyikapi masalah ini, sarjana Teknik Industri diharapkan dapat mengoptimasi jumlah SPBU yang ada di tiap daerah, mengoptimasi persebaran SPBU di tiap daerah, dan mengusulkan lokasi SPBU baru sehingga pendistribusiannya merata dan tepat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Mixed Integer Linear Programming, yaitu suatu model Integer Linear Programming yang memiliki karakteristik berupa terdapatnya dua jenis variabel keputusan, yaitu variabel bernilai bulat non negatif (integer) dan variabel kontinyu. Dengan demikian, salah satu tujuan sarjana Teknik Industri adalah mengoptimasi sistem produksi dan manajemen. Penulis menggunakan suatu integrasi yang diambil dari buku Operation Managements in Supply Chain (2007) yaitu Supply Chain Management yang merupakan organisasi rantai pasok dan aktivitas melalui organisasi yang kooperatif, proses bisnis yang efektif, dan pembagian informasi untuk menciptakan sistem yang kompetitif bagi anggota organisasi. SCM sendiri memiliki tujuan untuk mengendalikan biaya dan untuk membangun sebuah rantai yang terdiri dari para pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. SCM yang baik diharapkan dapat membuat kegiatan Perencanaan dan Pengendalian, Produksi, Pengiriman, dan Distribusi berjalan dengan baik juga. Hal ini tentu diharapkan dapat mendukung sarjana Teknik Industri dalam mengoptimalkan jumlah, persebaran, dan penentuan lokasi yang tepat dalam menangani permasalahan tersebut. 1.2 Identifikasi Aliran Berpikir yang Digunakan Penulis Aliran berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu Teknik Industri. Aliran berpikir ini merupakan langkah-langkah yang diambil seseorang untuk memahami masalah, lalu mengolah input dan semua sumber daya yang ada, sehingga kemudian menghasilkan suatu output yang efektif dan efisien. Dalam penelitian berjudul “Optimasi Jumlah dan Persebaran Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT Pertamina di Kabupaten Bandung dengan Menggunakan Mixed Integer Linear Programming” oleh Nabila Afifi Husna, penulis memiliki aliran berpikir yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitiannya sebagai berikut ditampilkan dalam suatu flowchart. Gambar 1. Aliran berpikir penulis bagian 1 Gambar 2. Aliran berpikir penulis bagian 2 Gambar 3. Aliran berpikir penulis bagian 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Secara umum, alur berpikir penulis dibagi menjadi 8 tahapan, yaitu: Tahap formulasi masalah Tahap pengumpulan data Tahap pembangunan model I Tahap pengolahan data I Tahap pembangunan model II Tahap pengolahan data II Tahap analisis Tahap pengambilan kesimpulan dan saran Delapan tahapan alur berpikir ini menjadi dasar dari pengembangan langkah-langkah spesifik yang penulis lakukan dalam melakukan penelitian. Berikut rincian dari masing-masing tahapan dari alur berpikir penulis. 1. Tahap Formulasi Masalah Tahap ini dilakukan untuk mendefinisikan permasalahan pada objek penelitian. Tahapan ini dilakukan dengan memperoleh gambaran menyeluruh dari permasalahan yang terjadi di Ditjen Migas dan PT Pertamina yang kemudian dilanjutkan dengan memformulasikan masalah yang dipecahkan. a. Studi Pendahuluan Tahap ini dilakukan untuk memahami permasalahan yang dihadapi oleh Ditjen Migas dan PT Pertamina. Studi pendahuluan yang dilakukan diiringi dengan studi literatur yang dapat membantu dalam memahami dan mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan. Keluaran atau output dari studi pendahuluan ini digunakan untuk perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah didukung oleh hasil diskusi dengan stakeholder. b. Diskusi dengan Stakeholder Tahap diskusi awal dilakukan bersama dengan stakeholder dan problem owner terkait, yaitu Ditjen Migas dan PT Pertamina. Hasil dari diskusi awal akan memberikan klarifikasi gambaran nyata dari permasalahan. Output yang diharapkan dapat menjadi input bagi tahap selanjutnya dan bisa mendukung studi pendahuluan. c. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah Tahap mengidentifikasi dan merumuskan masalah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah berdasar pada studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian merumuskan masalahnya. Tujuannya agar penelitian lebih terarah dan sistematis. d. Penentuan Tujuan dan Manfaat Penelitian Tahap ini dilakukan dengan menetapkan tujuan dan manfaat penelitian berdasar pada rumusan masalah yang telah dibuat dan untuk menjawab permasalahan yang telah dibuat sebelumnya. Tujuan dibuat agar penelitian lebih terarah. e. Penentuan Batasan dan Asumsi Masalah Tahap ini dilakukan dengan menentukan batasan dan asumsi masalah yang akan digunakan dalam penelitian. Batasan masalah berkaitan dengan ruang lingkup penelitian, sedangkan asumsi masalah berkaitan dengan penyederhanaan masalah yang terjadi. f. Melakukan Studi Literatur Tahap ini dilakukan dengan pencarian literatur–literatur untuk membantu pemahaman tahap formulasi masalah. Studi literatur ini dilakukan secara terus menerus selama formulasi masalah untuk mendukung pemahaman dan perumusan masalah yang tepat. Studi literatur yang dilakukan penulis adalah berupa pencarian sumber literatur dari buku, jurnal penelitian, penelitian terkait, tugas akhir, tesis, artikel, dan internet. 2. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data sekunder berupa data yang diperoleh dari perusahaan atau problem owner terkait, yaitu Ditjen Migas dan PT Pertamina. Tahap pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah terdokumentasi oleh pihak Ditjen Migas dan PT Pertamina serta data pendukung dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat terkait dengan penelitian yang dilakukan. 3. Tahap Pengembangan Model I Tahap ini dilakukan untuk mengembangkan model yang mendukung penelitian. Adapun model pertama yang dibangun adalah model peramalan demand bahan bakar minyak untuk periode ke depan. Setelah itu dilakukan pengujian statistik dan perhitungan error untuk menunjukkan skala representatif dari model terhadap data yang ada. a. Pembangunan Model Peramalan Multiple Linear Regression Pada Tahap ini akan dilakukan pembangunan model peramalan demand bahan bakar minyak untuk periode ke depan dengan menggunakan metode Multiple Linear Regression atau linear berganda. b. Pengujian Model Peramalan Pada tahap ini dilakukan pengujian model peramalan yang telah terbentuk. Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian empat asumsi model regresi linear berganda, yaitu linearitas, normalitas error, multikolinearitas, dan homoskedasitas. Pengujian kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji model regresi dengan F-test dan koefisien determinasi. c. Perhitungan Eror Model Peramalan Tahap ini dilakukan untuk mengetahui ukuran akurasi model peramalan terhadap data yang sebenarnya dengan akurasi model yang digunakan adalah MAPE (Mean Absolute Percentage Error). 4. Tahap Pengolahan Data I Tahap ini dilakukan untuk mengolah data yang telah diperoleh menggunakan model yang telah dibangun. Pemilihan perangkat lunak yang tepat dapat menghasilkan output pengolahan data yang diinginkan dengan lebih efektif dan efisien. 5. Tahap Pembangunan Model II Tahap ini dilakukan dengan membangun model kedua dari penelitian, yaitu model matematis Mixed Integer Linear Programming untuk mengoptimasi distribusi suplai BBM sehingga diketahui jumlah dan persebaran SPBU yang merata. Lalu dilakukan verifikasi dan validasi model. a. Pemilihan Model Referensi Tahap ini dilakukan dengan memilih model yang tepat yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah. Model yang dipilih adalah model yang paling baik merepresentasikan sistem nyata dari permasalahan, dalam penelitian ini dipilih model matematis Mixed Linear Programming. b. Membangun Model Matematis Mixed Integer Linear Programming Tahap ini dilakukan setelah model yang tepat terpilih. Model matematis yang dibangun harus merepresentasikan kondisi aktual dari permasalahan yang dihadapi problem owner. c. Verifikasi Model Setelah model dibangun, perlu dilakukan verifikasi model untuk memastikan kesesuaian model yang dibangun dengan logika. Verifikasi ini dilakukan dengan memperlihatkan bahwa seluruh ekspresi matematis telah merepresentasikan hubungan yang digunakan dengan baik dan benar. d. Validasi Model Tahap ini dilakukan untuk memperlihatkan tingkat representatif dari model terhadap kondisi aktual. Validasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik atau data fiktif yang merupakan hasil generate random number. 6. Tahap Pengolahan Data II Tahap ini dilakukan untuk mengolah data yang telah diperoleh menggunakan model kedua yang telah dibangun. Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data dalam model matematis Mixed Integer Linear Programming untuk optimasi jumlah SPBU adalah Add-ins Solver pada Microsoft Excel. 7. Tahap Analisis a. Analisis Output Model I Tahap ini dilakukan setelah output dari pengolahan data I dihasilkan. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap output dari pengolahan data, yaitu analisis terhadap peramalan demand yang telah dilakukan. b. Analisis Output Model Optimasi Mixed Integer Linear Programming Tahap ini dilakukan untuk menganalisis keluaran dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Solver. Keluaran yang dihasilkan berupa suplai optimal BBM per tahun untuk setiap kecamatan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis suplai BBM yang optimal serta analisis usulan pembangunan SPBU baru, serta analisis sensitivitas. 8. Kesimpulan dan Saran Tahap ini dilakukan dengan menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan memberikan saran bagi problem owner terkait dan bagi penelitian selanjutnya. 