Prepared by: drs. Mithra, MCom., Psikolog • Sebutkan pekerjaan-pekerjaan atau profesi yang mengandung risiko dan alasannya. • Apakah Risiko pekerjaan itu selalu berkaitan dengan kerugian-kerugian fisik secara langsung saat kejadian dan setelahnya? Jelaskan jawabanmu, beri contoh. Komunikasi Risiko: Setelah Bencana Maritim. STUDI KASUS (Sumber: Maclachlan, M (Ed). (2017). Maritime Psychology. Research in Organizational & Health Behavior at Sea. Springer, Switzerland) Ringkasan: • • • 5 Oktober 2011, kapal kontainer Rena, kandas di Karang, pada Alur masuk Pelabuhan Tauranga, Selandia Baru. Lambung kapal rusak, sekitar 350 ton BB Minyak mentah dan sebagian besar petih kemas bakar tumpah ke perairan sekitar. Tidak ada korban jiwa, namun awak kapal dan petugas kebersihan melaporkan munculnya gejala trauma. Seorang pejabat Maritim NZ mengatakan sebagai "Aspek emosional yang luar biasa besar untuk itu semua“, kemudian konselor juga didatangkan untuk memberi bantuan pendampingan. Kapten Kapal dan Navigatornya dituntut di bawah UU Transportasi Maritim NZ, UU Manaj Sumber Daya, dan UU Hukum Pidana, danmereka dinyatakan bersalah karena dianggap mengoperasikan kapal dengan cara yang bisa menimbulkan bahaya (Daily 2012). Komunikasi Risiko: Setelah Bencana Maritim. (Lanjutan) • • • Salah seorang pembela menyatakan bahwa orang-orang itu tidak mampu berpikir jernih pada kondisi seperti itu . “Insiden Rena” bukan satu-satunya kasus untuk NZ. kombinasi garis pantai berkarang serta cuaca yang ekstrim menyebabkan banyak kecelakan-kecelakaan besar, yang mempunyai dampak lingkungan dan korban jiwa, sering juga terjadi kasus-kasus “nyaris celaka”. Walaupun demikian, pembahasan , mengenai risiko profesi maritim seolah hanya “kulit luar” nya saja. Diakui secara inheren profesi maritim memang berbahaya, dengan tingkat kematian yang berfluktuasi, Sejauh ini hanya dampak finansial dari Risiko ini yang sudah diteliti dgn baik, namun implikasi praktis terkait komunikasi yang efektif, baik interpersonal maupun kelompok, selama rentang pekerjaan maritim sehari-hari , sebelum, selama dan setelah situasi situasi krisis atau beresiko tinggi tidak pernah didokumentasikan dengan baik. Komunikasi Risiko: Setelah Bencana Maritim. (Lanjutan) • Risiko ini tidak selalu dirasakan atau diakui secara akurat oleh para profesional di bidang maritim. Dan ini juga menunjukkan; (1) Perlunya sirkulasi informasi yang jelas, akurat, dan bermakna bagi seluruh industri maritim terkait tingkat risiko yang sebenarnya, serta menyiapkan cara menghadapi risiko dengan tindakan-tindakan yang memunculkan resiliensi. Sebagai pendorong adalah penghargaan/apresiasi yang realistis terhadap profesi maritim yg beresiko tinggi. (2) Menyadari dampak kehidupan di industri maritim pada desain yang diperlukan untuk penyebaran Komunikasi Risiko yang efektif. TINJAUAN 1. BENCANA ALAM: misalnya tsunami, gunung meletus, gempa bumi dsb. 2. BENCANA KARENA MANUSIA: Juga Terbagi dua: (A) Bencana buatan manusia; seperti pemboman teroris, pembakaran hutan. (B) Bencana Teknologi; karena kerusakan/tidak berfungsinya suatu produk teknologi. Misalnya; pabrik meledak. • Bencana Kapal Rena terkategorisasikan sebagai bencana buatan manusia, dengan alasan; kejadian, sebetulnya dapat dihindari dengan pengambilan keputusan yang lebih baik. • Walau masih ada beberapa perdebatan; recovery psikologi lebih sulit dilakukan dalam bencana buatan manusia dibandingkan dengan bencana alam (Norris et.al 2002) Fenomena Psikologis “Rena” yg dapat digeneralisasikan pada kejadian maritim yang serupa • Antara lain; fatique/kelelahan awak dan performa kognitif. • Reaksi-reaksi Psikologis pada kejadian krisis dapat diplotting secara kontinum yang mencakup; Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), Stress Traumatik Sekunder, dan Tidak ada Reaksi. • Yang perlu diperhatikan saat ada bencana maritim seharusnya, tidak hanya saat kejadiannya saja, tapi sebelum dan sesudah harus di address juga. Sebagai contoh, Pada peristiwa kapal Rena, saat minyak mentah sampai menutupi pantai, penduduk ikut membersihkan tanpa diberi informasi mengenai resiko bersentuhan dengan benda-benda