1.3 Pendekatan Teknik Industri yang Digunakan Penulis Pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah pada Tugas Akhir berjudul “Optimasi Jumlah dan Persebaran SPBU di Kabupaten Bandung dengan Menggunakan Linear Programming” adalah pendekatan Operation Research. Operation Research termasuk salah satu dari tiga pendekatan dalam Management Science. Pendekatan Management Science biasanya digunakan untuk permasalahan yang sifatnya terstruktur, rutin, dan operasional. Dari sudut pandang tingkat kuantifikasinya, Management Science dibagi menjadi tiga, yaitu Optimasi Klasik, Operation Research, dan Model Simulasi. Pendekatan Management Science memiliki tahapan dan langkah berikut. a. Analisis Sistem Riil Tujuan dari analisis sistem riil adalah untuk mengetahui gambaran tentang sistem rill (integral) yang dikaji baik terkait dengan aspek struktural, aspek fungsional, kinerja, dan indikator atau symptom permasalahan yang ada. b. Formulasi Masalah Tahap untuk melakukan identifikasi indikator masalah (symptom), akar masalah (root cause), dan alternatif solusi c. Pembentukan Model Model merupakan alat analisis dan sintesis utama dalam pendekatan Management Science. Oleh karena itu, memformulasikan model dilakukan setelah permasalahan diformulasikan. Untuk memformulasikan model, diperlukan identifikasi komponen model, yaitu kriteria kinerja (performance criteria), variabel keputusan (decision variable), pembatas (constraint), parameter, dan hubungan logik (logical relationship) d. Formulasi Model Tahap ini digunakan untuk menentukan fungsi keterkaitan antara kinerja kerja dan pembatas dengan variabel keputusan, parameter, dan variabel bebas lainnya. e. Solusi Model Operation Research (OR) adalah pendekatan yang membantu dalam pengambilan keputusan untuk mencari solusi bagaimana mengalokasikan sumber daya yang terbatas dan menentukan alternatif optimum yang dapat dijadikan sebagai dasar yang objektif oleh para pengambil keputusan. Dalam hal tersebut, Operation Research menggunakan model. Suatu model merupakan representasi yang dibuat untuk membantu menggambarkan suatu sistem atau keadaan walaupun tidak tidak selalu mirip 100%. Model dalam operation research adalah sebagai berikut. 1. Model linear: metode penentuan nilai optimum dari suatu persoalan linear. Nilai optimum (maksimum atau minimum) diperoleh dari nilai dalam suatu himpunan penyelesain persoalan linear. Di dalam persoalan linear terdapat fungsi linear yang bisa disebut sebagai fungsi objektif. Persyaratan, batasan, dan kendala dalam persoalan linear merupakan sistem pertidaksamaan linear. Contoh dari model linear adalah model program linear dan model transportasi. 2. Model nonlinear: suatu model dalam masalah optimisasi yang mempunyai fungsi objektif tidak linier dan beberapa atau semua fungsi kendala tidak linier, akan tetapi tidak diketahui konveks atau tidak konveks. Contoh dari model non linear adalah model antrian. Dalam tugas akhir yang berjudul “Optimasi Jumlah dan Persebaran SPBU di Kabupaten Bandung dengan Menggunakan Linear Programming”, penulis menggunakan model linear dalam menyelesaikan masalah. BAB II IDENTIFIKASI MASALAH, MODEL, SOLUSI, KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI DALAM TUGAS AKHIR 2.1 Identifikasi Masalah Industri minyak dan gas bumi adalah salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Industri minyak dan gas menjadi sumber pendapatan negara sekaligus sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Industri minyak dan gas turut mengambil andil dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menggerakkan pertumbuhan industri lokal. Berdasarkan data dari BPH Migas, tingkat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu meningkat dari tahun ke tahun dan diprediksi akan terus mengalami peningkatan. PT Pertamina yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak memiliki peran penting dalam menangani pemenuhan kebutuhan BBM yang merata di setiap daerah di Indonesia. Hal ini didasarkan pada jumlah dan persebaran Stasiun Pengisian Bahan Bakar Utama (SPBU) sebagai faktor pengaruh utama persebaran BBM dan gas alam di setiap daerah. Di Kabupaten Bandung sendiri, terdapat 54 outlet SPBU PT Pertamina pada tahun 2015. Jumlah ini terus bertambah karena diseimbangan dengan meningkatnya tingkat konsumsi BBM di Kabupaten Bandung agar tidak terjadi kelangkaan BBM. Namun, apabila dilihat dari persebarannya, SPBU di Kabupaten Bandung hingga kini dirasa masih belum sepenuhnya merata. Pada tahun 2015, terdapat 9 (sembilan) kecamatan yang belum memiliki SPBU. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.7 Tahun 2011 tentang RPJDP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Tahun 2005 hingga 2025, salah satu isu strategis pembangunan yang tengah dihadapi adalah belum meratanya pembangunan layanan umum serta rendahnya aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan umum, salah satunya adalah SPBU sebagai penyalur utama bahan bakar. Ketidakmerataan penyebaran SPBU di Kabupaten Bandung dapat memunculkan titik-titik kelangkaan BBM dan timbulnya kesulitan dalam mengakses pelayanan umum. Lokasi SPBU yang belum merata dan belum menjangkau semua daerah mengakibatkan masih belum tercapainya kondisi ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bandung sehingga harus diselesaikan agar tercipta pemerataan kebutuhan bahan bakar minyak. Dari latar belakang ini, terdapat tiga rumusan masalah yang akan diselesaikan, di antaranya: 1. Berapa jumlah SPBU yang optimal di Kabupaten Bandung untuk memenuhi kebutuhan konsumen? 2. Bagaimana persebaran SPBU yang optimal di Kabupaten Bandung untuk mencapai distribusi bahan bakar yang merata? 3. Dimana sajakah lokasi usulan SPBU baru yang harus dibangun di Kabupaten Bandung? Penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di atas. Penelitian ini dilakukan dengan mengoptimasi jumlah dan persebaran SPBU dengan mempertimbangkan faktor utama yaitu kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak dengan metode Mixed Integer Linear Programming dan melakukan pengusulan lokasi SPBU baru sehingga diharapkan distribusi bahan bakar minyak di Kabupaten Bandung merata. 2.2 Identifikasi Model dalam Pengolahan Data Model Peramalan Demand BBM di Kabupaten Bandung dengan Multiple Linear Regression Akan dilakukan peramalan demand BBM di Kabupaten Bandung dengan MLP. Asumsi yang digunakan dalam peramalan demand BBM adalah: 1. Jenis BBM yang diramalkan adalah Premium, Pertamax, dan Biosolar yang mana merupakan BBM dengan tingkat konsumsi tertinggi di Kabupaten Bandung. 2. Periode peramalan adalah dari tahun 2015 hingga 2025. 3. Penjualan BBM diasumsikan menggambarkan permintaan atau demand karena persediaan selalu lebih besar dari permintaan. Oleh karena itu, data masa lalu yang akan digunakan adalah data penjualan BBM. 4. Peramalan BBM dilakukan berdasarkan data historis BBM selama 5 tahun terakhir. Tahapan perhitungan proyeksi demand BBM adalah: 1. Melakukan regresi linear berganda dengan kebutuhan BBM sebagai variabel independen dan beberapa variabel yang ditentukan menjadi variabel independen (jumlah penduduk, jumlah mobil, jumlah motor, jumlah truk dan bus, disparitas harga Premium dan Pertamax pada region UMPS III atau daerah Jawa Barat dan Jakarta, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung ($) disebut laju perekonomian atau laju GRDP, Tingkat inflasi (%) Kabupaten Bandung) atau variabel prediktor. Tabel 1. Data variabel prediktor dalam model MLR Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling representatif, dilakukan: a. Uji multikolinearitas b. Uji linearitas 1. Uji normalitas error 2. Uji homoskedasitas 3. Uji model regresi dengan F-test 4. Koefisien determinasi 5. Ukuran akurasi model: MAPE 2. Melakukan proyeksi terhadap variabel independen yang terseleksi dengan metode forecasting seperti regresi linear, Winter’s Method Single Smoothing Exponential, dan lain-lain. Kemudian, dipilih metode terbaik yang menggambarkan data historis variabel independen terseleksi dan dilakukan proyeksi dalam periode 10 tahun kedepan (2015-2025). 3. Melakukan proyeksi kebutuhan BBM hingga tahun 2025 dengan menggunakan model persamaan regresi linear berganda yang sudah didapatkan dan proyeksi variabel independen terseleksi. Melakukan model MLR kepada BBM yang sedang diteliti 1. Model Multiple Linear Regression untuk Premium Penulis menggunakan alat bantu software SPSS 20 untuk memperoleh model MLR. Data yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 2. Data Input untuk Model MLR Premium Tabel 3. Output SPSS MLR Premium: Variable Entered/Removed Tabel 4. Output SPSS MLR Premium: Correlations Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa variabel independen yang masuk ke dalam model MLR adalah inflasi, jumlah motor, laju GRDP, disparitas harga Premium dengan Pertamax (variabel prediktor terbaik untuk menentukan penjualan Premium). Tabel 5. Output SPSS MLR Premium: Coefficients Persamaan: Keterangan: Y = Penjualan Premium X1 = Jumlah motor X2 = laju GRDP X3 = disparitas harga Premium dan Pertamax X4 = inflasi Dilakukan pengetesan dengan beberapa pengujian, dengan hasil tingkat akurasi yang sangat baik di tiap pengujian, sehingga model yang terbentuk sangat baik dalam memprediksi kebutuhan Premium. 2. Model Multiple Linear Regression untuk Pertamax Penulis menggunakan alat bantu software SPSS 20 untuk memperoleh model MLR. Data yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 6. Output SPSS MLR Pertamax: Variables Entered/Removed Tabel 7. Output SPSS MLR Pertamax: Correlations Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa variabel independen yang masuk ke dalam model MLR adalah disparitas harga Premium dengan Pertamax, laju GRDP, inflasi, dan jumlah motor (variabel prediktor terbaik untuk menentukan penjualan Premium). Tabel 8. Output SPSS MLR Pertamax: Coefficients Persamaan : Keterangan : Y = penjualan Pertamax X1 = jumlah mobil X2 = inflasi X3 = laju GRDP X4 = disparitas harga Premium dan Pertamax Dilakukan pengetesan dengan beberapa pengujian, dengan hasil tingkat akurasi yang sangat baik di tiap pengujian, sehingga model yang terbentuk sangat baik dalam memprediksi kebutuhan Pertamax. 