itu. Seharusnya Komunikasi Risiko harus diberikan sebelum sampai pada tahap pasca kejadian. Komunikasi risiko ialah pertukaran informasi,nasihat, dan pendapat mengenai risiko serta faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko secara real-time antara para ahli, tokoh masyarakat atau pejabat, dan orangorang yang berisiko. (Pedoman Komunikasi Risiko untuk Penanggulagan Krisis Kesehatan, Kemenkes RI, 2021) membantu orang membuat keputusan yang tepat tentang cara menghindari atau mengelola risiko. Selain itu membantu melakukan perencanaan yang berdasarkan fakta dan data ilmiah. Fungsi, Waktu Pelaksanaan dan Hasil yg diharapkan. • FUNGSI: Komunikasi risiko memberikan edukasi dan informasi, menyarankan tingkah laku pencegahan ancaman bahaya. • WAKTU: Dilakukan sebelum, saat, dan setelah ancaman krisis. • OUTPUT: Dengan melakukan komunikasi risiko yang strategis dan terencana, diharapkan lebih siap melakukan komunikasi saat krisis benar-benar terjadi. ELABORATION LIKELIHOOD MODEL (ELM): • Menurut (Terte & Tilley, dalam Maclachlan, 2017), banyak guidelines komunikasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu komunikasi Risiko, tapi yang paling relevan adalah ELM (Elaboration Likelihood Model). • ELM dikembangkan oleh Petty and Cacioppo (1986), yaitu suatu teori persuasif atau perubahan sikap yang mengatakan bahwa untuk menyakinkan seseorang, termasuk untuk merubah sikap dan perilakunya, komunikasi dapat dilaksanakan melalui dua route; Central Processing dan Peripheral Processing. ELABORATION LIKELIHOOD MODEL (ELM): (Lanjutan) • Rute Central Processing: perubahan sikap terjadi akibat pendalaman dan penilaian secara cermat terhadap berbagai informasi. Yg disasar lebih ke aspek Rasional. • Rute peripheral Processing: perubahan sikap terjadi secara cepat/instan karena keyakinan sudah muncul walau tanpa melalui pertimbangan mendalam. Yg disasar banyak aspek emosional. Namun perlu diwaspadai, sikap yang sudah terbentuk melalui rute ini juga rentan untuk mudah berubah bila ada “counter persuasion”. Faktors yg mempengaruhi pemilihan rute ELM 1. Motivasi; bisa tergantung dari beberapa variabel, seperti relevansi bagi penerima pesan, ketertarikan, kebutuhan berpikir. 2. Kemampuan; termasuk pengetahuan dan skill untuk mengerti dan memahami suatu pesan 3. Kesempatan; tersedianya waktu pengambilan keputusan. Contoh; Seorang yang merasa isi pesan relevan (motivasi kuat), memahami isi pesan dgn mudah (Kemampuan baik) dan waktu pengambilan keputusan dirasa longgar (Kesempatan pilihan CB masih terbuka) akan menggunakan jalur komunikasi menggunakan rute Central Processing. Hals yg Perlu diperhatikan Komunikator Risiko • Bila target audience lelah, stressed, sibuk, distracted, atau traumatik gunakan perangkats rute peripheral processing. Mereka sulit untuk fokus dan menyimak. • Hindari komunikasi cetak, kecuali untuk orang yg memang terbiasa dengan itu. Jangan sekalipun digunakan buat yg stressed ataupun traumatik. • Pengulangan akan menimbulkan elaborasi, karena dalam situasi krisis akan mendorong orang untuk mencari info lebih detail. • Central maupun Peripheral processing dapat di mixed bila perlu. untuk kedaruratan kesehatan masyarakat (WHO Regional Asia Tenggara 2019-2023) • Struktur yang berkelanjutan • Kemitraan • Penguatan Komunikasi Publik (termasuk di dalamnya pengendalian “infodemic” yaitu rumor dan Hoax) • Pelibatan Masyarakat • Mendengarkan SEBELUM KEJADIAN SAAT KEJADIAN SETELAH KEJADIAN Di Lembaga Pendidikan dikomunikasikan cara menangani krisis dalam pekerjaan baik melalui teori maupun praktek, Melalui briefingbriefing awal, maupun saat kejadian Pada tahapan Konsolidasi dan evaluasi, komunikasi risiko juga dilaksanakan Saat Penugasan. Didarat diadakan briefing dan latihanlatihan menghadapi bahaya. Di Kapal , Sebelum maupun selama pelayaran diadakan latihans peran , misal peran kebakaran, peran orang jatuh ke laut, peran bahaya udara, peran peninggalan kapal dll, latihan Peran dilaksanakan berkali-kali. pada saat kejadian krisis. personel sudah menempati pos masing-masing dan tahu apa yang harus dia lakukan. Jadi Krisis dan resiko dapat diolah dengan optimal