3. Model Multiple Linear Regression untuk Biosolar Penulis menggunakan alat bantu software SPSS 20 untuk memperoleh model MLR. Data yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 9. Output SPSS MLR Biosolar: Variables Entered/Removed Tabel 10. Output SPSS MLR Biosolar: Correlations Berdasarkan tabel 10 didapatkan bahwa variabel independen yang masuk ke dalam model MLR adalah tingkat inflasi, jumlah truk dan bus, dan laju GRDP(variabel prediktor terbaik untuk menentukan penjualan Premium) Tabel 11. Output SPSS MLR Biosolar: Coefficients Persamaan : Keterangan : Y = penjualan Biosolar X1 = jumlah truk dan bus X2 = laju GRDP X3 = tingkat inflasi Dilakukan pengetesan dengan beberapa pengujian, dengan hasil tingkat akurasi yang sangat baik di tiap pengujian, sehingga model yang terbentuk sangat baik dalam memprediksi kebutuhan Biosolar. Hasil peramalan BBM Jenis Premium, Pertamax, dan Biosolar Tabel 12. Hasil peramalan demand model MLR Gambar 4. Grafik Peramalan Demand BBM Setelah didapat demand untuk Premium, Pertamax, dan Biosolar di Kabupaten Bandung dalam periode 2016 hingga 2025, akan dilakukan pemecahan atau disagregasi demand Kabupaten menjadi demand setiap kecamatannya dengan menggunakan SPSS 20 dengan asumsi: 1. Jumlah kendaraan bermotor diasumsikan sebagai faktor utama yang menentukan proporsi kebutuhan bahan bakar minyak di suatu daerah. Premium dan Pertamax → mobil dan motor Truk dan bus → Biosolar 2. Data jumlah kendaraan bermotor yang digunakan adalah data pada tahun 2015. Model Optimasi Jumlah dan Persebaran SPBU di Kabupaten Bandung dengan Mixed Integer Linear Programming Pembatas: a. Pembatas demand BBM di kecamatan k b. Pembatas kapasitas penjualan BBM eksisting di SPBU j c. Pembatas jumlah truk tangki pengiriman per tahun d. Pembatas kapasitas tangki timbun Depot i Diperoleh hasil dengan menggunakan software SPSS yang akan dijelaskan di bagian solusi. 2.3 Identifikasi Solusi Untuk mencari solusi yang tepat, penulis melakukan peramalan kebutuhan BBM berdasarkan jenisnya terlebih dahulu. Penulis menggunakan metode Multiple Linear Regression. Model MLR yang dibangun sudah representatif dari data yang ada, berdasarkan beberapa penguji. Hasil peramalan kebutuhan BBM adalah sebagai berikut. Tabel 13. Hasil Peramalan Kebutuhan BBM Jenis Premium, Pertamax, dan Biosolar Pemodelan dengan metode Multiple Linear Regression menghasilkan hasil peramalan kebutuhan BBM jenis Premium, Pertamax, dan Biosolar dalam periode tahun 2016 hingga 2025 yang menandakan adanya peningkatan kebutuhan BBM. Peningkatan ini terjadi terus menerus pada setiap tahunnya, baik untuk BBM jenis Premium, Pertamax, maupun Biosolar. Secara lebih spesifik, jumlah peningkatan kebutuhan BBM tiap tahunnya adalah sebagai berikut. Tabel 14. Peningkatan Kebutuhan BBM Tiap Tahun Peningkatan kebutuhan Premium dan Pertamax terjadi akibat faktor prediksi peningkatan jumlah sepeda motor dan mobil, serta faktor disparitas harga Premium dan Pertamax yang berbeda sehingga besar peningkatan konsumsi keduanya akan berbeda. Peningkatan kebutuhan Biosolar dipengaruhi oleh faktor jumlah truk dan bus yang diprediksi meningkat setiap tahunnya. Faktor lain yang mempengaruhi prediksi peningkatan kebutuhan berbagai jenis BBM ini adalah peningkatan laju GRDP (Gross Regional Domestic Product) dan penurunan inflasi. Dengan demikian, diperlukan adanya tambahan suplai BBM di Kabupaten Bandung untuk mencukupi kebutuhan yang meningkat setiap tahunnya. Total kecamatan yang membutuhkan tambahan suplai sejumlah 11 kecamatan, yaitu Baleendah, Bojongsoang, Katapang, Cileunyi, Cimenyan, Dayeuhkolot, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pacet, dan Solokanjeruk. Solusi yang dapat ditawarkan untuk pemenuhan suplai tambahan bagi tiap kecamatan adalah: • Solusi 1, dengan membangun SPBU baru. • Solusi 2, dengan menambah tanki di SPBU eksisting. • Solusi 3, yaitu kombinasi solusi 1 dan solusi 2, dengan membangun SPBU baru dan menambah tanki di SPBU eksisting. Selanjutnya, penulis melakukan analisis untuk mengetahui solusi mana yang akan dipilih untuk masing-masing kecamatan, disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing kecamatan. Penulis mempertimbangkan beberapa hal dalam analisisnya, seperti kebutuhan jenis BBM apa saja yang meningkat, jumlah SPBU eksisting, dan sebagainya. Solusi terpilih dari setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Ringkasan Cj dan ΔSj Tabel 16. Ringkasan Solusi Terpilih dan Jumlah SPBU Baru Secara umum terdapat 11 kecamatan yang memerlukan tambahan suplai BBM untuk kebutuhan tahun 2025, yaitu kecmatan Baleendah, Bojongsoang, Katapang, Cileunyi, Cimenyan, Dayeuhkolot, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pacet, dan Solokanjeruk. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas SPBU eksisting di kecamatan tersebut pada tahun 2015 tidak mampu memenuhi kebutuhannya yang meningkat pada tahun 2025. Untuk memenuhi kebutuhan suplai yang meningkat hingga 2025, perlu adanya pembangunan 7 SPBU baru di 6 kecamatan (Cileunyi, Cimenyan, Dayeuhkolot, Majalaya, Margahayu, dan Pacer). Untuk 5 kecmatan (Baleendah, Bojongsoang, Katapang, Margaasih, dan Solokanjeruk) yang membutuhkan suplai tambahan tetapi tidak memenuhi syarat pembangunan SPBU baru, akan diterapkan solusi berupa penambahan jumlah tanki dengan kapasitas yang dibutuhkan pada SPBU eksistingnya. Dengan demikian, jumlah SPBU eksisting pada tahun 2015 adalah 54 outlet dan jumlah SPBU haisl optimasi pada tahun 2025 adalah 61 outlet. Jumlah SPBU dan persebaran hasil optimasi pada tahun 2025 adalah sebagai berikut. Tabel 17. Jumlah SPBU Optimal Tiap Kecamatan Gambar 5. Persebaran SPBU Optimal di Kabupaten Bandung Proses pembangunan outlet SPBU baru dan penambahan tangki BBM pada SPBU eksisting dari tahun 2016 s.d. 2025 terjadi bertahap dari tahun ke tahun. Hasil pengolahan data suplai optimal tambahan dari tahun 2016 sampai dengan 2025 per tahun adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2016 Pada tahun 2016, harus dibangun 1 outlet SPBU baru di Kecamatan Cimenyan. Suplai tambahan yang dibutuhkan Kecamatan Cimenyan adalah 26,7 kL/hari dan sudah melebihi syarat minimal pembangunan SPBU baru, yaitu 20 kL/hari. Untuk kecamatan lainnya, tidak memerlukan pembangunan SPBU baru, tetapi dibutuhkan penambahan tangki di SPBU eksisting. 2. Tahun 2017 Pada tahun 2017, diperlukan satu SPBU baru yang berlokasi di Kecamatan Cimenyan. Kecamatan lain masih belum memenuhi syarat pembangunan SPBU baru karena suplai tambahannya kurang dari 20 kL/hari. Penambahan tangki di SPBU eksisting diperlukan di sejumlah kecamatan. 3. Tahun 2018 Sama seperti tahun sebelumnya, hanya diperlukan SPBU baru sejumlah 1 outlet di Kecamatan Cimenyan. Kecamatan lain hanya membutuhkan tanki bahan bakar minyak tambahan untuk sejumlah SPBU eksisting. 4. Tahun 2019 Pada tahun 2019, perlu dibangun 1 outlet SPBU baru di Kecamatan Cileunyi. Suplai tambahan yang dibutuhkan Kecamatan Cileunyi adalah 24,5 kL/hari. Kecamatan lainnya perlu mendapatkan penambahan tangki di SPBU eksisting. 5. Tahun 2020 Pada tahun 2020, tidak diperlukan pembangunan SPBU baru di Kabupaten Bandung. Penambahan tangki diperlukan sejumlah kecamatan. 6. Tahun 2021 Pada tahun 2021, perlu dibangun 1 outlet SPBU baru di Kecamatan Pacet. Suplai tambahan yang diperlukan Kecamatan Pacet adalah 21,1 kL/hari. Kecamatan lainnya perlu mendapatkan penambahan tangki di SPBU eksisting. 7. Tahun 2022 Pada tahun 2022, perlu dibangun 3 outlet SPBU baru di Kecamatan Dayeuhkolot, Majalaya, dan Margahayu. Suplai tambahan yang diperlukan Kecamatan Dayeuhkolot adalah 43,6 kL/hari, Kecamatan Majalaya 64,4 kL/hari, Kecamatan Margahayu 49,7 kL/hari. Penambahan tangki di SPBU eksisting diperlukan di sejumlah kecamatan. 8. Tahun 2023 Pada tahun 2023, Kecamatan Majalaya memerlukan 1 outlet SPBU baru. Suplai tambahan yang diperlukan Kecamatan Majalaya adalah 63,9 kL/hari. Kecamatan lainnya hanya memerlukan penambahan tangki di SPBU eksisting. 9. Tahun 2024 hingga 2025 Pada tahun 2024 hingga 2025, tidak diperlukan pembangunan SPBU baru. Jadi, dalam kurun waktu 2015 s.d. 2025, secara total, perlu dibangun 7 outlet SPBU baru di Kabupaten Bandung yang bertempat di kecamatan Cimenyan, Cileunyi, Pacet, Dayeuhkolot, Majalaya (2 outlet), dan Margahayu. Secara sederhana, ringkasan usulan pembangunan SPBU baru dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18. Rangkuman Usulan SPBU Baru Akan dilakukan analisis lanjutan terkait lokasi usulan SPBU baru untuk setiap kecamatan. Penentuan lokasi ketujuh outlet SPBU baru tersebut dilakukan dengan pertimbangan beberapa parameter, antara lain: • Rasio suplai BBM dengan jumlah kendaraan bermotor. Semakin kecil rasionya, semakin diprioritaskan. Terdapat dua buah rasio pertimbangan, yaitu rasio antara Premium Pertamax dengan jumlah sepeda motor & mobil serta rasio antara Biosolar dengan jumlah truk & bus. • Jalan terlebar di kelurahan. • Karakteristik geografis dan sarana infrastruktur. Karakteristik geografis yang buruk menyebabkan aksesibilitas yang sulit sehingga hal ini menjadi faktor prioritas. Sarana infrastruktur yang baik juga menjadi faktor prioritas karena hal ini menandakan mobilitas yang tinggi di kelurahan tersebut. • Jumlah SPBU eksisting. • Jarak ke SPBU terdekat. Berdasarkan parameter penentuan lokasi tersebut, penentuan lokasi outlet SPBU baru di keenam kecamatan adalah sebagai berikut. 1. Kecamatan Cileunyi Kecamatan Cileunyi sudah memiliki 3 outlet SPBU eksisting, mobilitas yang padat, dan angka kendaraan bermotor yang cukup tinggi (4% dari keseluruhan angka kendaraan bermotor di Kabupaten Bandung). Lokasi paling layak bagi outlet SPBU yang baru bertempat di Jalan Sindangsari di Kelurahan Cileunyi Wetan. 2. Kecamatan Cimenyan Kecamatan Cimenyan memiliki aksesibilitas yang buruk, angka kendaraan bermotor yang cukup besar, SPBU terdekat yang jauh, tidak ada SPBU eksisting, serta lokasinya yang bersebelahan dengan tempat wisata di Lembang. Lokasi paling layak bagi outlet SPBU yang baru bertempat di Jalan Raya Resort Dago di Kelurahan Ciburial. 3. Kecamatan Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot bersebelahan dengan Kota Bandung, terdapat 4 outlet SPBU eksisting, memiliki jumlah kendaraan bermotor terbesar kedua di Kabupaten Bandung (6% dari keseluruhan kendaraan bermotor di Kabupaten Bandung), dan perkembangan ekonomi yang cukup pesat karena memiliki sentra industri tekstil/garmen. Lokasi paling layak bagi outlet SPBU yang baru bertempat di Jalan Cisirung di Kelurahan Cangkuang. 4. Kecamatan Majalaya Kecamatan Majalaya memiliki lokasi yang strategis dan merupakan sentra industri tekstil di Jawa Barat. Kecamatan ini tidak memiliki SPBU dan membutuhkan dua buah SPBU baru. Lokasi yang layak bagi outlet SPBU yang baru bertempat di Jalan Raya Laswi di Kelurahan Sukamaju 5. Kecamatan Margahayu Kecamatan Margahayu merupakan daerah industri, perumahan, dan perdagangan jasa dengan jumlah kendaraan bermotor tinggi (6,4% Kabupaten Bandung) dan memiliki 3 SPBU eksisting. Lokasi paling layak bagi outlet SPBU yang baru bertempat di Jalan Terusan Kopo Soreang di Kelurahan Sulaeman. 6. Kecamatan Pacet Kecamatan Pacet memiliki aksesibilitas kendaraan besar yang buruk, industri agrobisnis dan pariwisata perkebunan, dan SPBU terdekat di Ciparay yang berjarak 13 km dari pusat kecamatan. Lokasi paling layak bagi outlet SPBU yang baru bertempat di Jalan Raya Pacet di Kelurahan Maruyung. Secara sederhana, ringkasan lokasi usulan pembangunan SPBU baru dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19. Rangkuman Lokasi Usulan SPBU Baru Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan parameter dalam model terhadap perubahan solusi yang diperoleh. Parameter yang digunakan adalah parameter demand BBM. Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas • • • • Berdasarkan analisis, diperoleh informasi sebagai berikut. Untuk Premium, setiap peningkatan 5% demand, fungsi objektifnya meningkat dengan ratarata 4,5% peningkatan. Setiap penurunan 5% demand, fungsi objektifnya menurun sebesar 1% hingga 4%. Untuk Pertamax, setiap peningkatan 5% demand, fungsi objektifnya meningkat dengan ratarata 5% peningkatan, begitu pula untuk penurunannya (perubahan nilai fungsi objektifnya linear). Untuk Biosolar, setiap peningkatan 5% demand, fungsi objektifnya meningkat dengan ratarata 5% peningkatan, begitu pula untuk penurunannya (perubahan nilai fungsi objektifnya linear). Untuk jumlah SPBU baru, setiap peningkatan 5% demand, jumlah SPBU baru meningkat 2-3 outlet. Setiap penurunan 5% demand, jumlah SPBU baru menurun sebesar 1-3 outlet. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa diketahui bahwa solusi model optimasi Premium, Pertamax, dan Biosolar bersifat sensitif terhadap parameter demand. 2.4 Identifikasi Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bagian-bagian sebelumnya untuk menentukan jumlah optimum dan persebaran SPBU di Kabupaten Bandung, dapat diambil kesimpulan dari penelitian pada Tugas Akhir ini, di antaranya sebagai berikut. 1. Jumlah SPBU optimal di Kabupaten Bandung pada 2025 sebanyak 61 outlet, sedangkan pada 2015 sebanyak 54 outlet. Oleh karena itu, direkomendasikan pembangunan 7 outlet SPBU baru dari tahun 2015 hingga 2025. 2. Persebaran SPBU yang optimal di Kabupaten Bandung terlihat pada Gambar 5. 3. Lokasi usulan 7 outlet SPBU baru di Kabupaten Bandung adalah 1 outlet di Kecamatan Cileunyi, 1 outlet di Kecamatan Cimenyan, 1 di Kecamatan Dayeuhkolot, 2 outlet di Majalaya, 1 outlet di Margahayu, dan 1 outlet di Kecamatan Pacet. Ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pemerataan distribusi BBM di Kabupaten Bandung. 4. Penentuan lokasi di keenam kecamatan tersebut didasarkan pada kelurahan dan jalan yang layak untuk dibangun SPBU baru dengan menggunakan parameter kuantitatif dan kualitatif. 2.5 Identifikasi Saran dan Rekomendasi Saran dan Rekomendasi dalam Tugas Akhir ini dibagi menjadi dua, yaitu saran yang diajukan oleh penulis untuk penelitian selanjutnya dan saran yang diajukan oleh penulis untuk perusahaan (PT Pertamina). • • • • • • • • Saran yang diajukan oleh penulis untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut. Analisis penentuan lokasi SPBU baru tidak hanya menggunakan parameter kuantitatif dan kualitatif, tetapi juga menggunakan analisis kelayakan investasi yang menunjukan nilai IRR, PBP, dan NPV dari setiap SPBU baru. Data yang digunakan untuk peramalan demand sebaiknya dikumpulkan dengan rentang waktu yang lebih lama agar peramalan demand dapat lebih akurat. Data yang digunakan minimal 10 tahun terakhir. Sebaiknya peramalan faktor prediktor untuk meramalkan kebutuhan BBM dilakukan dengan menggunakan metode yang sama, yaitu MLR, bukan metode time series. Hal ini bertujuan untuk mengurangi error yang akan muncul pada hasil peramalan. Disagregasi kebutuhan BBM tiap kecamatan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah industri besar atau UKM di kecamatan terkait yang merupakan salah satu konsumen yang BBM-nya disupplai dari penyalur SPBU. Pertimbangkan faktor-faktor lain, seperti perilaku konsumen, jumlah industri pertanian, perikanan, dan UKM, untuk peramalan demand. Produk SPBU lainnya, seperti Pertadex dan Pertalite, sebaiknya turut dipertimbangkan karena pada kurun waktu 10 tahun ke depan terdapat peluang meningkatnya penjualan kedua produk tersebut. Saran yang diajukan oleh penulis untuk perusahaan (PT Pertamina) adalah sebagai berikut. PT Pertamina sebaiknya melakukan pemetaan kebutuhan BBM untuk memudahkan pemerataan jumlah dan persebaran SPBU. Selain melihat sisi kelayakan ekonomi yang didapat dari SPBU, PT Pertamina juga melihat aspek peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumen secara merata. Disediakannya data yang lengkap untuk historis penjualan dalam kurun waktu minimal 10 tahun terakhir dengan detail, yaitu setiap SPBU. Selain itu, sebaiknya disediakan pula data disparitas harga Premium dan Pertamax yang lengkap setiap tahunnya sehingga dapat menjadi sumber data yang mendukung penelitian. BAB III OPINI, SARAN, DAN KRITIK PERBAIKAN 3.1 Opini Menurut kami, proses identifikasi masalah dan tema yang diambil sudah tepat dalam keterkaitannya dengan tugas dari seorang sarjana Teknik Industri. Penulis berhasil melihat bahwa terdapat celah dalam industri minyak bumi dan gas alam yang ada di Indonesia. Penulis juga sadar bahwa industri ini berpotensi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia apabila berhasil dimaksimalkan. Penambahan grafik konsumsi atau penjualan BBM juga sudah cukup baik. Selain itu, penulis juga dengan baik memaparkan penjelasan dari grafik, tabel, dan sumber referensi. Dalam melakukan penelitian, penulis menyusun suatu alur berpikir yang sistematis dan terstruktur untuk mencapai output yang efektif dan efisien. Berdasarkan pengamatan sistematika alur berpikir sudah baik dalam mencapai suatu tujuan yang kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan melalui pembuktian-pembuktian yang ada. Alur berpikir juga sudah sistematis dan terstruktur dilihat dari langkah-langkah yang bisa tercapai apabila langkah sebelumnya sudah terpenuhi terlebih dahulu, sehingga jika terdapat kesalahan akan dengan mudah meninjau langkah yang salah. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan pendekatan Operation Research. Menurut kami, penggunaan pendekatan Operation Research untuk menyelesaikan masalah pada tugas akhir ini sudah tepat. Operation Research sendiri merupakan pendekatan yang membantu dalam pengambilan keputusan dalam mencari solusi bagaimana mengalokasikan sumber daya yang terbatas sehingga tepat untuk menyelesaikan pada tugas akhir ini. Hal ini dikarenakan bahan bakar minyak bumi dan gas alam terbatas. Selain itu, bahan bakar juga merupakan konsumsi tertinggi di Jawa Barat. Dengan menggunakan pendekatan Operation Research dan model Linear Programming, maka jumlah optimum SPBU Kabupaten Bandung dapat diperoleh. 3.2 Saran Walaupun industri minyak bumi dan gas di Indonesia berpotensi besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, hal tersebut belum bisa dioptimalkan dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah dan persebaran yang merata dan tepat nyatanya belum bisa diwujudkan di sebagian besar daerah di Indonesia. Selain itu, walaupun grafik konsumsi atau penjualan BBM sudah baik, tetapi akan lebih baik lagi apabila diberikan juga data mengenai konsumsi BBM dari berbagai provinsi untuk dijadikan sampel sebagai perbandingan dan benchmark terhadap provinsi Jawa Barat, ataupun data penggunaan konsumsi di daerah Bandung Raya dan sekitarnya. Mengenai grafik, tabel, dan sumber referensi, sumber buku yang dibawakan kurang bisa menjelaskan dengan lengkap ataupun memperkuat alasan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. Adapun hal yang menjadi perhatian kami dalam alur berpikir penulis adalah tahapan-tahapan yang mendetail yang bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan penulis. Kami juga memperhatikan adanya usaha untuk meningkatkan kredibilitas solusi lewat validasi, verifikasi, dan pembuktian penulis atas output yang didapatkan. Proses identifikasi masalah dan tema yang diambil menurut kami sudah tepat dalam keterkaitannya dengan tugas dari seorang sarjana Teknik Industri. Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa ada celah dalam industri minyak bumi dan gas alam yang ada di Indonesia. Penulis sadar bahwa industri ini berpotensi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia apabila berhasil dimaksimalkan. Namun, hal itu belum bisa dioptimalkan dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah dan persebaran yang merata dan tepat nyatanya belum bisa diwujudkan di sebagian besar daerah di Indonesia. Proses identifikasi masalah dan tema yang diambil menurut kami sudah tepat dalam keterkaitannya dengan tugas dari seorang sarjana Teknik Industri. Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa ada celah dalam industri minyak bumi dan gas alam yang ada di Indonesia. Penulis sadar bahwa industri ini berpotensi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia apabila berhasil dimaksimalkan. Namun, hal itu belum bisa dioptimalkan dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah dan persebaran yang merata dan tepat nyatanya belum bisa diwujudkan di sebagian besar daerah di Indonesia. 3.3 Kritik Perbaikan Jika penulis dapat menambahkan referensi, mungkin penulis akan lebih bisa menggambarkan strategi yang digunakan dalam menangani masalah-masalah yang diambil sehingga pembaca dan peneliti dapat lebih mengerti ketika membaca zpendahuluan dan overview dari masalah ini. Solusi yang disediakan penulis disediakan dengan alasan yang konkrit dan parameterparameter yang logis. Namun, penulis tidak memperhitungkan seberapa feasible solusi yang dipaparkannya. Kondisi ekonomi, keadaan alam, serta ketersediaan tempat dapat menjadi parameter feasibility pembangunan outlet SPBU baru di Kabupaten Bandung. DAFTAR PUSTAKA Husna, Nabila Afifi. 2016. “OPTIMASI JUMLAH DAN PERSEBARAN LOKASI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PT PERTAMINA DI KABUPATEN BANDUNG”. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri, Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung